WIRED FOR INTIMACY (Dirancang untuk Keintiman) Bagaimana Pornografi Membajak Otak Pria Dr. William M. Struthers L iteratur P erkantas J awa T imur W ired for I n timacy (Dirancang untuk Keintiman) Bagaimana Pornografi Membajak Otak Pria oleh William M. Struthers Originally published by InterVarsity Press as Wired for Intimacy by William M. Struthers Copyright © 2009 by William M. Struthers Translated and printed by permission of InterVarsity Press P.O. Box 1400, Downers Grove, IL 60515-1426, USA Alih Bahasa: Junedy Lee, Handy Hermanto Editor: Milhan K. Santoso Penata Letak: Milhan K. Santoso Desain Sampul: Ailsa Widjaja Hak cipta terjemahan Indonesia: Literatur Perkantas Jawa Timur Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Telp. (031) 8413047, 8435582; Faks. (031) 8418639 E-mail: [email protected] www.perkantasjatim.org Literatur Perkantas Jatim adalah sebuah divisi pelayanan literatur di bawah naungan Persekutuan Kristen Antar Universitas (Perkantas) Jawa Timur. Perkantas Jawa Timur adalah sebuah kegerakan yang melayani siswa, mahasiswa, dan alumni di sekolah dan universitas di Jawa Timur. Perkantas Jatim adalah bagian dari Perkantas Indonesia. Perkantas sendiri adalah anggota dari pergerakan International Fellowship of Evangelical Students (IFES). Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan yang ada secara lokal maupun regional di Jawa Timur dapat menghubungi melalui e-mail: [email protected], atau mengunjungi Website Perkantas Jatim di www.perkantasjatim.org Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) ISBN: 978-602-96700-5-9 Cetakan Pertama: Februari 2012 Hak cipta di tangan penerbit. Seluruh atau sebagian dari isi buku ini tidak boleh diperbanyak, disimpan dalam bentuk yang dapat dikutip, atau ditransmisi dalam bentuk apa pun seperti elektronik, mekanik, fotokopi, rekaman, dlsb. tanpa izin dari penerbit. Untuk setiap orang yang rindu dikenal sebagai orang yang kudus dan benar DAFTAR ISI Ucapan Terima Kasih................................................................ 6 Kata Pengantar......................................................................... 7 Bagian 1: Bagaimana Pornografi Bekerja 1. Dibanjiri dengan Hal-Hal Porno..................................... 15 2. Perampasan Keintiman................................................... 41 3. Akibat dari Pornografi.................................................... 67 4. Otak Anda Terhadap Hal-Hal Porno............................... 93 Bagian 2: MASKULINITAS DAN SEKSUALITAS YANG SEHAT 5. Pria Diciptakan Menurut Gambar Allah.......................... 127 6. Maskulinitas.................................................................. 151 7. Pria Membutuhkan Keintiman........................................ 177 8. Merangkai Ulang dan Pengudusan.................................. 205 UCAPAN TERIMA KASIH Ada banyak orang yang ingin saya ucapankan terima kasih atas bantuan dan dorongan dalam penulisan buku ini. Pertama istri saya, Donna, yang selama kesibukannya dalam perjalanan menuju rumah orang tuanya bersama dengan anak-anak yang tertidur di dalam mobil menantang saya untuk menawarkan kelas tentang pria dan kecanduan di Wheaton College. Kedua, orang-orang di InterVarsity Press dan InterVarsity Christian Fellowship yang telah membantu saya sepanjang jalan: editor saya, Al Hsu, dengan memberikan wawasan yang tajam dan umpan balik kepada saya, dan Roger Anderson, yang mengatur workshop pornografi dan berbagai kesempatan untuk berbicara dan membagikan apa yang dibutuhkan oleh para pria. Dan akhirnya teman-teman saya, mahasiswa, dan rekan-rekan yang telah meluangkan waktu untuk membantu saya dalam membaca naskah awal dan memasukkan ide-ide mereka. Anda tahu siapa Anda, dan saya tersanjung dengan dukungan Anda. KATA PENGANTAR Apa yang membuat pornografi begitu menggoda bagi banyak pria? Mengapa tubuh wanita telanjang atau film seorang wanita yang berhubungan seks sepertinya menguasai otak pria, menghipnotisnya dan membuatnya tidak mampu mengambil keputusan-keputusan yang baik? Mengapa seorang pria yang telah menikah dengan seorang wanita cantik masih mungkin mempertaruhkan relasinya untuk sebuah klip video berdurasi 10 detik dari pasangan lain yang beradengan seks? Ada apa dalam diri seorang pria yang membuatnya begitu sulit untuk berpaling dari pornografi? Walaupun pornografi merampas dan menghancurkan kehidupan baik pria maupun wanita, namun buku ini dan riset di dalamnya hampir sepenuhnya berfokus pada dampak pornografi terhadap pria. Memang benar bahwa semakin banyak wanita menjadi konsumen pornografi, tetapi tidak diragukan bahwa kaum prialah yang terutama terjerat di dalamnya. Dan alasan wanita menonton pornografi sangatlah berbeda dari pria. Kaum pria sepertinya dirancang sedemikian rupa sehingga pornografi mengambil alih kerja otak yang benar dan memberikan dampak panjang bagi pikiran dan hidup mereka. Sebagai seorang biopsikolog dan seorang yang beriman, saya berada dalam posisi unik untuk menanggapi berbagai pertanyaan di 8 WI RED FOR I NT IMACY atas. Sangatlah sulit menjadi seorang Kristen dan tidak menjadi sensitif terhadap pengaruh jahat pornografi juga pandangan melenceng mengenai seksualitas yang membanjiri kebudayaan kita. Pornografi dan hiperseksualitas yang terdapat di dalam media hampir mustahil dihindari. Ketika saya memeriksa dengan teliti beberapa kepercayaan Kristen saya mengenai seksualitas dan merasa terpanggil untuk berespons terhadap perusakan budaya ini, diluar dugaan saya mendapatkan kesempatan untuk mengintegrasikan iman dengan disiplin ilmu saya. Seiring dengan yang telah saya pelajari mengenai bagaimana otak berkembang, bagaimana hormon dan budaya memengaruhinya, dan bagaimana kecanduan serta kompulsi berkembang, maka semakin nyata mengapa banyak pria sangat bergumul dalam hal ini. Dalam buku ini saya membagikan materi tersebut dan saya berharap dapat menjadi bagian dari proses penyembuhan, bagi banyak orang yang mendambakannya. Seperti kebanyakan anak laki-laki yang dibesarkan pada tahun 1980-an, saya sesekali mendapatkan kesempatan untuk melihat katalog-katalog lingerie (pakaian dalam wanita) dan majalah pornografi softcore yang disembunyikan oleh teman-teman dan saudara saya. Inilah awal kejatuhan saya terhadap tubuh wanita telanjang, membangkitkan apa yang sekarang saya tahu sebagai ketertarikan seksual. Semakin saya bertumbuh, ketersediaan hal-hal yang berkaitan dengan wanita telanjang semakin terbuka dan berbagai macam adegan seksual erotis dalam film-film yang ada menjadi begitu tinggi, di berbagai saluran kabel TV seperti HBO dan Playboy. Video buatan pribadi belum pernah semudah saat ini memasuki dan merambah kedalam semua jenis pornografi. Meskipun saya tidak dapat mengingat perasaan tertarik yang begitu besar terhadap pornografi, saya tidak akan menyangkal bahwa hal tersebut begitu menghipnotis saya ketika berhadapan dengannya. Namun saya terkejut oleh cengkeraman pornografi yang begitu kuat terhadap beberapa teman remaja saya dan keinginan mereka untuk Kata Pengantar 9 mengekspos saya terhadap hal-hal tersebut. Mungkin saya termasuk terlambat dalam kemunculan dorongan seksual, namun ketika memasuki usia dua puluhan, ketertarikan saya terhadap hal-hal porno menjadi begitu besar. Ketika saya benar-benar legal secara hukum dan tinggal dengan pria-pria lainnya yang menikmati kebebasan kehidupan perguruan tinggi, saya mengenal bentuk-bentuk pornografi lainnya. Saya semakin sadar betapa banyak pria yang berlangganan majalah Playboy dan secara teratur menyewa video porno. Saya mulai memperhatikan berapa banyak dari teman-teman dan rekan-rekan saya—para pria yang berdasarkan aspek-aspek lainnya akan menjadi kekasih dan suami yang baik—mengorbankan hubungan mereka dengan wanita yang nyata untuk sebuah gambar wanita yang ada di majalah, atau video dari pasangan yang sedang melakukan hubungan seks. Saya mengakui bahwa saya bukanlah seorang yang suci dan tidak memalingkan mata dari setiap godaan. Saya percaya bahwa hanya oleh anugerah Allah yang melindungi saya dari godaan halaman-halaman dan layar bermateri porno. Saya menemukan banyak sekali manfaat yang diberikan teknologi komputer kepada saya termasuk pengetahuan yang begitu luas melalui Internet. Namun saya juga menghapus lusinan email setiap hari yang menawarkan materi berbau pornografi, produk-produk peningkat gairah seksual, ataupun kesempatan untuk pertemuan dalam berbagai aktivitas seksual. Tempat kerja saya memiliki filter Internet, namun materi-materi seksual eksplisit sangat mudah diakses jika Anda memiliki ketetapan hati yang kuat. Saya mengenakan alat blokade otomatis ketika dihadapkan dengan iklan-iklan model Victoria’s Secret di margin halaman ramalan cuaca saya. Halaman utama jasa penyedia internet saya dipenuhi dengan layanan kencan (“Wanita-wanita lajang seksi di area Anda sedang mencari teman kencan!”), dan website olahraga saya memiliki galeri-galeri dari para pemandu sorak berpakaian minim. Jika saya menonton pertandingan sepakbola di televisi dengan anak-anak, saya juga harus sigap untuk mengganti saluran ketika iklan Viagra ditayangkan. Dalam dunia 10 WI RED FOR I NT IMACY yang telah mejadi begitu hiperseksual, sangat sulit untuk melewati hari tanpa diserang dan dilumpuhkan oleh gangguan pornografi. Banyak orang menanyakan apakah saya pernah melihat pornografi. Saya tidak yakin, jika pertanyaannya ditujukan untuk melabelkan diri saya sebagai seorang hipokrit atau untuk mengungkap mentalitas “semua juga melakukannya” dari diri saya. Ketika saya memberi tahu mereka bahwa saya menemukan banyak hal berbau pornografi di televisi ataupun di stan-stan berita, mereka mengernyit. Nyata-nyata hal ini telah membuat saya menjadi seorang pembual yang sok benar dan omong doang, dimana saya percaya bahwa ini lebih buruk daripada menjadi seorang hipokrit. Ya, saya pernah melihat pornografi karena pornografi ada di mana-mana. Anda tidak dapat lari darinya; jika Anda tidak melihatnya secara sengaja, Anda akan melakukannya secara tidak sengaja. Akibat dari ketereksposan yang berulang terhadap pornografi dan objektifikasi (menghadirkan imajinasi menjadi sebuah objek nyata- pent.) dari tubuh wanita mengubah cara otak kita memandang satu sama lain. Ketereksposan berulang terhadap rangsangan apapun akan menghasilkan pembentukan sirkuit neurologis. Inilah cara kita belajar. Namun apa yang diajarkan pornografi dan bagaimana pornografi mengubah mereka yang mengonsumsinya secara teratur? Perjalanan saya dalam menanyakan pertanyaan ini mulai beberapa tahun lalu ketika saya duduk sebagai salah satu dewan pengajar sebuah perguruan tinggi Kristen. Ada dua hal penting yang terjadi. Pertama, saya mengenal tiga pria yang berada pada fase kehidupan yang berbeda dan dari berbagai latar belakang yang memiliki masalah dengan pornografi. Mereka juga terlibat dalam perilaku seksual yang menyimpang. Pria-pria ini telah mengizinkan pornografi membengkokkan pandangan mereka mengenai seksualitas dan hal ini memengaruhi mereka serta berdampak negatif bagi keluarganya. Melihat para pria ini berurusan dengan konsekuensi dari permasalahan mereka sangatlah menyakitkan. Pada suatu waktu, saya merasa bahwa tanpa sadar telah berkontribusi terhadap kehancuran dari pernikahan