Gambaran Status Karies Gigi (Indeks DMF-T)

advertisement
â•‘Journal Caninus Denstistry Volume 2, Nomor 2 (Mei 2017): 71 - 77
Gambaran Status Karies Gigi (Indeks DMF-T) pada Pasien Thalasemia Beta Mayor di Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Reka Oktiana Dewi, Herwanda, Cut Fera Novita
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala
E-mail author: [email protected]
ABSTRAK
Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang sering dijumpai pada masyarakat.
Prevalensi terjadinya karies gigi sering dijumpai pada pasien yang mengalami penyakit sistemik, salah
satunya thalasemia beta mayor. Pada pasien thalasemia beta mayor terjadi peningkatan risiko
terjadinya karies. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status karies gigi pada pasien
thalasemia beta mayor di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Penelitian
dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada bulan Februari 2107.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Subjek dalam penelitian ini diambil
dengan menggunakan teknik simple random sampling dan melibatkan sebanyak 60 orang pasien
thalasemia beta mayor yang berusia 6-15 tahun. Penelitian ini menggunakan indeks DMF-T sebagai
alat ukur untuk menilai status karies gigi berdasarkan World Health Organization (WHO). Hasil
penelitian menunjukkan indeks DMF-T pada pasien perempuan lebih tinggi daripada pasien laki-laki
dan masing-masing masuk dalam kategori sangat tinggi. Indeks DMF-T pada kelompok usia 12-15
tahun pada pasien thalasemia beta mayor lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok usia 6-11 tahun.
Disimpulkan bahwa indeks DMF-T pada pasien thalasemia beta mayor adalah 7,21 dan termasuk
dalam kategori status karies sangat tinggi menurut WHO.
Kata kunci : karies gigi, indeks DMF-T, thalasemia beta mayor
ABSTRACT
Dental caries is the most common disease of hard tissues of the teeth that are often found in the
society. The prevalence of dental caries often found in patients that are having a systemic disease,
including in patients with beta thalassemia major. In thalassemic patients, the risk of dental caries
increases. The aim of this study is to describe the status of dental caries in patients with beta
thalassemia major in RSUDZA Banda Aceh. The study was conducted at RSUDZA Banda Aceh in
February 2107. In this cross-sectional study, 60 patients with beta thalassemia major, between 6 to
15 years of age that are taken by using simple random sampling technique, were included. Dental
caries was recorded using DMF-T index according to the criteria described by the World Health
Organization (WHO). The result of this study showed that DMF-T index in female patients was higher
than male patients and respectively in the very high category. DMF-T index in the age group 12-15
years in patients with beta thalassemia major was higher than the age group 6-11 years. It was
concluded that the DMF-T index in patients with beta thalassemia major is 7.21 and included in the
category of very high caries status according to the WHO.
Keywords: dental caries, DMF-T index, beta thalassemia major
PENDAHULUAN
Karies gigi adalah kerusakan secara lokal
pada jaringan keras gigi yang dapat
diidentifikasi sebagai hilangnya ion mineral
secara kronis pada enamel di mahkota atau
permukaan akar gigi yang sebagian besar
distimulasi oleh keberadaan sejumlah bakteri.1,2
Karies gigi merupakan penyakit multifaktoral.3
Penyebab utama terjadinya karies gigi adalah
adanya mikrooganisme berupa bakteri yang
dapat
mengubah
karbohidrat
untuk
memproduksi asam.4 Faktor lain seperti faktor
nutrisi, aliran saliva, kebersihan rongga mulut
yang buruk, dan status sosial yang rendah juga
dapat menyebabkan terjadinya karies gigi. 5,6
Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 2 : 7 1 - 7 7 |71
keras gigi yang sering dijumpai pada
masyarakat. Penyakit ini tidak hanya menjadi
penyebab timbulnya kerusakan pada gigi, tetapi
juga mempengaruhi kondisi rongga mulut serta
tubuh.7
Prevalensi terjadinya karies gigisering
dijumpai pada pasien yang mengalami penyakit
sistemik, salah satunya thalasemia.8,9 Manifestasi
oral yang dapat ditemui pada penderita
thalasemia beta mayor salah satunya adalah
karies gigi.9 Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mehdizadeh dkk (2008) di Iran dan Arora dkk
(2014) di India menunujukkan bahwa status
karies gigi pada pasien thalasemia secara
signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan
kontrol grup sehat.9,10 Frekuensi terjadinya karies
gigi pada penderita thalasemia lebih tinggi
disebabkan karena adanya penurunan tingkat
Imunoglobulin A (IgA) pada saliva yang
memberikan peran penting dalam imunitas
mukosa rongga mulut.10
Thalasemia merupakan penyakit genetik
terbanyak di dunia terutama di kawasan
Mediterenia, Afrika, dan Asia Tenggara. Data
terakhir dari Badan Organisasi Kesehatan Dunia
atau World Health Organization (WHO)
menyebutkan bahwa 250 juta penduduk dunia
(4,5%) membawa genetik Thalasemia dan
jumlah ini akan terus meningkat setiap tahunnya,
dari 250 juta penduduk, 80-90 juta di antaranya
membawa genetik thalasemia beta.11
Penderita thalasemia di Indonesia
terbanyak merupakan thalasemia beta mayor.
