TUGAS MATERI 9 ONLINE EPIDE MIOLOGI PENYAKIT MENULAR NAMA NELLY FARIDA RODIANAN N NIM 2013-31-058 JURUSAN FAKULTAS KESEHATAN MASYRATAKAT ( MANAJEMEN RUMAH SAKIT ) Soal : Jelaskan tentang rantai penularan penyakit ISPA dan jelaskan tentang riwayat alamiah serta 5 level pencegahannya Jawapan: A. Rantai penularan penyakit ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA adalah suatu kelompok penyakityang menyerang saluran pernapasan. Secara anatomis ISPA dapat di bagi dalam duabagian, yaitu ISPA Atas (Acute Upper Respiratory Infections) dan ISPA Bawah (AcuteLower Respiratory Infections). Batas anatominya adalah suatu bagian dalam tenggorokan yang disebut epiglottis. ISPA dapat menyerang anak-anak dan orang dewasa, tetapi penting untuk memperhatikan ISPA pada anak-anak karena penyakit ini merupakan salah satu penyebab terpenting kematian pada anak-anak terutama pada bayi dan balita. Salah satu ISPA Atas yang perlu diwaspadai adalah radang salurantenggorokan atau faringitis dan radang telinga tengah atau otitis. ISPA bawah yang berbahaya adalah pneumonia. Menurut Prof. Dr.H. Mardjanis, Sp.A(K) Infeksi Saluran Pernapasan Akutdisebabkan oleh bakteri dan sering menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita. Istilah ISPA yang sering di salahtafsirkan sebagai Infeksi Saluran Pernapasan Atasdipakai sebagai pengganti istilah batukpilek biasa ( Common cold, flu, salesma ). Untuk ISPA yang lama digunakan istilah IRA (Infeksi Respirasi Akut). ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah suatu penyakit infeksi yangmengenai saluran pernapasan, biasanya mulai mendadak dan perlangsungan penyakitnyakurang dari 2 minggu tetapi ada juga yang lebih dari 2 minggu dan diharapkan sembuh tanpa sekualae permanent apapun. ISPA dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan riketsia. Salah satu penyakit ISPAyang sering mengenai populasi manusia di seluruh dunia adalah ‘influenza”.Influenza adalah penyakit saluran pernapasan akut dengan demam yang disebabkan oleh virus influenza tipe A atau virus influenza tipe B. penyakit influenza ini bersifat endemik di seluruh dunia dan epidemik di beberapa daerah tertentu. Penularannya melalui percikan ludah (droplet injection) dan sering diikuti komplikasiinfeksi bacterial kalau tidak dilakukan pengobatan. Klasifikasi Menurut derajat keparahannya, ISPA dapat di bagi menjadi 3 golongan yaitu : A. ISPA ringan Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebihgejalagejala sebagai berikut : b) Batuk c) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnyapada waktu berbicara atau menangis. d) Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung. Panas atau demam, suhu tubuh lebih dari 37ᵒC atau jika dahi anak dirabadengan penggung tangan terasa panas. B. ISPA sedang Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala-gejala ISPA ringan disertai gejala-gejala berikut : b) Pernapasan >50 kali per menit pada anak yang berumur > 1 tahun atau > 40kali per menit pada anak yang berumur 1 tahun atau lebih. c) Suhu tubuh lebih dari 39ᵒC. d) Tenggorokan berwarna merah. e) Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak. f) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga. g) Pernapasan berbunyi seperti mendengkur atau mencuit-cuit.Dari gejala-gejala ISPA sedang, perlu berhati-hati jika anak menderita ISPAringan sedangkan suhu tubuhnya lebih dari 39ᵒC atau gizinya kurang baik,atau umurnya ≤ 4 bulan, maka anak tersebut menderita ISPA sedang danharus mendapat pertolongan dari petugas kesehatan. C. ISPA berat Seorang anak dinyatakan menderita ispa berat jika dijumpai gejala-gejala ISPAringan atau ISPA sedang disertai gejala berikut : b) Bibir atau kulit membiru. c) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernapas. d) Kesadaran menurun. e) Pernapasan berbunyi berciut-ciut dan anak tampak gelisah. f) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas. g) Nadi cepat, lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba. h) Tenggorokan berwarna merah.Penderita ini harus dirawat di puskesmas atau rumah sakit, karena perlumendapat perawatan dengan peralatan khusus seperti oksigen dan atau cairaninfus.C. Epidemiologi Penyakit ISPA sering terjadi pada anak-anak. Episode penyakit batuk pilek padabalita di Indonesia perkirakan 3-6 kali per tahun ( rata-rata 4 kali per tahun ), artinya seorang balita ratarata mendapatkan serangan batuk pilek sebanyak 3-6 kali setahun. Dari hasil pengamatan epidemiologi dapat diketahui bahwa angka kesakitan dikota cenderung lebih besar dari pada di desa. