Wired for Intimacy Cetak.indd

advertisement
WIRED FOR INTIMACY
(Dirancang untuk Keintiman)
Bagaimana Pornografi Membajak Otak Pria
Dr. William M. Struthers
L iteratur P erkantas J awa T imur
W ired for I n timacy
(Dirancang untuk Keintiman)
Bagaimana Pornografi Membajak Otak Pria
oleh William M. Struthers
Originally published by InterVarsity Press as
Wired for Intimacy
by William M. Struthers
Copyright © 2009 by William M. Struthers
Translated and printed by permission of InterVarsity Press
P.O. Box 1400, Downers Grove, IL 60515-1426, USA
Alih Bahasa: Junedy Lee, Handy Hermanto
Editor: Milhan K. Santoso
Penata Letak: Milhan K. Santoso
Desain Sampul: Ailsa Widjaja
Hak cipta terjemahan Indonesia:
Literatur Perkantas Jawa Timur
Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292
Telp. (031) 8413047, 8435582; Faks. (031) 8418639
E-mail: [email protected]
www.perkantasjatim.org
Literatur Perkantas Jatim adalah sebuah divisi pelayanan literatur di bawah naungan Persekutuan
Kristen Antar Universitas (Perkantas) Jawa Timur. Perkantas Jawa Timur adalah sebuah kegerakan yang
melayani siswa, mahasiswa, dan alumni di sekolah dan universitas di Jawa Timur.
Perkantas Jatim adalah bagian dari Perkantas Indonesia. Perkantas sendiri adalah anggota dari pergerakan
International Fellowship of Evangelical Students (IFES). Untuk informasi lebih lanjut mengenai
kegiatan yang ada secara lokal maupun regional di Jawa Timur dapat menghubungi melalui
e-mail: [email protected], atau mengunjungi Website Perkantas Jatim di www.perkantasjatim.org
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
ISBN: 978-602-96700-5-9
Cetakan Pertama: Februari 2012
Hak cipta di tangan penerbit. Seluruh atau sebagian dari isi buku ini tidak boleh diperbanyak, disimpan
dalam bentuk yang dapat dikutip, atau ditransmisi dalam bentuk apa pun seperti elektronik, mekanik,
fotokopi, rekaman, dlsb. tanpa izin dari penerbit.
Untuk setiap orang yang rindu dikenal sebagai orang yang
kudus dan benar
DAFTAR ISI
Ucapan Terima Kasih................................................................
6
Kata Pengantar.........................................................................
7
Bagian 1: Bagaimana Pornografi Bekerja
1. Dibanjiri dengan Hal-Hal Porno.....................................
15
2. Perampasan Keintiman...................................................
41
3. Akibat dari Pornografi....................................................
67
4. Otak Anda Terhadap Hal-Hal Porno...............................
93
Bagian 2: MASKULINITAS DAN SEKSUALITAS YANG SEHAT
5. Pria Diciptakan Menurut Gambar Allah.......................... 127
6. Maskulinitas.................................................................. 151
7. Pria Membutuhkan Keintiman........................................ 177
8. Merangkai Ulang dan Pengudusan.................................. 205
UCAPAN TERIMA KASIH
Ada banyak orang yang ingin saya ucapankan terima kasih atas bantuan dan dorongan dalam penulisan buku ini. Pertama istri saya,
Donna, yang selama kesibukannya dalam perjalanan menuju rumah
orang tuanya bersama dengan anak-anak yang tertidur di dalam mobil menantang saya untuk menawarkan kelas tentang pria dan kecanduan di Wheaton College. Kedua, orang-orang di InterVarsity Press
dan InterVarsity Christian Fellowship yang telah membantu saya
sepanjang jalan: editor saya, Al Hsu, dengan memberikan wawasan
yang tajam dan umpan balik kepada saya, dan Roger Anderson, yang
mengatur workshop pornografi dan berbagai kesempatan untuk berbicara dan membagikan apa yang dibutuhkan oleh para pria. Dan
akhirnya teman-teman saya, mahasiswa, dan rekan-rekan yang telah
meluangkan waktu untuk membantu saya dalam membaca naskah
awal dan memasukkan ide-ide mereka. Anda tahu siapa Anda, dan
saya tersanjung dengan dukungan Anda.
KATA PENGANTAR
Apa yang membuat pornografi begitu menggoda bagi banyak pria?
Mengapa tubuh wanita telanjang atau film seorang wanita yang berhubungan seks sepertinya menguasai otak pria, menghipnotisnya
dan membuatnya tidak mampu mengambil keputusan-keputusan
yang baik? Mengapa seorang pria yang telah menikah dengan seorang
wanita cantik masih mungkin mempertaruhkan relasinya untuk sebuah klip video berdurasi 10 detik dari pasangan lain yang beradengan seks? Ada apa dalam diri seorang pria yang membuatnya begitu
sulit untuk berpaling dari pornografi?
Walaupun pornografi merampas dan menghancurkan kehidupan
baik pria maupun wanita, namun buku ini dan riset di dalamnya
hampir sepenuhnya berfokus pada dampak pornografi terhadap pria.
Memang benar bahwa semakin banyak wanita menjadi konsumen
pornografi, tetapi tidak diragukan bahwa kaum prialah yang terutama terjerat di dalamnya. Dan alasan wanita menonton pornografi sangatlah berbeda dari pria. Kaum pria sepertinya dirancang sedemikian rupa sehingga pornografi mengambil alih kerja otak yang benar
dan memberikan dampak panjang bagi pikiran dan hidup mereka.
Sebagai seorang biopsikolog dan seorang yang beriman, saya berada dalam posisi unik untuk menanggapi berbagai pertanyaan di
8
WI RED FOR I NT IMACY
atas. Sangatlah sulit menjadi seorang Kristen dan tidak menjadi sensitif terhadap pengaruh jahat pornografi juga pandangan melenceng
mengenai seksualitas yang membanjiri kebudayaan kita. Pornografi
dan hiperseksualitas yang terdapat di dalam media hampir mustahil
dihindari.
Ketika saya memeriksa dengan teliti beberapa kepercayaan Kristen
saya mengenai seksualitas dan merasa terpanggil untuk berespons
terhadap perusakan budaya ini, diluar dugaan saya mendapatkan kesempatan untuk mengintegrasikan iman dengan disiplin ilmu saya.
Seiring dengan yang telah saya pelajari mengenai bagaimana otak
berkembang, bagaimana hormon dan budaya memengaruhinya, dan
bagaimana kecanduan serta kompulsi berkembang, maka semakin
nyata mengapa banyak pria sangat bergumul dalam hal ini. Dalam
buku ini saya membagikan materi tersebut dan saya berharap dapat
menjadi bagian dari proses penyembuhan, bagi banyak orang yang
mendambakannya.
Seperti kebanyakan anak laki-laki yang dibesarkan pada tahun
1980-an, saya sesekali mendapatkan kesempatan untuk melihat katalog-katalog lingerie (pakaian dalam wanita) dan majalah pornografi
softcore yang disembunyikan oleh teman-teman dan saudara saya.
Inilah awal kejatuhan saya terhadap tubuh wanita telanjang, membangkitkan apa yang sekarang saya tahu sebagai ketertarikan seksual.
Semakin saya bertumbuh, ketersediaan hal-hal yang berkaitan dengan
wanita telanjang semakin terbuka dan berbagai macam adegan seksual erotis dalam film-film yang ada menjadi begitu tinggi, di berbagai saluran kabel TV seperti HBO dan Playboy. Video buatan pribadi
belum pernah semudah saat ini memasuki dan merambah kedalam
semua jenis pornografi. Meskipun saya tidak dapat mengingat perasaan tertarik yang begitu besar terhadap pornografi, saya tidak akan menyangkal bahwa
hal tersebut begitu menghipnotis saya ketika berhadapan dengannya.
Namun saya terkejut oleh cengkeraman pornografi yang begitu kuat
terhadap beberapa teman remaja saya dan keinginan mereka untuk
Kata Pengantar
9
mengekspos saya terhadap hal-hal tersebut. Mungkin saya termasuk
terlambat dalam kemunculan dorongan seksual, namun ketika memasuki usia dua puluhan, ketertarikan saya terhadap hal-hal porno
menjadi begitu besar. Ketika saya benar-benar legal secara hukum
dan tinggal dengan pria-pria lainnya yang menikmati kebebasan kehidupan perguruan tinggi, saya mengenal bentuk-bentuk pornografi
lainnya. Saya semakin sadar betapa banyak pria yang berlangganan
majalah Playboy dan secara teratur menyewa video porno. Saya mulai
memperhatikan berapa banyak dari teman-teman dan rekan-rekan
saya—para pria yang berdasarkan aspek-aspek lainnya akan menjadi
kekasih dan suami yang baik—mengorbankan hubungan mereka
dengan wanita yang nyata untuk sebuah gambar wanita yang ada
di majalah, atau video dari pasangan yang sedang melakukan hubungan seks. Saya mengakui bahwa saya bukanlah seorang yang suci
dan tidak memalingkan mata dari setiap godaan. Saya percaya bahwa
hanya oleh anugerah Allah yang melindungi saya dari godaan halaman-halaman dan layar bermateri porno.
Saya menemukan banyak sekali manfaat yang diberikan teknologi komputer kepada saya termasuk pengetahuan yang begitu luas
melalui Internet. Namun saya juga menghapus lusinan email setiap
hari yang menawarkan materi berbau pornografi, produk-produk
peningkat gairah seksual, ataupun kesempatan untuk pertemuan
dalam berbagai aktivitas seksual. Tempat kerja saya memiliki filter
Internet, namun materi-materi seksual eksplisit sangat mudah diakses jika Anda memiliki ketetapan hati yang kuat. Saya mengenakan
alat blokade otomatis ketika dihadapkan dengan iklan-iklan model
Victoria’s Secret di margin halaman ramalan cuaca saya. Halaman
utama jasa penyedia internet saya dipenuhi dengan layanan kencan
(“Wanita-wanita lajang seksi di area Anda sedang mencari teman
kencan!”), dan website olahraga saya memiliki galeri-galeri dari para
pemandu sorak berpakaian minim. Jika saya menonton pertandingan sepakbola di televisi dengan anak-anak, saya juga harus sigap untuk mengganti saluran ketika iklan Viagra ditayangkan. Dalam dunia
10
WI RED FOR I NT IMACY
yang telah mejadi begitu hiperseksual, sangat sulit untuk melewati
hari tanpa diserang dan dilumpuhkan oleh gangguan pornografi.
Banyak orang menanyakan apakah saya pernah melihat pornografi. Saya tidak yakin, jika pertanyaannya ditujukan untuk melabelkan diri saya sebagai seorang hipokrit atau untuk mengungkap
mentalitas “semua juga melakukannya” dari diri saya. Ketika saya
memberi tahu mereka bahwa saya menemukan banyak hal berbau
pornografi di televisi ataupun di stan-stan berita, mereka mengernyit.
Nyata-nyata hal ini telah membuat saya menjadi seorang pembual
yang sok benar dan omong doang, dimana saya percaya bahwa ini
lebih buruk daripada menjadi seorang hipokrit. Ya, saya pernah melihat pornografi karena pornografi ada di mana-mana. Anda tidak
dapat lari darinya; jika Anda tidak melihatnya secara sengaja, Anda
akan melakukannya secara tidak sengaja. Akibat dari ketereksposan
yang berulang terhadap pornografi dan objektifikasi (menghadirkan imajinasi menjadi sebuah objek nyata- pent.) dari tubuh wanita
mengubah cara otak kita memandang satu sama lain. Ketereksposan
berulang terhadap rangsangan apapun akan menghasilkan pembentukan sirkuit neurologis. Inilah cara kita belajar. Namun apa yang
diajarkan pornografi dan bagaimana pornografi mengubah mereka
yang mengonsumsinya secara teratur?
Perjalanan saya dalam menanyakan pertanyaan ini mulai beberapa
tahun lalu ketika saya duduk sebagai salah satu dewan pengajar sebuah
perguruan tinggi Kristen. Ada dua hal penting yang terjadi. Pertama,
saya mengenal tiga pria yang berada pada fase kehidupan yang berbeda dan dari berbagai latar belakang yang memiliki masalah dengan
pornografi. Mereka juga terlibat dalam perilaku seksual yang menyimpang. Pria-pria ini telah mengizinkan pornografi membengkokkan
pandangan mereka mengenai seksualitas dan hal ini memengaruhi
mereka serta berdampak negatif bagi keluarganya. Melihat para pria
ini berurusan dengan konsekuensi dari permasalahan mereka sangatlah menyakitkan. Pada suatu waktu, saya merasa bahwa tanpa sadar
telah berkontribusi terhadap kehancuran dari pernikahan seorang
Kata Pengantar
11
pria dengan mendorongnya untuk menemukan kehebatan berdagang saham dengan cepat dan mudah lewat Internet. Alih-alih, ia
menemukan Internet tersebut sebagai gerbang pornografi gratis dan
kehancuran.
