implikasi csr (corporate social responsibility

advertisement
FORUM MANAJEMEN
Vol. 05 No. 3
IMPLIKASI CSR (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) BIDANG
MIGAS MENUJU GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Oleh : Sulistyono *)
ABSTRAK
Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan Corporate Social
Responsibility (CSR) merupakan bentuk kesadaran dan kepedulian perusahaan bahwa
perusahaan tidak mungkin eksis tanpa kontribusi dari lingkungan sekitar atau yang disebut
sebagai stakeholder. Pada era otonomi daerah ini kegiatan industri termasuk kegiatan
industri migas selain berdampak positif yaitu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi juga akan berdampak negative terutama pada
perubahan ekonomi, sosial, budaya dan politik serta aspek kehidupan masyarakat lokal.
Kelangsungan usaha suatu perusahaan tidak hanya ditentukan oleh tingkat keuntungan
saja, tetapi juga tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR. Ketidak pedulian perusahaan
migas terhadap aspek sosial dan lingkungan akan menuai protes masyarakat yang
akibatnya bisa mengganggu operasi perusahaan seperti demonstrasi atau boikot. Terhadap
aspek lingkungan, selain reaksi masyarakat, disinsentif juga diterima dari pemerintah.
Akibatnya, selain biaya operasi membengkak, reputasi perusahaan tercoreng dan pada
gilirannya dicerminkan dengan turunnya nilai saham. Implikasi berikut yang mengancam
adalah keengganan investor membiayai proyek baru. Perusahaan yang enggan untuk
melaksanakan CSR hanya tinggal menunggu waktu saja untuk gulung tikar. CSR bidang
migas sangat penting dalam menunjang hubungan antara perusahaan dengan para
stakeholder. Stakeholder memiliki peran penting dalam membentuk citra perusahaan di mata
masyarakat luas. Dari citra yang terbentuk ini dapat mempengaruhi kredibilitas perusahaan
yang selanjutnya berdampak pada daya saing dan pertumbuhan penjualan dan laba
sehingga menjadi good corporate governance.
Kata kunci : CSR bidang migas, good corporate governance
I. PENDAHULUAN
khususnya sub sektor minyak dan gas
bumi (migas) di satu pihak akan
menghasilkan produk atau barang yang
bermanfaat bagi kesejahteraan hidup
manusia, tetapi dilain pihak pembangunan
industri migas juga potensi mencemari
lingkungan. Sehingga tidak jarang kegiatan
industri migas pada suatu wilayah
menghadapi banyak permasalahan dan
potensi
konflik
dengan
pemangku
kepentingan
(stakeholders)
dengan
ragamnya kepentingan, salah satunya
adalah dengan masyarakat (komuniti)
A. Latar Belakang
Sesuai dengan kebijakan pemerintah
bahwa pembangunan nasional diarahkan
kepada pembangunan yang berkelanjutan
(sustainable development). Pembangunan
sektor industri migas merupakan bagian
tidak terpisahkan dari pembangunan
nasional yang berkelanjutan, berlandaskan
pada
kemampuan nasional
dengan
memperhatikan
tantangan
global.
Pembangunan industri pada sektor Energi
dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
9
FORUM MANAJEMEN
Vol. 05 No. 3
stakeholders lainnya, menjaga harmonisasi
hubungan, serta meningkatkan citra
industri tersebut. Stakeholder yang dalam
hal ini masyarakat memiliki peran yang
sangat penting dalam membentuk citra
perusahaan di mata masyarakat luas. Dari
citra
yang
terbentuk
ini
dapat
mempengaruhi kredibilitas perusahaan
yang selanjutnya berdampak pada daya
saing dan pertumbuhan penjualan dan laba
sehingga
menjadi
good
corporate
governance.
dalam bentuk kesenjangan yang terjadi
antara industri dengan masyarakat lokal.
Apalagi selama ini industri migas inheren
dengan ilusi kekayaan (persepsi tentang
melimpahnya sumber daya alam migas),
padahal disisi lain kemiskinan dan
pengangguran menjadi persoalan dalam
pembangunan bangsa.