seorang Kata Pengantar 11 pria dengan mendorongnya untuk menemukan kehebatan berdagang saham dengan cepat dan mudah lewat Internet. Alih-alih, ia menemukan Internet tersebut sebagai gerbang pornografi gratis dan kehancuran. Faktor kedua adalah kelas psikologi semester atas yang saya ajar tentang Pria dan Kecanduan. Sebagai bagian dari kelas ini, saya menghabiskan cukup banyak waktu untuk mengeksplorasi penemuanpenemuan mengenai pergumulan para pria dengan pornografi dan perilaku seksual kompulsif. Kami mengevaluasi apakah seseorang dapat kecanduan terhadap hal-hal porno dan apakah ini harus diklasifikasikan sebagai sebuah masalah klinis. Komponen kelas tersebut akhirnya menjadi sebuah undangan bagi banyak sekali pemuda untuk mengunjungi jam kantor saya. Di sana mereka merasa terperangkap oleh ketidakmampuannya untuk berhenti mengkonsumsi pornografi. Beban rasa bersalah yang mereka bawa sangat menyayat hati. Saya mulai mencarikan pilihan-pilihan terapeutik untuk para pria, dan terlintaslah statistik mengenai industri hiburan dewasa. Saya tercengang terhadap data ekonomi dan demografis yang diperlihatkan. Saya bertemu secara rutin dengan para pria muda ini dan bila perlu, saya memperkenalkan mereka kepada konselor. Jelas, bahwa banyak dari mereka harus mengalami luka emosi dan spiritual yang muncul akibat pengalaman mereka dengan pornografi. Buku ini adalah hasil dari kebutuhan yang begitu besar terhadap kesembuhan yang saya lihat dalam diri para pria ini, akibat dari konsumsi pornografi. Agenda pribadi saya akan terlihat jelas kepada siapa saja yang membaca buku ini. Muncul dari iman Kristen dan hasrat saya bahwa setiap orang mengerti sepenuhnya bahwa setiap kita itu unik dan menghargai seberapa besar kita berbagi kesamaan sebagai manusia yang tercipta dalam gambar dan rupa Allah. Iman saya mensyaratkan setiap kehidupan manusia dilihat secara kudus dan harga diri dari setiap individu dihormati dan dihargai. Ketika kita mengerti lebih baik tentang kedahsyatan fakta spiritual, psikologis, sosial, dan biologis mengenai bagaimana pornografi melanggar posisi unik kita dalam 12 WI RED FOR I NT IMACY ciptaan Allah, maka kita dapat melayani mereka yang telah terluka oleh pornografi dengan lebih baik. Karena perspektif ini, saya melihat pornografi sebagai sebuah kejahatan institusional yang memangsa mereka yang lugu, anggota masyarakat yang terluka dan membutuhkan. Saya percaya bahwa bahkan mereka yang sepenuhnya memegang erat kebohongan pornografi terhadap pemenuhan dan kebebasan seksual (apakah produser, aktor, ataupun konsumen) tetap dikasihi oleh Allah. Panggilan kita sebagai orang-orang Kristen adalah untuk menguji diri kita dan berjalan bersama-sama mereka yang telah dirusak oleh kejahatan ini. Kita tidak terpanggil untuk menyalahkan orang lain, tetapi untuk membagi kesembuhan, anugerah, dan pengampunan dari Allah dalam perjalanan menemukan identitas mereka di dalam Kristus. Kesembuhan dan pemikiran yang benar mengenai natur seksual kita ditemukan di dalam pribadi Yesus Kristus, Alkitab, kuasa dari Roh Kudus, dan pelayanan gereja. Banyak buku-buku baik telah ditulis oleh para penulis Kristen yang menjelaskan dalam terminologi yang gamblang bagaimana pria bergumul dengan pornografi. Mereka menggunakan bahasa yang lazim digunakan dalam budaya kekristenan sehingga mudah bagi banyak orang untuk mencernanya: nafsu kedagingan, dosa seksual, jiwa yang sakit, berhala seksual. Banyak manfaat datang dari penggunaan bahasa semacam ini ketika bergumul dengan realitas pornografi. Banyak dari penulis-penulis ini dengan tepat menempatkan pornografi lebih dari sekedar hal etis ataupun legal—namun merupakan sebuah masalah spiritual. Pornografi juga merupakan masalah fisik, yang akarnya ada di dalam rancangan biologis seksual kita yang rumit. Menurut hemat saya, tidak ada tempat lain di mana kompleksitas natur seksual kita terpancar dibanding pada rangkaian sirkuit otak kita. Seringkali, organ reproduksi kitalah yang mendapat perhatian lebih dalam diskusidiskusi mengenai seksualitas. Namun sebenarnya pada otaklah kita merasakan keinginan seksual, rangsangan, fokus, dan kenikmatan Kata Pengantar 13 luar biasa akibat dari keintiman seksual. Menggunakan bahasa spiritual dan psikologis untuk menggambarkan cengkeraman pola destruktif seksual sangatlah membantu, tetapi desakan untuk berdoa lebih giat, memindahkan komputer ke ruang tamu, dan bergabung dalam kelompok kecil hanya menolong di permukaan saja. Ini hanya suatu hal sia-sia bagi mereka yang otaknya telah mengalami perubahan dan dirangkai oleh pengalaman-pengalaman dengan pornografi. Mereka telah melatih otak mereka untuk merespons secara seksual terhadap pornografi yang mereka konsumsi. Kita perlu untuk bergerak ke tingkat selanjutnya ketika berurusan dengan pornografi, yaitu permasalahan kecanduan cyberseks dan pergumulan melawan dorongan-dorongan seksual. Kita dapat menemukan cara yang sehat untuk melatih otak pria agar mengerti dan bertindak sesuai natur seksualnya. Dengan menghargai natur kita dan mengakui dampak tidak sehat dari pornografi terhadap otak kita (dan seluruh bagian tubuh kita lainnya), kita akan memiliki jalan yang lebih baik ke depannya. Saya berharap bahwa seiring dengan kemajuan ilmu otak, kemajuan ini akan menata ulang dan memberitahukan kepada kita bagaimana kita dicipta, dapat mengerti lebih baik mengenai bagaimana menakjubkan dan dahsyatnya kita diciptakan. Pornografi menyebabkan pria salah mengerti mengenai dirinya, dan pornografi telah menyerang pada bagian di mana otak mereka sangat rentan terhadap eksploitasi. Namun ketika kita menghargai realitas seksualitas kita dan menempatkannya di dalam narasi Alkitab, kita akan melihat pengharapan penebusan. Ketika kita melihat dengan lebih jelas akan kebutuhan penebusan dan jalan pengudusan, kita akan diperlengkapi dengan lebih baik untuk sembuh dari luka-luka pornografi yang ada. Hal tersebut juga menyebabkan kita dapat menempatkan seksualitas kita menjadi bagian yang harus diubahkan dari proses di mana kita dibentuk semakin serupa dengan gambar Kristus. Bagian 1: BAGAIMANA PORNOGRAFI BEKERJA 1 Dibanjiri dengan Hal-Hal Porno Pornografi sangat sulit untuk ditulis karena beberapa alasan. Pertama, sebagai seorang kristiani, bahkan membicarakannya saja bagaikan masuk ke dalam mulut singa. Saya menerima berbagai macam tatapan dan komentar aneh, setiap kali memberitahukan kepada orang lain bahwa saya sedang menulis buku mengenai pornografi. “Oh, saya paham… Anda sedang melakukan penelitian. Jadi, apakah Anda melihatnya?” tanya mereka. Saya menemukan bahwa sikap sebagian orang yang sangat menyukai pornografi sungguh mengganggu dan membuat saya sedih. Sebagai seorang beriman, saya percaya bahwa pornografi adalah medium yang merendahkan pria dan wanita selain juga menawarkan kebohongan untuk mendapatkan tuntutan pemuasan seksual, terutama kepada para pria. Pornografi merupakan industri yang telah membanjiri kebudayaan kita dan telah merambah ke seluruh dunia. Pada saat yang sama, pornografi menjadi promosi bagi aktivitas seksual dengan banyak pasangan dan menjadi sebuah produk untuk dikonsumsi (Jensen et al., 1998; Jensen, 2007). Pornografi tidak menghormati gambar Allah di dalam diri seseorang dengan memperlakukan dirinya, baik pria maupun wanita, sebagai objek seksual untuk dikonsumsi baik secara langsung maupun 16 WI RED FOR I NT IMACY tak langsung. Mengambil dari istilah Yunani porne dan graphein, pornografi secara literal adalah tulisan mengenai pelacur-pelacur (Paul, 2005). Industri pornografi saat ini telah menjadi modal pendorong terhadap komersialisasi seksualitas manusia sebagai sebuah komoditas, persis sama dengan apa yang dilakukan oleh prostitusi. Pornografi mencabut seksualitas manusia dari konteks alaminya— yaitu keintiman antara dua insan manusia—dan menjadikannya sebuah produk untuk dijual dan dibeli. Dengan merendahkan nilai tubuh manusia dan memperlakukannya sama seperti ketika kita berbelanja di pasar swalayan, pornografi mempromosikan seksualitas seorang manusia sebagai produk untuk dikonsumsi. Produknya, yaitu seksualitas orang lain, dipandang melalui kebutuhan-kebutuhan kita yang sepihak dan egois. Video, majalah, atau situs mana yang paling dapat memuaskan saya? Pornografi yang dipilih itu mungkin dikonsumsi sekali, pada waktu-waktu tertentu saja, atau secara teratur dan bahkan terus menerus seperti sebotol kecap yang tak pernah habis. Ketika hal tersebut tidak lagi memenuhi kebutuhan seksual ataupun fantasi saya, maka dapat saya buang. Tak perlu untuk mendaur ulang. Hukum penawaran dan permintaan memastikan bahwa akan selalu ada video, majalah, atau situs lainnya. Sama seperti sebuah makanan yang dikonsumsi dan dicerna oleh tubuh, pornografi dikonsumsi oleh indera dan dicerna oleh otak. Dalam proses pencernaan tersebut, makanan diurai sehingga ia dapat memasok energi ke seluruh tubuh. Produk-produk sampah akan dikeluarkan dan dibuang untuk memastikan kesehatan organisme. Demikian juga, pornografi akan dibawa ke dalam otak melalui indera kita, terutama melalui penglihatan dan sentuhan. Namun bedanya, dalam pornografi tidak ada proses pembuangan produk “sampah” yang terbentuk. Pornografi dan respons kita terhadapnya akan mengubah otak kita dengan satu dan lain cara, sehingga sulit bagi kita untuk mengembalikannya seperti semula. Pornografi adalah racun seksual yang dikonsumsi hingga akhirnya menjadi bagian dari struktur pikiran. Dibanjiri dengan Hal-Hal Porno 17 PORNOGRAFI DAN ELEMEN DASAR BUDAYA Tidaklah mengejutkan bagi siapa pun bahwa pornografi adalah bisnis besar. Perkiraan terhadap besarnya industri seks di seluruh dunia adalah sekitar $57 juta, dengan $12 juta (lebih dari 20 persen) datang dari Amerika. Sementara video porno merupakan kontributor terbesar dalam industri pornografi, jaringannya ada dalam berabagai media: majalah, escort services, strip club, telepon seks, program tayangan pay-per-view, dan situs-situs bermateri porno lainnya. Sebagian besar dari industri ini bersifat visual. Meskipun ada perdebatan mengenai seberapa besar sebenarnya industri hiburan dewasa ini dan seberapa besar uang yang dihasilkannya, dapat dipastikan bahwa ketersediaan pornografi untuk dikonsumsi telah bertambah secara dramatis dalam kurun waktu 25 tahun terakhir. Dengan munculnya perangkat video pribadi di tahun 1980an dan internet pada 1990-an, budaya kita telah dibanjiri dengan materi seksual secara eksplisit yang begitu menggoda. Hal-hal berbau porno telah beranjak dari stan-stan pojokan yang menjual majalah dan toko-toko video ke wilayah pribadi di rumah, kantor, dan kamar asrama kita. Akibatnya, pornografi telah merambat ke dalam berbagai wilayah kehidupan pribadi. Karena perkembangannya yang sangat dahsyat, pornografi yang dulunya dianggap tabu, kini telah berkurang atau bahkan hilang sama sekali. Pornografi saat ini telah menjadi bagian hidup yang diterima di banyak lingkungan masyarakat. Saya belum lama ini mendengarkan program talkshow di radio olahraga. Penyiar radio tersebut tiba-tiba berpindah topik dari pembicaraan mengenai tim olahraga Chicago kepada undangan bagi para penelepon untuk melakukan voting. Mereka diminta untuk memberikan pilihan mereka mengenai penampilan bintang film porno mana