Faktor kedua adalah kelas psikologi semester atas yang saya ajar tentang Pria dan Kecanduan. Sebagai bagian dari kelas ini, saya menghabiskan cukup banyak waktu untuk mengeksplorasi penemuanpenemuan mengenai pergumulan para pria dengan pornografi dan
perilaku seksual kompulsif. Kami mengevaluasi apakah seseorang
dapat kecanduan terhadap hal-hal porno dan apakah ini harus diklasifikasikan sebagai sebuah masalah klinis. Komponen kelas tersebut
akhirnya menjadi sebuah undangan bagi banyak sekali pemuda untuk mengunjungi jam kantor saya. Di sana mereka merasa terperangkap oleh ketidakmampuannya untuk berhenti mengkonsumsi pornografi. Beban rasa bersalah yang mereka bawa sangat menyayat hati.
Saya mulai mencarikan pilihan-pilihan terapeutik untuk para pria,
dan terlintaslah statistik mengenai industri hiburan dewasa. Saya tercengang terhadap data ekonomi dan demografis yang diperlihatkan.
Saya bertemu secara rutin dengan para pria muda ini dan bila perlu,
saya memperkenalkan mereka kepada konselor. Jelas, bahwa banyak
dari mereka harus mengalami luka emosi dan spiritual yang muncul
akibat pengalaman mereka dengan pornografi. Buku ini adalah hasil
dari kebutuhan yang begitu besar terhadap kesembuhan yang saya
lihat dalam diri para pria ini, akibat dari konsumsi pornografi.
Agenda pribadi saya akan terlihat jelas kepada siapa saja yang
membaca buku ini. Muncul dari iman Kristen dan hasrat saya bahwa
setiap orang mengerti sepenuhnya bahwa setiap kita itu unik dan
menghargai seberapa besar kita berbagi kesamaan sebagai manusia
yang tercipta dalam gambar dan rupa Allah. Iman saya mensyaratkan
setiap kehidupan manusia dilihat secara kudus dan harga diri dari setiap individu dihormati dan dihargai. Ketika kita mengerti lebih baik
tentang kedahsyatan fakta spiritual, psikologis, sosial, dan biologis
mengenai bagaimana pornografi melanggar posisi unik kita dalam
12
WI RED FOR I NT IMACY
ciptaan Allah, maka kita dapat melayani mereka yang telah terluka
oleh pornografi dengan lebih baik.
Karena perspektif ini, saya melihat pornografi sebagai sebuah
kejahatan institusional yang memangsa mereka yang lugu, anggota
masyarakat yang terluka dan membutuhkan. Saya percaya bahwa
bahkan mereka yang sepenuhnya memegang erat kebohongan pornografi terhadap pemenuhan dan kebebasan seksual (apakah produser, aktor, ataupun konsumen) tetap dikasihi oleh Allah. Panggilan
kita sebagai orang-orang Kristen adalah untuk menguji diri kita dan
berjalan bersama-sama mereka yang telah dirusak oleh kejahatan ini.
Kita tidak terpanggil untuk menyalahkan orang lain, tetapi untuk
membagi kesembuhan, anugerah, dan pengampunan dari Allah dalam perjalanan menemukan identitas mereka di dalam Kristus. Kesembuhan dan pemikiran yang benar mengenai natur seksual kita
ditemukan di dalam pribadi Yesus Kristus, Alkitab, kuasa dari Roh
Kudus, dan pelayanan gereja.
Banyak buku-buku baik telah ditulis oleh para penulis Kristen
yang menjelaskan dalam terminologi yang gamblang bagaimana pria
bergumul dengan pornografi. Mereka menggunakan bahasa yang lazim digunakan dalam budaya kekristenan sehingga mudah bagi banyak orang untuk mencernanya: nafsu kedagingan, dosa seksual, jiwa
yang sakit, berhala seksual. Banyak manfaat datang dari penggunaan
bahasa semacam ini ketika bergumul dengan realitas pornografi. Banyak dari penulis-penulis ini dengan tepat menempatkan pornografi
lebih dari sekedar hal etis ataupun legal—namun merupakan sebuah
masalah spiritual.
Pornografi juga merupakan masalah fisik, yang akarnya ada di
dalam rancangan biologis seksual kita yang rumit. Menurut hemat
saya, tidak ada tempat lain di mana kompleksitas natur seksual kita
terpancar dibanding pada rangkaian sirkuit otak kita. Seringkali, organ reproduksi kitalah yang mendapat perhatian lebih dalam diskusidiskusi mengenai seksualitas. Namun sebenarnya pada otaklah kita
merasakan keinginan seksual, rangsangan, fokus, dan kenikmatan
Kata Pengantar
13
luar biasa akibat dari keintiman seksual. Menggunakan bahasa spiritual dan psikologis untuk menggambarkan cengkeraman pola destruktif seksual sangatlah membantu, tetapi desakan untuk berdoa
lebih giat, memindahkan komputer ke ruang tamu, dan bergabung
dalam kelompok kecil hanya menolong di permukaan saja. Ini hanya
suatu hal sia-sia bagi mereka yang otaknya telah mengalami perubahan dan dirangkai oleh pengalaman-pengalaman dengan pornografi.
Mereka telah melatih otak mereka untuk merespons secara seksual
terhadap pornografi yang mereka konsumsi.
Kita perlu untuk bergerak ke tingkat selanjutnya ketika berurusan
dengan pornografi, yaitu permasalahan kecanduan cyberseks dan
pergumulan melawan dorongan-dorongan seksual. Kita dapat menemukan cara yang sehat untuk melatih otak pria agar mengerti dan
bertindak sesuai natur seksualnya. Dengan menghargai natur kita
dan mengakui dampak tidak sehat dari pornografi terhadap otak kita
(dan seluruh bagian tubuh kita lainnya), kita akan memiliki jalan
yang lebih baik ke depannya.
Saya berharap bahwa seiring dengan kemajuan ilmu otak, kemajuan ini akan menata ulang dan memberitahukan kepada kita bagaimana kita dicipta, dapat mengerti lebih baik mengenai bagaimana
menakjubkan dan dahsyatnya kita diciptakan. Pornografi menyebabkan pria salah mengerti mengenai dirinya, dan pornografi telah menyerang pada bagian di mana otak mereka sangat rentan terhadap
eksploitasi. Namun ketika kita menghargai realitas seksualitas kita
dan menempatkannya di dalam narasi Alkitab, kita akan melihat
pengharapan penebusan. Ketika kita melihat dengan lebih jelas akan
kebutuhan penebusan dan jalan pengudusan, kita akan diperlengkapi
dengan lebih baik untuk sembuh dari luka-luka pornografi yang ada.
Hal tersebut juga menyebabkan kita dapat menempatkan seksualitas
kita menjadi bagian yang harus diubahkan dari proses di mana kita
dibentuk semakin serupa dengan gambar Kristus.
Bagian 1:
BAGAIMANA PORNOGRAFI BEKERJA
1
Dibanjiri dengan Hal-Hal Porno
Pornografi sangat sulit untuk ditulis karena beberapa alasan. Pertama, sebagai seorang kristiani, bahkan membicarakannya saja bagaikan masuk ke dalam mulut singa. Saya menerima berbagai macam
tatapan dan komentar aneh, setiap kali memberitahukan kepada
orang lain bahwa saya sedang menulis buku mengenai pornografi.
“Oh, saya paham… Anda sedang melakukan penelitian. Jadi, apakah
Anda melihatnya?” tanya mereka. Saya menemukan bahwa sikap
sebagian orang yang sangat menyukai pornografi sungguh mengganggu dan membuat saya sedih. Sebagai seorang beriman, saya percaya bahwa pornografi adalah medium yang merendahkan pria dan
wanita selain juga menawarkan kebohongan untuk mendapatkan
tuntutan pemuasan seksual, terutama kepada para pria. Pornografi
merupakan industri yang telah membanjiri kebudayaan kita dan telah merambah ke seluruh dunia. Pada saat yang sama, pornografi
menjadi promosi bagi aktivitas seksual dengan banyak pasangan dan
menjadi sebuah produk untuk dikonsumsi (Jensen et al., 1998; Jensen, 2007).
Pornografi tidak menghormati gambar Allah di dalam diri seseorang dengan memperlakukan dirinya, baik pria maupun wanita, sebagai objek seksual untuk dikonsumsi baik secara langsung maupun
16
WI RED FOR I NT IMACY
tak langsung. Mengambil dari istilah Yunani porne dan graphein, pornografi secara literal adalah tulisan mengenai pelacur-pelacur (Paul,
2005). Industri pornografi saat ini telah menjadi modal pendorong
terhadap komersialisasi seksualitas manusia sebagai sebuah komoditas, persis sama dengan apa yang dilakukan oleh prostitusi.
Pornografi mencabut seksualitas manusia dari konteks alaminya—
yaitu keintiman antara dua insan manusia—dan menjadikannya
sebuah produk untuk dijual dan dibeli. Dengan merendahkan nilai
tubuh manusia dan memperlakukannya sama seperti ketika kita berbelanja di pasar swalayan, pornografi mempromosikan seksualitas seorang manusia sebagai produk untuk dikonsumsi. Produknya, yaitu
seksualitas orang lain, dipandang melalui kebutuhan-kebutuhan kita
yang sepihak dan egois. Video, majalah, atau situs mana yang paling
dapat memuaskan saya? Pornografi yang dipilih itu mungkin dikonsumsi sekali, pada waktu-waktu tertentu saja, atau secara teratur dan
bahkan terus menerus seperti sebotol kecap yang tak pernah habis.
Ketika hal tersebut tidak lagi memenuhi kebutuhan seksual ataupun
fantasi saya, maka dapat saya buang. Tak perlu untuk mendaur ulang.
Hukum penawaran dan permintaan memastikan bahwa akan selalu
ada video, majalah, atau situs lainnya.
Sama seperti sebuah makanan yang dikonsumsi dan dicerna oleh
tubuh, pornografi dikonsumsi oleh indera dan dicerna oleh otak. Dalam proses pencernaan tersebut, makanan diurai sehingga ia dapat
memasok energi ke seluruh tubuh. Produk-produk sampah akan dikeluarkan dan dibuang untuk memastikan kesehatan organisme. Demikian juga, pornografi akan dibawa ke dalam otak melalui indera
kita, terutama melalui penglihatan dan sentuhan. Namun bedanya,
dalam pornografi tidak ada proses pembuangan produk “sampah”
yang terbentuk. Pornografi dan respons kita terhadapnya akan mengubah otak kita dengan satu dan lain cara, sehingga sulit bagi kita
untuk mengembalikannya seperti semula. Pornografi adalah racun
seksual yang dikonsumsi hingga akhirnya menjadi bagian dari struktur pikiran.
Dibanjiri dengan Hal-Hal Porno
17
PORNOGRAFI DAN ELEMEN DASAR BUDAYA
Tidaklah mengejutkan bagi siapa pun bahwa pornografi adalah bisnis besar. Perkiraan terhadap besarnya industri seks di seluruh dunia
adalah sekitar $57 juta, dengan $12 juta (lebih dari 20 persen) datang
dari Amerika. Sementara video porno merupakan kontributor terbesar dalam industri pornografi, jaringannya ada dalam berabagai media: majalah, escort services, strip club, telepon seks, program tayangan
pay-per-view, dan situs-situs bermateri porno lainnya. Sebagian besar
dari industri ini bersifat visual.
Meskipun ada perdebatan mengenai seberapa besar sebenarnya industri hiburan dewasa ini dan seberapa besar uang yang dihasilkannya, dapat dipastikan bahwa ketersediaan pornografi untuk dikonsumsi telah bertambah secara dramatis dalam kurun waktu 25 tahun
terakhir. Dengan munculnya perangkat video pribadi di tahun 1980an dan internet pada 1990-an, budaya kita telah dibanjiri dengan materi seksual secara eksplisit yang begitu menggoda. Hal-hal berbau
porno telah beranjak dari stan-stan pojokan yang menjual majalah
dan toko-toko video ke wilayah pribadi di rumah, kantor, dan kamar
asrama kita. Akibatnya, pornografi telah merambat ke dalam berbagai wilayah kehidupan pribadi. Karena perkembangannya yang sangat
dahsyat, pornografi yang dulunya dianggap tabu, kini telah berkurang
atau bahkan hilang sama sekali. Pornografi saat ini telah menjadi bagian hidup yang diterima di banyak lingkungan masyarakat.
Saya belum lama ini mendengarkan program talkshow di radio
olahraga. Penyiar radio tersebut tiba-tiba berpindah topik dari pembicaraan mengenai tim olahraga Chicago kepada undangan bagi para
penelepon untuk melakukan voting. Mereka diminta untuk memberikan pilihan mereka mengenai penampilan bintang film porno
mana yang paling heboh. Para penyiar yang bertugas pada saat itu
menyebutkan beberapa nama bintang porno yang ada tanpa keraguan sedikit pun. Hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja
untuk membuat saluran telepon mereka macet akibat banyaknya penelepon yang ingin melakukan voting. Segmen tersebut selanjutnya
18
WI RED FOR I NT IMACY
diikuti oleh salah satu iklan rutin mereka: sebuah “klub kaum lakilaki”. Pesannya jelas: seks bukan saja laku diperdagangkan—namun
merupakan motivasi untuk hidup.