Pada satu sisi produk migas sudah menjadi
kebutuhan pokok masyarakat Indonesia
bahkan masyarakat dunia, tetapi disisi lain
dampak kegiatan industri migas yang
meliputi kegiatan eksplorasi, eksploitasi,
produksi,
pengolahan,
pengangkutan,
penyimpanan
maupun
niaga
migas
menjadi
ancaman
bagi
kelestarian
lingkungan. Sehingga kegiatan tersebut
membahayakan lingkungan hidup, manusia
dan makhuk hidup lainnya. Pihak
Lingkungan hidup tentunya ingin agar
lingkungan dapat tetap terjaga secara
lestari, sementara dari sektor produksi
migas juga ada kepentingan yang juga
tidak kalah penting yaitu mencapai target
produksi migas untuk peningkatan ekonomi
masyarakat secara keseluruhan. Target
produk migas ini penting bahkan sangat
penting karena menyangkut penerimaan
negara yang hingga saat ini tidak bisa kita
pungkiri bahwa penerimaan dari sub sektor
migas masih menjadi tulang punggung
penerimaan negara, karena kurang lebih
23% penerimaan negara dalam APBN
berasal dari sub sektor migas. Upaya
pelestarian lingkungan hidup penting, tetapi
kegiatan usaha industri migas juga sangat
penting untuk menopang pertumbuhan
ekonomi bagi kesejahteraan rakyat.
B. Rumusan Masalah
Pada satu sisi hasil dari industri migas
yang diantaranya menghasilkan produk
yang sangat dibutuhkan manusia untuk
kesejahteraan hidup, tetapi disisi lain
dampak industri migas potensi merusak
lingkungan dan juga menjadi pemicu
terjadinya konflik antara masyarakat dan
perusahaan industri migas. Dari latar
belakang
penulisan
tersebut
dapat
dikemukakan rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana dampak kegiatan industri
migas terhadap lingkungan dan masyarakat lokal sekitar industri migas ?
2. Apakah program CSR dapat mereduksi
konflik antara perusahaan dan masyarakat lokal yang terkena dampak ?
3. Apakah dengan pelaksaaan CSR yang
baik dapat menjadikan perusahan
menjadi good corporate governance
II. TINJAUAN TEORI
A. Dampak Kegiatan Industri Migas
Penurunan kualitas lingkungan diantaranya
disebabkan karena pembuangan limbah,
baik limbah dari kegiatan industri maupun
limbah domestik
termasuk limbah B3
(Bahan Beracun dan Berbahaya), sehingga
dapat menimbulkan bahaya terhadap
lingkungan, kesehatan manusia dan
makhluk hidup lainnya. Dari bermacammacam sumber limbah yang menyebabkan
Perusahaan
Industri
migas
perlu
memberikan kontribusi positif kepada para
stakeholders terutama kepada masyarakat
lokal yang secara langsung maupun tidak
langsung terkena dampak dari kegiatan
industri migas tersebut, dengan tujuan
untuk
menghindari
konflik
dengan
10
FORUM MANAJEMEN
Vol. 05 No. 3
lingkungan hidup adalah masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga melampaui baku mutu lingkungan
hidup yang telah ditetapkan.
menurunnya kualitas lingkungan, kegiatan
pertambangan terutama pertambangan
migas merupakan salah satu kegiatan
yang banyak menimbulkan permasalahan
lingkungan. Sebagai negara yang memiliki
potensi bahan tambang yang besar,
negara Indonesia juga berpotensi besar
menderita kerusakan lingkungan akibat
usaha pertambangan termasuk pertambangan migas. Umumnya segala usaha
pertambangan baik itu skala besar, skala
kecil maupun tradisional memiliki daya
rusak
terhadap
lingkungan,
yaitu
berkurangnya bahkan hilangnya fungsifungsi dari lingkungan tersebut. Dalam
beberapa kasus, limbah berbahaya yang
dihasilkan dari kegiatan penambangan
migas mencemari daerah sekitar dan
bahkan
membahayakan
kesehatan
manusia.
Pembangunan sektor industri migas
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
pembangunan nasional yang berkelanjutan, berlandaskan pada kemampuan
nasional dengan memperhatikan tantangan
global. Menyadari bahwa sektor industri
migas memegang peranan penting dalam
percepatan
pembangunan
maka
pelaksanaannya dilakukan berdasarkan
sistem ekonomi yang bertumpu pada
mekanisme pasar berkeadilan. Hal ini
terutama dengan diberlakukannya UU no
23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
B. Konsep Dasar CSR
Kegiatan industri migas mulai dari kegiatan
usaha hulu (up stream) yaitu mulai tahap
eksplorasi, yaitu pencarian sumber-sumber
minyak bumi mulai kegiatan pemetaan
geologi, seismic, pengeboran maupun tahap
eksploitasi dan produksi yaitu pengambilan
sumber minyak bumi dari perut bumi hingga
kegiatan usaha hilir (down stream) yaitu
tahap pengolahan di kilang (refinery),
pengangkutan sampai penyimpanan dan
niaga potensi menceemari lingkungan.