Frekuensi pembawa thalasemia di Indonesia
adalah sekitar 3-8%, di beberapa daerah
mencapai 10%. Hal tersebut berarti bahwa 3-8
dari 100 penduduk merupakan pembawa gen
thalasemia, dimana angka kelahiran rata-rata
23% dengan jumlah populasi penduduk
sebanyak 240 juta, diperkirakan akan lahir 3000
bayi pembawa gen thalasemia setiap tahunnya. 12
Berdasarkan data Kementrian Kesehatan
(Kemenkes) pada 2010, Aceh tercatat sebagai
propinsi dengan persentase penduduknya paling
tinggi mengidap penyakit thalasemia. Angkanya
mencapai 13,5% dari populasi penduduk di
propinsi Aceh.13
Umumnya para penderita thalasemia yang
berasal dari seluruh kabupaten di Aceh
menjalani perawatan rawat inap di Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Data pasien thalasemia tahun 2016 di Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh menunjukkan bahwa lebih dari 150 orang
penderita thalasemia beta mayor menjalani
perawatandi Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Zainoel Abidin.13,14
Berdasarkan latar belakang tersebut,
peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
gambaran status karies gigi (indeks DMF-T)
pada pasien thalasemia beta mayor di Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu suatu
metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui gambaran tentang suatu
masalah kesehatan. Penelitian ini dilakukan pada
tanggal 27 Januari – 10 Februari 2017 di Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien Thalasemia Beta Mayor di Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh yang dirawat setiap bulan yaitu 150 orang.
Data besar populasi didapatkan dari rata-rata
jumlah pasien yang menjalani rawat inap di
Instalasi Sentral Thalasemia RSUDZA Banda
Aceh dari bulan Januari – Desember tahun 2016.
Subjek dalam penelitian ini diambil dengan
menggunakan teknik simple random sampling
dengan menggunakan rumus Slovin yaitu
sebanyak 60 orang.
Kriteria inklusi dari subjek penelitian ini
adalah pasien thalasemia beta mayor yang
menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang
berusia 6-15 tahun dan bersedia untuk menjadi
subjek penelitian dengan mengisi informed
consent. Sedangkan yang termasuk kriteria
ekslusi adalah pasien yang memiliki kelainan
struktur gigi secara general.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kaca mulut, sonde, baki instrument,
senter, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah masker, handscoon, alkohol
70%, kapas steril, gelas kumur, air, surat
pemeriksaan indeks DMF-T, dan surat informed
consent.
Jenis data dalam penelitian ini berupa data
sekunder yaitu sumber data penelitian yang
diperoleh peneliti dengan cara pemeriksaan
langsung pada gigi subjek penelitian.
Penelitian dimulai dengan pengambilan
data awal seluruh subjek penelitian, kemudian
subjek diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 2 : 7 1 - 7 7 | 72
eksklusi. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi
diberikan
informed
consent.
