45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan

advertisement
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Rancangan Penelitian
Keseluruhan proses penelitian dan penulisan dirancang dengan pendekatan
kualitatif kritis yang menjadi ciri utama dari Kajian Budaya. Pendekatan kualitatif
diterapkan dalam pengumpulan data, kajian pustaka, penelitian lapangan, analisis
data, dan penyajian hasil analisis atau penulisan. Kajian tidak memanfaatkan
angka-angka seperti pada perspektif kuantitatif; penentuan lokasi penelitian
sebagai variabel penting yang memungkinkan berbagai gejala yang timbul sebagai
implikasi proses pengembangan Resor Wisata Nusa Dua dapat diketahui;
menetapkan jenis dan sumber data yang dikumpulkan berkaitan dengan penelitian
kualitatif yang dilaksanakan; menentukan informan yang terlibat langsung dalam
proses penelitian kualitatif ini. Pemahaman tentang informan menjadi sangat
penting karena penelitian budaya mau tidak mau berhadapan dengan informan
tersebut. Informan merupakan orang nomor satu setelah peneliti.
Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan di Resor Wisata Nusa Dua,
informan yang dipilih adalah tokoh dan warga masyarakat lokal yang benar-benar
mengetahui dan memahami dan memiliki informasi yang lengkap tentang seluk
beluk pengembangan Resor Wisata Nusa Dua dari sejak fase pemikiran dan
perencanaan pengembangan resor hingga fase munculnya berbagai dampak
aktivitas kepariwisataan di resor; menentukan teknik pengumpulan data. Dalam
penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang ditetapkan adalah teknik
45
46
dengan pengamatan dan wawancara, dengan terlebih dahulu menyusun pedoman
wawancara yang sifatnya sangat fleksibel dalam arti dapat mengalami perubahan
sesuai situasi dan kondisi lapangan; menentukan teknik analisis data dengan
melakukan proses pengkajian terhadap hasil wawancara, pengamatan dan
dokumen yang telah terkumpul. Dalam hal ini, teknik analisis data disususn secara
fleksibel, tidak statis, dan dapat berubah setiap saat setelah melalui proses
perubahan dan pengembangan sejalan dengan data yang peneliti dapatkan;
menentukan cara penyajian hasil penelitian yang merupakan representasi seluruh
aktivitas penelitian.
3.2
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan,
Kabupaten Badung, di mana Resor Wisata Nusa Dua berlokasi. Kelurahan Benoa
meliputi tiga desa adat, yakni desa adat Bualu, desa adat Peminge.dan desa adat
Kampial. Ketiga desa tersebut membawahi enam belas banjar (lingkungan), yakni
Banjar Terora, Banjar Celuk, Banjar Peken, Banjar Penyarikan, Banjar Peminge,
Banjar Sawangan, Banjar Pande, Banjar Balekembar, Banjar Bualu, Banjar
Mumbul, Banjar Ancak, Banjar Menesa, Lingkungan Bualu Indah, Lingkungan
Permata Nusa Dua, Lingkungan Puri Nusa Dua, dan Lingkungan Wisma Nusa
Permai.
Pemilihan Kelurahan Benoa sebagai lokasi penelitian dapat dijelaskan
sebagai berikut; Kelurahan Benoa merupakan lokasi yang terkena dampak
langsung dan merupakan lokasi penelitian yang tepat untuk menemukan jawaban
47
atas pertanyaan tujuan penelitian ini. Secara geografis Resor Wisata Nusa Dua
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Kelurahan Benoa yang dalam realitanya
telah menjadi sorotan mata dunia sebagai salah satu resor wisata terbaik di dunia.
Kelurahan Benoa merupakan pusat mobilitas berbagai sumber daya, baik yang
berperan secara langsung maupun tidak langsung dalam menghadapi berbagai
fenomena yang ditimbulkan oleh aktivitas kepariwisataan di Kelurahan ini.
Kelurahan Benoa merupakan lokasi yang sangat tepat untuk mengetahui secara
langsung berbagai bentuk kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat lokal.
3.3
Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Ada dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Penelitian ini
menggunakan data kualitatif, yaitu data yang berupa penjelasan-penjelasan, uraian
tentang fenomena tertentu yang berkaitan dengan penelitian Relasi Kuasa Dalam
Pengelolaan Resor Wisata Nusa Dua. Data-data dari literatur berupa pendapat dan
gagasan juga merupakan data kualitatif yang menjadi objek analisis.