Minyak dan gas bumi termasuk juga produkproduk migas yang dihasilkan dari proses
pengolahan migas dikategorikan sebagai B3
dan limbah yang dihasilkan dari kegiatan
industri migas dikategorikan sebagai limbah
B3 karena memenuhi klasifikasi dan
karakteristik seperti mudah meledak, mudah
terbakar,
bersifat
reaktif,
beracun,
menyebabkan infeksi, korosif dan bersifat
karsinogenik (menyebabkan kanker).
Tanggung jawab sosial perusahaan atau
yang lebih dikenal dengan Corporate
Social Responsibility (CSR) merupakan
bentuk
kesadaran
dan
kepedulian
perusahaan bahwa perusahaan tidak
mungkin eksis tanpa kontribusi dari
lingkungan sekitar atau yang disebut
sebagai stakeholders.
Berdasarkan definisi CSR yang paling
terkenal dan diakui secara universal yaitu
Definisi dari World Business Council for
Sustainable
Development
(WBCSD) Badan
Dunia
Bagi
Pengembangan
Berkelanjutan: “The continuing commitment
by business to behave ethically and
contribute to economic development while
improving the quality of life of the workforce
and their families as well as of the local
community
and
society
at
large”
(Komitmen berkelanjutan dari usaha bisnis
yang secara etis dan berkontribusi untuk
pengembangan
ekonomi
sambil
meningkatkan kualitas hidup dari tenaga
kerja beserta keluarganya termasuk pula
Menurut Undang-Undang no. 32 tahun
2009
tentang
Perlindungan
dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang
dimaksud
dengan
pencemaran
11
FORUM MANAJEMEN
Vol. 05 No. 3
komunitas lokal dan masyarakat pada
umumnya).
melaksanakan
CSR
hanya
tinggal
menunggu waktu saja untuk gulung tikar.
Hal ini disebabkan CSR merupakan salah
satu bentuk kegiatan “balas budi” kepada
masyarakat atas pengerukan sumber daya
alam dan atau dampak gangguan akibat
kegiatan di wilayah mereka.
Pada umumnya pada era otonomi daerah
ini kegiatan industri termasuk kegiatan
industri migas selain akan meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi
daerah juga akan berdampak kepada
perubahan sosial, budaya, ekonomi dan
politik serta aspek kehidupan masyarakat
lokal atau setempat. Dampak perubahan
tersebut baik yang bersifat positif maupun
yang bersifat negatif perlu diantisipasi dan
segera direspon oleh para pihak baik pihak
perusahan industri, pihak pemerintah/
pemerintah daerah dan masyarakat. Tidak
kalah penting adalah kesiapan masyarakat
setempat untuk menghadapi perubahan
sosial, budaya dan ekonomi sebagai
dampak
dari proyek kegiatan industri
migas, sehingga masyarakat lokal sekitar
proyek industri migas jangan sampai
hanya jadi penonton.
Salah satu bentuk CSR yang merupakan
tanggung jawab sosial perusahanan
kepada masyarakat sekitar adalah melalui
program pengembangan masyarakat atau
Community Development. (CD). Selama
ini community development atau comdev
dilakukan sebagai alat agar diterima
komuniti, padahal CD adalah investasi
jangka panjang yang merupakan tanggung
jawab perusahaan.
Pelaksanaan CSR
dengan salah satu bentuknya adalah
community development menjadi jawaban
untuk permasalahan tentang keberlanjutan
perusahaan, komuniti
dan lingkungan.
Apalagi image sebagai good corporate
governance salah satunya ditentukan oleh
pelaksanaan CSR dan CD yang semakin
penting dengan adanya ISO 26000 tentang
pelaporan yang berkelanjutan (mencakup
kinerja sosial, ekonomi, dan ketenaga
kerjaan perusahaan)
Kelangsungan usaha suatu perusahaan
tidak hanya ditentukan oleh tingkat
keuntungan saja, tetapi juga tanggung
jawab
sosial
perusahaan atau CSR
(corporate social responsibility). Bayangkan
bagaimana
bila
perusahaan
hanya
mementingkan
keuntungan
finansial
jangka pendek dan mengorbankan aspek
sosial dan lingkungan. Ketidakpedulian
terhadap aspek sosial akan menuai protes
masyarakat
yang
akibatnya
bisa
mengganggu operasi perusahaan (semisal
demonstrasi atau boikot). Terhadap aspek
lingkungan, selain reaksi masyarakat,
disinsentif juga diterima dari pemerintah.
Akibatnya,
selain
biaya
operasi
membengkak,
reputasi
perusahaan
tercoreng dan pada gilirannya dicerminkan
dengan turunnya nilai saham. Implikasi
berikut
yang
mengancam
adalah
keengganan investor membiayai proyek
baru. Perusahaan yang enggan untuk
Comdev didefinisikan sebagai upaya
sistematik meningkatkan kemampuan
masyarakat, terutama kelompok-kelompok
paling tidak beruntung, dalam pemenuhan
kebutuhan berdasar potensi seluruh
sumberdaya yang dapat diaksesnya.