yang paling heboh. Para penyiar yang bertugas pada saat itu menyebutkan beberapa nama bintang porno yang ada tanpa keraguan sedikit pun. Hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja untuk membuat saluran telepon mereka macet akibat banyaknya penelepon yang ingin melakukan voting. Segmen tersebut selanjutnya 18 WI RED FOR I NT IMACY diikuti oleh salah satu iklan rutin mereka: sebuah “klub kaum lakilaki”. Pesannya jelas: seks bukan saja laku diperdagangkan—namun merupakan motivasi untuk hidup. Film American Pie memiliki cukup banyak adegan yang berorientasi seksual. Hal tersebut sangat menggambarkan situasi budaya kita saat ini. Dalam sebuah bagian, sang pemeran utama begitu tak tahan ingin melihat sebuah film porno di mana ia berusaha keras untuk membenahi gambarnya yang terlihat kacau akibat alat peng-acak gambar yang dipasang. Orang tuanya menangkapnya sedang bermasturbasi dengan gambar tersebut, dan mulailah humor standar anak muda terjadi. Dalam adegan lainnya sang ayah yang “agak aneh” itu memberikan majalah porno kepada anak lakinya sebagai materi ritual keagamaan yang perlu dibacanya. Sang pria muda ini juga menayangkan di web “godaanya” terhadap seorang mahasiswi asing, dengan hasil yang kacau balau. Saya sadar bahwa American Pie hanyalah sebuah film. Ia bukanlah film sejarah dan sang sutradara mungkin akan mengatakan bahwa film ini tidaklah menggambarkan serta mengisahkan kejadian nyata mana pun. Namun American Pie berhasil menarik dan merangkul para pria muda ketika ia berhasil meraup sekitar lebih dari $235 juta di box office. Banyak pria muda dapat secara mudah mengkaitkan dirinya dan nyambung dengan hal-hal yang digambarkan dalam film tersebut. Rasa ingin tahu, kekuatan magnetik bentuk tubuh wanita, sensasi perkenalan pertama dengan pornografi, dan penggunaan internet sebagai alat untuk kepuasan aktivitas seksual yang dinikmati melalui tempat tersembunyi. Sebaliknya, coba lihat protes setelah peristiwa Janet Jackson mempertontonkan buah dadanya dalam the Super Bowl XXXVIII pada pertunjukan tengah pertandingan di Februari 2004. 9/16 detik tayangan buah dadanya di televisi membuat ribuan surat kemarahan dilayangkan kepada The Federal Communications Commission. Peristiwa tersebut kemudian mengakibatkan dikeluarkannya sanksi denda kepada CBS, permintaan maaf Janet Jackson, dan merupakan salah satu Dibanjiri dengan Hal-Hal Porno 19 tayangan yang paling sering diulang, yang pernah ada pada saat itu. Ironinya adalah Janet Jackson berpakaian utuh pada sebagian besar waktu yang ditayangkan dan para penonton telah terekspos kepada para pemandu sorak yang meliuk-liuk dengan celana pendek ketatnya. Saya bertanya-tanya dalam benak saya sendiri, mana yang lebih buruk: sebuah tayangan “yang tidak disengaja” sekilas dari buah dada yang terbuka polos atau sorotan yang menggoda untuk “secepatnya menuju ke iklan” yang mempertontonkan belahan dada para penggembira NFL (Liga Nasional American Football). Apa yang membuat protes dan permohonan maaf tadi lebih siasia lagi adalah fakta kurangnya protes terhadap foto-foto hampir bugil dari Janet Jackson (dan banyak artis wanita lainnya) yang terpampang pada sampul musik, majalah artis, serta majalah-majalah pria dalam beberapa tahun belakangan ini. Gambar-gambar yang “mengundang” itu ada dimana-mana, dan cenderung diabaikan. Gambargambar ini telah secara halus menyusup ke dalam struktur budaya kita, karena itu kita menjadi luntur dan kebal terhadapnya. Pengaruh dari pornografi ini dapat kita temukan juga dalam program-program televisi. Episode Friends menggambarkan secara detil kecanduan dan dampak terhadap pikiran akibat akses bebas akan pornografi yang dialami Chandler dan Joey. Mereka menolak siapa pun yang ingin mematikan televisi, dan mereka tidak akan membiarkan akses mereka dirampas. Dialog berikut menunjukkan dampak pornografi terhadap persepsi mereka berdua mengenai wanita: Chandler: Sewaktu aku di bank tadi, di sana ada seorang teller yang seksi … dan ia tidak memintaku “melakukan itu” dengannya di tempat tersembunyi! Joey: Sama, aku juga! Cewek pengantar pizza itu datang, ia hanya memberiku pizzanya, ambil uangnya, lalu pergi! Chandler: Apa? “Apartemen yang bagus, aku jamin kamar-kamarnya mantap bukan?” Joey: Tidak! Tidak terjadi apa-apa sama sekali! Chandler: Aku rasa kita harus hentikan pikiran porno ini, deh. 20 WI RED FOR I NT IMACY Chandler dan Joey keduanya mulai percaya bahwa semua wanita dalam kehidupan nyata adalah sama seperti yang ada dalam film porno. Melihat pornografi mengubah ekspektasi dan interaksi mereka dengan wanita. Walaupun episode yang ada hanyalah fiksi belaka, dampak dari pornografi terhadap kehidupan pria sangatlah mirip. Baik klub penari telanjang ataupun pekerja seks, pornografi internet, ataupun telepon seks, industri seks memangsa dua golongan: para konsumen (pembeli) dan yang dikonsumsi (mereka yang terlibat dalam industri ini). Siapa saja yang menjelajah situs porno, menyewa film atau membeli majalah akan menambah permintaan pornografi. Setiap kunjungan situs digunakan untuk mendatangkan lebih banyak uang dari iklan yang dipasang di dalamnya dan memperkaya isi situs tersebut. Setiap video yang disewa menambah permintaan untuk produksi-produksi selanjutnya. Para konsumen pornografi mungkin tidak melakukan sesuatu yang melanggar hukum, namun mereka membuat tungku pembakaran itu terus menyala, yaitu industri seks. Sedihnya, hal tersebut didorong oleh jiwa-jiwa manusia yang terlibat di dalam pembuatannya (Leahy, 2008). Mengevaluasi Pornografi Ada beberapa cara di mana pornografi dapat dievaluasi. Sebagian mengambil cara yang bersifat anekdot—membicarakannya berdasarkan perspektif pribadi mereka, apa yang telah mereka lihat, apa yang mereka pikirkan tentangnya, dan bagaimana pornografi telah berdampak pada diri mereka. Yang lainnya menempatkan diskusi pornografi dalam konteks masyarakat—isu mengenai kebebasan berbicara, perkara penyensoran, regulasi politik, kekerasan terhadap wanita, dll. Pornografi dapat dianggap sebagai sebuah bentuk seni atau sebagai salah satu cara mengekspresikan seksualitas di media. Institusi agama banyak berbicara mengenai moralitas dari pornografi. Banyak kelompok gereja telah meresponsnya secara sosial (seperti melakukan protes) dan secara teologis (dari mimbar). Dibanjiri dengan Hal-Hal Porno 21 Ketika Anda mencoba menggali ke dalam tambang riset pornografi, beberapa hal akan segera terlihat jelas. Pertama adalah ada banyak literatur mengenai topik tersebut dari banyak sekali disiplin ilmu, termasuk sosiologi, filsafat, teologi, psikologi, dan bisnis. Hanya sedikit orang yang memiliki waktu atau keahlian menjadi ahli di dalam semua bidang tersebut (saya bukanlah pengecualian dari pernyataan tersebut). Disiplin saya adalah dalam biopsikologi dan riset dalam bidang ini tersebar di sejumlah jurnal mulai dari urologi hingga brain imaging hingga endokrinologi. Manusia adalah makhluk ciptaan yang luar biasa kompleks dan indah, dan seksualitas kita merupakan salah satu aspek yang lebih kompleks dari siapa kita, bukan sesuatu yang lebih sederhana. Namun kita bukan sekedar makhluk seksual, binatang yang bereproduksi. Sebagai seorang dosen di perguruan tinggi jurusan liberal arts, saya berkesempatan mengeksplorasi topik antropologi teologis. Saya merasa terberkati oleh mereka yang telah begitu dalam memikirkan mengenai apa artinya menjadi seorang manusia sejati. Bagaimana kita diciptakan menurut gambar Allah? Apa peran kita di dalam kisah penciptaan? Pertanyaan-pertanyaan sama kompleksnya dengan hal-hal di sekeliling fungsi otak kita. Tiga Jenis Penghindaran Ketika saya berkubang dalam tumpukan buku dan artikel jurnal yang ada, saya menemukan sejumlah sarjana dan praktisi klinis yang telah menguji pornografi dan bagaimana pornografi telah menyusup masuk ke dalam budaya kita. Jensen, Dines, dan Russo (Jensen et al., 1998) menjelaskan Tiga Jenis Penghindaran sebagai cara-cara yang banyak digunakan dalam debat pornografi untuk mengaburkan apa pornografi sebenarnya. Penghindaran yang dilakukan membuat bingung isu yang ada dengan “menghindar” dan mengesampingkan kritik apa pun terhadap industri maupun sarana pornografi. Penghindaran Definisi Apa itu pornografi? Bagaimana Anda mendefinisikan terminologi 22 WI RED FOR I NT IMACY legal “pornografi”? Siapa yang memutuskan mana yang termasuk pornografi dan yang tidak? Penghindaran pertama adalah mengenai semantik. Inti dari penghindaran definisi adalah pembelokkan dari usaha pendefinisian secara jelas, terminologi yang tidak berbelitbelit akan apa yang dikategorikan bersifat porno. Penghindaran ini menjadi sebuah alat di mana banyak orang mengabaikan topik ini. Jika Anda tidak dapat mendefinisikannya secara jelas, mengapa susahsusah berurusan dengannya? Penghindaran Definisi menjadi sebuah pelindung bagi mereka yang berpihak pada akses bebas pornografi bersembunyi di baliknya dengan berfokus secara sempit terhadap bagaimana mendeskripsikan pornografi. “Apa yang menurut Anda pornografi, bagi saya adalah seni,” klaim mereka. Pornografi itu tergantung kepada siapa yang melihatnya. Banyak yang berargumentasi bahwa pornografi terdefinisi secara budaya dan budaya itu berubah. Cara berpikir seperti ini berakar dalam relativisme etis dimana sebagian besar mahasiswa tingkat dua secara intelektual dapat mengalahkannya jika mereka mau, namun relativisme ini begitu menggiurkan. Ia menjadi tongkat penyangga yang praktis kapan pun kita dikonfrontir dengan dilema yang membuat kita tidak nyaman. Pertanyaan mengenai definisi adalah hal yang sah-sah saja, namun penghindaran ini bersandar pada relativisme moral dan linguistik yang mengacaukan dialog apa pun mengenai topik ini. Ketika definisi apa pun dimunculkan, percakapannya diarahkan untuk menemukan celah pada definisi tersebut. Apakah pornografi adalah gambaran dari sebuah tubuh yang telanjang? Jika itu definisinya, kita harus mengkategorikan ribuan karya dari apa yang sebenarnya seni sebagai pornografi. Apakah ada tingkatan pornografi? Bagaimana Anda menarik garisnya? Dan jika Anda menarik garisnya, apakah ini akan menjadi kemiringan yang licin? Alih-alih setuju dengan definisi yang pas, tujuan dari Penghindaran Definisi adalah untuk membangun penghalang sehingga efek-efek yang nyata dari pornografi tidak pernah dibahas. Dibanjiri dengan Hal-Hal Porno 23 Pada tahun 1964, sebuah kasus tanah yang dimenangkan oleh Mahkamah Konstitusi Amerika Serikat menawarkan salah satu contoh yang paling membekas (dan sering ditertawakan) dari praktik Penghindaran Definisi. Seorang manajer bioskop di Ohio, Nico Jacobeliss, melakukan banding terhadap putusan Mahkamah Konstitusi negara bagian itu untuk memperjuangkan pendiriannya, ia didenda karena menayangkan sebuah film Prancis, The Lovers. Adegan yang dipertanyakan adalah sebuah adegan cinta yang kontroversial pada waktu itu. Akan terlihat biasa-biasa saja dengan standar sekarang dan mungkin hanya akan dianggap sebagai hal biasa bagi banyak program televisi. Dalam Jacobellis vs Ohio, Hakim Mahkamah Konstitusi Potter Stewart kesulitan menyampaikan definisi dari “hardcore pornografi” (pornografi yang sangat vulgar) dalam konteks sebuah definisi legal pelanggaran norma susila. Komentarnya terkesan tidak