BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang di dunia ini pasti memiliki tujuannya masing-masing. Tidak hanya manusia, badan-badan usaha seperti perusahaan, koperasi, usaha perseorangan, organisasi nirlaba, dan lain-lain juga memiliki suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan perencanaan strategi dan pengimplementasiannya dengan matang. Untuk membentuk strategi tersebut diperlukan informasi yang memiliki makna bagi pemakainya sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Salah satu informasi yang penting dalam dunia usaha maupun kehidupan sehari-hari adalah informasi keuangan. Akuntansi sendiri sangat erat kaitannya dengan informasi keuangan. Definisi akuntansi sesuai dengan pernyataan pada Statements of Accounting Principles Board No.4 (1970) yang dikutip oleh Suwardjono (2005) adalah kegiatan atau fungsi penyediaan jasa, yaitu menyediakan informasi kuantitatif tentang unit-unit usaha ekonomik, terutama yang bersifat keuangan, yang diperkirakan akan bermanfaat dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomik. Dari definisi ini, dapat dikatakan bahwa akuntansi memiliki andil yang besar dalam menciptakan informasi keuangan yang sangat penting bagi para penggunanya untuk pengambilan keputusan. Ada dua kualitas informasi keuangan yang dianjurkan oleh Financial Accounting Standards Board, Statements of Financial Accounting Concept No.8 dalam Wolk, Dodd, dan Rozycki (2013) yaitu relevance (relevansi) dan faithful 1 representation (penyajian secara jujur). Suatu informasi keuangan dapat dikatakan relevan apabila dapat membantu pengguna informasi untuk memprediksi dengan cukup pasti apa akibat dari suatu peristiwa di masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang sehingga keyakinan pemakai terhadap harapan-harapan sebelumnya menjadi lebih tinggi (Suwardjono, 2005). Sementara informasi dikatakan disajikan secara jujur apabila informasi yang disajikan lengkap, bebas dari kesalahan, dan netral. Dalam dunia usaha, informasi keuangan disajikan dalam laporan keuangan. Sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (2012), laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi (SAK, 2012). Laporan keuangan wajib diterbitkan setahun sekali bagi perusahaan yang sudah terdaftar di pasar modal. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan transparansi dan sebagai akuntabilitas perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya sehari-hari. Laporan keuangan ini dapat diakses oleh siapa saja, namun pengguna utama dari laporan keuangan adalah investor dan kreditur. Namun dalam kenyataannya, banyak hal-hal menyimpang yang dilakukan oleh perusahaan terhadap laporan keuangan. Salah satu yang dapat menjadi penyebab dari tindakan menyimpang ini adalah agency theory (teori keagenan), yaitu manajemen bertindak sebagai agen dan pemegang saham sebagai pemilik. Kedua pihak tersebut memiliki kepentingan masing-masing dan seringkali bersinggungan. 2 Pemilik memiliki kepentingan untuk memaksimumkan ROI (Return On Investment) dan harga saham, sementara manajer memiliki kepentingan lain, contohnya adalah untuk meningkatkan bonus yang diterima dan prestise (Wolk, Dodd, dan Rozycki, 2013). Adanya dua pihak yang memiliki kepentingan berbeda ini dapat menyebabkan terjadinya informasi asimetri. Informasi ini dapat terjadi apabila salah satu pihak memiliki sumber informasi yang lebih banyak dibandingkan pihak lain sehingga pihak tersebut mendapat keuntungan (Wolk, Dodd, dan Rozycki, 2013). Di sini, manajer lebih banyak mengetahui tentang informasi keuangan perusahaan dibandingkan dengan pemilik. Oleh karena itu, potensi manajer untuk melakukan penyelewengan cukup besar karena memiliki keuntungan tersebut. Salah satu contoh kasus penyimpangan terbesar dalam dunia keuangan adalah yang terjadi pada perusahaan Enron dan Worldcom. Kepercayaan publik terhadap profesi akuntansi menjadi semakin menipis karena adanya praktik kecurangan pada perusahaan-perusahaan (Jooste, 2011). Semakin banyaknya kasus kecurangan pada laporan keuangan ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan tentang integritas dari para akuntan dan manajer. Kecurangan yang dilakukan dalam