Film American Pie memiliki cukup banyak adegan yang berorientasi seksual. Hal tersebut sangat menggambarkan situasi budaya
kita saat ini. Dalam sebuah bagian, sang pemeran utama begitu tak
tahan ingin melihat sebuah film porno di mana ia berusaha keras untuk membenahi gambarnya yang terlihat kacau akibat alat peng-acak
gambar yang dipasang. Orang tuanya menangkapnya sedang bermasturbasi dengan gambar tersebut, dan mulailah humor standar anak
muda terjadi. Dalam adegan lainnya sang ayah yang “agak aneh” itu
memberikan majalah porno kepada anak lakinya sebagai materi ritual keagamaan yang perlu dibacanya. Sang pria muda ini juga menayangkan di web “godaanya” terhadap seorang mahasiswi asing, dengan
hasil yang kacau balau.
Saya sadar bahwa American Pie hanyalah sebuah film. Ia bukanlah
film sejarah dan sang sutradara mungkin akan mengatakan bahwa
film ini tidaklah menggambarkan serta mengisahkan kejadian nyata
mana pun. Namun American Pie berhasil menarik dan merangkul
para pria muda ketika ia berhasil meraup sekitar lebih dari $235 juta
di box office. Banyak pria muda dapat secara mudah mengkaitkan
dirinya dan nyambung dengan hal-hal yang digambarkan dalam film
tersebut. Rasa ingin tahu, kekuatan magnetik bentuk tubuh wanita,
sensasi perkenalan pertama dengan pornografi, dan penggunaan internet sebagai alat untuk kepuasan aktivitas seksual yang dinikmati
melalui tempat tersembunyi.
Sebaliknya, coba lihat protes setelah peristiwa Janet Jackson mempertontonkan buah dadanya dalam the Super Bowl XXXVIII pada
pertunjukan tengah pertandingan di Februari 2004. 9/16 detik tayangan buah dadanya di televisi membuat ribuan surat kemarahan dilayangkan kepada The Federal Communications Commission. Peristiwa
tersebut kemudian mengakibatkan dikeluarkannya sanksi denda kepada CBS, permintaan maaf Janet Jackson, dan merupakan salah satu
Dibanjiri dengan Hal-Hal Porno
19
tayangan yang paling sering diulang, yang pernah ada pada saat itu.
Ironinya adalah Janet Jackson berpakaian utuh pada sebagian besar
waktu yang ditayangkan dan para penonton telah terekspos kepada
para pemandu sorak yang meliuk-liuk dengan celana pendek ketatnya. Saya bertanya-tanya dalam benak saya sendiri, mana yang lebih
buruk: sebuah tayangan “yang tidak disengaja” sekilas dari buah dada yang terbuka polos atau sorotan yang menggoda untuk “secepatnya menuju ke iklan” yang mempertontonkan belahan dada para
penggembira NFL (Liga Nasional American Football).
Apa yang membuat protes dan permohonan maaf tadi lebih siasia lagi adalah fakta kurangnya protes terhadap foto-foto hampir bugil dari Janet Jackson (dan banyak artis wanita lainnya) yang terpampang pada sampul musik, majalah artis, serta majalah-majalah pria
dalam beberapa tahun belakangan ini. Gambar-gambar yang “mengundang” itu ada dimana-mana, dan cenderung diabaikan. Gambargambar ini telah secara halus menyusup ke dalam struktur budaya
kita, karena itu kita menjadi luntur dan kebal terhadapnya.
Pengaruh dari pornografi ini dapat kita temukan juga dalam program-program televisi. Episode Friends menggambarkan secara detil
kecanduan dan dampak terhadap pikiran akibat akses bebas akan
pornografi yang dialami Chandler dan Joey. Mereka menolak siapa
pun yang ingin mematikan televisi, dan mereka tidak akan membiarkan akses mereka dirampas. Dialog berikut menunjukkan dampak
pornografi terhadap persepsi mereka berdua mengenai wanita:
Chandler: Sewaktu aku di bank tadi, di sana ada seorang teller yang seksi
… dan ia tidak memintaku “melakukan itu” dengannya di tempat tersembunyi!
Joey: Sama, aku juga! Cewek pengantar pizza itu datang, ia hanya memberiku pizzanya, ambil uangnya, lalu pergi!
Chandler: Apa? “Apartemen yang bagus, aku jamin kamar-kamarnya mantap bukan?”
Joey: Tidak! Tidak terjadi apa-apa sama sekali!
Chandler: Aku rasa kita harus hentikan pikiran porno ini, deh.
20
WI RED FOR I NT IMACY
Chandler dan Joey keduanya mulai percaya bahwa semua wanita
dalam kehidupan nyata adalah sama seperti yang ada dalam film porno. Melihat pornografi mengubah ekspektasi dan interaksi mereka
dengan wanita. Walaupun episode yang ada hanyalah fiksi belaka,
dampak dari pornografi terhadap kehidupan pria sangatlah mirip.
Baik klub penari telanjang ataupun pekerja seks, pornografi internet, ataupun telepon seks, industri seks memangsa dua golongan:
para konsumen (pembeli) dan yang dikonsumsi (mereka yang terlibat
dalam industri ini). Siapa saja yang menjelajah situs porno, menyewa
film atau membeli majalah akan menambah permintaan pornografi.
Setiap kunjungan situs digunakan untuk mendatangkan lebih banyak uang dari iklan yang dipasang di dalamnya dan memperkaya
isi situs tersebut. Setiap video yang disewa menambah permintaan
untuk produksi-produksi selanjutnya. Para konsumen pornografi
mungkin tidak melakukan sesuatu yang melanggar hukum, namun
mereka membuat tungku pembakaran itu terus menyala, yaitu industri seks. Sedihnya, hal tersebut didorong oleh jiwa-jiwa manusia yang
terlibat di dalam pembuatannya (Leahy, 2008).
Mengevaluasi Pornografi
Ada beberapa cara di mana pornografi dapat dievaluasi. Sebagian
mengambil cara yang bersifat anekdot—membicarakannya berdasarkan perspektif pribadi mereka, apa yang telah mereka lihat, apa yang
mereka pikirkan tentangnya, dan bagaimana pornografi telah berdampak pada diri mereka. Yang lainnya menempatkan diskusi pornografi dalam konteks masyarakat—isu mengenai kebebasan berbicara,
perkara penyensoran, regulasi politik, kekerasan terhadap wanita, dll.
Pornografi dapat dianggap sebagai sebuah bentuk seni atau sebagai
salah satu cara mengekspresikan seksualitas di media. Institusi agama
banyak berbicara mengenai moralitas dari pornografi. Banyak kelompok gereja telah meresponsnya secara sosial (seperti melakukan protes) dan secara teologis (dari mimbar).
Dibanjiri dengan Hal-Hal Porno
21
Ketika Anda mencoba menggali ke dalam tambang riset pornografi, beberapa hal akan segera terlihat jelas. Pertama adalah ada banyak literatur mengenai topik tersebut dari banyak sekali disiplin ilmu,
termasuk sosiologi, filsafat, teologi, psikologi, dan bisnis. Hanya sedikit orang yang memiliki waktu atau keahlian menjadi ahli di dalam
semua bidang tersebut (saya bukanlah pengecualian dari pernyataan
tersebut). Disiplin saya adalah dalam biopsikologi dan riset dalam
bidang ini tersebar di sejumlah jurnal mulai dari urologi hingga brain
imaging hingga endokrinologi. Manusia adalah makhluk ciptaan
yang luar biasa kompleks dan indah, dan seksualitas kita merupakan
salah satu aspek yang lebih kompleks dari siapa kita, bukan sesuatu
yang lebih sederhana. Namun kita bukan sekedar makhluk seksual,
binatang yang bereproduksi. Sebagai seorang dosen di perguruan
tinggi jurusan liberal arts, saya berkesempatan mengeksplorasi topik
antropologi teologis. Saya merasa terberkati oleh mereka yang telah
begitu dalam memikirkan mengenai apa artinya menjadi seorang manusia sejati. Bagaimana kita diciptakan menurut gambar Allah? Apa
peran kita di dalam kisah penciptaan? Pertanyaan-pertanyaan sama
kompleksnya dengan hal-hal di sekeliling fungsi otak kita.
Tiga Jenis Penghindaran
Ketika saya berkubang dalam tumpukan buku dan artikel jurnal yang
ada, saya menemukan sejumlah sarjana dan praktisi klinis yang telah
menguji pornografi dan bagaimana pornografi telah menyusup masuk ke dalam budaya kita. Jensen, Dines, dan Russo (Jensen et al.,
1998) menjelaskan Tiga Jenis Penghindaran sebagai cara-cara yang
banyak digunakan dalam debat pornografi untuk mengaburkan apa
pornografi sebenarnya. Penghindaran yang dilakukan membuat bingung isu yang ada dengan “menghindar” dan mengesampingkan
kritik apa pun terhadap industri maupun sarana pornografi.
Penghindaran Definisi
Apa itu pornografi? Bagaimana Anda mendefinisikan terminologi
22
WI RED FOR I NT IMACY
legal “pornografi”? Siapa yang memutuskan mana yang termasuk
pornografi dan yang tidak? Penghindaran pertama adalah mengenai
semantik. Inti dari penghindaran definisi adalah pembelokkan dari
usaha pendefinisian secara jelas, terminologi yang tidak berbelitbelit akan apa yang dikategorikan bersifat porno. Penghindaran ini
menjadi sebuah alat di mana banyak orang mengabaikan topik ini.
Jika Anda tidak dapat mendefinisikannya secara jelas, mengapa susahsusah berurusan dengannya? Penghindaran Definisi menjadi sebuah
pelindung bagi mereka yang berpihak pada akses bebas pornografi
bersembunyi di baliknya dengan berfokus secara sempit terhadap
bagaimana mendeskripsikan pornografi. “Apa yang menurut Anda
pornografi, bagi saya adalah seni,” klaim mereka. Pornografi itu tergantung kepada siapa yang melihatnya.
Banyak yang berargumentasi bahwa pornografi terdefinisi secara
budaya dan budaya itu berubah. Cara berpikir seperti ini berakar
dalam relativisme etis dimana sebagian besar mahasiswa tingkat dua
secara intelektual dapat mengalahkannya jika mereka mau, namun
relativisme ini begitu menggiurkan. Ia menjadi tongkat penyangga
yang praktis kapan pun kita dikonfrontir dengan dilema yang membuat kita tidak nyaman. Pertanyaan mengenai definisi adalah hal
yang sah-sah saja, namun penghindaran ini bersandar pada relativisme moral dan linguistik yang mengacaukan dialog apa pun mengenai topik ini.
Ketika definisi apa pun dimunculkan, percakapannya diarahkan untuk menemukan celah pada definisi tersebut. Apakah pornografi adalah
gambaran dari sebuah tubuh yang telanjang? Jika itu definisinya, kita
harus mengkategorikan ribuan karya dari apa yang sebenarnya seni
sebagai pornografi. Apakah ada tingkatan pornografi? Bagaimana
Anda menarik garisnya? Dan jika Anda menarik garisnya, apakah ini
akan menjadi kemiringan yang licin? Alih-alih setuju dengan definisi
yang pas, tujuan dari Penghindaran Definisi adalah untuk membangun penghalang sehingga efek-efek yang nyata dari pornografi tidak
pernah dibahas.
Dibanjiri dengan Hal-Hal Porno
23
Pada tahun 1964, sebuah kasus tanah yang dimenangkan oleh
Mahkamah Konstitusi Amerika Serikat menawarkan salah satu contoh yang paling membekas (dan sering ditertawakan) dari praktik
Penghindaran Definisi. Seorang manajer bioskop di Ohio, Nico Jacobeliss, melakukan banding terhadap putusan Mahkamah Konstitusi
negara bagian itu untuk memperjuangkan pendiriannya, ia didenda
karena menayangkan sebuah film Prancis, The Lovers. Adegan yang
dipertanyakan adalah sebuah adegan cinta yang kontroversial pada
waktu itu. Akan terlihat biasa-biasa saja dengan standar sekarang dan
mungkin hanya akan dianggap sebagai hal biasa bagi banyak program
televisi. Dalam Jacobellis vs Ohio, Hakim Mahkamah Konstitusi Potter
Stewart kesulitan menyampaikan definisi dari “hardcore pornografi”
(pornografi yang sangat vulgar) dalam konteks sebuah definisi legal
pelanggaran norma susila. Komentarnya terkesan tidak populer.
Saat ini saya tidak akan melakukan usaha lebih jauh untuk mendefinisikan materi semacam ini, yang saya tahu akan termasuk dalam cakupan
definisi singkat [hardcore pornography]; dan mungkin saya tidak akan
pernah berhasil melakukannya. Namun saya tahu ketika saya melihatnya, dan film yang ada di dalam kasus ini bukanlah itu. (Jacobellis vs
Ohio, 1964).