Masyarakat lokal yang ada di wilayah
dampak adalah stakeholders, didalamnya
terdapat kelompok-kelompok yang karena
aspek struktural, kultural atau penyebab
lain berada diposisi kurang beruntung.
Kelompok ini adalah yang paling rentan
menghadapi berbagai kondisi, termasuk
kemungkinan dampak negatif perusahaan.
Karenanya menjadi penting memetakan
kelompok masyarakat ini, kemudian dibuat
program khusus community development.
12
FORUM MANAJEMEN
Vol. 05 No. 3
Jika CSR tidak dilakukan, maka ongkos
sosial yang dibayar oleh perusahaan
sangat mahal yakni berupa penolakan
dari masyarakat. Dengan penolakan
tersebut, operasionalisasi perusahaan akan
terganggu, lama kelamaan akan merugi dan
akhirnya akan gulung tikar. Contohnya
adalah kasus Indorayon di Sumatera Utara,
PT. Freeport di Timika Papua, PT. Newmont Minahasa Sulawesi Utara, dan kasus
PT. Lapindo Brantas di Sidoarjo Jawa Timur.
perusahaan terkait dengan hubungan
kemasyarakatan berjalan seiring dengan
kegiatan industri migas.
C. Implikasi Community Development
Beberapa ahli memberikan berbagai
pengertian
tentang
pengembangan
masyarakat (community development).
Diantaranya
adalah,
community
development diartikan sebagai kegiatan
yang diarahkan untuk memperbesar akses
masyarakat guna mencapai kondisi sosial,
ekonomi, budaya yang lebih baik
dibandingkan dengan sebelum adanya
kegiatan, sehingga masyarakat menjadi
mandiri dan kualitas kehidupannya menjadi
lebih baik (Arief Budimanta, ICSD). Selain
itu community development juga diartikan
sebagai suatu proses pengembangan
sosial-ekonomi
masyarakat
yang
didasarkan
pada
partisipasi
aktif
masyarakat dengan tujuan meningkatkan
kesejahteraan mereka (United Nation
Bureau of Sosial Affairs).
Perbedaan persepsi antara stakeholders
terhadap
community
development
merupakan bagian tak terpisahkan dari
upaya kepedulian dan tanggung jawab
perusahaan terhadap masyarakat sekitar
maupun rakyat pada umumnya karena
adanya hak dari masyarakat terhadap
wilayah mereka yang digunakan untuk
operasi pertambangan migas sebagai aset
daerah. Untuk memaksimalkan pelaksanaan dari community development tersebut
maka diperlukan suatu pemahaman dan
kerjasama yang baik antara masyarakat,
pemerintah serta perusahaan.
Program
community
development
bertujuan
untuk
mencapai
kondisi
masyarakat dimana transformasi sosial
dapat berlangsung secara berkelanjutan
(Prof. Surna T. Djajadiningrat). Atas dasar
beberapa pengertian tersebut dapat
disarikan bahwa pada dasarnya community
development adalah upaya pengembangan
untuk mendukung kesejahteraan dan
kemandirian
masyarakat
secara
berkelanjutan.
Sektor industri dengan bisnis berbasis
sumber daya alam
dan sumber daya
manusia memiliki korelasi kuat dengan
lingkungan sekitarnya, dimana keberadaan
komunitas merupakan supporting bagi
kelangsungan industri tersebut. Pentingnya stakeholders tersebut, mengharuskan
manajemen perusahaan memiliki program
yang
nyata tentang pemberdayaan
masyarakat sekitar. Pada era sekarang ini,
manajemen
perusahaan
industri
mempunyai tanggung jawab sosial dan
moral untuk mendorong dan menstimulasi
kesejahteraan
ekonomi
dan
sosial
masyarakat lokal disekitarnya. Hal ini
adalah bentuk investasi yang memiliki
kepentingan krusial, meskipun kecil
dibandingkan dengan investasi untuk
eksplorasi dan eksploitasi dengan segala
ikutannya. Sehingga idealnya program
Tujuan
dilaksanakannya
community
development di kawasan industri migas
adalah :
1. Untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas sosial, ekonomi dan
budaya masyarakat serta sarana dan
prasarana masyarakat sekitar wilayah
usaha industri migas;
2. Mengembangkan potensi kewirausahaan dan kelembagaan masyarakat
13
FORUM MANAJEMEN
Vol. 05 No. 3
Asas community development sektor migas
adalah “dari-oleh-dan untuk masyarakat”.