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat kepadatan tempat tinggal dan pencemaran lingkungan di kota yang lebih tinggi daripada di desa. ISPA merupakan penyakit yng seringkali dilaporkan sebagai 10 penyakit utamadi Negara berkembang. Di Negara berkembang, penyakit pneumonia merupakan25% penyumbang kematian pada anak, terutama pada bayi berusia kurang dari 2bulan. Dari Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 diketahui bahwamorbiditas pada bayi akibat pneumonia sebesar 42,2% dan pada balita 40,6%,sedangkan angka mortalitas 36%.Di Indonesia angka ini dilaporkan sekitar 3-6 kali per tahun per anak, sekitar 40-60% kunjungan berobat di puskesmas dan 15-30% kunjungan berobat jalan danrawat inap di ruamah sakit juga disebabkan oleh ISPA. Hasil SKRT tahun 1992menunjukkan bahwa angka mortalitas pada bayi akibat penyakit ISPA mendudukiurutan pertama (36%), dan angka mortalitas pada balita menduduki urutan kedua(13%). Di jawa Tengah pada tahun 1999 penyakit ISPA selalu menduduki rangking 1pada 10 besar penyakit pasien rawat jalan di puskesmas. Etiologi Etiologi ISPA terdiri dari : Bakteri : Diplococcus pneumonia, Pneumococcus, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenza, dan lain-lain. Virus : Influenza, adenovirus, sitomegalovirus Jamur : Aspergillus sp, Candida albicans, Histoplama, dan lain-lain. Aspira : Makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (bahan bakar minyak)biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing(biji-bijian, mainan plastic kecil, dan lain-lain). Disamping penyebab, perlu juga diperhatikan faktor resiko, yaitu faktor yangmempengaruhi atau mempermudah terjadinya ISPA. Secara umum ada 3 faktoryaitu: a) Keadaan social ekonomi dan cara mengasuh atau mengurus anak. b) Keadaan gizi dan cara pemberian makan. c) Kebiasaan merokok dan pencemaran udaraFaktor yang meningkatkan morbiditas adalah anak usia 2 bulan, gizi kurang,Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), pemberian Air Susu Ibu (ASI) tidak memadai,polusi udara, kepadatan dalam rumah, imunisasi tidak lengkap dan menyelimuti anak berlebihan. Faktor yang meningkatkan mortalitas adalah umur kurang dari 2 bulan, tingkatsocial ekonomi rendah, gizi kurang, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), tingkatpengetahuan ibu rendah, kepadatan dalam rumah, imunisasi tidak lengkap danmenderita penyakit kronis.E. Patologi dan Gejala klinis Bila virus masuk ke dalam pernapasan maka hanya dalam waktu 1-3 hari akan timbul gejala penyakitnya. Gejala sistemik influenza mulainya mendadak dan disertaidemam (samapai 104 derajat Farenheit), mengigil, nyeri kepala, mialgia ( nyeri otot ), nyeri lumbosakral dan sangat lemah. Nyeri kepala dan nyeri otot merupakan keluhanyang sangat jelas intensitasnya pararel dengan demam yang tinggi. Demam biasanya berakhir 2-4 hari. Batuk kering, nyeri tenggorokan dan rinorea juga ada, kurang kuat pada permulaan dan jadi lebih nyata ketika demam mengurang. Masyarakat umur dewasa memikirkan kesengsaraan menderita influenza. Anak-anak juga dengan mudah terinfeksi. Selama masa epidemi sebanyak sepertiga dari kunjungan poliklinik pediatri adalah dengan gejala-gejala flu. Anak-anak sering mengalami demam yang lebih lama, hilangnya virus lebih lama dari pada orangdewasa dan lebih mungkin terjadi pneumonia virus influenza primer. Flu dapat sebagai pencetus asma pada anak dengan mengakibatkan jalan napas hiperaktif danflu dapat juga mempercepat terjadinya kejang demam pada anak. Walaupun penyakit influenza sangat melemahkan, untuk sementara ini kebanyakan kasus sembuh dalam 1-2 minggu dan tidak meninggalkan cedera yang permanent. Namun pada epidemi yang khas ada dua jenis komplikasi yang dapat mengakibatkan penambahan morbidibitas influenza dan menyebabkan sebagian besar kematian yaitu : pneumonia virus influenza primer dan pneumonia bakteri sekunder.F. Diagnosis Serangan influenza sering secara langsung atau selama epidemi, diagnosis biasanya dibuat atas dasar klinis saja. Walaupun demikian, pembuktian