laporan keuangan dapat menyebabkan para pengguna yang terdiri dari investor, kreditur, pemerintah,masyarakat, dan lain-lain mendapatkan informasi yang salah dan tidak sesuai dengan kenyataan atas kinerja ekonomik perusahaan. Hal ini dapat menimbulkan kerugian yang besar, terutama bagi investor dan kreditur sebagai pengguna utama laporan keuangan. Sebagai pengguna utama laporan keuangan tentu akan sangat merugikan apabila keputusan 3 yang telah diambil merugikan karena perusahaan dengan ‘sengaja’ memberikan informasi yang tidak sesuai dengan keadaan ekonomiknya. Banyak sekali contoh penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh perusahaan. Sesuatu hal dapat dikatakan menyimpang adalah ketika hal yang dilakukan oleh satu pihak tersebut dapat menimbulkan kerugian untuk pihak lainnya. Salah satu bentuk penyimpangan, atau dapat dikatakan ‘permainan’ yang dilakukan oleh perusahaan adalah manajemen laba, walaupun hal tersebut masih diperdebatkan apakah praktik tersebut dapat secara menyeluruh dikatakan sebagai penyimpangan atau tidak. Hingga saat ini, belum ada definisi mengenai earnings management yang pasti, walaupun masalah manajemen laba bukan merupakan masalah baru dalam dunia bisnis. Praktik manajemen laba adalah isu etika yang kontroversial dan sangat penting bagi profesi akuntansi (Johnson, Fleischman, Valentine, dan Walker , 2012). Beragam tanggapan muncul dari para peneliti terhadap praktik manajemen laba ini. Menurut Healy dan Wahlen (1999), manajemen laba terjadi ketika manajer melakukan manipulasi untuk mengubah laporan keuangan dengan tujuan untuk menyesatkan stakeholders (para pemangku kepentingan) tentang kinerja ekonomik perusahaan atau karena untuk tujuan kontraktual yang tergantung pada laporan keuangan. Definisi ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Bruns dan Merchant (1990), bahwa praktik manajemen laba adalah praktek yang tidak etis. Manajemen laba dapat dikatakan menyimpang apabila manajer menggunakannya untuk menyesatkan investor dan kreditur atas kinerja ekonomik perusahaan yang tidak sesuai dengan yang terjadi sebenarnya (Pendarvis dan Morris. 2012). 4 Perusahaan yang menjalankan praktik manajemen laba dapat menyesatkan pihak eksternal terkait dengan kebenaran laba dan/atau stabilitas operasi perusahaan (Clikeman, Geiger, dan O’Connell, 2001). Hal ini berbeda dengan Scott (2013) yang menyatakan bahwa manajemen laba dapat dikatakan sebagai praktik yang baik (etis) dan buruk (tidak etis). Pernyataan ini didukung oleh Ronen dan Yaari (2008) yang tidak sependapat dengan definisi manajemen laba oleh Healy dan Wahlen (1999). Lebih lanjut dalam bukunya, Ronen dan Yaari (2008) menyatakan bahwa perilaku manajemen laba tidak bisa selalu disebut sebagai perilaku yang menyesatkan karena tidak ada batasan yang jelas antara perilaku manajemen laba dan perilaku manajer yang diakibatkan dari tujuan utama perusahaan, yaitu memaksimalkan laba. Dalam penelitian Fischer dan Rosenzweig (1995) terdapat dua macam manipulasi dalam praktik manajemen laba, yaitu manipulasi standar akuntansi dan manipulasi keputusan operasional. Hasil penelitian Fischer dan Rosenzweig (1995) membuktikan bahwa terdapat perbedaan persepsi terhadap manajemen laba antara mahasiswa akuntansi Strata-1, mahasiswa MBA, dan praktisi akuntansi. Mahasiswa akuntansi Strata-1 dan mahasiswa MBA menganggap manipulasi standar akuntansi lebih tidak beretika dibandingkan manipulasi kegiatan operasi, sementara praktisi akuntansi junior menganggap bahwa praktik manajemen laba lebih tidak beretika dibandingkan praktisi akuntansi senior. Penelitian tersebut menggunakan kuisioner Bruns dan Merchant (1990) yang berisi 13 skenario manajemen laba dan disebarkan kepada mahasiswa akuntansi Strata-1, mahasiswa MBA (Magister Business Administration). Penelitian serupa juga dilakukan oleh 5 Clikeman, Geiger, dan O’Connell (2000); Jooste (2011); Pendarvis dan Morris (2012); dan Cuzdriorean (2013). Etika bisnis tidak hanya menyadarkan kembali perhatian praktisi akuntansi dan akademisi terkait dengan etika dan manajemen laba, namun juga sebagai bukti bahwa perilaku etis masih rendah dalam dunia bisnis dan manajemen (Karassavidou dan Glaveli