populer. Saat ini saya tidak akan melakukan usaha lebih jauh untuk mendefinisikan materi semacam ini, yang saya tahu akan termasuk dalam cakupan definisi singkat [hardcore pornography]; dan mungkin saya tidak akan pernah berhasil melakukannya. Namun saya tahu ketika saya melihatnya, dan film yang ada di dalam kasus ini bukanlah itu. (Jacobellis vs Ohio, 1964). Kalimat “Saya tahu ketika saya melihatnya” telah menjadi frase cemoohan bagi para pendukung pornografi ketika berhadapan dengan pornografi. Dalam budaya yang telah bergeser kepada relativisme moral, siapa yang menentukan bahwa sesuatu itu bersifat porno? Dengan standar ini, pornografi ditawarkan sebagai sebuah karya seni. Komentar Hakim Stewart digaungkan kembali dalam alegori C.S. Lewis, The Pilgrim’s Regress (Lewis, 1981). Sang protagonis, John, terpenjara oleh Si Semangat zaman. John diberi minum susu dan setelah ia menikmati rasa susu yang nikmat itu, petugas penjara yang membawakan susu tersebut memarahinya. Susu, katanya, tidak berbeda dengan benda lainnya yang keluar dari lubang sapi mana pun, seperti kotoran, urin, muntahan atau keringat. John menghela 24 WI RED FOR I NT IMACY nafas dan menyebut petugas penjara itu sebagai “seorang pembual atau hanya seorang yang bodoh, ketika Anda tidak melihat adanya perbedaan antara apa yang alam keluarkan sebagai kotoran dan yang ia kumpulkan sebagai makanan.” Bagi pikiran dan hati nurani yang jernih, perbedaan antara pornografi dan seni sangat mudah dibedakan meskipun sulit untuk didefinisikan. Ada perbedaan yang jelas antara telanjang secara artistik dengan eksploitasi dari seksualitas dan bentuk tubuh manusia. Mereka yang ingin menghargai bentuk ekspresi artistik dapat menanyakan serangkaian pertanyaan untuk membedakan pornografi dari seni yang sesungguhnya. 1. Bagaimana wanita (atau pria) itu dipandang? Apakah mereka dipandang sebagai manusia atau objek pelampiasan nafsu? 2. Bagaimana keintiman seksual itu digambarkan? Apakah di dalam sebuah hubungan pernikahan atau dalam isolasi? 3. Apakah sasaran yang dibidik oleh produser dari gambar itu (atau media)? 4. Sebagai gantinya, motivasi apa yang Anda miiliki (sebagai orang yang melihat gambar itu)? 5. Seberapa vulgar gambar itu? Seberapa banyak yang disisakan bagi imajinasi? Pornografi secara naturnya merendahkan dan dehumanisasi. Seni merayakan arti dan nilai dari keintiman seksual antara dua individu. Dalam pertukaran antara seniman dan orang yang melihat lewat medium artistik yang ada, sangatlah penting untuk mempertimbangkan motif dari sang seniman (produser) dan natur dari gambar yang ada. Sang seniman ingin mengkomunikasikan sebuah pesan atau membangkitkan emosi dari mereka yang melihatnya. Seniman berbakat dengan motivasi murni dapat menciptakan karya-karya seni yang membangkitkan emosi secara luar biasa atau membuat pernyataan yang dalam. Namun terlepas dari motivasi dan keterampilan seseorang, Dibanjiri dengan Hal-Hal Porno 25 sang seniman memiliki keterbatasan untuk mengendalikan motif dari orang-orang yang melihatnya. Dalam pertukaran yang paling sederhana, tujuan-tujuan dari sang seniman itu tercapai ketika mereka yang melihatnya secara umum menerima karyanya dan merespons sebagaimana yang dikehendaki oleh sang seniman, namun hal ini tidak selalu terjadi. Sepandai-pandainya seorang seniman, ia hanya dapat menciptakan sebuah karya yang berfokus pada orang yang digambarnya. Sebuah karya seni klasik telanjang dapat menjadi sebuah karya pornografi bagi pikiran yang terdistorsi. Benarlah bahwa pikiran yang terdistorsi dapat membuat segalanya menjadi ngeres. Jika hati, pikiran, dan motivasi dari mereka yang melihat begitu egois dan ngeres, bahkan maha karya sehebat apa pun dapat mendorong seseorang lebih dalam lagi kepada kerusakan. Coba lihat Kidung Agung. Ini merupakan sebuah contoh karya literatur erotis dengan nilai spiritual yang tinggi, namun bagi pikiran yang terdistorsi dapat menjadi penghantar kepada fantasi seksual dan penyimpangan secara mental. Pornografi adalah sebuah medium di mana maksud sang seniman dan respons dari mereka yang melihat sama pentingnya seperti isi dari medium yang ada. Sang artis dapat saja bermaksud bahwa sebuah foto itu sebagai seni untuk mengagumi keindahan (contoh: wajah yang cantik), dan foto yang ada mungkin tidak lebih dari sebuah wajah wanita yang dilukis dalam cat minyak. Namun jika gambar tersebut dilihat oleh seseorang yang rusak secara mental demi tujuannya sendiri, mementingkan dirinya di atas segalanya, ini dapat menjadi sesuatu yang porno. MENDEFINISIKAN PORNOGRAFI Pornografi diambil dari kata Yunani porne, yang dapat diterjemahkan sebagai “wanita terpenjara” atau “pekerja seks”. Porneia seringkali diterjemahkan sebagai “percabulan,” “pelacuran” atau “imoralitas seksual.” Dalam Perjanjian Baru ada dua puluh enam referensi terhadap kata porneia. Dari kedua puluh enam referensi ini, enam ada 26 WI RED FOR I NT IMACY di dalam surat Paulus kepada jemat di Korintus. Konteks dari suratsurat ini agar orang percaya tidak menjadi serupa dengan norma budaya yang bertentangan dengan gereja. Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan (1 Kor. 6:13), kita harus menjauhkan diri darinya (1 Kor. 6:18), tidak mengejarnya (1 Kor. 7:2), dan kita harus bertobat jika kita jatuh di dalamnya (2 Kor. 12:21) (Bowring, 2005, hlm. 30). Selain porneia, rasul Paulus menawarkan alternatif: kesucian. Bagi orang Kristen, kesucian tidak terbatas pada tingkah laku seksual namun merupakan hasil dari proses pengudusan. Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus memerintahkan, “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semua itu” (Fil. 4:8). Kesucian lebih merupakan masalah pikiran ketimbang masalah fisik dan sangatlah penting untuk tidak memisahkan keduanya. Pikiran yang kita pikirkan memengaruhi tubuh kita. Tingkah laku kita memengaruhi pikiran kita. Interaksi antara pikiran dan tubuh berakar pada neurobiologi otak. Pikiran dan tingkah laku terajut dan menyatu satu dengan lainnya. Inilah bagaimana pornografi dan seksualitas yang tidak sehat sekaligus mengotori otak dan tubuh bersamaan. Jadi apa itu pornografi? Lepas dari kesulitan dalam memberikan definisi yang dapat diterima oleh semua orang (karena Penghindaran Definisi), inilah beberapa diantaranya: • Penggambaran tingkah laku erotis (seperti dalam gambar maupun tulisan) yang dimaksudkan untuk menyebabkan nafsu seksual. (Merriam-Webster Dictionary). • Pornografi adalah materi yang dijual di toko-toko pornografi untuk tujuan menciptakan rangsangan seksual bagi banyak konsumen pria. (Jensen et al., 1998). • Gambar, tulisan, atau materi seksual eksplisit yang tujuan utamanya adalah untuk membangkitkan rangsangan seksual. (American Heritage Dictionary). Dibanjiri dengan Hal-Hal Porno 27 • Tulisan, gambar, foto, atau sejenisnya yang tidak senonoh khususnya yang tidak memiliki kontribusi artistik. (Dictionary.com) Katekismus Gereja Katolik membahas mengenai pornografi: 2354 Pornografi termasuk menghilangkan kelakuan nyata atau simulasi dari keintiman diantara pasangan, untuk menunjukkannya secara sengaja kepada pihak ketiga. Hal tersebut melanggar kemurnian seksual karena mencederai tingkah laku pernikahan, pemberian keintiman yang bersifat timbal balik di antara pasangan. Ia sangat mencederai harga diri dari para pelakunya (aktor, vendor, publik), karena masing-masing menjadi objek dari kesenangan dasar dan keuntungan bagi lainnya. Ia membuat semua yang terlibat di dalamnya berada dalam ilusi dunia fantasi. Ia merupakan pelanggaran berat. Otoritas sipil harus mencegah produksi dan distribusi materi pornografi. Bagi saya, saya lebih menyukai definisi yang dijabarkan dalam Katekismus di atas. Pilihan Anda mungkin berbeda, namun sekali lagi, perlu disadari bahwa hal ini merupakan inti dari Penghindaran Definisi. PENGHINDARAN KONSTITUSIONAL Dengan Penghindaran Konstitusional, para pembela pornografi berargumentasi bahwa Amandemen Pertama Konstitusi Amerika Serikat melindungi kebebasan untuk membuat, memasarkan, dan mendistribusikan pornografi di dalam konteks kebebasan berbicara dan pers. Hal tersebut menyentuh sisi independen dan otonomi kita. Jeritan untuk “penyensoran” terhadap para individualis di dalam diri kita dan implikasinya bahwa kita tidak mampu untuk bertindak secara bertanggung jawab menurunkan harga diri kita. Siapa pembuat hukum yang mengatakan apa yang diizinkan untuk dilihat oleh para pria dan wanita yang dewasa? Mengapa saya harus memercayai mereka? Mengapa saya memerlukan hukum untuk memberitahu saya apa yang dapat dan tidak boleh saya lihat? 28 WI RED FOR I NT IMACY Penghindaran ini merupakan pendekatan lainnya yang digunakan untuk membungkam mereka yang mau berbicara menentang industri pornografi. Penghindaran Konstitusional berpendapat bahwa mereka yang terlibat dalam pembuatan pornografi tidak memproduksi materi yang berbahaya, karena mereka yang mengkonsumsinya adalah orang-orang dewasa yang cukup umur. Mereka hanya semata-mata memenuhi permintaan pasar untuk materi seksual eksplisit. Semuanya senang, lalu mengapa pembuat undang-undang perlu melawan hal tersebut? Ada beberapa masalah yang jelas dan nyata dalam cara penghindaran ini. Beberapa bentuk pornografi telah dilegislasikan untuk ditentang; contoh yang terbaik adalah pornografi anak-anak. Kita memang melegislasi bentuk apa dari pornografi yang dapat diproduksi dan dikonsumsi. Segala kemunduran terhadap posisi legal yang menolak dampak di dunia nyata dari pornografi terhadap orangorang—dampak pornografi secara emosional, sosial, dan psikologis produser, pelaku, dan konsumen baik tua maupun muda—tidak lain adalah tidak bertanggung jawab. Dengan menggarisbawahi kesulitan untuk pengesahan dan pemberlakuan batasan-batasan legislasi yang masuk akal terhadap materi pornografi, Penghindaran Konstitusional mencegah diskusi sosial yang berguna dan salah melihat realitas bahwa pornografi mencederai para pelakunya. PENGHINDARAN PENYEBAB Akhirnya, bagi kita yang berada dalam komunitas penelitian, kita masuk kedalam kesulitan apa yang disebut sebagai Penghindaran Penyebab. Teknik dari Penghindaran tersebut adalah untuk menggarisbawahi keterbatasan dari penelitian yang melibatkan pornografi. Saat ini kita hidup di dalam masyarakat yang menyukai pertanyaanpertanyaannya dijawab oleh “para pakar ilmiah”. Namun demikian, penggunaan metode ilmiah menjadi bermasalah ketika membuat pernyataan-pertanyaan etis ataupun legal mengenai apa yang harus dilakukan terhadap hasil-hasil studi ini. Teori-teori ilmiah adalah un- Dibanjiri dengan Hal-Hal Porno 29 tuk mencari koneksi antar variabel, bukan untuk menentukan status moralnya. Penghindaran Penyebab menggarisbawahi hal tersebut. Dalam sebagian besar ilmu perilaku dan sosial, ada tiga pendekatan besar untuk mempelajari sebuah fenomena yang terjadi. Pertama adalah pendekatan deskriptif. Dengan pendekatan deskriptif, para ilmuwan berusaha untuk mengamati secara objektif dan menjelaskan apa yang terjadi di dunia. Pendekatan ini menggunakan studi kasus, survey, dan observasi naturalistik (hanya mengamati orang). Dengan pendekatan ini, sebuah fenomena dideskripsikan secara sistematis. Pendekatan kedua dikenal sebagai rancangan korelasional. Dalam studi korelasional, para ilmuwan berusaha untuk mengukur secara matematis apakah kehadiran atau absennya sebuah variabel dapat memprediksi secara reliabel kehadiran atau absennya variabel lainnya. Sebagai contoh: (1) apakah nilai ujian masuk perguruan tinggi dapat memprediksi secara ajeg Indeks Prestasi Kumulatif perguruan tinggi, atau (2) apakah dengan mengetahui status pernikahan seseorang dapat memberikan gambaran mengenai penghasilannya? Dalam sebuah rancangan korelasional hubungan antara dua hal sedang dibangun. Satu keterbatasan dari rancangan ini adalah arah dari hubungan yang ada tidak ditetapkan. Lihat contoh-contoh di atas yang kami berikan sebagai berikut: 1. Apakah nilai ujian masuk dapat memprediksi Indeks Prestasi Kumulatif perguruan tinggi? Kelihatannya ada satu variabel penentu lain (seperti kepandaian atau kemampuan intelegensia) yang menyebabkan nilai ujian masuk maupun IPK yang tinggi. Kedua tes tersebut hanya mengukur variabel penyebab (dan variabel ini mungkin berubah seiring berjalannya waktu—kepandaian bertambah dengan pendidikan, misalnya). 