nurmaya jamil pejuang wanita laskar muslimat (1946

advertisement
0
1
Land Degradation Due Oil Palm Plantations in Plasma Tigo Area
Bukik Nilam Village Aua Kuniang Sub District Pasaman District
Pasaman Barat Region
By:
Fitria1Dasrizal 2Rozana Eka Putri3
1.The geography education student of STKIP PGRI Sumatera Barat.
2,3 The lecturer at geography department of STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
This study aims to determine the land degradation due oil palm plantations in Plasma
Tigo area Bukik Nilam village Aua Kuniang sub district Pasaman District Pasaman Barat region.
The method used in this research is descriptive aims to describe, record, analyze and interpretation
of conditions occur, how sampling by purposive sampling that is designated sample based land use
objectives that represent the research area. The results showed that: (1) physical condition (in
Plasma Tigo area Bukik Nilam village Aua Kuniang sub district Pasaman District Pasaman Barat
region on samples 1: sand (71.66), dust (25.05), clay (3.29 ) with soil texture class sand,
argillaceous so that high, sample 2: sand (34.55), dust (54.31), clay (11.14) with class structures
are at the dusty clay soil that is high and sample 3: sand ( 32.11), dust (58.64), clay (9.25) with the
texture of clay dust which include high and (2) the chemical condition of the soil in Plasma Tigo
area Bukik Nilam village Aua Kuniang sub district Pasaman District Pasaman Barat region
including low, because the pH of the soil is good for crops including oil palm.
Key Words: degradation, land
1
2
PENDAHULUAN
Indonesia adalah Negara yang kaya akan
sumber daya alam. Sumber daya alam ini sangat
berperan penting dalam kegiatan produksi,
terutama pada sektor pertanian dan perkebunan.
Salah satu kegiatan pertanian non migas yang
perlu di kembangkan adalah sumber daya lahan.
Sumber daya lahan untuk tiap-tiap daerah
(wilayah) berbeda atau bervariasi. Variasi
tersebut tergantung pada faktor lingkungan fisik
maupun lingkungan manusia, oleh sebab itu
manusia harus dapat mengetahui informasi
untuk menentukan penggunaan lahan, beserta
informasi tentang lahan sangat di perlukan
dalam pemamfaatan lahan. Adanya kebutuhan
lahan yang semakin meningkat di satu sisi dan
langkanya lahan pertanian yang subur dan
potensial di sisi lainnya, serta adanya
persaingan penggunaan lahan yang subur
dengan sektor non pertanian, memerlukan
adanya
teknologi
tepat
guna
dalam
mengoptimalkan penggunaan sumber daya
lahan secara berkelanjutan. Untuk dapat
memamfaatkan sumber daya lahan secara
berkelanjutan di perlukan tersedianya data dan
informasi yang lengkap mengenai keadaan
iklim, tanah dan sifat lingkungan fisik lainnya,
serta persyaratan tumbuh tanaman yang akan di
usahakan, terutama tanaman-tanaman yang
mempunyai nilai ekonomis cukup baik.
Tanah, atau secara lebih luas, lahan
merupakan substansi alam (biosfer) yang sangat
fundamental bagi kehidupan manusia, karena
menyediakan dan menjadi wadah berbagai
sumber daya alam lainnya. Dalam perjalanan
peradaban, lahan selalu menjadi fokus perhatian
pembangunan wilayah dalam hal upaya
inventarisasi kekayaan, peningkatan produk
untuk memenuhi kebutuhan populasi manusia
dan perlindungan lingkungan hidup. Pada ruang
biosfer, jumlah populasi manusia terus
bertambah, kebutuhan akan lahan terus
meningkat, sementara di sisi lain, ketersediaan
lahan dalam bentuk luasan tetap dan bahkan
terus menurun karena semakin terbatasnya
lahan berkualitas yang layak untuk berproduksi
optimal (Baja, 2012).
Degradasi lahan merupakan hilangnya atau
berkurangnya kegunaan (utility) atau potensi
kegunaan suatu lahan, kehilangan atau
perubahan kenampakan (features) lahan yang
tidak dapat di ganti. Degradasi lahan adalah
proses penurunan produktivitas lahan, baik yang
sifatnya tetap maupun sementara. Degradasi
lahan yang terjadi di Indonesia umumnya
disebabkan oleh erosi dengan air hujan sebagai
pemicunya (Hardjowigeno, 2007).