Data kuantitatif, yaitu data yang berwujud angka yang dapat dihitung,
sebagai pendukung data kualitatif. Termasuk data kuantitatif dalam penelitian ini,
di antaranya jumlah penduduk Kelurahan Benoa, jumlah fasilitas pariwisata yang
akan dan sudah dibangun, jumlah wisatawan yang menggunakan fasilitas
pariwisata yang ada di resor wisata, jumlah fasilitas pendukung pariwisata milik
masyarakat. Data kuantitatif digali untuk mendukung analisis data kualitatif.
48
3.3.2 Sumber Data
Data dicari dari berbagai sumber termasuk dan terutama dari ketiga pilar,
yaitu pemerintah/BTDC, pengusaha, dan masyarakat. Merekalah yang menjadi
sumber data utama dari penelitian ini. Data lain dicari dari arsip media massa
(kliping koran dan berita on-line), laporan-laporan yang berkaitan dengan
pembangunan Nusa Dua, dan hal lain yang relevan untuk kajian relasi kuasa
dalam pengelolaan Resor Wisata Nusa Dua.
Sumber dan informasi berasal dari para tokoh masyarakat Desa Adat
Bualu, Desa Adat Peminge dan Desa Adat Kampial yang sangat mengetahui
berbagai seluk beluk yang berkaitan dengan perencanaan dan pengembangan serta
pengoperasian Resor Wisata Nusa Dua. Pemilihan dan penentuan informan
didasarkan atas hasil konsultasi dengan Bendesa Adat Bualu, Bendesa Adat
Peminge dan Bendesa Adat Kampial. Di samping itu, sumber informasi lainnya
adalah para pejabat Kelurahan Benoa, pegawai, staf dan pimpinan PT BTDC,
kelompok masyarakat di Kelurahan Benoa yang pernah terlibat langsung dalam
negosiasi berbagai kepentingan, termasuk manajemen hotel atau fasilitas lainnya.
3.4
Penentuan Informan
Informan adalah sumber informasi yang diperlukan untuk analisis. Dalam
penelitian ini, sumber informasi adalah mereka yang mengetahui atau terlibat
dalam relasi ketiga pilar (pemerintah, pengusaha, masyarakat). Siapa pun yang
dianggap tahu dan memiliki pengetahuan dianggap informan. Dalam penelitian
mereka dipilih berdasarkan pengetahuan yang dimiliki terhadap topik yang diteliti.
49
Termasuk dalam kategori di atas adalah pihak manajemen BTDC,
manajemen hotel di Resor Wisata Nusa Dua, tokoh masyarakat termasuk Lurah
dan Bendesa Adat, ketua subkelompok atau organisasi yang memiliki kaitan
langsung dengan dua pilar lainnya.
3.5
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian sangat diperlukan ketika data harus dikumpulkan.
Pedoman wawancara merupakan salah satu instrumen penting yang digunakan
dalam proses pengumpulan data, baik data yang bersifat kualitatif, maupun
kuantitatif. Pedoman wawancara juga dilengkapi dengan peralatan seperti tape
recorder, kamera serta buku catatan.
3.6
Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang relevan, beberapa teknik pengumpulan data
yang diterapkan antara lain teknik pengamatan, teknik wawancara, dokumentasi
dan perpustakaan.
3.6.1 Teknik Pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk tujuan mengetahui perilaku masyarakat lokal
serta berbagai aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat sebagai wujud interaksi
dalam Resor Wisata Nusa Dua. Dalam penggunaan teknik ini, secara sungguhsungguh diperhatikan apa yang telah dilakukan oleh masyarakat lokal.
50
3.6.2 Teknik Wawancara
Teknik wawancara bertujuan untuk mengumpulkan keterangan-keterangan
dan informasi tentang kehidupan masyarakat, sekaligus melengkapi teknik
pengamatan. Wawancara dilakukan melalui proses tanya jawab antara peneliti dan
subjek yang diwawancarai. Data yang diperoleh melalui wawancara ini sifatnya
saling melengkapi data yang diperoleh dari pengamatan. Dalam wawancara
digunakan pedoman wawancara yang memuat pertanyaan-pertanyaan pokok dan
dianggap sangat penting, berkaitan dengan pokok permasalahan.
3.6.3 Dokumentasi
Teknik
dokumentasi
melengkapi
teknik
pengamatan
dan
teknik
wawancara. Melalui teknik dokumentasi, berbagai data sekunder dikumpulkan
seperti laporan, gambar, peta, monografi serta data sekunder lainnya yang erat
kaitannya dengan pokok permasalahan yang diteliti. Kliping koran juga
dikumpulkan dari teknik dokumentasi.