Artinya program yang dilaksanakan harus
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
dilaksanakan semaksimal mungkin dengan
memanfaatkan tenaga kerja lokal yang
berasal dari masyarakat itu sendiri. Prinsipprinsip yang digunakan dalam pengelolaan
community
development
adalah:
demokratis, yaitu setiap pilihan kegiatan
berdasarkan
musyawarah
yang
disesuaikan
dengan
kebutuhan
masyarakat; transparan, yaitu pengelolaan
kegiatan
dilakukan
secara
terbuka
sehingga dapat diketahui secara luas oleh
masyarakat;
akuntabilitas,
yaitu
pengelolaan
program
harus
dapat
dipertanggungjawabkan secara teknis dan
finansial;
responsif,
yaitu
pemilihan
kegiatan
sesuai
dengan
kebutuhan
masyarakat. Untuk melaksanakan program
community development dibentuk organisasi yang dapat berbentuk komisi yang
beranggotakan wakil-wakil perusahaan,
masyarakat dan Pemerintah Daerah.
Organisasi yang dibentuk mempunyai
fungsi sebagai koordinator dari seluruh
kegiatan yang diajukan oleh masyarakat,
forum konsultasi dan penentuan program
yang akan dilaksanakan
dan sebagai
pengawas atas pelaksanaan program yang
sedang berjalan.
yang
didasarkan
pada
potensi
sumberdaya lokal;
3. Meningkatkan hubungan yang saling
menguntungkan antara perusahaan,
masyarakat lokal dan Pemerintah di
daerah.
Sementara itu sasaran yang ingin dicapai
dalam community development adalah :
1. Terjalinnya hubungan yang harmonis
dan kondusif antara perusahaan,
masyarakat lokal, Pemerintah di daerah
dan stakeholder lainnya;
2. Meningkatnya citra dan performa
industri migas sehingga masyarakat
merasa ikut memiliki;
3. Meningkatnya
kesejahteraan
masyarakat secara berkelanjutan.
Metode
yang
digunakan
dalam
pelaksanaan
community
development
sektor migas adalah metode partisipatif.
Lebih lanjut yang dimaksud dengan
metode partisipatif adalah suatu cara untuk
menumbuh kembangkan potensi daerah
(sumber daya alam, sumber daya manusia
dan kelembagaan) yang ada secara
swadaya
agar
masyarakat
dapat
meningkatkan kemampuan, penghasilan
dan kemakmuran secara berkelanjutan.
Pendekatan yang dilakukan berbasis
masyarakat (community based) yaitu
masyarakat bertindak sebagai subjek
dalam perencanaan dan pelaksanaan;
berbasis sumberdaya setempat (local
resource based) yaitu kegiatan yang
dilakukan
harus
mengutamakan
pemanfaatan sumberdaya setempat dan
penggunaan tenaga lokal; berkelanjutan
(sustainable) yaitu berfungsi sebagai
penggerak awal dalam pengembangan
masyarakat
secara
mandiri
dan
berkelanjutan; dan harus sejalan dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah serta
kebijakan dan program pembangunan
Pemerintah Daerah.
Dalam rangka pelaksanaan community
development, setiap perusahaan migas
diwajibkan
untuk
membentuk
Divisi
Community Development dengan tugas
mengidentifikasi dan merumuskan program
yang
akan
dilaksanakan;
menilai
kelayakan, menyusun anggaran biaya;
melakukan kerjasama dengan
para
stakeholders
serta memantau dan
mengevaluasi
pelaksanaan
program.
Sedangkan hak perusahaan adalah
menolak dan menangguhkan program
yang diusulkan masyarakat jika tidak
sesuai dengan kemampuan perusahaan
14
FORUM MANAJEMEN
Vol. 05 No. 3
atau apabila tidak selaras dengan program
Pemerintah Daerah.
migas
diperlukan
indikator
untuk
mengukurnya. Sekurang-kurangnya ada
dua indikator keberhasilan yang dapat
digunakan, yaitu:
1. Indikator ekonomi
Ditunjukkan dengan peningkatan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat
secara berkelanjutan,
kemandirian
masyarakat dalam kehidupan ekonominya dan terbangunnya prasarana dan
sarana fisik dan non-fisik.
2. Indikator sosial
Ditunjukkan dengan tidak terjadinya
gejolak
sosial
sehingga
tercipta
hubungan
yang
harmonis
antar
masyarakat,
perusahaan
dan
Pemerintah Daerah; dan meningkatnya
citra sektor migas di mata masyarakat
dan Pemerintah Daerah.