Menurut Seta dalam Maidoni (2013)
menjelaskan bahwa degradasi lahan juga
dipercepat dengan adanya sistem pengelolaan
lahan yang tidak memakai konsep dan teknikteknik konservasi tanah. Lahan di kelola dan
dimanfaatkan
tanpa
memperhatikan
kemampuan dari lahan itu sendiri. Lahan yang
sesuai untuk dijadikan sebagai areal hutan,
sering digunakan untuk areal pemukiman dan
pertanian sehingga proses penghanyutan tanah
oleh aliran air permukiman (run off) akan
menimbulkan erosi yang sangat berbahaya
terhadap kelestarian tanah, sehingga dengan
sendirinya terjadi kerusakan lahan, akibat
terjadinya penurunan (degradasi) kualitas fisik
dan kimia lahan. Pemerintah juga mengarahkan
lahan-lahan untuk dijadikan sebagai lahan
hutan, baik sebagai hutan produksi maupun
sebagai hutan primer, agar kerusakan tanah
dapat diminimalkan, sehingga kelestarian tanah
bisa secara berkelanjut.
Kita sadari bahwa kegiatan pembangunan
tersebut akan membawa mamfaat dan juga akan
membawa resiko (dampak negatif). Keduanya
harus diperhatikan secara seimbang. Kegiatan
pembangunan yang berpotensi menimbulkan
dampak terhadap degradasi lahan antara
kegiatan industri, pertambangan, perumahan
dan kegiatan pertanian sendiri. Apabila kegiatan
tersebut tidak dikelola dengan baik, maka akan
mengakibatkan terjadinya degradasi lahan
pertanian yang mengancam keberlanjutan usaha
tani.
Dalam praktek budidaya pertanian sering
menimbulkan dampak pada degradasi lahan.
Dua faktor penting dalam usaha pertanian yang
potensial menimbulkan dampak pada sumber
daya lahan, yaitu tanaman dan manusia (sosio
cultural) yang menjalankan pertanian. Diantara
kedua faktor, faktor manusialah yang berpotensi
berdampak positif atau negatif pada lahan,
tergantung gimana cara kita menjalani
pertanian. Apabila dalam menjalankan pertanian
itu dengan benar maka akan berdampak positif,
namun apabila cara menjalankan pertaniaannya
salah maka akan berdampak negatif.
Pasaman Barat merupakan Kabupaten
paling Barat dari Provinsi Sumatera Barat yang
memiliki
potensi
yang
besar
dalam
pengembangan pertanian dalam arti luas,
khususnya tanaman kelapa sawit. Luas areal
perkebunan kelapa sawit seluruhnya kurang
lebih 102.000 hektar, sekitar 77.000 hektar
termasuk perkebunan inti dan plasma,
sementara sisanya adalah perkebunan rakyat,
yang memiliki wilayah datar dengan kemiringan
0-3%, datar bergelombang dengan kemiringan
3-8%, berombak dan bergelombang dengan
3
kemiringan lereng 8%-15% serta wilayah bukit
bergunung dengan kemiringan lereng di atas
15%. Hal ini terjadi dengan seringnya terjadi
longsor di wilayah perkebunan tersebut dan
telah dirasakannya penurunan produktivitas
lahan untuk budidaya pertanian.
Kabupaten Pasaman Barat merupakan
salah satu Kabupaten paling Barat dari propinsi
Sumatera Barat yang memiliki potensi untuk
perkebunan kelapa sawit terutama di daerah
plasma tigo, yang mana dulu plasma tigo
merupakan daerah yang memiliki tanaman sawit
dengan hasil buah yang baik. Pada awalnya
masyarakat Plasma Tigo bergabung dengan
sebuah perusaahaan KUD, tetapi setelah di lihat
dari tahun-ketahun, pendapatan masyarakat dari
hasil perkebunannya makin menurut, karena
terlalu banyak dan besar potongan-potongan
dari KUD. Hal ini membuat masyarakat plasma
tigo lebih memilih keluar dari KUD tersebut
dan lebih memilih untuk memelihara sendiri
perkebunan kelapa sawitnya.
Banyak faktor yang menyebabkan
rendahnya produksi dan mutu kelapa sawit,
khususnya di kecamatan Pasaman (Plasma
Tigo). Selain masalah penghasilan yang
menurun, budidaya/penggolaan yang tidak
intensif, peningkatan pemupukan dan perawatan
yang kurang baik yang mengakibatkan turunnya
hasil dan kualitas kelapa sawit, hal yang tidak
kalah pentignya adalah masalah hasil yang
makin berkurang dan kualitas tanah yang makin
menurun mengakibatkan kurangnya pendapatan
petani kelapa sawit di daerah Plasma Tigo.