2. Apakah status pernikahan memberikan gambaran mengenai penghasilan seseorang? Jika kita menemukan bahwa pria yang telah menikah menghasilkan lebih banyak daripada pria yang belum menikah, apakah berarti bahwa menikah membuat Anda menjadi 30 WI RED FOR I NT IMACY orang yang lebih stabil dan oleh karenanya meningkatkan kinerja Anda (menghasilkan promosi di pekerjaan) atau bahwa pria yang lebih baik secara finansial menarik wanita yang ingin menikahinya? Hal tersebut menjadi teka-teki “ayam dulu atau telur dulu?” Karena keterbatasan bagaimana penelitian korelasi ini dilakukan, Anda tidak dapat membuat pernyataan-pernyataan mengenai sebab-akibat (A menyebabkan B) dari variabel yang diukur. Jenis pernyataan mengenai penyebab hanya terbatas pada pendekatan eksperimental. Oleh karenanya, Penghindaran Penyebab berfokus secara sempit kepada keterbatasan dari penelitian korelasional dalam membangun hubungan sebab akibat, menepis kritik bahwa pornografi dapat memiliki dampak yang berbahaya. Kehebatan dari rancangan eksperimental adalah manipulasi variabel (variabel penyebab atau independen). Memanipulasi variabel independen dan memegang variabel lainnya secara konstan mungkin mengizinkan para peneliti untuk merumuskan bahwa perubahan apa pun yang terjadi pada variabel dependen disebabkan oleh perbedaan pada variabel independen. Dengan cara ini, arah dari hubungan yang ada dapat dibangun (satu variabel diubah dan perubahan lainnya terjadi mengikutinya) dan mayoritas dari penjelasan yang berubah-ubah dapat diminimalisir. Pendekatan eksperimen memberikan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi dalam mengatakan bahwa mengubah satu variabel menyebabkan perubahan pada variabel-variabel lainnya. Masalah yang ada pada sebagian besar riset ilmu perilaku dan sosial adalah pendekatan eksperimental sering kali tidak sahih maupun etis. Untuk menjalankan “eksperimen” yang matang terhadap perkembangan dampak pornografi terhadap anak-anak akan memerlukan pengambilan data dari para individu (sebut saja mereka semua kembar secara genetis untuk meminimalisir dampak genetik), membesarkan mereka di bawah kondisi asuhan yang sama, meminimalisir pengaruh mereka terhadap dunia luar sehingga sejarah hidup Dibanjiri dengan Hal-Hal Porno 31 mereka semirip mungkin, dan kemudian secara acak membaginya ke dalam satu atau dua kelompok. Satu kelompok akan diperhadapkan terus dengan pornografi dan kelompok lainnya dilarang untuk melihat pornografi (variabel independen). Setelah setahun kita akan mengirim mereka ke dunia nyata dan melihat apakah ada perbedaan di dalam beberapa tingkah laku mereka (variabel dependen). Ini termasuk melibatkan perilaku mencari hal berbau pornografi, sikap terhadap wanita, tingkah laku kekerasan seksual, isu kesahatan mental atau apa pun lainya yang mungkin dipengaruhi pornografi. Hanya dengan kondisi semacam ini sajalah Anda dapat mengatakan bahwa pornografi itu akan menyebabkan hal lainnya. Saya harap kemustahilannya terlihat jelas. Jika seluruh data yang ada berkenaan dengan pornografi saat ini adalah korelasional dan bukan kausal, tak ada yang dapat disimpulkan secara jelas mengenai dampaknya, apakah negatif atau positif. Ini adalah inti dari Penghindaran Penyebab. Industri tembakau berhasil bersembunyi di balik cara penghindaran ini lebih dari lima puluh tahun. Merokok tidak menyebabkan kanker paru-paru karena seluruh riset yang ada adalah korelasional, bukan? Merokok mungkin dapat menyebabkan kanker paru-paru (seperti pada peringatan yang tertulis pada bungkus rokok), karena ini adalah riset korelasional, bukan eksperimental. Namun di mana pun ada dampak kausal, hubungan korelasional itu akan mengikutinya secara otomatis. Kadang ada benarnya bahwa di mana ada asap, di sana ada api (maaf untuk permainan pernyataan yang saya lakukan). Penghindaran Penyebab ini telah berhasil digunakan industri tembakau lebih dari lima puluh tahun, sehingga tidak aneh jika industri pornografi juga mengikutinya dengan argumen sama. Karena sedikitnya riset eksperimental yang telah dilakukan terhadap pornografi dan apa yang telah dilakukan lebih kepada yang sifatnya deskriptif atau korelasional, isunya menjadi kabur dan hasilnya disimpulkan bahwa pornografi tidak menyebabkan apa-apa. Kehadiran korelasi antara ketereksposan terhadap pornografi dan masalah-masalah sosial, 32 WI RED FOR I NT IMACY psikologis, emosional, dan spiritual, adalah asapnya. Keterbatasan etis dan praktis dalam membuktikan bahwa ada api tidak secara langsung membawa kita kepada tempat di mana kita menyangkal bahwa api itu ada. Tempat yang lebih baik untuk memulai adalah menyadari bahwa pornografi merupakan faktor penyumbang yang besar terhadap banyak penyakit psikologis dan sosial. TIGA “A” DARI INTERNET Sementara banyak sarjana dapat mengklaim bahwa pornografi modern tidak benar-benar ada hingga Zaman Victoria, sebenarnya ia telah ada untuk waktu yang cukup lama (Paul, 2005). Gambaran dari para individu yang melakukan tindakan seksual dan materi yang membangkitkan nafsu telah ada hampir di sepanjang sejarah manusia. Namun kemajuan akhir-akhir ini dalam produksi, distribusi, dan penyampaian pornografi telah menciptakan pengganti hubungan kelamin yang begitu hidup yang menandingi aslinya. Seperti Alkitab, Internet dipenuhi dengan cerita dari kekuatan cinta romantis yang mentransformasi, dan juga perusakan seksualitas yang menyimpang. Manusia adalah manusia yang terlahir dengan keinginan, cobaan, cita rasa, dan nafsu yang tidak banyak berubah atau bergeser dalam waktu ribuan tahun… Manusia telah menghadapi pilihan-pilihan seksual dengan potensi untuk memimpin mereka kepada keterpurukan atau transendensi. Namun, tidak seperti pada zaman Perjanjian Lama, elemen tambahan dari teknologi komputer membuat zaman modern berbeda secara kualitatif. (Cooper, 2002, hlm. 1-2) Pornografi seringkali merupakan tenaga pendorong dibalik kemunculan teknologi baru, dan tidak heran bahwa Internet merupakan tanah subur di mana banyak pornografi maupun kompulsi yang berhubungan dengan pornografi berakar. Tiga A dari internet adalah accessibility (aksesibilitas), affordability (keterjangkauan), dan anonymity (anonimitas) (Cooper, 2000). Sementara Tiga Penghindaran digunakan untuk mencegah dialog yang berarti mengenai topik Dibanjiri dengan Hal-Hal Porno 33 ini, Tiga A dari internet menjelaskan alasan mengapa pornografi telah berkembang secara online. Inilah alasan-alasan utama mengapa internet telah menjadi pengaruh yang begitu kuat dalam penyebaran pornografi, kemudahan yang diberikan olehnya telah mencengkeram banyak pria. AKSESIBILITAS (ACCESSIBILITY) Pornografi saat ini lebih mudah diakses daripada sebelumnya. Dua puluh tahun lalu, Anda perlu pergi ke toko khusus dan benar-benar berinteraksi dengan manusia lainnya untuk membeli sebuah majalah porno atau menyewa film porno. Kemungkinan seseorang melihat Anda membeli, sikap budaya yang belum terlalu menerima industri pornografi, dan rasa malu jika terlihat, sering menimbulkan rasa takut yang cukup besar sehingga membuat para pria menghindari untuk membelinya. Namun saat ini, pornografi tersebar di komputer Anda, televisi atau dapat dipesan melalui e-mail. Anda tidak harus pergi ke toko untuk membelinya; hanya perlu menekan beberapa tombol dan beberapa klik mouse saja. KETERJANGKAUAN (AFFORDABILITY) Karena kemudahan akses yang ada, pornografi juga menjadi lebih terjangkau. Bahkan faktanya, sejumlah besar pornografi online dapat diakses gratis. Banyak situs-situs yang menawarkan contoh isi gratis, biasanya sejumlah kecil gambar-gambar atau klip video berdurasi pendek yang mudah untuk diunduh. Situs-situs tersebut bertindak sebagai portal di mana melaluinya materi gratis ini dapat diakses tanpa dikenakan biaya. Bagaimana situs-situs ini tetap bisa online? Apakah ini bentuk altruisme pornografis, mengelola sebuah situs dengan biaya operasional individual untuk menyediakan materi gratis kepada umum? Dalam beberapa kasus jawabannya adalah ya, namun dalam kebanyakan kasus situs-situs ini menerima penghasilan iklan dari para sponsor. Para sponsor ini menolong menjaga contoh-contoh isi situs ini tetap 34 WI RED FOR I NT IMACY berjalan dengan tujuan singkat untuk mengarahkan lebih banyak arus kepada situs berbayar mereka. Contoh gratis dapat bersifat statis (gambar ataupun video klip pendek), namun semua itu dimaksudkan untuk membangkitkan nafsu seksual dari mereka yang melihat dan menjanjikan isi yang lebih lagi untuk sejumlah pembayaran tertentu. Tarif langganan yang ada mungkin tidak terlalu besar, namun jika tarif empat dolar untuk akses bulanan itu dibayarkan oleh lima puluh ribu orang pelanggan, itu merupakan penghasilan bulanan sebesar $200 ribu. Sebagian penghasilan itu digunakan untuk membayar sejumlah tarif iklan kepada situs-situs gateway (penghubung), dan sisa keuntungan yang ada dapat dibagi untuk membeli materi tambahan. Pengambilan gambar dalam waktu satu hari, tiga atau empat orang bintang porno dapat merekam beberapa adegan seksual yang dapat dengan mudah sekali dipersiapkan sebagai gambar diam, film softcore, dan/atau hardcore untuk didistribusikan secara online maupun fisik. Biaya produksinya dapat sangat minim dan materi amatir dapat memberi suatu perasaan bahwa “ini dapat saja terjadi pada saya” atau “ini mungkin saja orang-orang dari lingkungan sekitar saya.” Realita seperti ini berfungsi untuk meningkatkan kadar rangsangan pada sebagian pria dan menarik bagi demografis pornografi tertentu. Dikombinasikan dengan akses yang relatif terjangkau untuk peralatan produksi film (dilengkapi dengan kamera komersial berkualitas tinggi dan program pengeditan video) dan web hosting serta pemrograman yang tidak terlalu mahal, pornografi beranggaran rendah dapat diproduksi di mana saja. Ia dapat berupa webcam yang dipersiapkan untuk obrolan seks interaktif atau fotografi digital yang diunggah untuk situs berbayar. Pornografi tidak lagi dihasilkan dan didistribusikan hanya oleh para teknisi di San Fernando Valley, namun di daerah pinggiran kota dan masyarakat yang tersebar jauh di segala penjuru negara. ANONIMITAS (ANONIMITY) Orang berusaha menyembunyikan kebiasaan porno mereka dan me- Dibanjiri