Selanjutnya
dilakukan pemeriksaan, subjek diminta untuk
berkumur dengan air kemudian dipersilakan
duduk di kursi dengan sumber cahaya seperti
lampu senter yang diarahkan ke mulut pasien.
Kepala subjek bersandar pada tempat duduk
sedemikian rupa sehingga kepala setengah
menengadah, kemudian subjek diminta untuk
membuka mulut untuk dilakukan pemeriksaan
karies dengan menggunakan indeks DMF-T.
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan
kaca mulut dan sonde. Kaca mulut digunakan
untuk menarik sudut mulut agar pandangan ke
dalam rongga mulut lebih jelas, sedangkan sonde
berfungsi untuk memastikan gigi yang terkena
karies, gigi dengan indikasi ekstraksi, dan gigi
yang ditumpat. Pemeriksaan gigi dilakukan dari
regio I (kanan atas), dan diteruskan ke regio II
(kiri atas) kemudian regio III (kiri bawah) dan
regio IV (kanan bawah). Setiap gigi yang
memiliki kavitas, restorasi, dan hilang karena
karies dicatat.
Perhitungan indeks DMF-T dilakukan
dengan cara memberi kode pada masing-masing
elemen gigi sesuai dengan hasil pemeriksaan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian kode DMF-T, yaitu:15
1. Kode D (Decay): untuk gigi berlubang.
2. Kode M (Missing): untuk gigi yang telah
dicabut atau gigi tinggal sisa akar.
3. Kode F (Filling): untuk gigi yang sudah
ditumpat/ditambal.
Berikut ketentuan perhitungan DMF-T
adalah:
ΣDMF-T
distribusi frekuensi karies, kemudian
disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.
data
HASIL PENELITIAN
Penelitian mengenai indeks DMF-T pada
pasien Thalasemia Beta Mayor di RSUDZA
Banda Aceh dilakukan pada tanggal 27 Januari
2017 sampai dengan 10 Februari 2017. Jumlah
seluruh subjek penelitian adalah sebanyak 60
orang pasien Thalasemia Beta Mayor yang terdiri
dari 30 orang pasien laki-laki dan 30 orang
pasien perempuan dengan usia 6-15 tahun yang
sesuai kriteria inklusi. Pengumpulan data
diperoleh langsung dari pemeriksaan klinis yang
dilakukan terhadap subjek. Sebelum dilakukan
pemeriksaan subjek diberikan informed consent
untuk disetujui dan diisi oleh orangtua/wali.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Subjek Peneitian
Berdasarkan Indeks DMF-T
Indeks DMF-T
Sangat Rendah
Jumlah
Subjek
1
Persentase (%)
1,67
Rendah
1
1,67
Sedang
9
15
Tinggi
18
30
Sangat Tinggi
31
51,67
60
100
Total
Berdasarkan Tabel 1 ditemukan bahwa
subjek penelitian pasien thalasemia beta mayor di
RSUDZA Banda Aceh paling banyak memiliki
indeks DMF-T sangat tinggi yaitu 51,67%.
Σpasien yang diperiksa
1. Kode ΣD-T: untuk jumlah kode D pada
form. Jumlah komponen ini menunjukkan
jumlah gigi berlubang karena karies yang
belum ditumpat
2. Kode ΣM-T: untuk jumlah kode M pada
form. Jumlah komponen ini menunjukkan
jumlah gigi yang hilang
3. Kode ΣF-T: untuk jumlah kode F pada form.
Jumlah komponen ini menunjukkan jumlah
gigi yang sudah ditumpat.
akan
Setelah seluruh data terkumpul, data
diolah dan dianalisis untuk melihat
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Indeks DMF-T
Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis
Kelamin
Jumlah
Subjek
D
Laki-laki
30
205
10
0
215
49,65
7,16
Perempuan
30
209
9
0
218
50,35
7,26
414
19
0
433
100
7,21
Total
60
M
Total
DMF
-T
F
Persen
tase
(%)
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 2 : 7 1 - 7 7 | 73
Indeks
DMFT
Gambar 1. Diagram Batang Indeks DMF-T
Berdasarkan Jenis Kelamin
10
9
8
Berdasarkan Tabel 3 dari 37 orang pasien
dengan kelompok usia 6 - 11 tahun terdapat 232
gigi Decay (D), 5 gigi Missing (M), dan 0 gigi
Filled (F), sedangkan dari 23 orang pasien
dengan kelompok usia 12-15 tahun terdapat 182
gigi Decay (D), 14 gigi Missing (M), dan 0 gigi
Filled (F).