Salah satu kunci suksesnya program
community development adalah adanya
peranserta masyarakat yang timbul atas
kehendak dan keinginan sendiri untuk
bergerak dalam penyelenggaraan program.
Bentuk peranserta masyarakat adalah
memberikan masukan untuk menentukan
arah program, aktif dalam penyusunan
perencanaan, saran dan pertimbangan
dalam penyusunan kegiatan. Masyarakat
mempunyai hak mengetahui program
secara umum, mengetahui rencana secara
rinci dan memperoleh manfaat hasil
pelaksanaan
program
community
development. Selain mempunyai hak,
masyarakat juga mempunyai kewajiban
dalam memelihara hasil pelaksanaan
program; mentaati kesepakatan yang telah
ditetapkan dan memelihara keamanan atas
kelangsungan perusahaan industri migas
yang berada di wilayahnya. Tugas
Pemerintah dalam pelaksanaan community
development
adalah
melakukan
pembinaan dan pengawasan. Sedangkan
perannya adalah sebagai fasilitator antara
perusahaan dan masyarakat dan sebagai
arbitrator apabila terjadi konflik antara
perusahaan dan masyarakat.
D. Regulasi
Responsibility
Corporate
Social
Sejalan dengan otonomi daerah, disadari
betul bahwa operasionalisasi tambang
migas dan termasuk pula tambang mineral
lainnya tidak bisa dipisahkan dari
lingkungan dan masyarakat sekitar lokasi
tambang. Jika sebelumnya program
pengembangan masyarakat (community
development) kawasan industri migas oleh
Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
maupun Badan Usaha Milik Swasta
(BUMS) lebih bersifat sukarela, kini
program community development tersebut
menjadi wajib hukumnya. Hal tersebut
tertuang jelas dalam UU No 22 tahun 2001
tentang Minyak dan Gas Bumi. Adapun
pasal-pasal yang mengatur diantaranya
adalah :
1. Pasal 3f
Penyelenggaraan kegiatan
usaha Minyak dan Gas Bumi bertujuan,
menciptakan
lapangan
kerja,
meningkatkan
kesejahteraan
dan
kemakmuran rakyat yang adil dan
merata, serta tetap menjaga kelestarian
lingkungan hidup .
Sumber pendanaan program community
development industri migas berasal dari
biaya perusahaan yang dialokasikan dalam
rencana biaya operasional perusahaan;
dan sumber biaya lainnya. Penggunaan
dana harus dilakukan dengan prinsip untuk
mencapai kemandirian masyarakat yang
bentuknya dapat berupa hibah atau
pinjaman modal kerja untuk keperluan
usaha.
Prinsip
pengelolaan
dana
community development dilakukan secara
transparan, akuntabel, fleksibel, dan sesuai
dengan azas manfaat.
Untuk melihat sejauh mana keberhasilan
program community development sektor
15
FORUM MANAJEMEN
Vol. 05 No. 3
2. Pasal 11 ayat (3i), Kontrak Kerja Sama
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
wajib memuat paling sedikit ketentuanketentuan pokok yaitu: kewajiban pasca
operasi pertambangan.
3. Pasal 11 ayat (3p), Kontrak Kerja Sama
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
wajib memuat paling sedikit ketentuanketentuan pokok yaitu : pengembangan
masyarakat sekitarnya dan jaminan hakhak masyarakat adat.
4. Pasal 40 ayat (5), Badan Usaha atau
Bentuk Usaha Tetap yang melaksanakan
kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ikut
bertanggung
jawab
dalam
mengembangkan
lingkungan
dan
masyarakat setempat.
Selain itu kewajiban melaksanakan CSR
(Corporate Social Responsibility)
bagi
perusahaan juga diatur dalam UU No. 25
tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Adapun pasal-pasal yang mengaturnya
adalah :
1. Pasal 15 huruf (b) : Setiap penanam
modal
berkewajiban
melaksanakan
tanggung jawab sosial perusahaan.
4. Pasal 34 ayat (3), Selain dikenai sanksi
administratif, badan usaha atau usaha
perseorangan dapat dikenai sanksi
lainnya
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Kewajiban untuk melaksanakan CSR di
perusahaan yang diatur UU No. 25 tahun
2007 tentang Penanaman Modal. Hal ini
dipertegas oleh UU No. 40 tahun 2007
tentang
Perseroan
Terbatas
yang
disahkan pada tanggal 20 Juli 2007,
undang-undang ini menggantikan
UU
No.1 tahun 1995. Adapun pasal-pasal
yang mengatur diantaranya adaalah :
1. Pasal 74 ayat (1), Perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya di
bidang dan/atau bersangkutan dengan
sumber
daya
alam
wajib
melaksanakan tanggung jawab sosial
dan lingkungan.