Kalimat “Saya tahu ketika saya melihatnya” telah menjadi frase cemoohan bagi para pendukung pornografi ketika berhadapan
dengan pornografi. Dalam budaya yang telah bergeser kepada relativisme moral, siapa yang menentukan bahwa sesuatu itu bersifat
porno? Dengan standar ini, pornografi ditawarkan sebagai sebuah
karya seni. Komentar Hakim Stewart digaungkan kembali dalam alegori C.S. Lewis, The Pilgrim’s Regress (Lewis, 1981). Sang protagonis,
John, terpenjara oleh Si Semangat zaman. John diberi minum susu
dan setelah ia menikmati rasa susu yang nikmat itu, petugas penjara
yang membawakan susu tersebut memarahinya. Susu, katanya, tidak
berbeda dengan benda lainnya yang keluar dari lubang sapi mana
pun, seperti kotoran, urin, muntahan atau keringat. John menghela
24
WI RED FOR I NT IMACY
nafas dan menyebut petugas penjara itu sebagai “seorang pembual
atau hanya seorang yang bodoh, ketika Anda tidak melihat adanya
perbedaan antara apa yang alam keluarkan sebagai kotoran dan yang
ia kumpulkan sebagai makanan.”
Bagi pikiran dan hati nurani yang jernih, perbedaan antara pornografi dan seni sangat mudah dibedakan meskipun sulit untuk didefinisikan. Ada perbedaan yang jelas antara telanjang secara artistik dengan eksploitasi dari seksualitas dan bentuk tubuh manusia. Mereka
yang ingin menghargai bentuk ekspresi artistik dapat menanyakan
serangkaian pertanyaan untuk membedakan pornografi dari seni
yang sesungguhnya.
1. Bagaimana wanita (atau pria) itu dipandang? Apakah mereka dipandang sebagai manusia atau objek pelampiasan nafsu?
2. Bagaimana keintiman seksual itu digambarkan? Apakah di dalam
sebuah hubungan pernikahan atau dalam isolasi?
3. Apakah sasaran yang dibidik oleh produser dari gambar itu (atau
media)?
4. Sebagai gantinya, motivasi apa yang Anda miiliki (sebagai orang
yang melihat gambar itu)?
5. Seberapa vulgar gambar itu? Seberapa banyak yang disisakan bagi
imajinasi?
Pornografi secara naturnya merendahkan dan dehumanisasi. Seni
merayakan arti dan nilai dari keintiman seksual antara dua individu.
Dalam pertukaran antara seniman dan orang yang melihat lewat medium artistik yang ada, sangatlah penting untuk mempertimbangkan
motif dari sang seniman (produser) dan natur dari gambar yang ada.
Sang seniman ingin mengkomunikasikan sebuah pesan atau membangkitkan emosi dari mereka yang melihatnya. Seniman berbakat
dengan motivasi murni dapat menciptakan karya-karya seni yang
membangkitkan emosi secara luar biasa atau membuat pernyataan
yang dalam. Namun terlepas dari motivasi dan keterampilan seseorang,
Dibanjiri dengan Hal-Hal Porno
25
sang seniman memiliki keterbatasan untuk mengendalikan motif dari
orang-orang yang melihatnya.
Dalam pertukaran yang paling sederhana, tujuan-tujuan dari sang
seniman itu tercapai ketika mereka yang melihatnya secara umum menerima karyanya dan merespons sebagaimana yang dikehendaki oleh
sang seniman, namun hal ini tidak selalu terjadi. Sepandai-pandainya
seorang seniman, ia hanya dapat menciptakan sebuah karya yang
berfokus pada orang yang digambarnya. Sebuah karya seni klasik
telanjang dapat menjadi sebuah karya pornografi bagi pikiran yang
terdistorsi. Benarlah bahwa pikiran yang terdistorsi dapat membuat
segalanya menjadi ngeres. Jika hati, pikiran, dan motivasi dari mereka
yang melihat begitu egois dan ngeres, bahkan maha karya sehebat apa
pun dapat mendorong seseorang lebih dalam lagi kepada kerusakan.
Coba lihat Kidung Agung. Ini merupakan sebuah contoh karya literatur erotis dengan nilai spiritual yang tinggi, namun bagi pikiran
yang terdistorsi dapat menjadi penghantar kepada fantasi seksual dan
penyimpangan secara mental.
Pornografi adalah sebuah medium di mana maksud sang seniman dan respons dari mereka yang melihat sama pentingnya seperti
isi dari medium yang ada. Sang artis dapat saja bermaksud bahwa
sebuah foto itu sebagai seni untuk mengagumi keindahan (contoh:
wajah yang cantik), dan foto yang ada mungkin tidak lebih dari sebuah wajah wanita yang dilukis dalam cat minyak. Namun jika gambar tersebut dilihat oleh seseorang yang rusak secara mental demi
tujuannya sendiri, mementingkan dirinya di atas segalanya, ini dapat
menjadi sesuatu yang porno.
MENDEFINISIKAN PORNOGRAFI
Pornografi diambil dari kata Yunani porne, yang dapat diterjemahkan sebagai “wanita terpenjara” atau “pekerja seks”. Porneia seringkali diterjemahkan sebagai “percabulan,” “pelacuran” atau “imoralitas
seksual.” Dalam Perjanjian Baru ada dua puluh enam referensi terhadap kata porneia. Dari kedua puluh enam referensi ini, enam ada
26
WI RED FOR I NT IMACY
di dalam surat Paulus kepada jemat di Korintus. Konteks dari suratsurat ini agar orang percaya tidak menjadi serupa dengan norma budaya yang bertentangan dengan gereja. Tetapi tubuh bukanlah untuk
percabulan (1 Kor. 6:13), kita harus menjauhkan diri darinya (1 Kor.
6:18), tidak mengejarnya (1 Kor. 7:2), dan kita harus bertobat jika kita
jatuh di dalamnya (2 Kor. 12:21) (Bowring, 2005, hlm. 30).
Selain porneia, rasul Paulus menawarkan alternatif: kesucian.
Bagi orang Kristen, kesucian tidak terbatas pada tingkah laku seksual namun merupakan hasil dari proses pengudusan. Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus memerintahkan, “Jadi akhirnya,
saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang
adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar,
semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semua
itu” (Fil. 4:8). Kesucian lebih merupakan masalah pikiran ketimbang
masalah fisik dan sangatlah penting untuk tidak memisahkan keduanya. Pikiran yang kita pikirkan memengaruhi tubuh kita. Tingkah
laku kita memengaruhi pikiran kita. Interaksi antara pikiran dan tubuh berakar pada neurobiologi otak. Pikiran dan tingkah laku terajut
dan menyatu satu dengan lainnya. Inilah bagaimana pornografi dan
seksualitas yang tidak sehat sekaligus mengotori otak dan tubuh bersamaan.
Jadi apa itu pornografi? Lepas dari kesulitan dalam memberikan
definisi yang dapat diterima oleh semua orang (karena Penghindaran
Definisi), inilah beberapa diantaranya:
• Penggambaran tingkah laku erotis (seperti dalam gambar maupun
tulisan) yang dimaksudkan untuk menyebabkan nafsu seksual.
(Merriam-Webster Dictionary).
• Pornografi adalah materi yang dijual di toko-toko pornografi untuk tujuan menciptakan rangsangan seksual bagi banyak konsumen pria. (Jensen et al., 1998).
• Gambar, tulisan, atau materi seksual eksplisit yang tujuan utamanya adalah untuk membangkitkan rangsangan seksual. (American Heritage Dictionary).
Dibanjiri dengan Hal-Hal Porno
27
• Tulisan, gambar, foto, atau sejenisnya yang tidak senonoh khususnya yang tidak memiliki kontribusi artistik. (Dictionary.com)
Katekismus Gereja Katolik membahas mengenai pornografi:
2354 Pornografi termasuk menghilangkan kelakuan nyata atau simulasi dari keintiman diantara pasangan, untuk menunjukkannya secara
sengaja kepada pihak ketiga. Hal tersebut melanggar kemurnian seksual
karena mencederai tingkah laku pernikahan, pemberian keintiman yang
bersifat timbal balik di antara pasangan. Ia sangat mencederai harga diri
dari para pelakunya (aktor, vendor, publik), karena masing-masing menjadi objek dari kesenangan dasar dan keuntungan bagi lainnya. Ia membuat semua yang terlibat di dalamnya berada dalam ilusi dunia fantasi.
Ia merupakan pelanggaran berat. Otoritas sipil harus mencegah produksi
dan distribusi materi pornografi.
Bagi saya, saya lebih menyukai definisi yang dijabarkan dalam
Katekismus di atas. Pilihan Anda mungkin berbeda, namun sekali
lagi, perlu disadari bahwa hal ini merupakan inti dari Penghindaran
Definisi.
PENGHINDARAN KONSTITUSIONAL
Dengan Penghindaran Konstitusional, para pembela pornografi berargumentasi bahwa Amandemen Pertama Konstitusi Amerika Serikat
melindungi kebebasan untuk membuat, memasarkan, dan mendistribusikan pornografi di dalam konteks kebebasan berbicara dan pers.
Hal tersebut menyentuh sisi independen dan otonomi kita. Jeritan
untuk “penyensoran” terhadap para individualis di dalam diri kita
dan implikasinya bahwa kita tidak mampu untuk bertindak secara
bertanggung jawab menurunkan harga diri kita. Siapa pembuat hukum yang mengatakan apa yang diizinkan untuk dilihat oleh para pria
dan wanita yang dewasa? Mengapa saya harus memercayai mereka?
Mengapa saya memerlukan hukum untuk memberitahu saya apa yang
dapat dan tidak boleh saya lihat?
28
WI RED FOR I NT IMACY
Penghindaran ini merupakan pendekatan lainnya yang digunakan
untuk membungkam mereka yang mau berbicara menentang industri
pornografi. Penghindaran Konstitusional berpendapat bahwa mereka
yang terlibat dalam pembuatan pornografi tidak memproduksi materi yang berbahaya, karena mereka yang mengkonsumsinya adalah
orang-orang dewasa yang cukup umur. Mereka hanya semata-mata
memenuhi permintaan pasar untuk materi seksual eksplisit. Semuanya senang, lalu mengapa pembuat undang-undang perlu melawan
hal tersebut?
Ada beberapa masalah yang jelas dan nyata dalam cara penghindaran ini. Beberapa bentuk pornografi telah dilegislasikan untuk ditentang; contoh yang terbaik adalah pornografi anak-anak. Kita memang melegislasi bentuk apa dari pornografi yang dapat diproduksi
dan dikonsumsi. Segala kemunduran terhadap posisi legal yang
menolak dampak di dunia nyata dari pornografi terhadap orangorang—dampak pornografi secara emosional, sosial, dan psikologis
produser, pelaku, dan konsumen baik tua maupun muda—tidak lain
adalah tidak bertanggung jawab. Dengan menggarisbawahi kesulitan
untuk pengesahan dan pemberlakuan batasan-batasan legislasi yang
masuk akal terhadap materi pornografi, Penghindaran Konstitusional mencegah diskusi sosial yang berguna dan salah melihat realitas
bahwa pornografi mencederai para pelakunya.
PENGHINDARAN PENYEBAB
Akhirnya, bagi kita yang berada dalam komunitas penelitian, kita
masuk kedalam kesulitan apa yang disebut sebagai Penghindaran
Penyebab. Teknik dari Penghindaran tersebut adalah untuk menggarisbawahi keterbatasan dari penelitian yang melibatkan pornografi.
Saat ini kita hidup di dalam masyarakat yang menyukai pertanyaanpertanyaannya dijawab oleh “para pakar ilmiah”. Namun demikian,
penggunaan metode ilmiah menjadi bermasalah ketika membuat
pernyataan-pertanyaan etis ataupun legal mengenai apa yang harus
dilakukan terhadap hasil-hasil studi ini. Teori-teori ilmiah adalah un-
Dibanjiri dengan Hal-Hal Porno
29
tuk mencari koneksi antar variabel, bukan untuk menentukan status
moralnya. Penghindaran Penyebab menggarisbawahi hal tersebut.
Dalam sebagian besar ilmu perilaku dan sosial, ada tiga pendekatan besar untuk mempelajari sebuah fenomena yang terjadi. Pertama
adalah pendekatan deskriptif. Dengan pendekatan deskriptif, para ilmuwan berusaha untuk mengamati secara objektif dan menjelaskan
apa yang terjadi di dunia. Pendekatan ini menggunakan studi kasus,
survey, dan observasi naturalistik (hanya mengamati orang). Dengan
pendekatan ini, sebuah fenomena dideskripsikan secara sistematis.
Pendekatan kedua dikenal sebagai rancangan korelasional. Dalam
studi korelasional, para ilmuwan berusaha untuk mengukur secara
matematis apakah kehadiran atau absennya sebuah variabel dapat
memprediksi secara reliabel kehadiran atau absennya variabel lainnya. Sebagai contoh: (1) apakah nilai ujian masuk perguruan tinggi
dapat memprediksi secara ajeg Indeks Prestasi Kumulatif perguruan
tinggi, atau (2) apakah dengan mengetahui status pernikahan seseorang dapat memberikan gambaran mengenai penghasilannya?