Data luas areal dan produksi kelapa sawit
perusahaan dan kebun rakyat Kabupaten
Pasaman
Barat
yaitu
(1)
Plasma
Swadaya/KUD/CV adalah inti (-),plasma (-),
Rakyat (14,668) dan luas kebun berproduksi
13,453 dengan hasil/Ha/ tahun (ton) adalah
19.20 dan Produksi/tahun (Ton) adalah
258,297.60 dan sedangkan kebun Rakyat adalah
inti (-), Plasma (-), rakyat (63,496) dan luas
kebun
berproduksi
49,531
dengan
hasil/Ha/tahun (ton) adalah 19.20 dan
produksi/tahun (Ton) adalah 950,995.20.
Kekhawatiran terhadap dampak negatif
perluasan areal sawit rakyat tidak hanya
berpengaruh terhadap kerawanan pangan tetapi
juga berdampak lebih luas terhadap kerusakan
lingkungan, berkelanjutan sistem usaha
pertanian, bahkan juga berdampak lebih luas
terhadap kerusakan lingkungan, berkelanjutan
sistem usaha pertanian, dan bahkan terhadap
keragaman hayati dan juga berakibat
terganggunya sistem hidrologi kawasan
pertanian dan pemukiman daerah (internet).
Permasalahan ini tidak terlepas dari cara
pengelolaan pertanian itu sendiri, baik dari segi
kualitas tanah maupun dari segi alih fungsi
lahan. Pemakaian pupuk kimia yang berlebihan
juga dapat menggurangi unsur hara yang ada di
tanah sehingga muncul permasalahan seperti
penurunan kualitas (degradasi).
Dari permasalahan hasil produksi dan
produktivitas kelapa sawit di daerah kecamatan
Pasaman kabupaten Pasaman, maka peneliti
melakukan observasi awal di daerah Plasma
Tigo yang merupakan salah satu nagari yang
termasuk di dalam kecamatan Pasaman
kabupaten Pasaman Barat dan tempat penelitian
melakukan
penelitian
untuk
melihat
permasalahan ini dari segi kualitas tanah karena
penelitian menduga terjadi degradasi lahan
pertanian di daerah Plasma Tigo.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui: 1) kondisi fisika (tekstur, struktur,
porositas, permeabilitas, erodibilitas tanah), 2)
kondisi kimia tanah dan 3) tingkat degradasi
lahan di daerah Plasma Tigo jorong Bukik
Nilam Nagari Aua Kuniang Kecamatan
Pasaman Kabupaten Pasaman Barat.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif yaitu mendeskripsikan informasi apa
adanya dilapangan dengan variabel yang diteliti.
Penentuan titik sampel untuk mengambil
data karakteristik tanah pada lokasi penelitian
dilakukan dengan pengambilan sampel dengan
teknik purposive sampling, yaitu sampel
ditunjuk berdasarkan tujuan penggunaan lahan
yang mewakili daerah penelitian. Sampelnya
adalah lahan perkebunan kelapa sawit yang
terdapat di Nagari Aua Kuniang.
Data yang dikumpulkan adalah: tekstur
tanah, permeabilitas, porositas tanah, bulk
density, struktur tanah, erodibilitas tanah, bahan
organic dan pH tanah.
Tingkat degradasi fisik tanah ditentukan
menurut formula yang diusulkan oleh Hammer
(1981), dalam Seta (1989), yaitu: adalah
menginterpretasikan ulang peta satuan lahan,
menganalisis tanah dilaboratorium, mentabulasi
data dari lapangan dan data dari laboratorium,
menganalisis data untuk menentukan tingkat
degradasi tanah daerah penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel 1 pada daerah Sawah Kandis
didapatkan faktor pendukung terjadinya
degradasi lahan adalah pH tanah. Kurangnya pH
tanah dapat diatasi dengan melakukan perlakuan
pada
tanah
melalui
pemupukan
dan
penggemburan tanah. Sampel 2 pada daerah
4
Kampung Tangah didapatkan faktor pendukung
terjadinya degradasi lahan adalah pH tanah.
Kurangnya pH tanah dapat diatasi dengan
melakukan perlakuan pada tanah melalui
pemupukan dan penggemburan tanah. Sampel 3
pada daerah Kampung Parik didapatkan factor
pendukung terjadinya degradasi lahan adalah
pH tanah. Kurangnya pH tanah dapat diatasi
dengan melakukan perlakuan pada tanah
melalui pemupukan dan penggemburan tanah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor pendorong
terjadinya degradasi tanah di Nagari Bukit
Tandang adalah kurang pH tanah atau
disebabkan oleh faktor kimia.
Tingkat degradasi lahan di Nagari Bukit
Tandang Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten
Solok dengan analisis tingkat degradasi fisik
lahan berdasarkan atas Hammer (1981) dan Seta
(1989) dengan sistem ceklist berdasarkan
kriteria kemudian diperoleh faktor-faktor
pendukung degradasi fisik tanah dan faktor
penghambat terjadinya degradasi fisik tanah
yang dikemukakan oleh Dibyosaputro (1999)
dalam Hermon (2012:193) didapatkan 1 tingkat
degradasi lahan yaitu kelas II atau degradasi
lahan sedang.