7.26
7.16
7
6
Laki-laki
Gambar 2. Diagram Batang Indeks DMF-T
Berdasarkan Kelompok Usia
10
5
Perempuan
4
8.52
8
6.41
6
3
6-11
tahun
4
2
12-15
tahun
2
1
Laki-laki
Perempuan
0
Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 1 dari
30 orang pasien laki-laki terdapat 205 gigi Decay
(D), 10 gigi Missing (M), dan 0 Filled (F) dan
dari 30 orang pasien perempuan terdapat 209 gigi
Decay (D), 9 gigi Missing (M), dan 0 gigi Filled
(F). Indeks DMF-T pada pasien perempuan lebih
tinggi dibandingkan dengan pasien laki-laki.
Indeks DMF-T pada pasien laki-laki adalah 7,16
dan masuk kategori status karies sangat tinggi
sedangkan indeks DMF-T pada pasien
perempuan adalah 7,26 dan masuk kategori status
karies sangat tinggi berdasarkan klasifikasi
WHO. Indeks DMF-T untuk seluruh subjek
adalah 7,21 dan masuk kategori status karies
sangat tinggi berdasarkan klasifikasi WHO.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Indeks DMF-T
Berdasarkan Kelompok Usia
Kelompok
Usia
Jumlah
Subjek
F
Total
DMF
-T
Indeks
DMFT
D
M
6-11
37
232
5
0
237
6,41
12-15
23
182
14
0
196
8,52
Total
60
414
19
0
433
7,21
6-11 tahun
12-15 tahun
Berdasarkan Gambar 2, skor indeks
DMF-T pada pasien dengan kelompok usia 12-15
tahun lebih tinggi dibandingkan pada pasien
dengan kelompok usia 6-11 tahun. Skor indeks
DMF-T pada pasien dengan kelompok usia 12-15
tahun adalah 8,52 dan termasuk dalam kategori
sangat tinggi, sedangkan skor indeks DMF-T
pada pasien dengan kelompok usia 6-11 tahun
adalah 6,41 dan termasuk dalam kategori tinggi.
Skor indeks DMF-T secara keseluruhan adalah
7,21 dan termasuk dalam kategori sangat tinggi.
PEMBAHASAN
Pemeriksaan subjek penelitian dimulai
sejak tanggal 27 Januari 2017 sampai dengan 10
Februari 2017 di RSUDZA Banda Aceh.
Penelitian ini melibatkan 60 orang pasien
Thalasemia Beta Mayor usia 6-15 tahun.
Pemeriksaan dilakukan pada seluruh gigi
permanen dengan komponen yang diperiksa yaitu
Decay (D), Missing (M), dan Filled (F).