Dalam sebuah rancangan korelasional hubungan antara dua hal sedang dibangun. Satu keterbatasan dari rancangan ini adalah arah dari
hubungan yang ada tidak ditetapkan. Lihat contoh-contoh di atas
yang kami berikan sebagai berikut:
1. Apakah nilai ujian masuk dapat memprediksi Indeks Prestasi Kumulatif perguruan tinggi? Kelihatannya ada satu variabel penentu lain (seperti kepandaian atau kemampuan intelegensia) yang
menyebabkan nilai ujian masuk maupun IPK yang tinggi. Kedua
tes tersebut hanya mengukur variabel penyebab (dan variabel ini
mungkin berubah seiring berjalannya waktu—kepandaian bertambah dengan pendidikan, misalnya).
2. Apakah status pernikahan memberikan gambaran mengenai penghasilan seseorang? Jika kita menemukan bahwa pria yang telah
menikah menghasilkan lebih banyak daripada pria yang belum
menikah, apakah berarti bahwa menikah membuat Anda menjadi
30
WI RED FOR I NT IMACY
orang yang lebih stabil dan oleh karenanya meningkatkan kinerja
Anda (menghasilkan promosi di pekerjaan) atau bahwa pria yang
lebih baik secara finansial menarik wanita yang ingin menikahinya?
Hal tersebut menjadi teka-teki “ayam dulu atau telur dulu?” Karena
keterbatasan bagaimana penelitian korelasi ini dilakukan, Anda tidak
dapat membuat pernyataan-pernyataan mengenai sebab-akibat (A
menyebabkan B) dari variabel yang diukur. Jenis pernyataan mengenai penyebab hanya terbatas pada pendekatan eksperimental. Oleh
karenanya, Penghindaran Penyebab berfokus secara sempit kepada
keterbatasan dari penelitian korelasional dalam membangun hubungan sebab akibat, menepis kritik bahwa pornografi dapat memiliki
dampak yang berbahaya.
Kehebatan dari rancangan eksperimental adalah manipulasi variabel (variabel penyebab atau independen). Memanipulasi variabel independen dan memegang variabel lainnya secara konstan mungkin
mengizinkan para peneliti untuk merumuskan bahwa perubahan
apa pun yang terjadi pada variabel dependen disebabkan oleh perbedaan pada variabel independen. Dengan cara ini, arah dari hubungan yang ada dapat dibangun (satu variabel diubah dan perubahan
lainnya terjadi mengikutinya) dan mayoritas dari penjelasan yang
berubah-ubah dapat diminimalisir. Pendekatan eksperimen memberikan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi dalam mengatakan
bahwa mengubah satu variabel menyebabkan perubahan pada variabel-variabel lainnya.
Masalah yang ada pada sebagian besar riset ilmu perilaku dan sosial adalah pendekatan eksperimental sering kali tidak sahih maupun etis. Untuk menjalankan “eksperimen” yang matang terhadap
perkembangan dampak pornografi terhadap anak-anak akan memerlukan pengambilan data dari para individu (sebut saja mereka
semua kembar secara genetis untuk meminimalisir dampak genetik),
membesarkan mereka di bawah kondisi asuhan yang sama, meminimalisir pengaruh mereka terhadap dunia luar sehingga sejarah hidup
Dibanjiri dengan Hal-Hal Porno
31
mereka semirip mungkin, dan kemudian secara acak membaginya
ke dalam satu atau dua kelompok. Satu kelompok akan diperhadapkan terus dengan pornografi dan kelompok lainnya dilarang untuk
melihat pornografi (variabel independen). Setelah setahun kita akan
mengirim mereka ke dunia nyata dan melihat apakah ada perbedaan
di dalam beberapa tingkah laku mereka (variabel dependen). Ini termasuk melibatkan perilaku mencari hal berbau pornografi, sikap terhadap wanita, tingkah laku kekerasan seksual, isu kesahatan mental
atau apa pun lainya yang mungkin dipengaruhi pornografi. Hanya
dengan kondisi semacam ini sajalah Anda dapat mengatakan bahwa
pornografi itu akan menyebabkan hal lainnya.
Saya harap kemustahilannya terlihat jelas. Jika seluruh data yang
ada berkenaan dengan pornografi saat ini adalah korelasional dan bukan kausal, tak ada yang dapat disimpulkan secara jelas mengenai
dampaknya, apakah negatif atau positif. Ini adalah inti dari Penghindaran Penyebab. Industri tembakau berhasil bersembunyi di balik
cara penghindaran ini lebih dari lima puluh tahun. Merokok tidak
menyebabkan kanker paru-paru karena seluruh riset yang ada adalah
korelasional, bukan? Merokok mungkin dapat menyebabkan kanker
paru-paru (seperti pada peringatan yang tertulis pada bungkus rokok), karena ini adalah riset korelasional, bukan eksperimental. Namun di mana pun ada dampak kausal, hubungan korelasional itu
akan mengikutinya secara otomatis. Kadang ada benarnya bahwa di
mana ada asap, di sana ada api (maaf untuk permainan pernyataan
yang saya lakukan).
Penghindaran Penyebab ini telah berhasil digunakan industri tembakau lebih dari lima puluh tahun, sehingga tidak aneh jika industri
pornografi juga mengikutinya dengan argumen sama. Karena sedikitnya riset eksperimental yang telah dilakukan terhadap pornografi
dan apa yang telah dilakukan lebih kepada yang sifatnya deskriptif
atau korelasional, isunya menjadi kabur dan hasilnya disimpulkan
bahwa pornografi tidak menyebabkan apa-apa. Kehadiran korelasi
antara ketereksposan terhadap pornografi dan masalah-masalah sosial,
32
WI RED FOR I NT IMACY
psikologis, emosional, dan spiritual, adalah asapnya. Keterbatasan etis
dan praktis dalam membuktikan bahwa ada api tidak secara langsung
membawa kita kepada tempat di mana kita menyangkal bahwa api itu
ada. Tempat yang lebih baik untuk memulai adalah menyadari bahwa
pornografi merupakan faktor penyumbang yang besar terhadap banyak penyakit psikologis dan sosial.
TIGA “A” DARI INTERNET
Sementara banyak sarjana dapat mengklaim bahwa pornografi modern tidak benar-benar ada hingga Zaman Victoria, sebenarnya ia
telah ada untuk waktu yang cukup lama (Paul, 2005). Gambaran
dari para individu yang melakukan tindakan seksual dan materi yang
membangkitkan nafsu telah ada hampir di sepanjang sejarah manusia. Namun kemajuan akhir-akhir ini dalam produksi, distribusi, dan
penyampaian pornografi telah menciptakan pengganti hubungan
kelamin yang begitu hidup yang menandingi aslinya.
Seperti Alkitab, Internet dipenuhi dengan cerita dari kekuatan cinta
romantis yang mentransformasi, dan juga perusakan seksualitas yang
menyimpang. Manusia adalah manusia yang terlahir dengan keinginan,
cobaan, cita rasa, dan nafsu yang tidak banyak berubah atau bergeser
dalam waktu ribuan tahun… Manusia telah menghadapi pilihan-pilihan
seksual dengan potensi untuk memimpin mereka kepada keterpurukan
atau transendensi. Namun, tidak seperti pada zaman Perjanjian Lama,
elemen tambahan dari teknologi komputer membuat zaman modern
berbeda secara kualitatif. (Cooper, 2002, hlm. 1-2)
Pornografi seringkali merupakan tenaga pendorong dibalik kemunculan teknologi baru, dan tidak heran bahwa Internet merupakan tanah subur di mana banyak pornografi maupun kompulsi
yang berhubungan dengan pornografi berakar. Tiga A dari internet
adalah accessibility (aksesibilitas), affordability (keterjangkauan), dan
anonymity (anonimitas) (Cooper, 2000). Sementara Tiga Penghindaran digunakan untuk mencegah dialog yang berarti mengenai topik
Dibanjiri dengan Hal-Hal Porno
33
ini, Tiga A dari internet menjelaskan alasan mengapa pornografi telah
berkembang secara online. Inilah alasan-alasan utama mengapa internet telah menjadi pengaruh yang begitu kuat dalam penyebaran
pornografi, kemudahan yang diberikan olehnya telah mencengkeram
banyak pria.
AKSESIBILITAS (ACCESSIBILITY)
Pornografi saat ini lebih mudah diakses daripada sebelumnya. Dua
puluh tahun lalu, Anda perlu pergi ke toko khusus dan benar-benar
berinteraksi dengan manusia lainnya untuk membeli sebuah majalah
porno atau menyewa film porno. Kemungkinan seseorang melihat
Anda membeli, sikap budaya yang belum terlalu menerima industri pornografi, dan rasa malu jika terlihat, sering menimbulkan rasa
takut yang cukup besar sehingga membuat para pria menghindari
untuk membelinya. Namun saat ini, pornografi tersebar di komputer
Anda, televisi atau dapat dipesan melalui e-mail. Anda tidak harus
pergi ke toko untuk membelinya; hanya perlu menekan beberapa
tombol dan beberapa klik mouse saja.
KETERJANGKAUAN (AFFORDABILITY)
Karena kemudahan akses yang ada, pornografi juga menjadi lebih
terjangkau. Bahkan faktanya, sejumlah besar pornografi online dapat
diakses gratis. Banyak situs-situs yang menawarkan contoh isi gratis,
biasanya sejumlah kecil gambar-gambar atau klip video berdurasi
pendek yang mudah untuk diunduh. Situs-situs tersebut bertindak
sebagai portal di mana melaluinya materi gratis ini dapat diakses
tanpa dikenakan biaya.
Bagaimana situs-situs ini tetap bisa online? Apakah ini bentuk altruisme pornografis, mengelola sebuah situs dengan biaya operasional
individual untuk menyediakan materi gratis kepada umum? Dalam
beberapa kasus jawabannya adalah ya, namun dalam kebanyakan
kasus situs-situs ini menerima penghasilan iklan dari para sponsor.
Para sponsor ini menolong menjaga contoh-contoh isi situs ini tetap
34
WI RED FOR I NT IMACY
berjalan dengan tujuan singkat untuk mengarahkan lebih banyak
arus kepada situs berbayar mereka. Contoh gratis dapat bersifat statis
(gambar ataupun video klip pendek), namun semua itu dimaksudkan
untuk membangkitkan nafsu seksual dari mereka yang melihat dan
menjanjikan isi yang lebih lagi untuk sejumlah pembayaran tertentu.
Tarif langganan yang ada mungkin tidak terlalu besar, namun jika
tarif empat dolar untuk akses bulanan itu dibayarkan oleh lima puluh ribu orang pelanggan, itu merupakan penghasilan bulanan sebesar $200 ribu. Sebagian penghasilan itu digunakan untuk membayar
sejumlah tarif iklan kepada situs-situs gateway (penghubung), dan sisa
keuntungan yang ada dapat dibagi untuk membeli materi tambahan.
Pengambilan gambar dalam waktu satu hari, tiga atau empat orang
bintang porno dapat merekam beberapa adegan seksual yang dapat
dengan mudah sekali dipersiapkan sebagai gambar diam, film softcore, dan/atau hardcore untuk didistribusikan secara online maupun fisik. Biaya produksinya dapat sangat minim dan materi amatir
dapat memberi suatu perasaan bahwa “ini dapat saja terjadi pada
saya” atau “ini mungkin saja orang-orang dari lingkungan sekitar
saya.” Realita seperti ini berfungsi untuk meningkatkan kadar rangsangan pada sebagian pria dan menarik bagi demografis pornografi
tertentu. Dikombinasikan dengan akses yang relatif terjangkau untuk peralatan produksi film (dilengkapi dengan kamera komersial
berkualitas tinggi dan program pengeditan video) dan web hosting
serta pemrograman yang tidak terlalu mahal, pornografi beranggaran rendah dapat diproduksi di mana saja. Ia dapat berupa webcam
yang dipersiapkan untuk obrolan seks interaktif atau fotografi digital
yang diunggah untuk situs berbayar. Pornografi tidak lagi dihasilkan
dan didistribusikan hanya oleh para teknisi di San Fernando Valley,
namun di daerah pinggiran kota dan masyarakat yang tersebar jauh
di segala penjuru negara.
ANONIMITAS (ANONIMITY)
Orang berusaha menyembunyikan kebiasaan porno mereka dan me-
Dibanjiri dengan Hal-Hal Porno
35
mastikan bahwa tak seorang pun menemukannya. Para penikmat
pornografi memasang sebanyak-banyaknya penghalang antara mereka dan orang lain agar kerahasiaan perilaku mereka terjaga. Teknologi online yang bersifat anonim ini berkontribusi kepada siklus rahasia
tersebut.