laboratoriumlebih mempunyai manfaat. Dari pulasan pharynx (hapusan tenggorok) dapat dibuat biakan kuman lalu diperiksa dengan mikroskop. Jika ditemukan virus influenza tipeB maka diagnostic pasti dapat ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan yangtepat. Pemeriksaan darah juga perlu dilakukan, jika ditemukan leukositosis (leukosi > 11.000/ml) maka biasanya sudah ada komplikasi atau infeksi sekunder.G. Pengobatan Pengobatan penyakit influenza yang perlangsungannya kurang dari 2 minggu dan belum ada komplikasi sekunder, sebagaian besar bersifat simtomatik yaitu istirahat ditempat tidur karena kebanyakan penderita merasa sangat lelah selama beberapa haripada awal terkena penyakit dan minum air hangat yang cukup selama terkenapenyakit. Asetaminofen atau aspirin dapat diberikan untuk demam dan mialgia. Bilatelah terjadi komplikasi atau infeksi sekunder maka dapat diobati dengan antibiotik yang sesuai dengan penyebab infeksi sekundernya. Pengobatan yang dilakukan meliputi non farmakologi dan farmokologi yaitu : a) Non Farmakolog 1. Istirahat yang cukup. 2. Konsumsi makanan yang bergizi (misalnya buah-buahan yang mengandungvitamin C dan makanan yang kaya Zinc seperti sup ayam). Buah dan sayur dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh serta mendukung penyembuhan, selain itu dapat meningkatakan antioksidan dalam tubuhdimana antioksidan ini berfungsi untuk menetralisir racun ( termasuk asap,debu dan polusi udara ) yang msuk ke dalam tubuh. 3. Berkumur dengan air garam atau obat kumur yang mengandung antiseptic dapat meringankan gejala sakit tenggorokan. 4. Menghindari polusi udara. b) Farmakolog 1. Analgesik-antipiretik untuk mengobati gejala demam seperti parasetamol dan aspirin. 2. Kombinasi dekongestan dan anti alergi untuk pilek dan flu. Contoh : dekongestan antara lain pseudoefedrin, fenil propanolamin. Contoh anti alergi adalah dipenhidramin. 3. Ekspektoran untuk batuk berdahak. Contoh : ammonium klorida. 4. Mukolitik untuk batuk berdahak. Contoh : ambroksol, bromheksin, gliserilgualakolat. 5. Antitusif untuk meringankan gejala batuk kering. Contoh : dekstrometorfan. 6. Antibiotik. Antibiotik tidak disarankan untuk ISPA yang disebabkan oleh virus Karena antibiotik tidak dapat membunuh virus. Antibiotik diberikan jika gejala memburuk, terjadi komplikasi atau radang yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotik yang paling sesuai untik ISPA oleh bakteri adalah golongan penisilin (missal : amoksilin) dan eritromisin.H. B. Riwayat alamiah. Faktor Agent dari penyakit ispa terbagi 3 yaitu faktor biologis, sosial dan kimiawi. a. Faktor biologis : perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan,bakteri,virus. b. Faktor sosial : kurangnya perhatian masyarakat terhadap lingkungan dan kesehatan anaknya. c. Faktor kimiawi : cuaca, debu, radiasi, dll. Riwayat alamiah penyakit ispa. Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu : 1. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa. 2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah. 3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk. 4. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia C. 5 level pencegahan ISPA. 1. Primordial prevention ( pencegahan awal / tingakt dasar ) Kegiatan yang dilakukan melalui upaya tersebut adalah : A. Health promotion (promosi kesehatan) Pendidikan kesehatan, penyuluhan. Gizi yang cukup sesuai dengan perkembangan. Penyediaan perumahan yg sehat. Rekreasi yg cukup. Pekerjaan yg sesuai. Konseling perkawinan. Genetika. Pemeriksaan kesehatan berkala. B. Specific protection (perlindungan khusus ) Imunisasi. Kebersihan perorangan. Sanitasi lingkungan. Perlindungan thdp kecelakaan akibat kerja. Penggunaan gizi tertentu. Perlindungan terhadap zat yang dapat menimbulkan kanker. 2. Primary prevention ( pencegahan tingkat pertama ) Ditujukan kepada orang sehat dengan usaha peningkatan derajat kesehatan (health promotion) dan pencegahan khusus (specific prevention), diantaranya: a. Penyuluhan Penyuluhan dilakukan oleh tenaga ksehatan dimana kegiatan in diharapkan dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan faktor resiko terjadinya ISPA.kegiatan penyuluhan ini dapat berupa penyuluhan penyakit ISPA,penyuuhan ASI eksklusif,penyuluhan gizi seimbang paa ibu dan anak,penyuluhan kesehatan lingkungan,penyuluhan bahaya rokok. b. Imunisasi Mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi agar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya anak perlu mendapatkan imunisasi yaitu DPT. Imunisasi DPT salah satunya dimaksudkan untuk mencegah penyakit Pertusis yang salah satu gejalanya adalah infeksi saluran pernafasan. c. Mengusahakan agar anak mempunyai gizi yang baik. Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi. Beri bayi makanan padat sesuai dengan umurnya. Pada bayi dan anak, makanan harus mengandung gizi cukup yaitu mengandung cukup protein (zat putih telur), karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Makanan yang bergizi tidak berarti makanan yang mahal. Protein misalnya dapat di peroleh dari tempe dan tahu, karbohidrat dari nasi atau jagung, lemak dari kelapa atau minyak sedangkan vitamin dan mineral dari sayuran,dan buahbuahan. Bayi dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk mengetahui apakah beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu diperiksa apakah ada penyakit yang menghambat pertumbuhan. d. Program KIA yang menangani kesehatan ibu dan bayi berat badan lahir rendah. e. Program penyehatan lingkungan pemukiman (PLP) yang menangani masalah polusi baik di dalam maupun di luar rumah. Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA, sebaliknya perilaku yang tidak mencerminkan hidup sehat akan menimbulkan berbagai penyakit. Perilaku ini dapat dilakukan melalui upaya memperhatikan rumah sehat, desa sehat dan lingkungan sehat. 3. Secondary prevention (pencegahan tingkat ke dua) Dalam penanggulangan ISPA dilakukan dengan upaya pengobatan dan diagnosis sedini mungkin.Adapun beberapa hal yang perlu dilakukan ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA adalah : I. Mengatasi panas (demam) Untuk orang dewasa, diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun, demam diatasi dengan memberikan parasetamol dan dengan kompres. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air biasa (tidak perlu air es). Bayi di bawah 2 bulan dengan demam sebaiknya segera dibawa ke pusat pelayanan kesehatan. II. Mengatasi batuk Dianjurkan memberi obat batuk yang aman, yaitu ramuan tradisional berupa jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari. Dapat digunakan obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan, dan antihistamin. III. Pemberian makanan Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan. IV. Pemberian minuman Kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita. Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah, dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak dan mencegah kekurangan cairan. V. Lain-lain Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam à menghambat keluarnya panas. Jika pilek, bersihkan hidung untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat, yaitu yang berventilasi cukup, dengan pencahayaan yang memadai, dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan memburuk, maka dianjurkan untuk membawa ke dokter. Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, obat yang diperoleh tersebut harus diberikan dengan benar sampai habis. Dan untuk penderita yang tidak mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari kembali ke dokter untuk pemeriksaan ulang 4. Tertiary prevention ( pencegahan tingkat ke tiga ) Tingkat Pencegahan ini ditujukan kepada balita yang buka pneumonia agar tidak menjadi lebih parah (pneumonia)dan mengakibatkan kecacatan dan berakhir kematian.Upaya yang dapat dilakukan pada pencegahan penyakit bukan pneumonia pada bayi dan balita yaitu perhatikan apabila timbul gejala pneumonia seperti nafas menjadi sesak,anak tidak mampu minum,dan sakit bertambah menjadi parah,agar tidak menjadi parh bwalah anak kembali ke petugas kesehatan dan melakukan perawatan spesifik dirumah dengan memberikan asupan gizi dan lebih sering memberikan ASI. Sebagai tindakan mencegah terjadinya penularan penyakit ISPA, maka : a) Keadaan gizi dijaga agar tetap baik. b) Imunisaai lengkap. c) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan terutama sanitasi rumah. d) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.I. Kegiatan pemberantasan Kegiatan pemberantasan dapat dilakukan dengan cara : a) Penyuluhan kesehatan yang terutama ditujukan kepada para ibu b) Imunisasi Sanitasi Rumah Pengertian sanitasi menurut WHO adalah suatu usaha untuk mengawasi beberapafactor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia terutama terhadap hal-halyang memberikan efek yang merusak perkembangan fisik kesehatan dankelangsungan hidup ( Suparlan, 1994). Sanitasi menurut Ethler dan Steel adalah usaha-usaha pengawasan yang ditujukanterhadap faktor lingkungan yang dapat menjadi mata rantai penularan penyakit.Menurut Winslow Rumah adalah sebuah bangunan sebagai tempat berlindung daripengaruh lingkungan. Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat yangmenitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik, dimana orangmenggunakannya sebagai tempat berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatanmanusia. Menurut Winslow sebuah rumah yang sehat harus memenuhi syarat-syaratfisiologis, psikologis, harus dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan, dan harusdapat menghindarkan terjadinya penyakit. Agar dapat terhindar dari penularan penyakit ISPA variabel-variabel sebuah rumah harus memenuhi persyaratankesehatan. Variabel-variabel tersebut antara lain : a) Ventilasi (Perhawaan)Hawa segar diperlukan dalam rumah untuk mengganti udara ruangan yang sudahterpakai. Udara segar diperlukan untuk menjaga temperature dan kelembabanudara dalam ruangan. Sebaiknya temperatur udara dalam ruangan harus lebihrendah paling sedikit 40C dari temperature udara luar untuk daerah tropis.Umumnya temperature kamar 220C-300C sudah cukup segar. Pergantian udarabersih untuk orang dewasa adalah 33 m3 /orang/jam, kelembaban udara berkisar60% optimum. Untuk memperoleh kenyamanan udara yang dimaksud diatasdiperlukan adanya ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik dalam ruangan harusmemenuhi syarat diantaranya : 1. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkanluas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5% luaslantai. Jumlah keduanya menjadi 10% kali luas lantai ruangan. 2. Udara yang masuk harus udara bersih tidak dicemari oleh asap dari sampahatau dari pabrik, dari knalpot kendaraan, debu dan lain-lain. b) Penerangan alamiPencahayaan alam diperoleh dengan masuknya sinar matahari kedalam ruanganmelalui jendela, celah-celah dan bagian-bagian bangunan yang terbuka. Sinar inisebaiknya tidak terhalang oleh bangunan, pohon-pohon maupun tembok pagaryang tinggi. Cahaya matahari ini berguna selain untuk penerangan juga dapatmengurangi kelembaban ruang, mengusir nyamuk, membunuh kumankumanpenyebab penyakit tertentu seperti TBC, ISPA, penyakit mata dan lainlain.Penentuan kebutuhan-kebutuhan cahaya untuk penerangan alami sangatditentukan oleh letak dan lebar jendela. Untuk memperoleh jumlah cahayamatahari pada pagi hari secara optimal sebaiknya jendela kamar tidur menghadapke timur. Luas jendela yang baik paling sedikit mempunyai luas 10-20% dari luaslantai. Penerangan yang cukup baik siang maupun malam 100-200 lux. c) Kepadatan hunianLuas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5-3 m2 untuk tiap orang. Kepadatan penghuni yang memenuhi syarat kesehatan yaitu jika luaskamar tidur ≥ 8 m2untuk 2 orang. d) Suhu ruanganSuhu ruangan harus dijaga agar jangan banyak berubah. Sebaiknya tetap berkisarantara 18-200C. Suhu ruangan ini tergantung pada suhu udara luar, pergerakanudara, kelembaban udara, dan bebda-benda disekitarnya. Hubungan rumah yang terlalu sempit dan kejadian penyakit. a. Kebersihan udara Karena rumah terlalu sempit (terlalu banyak penghuninya), maka ruangan-ruangan akan kekurangan oksigen sehingga akan menyebabkan menurunnya dayatahan tubuh sehingga memudahkan terjadinya penyakit. Penularan penyakit-penyakit saluran pernapasan misalnya TBC dan ISPA akan mudah terjadidiantara penghuni rumah. b) Memudahkan terjadinya penyakitKarena rumah terlalu sempit maka perpindahan (penularan) bibit penyakit darimanusia yang satu ke manusia yang lainnya akan lebih mudah terjadi. Misalnya,penyakit-penyakit kulit dan penyakit-penyakit saluran pernapasan DAFTAR PUSTAKA 1. ml.scribd.com/doc/64229562 2. herman-mamank.blogspot.com/2013/01/penyakit-ispa_9564.html 3. ueu6976.blog.esaunggul.ac.id/2013/02/28/materi-ol.. 4. nurulwandasari.weblog.esaunggul.ac.id/2013/10/20/riwayat.