dengan Hal-Hal Porno 35 mastikan bahwa tak seorang pun menemukannya. Para penikmat pornografi memasang sebanyak-banyaknya penghalang antara mereka dan orang lain agar kerahasiaan perilaku mereka terjaga. Teknologi online yang bersifat anonim ini berkontribusi kepada siklus rahasia tersebut. Jika Anda duduk sendiri di rumah mengakses pornografi secara pribadi, tak seorang pun tahu siapa Anda. Anda tidak harus pergi keluar dan menanggung risiko dari seseorang yang akan melihat Anda membelinya. Penggunaan pornografi di internet telah bertambah secara luar biasa dalam sepuluh hingga lima belas tahun belakangan ini. Stigma sosial yang diasosiasikan dengan menonton pornografi telah berkurang terus dan sisa rasa malu yang ada sangat mudah dihadapi dengan bersembunyi di dalam sebuah kamar asrama, kamar pribadi, kantor atau pun tempat tertutup. Penyedia layanan Anda mungkin dapat memonitor situs mana saja yang sedang Anda lihat, namun meskipun seperti itu identitas Anda relatif anonim. Anda dapat mengubah identitas Anda dan berpura-pura menjadi orang lain. Anonimitas dapat juga mendorong kepada hubungan online yang berlebihan. Terbebas dari kemungkinan akuntabilitas mana pun dan absennya orang yang nyata di depan mereka, anonimitas yang tersedia secara online membawa beberapa pria untuk berelasi secara berbeda dengan pasangan anonim lainnya daripada yang mereka lakukan dalam kehidupan sebenarnya. Mereka menyatakan hal-hal mengenai diri mereka yang biasanya tidak akan mereka lakukan, meningkatkan kemungkinan terlibat dalam perilaku yang berisiko. MESIN-3C Dalam bukunya Sex and the Internet: A Guide for Clinicians, psikolog klinis Al Cooper (Cooper, 2002) mengeksplorasi pernyataan bahwa internet didorong oleh apa yang disebutnya sebagai “Mesin 3-C”. Internet bukanlah suatu medium yang statis dan pasif bagi penggunanya, namun merupakan suatu medium di mana penggunanya dapat berinteraksi dengan isinya. Mereka bukan semata-mata konsumen 36 WI RED FOR I NT IMACY yang pasif dari isi yang berbau porno, namun teknologi mengizinkan mereka untuk menjadi pengirim yang potensial di dalam prosesnya. Mereka dapat berkomunikasi dan bekerjasama sebagai anggota aktif dari sebuah komunitas. Komunikasi (Communication). Komunikasi menyediakan kesempatan untuk berbagi hidup kita dengan orang lain. Ini adalah sebuah bagian penting sebagai manusia—menceritakan kisah Anda dan membiarkan orang lain tahu siapa diri Anda. Zaman sekarang ini semua dapat dilakukan melalui komunikasi elektronik seperti SMS atau berhubungan lewat webcam. Berinteraksi dengan orang lain memperkuat fakta bahwa orang lain mengakui dan berespons terhadap Anda. Mengapa kita melakukannya? Karena hal ini memungkinkan kita untuk berbagi hidup dengan orang lain, terlepas dari natur palsu interaksi yang ada. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui internet berkembang pada pornografi dan membuatnya menarik. Pornografi bukan sekedar potret dari gambar-gambar telanjang atau sebuah tingkah laku seksual yang direkam di masa lalu, namun hal ini dapat berupa cyberseks yang dinamis, berkomunikasi secara langsung. Pria dapat melakukan webchat (ngobrol melalui web) dengan seorang model di tempat lain dan memintanya untuk melakukan aktivitas tertentu. Seksualitas kita dimaksudkan sebagai sebuah pertukaran yang diwujudkan antara suami dan istri seperti mereka menemukan kasih Allah. Sebaliknya, internet berfungsi sebagai media untuk berhubungan di mana gairah dan rangsangan seksual itu disalurkan, dan ini beroperasi sebagai mediator komunikatif dalam ekspresi seksualitas kita. Kolaborasi (Collaboration). Mesin kedua, kolaborasi, mengizinkan orang untuk bekerjasama mencapai sebuah tujuan. Salah satu manfaat terbesar dari internet adalah ia mengizinkan orang yang terpisah karena jarak untuk saling berinteraksi. Namun internet juga memampukan pengadaan koleksi gudang pornografi digital, pembentukan prostitusi dunia maya, dan jaringan materi seksual yang ilegal. Natur Dibanjiri dengan Hal-Hal Porno 37 kolaborasi dari internet telah mengizinkan orang untuk mempraktikkan kebobrokan seksual mereka, seperti berbagi file dari kumpulan pornografi anak. Dari perspektif sosial, ketika Anda mulai melibatkan diri dalam tingkah laku cyberseks, Anda beranjak dari komunikasi dengan pengguna pornografi lain kepada kolaborasi satu dengan lainnya. Hal ini berkembang dari “Hey, cobalah tengok” (komunikasi) kepada “Mari bertemu dan mulai membuat sesuatu” (kolaborasi). Dan kapan pun Anda berkolaborasi, Anda mulai membangun komunitas. Komunitas (Community). Mereka yang secara kolektif saling berbagi hidup dan bekerja menuju tujuan yang sama akan membentuk komunitas (Rheingold, 2000). Mereka yang saling berbagi material pornografi melihat orang lain sebagai sahabat dan anggota dari jaringan sosial mereka. Mereka berbagai ketertarikan, hasrat, dan karakteristik yang sama. Mereka mengikuti aturan-aturan tertentu mengenai bagaimana mereka berinteraksi satu dengan lainnya dan menganggap diri mereka sebagai bagian kelompok yang lebih besar. Sebagai anggota komunitas, mereka saling berbagi, saling berpartisipasi dan bahkan bekerja untuk saling memenuhi kebutuhan masing-masing. Adanya kebutuhan untuk saling berhubungan dan ekpresi seksual di mana Internet dan pornografi secara tidak sempurna bertemu, hasil yang logis adalah sebuah komunitas orang yang sama-sama terikat oleh ikatan pornografi yang sama. KERUSAKAN MAHA DAHSYAT Bukanlah teriakan dari pornografi yang membuatnya begitu kuat menguasai pria. Namun bisikan kebohongan dari pemenuhan seksual yang memangsa rasa tidak aman kita sebagai manusia. Ketika pria percaya kebohongan-kebohongan itu, mereka mengembangkan kebiasaan psikologis dan perilaku yang mencegah pemenuhan relasional. Pornografi membentuk dan merangkai ulang dalam cara tertentu di mana kita tidak dapat melihat wanita sebagaimana seharusnya kita melihatnya. Kita tidak lagi mengarahkan dorongan seksual 38 WI RED FOR I NT IMACY kita dengan cara yang benar. Pornografi mempersempit kemampuan kita untuk hidup secara benar dan kudus. Dalam artikelnya “The Porn Myth”, seorang feminis Naomi Wolf berargumentasi bahwa pornografi telah beranjak ke arus utama dari arena budaya dan sebagian besar karena internet, hal tersebut telah “mempornografikan” budaya kita. Ia melihat bahwa banyak feminis salah dalam mengasumsikan bahwa pornografi akan membuat pria menjadi makhluk seks ganas yang bengkok dari semua bentuk penyimpangan seksual. Sebaliknya, ia berargumentasi bahwa lambat laun kehebohan pornografi telah membuat pria cenderung kurang responsif secara seksual terhadap wanita sebenarnya. Saya sependapat dengannya. Pornografi telah membuat kebal seksualitas yang sehat dari para pria yang merupakan konsumen aktif dari pornografi. Wolf menulis, Dari sebagian besar sejarah umat manusia, gambar-gambar erotis telah menjadi refleksi, perayaan, pengganti, dari wanita telanjang yang sebenarnya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, kekuatan dan daya tarik gambar telah menggantikan kekuatan wanita telanjang yang sesungguhnya. Sekarang, wanita telanjang sesungguhnya hanyalah sebuah hal porno yang tidak menarik. (Wolf, 2003). Jadi bagaimana kita sampai kepada kerusakan maha dahsyat akibat beberapa faktor buruk yang saling beresonansi seperti faktor budaya, teknologi, dan psikologis yang mengerucut pada banyak pria? Bagaimana pornografi telah menguasai kehidupan dan melumpuhkan ekspresi seksualitas yang sehat? Bagaimana seharusnya gereja Kristen berespons terhadap isu yang aktual ini? Kita perlu melihat bagaimana pornografi merusak kita hingga ke akar-akarnya. Kita perlu kembali dan meninjau ulang apa artinya menjadi manusia—yang diciptakan menurut gambar Allah. Kita perlu mengerti apa artinya diciptakan sebagai pria. Kita perlu memiliki sebuah teologi yang mengerti pentingnya seksualitas kita dan seperti apa itu bagi kaum pria. Dan kita perlu merespons dengan cara tetap menghargai me- Dibanjiri dengan Hal-Hal Porno 39 reka yang telah dipengaruhi pornografi dan untuk menolong dalam proses restorasi, penebusan, dan kesembuhan. Daftar Pustaka Jacobellis v. Ohio. 1964. 378 U.S. 184. Bowring, Lyndon, ed. 2005. Searching for intimacy. Waynesboro, GA: Authentic Media. Catechism of the Catholic Church—English translation. 1997. (2nd Ed.). U.S. Catholic Conference, Inc. Cooper, Al. 2000. Cybersex: The dark side of the force. Philadelphia: Brunner-Routledge. Cooper, Al. 2002. Sex and the internet: A guidebook for clinicians. New York: Brunner-Routledge. Jensen, R., G. Dines and A. Russo. 1998. Pornography: The production and consumption of inequality. New York: Routledge. Jensen, Robert. 2007. Getting off: Pornography and the end of masculinity. Cambridge, MA: South End Press. Leahy, Michael. 2008. Porn nation. Chicago, IL: Northfield Publishing. Lewis, C. S. 1981. The pilgrim’s regress: An allegorical apology for Christianity, reason and romanticism. Grand Rapids, MI: Eerdmans. Paul, P. 2005. Pornified: How pornography is transforming our lives, our relationships, and our families. New York: Times Books. “Pornography.” Dictionary.com <http://dictionary.reference.com/browse/ pornography>. “Pornography.” Merriam Webster Online Dictionary. <www.merriamwebster.com/dictionary/pornography>. Rheingold, H. 2000. The virtual community: Homesteading on the electronic frontier. Cambridge, MA: MIT Press. Wolf, N. 2003. The porn myth. New York Magazine 20. 2 Perampasan Keintiman “Dari semua asumsi-asumsi ini, tak satu pun yang lebih mendasar dari kepercayaan bahwa tubuh wanita yang menarik secara fisik pada naturnya merupakan pemandangan yang luar biasa dimana kaum pria ditakdirkan untuk selalu menginginkannya secara luar biasa, berkompetisi untuknya, mengorbankan kesejahteraan emosional dan fisik untuknya, namun jarang dapat menikmatinya kecuali dari kejauhan.” (Gary R. Brooks, The Centerfold Syndrome) “Apakah pornografi itu dosa? Ini adalah salah satu pertanyaan pertama yang sering ditanyakan kepada saya oleh orang-orang Kristen maupun non-Kristen. Kebanyakan orang tidak terlalu tertarik untuk mengetahui kebenaran tentang pornografi lebih mendalam. Pertanyaan tersebut hanyalah manifestasi dari puncak gunung es untuk sebuah pertanyaan yang sebenarnya lebih merupakan pertanyaan nurani. Bagi sebagian orang, pertanyaan ini lebih merupakan pertanyaan yang ditanyakan melalui filter agama. Penggunaan kata “berdosa” sebagai kebalikan atau terminologi alternatif dari kata “salah,” “buruk,” “berbahaya,” atau “tidak sehat” menempatkan percakapan yang ada secara solid di dalam wilayah teologi. Mereka ingin menggunakan terminologi “jahat” atau “berdosa.” Banyak di dalam komunitas agama telah memiliki jawaban kepada pertanyaan-pertanyaan 42 WI RED FOR I NT IMACY ini, dan mereka hanya menguji saya untuk melihat apakah saya akan mendukungnya ataukah termasuk sebagai seorang bidat liberal. Jawaban apa pun selain “Ya, pornografi adalah dosa,” akan membawa saya kepada risiko kehilangan segala kredibilitas keagamaan saya karena posisi saya sebagai seorang profesor di sebuah perguruan tinggi Kristen. Namun untuk orang yang memandang seksualitas sebagai bagian integral dari sistem keagamaan, ini merupakan pertanyaan yang benar dan tepat untuk