Jika Anda duduk sendiri di rumah mengakses pornografi secara
pribadi, tak seorang pun tahu siapa Anda. Anda tidak harus pergi keluar dan menanggung risiko dari seseorang yang akan melihat Anda
membelinya. Penggunaan pornografi di internet telah bertambah secara luar biasa dalam sepuluh hingga lima belas tahun belakangan ini.
Stigma sosial yang diasosiasikan dengan menonton pornografi telah
berkurang terus dan sisa rasa malu yang ada sangat mudah dihadapi
dengan bersembunyi di dalam sebuah kamar asrama, kamar pribadi,
kantor atau pun tempat tertutup. Penyedia layanan Anda mungkin
dapat memonitor situs mana saja yang sedang Anda lihat, namun
meskipun seperti itu identitas Anda relatif anonim. Anda dapat mengubah identitas Anda dan berpura-pura menjadi orang lain.
Anonimitas dapat juga mendorong kepada hubungan online yang
berlebihan. Terbebas dari kemungkinan akuntabilitas mana pun
dan absennya orang yang nyata di depan mereka, anonimitas yang
tersedia secara online membawa beberapa pria untuk berelasi secara
berbeda dengan pasangan anonim lainnya daripada yang mereka
lakukan dalam kehidupan sebenarnya. Mereka menyatakan hal-hal
mengenai diri mereka yang biasanya tidak akan mereka lakukan, meningkatkan kemungkinan terlibat dalam perilaku yang berisiko.
MESIN-3C
Dalam bukunya Sex and the Internet: A Guide for Clinicians, psikolog
klinis Al Cooper (Cooper, 2002) mengeksplorasi pernyataan bahwa
internet didorong oleh apa yang disebutnya sebagai “Mesin 3-C”. Internet bukanlah suatu medium yang statis dan pasif bagi penggunanya, namun merupakan suatu medium di mana penggunanya dapat
berinteraksi dengan isinya. Mereka bukan semata-mata konsumen
36
WI RED FOR I NT IMACY
yang pasif dari isi yang berbau porno, namun teknologi mengizinkan
mereka untuk menjadi pengirim yang potensial di dalam prosesnya.
Mereka dapat berkomunikasi dan bekerjasama sebagai anggota aktif
dari sebuah komunitas.
Komunikasi (Communication). Komunikasi menyediakan kesempatan untuk berbagi hidup kita dengan orang lain. Ini adalah sebuah bagian penting sebagai manusia—menceritakan kisah Anda
dan membiarkan orang lain tahu siapa diri Anda. Zaman sekarang
ini semua dapat dilakukan melalui komunikasi elektronik seperti
SMS atau berhubungan lewat webcam. Berinteraksi dengan orang
lain memperkuat fakta bahwa orang lain mengakui dan berespons
terhadap Anda. Mengapa kita melakukannya? Karena hal ini memungkinkan kita untuk berbagi hidup dengan orang lain, terlepas
dari natur palsu interaksi yang ada.
Kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui
internet berkembang pada pornografi dan membuatnya menarik.
Pornografi bukan sekedar potret dari gambar-gambar telanjang atau
sebuah tingkah laku seksual yang direkam di masa lalu, namun hal
ini dapat berupa cyberseks yang dinamis, berkomunikasi secara langsung. Pria dapat melakukan webchat (ngobrol melalui web) dengan
seorang model di tempat lain dan memintanya untuk melakukan
aktivitas tertentu. Seksualitas kita dimaksudkan sebagai sebuah
pertukaran yang diwujudkan antara suami dan istri seperti mereka
menemukan kasih Allah. Sebaliknya, internet berfungsi sebagai media untuk berhubungan di mana gairah dan rangsangan seksual itu
disalurkan, dan ini beroperasi sebagai mediator komunikatif dalam
ekspresi seksualitas kita.
Kolaborasi (Collaboration). Mesin kedua, kolaborasi, mengizinkan
orang untuk bekerjasama mencapai sebuah tujuan. Salah satu manfaat terbesar dari internet adalah ia mengizinkan orang yang terpisah
karena jarak untuk saling berinteraksi. Namun internet juga memampukan pengadaan koleksi gudang pornografi digital, pembentukan
prostitusi dunia maya, dan jaringan materi seksual yang ilegal. Natur
Dibanjiri dengan Hal-Hal Porno
37
kolaborasi dari internet telah mengizinkan orang untuk mempraktikkan kebobrokan seksual mereka, seperti berbagi file dari kumpulan
pornografi anak.
Dari perspektif sosial, ketika Anda mulai melibatkan diri dalam
tingkah laku cyberseks, Anda beranjak dari komunikasi dengan pengguna pornografi lain kepada kolaborasi satu dengan lainnya. Hal ini
berkembang dari “Hey, cobalah tengok” (komunikasi) kepada “Mari
bertemu dan mulai membuat sesuatu” (kolaborasi). Dan kapan pun
Anda berkolaborasi, Anda mulai membangun komunitas.
Komunitas (Community). Mereka yang secara kolektif saling berbagi
hidup dan bekerja menuju tujuan yang sama akan membentuk komunitas (Rheingold, 2000). Mereka yang saling berbagi material pornografi melihat orang lain sebagai sahabat dan anggota dari jaringan
sosial mereka. Mereka berbagai ketertarikan, hasrat, dan karakteristik yang sama. Mereka mengikuti aturan-aturan tertentu mengenai
bagaimana mereka berinteraksi satu dengan lainnya dan menganggap diri mereka sebagai bagian kelompok yang lebih besar. Sebagai
anggota komunitas, mereka saling berbagi, saling berpartisipasi dan
bahkan bekerja untuk saling memenuhi kebutuhan masing-masing.
Adanya kebutuhan untuk saling berhubungan dan ekpresi seksual di
mana Internet dan pornografi secara tidak sempurna bertemu, hasil
yang logis adalah sebuah komunitas orang yang sama-sama terikat
oleh ikatan pornografi yang sama.
KERUSAKAN MAHA DAHSYAT
Bukanlah teriakan dari pornografi yang membuatnya begitu kuat
menguasai pria. Namun bisikan kebohongan dari pemenuhan seksual yang memangsa rasa tidak aman kita sebagai manusia. Ketika
pria percaya kebohongan-kebohongan itu, mereka mengembangkan
kebiasaan psikologis dan perilaku yang mencegah pemenuhan relasional. Pornografi membentuk dan merangkai ulang dalam cara tertentu di mana kita tidak dapat melihat wanita sebagaimana seharusnya kita melihatnya. Kita tidak lagi mengarahkan dorongan seksual
38
WI RED FOR I NT IMACY
kita dengan cara yang benar. Pornografi mempersempit kemampuan
kita untuk hidup secara benar dan kudus.
Dalam artikelnya “The Porn Myth”, seorang feminis Naomi Wolf
berargumentasi bahwa pornografi telah beranjak ke arus utama dari
arena budaya dan sebagian besar karena internet, hal tersebut telah
“mempornografikan” budaya kita. Ia melihat bahwa banyak feminis
salah dalam mengasumsikan bahwa pornografi akan membuat pria
menjadi makhluk seks ganas yang bengkok dari semua bentuk penyimpangan seksual. Sebaliknya, ia berargumentasi bahwa lambat
laun kehebohan pornografi telah membuat pria cenderung kurang
responsif secara seksual terhadap wanita sebenarnya.
Saya sependapat dengannya. Pornografi telah membuat kebal seksualitas yang sehat dari para pria yang merupakan konsumen aktif
dari pornografi. Wolf menulis,
Dari sebagian besar sejarah umat manusia, gambar-gambar erotis telah
menjadi refleksi, perayaan, pengganti, dari wanita telanjang yang sebenarnya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, kekuatan dan
daya tarik gambar telah menggantikan kekuatan wanita telanjang yang
sesungguhnya. Sekarang, wanita telanjang sesungguhnya hanyalah sebuah hal porno yang tidak menarik. (Wolf, 2003).
Jadi bagaimana kita sampai kepada kerusakan maha dahsyat akibat beberapa faktor buruk yang saling beresonansi seperti faktor budaya, teknologi, dan psikologis yang mengerucut pada banyak pria?
Bagaimana pornografi telah menguasai kehidupan dan melumpuhkan ekspresi seksualitas yang sehat? Bagaimana seharusnya gereja
Kristen berespons terhadap isu yang aktual ini? Kita perlu melihat
bagaimana pornografi merusak kita hingga ke akar-akarnya. Kita perlu kembali dan meninjau ulang apa artinya menjadi manusia—yang
diciptakan menurut gambar Allah. Kita perlu mengerti apa artinya
diciptakan sebagai pria. Kita perlu memiliki sebuah teologi yang
mengerti pentingnya seksualitas kita dan seperti apa itu bagi kaum
pria. Dan kita perlu merespons dengan cara tetap menghargai me-
Dibanjiri dengan Hal-Hal Porno
39
reka yang telah dipengaruhi pornografi dan untuk menolong dalam
proses restorasi, penebusan, dan kesembuhan.
Daftar Pustaka
Jacobellis v. Ohio. 1964. 378 U.S. 184.
Bowring, Lyndon, ed. 2005. Searching for intimacy. Waynesboro, GA:
Authentic Media.
Catechism of the Catholic Church—English translation. 1997. (2nd
Ed.). U.S. Catholic Conference, Inc.
Cooper, Al. 2000. Cybersex: The dark side of the force. Philadelphia:
Brunner-Routledge.
Cooper, Al. 2002. Sex and the internet: A guidebook for clinicians. New
York: Brunner-Routledge.
Jensen, R., G. Dines and A. Russo. 1998. Pornography: The production
and consumption of inequality. New York: Routledge.
Jensen, Robert. 2007. Getting off: Pornography and the end of masculinity. Cambridge, MA: South End Press.
Leahy, Michael. 2008. Porn nation. Chicago, IL: Northfield Publishing.
Lewis, C. S. 1981. The pilgrim’s regress: An allegorical apology for Christianity, reason and romanticism. Grand Rapids, MI: Eerdmans.
Paul, P. 2005. Pornified: How pornography is transforming our lives, our
relationships, and our families. New York: Times Books.
“Pornography.” Dictionary.com <http://dictionary.reference.com/browse/
pornography>.
“Pornography.” Merriam Webster Online Dictionary. <www.merriamwebster.com/dictionary/pornography>.
Rheingold, H. 2000. The virtual community: Homesteading on the electronic frontier. Cambridge, MA: MIT Press.
Wolf, N. 2003. The porn myth. New York Magazine 20.
2
Perampasan Keintiman
“Dari semua asumsi-asumsi ini, tak satu pun yang lebih mendasar dari kepercayaan bahwa tubuh wanita yang menarik secara fisik pada naturnya merupakan pemandangan yang luar biasa dimana kaum pria ditakdirkan untuk selalu menginginkannya secara luar biasa, berkompetisi untuknya, mengorbankan
kesejahteraan emosional dan fisik untuknya, namun jarang dapat menikmatinya
kecuali dari kejauhan.” (Gary R. Brooks, The Centerfold Syndrome)
“Apakah pornografi itu dosa? Ini adalah salah satu pertanyaan pertama yang sering ditanyakan kepada saya oleh orang-orang Kristen
maupun non-Kristen. Kebanyakan orang tidak terlalu tertarik untuk
mengetahui kebenaran tentang pornografi lebih mendalam. Pertanyaan tersebut hanyalah manifestasi dari puncak gunung es untuk
sebuah pertanyaan yang sebenarnya lebih merupakan pertanyaan
nurani. Bagi sebagian orang, pertanyaan ini lebih merupakan pertanyaan yang ditanyakan melalui filter agama. Penggunaan kata “berdosa” sebagai kebalikan atau terminologi alternatif dari kata “salah,”
“buruk,” “berbahaya,” atau “tidak sehat” menempatkan percakapan
yang ada secara solid di dalam wilayah teologi. Mereka ingin menggunakan terminologi “jahat” atau “berdosa.” Banyak di dalam komunitas agama telah memiliki jawaban kepada pertanyaan-pertanyaan
42
WI RED FOR I NT IMACY
ini, dan mereka hanya menguji saya untuk melihat apakah saya akan
mendukungnya ataukah termasuk sebagai seorang bidat liberal. Jawaban apa pun selain “Ya, pornografi adalah dosa,” akan membawa
saya kepada risiko kehilangan segala kredibilitas keagamaan saya
karena posisi saya sebagai seorang profesor di sebuah perguruan
tinggi Kristen.
Namun untuk orang yang memandang seksualitas sebagai bagian integral dari sistem keagamaan, ini merupakan pertanyaan yang
benar dan tepat untuk ditanyakan. Pandangan ini menyadari bahwa
keintiman seksual merupakan dimensi penting dari penciptaan kita,
dan memiliki warisan arti yang melampaui mekanisme reproduksi.
Hal ini berada dalam lingkup yang lebih besar dari teologi kita yang
terbatas. Kebutuhan akan makanan, air, tempat berteduh, dan berelasi, selalu menjadi pengingat bahwa kebutuhan-kebutuhan fisik kita
hanyalah merupakan bayangan dari kebutuhan spiritual yang lebih
mendalam, yang hanya dapat dipenuhi oleh Pencipta kita.