2. Pasal 74 ayat (2) : Tanggung jawab
sosial dan lingkungan merupakan
kewajiban
perseroan
yang
dianggarkan
dan
diperhitungkan
sebagai
biaya
perseroan
yang
pelaksanaannya
dilakukan dengan
memperhatikan
kepatutan
dan
kewajaran.
3. Pasal 74 ayat (3) : Perseroan yang tidak
melaksanakan
kewajiban
dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4. Pasal 74 ayat (4) : Ketentuan lebih lanjut
mengenai tanggung jawab sosial dan
lingkungan diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
2. Pasal 34 ayat (1), Badan usaha atau
usaha perseorangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak
memenuhi kewajiban sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai
sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pembatasan kegiatan usaha;
c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau
fasilitas penanaman modal; atau
d. pencabutan kegiatan usaha dan/atau
fasilitas penanaman modal.
Penjelasan dari pasal tersebut diantaranya
adalah untuk tetap menciptakan hubungan
Perseroan yang serasi, seimbang dan
sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan
budaya masyarakat setempat.
Adapun
yang dimaksud dengan Perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya yang
berkaitan dengan sumber daya alam
adalah Perseroan yang tidak mengelola dan
3. Pasal 34 ayat (2), Sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan oleh instansi atau lembaga
yang
berwenang
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundangundangan.
16
FORUM MANAJEMEN
Vol. 05 No. 3
tidak memanfaatkan sumber daya alam,
tetapi kegiatan usahanya berdampak pada
fungsi kemampuan sumber daya alam.
Selain itu yang dimaksud dengan dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
adalah dikenai
segala bentuk sanksi yang diatur dalam
peraturan perundang undangan yang terkait.
Dengan demikian tanggung jawab sosial
dan lingkungan tersebut merupakan
kewajiban perseroan yang dianggarkan
dan
diperhitungkan
sebagai
biaya
perseroan
yang
pelaksanaannya
dilakukan
dengan
memperhatikan
kepatutan dan kewajaran. Perseroan yang
tidak melaksanakan akan dikenakan sanksi
sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
cara-cara
manajemen
perusahaan
bertanggung jawab pada shareholder-nya.
Para pengambil keputusan di perusahaan
haruslah dapat dipertanggung jawabkan
dan
keputusan
tersebut
mampu
memberikan
nilai
tambah
bagi
shareholders lainnya. Karena itu fokus
utama di sini terkait dengan proses
pengambilan keputusan dari perusahaan
yang mengandung nilai-nilai transparency,
responsibility, accountability, dan tentu saja
fairness.
Sementara itu, ADB (Asian Development
Bank)
menjelaskan
bahwa
GCG
mengandung empat nilai utama yaitu:
Accountability, Transparency, Predictability
dan Participation. Pengertian lain datang
dari Finance Committee on Corporate
Governance Malaysia. Menurut lembaga
tersebut GCG merupakan suatu proses
serta struktur yang digunakan untuk
mengarahkan sekaligus mengelola bisnis
dan
urusan
perusahaan
ke
arah
peningkatan pertumbuhan bisnis dan
akuntabilitas perusahaan. Adapun tujuan
akhirnya adalah menaikkan nilai saham
dalam jangka panjang tetapi tetap
memperhatikan berbagai kepentingan para
stakeholder lainnya.
Lantas bagaimana dengan definisi GCG di
Indonesia? Di tanah air, secara harfiah,
governance kerap diterjemahkan sebagai
“pengaturan.” Adapun dalam konteks GCG,
governance sering juga disebut “tata
pamong”. Namun tampaknya secara umum
di kalangan pebisnis, istilah GCG diartikan
tata kelola perusahaan, meskipun masih
rancu dengan terminologi manajemen.
Masih diperlukan kajian untuk mencari
istilah yang tepat dalam bahasa Indonesia
yang benar. Dari definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa Good Corporate
Governance merupakan suatu struktur
yang mengatur pola hubungan harmonis
tentang peran dewan komisaris, Direksi,
E. Arti Penting GCG (Good Corporate
Governance)
Sebagai sebuah konsep, GCG (Good
Corporate Governance) ternyata tak
memiliki definisi tunggal. Komite Cadburry,
misalnya, pada tahun 1992 – melalui apa
yang dikenal dengan sebutan Cadburry
Report – mengeluarkan definisi tersendiri
tentang GCG. Menurut Komite Cadburry,
GCG adalah prinsip yang mengarahkan
dan mengendalikan perusahaan agar
mencapai keseimbangan antara kekuatan
serta kewenangan perusahaan dalam
memberikan pertanggung jawabannya
kepada para shareholders khususnya, dan
stakeholders pada umumnya. Tentu saja
hal
ini
dimaksudkan
pengaturan
kewenangan Direktur, manajer, pemegang
saham, dan pihak lain yang berhubungan
dengan perkembangan perusahaan di
lingkungan tertentu.