Berdasarkan Tabel 5.1 diketahui bahwa
pada sebagian besar pasien thalasemia beta
mayor memiliki indeks DMF-T dengan kategori
sangat tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Mehdizadeh dkk (2008) dan
Arora dkk (2014) menyatakan bahwa indeks
DMF-T pada pasien thalasemia beta mayor lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol
sehat.9
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 2 : 7 1 - 7 7 | 74
Jumlah IgA pada saliva pasien
thalasemia beta mayor sangat rendah. Hal ini
akan mengarah pada predisposisi terbentuknya
karies gigi.9,10,16 Berkurangnya jumlah IgA pada
saliva mengakibatkan fungsi barier saliva
berkurang dan dijumpai S. mutans dalam jumlah
banyak yang menjadi salah satu predisposisi
terjadinya karies gigi. IgA dapat mengontrol
mikroba rongga mulut dengan mengurangi
perlekatan sel bakteri pada mukosa mulut dan
gigi, sehingga apabila terjadi penurunan tingkat
IgA dalam rongga mulut maka akan
memudahkan bakteri untuk melekat pada
permukaan gigi dan membentuk sebuah lapisan
biofilm yang disebut plak gigi. Plak gigi
merupakan penyebab karies gigi yang paling
utama.17,18 Selain itu, saliva juga merupakan suatu
cairan biologis yang kompleks yang mengandung
beberapa komponen yang akan berperan dalam
pencegahan karies gigi, dengan cara seperti
mechanical
washing,
antimikrobial,
remineralisasi, dan pengaturan pH rongga mulut
dengan kapasitas buffernya. Oleh karena itu,
konsentrasi dari beberapa komponen biokimia
dalam saliva memegang peranan penting dalam
terjadinya penyakit dalam rongga mulut seperti
karies gigi.19
Faktor lain yang dapat berperan dalam
terjadinya karies gigi pada pasien thalasemia beta
mayor adalah faktor dari orangtua pasien yang
overprotective. Kebanyakan orangtua pasien
thalasemia beta mayor akan lebih fokus pada
perawatan untuk penyakit utamanya saja,
sehingga kurang memberikan perhatian untuk
menjalani perawatan gigi dan hanya mencari
perawatan gigi apabila sang anak sudah
merasakan sakit.19,20 Perawatan gigi yang
terabaikan ini dibuktikan dengan tidak adanya
gigi yang direstorasi akibat karies gigi pada
pasien tersebut. Biasanya hal ini juga
berhubungan dengan status sosial ekonomi yang
rendah sehingga motivasi untuk melakukan
perawatan
gigi
juga
rendah
karena
ketidakmampuan untuk membiayai perawatan
gigi dan kurangnya perhatian terhadap kebersihan
rongga mulut.21
Beberapa faktor lain yang dapat
mendukung terjadinya karies pada pasien
thalasemia beta mayor adalah faktor kebersihan
rongga mulut yang buruk, kebiasaan diet yang
tidak sesuai, banyak mengkonsumsi makanan
yang kariogenik seperti coklat dan permen, dan
kurangnya motivasi untuk pasien tersebut.10,16,19
Oleh karena itu penting untuk dilakukan
pendekatan dengan mengedukasi tentang
pencegahan karies gigi terkait dengan tingginya
risiko karies gigi yang dapat terjadi pada pasien
thalasemia beta mayor. Sehingga faktor eksternal
yang dapat mendukung terjadinya karies pada
pasien thalasemia beta mayor dapat dikurangi.
Berdasarkan distribusi frekuensi indeks
DMF-T berdasarkan jenis kelamin pada Tabel
5.2, menunjukkan bahwa angka indeks DMF-T
pada pasien thalasemia beta mayor perempuan
lebih tinggi dibandingkan laki-laki dan masingmasing masuk dalam status kategori sangat
tinggi. Hal ini juga sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Leonardi dkk (1990) dan
Kaur dkk (2012) yang menyatakan bahwa pada
pasien thalasemia beta mayor baik laki-laki
maupun perempuan sama-sama memiliki
kategori status karies yang sangat tinggi. 22,23
Volker (1973) menyatakan bahwa prevalensi
karies gigi pada perempuan lebih tinggi
dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini
dikarenakan gigi pada perempuan lebih cepat
erupsi daripada laki-laki. Cepatnya erupsi gigi
pada perempuan menyebabkan lebih rentan
terhadap risiko karies gigi.15
Berdasarkan distribusi frekuensi indeks
DMF-T berdasarkan usia pada Tabel 5.3,
diperoleh bahwa indeks DMF-T pada pasien
thalasemia beta mayor dengan kelompok usia 1215 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan
indeks DMF-T pada pasien thalasemia beta
mayor dengan kelompok usia 6-11 tahun. Pada
penelitian Mehdizadeh (2008) menunjukkan
bahwa indeks DMF-T pada pasien thalasemia
beta mayor kelompok usia 6-11 tahun (9,7) lebih
tinggi dibandingkan dengan indeks DMF-T pada
kelompok kontrol sehat pada usia 6-11 tahun
(4,73). Sama halnya pula pada indeks DMF-T
pasien thalasemia beta mayor kelompok usia 1220 tahun (11,54) yang lebih tinggi dibandingkan
dengan indeks DMF-T pada kelompok kontrol
sehat pada usia 12-20 tahun (6,43).9
Penelitian yang dilakukan oleh AlRaheem dkk (2009) menyatakan bahwa indeks
DMF-T pasien thalasemia beta mayor pada
kelompok usia 6-10 tahun lebih rendah
dibandingkan dengan indeks DMF-T pasien
thalasemia beta mayor pada kelompok usia 11-15
tahun.24 Hal tersebut juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Arora dkk (2014)
dan Mehdizadeh (2008) menunjukkan bahwa
indeks DMF-T pada pasien thalasemia beta
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 2 : 7 1 - 7 7 | 75
mayor akan lebih meningkat pada kelompok usia
yang lebih tua (>12 tahun) daripada kelompok
usia yang lebih muda (2-12 tahun).25,9
Hal ini didukung dengan fakta bahwa
prevalensi karies gigi meningkat seiring dengan
meningkatnya umur. Menurut Riskesdas (2013)
menyatakan bahwa faktor usia berpengaruh
terhadap kesehatan gigi dan mulut dimana seiring
bertambahnya usia maka terjadi peningkatan
indeks DMF-T.26 Pada pasien thalasemia beta
mayor, hal tersebut didukung oleh faktor
frekuensi dalam transfusi darah rutin yang harus
dilakukan oleh pasien thalasemia beta mayor
sepanjang hidupnya yang mengarah pada
perubahan konsentrasi zat besi pada gigi
sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat
keparahan karies.24
KESIMPULAN
1. Indeks DMF-T pada 60 orang pasien
thalasemia beta mayor di RSUDZA Banda
Aceh termasuk dalam status kategori sangat
tinggi.
2. Berdasarkan jenis kelamin, nilai skor indeks
DMF-T pada pasien perempuan yaitu 7,26,
sedangkan pada pasien laki-laki 7,16, kedua
skor ini termasuk dalam kategori sangat
tinggi.
3. Berdasarkan kelompok usia, nilai skor indeks
DMF-T pada pasien dengan kelompok usia
12-15 tahun yaitu 8,52 dan termasuk ke
dalam kategori sangat tinggi, sedangkan nilai
skor indeks DMF-T pada pasien dengan
kelompok usia 6-11 tahun yaitu 6,41 dan
termasuk ke dalam kategori tinggi.
SARAN
1. Perlu ditingkatkan pengetahuan melalui
penyuluhan-penyuluhan
yang
dapat
mengedukasi pasien thalasemia beta mayor
tentang pencegahan karies gigi.
2. Diperlukan peran dari orangtua pasien untuk
lebih memperhatikan dan meningkatkan
kesehatan rongga mulut pasien serta
pemeriksaan rutin ke dokter gigi sehingga
akan mencegah resiko terjadinya karies.
3. Diharapkan adanya sosialisasi oleh pihak
rumah sakit baik praktisi medis maupun
dental mengenai pentingnya menjaga
kesehatan gigi dan mulut.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Mount GJ, Hume WR. Preservation and
Restoration of Tooth Structure. 2nd ed.,
2005:21
2. Satish C, Shaleen C, Girish C. Textbook of
Operative Dentistry. New Delhi India:
Jaypee, 2007:29
3. Douglas AY. The American Dental
Association Caries Classification System
For Clinical Practice. Journal American
Dental Association, 2015;146(2):79
4. Solanki G. Dental Caries - A Widely
Growing Disease of Teeth. International
Journal of Biomedical and Advance
Research. India: Jodhpur National
University, 2012;03(02):106
5. Michelle H. Dental Caries: A PhMediated Disease. CDHA Journal,
2010;25(1):9
6. Peneva M. Dental Caries – Disturbed
Balance of the Risk Factors. Journal of
IMAB. Faculty In Dental Medicine,
Medical
University
Bulgaria:
Departement of Pediatric Dentistry,
2007;13(2):61
7. Evanson SE. Early Childhood Caries:
Implication for Advanced Practice
Nursing and Comunity Health. University
Of Arizona, 2010;2(14)
8. Singh J, Singh N, Kumar A, Kedia MB,
Agarwal A. Dental and Periodontal Health
Status of Beta Thalassemia Major and
Sickle Cell Anemic Patients: A
Comperative
Study.