ditanyakan. Pandangan ini menyadari bahwa keintiman seksual merupakan dimensi penting dari penciptaan kita, dan memiliki warisan arti yang melampaui mekanisme reproduksi. Hal ini berada dalam lingkup yang lebih besar dari teologi kita yang terbatas. Kebutuhan akan makanan, air, tempat berteduh, dan berelasi, selalu menjadi pengingat bahwa kebutuhan-kebutuhan fisik kita hanyalah merupakan bayangan dari kebutuhan spiritual yang lebih mendalam, yang hanya dapat dipenuhi oleh Pencipta kita. Bagi sebagian orang lainnya, pertanyaan “Apakah pornografi itu dosa?” masih berakar pada dunia religius, namun hal tersebut merupakan pertanyaan yang lebih dalam dan pribadi. Hal tersebut tidak diarahkan pada teologi sistematika yang besar atau mencari kebenaran dogmatis yang sempit di dalam kerangka religius. Bagi mereka, pertanyaan tersebut berakar di dalam rasa takut bahwa mereka telah mencemari diri mereka sendiri dan berada di luar wilayah restorasi spiritual. Pendek kata, mereka yakin bahwa karena mereka telah melihat hal-hal porno atau memiliki hubungan berkelanjutan dengannya, mereka akan dihukum di neraka. Sejarah mereka dalam mengkonsumsi pornografi yang terus berulang telah menjadi bagian yang memalukan dari keberadaan mereka. Ketika menanyakan pertanyaan tersebut, sebenarnya mereka berharap akan adanya secercah harapan, sebuah pertolongan yang akan datang dan diberikan oleh “para ahli”, supaya mereka tidak selamanya terhilang dalam api neraka. Sebagian orang mungkin benar-benar condong untuk menganggap pertanyaan ini sebagai pertanyaan religius, namun sebagian lain- Perampasan Keintiman 43 nya berontak dan berargumentasi melawan larangan agama apa pun terhadap seksualitas. Ini merupakan sebuah semangat anti agama yang perlu direspons. “Apakah pornografi itu dosa?” tanya mereka, dan mereka berharap akan sebuah respons yang meyakinkan. Jawaban “ya” menjadi sebuah undangan untuk mengolok-olok siapa pun yang akan memegang bahwa seksualitas manusia tidaklah lebih dari kebutuhan binatang yang tidak memiliki arti religius ataupun moral sama sekali. Seks hanyalah seks; usaha apa pun untuk menambahkan signifikansi agama apa pun terhadapnya dirasa kurang tepat. Pandangan ini memegang prinsip kesenangan hedonistik di atas keberatan moral ataupun keagamaan mana pun terhadap pornografi. Ia mendorong kita untuk memaksimalkan pengalaman-pengalaman orgasmik kita dan menyingkirkan semua rasa bersalah yang tidak perlu dan rasa malu yang ingin dibebankan kepada kita oleh agama, dalam bentuk formalnya. Para pemimpin agama yang gagal untuk memegang etika seksual yang mereka khotbahkan adalah orang-orang yang paling munafik. Tujuan di balik argumen-argumen ini bukanlah untuk membenarkan pornografi, namun untuk mengolok dan merobohkan sistem-sistem keagamaan yang menganggap tingkah laku seksual itu memiliki nilai transenden. Sebuah Pertanyaan Moral Pornografi tidak perlu dibatasi kepada diskusi-diskusi agama. Kebanyakan melihat dampak yang dihasilkan oleh pornografi terhadap para individu atau dampaknya sebagai bagian dari dunia sosiologis. Pertanyaan mereka mungkin lebih tepat digambarkan sebagai, “Apakah pornografi itu buruk, merusak atau berbahaya bagi masyarakat kita?” Seseorang hanya perlu melihat kepada faktor-faktor utama budaya, teknologi, psikologis, biologis, dan spiritual yang mengerucut di dalam budaya kita saat ini untuk melihat bagaimana pornografi telah menjadi salah satu tanda signifikan perampasan aspek kemanusiaan. Fakta bahwa budaya kita didedikasikan kepada kapitalisme dan konsumerisme berkontribusi kepada salah satu mantra iklan 44 WI RED FOR I NT IMACY kuno, “Seks itu laku dan memiliki nilai jual.” Hampir setengah abad setelah revolusi seksual tahun 1960-an, kita masih mengalami dampak guncangannya (Paul, 2005). Pria berbagi kebutuhan dasar manusiawi yang sama dengan wanita. Kebutuhan akan keintiman, untuk dikenali dan mengenali, menjadi dekat, diakui, dikasihi; semua adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan akan keintiman mengharuskan kita memahami siapa kita dan berbagi semua hal itu dengan mereka yang kita ingingkan dikenali olehnya. Ketika kita menjadi lebih intim, orang yang mengenal kita akan memberitahukan hal-hal yang tidak kita lihat dalam diri kita sendiri. Kita membiarkan orang yang intim untuk menemukan kita dengan cara yang tidak dapat kita lakukan sendiri dan melakukannya dengan mereka. Ini merupakan proses yang semakin lama semakin berkembang dan menjadi semakin dalam. Kita lebih mengenal diri kita sendiri karena kita dikenali lebih dalam lagi. Keintiman yang kita miliki dengan Allah dan dengan orang lain memampukan kita untuk menjalani perjalanan kita menuju pengudusan atau kerusakan. Pornografi merampas kemampuan kita untuk menjadi intim. Ia menarik konsumen dan produser kedalamnya dengan janji keintiman, namun gagal untuk membangun hubungan antara dua insan manusia (Balswick dan Balswick, 1999; Kelsey dan Kelsey, 1999). Ketertarikan Itu Segala sesuatu tentang pornografi menarik dan mendorong dalam jiwa kaum pria. Tarikannya sangat mudah untuk diidentifikasi. Bentuk tubuh wanita telanjang dapat begitu menyihir. Seorang wanita yang bersedia untuk ikut serta dalam aktifitas seksual atau untuk mengekspos ketelanjangan mereka sangat menggoda pria. Kesadaran akan seksualitas diri sendiri, keinginan untuk mengenal dan mengalami sesuatu yang baik bersumber dari kedalaman diri. Sebuah gambar mulai merasuk ketika kita semakin lama melihatnya. Ia menghasilkan momentum dan dapat mencapai sebuah titik seperti sebuah truk gandeng yang meluncur menuruni bukit tanpa rem. Perampasan Keintiman 45 Ini baru berbicara mengenai sebuah gambar telanjang. Melalui pornografi yang lebih dinamis dan hidup (video, cyberseks interaktif), Tsunami hormonal dan neurologis yang dihasilkannya akan semakin besar. Tsunami ini dapat menyelimuti kemampuan Anda untuk membuat keputusan yang bijaksana (Seymour dan Dolan, 2008, hlm. 662-71; Ariely dan Loewenstein, 2006, hlm. 87; Schwarz, 2000, hlm. 433-40). Gambar-gambar dan video itu membawa Anda kepada sebuah jendela tepat pada waktunya di mana Anda dapat membohongi realita hidup ini. Realita alternatif ini memiliki sedikit konsekuensi langsung kecuali untuk rangsangan seksual dan orgasme. Pengetahuan dan janji ekstasi seksual ini dapat begitu membutakan. Ketika terjebak dalam pusaran psikologis dan fisiologis dari pornografi, kesempatan untuk lari daripadanya sangatlah tidak menyenangkan. Anda ingin membiarkan pornografi menarik diri Anda. Banyak pria dapat menghabiskan waktu berjam-jam melihat pornografi, secara terus menerus menambah rangsangan seksual mereka dan menipu diri mereka sendiri untuk bersiap-siap bagi pertemuan seks dengan orang lain yang (biasanya) tidak pernah terjadi. Ketika mereka melakukan ini, mereka secara neurologis melatih diri untuk merespons kepada jenis gambar-gambar yang mereka lihat. Ini tidak hanya visualisasi aktual dari bentuk telanjang, namun merupakan manipulasi mental dan fantasi yang menambah kebutuhan akan seorang teman di dalam keintiman. Pria melihat banyak sekali tanda-tanda seksual di sepanjang hari, namun mereka juga memanipulasi secara mental gambar-gambar ini dan berfantasi mengenai bagaimana berhubungan intim dengan salah satu wanita ini. Cara di mana otak pria terorganisir dalam satu arah, berorientasi tujuan dan visuospatial (manipulasi mental objek-objek yang ada) membuatnya menjadi arena bermain yang sempurna bagi fantasi seksual—konsumsi mental terhadap seksualitas orang lain (Loftus, 2002). Karena struktur-struktur kognitif ini dan kemampuan untuk menyimpan gambar-gambar seksual yang berhubungan dengan rangsangan seksual dan gratifikasinya, akal pikiran dari banyak pria 46 WI RED FOR I NT IMACY menjadi studio film dewasa yang personal sesuai keinginan masingmasing. Wanita mana pun yang telah mereka lihat dan siapa pun yang dapat mereka bayangkan adalah para pemainnya. Ketika hal-hal porno dan fantasi mengambil alih pikiran, ia menjadi sebuah teater idaman yang terwujud dari dunia nyata kita. Setiap wanita di mana ia bertemu dapat dijadikan objek, ditelanjangi dan dievaluasi sebagai pasangan seks mental yang bersedia (maupun tidak). Ia dinilai berdasarkan kemampuan seks yang dibayangkan dan kemudian disimpan untuk kegunaan pada masa mendatang atau dibuang begitu saja sebagai sesuatu yang tidak berguna. Konsumsi mental terhadap diri orang ini merupakan pelanggaran dari gambar Allah dalam diri setiap kita. Banyak wanita dapat mengetahui ketika seorang pria sedang menelanjanginya secara mental. Murid-murid saya melaporkan bagaimana hal ini membuat mereka tidak nyaman ketika mereka tahu bahwa hal tersebut sedang dilakukan. Para wanita di kelas saya seringkali menyuarakan tentang berbagai ketidaknyamanan mereka ketika kami berdiskusi mengenai hal ini. Seorang murid wanita mengatakan, “Saya dapat mengetahui ketika seorang pria sedang menggunakan saya secara mental sebagai mainan di kepalanya, bahkan ketika ia sedang berbicara dengan saya. Ia tidak melihat mata saya, gelisah, terus melihat [payudara] saya dan ia kira saya tidak memperhatikannya, namun saya memperhatikannya. Dibutuhkan semua energi dalam diri agar saya tidak berteriak. Ketika seorang pria melakukan itu terhadap saya, saya hanya ingin pulang ke rumah dan mandi.” Bukannya mereka tidak ingin memiliki hubungan yang intim— mereka ingin. Sebagian besar kita ingin; ini merupakan bagian dari menjadi manusia dan kerinduan kita akan keintiman. Mereka hanya tidak ingin melihat itu di muka pria yang ingin mereka ajak bercakapcakap dan melihat diri mereka sebagai sebuah konsumsi seksual. Saya terkesan akan kemampuan banyak wanita untuk mendeteksi ini ketika hal tersebut terjadi di dalam sebuah percakapan dengan seorang pria. Tidak hanya wanita-wanita ini pergi menjauh dengan sebuah impresi negatif terhadap pria yang berbicara dengan mereka, Perampasan Keintiman 47 wanita-wanita ini juga mengatakan bahwa menelanjangi secara mental dan manipulasi yang dilakukan membuat mereka merasa kotor secara seksual. Dorongan Menghindar Bertolak belakang dengan daya tarik pornografi, bagian dari natur kita adalah mendorong berlawanan terhadapnya. Rangsangan yang dihasilkannya dapat juga memiliki sebuah elemen ketakutan, rasa jijik atau keinginan untuk menghindarinya. Sementara banyak pria memuaskan diri secara bebas tanpa ragu, yang lain merasa jijik dengan respons mereka terhadap pornografi. Rangsangan yang mereka alami secara seksual ditemani oleh perasaan malu, bersalah, dan cemas yang bertolak belakang. Pria semacam ini memiliki perasaan bahwa ada sesuatu yang tidak benar yang sedang mereka lakukan. Lirihan suara itu dibungkam ketika melihat pornografi, namun setelahnya muncul rasa bersalah bahwa seharusnya tidak melihatnya. Kita secara intuitif tahu bahwa apa yang kita lihat itu seharusnya tidak untuk dilihat. Kita telah menerobos masuk kepada ruang keintiman seseorang. Bagi hati nurani yang bekerja benar, melihat pornografi menimbulkan sebuah rasa bersalah yang sehat. Bagi hati nurani yang kering, nurani yang telah tergerus oleh penyalahgunaan, rasa takut, keegoisan atau ketereksposan terhadap dosa, pornografi hanyalah sesuatu dari sekian banyak aktivitas yang Anda lakukan. Nurani yang kering