Degradasi lahan dapat terjadi secara alami
maupun karena pengaruh aktivitas manusia
dalam
mengelola
lingkungan
alamnya.
Degradasi lahan secara alami sebetulnya sulit
diamati dalam waktu yang singkat, sebab
prosesnya terlalu lama. Degradasi semacam ini,
alam mempunyai kemampuan “mengobati”
lukanya sendiri, walaupun dalam jangka waktu
yang lama. Sebagai contoh proses pelapukan
dimana proses ini menyebabkan terjadinya
perubahan bentuk permukaan bumi.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kondisi fisika (di daerah Plasma Tigo
Jorong Bukik Nilam, Nagari Aua Kuniang
Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman
Barat pada sampel 1 pasir: (71,66), Debu(
25,05), Liat(32,29) termasuk tinggi, sampel
2: Pasir ( 34,55), Debu( 54,31), Liat( 11,14)
termasuk tinggi dan sampel 3: pasir( 32,11),
debu(58,64), Liat(9,25) termasuk tinggi.
2. Kondisi kimia tanah di daerah Plasma Tigo
Jorong Bukik Nilam, Nagari Aua Kuniang
Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman
Barat termasuk rendah, , karena pH tanah
termasuk baik untuk tanaman kelapa sawit.
3. Tingkat degradasi di daerah Plasma Tigo
Jorong Bukik Nilam, Nagari Aua Kuniang
Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman
Barat didapatkan 2 tingkat degradasi lahan
yaitu kelas II atau degradasi lahan sedang
dan kelas I atau degradasi rendah.
Sedangkan saran yang dapat penulis
kemukakan:
1. Hendaknya petani yang akan mengelola
lahan di daerah Plasma Tigo Jorong Bukik
Nilam memperhatikan kondisi lahan
sehingga dapat meningkatkan produktivitas
hasil pertanian.
2. Memperbaiki lahan yang mengalami
degradasi dengan melakukan perlakuan yang
sesuai.
3. Disarankan pada dinas pertanian dan instansi
terkait
memberikan pengarahan dan
pengetahuan kepada petani bagaimana cara
pengelolaan tanah yang benar untuk
berkebun kelapa sawit agar tidak terjadi
kerusakan tanah yg mereka olah supaya
mendapat kan hasil buah yang bagus.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Perkebunan 2013. Data Statistik
Komoniti Perkebunan. Pasaman Barat
Fauzi, Yan. 2012. Budidaya Kelapa Sawit.
Swadaya: Jakarta
G. Kartasapoetra. 1985. Teknologi Konservasi
Tanah dan Air. Jakarta
Hardjowigeno, Sarwono. 2007. Ilmu Tanah.
Akademi Pressidon: Jakarta
Hermon, Dedi. 2007. Ilmu Tanah. Bahan Ajar
Universitas Negeri Padang
Hermon, Khairani. 2009. Geografi Tanah
(Suatu Tinjauan Toritis, Metedologis, dan
Aplikasi Proposal Penelitian). Yayasan
Jihadul Khair Center. Padang.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan
Pedogenesis. CV. Akademika Pressindo,
Jakarta.
Hanafiah, Kemas Ali. 2012. Dasar-dasar Ilmu
Tanah Rajawali Press Jakarta.
Laurence D. Wesley, 2012. Mekanika Tanah
Untuk Tanah Endapan dan Residu, Andi,
Yogyakarta.
5
Maidoni, Afiz, Dedi Hermon dan Aslan Sari
Thesiwati. 2013. Studi Degradasi Lahan
Pertanian Di Nagari Bukik Tandang
Kecamatan Bukik Sundi Kabupaten Solok.
ejurnal STKIP PGRI Sumatera Barat
Siswandana. 2009. Studi Erodibilitas Tanah di
Das Bayang Sani. Skripsi. STKIP PGRI
Sumatera Barat.
Sastrohartono, Hermantoro (2011). Evaluasi
Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan
Dengan Aplikasi Extensi Artificil Neural
Network (ANN.avx) Dalam Acrview- GIS.
Fakultas Teknologi Pertanian Stiper.
Yogyakarta.
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-dasar Ilmu
Tanah Konsep dan Kenyataan.Anggota
IKAPI yogyakarta.
Syefrina, dasrizal, Farida, 2014. Study
Karakteristk Tanah Pada Lahan Jagung
Hibrida Pioner 23 Di Kecamatan 3 Nagari
Kabupaten Pasaman.
Download