Bagi sebagian orang lainnya, pertanyaan “Apakah pornografi itu
dosa?” masih berakar pada dunia religius, namun hal tersebut merupakan pertanyaan yang lebih dalam dan pribadi. Hal tersebut tidak
diarahkan pada teologi sistematika yang besar atau mencari kebenaran dogmatis yang sempit di dalam kerangka religius. Bagi mereka,
pertanyaan tersebut berakar di dalam rasa takut bahwa mereka telah
mencemari diri mereka sendiri dan berada di luar wilayah restorasi
spiritual. Pendek kata, mereka yakin bahwa karena mereka telah melihat hal-hal porno atau memiliki hubungan berkelanjutan dengannya, mereka akan dihukum di neraka. Sejarah mereka dalam mengkonsumsi pornografi yang terus berulang telah menjadi bagian yang
memalukan dari keberadaan mereka. Ketika menanyakan pertanyaan
tersebut, sebenarnya mereka berharap akan adanya secercah harapan,
sebuah pertolongan yang akan datang dan diberikan oleh “para ahli”,
supaya mereka tidak selamanya terhilang dalam api neraka.
Sebagian orang mungkin benar-benar condong untuk menganggap pertanyaan ini sebagai pertanyaan religius, namun sebagian lain-
Perampasan Keintiman
43
nya berontak dan berargumentasi melawan larangan agama apa pun
terhadap seksualitas. Ini merupakan sebuah semangat anti agama
yang perlu direspons. “Apakah pornografi itu dosa?” tanya mereka,
dan mereka berharap akan sebuah respons yang meyakinkan. Jawaban “ya” menjadi sebuah undangan untuk mengolok-olok siapa pun
yang akan memegang bahwa seksualitas manusia tidaklah lebih dari
kebutuhan binatang yang tidak memiliki arti religius ataupun moral
sama sekali. Seks hanyalah seks; usaha apa pun untuk menambahkan signifikansi agama apa pun terhadapnya dirasa kurang tepat.
Pandangan ini memegang prinsip kesenangan hedonistik di atas keberatan moral ataupun keagamaan mana pun terhadap pornografi. Ia
mendorong kita untuk memaksimalkan pengalaman-pengalaman orgasmik kita dan menyingkirkan semua rasa bersalah yang tidak perlu
dan rasa malu yang ingin dibebankan kepada kita oleh agama, dalam
bentuk formalnya. Para pemimpin agama yang gagal untuk memegang etika seksual yang mereka khotbahkan adalah orang-orang yang
paling munafik. Tujuan di balik argumen-argumen ini bukanlah untuk membenarkan pornografi, namun untuk mengolok dan merobohkan sistem-sistem keagamaan yang menganggap tingkah laku seksual
itu memiliki nilai transenden.
Sebuah Pertanyaan Moral
Pornografi tidak perlu dibatasi kepada diskusi-diskusi agama. Kebanyakan melihat dampak yang dihasilkan oleh pornografi terhadap
para individu atau dampaknya sebagai bagian dari dunia sosiologis.
Pertanyaan mereka mungkin lebih tepat digambarkan sebagai, “Apakah pornografi itu buruk, merusak atau berbahaya bagi masyarakat
kita?” Seseorang hanya perlu melihat kepada faktor-faktor utama budaya, teknologi, psikologis, biologis, dan spiritual yang mengerucut
di dalam budaya kita saat ini untuk melihat bagaimana pornografi
telah menjadi salah satu tanda signifikan perampasan aspek kemanusiaan. Fakta bahwa budaya kita didedikasikan kepada kapitalisme
dan konsumerisme berkontribusi kepada salah satu mantra iklan
44
WI RED FOR I NT IMACY
kuno, “Seks itu laku dan memiliki nilai jual.” Hampir setengah abad
setelah revolusi seksual tahun 1960-an, kita masih mengalami dampak guncangannya (Paul, 2005).
Pria berbagi kebutuhan dasar manusiawi yang sama dengan wanita. Kebutuhan akan keintiman, untuk dikenali dan mengenali, menjadi dekat, diakui, dikasihi; semua adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan akan keintiman mengharuskan kita memahami siapa kita dan
berbagi semua hal itu dengan mereka yang kita ingingkan dikenali
olehnya. Ketika kita menjadi lebih intim, orang yang mengenal kita
akan memberitahukan hal-hal yang tidak kita lihat dalam diri kita
sendiri. Kita membiarkan orang yang intim untuk menemukan kita
dengan cara yang tidak dapat kita lakukan sendiri dan melakukannya
dengan mereka. Ini merupakan proses yang semakin lama semakin
berkembang dan menjadi semakin dalam. Kita lebih mengenal diri
kita sendiri karena kita dikenali lebih dalam lagi. Keintiman yang kita
miliki dengan Allah dan dengan orang lain memampukan kita untuk
menjalani perjalanan kita menuju pengudusan atau kerusakan.
Pornografi merampas kemampuan kita untuk menjadi intim. Ia
menarik konsumen dan produser kedalamnya dengan janji keintiman, namun gagal untuk membangun hubungan antara dua insan manusia (Balswick dan Balswick, 1999; Kelsey dan Kelsey, 1999).
Ketertarikan Itu
Segala sesuatu tentang pornografi menarik dan mendorong dalam jiwa
kaum pria. Tarikannya sangat mudah untuk diidentifikasi. Bentuk
tubuh wanita telanjang dapat begitu menyihir. Seorang wanita yang
bersedia untuk ikut serta dalam aktifitas seksual atau untuk mengekspos ketelanjangan mereka sangat menggoda pria. Kesadaran akan
seksualitas diri sendiri, keinginan untuk mengenal dan mengalami
sesuatu yang baik bersumber dari kedalaman diri. Sebuah gambar
mulai merasuk ketika kita semakin lama melihatnya. Ia menghasilkan momentum dan dapat mencapai sebuah titik seperti sebuah truk
gandeng yang meluncur menuruni bukit tanpa rem.
Perampasan Keintiman
45
Ini baru berbicara mengenai sebuah gambar telanjang. Melalui pornografi yang lebih dinamis dan hidup (video, cyberseks interaktif),
Tsunami hormonal dan neurologis yang dihasilkannya akan semakin besar. Tsunami ini dapat menyelimuti kemampuan Anda untuk
membuat keputusan yang bijaksana (Seymour dan Dolan, 2008, hlm.
662-71; Ariely dan Loewenstein, 2006, hlm. 87; Schwarz, 2000, hlm.
433-40). Gambar-gambar dan video itu membawa Anda kepada sebuah jendela tepat pada waktunya di mana Anda dapat membohongi
realita hidup ini. Realita alternatif ini memiliki sedikit konsekuensi
langsung kecuali untuk rangsangan seksual dan orgasme. Pengetahuan dan janji ekstasi seksual ini dapat begitu membutakan. Ketika
terjebak dalam pusaran psikologis dan fisiologis dari pornografi,
kesempatan untuk lari daripadanya sangatlah tidak menyenangkan.
Anda ingin membiarkan pornografi menarik diri Anda.
Banyak pria dapat menghabiskan waktu berjam-jam melihat pornografi, secara terus menerus menambah rangsangan seksual mereka
dan menipu diri mereka sendiri untuk bersiap-siap bagi pertemuan
seks dengan orang lain yang (biasanya) tidak pernah terjadi. Ketika
mereka melakukan ini, mereka secara neurologis melatih diri untuk merespons kepada jenis gambar-gambar yang mereka lihat. Ini
tidak hanya visualisasi aktual dari bentuk telanjang, namun merupakan manipulasi mental dan fantasi yang menambah kebutuhan
akan seorang teman di dalam keintiman. Pria melihat banyak sekali
tanda-tanda seksual di sepanjang hari, namun mereka juga memanipulasi secara mental gambar-gambar ini dan berfantasi mengenai
bagaimana berhubungan intim dengan salah satu wanita ini. Cara di
mana otak pria terorganisir dalam satu arah, berorientasi tujuan dan
visuospatial (manipulasi mental objek-objek yang ada) membuatnya
menjadi arena bermain yang sempurna bagi fantasi seksual—konsumsi mental terhadap seksualitas orang lain (Loftus, 2002).
Karena struktur-struktur kognitif ini dan kemampuan untuk menyimpan gambar-gambar seksual yang berhubungan dengan rangsangan seksual dan gratifikasinya, akal pikiran dari banyak pria
46
WI RED FOR I NT IMACY
menjadi studio film dewasa yang personal sesuai keinginan masingmasing. Wanita mana pun yang telah mereka lihat dan siapa pun
yang dapat mereka bayangkan adalah para pemainnya. Ketika hal-hal
porno dan fantasi mengambil alih pikiran, ia menjadi sebuah teater
idaman yang terwujud dari dunia nyata kita. Setiap wanita di mana
ia bertemu dapat dijadikan objek, ditelanjangi dan dievaluasi sebagai
pasangan seks mental yang bersedia (maupun tidak). Ia dinilai berdasarkan kemampuan seks yang dibayangkan dan kemudian disimpan
untuk kegunaan pada masa mendatang atau dibuang begitu saja sebagai sesuatu yang tidak berguna. Konsumsi mental terhadap diri orang
ini merupakan pelanggaran dari gambar Allah dalam diri setiap kita.
Banyak wanita dapat mengetahui ketika seorang pria sedang menelanjanginya secara mental. Murid-murid saya melaporkan bagaimana
hal ini membuat mereka tidak nyaman ketika mereka tahu bahwa hal
tersebut sedang dilakukan. Para wanita di kelas saya seringkali menyuarakan tentang berbagai ketidaknyamanan mereka ketika kami
berdiskusi mengenai hal ini. Seorang murid wanita mengatakan, “Saya dapat mengetahui ketika seorang pria sedang menggunakan saya
secara mental sebagai mainan di kepalanya, bahkan ketika ia sedang
berbicara dengan saya. Ia tidak melihat mata saya, gelisah, terus melihat [payudara] saya dan ia kira saya tidak memperhatikannya, namun saya memperhatikannya. Dibutuhkan semua energi dalam diri
agar saya tidak berteriak. Ketika seorang pria melakukan itu terhadap
saya, saya hanya ingin pulang ke rumah dan mandi.”
Bukannya mereka tidak ingin memiliki hubungan yang intim—
mereka ingin. Sebagian besar kita ingin; ini merupakan bagian dari
menjadi manusia dan kerinduan kita akan keintiman. Mereka hanya
tidak ingin melihat itu di muka pria yang ingin mereka ajak bercakapcakap dan melihat diri mereka sebagai sebuah konsumsi seksual.
Saya terkesan akan kemampuan banyak wanita untuk mendeteksi
ini ketika hal tersebut terjadi di dalam sebuah percakapan dengan
seorang pria. Tidak hanya wanita-wanita ini pergi menjauh dengan
sebuah impresi negatif terhadap pria yang berbicara dengan mereka,
Perampasan Keintiman
47
wanita-wanita ini juga mengatakan bahwa menelanjangi secara mental dan manipulasi yang dilakukan membuat mereka merasa kotor
secara seksual.
Dorongan Menghindar
Bertolak belakang dengan daya tarik pornografi, bagian dari natur
kita adalah mendorong berlawanan terhadapnya. Rangsangan yang
dihasilkannya dapat juga memiliki sebuah elemen ketakutan, rasa
jijik atau keinginan untuk menghindarinya. Sementara banyak pria
memuaskan diri secara bebas tanpa ragu, yang lain merasa jijik dengan respons mereka terhadap pornografi. Rangsangan yang mereka
alami secara seksual ditemani oleh perasaan malu, bersalah, dan cemas yang bertolak belakang. Pria semacam ini memiliki perasaan
bahwa ada sesuatu yang tidak benar yang sedang mereka lakukan.
Lirihan suara itu dibungkam ketika melihat pornografi, namun
setelahnya muncul rasa bersalah bahwa seharusnya tidak melihatnya.
Kita secara intuitif tahu bahwa apa yang kita lihat itu seharusnya
tidak untuk dilihat. Kita telah menerobos masuk kepada ruang keintiman seseorang. Bagi hati nurani yang bekerja benar, melihat pornografi menimbulkan sebuah rasa bersalah yang sehat. Bagi hati nurani
yang kering, nurani yang telah tergerus oleh penyalahgunaan, rasa takut, keegoisan atau ketereksposan terhadap dosa, pornografi hanyalah sesuatu dari sekian banyak aktivitas yang Anda lakukan. Nurani
yang kering dipaksa untuk berpaling melawan dirinya sendiri dan
jatuh ke dalam rasa putus asa melawan diri sendiri, juga rasa malu
yang tidak sehat, atau untuk mengadopsi standar baru yang mengizinkan penerimaan terhadap pornografi. Standar tersebut mungkin
akan berhasil untuk suatu masa, namun sesungguhnya akan membawa kepada rasa luka, sakit, dan menderita.