dipaksa untuk berpaling melawan dirinya sendiri dan jatuh ke dalam rasa putus asa melawan diri sendiri, juga rasa malu yang tidak sehat, atau untuk mengadopsi standar baru yang mengizinkan penerimaan terhadap pornografi. Standar tersebut mungkin akan berhasil untuk suatu masa, namun sesungguhnya akan membawa kepada rasa luka, sakit, dan menderita. Kebenaran yang kurang menguntungkan tentang pornografi bahwa sebagian besar dari rasa sakit yang timbul dari pornografi mungkin lebih berdampak pada kehidupan orang lain daripada terhadap orang yang berhati nurani kering itu sendiri. Pernikahan, keluarga, 48 WI RED FOR I NT IMACY persahabatan, karir, dan pelayanan seringkali hancur karena efek pornografi oleh pria. Kontak Pertama Waktu kecil, saya mengenal seorang anak laki-laki bernama Max. Ia adalah anak tunggal, dibesarkan oleh ibu yang telah bercerai. Ayahnya absen dalam sebagian besar hidupnya, dan Max bergumul dengan rasa terabaikan dan bersalah yang umum bagi kebanyakan anak-anak dari keluarga yang bercerai. Dalam sebuah perjalanan akhir pekan ke rumah ayahnya ketika ia berumur dua belas, ia tidak sengaja melihat majalah playboy dan tidak begitu mengejutkan, ia terangsang secara seksual. Koleksi pornografi ayahnya begitu banyak kemudian Max memanfaatkan kesempatan ini hingga tidak ketahuan kalau majalah ayahnya telah terambil satu. Ia memilih sebuah majalah dengan model sampul yang ia rasa menarik dan memasukkannya di dalam tasnya. Selama akhir minggu itu ia begitu antusiasnya. Ia tidak dapat menunggu untuk kembali ke rumahnya sehingga dapat melihat majalah itu. Ia begitu gugup kalau-kalau ayahnya menemukan ketertarikannya yang baru itu dan merasa lega ketika kunjungan akhir pekannya berakhir. Ketika ia tiba di rumah, Max cepat-cepat ke kamarnya dan menyembunyikan majalah itu ditempat di mana ia cukup yakin ibunya tidak akan menemukannya. Max kemudian mulai merasakan gejolak antusiasme dalam dirinya. Ia sangat yakin bahwa ibunya tidak suka Max melihat majalah itu dan Max sendiri tidak mau berurusan dengan iman agama ibunya. Max tahu bahwa mencuri majalah itu adalah salah, tapi ia juga tahu bahwa ia tidak dapat menahannya. Yang ia tahu hanyalah harus melihat gambar-gambar itu, namun hanya ketika situasinya aman. Max terbangun di malam hari dengan majalah dan rasa bersalah itu dibenaknya. Ia sangat takut kalau ibunya akan bangun ketika ia bangun untuk mengambil majalah itu, namun ia tidak dapat menghilangkan majalah itu dari pikirannya. Ia akhirnya tertidur sangat Perampasan Keintiman 49 larut di malam itu dan bangun di pagi berikutnya dengan letih dan sulit berkonsentrasi. Ia pergi ke sekolah dan bersosialisasi dengan teman-temannya namun begitu enggan untuk menceritakan apa yang dilakukannya. Ia buru-buru pulang ke rumah setelah pulang sekolah karena ia mengetahui ibunya tidak akan sampai di rumah dalam satu jam mendatang. Setibanya di rumah, ia mengeluarkan majalah itu dari tempat persembunyiannya dan mulai melihat setiap halamannya, ia tidak mampu menyingkirkan matanya dari gambar-gambar itu. Ia mengingat, “Rasanya saya seperti menyerap gambar-gambar ini, dan gambar-gambar itu menciptakan sebuah perasaan yang belum pernah dirasakan sebelumnya di dalam diri saya. Rasanya seperti jatuh cinta kepada seorang wanita dan ingin menciumnya, namun ada desakan yang semakin besar di sana, di bawah perut saya, yang saya tidak tahu harus berbuat apa. Saya merasa seperti ingin meledak.” Max menyembunyikan majalah itu dan pergi ke sekolah di hari berikutnya. Ketika ia pulang ke rumah di siang hari, ia memeriksa tempat persembunyiannya mencuri-curi kesempatan melihat majalah itu ketika ibunya sedang menyiapkan makan malam. Majalah itu hilang dan tidak ada di sana! Max tahu bahwa ibunya pasti telah menemukannya dan mengambilnya. Ia sangat ketakutan. Ketika ia turun dari kamarnya untuk makan malam, ibunya tidak berbicara kepadanya dan menatapnya saja ketika ia makan. Ia duduk diam dengan tidak nyamannya di sepanjang makan malam itu. Ketika ia kembali ke kamarnya, ia menangis. Ia bertanya-tanya apakah ibunya berpikir bahwa ayahnya telah memberinya majalah itu. Ia tidak ingin ibunya menghentikan kunjungannya ke tempat ayahnya. Ia berharap ayahnya atau kakak laki-lakinya dapat menjelaskan semuanya itu kepadanya, ia sangat malu akan apa yang telah dipikirkan ibunya mengenai dirinya. Banyak pria tersambung dengan cerita Max ini. Ini adalah sebuah contoh dari rasa antusias yang berbaur, rasa cemas, malu, dan rasa bingung yang sering mengiringi peristiwa kontak pertama seorang 50 WI RED FOR I NT IMACY anak laki-laki terhadap pornografi. Bagaimana pun juga, pengalaman Max bukanlah wakil dari ketereksposan kontak pertama bagi kebanyakan anak laki-laki saat ini. Sementara majalah pornografi telah menjadi sarana “kontak pertama” sebelum tahun 1990-an, saat ini kontak pertama kebanyakan terjadi melalui internet, dengan gambargambar yang tersebar dalam spektrum yang sangat luas. Emosi yang dialami Max, masih tetap relevan bagi anak-anak remaja saat ini. Seksualitas Sehat VS. Tidak Sehat Apakah yang dimaksud dengan seksualitas yang sehat dan bagaimana hal ini dapat dibedakan secara jelas dengan seksualitas yang tidak sehat? Mari kita lihat perbedaan-perbedaan berikut ini (Maltz dan Maltz, 2008). Banyak pria, yang sedang bergumul dengan pornografi, di mana saya pernah bekerja sama dengannya, pernah berbagi betapa frustasi dan malunya mereka akan respons otomatis mereka terhadap para wanita yang ditemui. Mata mereka segera tertuju pada payudara, pantat, ataupun pinggul wanita tersebut. Aktivitas objektifikasi wanita tersebut, melihat “bagian-bagian” tubuh mereka lantas mengevaluasinya sebagai pasangan seksual potensial sepertinya telah menjadi suatu refleks. Hal ini merupakan sebuah konsekuensi dari kebiasaan penggunaan pornografi dan pemenuhan pikiran dengan fantasifantasi seksual mereka. Salah satu kemenangan terbesar seorang pria yang mulai sembuh dari kecanduan pornografi dan dorongan seksual yang kompulsif adalah ketika ia dapat melihat wanita cantik dan tidak merasakan perlunya untuk memperlakukannya secara mental sebagai objek seksual dirinya. Seorang pria dengan hati nurani yang baik dan dipenuhi dengan Roh memiliki pandangan yang sehat mengenai seksualitas. Ia menghargai gambar Allah dalam diri para wanita (dan pria) yang ditemuinya dan telah melatih pikirannya untuk mengontrol pikiranpikiran seksual ini. Ia dapat mengalami kebebasan yang agung dalam interaksinya dengan wanita. Ia tidak meniduri secara mental setiap Sanctuary of the Soul (Tempat Perlindungan Bagi Jiwa) Perjalanan Menuju Doa Meditasi Richard J. Foster Pada hari ini, distraksi merupakan salah satu masalah terbesar yang kita hadapi. Semua dorongan visual, semua percakapan di internet, semua kebisingan ini menghalangi kita untuk bisa memusatkan perhatian. Ini merupakan masalah penting dalam hubungan kita tetapi lebih penting lagi dalam hubungan kita dengan Tuhan. Singkatnya, kita telah kehilangan kemampuan untuk memusatkan perhatian kepada Allah dalam tempat perlindungan dari jiwa ini. Buku ini diharapkan menolong kita agar bisa kembali mendengar Allah di dalam keheningan yang agung, memiliki kasih, dan meliputi segala sesuatu. Apakah Anda telah dibutakan oleh kedangkalan budaya modern? Apakah Anda telah menjadi lelah dengan semua pergumulan, semua hiruk pikuk dan keramaian yang ada? Apakah Anda merasakan adanya suatu rasa lapar yang dalam akan kehadiran Allah yang hidup? Jika benar, temanku, selamat datang ke rumah. Rumah penuh kedamaian, ketenangan, dan sukacita. 2011 Leadership Journal Top Book of the Year! Info lengkapnya kunjungi: www.perkantasjatim.org Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: [email protected], www.perkantasjatim.org Culture Making (Menciptakan Kebudayaan) Menemukan Kembali Panggilan Kreatif Kita Andy Crouch Tidak cukup, hanya mengutuki kebudayaan. Juga sekadar mengritik, meniru, atau memakai kebudayaan. Satu-satunya jalan untuk mengubah kebudayaan adalah dengan cara menciptakan kebudayaan. Andy Crouch menantang semua orang Kristen untuk menjadi para pencipta kebudayaan. Kita diajak berperan aktif dalam tindakan Allah membuat dan mengubah kebudayaan bahkan dunia ini dalam skala terkecilnya. Buku ini memberikan suatu bentuk model penting yang menggerakkan suatu generasi baru kekristenan yang kreatif secara budaya. Mari bergerak dari pemakai menjadi pencipta kebudayaan. Temukan kembali panggilan kreatif Anda dalam membuat budaya bahkan berdampak sampai mengubah dunia. “Bukan, buku ini bukan buku bagus. Ini buku dahsyat.” James Emery White 2009 Christianity Today Book Award Winner Info lengkapnya kunjungi: www.perkantasjatim.org Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: [email protected], www.perkantasjatim.org Bahaya Ibadah Sejati Sebuah Panggilan Memerangi Ketidakadilan Mark Labberton APA YANG DIPERTARUHKAN DALAM IBADAH? S E G A L A N Y A Ibadah adalah sebuah tindakan berbahaya untuk bangkit bagi Allah dan tujuan-Nya di dunia. Namun ada yang salah dengan ibadah kita saat ini. Ibadah terlalu sering menjadi tempat yang aman dan memuaskan hasrat pribadi, penuh dengan pengalaman sempit ketika tiap individu hanya mengekspresikan penyembahan pribadinya. Bahkan ketika berkumpul secara komunal, ibadah terasa begitu nikmatnya sampai-sampai kita sering menutup mata untuk orang-orang di sekitar kita, seakan-akan fokus kepada Allah tetapi sebenarnya mengabaikan sesama. Lalu seperti apakah ibadah yang Alkitabiah sebenarnya? Melalui suara kenabiannya, Mark Labberton menghubungkan ibadah Kristen dengan panggilan menegakkan keadilan yang Alkitabiah. Dari awal sampai akhir, ibadah harus mengejar keadilan dan mencari kebenaran, menghasilkan transformasi kehidupan yang memperhatikan orang miskin dan tertindas. Ia menunjukkan bagaimana cara bergerak melampaui kenyamanan dalam ibadah yang aman hingga membuahkan ibadah yang terus terjaga akan setiap kebuthan kebutuhan sesama maupun dunia. Info lengkapnya kunjungi: www.perkantasjatim.org Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: [email protected], www.perkantasjatim.org Keselamatan Milik Allah Kami Merayakan Kisah Utama Alkitab Christopher J. H. Wright Suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya … dengan suara nyaring mereka berseru: “Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!” Setiap kata dalam Wahyu 7:10 menggemakan tema yang signifikan dalam Perjanjian Lama dan Baru. Christopher Wright melihat kisah keselamatan Allah, dengan memakai ayat ini sebagai lensanya untuk menunjukkan betapa luasnya karya penyelamatan Allah dalam Alkitab meliputi, karakter dan tujuan Allah, kematian dan kebangkitan Yesus, penebusan seluruh ciptaan, dan tanggung jawab misi Kristen. Selain itu, juga menjawab berbagai pertanyaan seputar keselamatan seperti: - Apakah agama dan usaha keagamaan dapat menyelamatkan? - Apakah ada keselamatan dalam agama-agama lain? - Apakah yang membuat Anda merasa yakin telah diselamatkan? Eksposisi yang sangat jelas, dalam, dan disampaikan dengan hangat yang memperkaya pemahaman kita tentang keselamatan yang alkitabiah. Info lengkapnya kunjungi: www.perkantasjatim.org Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: [email protected], www.perkantasjatim.org