Journal
of
International Oral Health, 2013;5(5):57
9. Mehdizadeh M, Mehdizadeh M, Zamani
G. Orodental Complications in Patients
with Major Beta-Thalassemia. Dental
Research Journal, 2008;5(1):17
10. Arora M, Nayeemuddin SM, Ghatak S,
Singh B. Growth Impairement and Dental
Caries in Thalasemia Major Patients.
Indian Journal of Clinical Anatomy and
Physiology, 2014;1(1):15-21
11. Thanvorncharoensap M. Factors Affecting
Health Related Quality of Life In Thai
Children With Thalasemia. Biomed
Central, 2010;1:10
12. Bulan
S.
Faktor-Faktor
yang
Berhubungan Dengan Kualitas Hidup
Anak Thalasemia Beta Mayor. Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FK Undip 2009:157
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 2 : 7 1 - 7 7 | 76
13. Fathiariani L. Thalasemia di Aceh. The
Aceh Institute, 2012.
14. Ibrahim R. Direktur Unit Donor Darah
PMI Kota Banda Aceh. The Globe Journal,
2012
15. Sondang PH. Menuju Gigi Dan Mulut
Sehat. Medan: USU Press, 2008:4-15
16. Gomber S. Dewan P. Physical Growth and
Dental Caries in Thalassemia. Department
of Pediatrics University College of Medical
Sciences: India, 2006;43:1068
17. Gloudemans AK, Lambrecht BN, Smits
HH. Potential of immunoglobulin A to
prevent allergic Asthma. Clinical and
Developmental Immunology. 2013:1-12.
18. Fatmawati DWA. Hubungan Biofilm
Streptococcus Mutans Terhadap Resiko
Terjadinya
Karies
Gigi.
Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Jember,
2011;8(3):127-30
19. Dhote V. Thosar N. Baliga S. IOSR
Journal of Dental and Medical Sciences.
Evaluation of Oral Hygiene Status and
Salivary Biochemistry of Patients with
Thalassemia Major: a Clinical Study. India,
2015;14(2):100
20. Shooriabi M Et Al. International Journal
of
Pediatrics.Investigating
DMF-T
Indicator and its Correlation with the
Amount of Serum Ferritin and Hemoglobin
in Students with Beta Thalassemia Major
in Ahvaz, South West of Iran. University
of Medical Sciences, 2016;4(3):1524
21. Polk DE. Weyant JR. Manz MC.
Socioeconomic Factors In Adolescents
Oral Health: Are They Mediated By Oral
Hygiene
Behaviors
Or
Preventive
Interventions? Community Dent Oral
Epidemiol, 2010;38:1-9
22. Leonardi R. Verzi P. Caltabiano M.
Epidemiological Survey of the Prevalence
of Dental Caries in Young Thalassemia
Major Patients. Stomatol Mediterr,
1990;10(2):133-6
23. Kaur N. Hiremath SS. Archives of Oral
Sciences & Res. Dental Caries and
Gingival Status of 3-14 year old Beta
Thalassemia Major Patients Attending
Paediatric OPD of Vani Vilas Hospital.
Bungalore, 2012;2(2):67-70
24. Al-Raheem Y. The Impact of Thalassemia
Major
on
Denta
Integrity
and
Development.
Alkindy College
Of
Medicine, 2009;6(4):397
25. Arora R. Malik S. Arora V. Malik R.
American International Journal of
Research in Formal, App Lied & Natural
Sciences. Comparison of Dental Caries
Prevalence in B-Thalassemia Beta Major
Patients with Their Normal Counterparts in
Udaipur. India, 2014;5(1):8
26. Riset Kedokteran Dasar (2013). Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia, 2013
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 2 : 7 1 - 7 7 | 77
Download