Kebenaran yang kurang menguntungkan tentang pornografi bahwa sebagian besar dari rasa sakit yang timbul dari pornografi mungkin lebih berdampak pada kehidupan orang lain daripada terhadap
orang yang berhati nurani kering itu sendiri. Pernikahan, keluarga,
48
WI RED FOR I NT IMACY
persahabatan, karir, dan pelayanan seringkali hancur karena efek pornografi oleh pria.
Kontak Pertama
Waktu kecil, saya mengenal seorang anak laki-laki bernama Max. Ia
adalah anak tunggal, dibesarkan oleh ibu yang telah bercerai. Ayahnya
absen dalam sebagian besar hidupnya, dan Max bergumul dengan rasa terabaikan dan bersalah yang umum bagi kebanyakan anak-anak
dari keluarga yang bercerai. Dalam sebuah perjalanan akhir pekan ke
rumah ayahnya ketika ia berumur dua belas, ia tidak sengaja melihat
majalah playboy dan tidak begitu mengejutkan, ia terangsang secara
seksual. Koleksi pornografi ayahnya begitu banyak kemudian Max
memanfaatkan kesempatan ini hingga tidak ketahuan kalau majalah ayahnya telah terambil satu. Ia memilih sebuah majalah dengan
model sampul yang ia rasa menarik dan memasukkannya di dalam
tasnya. Selama akhir minggu itu ia begitu antusiasnya. Ia tidak dapat
menunggu untuk kembali ke rumahnya sehingga dapat melihat majalah itu. Ia begitu gugup kalau-kalau ayahnya menemukan ketertarikannya yang baru itu dan merasa lega ketika kunjungan akhir pekannya berakhir.
Ketika ia tiba di rumah, Max cepat-cepat ke kamarnya dan menyembunyikan majalah itu ditempat di mana ia cukup yakin ibunya tidak
akan menemukannya. Max kemudian mulai merasakan gejolak antusiasme dalam dirinya. Ia sangat yakin bahwa ibunya tidak suka Max
melihat majalah itu dan Max sendiri tidak mau berurusan dengan
iman agama ibunya. Max tahu bahwa mencuri majalah itu adalah
salah, tapi ia juga tahu bahwa ia tidak dapat menahannya. Yang ia
tahu hanyalah harus melihat gambar-gambar itu, namun hanya ketika situasinya aman.
Max terbangun di malam hari dengan majalah dan rasa bersalah
itu dibenaknya. Ia sangat takut kalau ibunya akan bangun ketika ia
bangun untuk mengambil majalah itu, namun ia tidak dapat menghilangkan majalah itu dari pikirannya. Ia akhirnya tertidur sangat
Perampasan Keintiman
49
larut di malam itu dan bangun di pagi berikutnya dengan letih dan
sulit berkonsentrasi. Ia pergi ke sekolah dan bersosialisasi dengan teman-temannya namun begitu enggan untuk menceritakan apa yang
dilakukannya. Ia buru-buru pulang ke rumah setelah pulang sekolah
karena ia mengetahui ibunya tidak akan sampai di rumah dalam satu
jam mendatang.
Setibanya di rumah, ia mengeluarkan majalah itu dari tempat persembunyiannya dan mulai melihat setiap halamannya, ia tidak mampu menyingkirkan matanya dari gambar-gambar itu. Ia mengingat, “Rasanya
saya seperti menyerap gambar-gambar ini, dan gambar-gambar itu
menciptakan sebuah perasaan yang belum pernah dirasakan sebelumnya di dalam diri saya. Rasanya seperti jatuh cinta kepada
seorang wanita dan ingin menciumnya, namun ada desakan yang semakin besar di sana, di bawah perut saya, yang saya tidak tahu harus
berbuat apa. Saya merasa seperti ingin meledak.”
Max menyembunyikan majalah itu dan pergi ke sekolah di hari
berikutnya. Ketika ia pulang ke rumah di siang hari, ia memeriksa
tempat persembunyiannya mencuri-curi kesempatan melihat majalah itu ketika ibunya sedang menyiapkan makan malam. Majalah
itu hilang dan tidak ada di sana! Max tahu bahwa ibunya pasti telah
menemukannya dan mengambilnya. Ia sangat ketakutan. Ketika ia
turun dari kamarnya untuk makan malam, ibunya tidak berbicara
kepadanya dan menatapnya saja ketika ia makan. Ia duduk diam
dengan tidak nyamannya di sepanjang makan malam itu. Ketika ia
kembali ke kamarnya, ia menangis. Ia bertanya-tanya apakah ibunya
berpikir bahwa ayahnya telah memberinya majalah itu. Ia tidak ingin
ibunya menghentikan kunjungannya ke tempat ayahnya. Ia berharap
ayahnya atau kakak laki-lakinya dapat menjelaskan semuanya itu kepadanya, ia sangat malu akan apa yang telah dipikirkan ibunya mengenai dirinya.
Banyak pria tersambung dengan cerita Max ini. Ini adalah sebuah
contoh dari rasa antusias yang berbaur, rasa cemas, malu, dan rasa
bingung yang sering mengiringi peristiwa kontak pertama seorang
50
WI RED FOR I NT IMACY
anak laki-laki terhadap pornografi. Bagaimana pun juga, pengalaman Max bukanlah wakil dari ketereksposan kontak pertama bagi kebanyakan anak laki-laki saat ini. Sementara majalah pornografi telah
menjadi sarana “kontak pertama” sebelum tahun 1990-an, saat ini
kontak pertama kebanyakan terjadi melalui internet, dengan gambargambar yang tersebar dalam spektrum yang sangat luas. Emosi yang
dialami Max, masih tetap relevan bagi anak-anak remaja saat ini.
Seksualitas Sehat VS. Tidak Sehat
Apakah yang dimaksud dengan seksualitas yang sehat dan bagaimana hal ini dapat dibedakan secara jelas dengan seksualitas yang tidak
sehat? Mari kita lihat perbedaan-perbedaan berikut ini (Maltz dan
Maltz, 2008).
Banyak pria, yang sedang bergumul dengan pornografi, di mana
saya pernah bekerja sama dengannya, pernah berbagi betapa frustasi
dan malunya mereka akan respons otomatis mereka terhadap para
wanita yang ditemui. Mata mereka segera tertuju pada payudara,
pantat, ataupun pinggul wanita tersebut. Aktivitas objektifikasi wanita tersebut, melihat “bagian-bagian” tubuh mereka lantas mengevaluasinya sebagai pasangan seksual potensial sepertinya telah menjadi
suatu refleks. Hal ini merupakan sebuah konsekuensi dari kebiasaan
penggunaan pornografi dan pemenuhan pikiran dengan fantasifantasi seksual mereka. Salah satu kemenangan terbesar seorang pria
yang mulai sembuh dari kecanduan pornografi dan dorongan seksual yang kompulsif adalah ketika ia dapat melihat wanita cantik dan
tidak merasakan perlunya untuk memperlakukannya secara mental
sebagai objek seksual dirinya.
Seorang pria dengan hati nurani yang baik dan dipenuhi dengan
Roh memiliki pandangan yang sehat mengenai seksualitas. Ia menghargai gambar Allah dalam diri para wanita (dan pria) yang ditemuinya dan telah melatih pikirannya untuk mengontrol pikiranpikiran seksual ini. Ia dapat mengalami kebebasan yang agung dalam
interaksinya dengan wanita. Ia tidak meniduri secara mental setiap
Sanctuary of the Soul
(Tempat Perlindungan Bagi Jiwa)
Perjalanan Menuju Doa Meditasi
Richard J. Foster
Pada hari ini, distraksi merupakan salah satu
masalah terbesar yang kita hadapi. Semua
dorongan visual, semua percakapan di internet, semua kebisingan ini menghalangi kita
untuk bisa memusatkan perhatian. Ini merupakan masalah penting dalam hubungan kita tetapi lebih penting lagi dalam hubungan kita dengan Tuhan. Singkatnya,
kita telah kehilangan kemampuan untuk
memusatkan perhatian kepada Allah dalam
tempat perlindungan dari jiwa ini. Buku ini
diharapkan menolong kita agar bisa kembali
mendengar Allah di dalam keheningan yang
agung, memiliki kasih, dan meliputi segala
sesuatu.
Apakah Anda telah dibutakan oleh kedangkalan budaya modern? Apakah
Anda telah menjadi lelah dengan semua pergumulan, semua hiruk pikuk dan
keramaian yang ada? Apakah Anda merasakan adanya suatu rasa lapar yang
dalam akan kehadiran Allah yang hidup? Jika benar, temanku, selamat datang
ke rumah. Rumah penuh kedamaian, ketenangan, dan sukacita.
2011 Leadership Journal Top Book of the Year!
Info lengkapnya kunjungi: www.perkantasjatim.org
Literatur Perkantas Jawa Timur
Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292
Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639
E-mail: [email protected], www.perkantasjatim.org
Culture Making
(Menciptakan Kebudayaan)
Menemukan Kembali Panggilan Kreatif Kita
Andy Crouch
Tidak cukup, hanya mengutuki kebudayaan. Juga sekadar mengritik, meniru, atau
memakai kebudayaan. Satu-satunya jalan
untuk mengubah kebudayaan adalah dengan cara menciptakan kebudayaan. Andy
Crouch menantang semua orang Kristen
untuk menjadi para pencipta kebudayaan.
Kita diajak berperan aktif dalam tindakan
Allah membuat dan mengubah kebudayaan
bahkan dunia ini dalam skala terkecilnya.
Buku ini memberikan suatu bentuk
model penting yang menggerakkan suatu
generasi baru kekristenan yang kreatif secara budaya. Mari bergerak dari pemakai
menjadi pencipta kebudayaan. Temukan
kembali panggilan kreatif Anda dalam
membuat budaya bahkan berdampak sampai mengubah dunia.
“Bukan, buku ini bukan buku bagus. Ini buku dahsyat.” James Emery White
2009 Christianity Today Book Award Winner
Info lengkapnya kunjungi: www.perkantasjatim.org
Literatur Perkantas Jawa Timur
Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292
Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639
E-mail: [email protected], www.perkantasjatim.org
Bahaya Ibadah Sejati
Sebuah Panggilan Memerangi Ketidakadilan
Mark Labberton
APA YANG DIPERTARUHKAN DALAM IBADAH? S E G A L A N Y A
Ibadah adalah sebuah tindakan berbahaya untuk
bangkit bagi Allah dan tujuan-Nya di dunia. Namun ada yang salah dengan ibadah kita saat ini.
Ibadah terlalu sering menjadi tempat yang aman
dan memuaskan hasrat pribadi, penuh dengan
pengalaman sempit ketika tiap individu hanya
mengekspresikan penyembahan pribadinya. Bahkan ketika berkumpul secara komunal, ibadah
terasa begitu nikmatnya sampai-sampai kita sering
menutup mata untuk orang-orang di sekitar kita,
seakan-akan fokus kepada Allah tetapi sebenarnya
mengabaikan sesama.
Lalu seperti apakah ibadah yang Alkitabiah
sebenarnya? Melalui suara kenabiannya, Mark
Labberton menghubungkan ibadah Kristen
dengan panggilan menegakkan keadilan yang Alkitabiah. Dari awal sampai
akhir, ibadah harus mengejar keadilan dan mencari kebenaran, menghasilkan
transformasi kehidupan yang memperhatikan orang miskin dan tertindas. Ia
menunjukkan bagaimana cara bergerak melampaui kenyamanan dalam ibadah
yang aman hingga membuahkan ibadah yang terus terjaga akan setiap kebuthan
kebutuhan sesama maupun dunia.
Info lengkapnya kunjungi: www.perkantasjatim.org
Literatur Perkantas Jawa Timur
Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292
Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639
E-mail: [email protected], www.perkantasjatim.org
Keselamatan Milik Allah Kami
Merayakan Kisah Utama Alkitab
Christopher J. H. Wright
Suatu kumpulan besar orang banyak yang
tidak dapat terhitung banyaknya … dengan
suara nyaring mereka berseru: “Keselamatan
bagi Allah kami yang duduk di atas takhta
dan bagi Anak Domba!”
Setiap kata dalam Wahyu 7:10 menggemakan tema yang signifikan dalam Perjanjian Lama dan Baru. Christopher Wright
melihat kisah keselamatan Allah, dengan
memakai ayat ini sebagai lensanya untuk
menunjukkan betapa luasnya karya penyelamatan Allah dalam Alkitab meliputi,
karakter dan tujuan Allah, kematian dan
kebangkitan Yesus, penebusan seluruh ciptaan, dan tanggung jawab misi Kristen. Selain itu, juga menjawab berbagai pertanyaan seputar keselamatan seperti:
- Apakah agama dan usaha keagamaan dapat menyelamatkan?
- Apakah ada keselamatan dalam agama-agama lain?
- Apakah yang membuat Anda merasa yakin telah diselamatkan?
Eksposisi yang sangat jelas, dalam, dan disampaikan dengan hangat yang memperkaya pemahaman kita tentang keselamatan yang alkitabiah.
Info lengkapnya kunjungi: www.perkantasjatim.org
Literatur Perkantas Jawa Timur
Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292
Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639
E-mail: [email protected], www.perkantasjatim.org
Download