3.6.4 Perpustakaan
Di
samping
teknik
pengamatan,
wawancara
dan
dokumentasi,
pengumpulan data juga dilakukan di perpustakaan untuk mendapat berbagai data
dan informasi yang tidak dapat diperoleh dari teknik pengamatan, wawancara, dan
dokumentasi. Melalui pengumpulan data di perpustakaan, data sekunder seperti
pendapat para pakar di bidang kebudayaan, pariwisata, pembangunan masyarakat
dapat diperoleh melalui tulisan yang merupakan karya ilmiah yang telah
diterbitkan. Buku laporan tahunan dari BTDC yang menjadi data dalam analisis
ini diperoleh dari perpustakaan BTDC.
51
3.7
Analisis Data
Sesuai dengan latar belakang dan tujuan penelitian, analisis yang berkaitan
dengan perjalanan sejarah pengembangan Resor Wisata Nusa Dua menjadi sangat
penting. Dalam hal ini, data yang berkaitan dengan sejarah pengembangan Resor
Wisata Nusa Dua dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif.
Dalam penelitian ini menggunakan model Spradley (Sugiyono, 2005 :
101), analisis data dibagi dalam empat tahap, yakni analisis domain, analisis
taksonomi, analisis komponensial dan analisis tema kultural. Analisis domain
adalah analisis yang dilakukan untuk memperoleh gambaran umum dan
menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti yang merupakan obyek penelitian.
Termasuk dalam domain ini antara lain : (a) berbagai dampak yang ditimbulkan
ketika aktivitas pariwisata berkembang di suatu wilayah tertentu, (b) berbagai
fasilitas yang dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan aktivitas pariwisata di
suatu wilayah tertentu, (c) berbagai pertimbangan terhadap berbagai potensi
menonjol yang dimiliki oleh suatu wilayah tertentu yang dibutuhkan sebagai
langkah penting dalam pemilihan suatu resor wisata, (d) berbagai fenomena yang
muncul ketika suatu wilayah direncanakan dan dikembangkan menjadi resor
wisata, baik yang bersifat hegemoni maupun fenomena pembangunan yang
berbasis masyarakat.
Analisis taksonomi adalah analisis terhadap keseluruhan data yang
terkumpul berdasarkan domain yang telah ditetapkan, yang selanjutnya diuraikan
secara rinci dan mendalam. Data yang dianalisa dengan analisis taksonomi ini
52
meliputi berbagai fenomena tentang pengembangan Resor Wisata Nusa Dua yang
tidak lepas dari nuansa hegemoni dan kekuasaan.
Dalam analisis komponensial, dianalisis berbagai perbedaan keterlibatan
dan perbedaan nuansa hegemoni, yang terlihat jelas pada setiap periode.
Analisis tema kultural merupakan suatu upaya untuk mencari “benang
merah” relasi kuasa dalam pengelolaan Resor Wisata Nusa Dua, yakni bagaimana
sesungguhnya bentuk, ideologi dan makna secara utuh yang dilakukan dari sejak
periode awal perencanaan Resor Wisata hingga periode beroperasinya resor
wisata secara penuh, dengan berbagai implikasi yang ditimbulkan.
3.8
Cara Penyajian Hasil Penelitian
Hasil penelitian dan analisis disajikan ke dalam delapan bab. Bab I
menguraikan latar belakang penelitian dan alasan-alasan pemilihan tema sampai
dengan rumusan masalah yang hendak dijawab dalam penelitian ini. Bab II
menguraikan hasil penelusuran pustaka (kajian pustaka) untuk menunjukkan
inovasi dari penelitian ini. Dalam Bab II ini juga dipaparkan konsep dan teoriteori yang digunakan dalam penelitian ini. Bab III menguraikan metode penelitian
dan berbagai teknik yang digunakan dalam penelitian sampai dengan penuangan
hasil penelitian dalam bentuk disertasi. Bab IV menyajikan gambaran umum
wilayah penelitian yang berisi uraian mengenai lokasi penelitian dan sejarah
pengelolaan Resor Wisata Nusa Dua termasuk sistem sewa yang diterapkan,
komitmen BTDC menjaga lingkungan alam dan lingkungan sosial melalui
penyaluran CSR. Bab V, VI, dan VII adalah bab inti yang berisi analisis dan
53
jawaban atas rumusan masalah. Di dalamnya diuraikan kajian relasi kuasa antara
tiga pilar yang berhubungan langsung dengan Resor Wisata Nusa Dua yaitu
pemerintah/BTDC, pengusaha, dan masyarakat. Uraian dalam bab-bab ini dimulai
dari bentuk-bentuk relasi kuasa (Bab V), ideologi yang memengaruhinya (Bab VI),
serta, pemaknaan relasi kuasa dalam pengelolaan Resor Wisata Nusa Dua (Bab
VII). Bab VIII adalah bab penutup yang berisi temuan, kesimpulan dan saransaran praktis dan saran yang berkaitan dengan potensi topik untuk penelitian lebih
lanjut.
Download