Sejumlah negara juga mempunyai definisi
tersendiri tentang GCG. Beberapa negara
mendefinisikannya dengan pengertian
yang agak mirip walaupun ada sedikit
perbedaan istilah. Kelompok negara maju
umpamanya mendefinisikan GCG sebagai
17
FORUM MANAJEMEN
Vol. 05 No. 3
Pemegang Saham dan Para Stakeholder
lainnya.
CSR menuju Good Corporate Governance
memiliki arti yang sangat penting dalam
menjalankan suatu organisasi professional,
baik di sektor pemerintahan (BUMN)
maupun di industri swasta. Mengerti dan
memanfaatkan GCG dapat meningkatkan:
 Meningkatakan
kinerja
perusahaan
melalui proses pengambilan keputusan
yang lebih baik.
 Meningkatkan
efisiensi
operasionil
perusahaan
sekaligus
memberikan
perhatian dan pelayanan kepada
stakeholders sekaligus meningkatkan
kepercayaan sharesholders.
 Meningkat corporate image dan yang
lebih penting corporate value
 Perusahaan dapat bekerja lebih baik
karena berdasarkan best practices.
 Tercapainya employee satisfaction dan
stakeholders satisfaction
yang juga banyak terkait dengan aspek
lingkungan hidup, memiliki kewajiban
untuk
turut
menjaga
kelestarian
lingkungan hidup. Hukum Indonesia
telah memberikan pengaturan yang
cukup jelas dan tegas bagi badan usaha
industri sub sektor migas terkait dengan
kewajibannya
dalam
menjaga
kelestarian lingkungan hidup dan
lingkungan sosial. Berbagai kasus
kerusakan lingkungan hidup yang
terjadi, yang disebabkan oleh industri
sub sektor migas, merupakan bukti
bahwa aturan yang ada belum
terlaksana secara maksimal.
Diiharapkan
dengan adanya
aturan
mengenai CSR (Corporat CSR bidang
migas sangat penting dalam menunjang
hubungan antara perusahaan dengan para
stakeholder. Stakeholder memiliki peran
penting
dalam
membentuk
citra
perusahaan di mata masyarakat luas. Dari
citra
yang
terbentuk
ini
dapat
mempengaruhi kredibilitas perusahaan
yang selanjutnya berdampak pada daya
saing dan pertumbuhan penjualan dan laba
sehingga
menjadi
good
corporate
governance.
III. PENUTUP
Kelestarian
lingkungan
hidup
merupakan tanggung jawab seluruh
umat manusia, termasuk di antaranya
pemerintah dan badan usaha industri
sub sektor migas. Sebagai salah satu
industri dari sumber daya alam
penyumbang terbesar devisa negara,
DAFTAR PUSTAKA
………….., 2003, Pedoman Community Development Sektor Ketenagalistrikan, Ditjen Listrik
dan Pemanfaatan Energi, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral, Jakarta.
…………., 2004, Tatacara Perencanaan Pengembangan Kawasan Untuk Percepatan
Pembangunan Daerah, Bappenas, Jakarta.
-------------, 2006, Community Development Sebuah Eksplorasi, Info URDI (Urban and
Regional Development Institute), Volume. 16
Achda, B. Tamam. 2006. Konteks Sosiologis Perkembangan Corporate Social Responsibility
(CSR) dan Implementasinya di Indonesia, Jakarta.
Mulyadi, Devi., 2007. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility)
Dalam Usaha Pengembangan Masyarakat. Skripsi, Departemen Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.
18
FORUM MANAJEMEN
Vol. 05 No. 3
Nasdian, Fredian Tonny, 2007, Pengembangan Masyarakat (Community Development),
Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian
Bogor.
Tjetjep S. Wimpy, 2005, Corporate Social Responsibility (CSR), Seminar Nasional
tanggal 26 Mei 2005 di Hotel Four Seasons, Jakarta.
Wibisono, Yusuf, 2007, Coorporate Social Responsibility, Penerbit Universitas Airlangga,
Surabaya
www.bpmigas.com, tanggal 23 Pebruari 2005, 21 Lapangan Kegiatan Hulu Migas Mendapat
Peringkat Biru Proper KLH, Jakarta.
*) Penulis adalah Pejabat Fungsional Widyaiswara Madya Pusdiklat Migas Cepu.
19
Download