dalam Jooste, 2011). Manajemen laba dan etika bisnis juga berimplikasi terhadap akademisi (Jooste, 2011). Fischer dan Rosenzweig (1995) berpendapat bahwa diperlukannya penekanan nilai etika dalam kurikulum bisnis dan akuntansi dengan mengintegrasikan perkembangan kurikulum dengan pengetahuan dan keterampilan untuk membantu mencegah, mendeteksi, dan menghalangi kecurangan pelaporan keuangan. Semakin banyaknya jumlah kecurangan yang terjadi mengindikasikan semakin rendahnya nilai etika dalam pelaku bisnis. Penelitian Elias (2002) meneliti perbedaan persepsi etis antara praktisi akuntansi dan mahasiswa Strata-1 dan mahasiswa MBA (Magister Business Administration) terhadap praktik manajemen laba serta faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut, yaitu personal philosopies dan tanggung jawab sosial dan etika. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa akuntansi lebih menolerir perilaku manipulasi akuntansi dibandingkan manipulasi keputusan operasi, staf pengajar lebih menolerir perilaku manipulasi keputusan operasi dibandingkan manipulasi akuntansi, sementara auditor eksternal dan internal adalah pihak yang berada di tengah-tengah. Selain itu penelitian ini juga menunjukkan seseorang yang memiliki tingkat idealisme yang tinggi cenderung 6 menilai praktik manajemen laba sebagai perilaku yang tidak beretika dibandingkan seseorang yang memiliki tingkat relativisme yang tinggi. Serta untuk variabel etika dan tanggung jawab sosial, seseorang yang percaya bahwa tanggung jawab sosial memiliki peranan penting dalam laba perusahaan cenderung menilai praktik manajemen laba sebagai perilaku yang tidak etis. Penelitian Elias (2002) memiliki keterbatasan yang berkaitan dengan para respondennya, yaitu waktu. Responden penelitian ini tidak menyediakan banyak waktu sehingga penelitian ini hanya meneliti dua faktor yang mempengaruhi persepsi etis saja. Selain itu, persentase respon dari para responden rendah sehingga tidak dapat mewakili persepsi dari keseluruhan populasi. Dan yang terakhir adalah penelitian ini menggunakan kuisioner milik Bruns dan Merchant (1989) yang tidak merefleksikan metode manajemen laba yang lebih baru . Alasan peneliti ingin meneliti tentang fenomena manajemen laba adalah karena peneliti merasa sampai saat ini, manajemen laba merupakan suatu hal yang masih harus diperhatikan dalam dunia bisnis. Apalagi dengan adanya aplikasi standar baru, yaitu IFRS (International Financial Reporting Standard), maka praktik manajemen laba sekarang berpotensi menyebabkan perbedaan dengan praktik manajemen laba yang menggunakan standar GAAP (Generally Accepted Accounting Principles). Selain itu juga, etika para praktisi, khususnya praktisi akuntansi juga berperan penting dan perlu diperhatikan ketika dikaitkan dengan praktik manajemen laba. Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan beberapa perubahan dari penelitian yang dilakukan oleh Elias (2002). Yang pertama adalah model hipotesis penelitian 7 ini berbeda dengan penelitian Elias (2002), sehingga peneliti tidak mereplikasi keseluruhan penelitian Elias (2002). Yang kedua adalah peneliti akan mengganti dua faktor yang mempengaruhi persepsi etis menjadi tiga variabel baru, yaitu uncertainty avoidance, locus of control, dan pengalaman kerja. Yang ketiga subjek penelitian diganti menjadi praktisi akuntansi yang berprofesi sebagai auditor eksternal Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta, auditor internal di PT. Pupuk Kalimantan Timur, dan karyawan departemen akuntansi, keuangan, dan anggaran di PT. Pupuk Kalimantan Timur. Dan yang terakhir adalah peneliti akan menggunakan skenario baru yang berbeda dengan skenario Bruns dan Merchant (1989). Skenario baru ini berisi lima skenario yang terkait dengan praktik manajemen laba. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas guna meneliti pengaruh uncertainty avoidance, locus of control, dan pengalaman kerja terhadap persepsi etis praktik manajemen laba , maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH UNCERTAINTY AVOIDANCE, LOCUS OF CONTROL, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PERSEPSI ETIS PRAKTIK EARNINGS MANAGEMENT PADA PRAKTISI AKUNTANSI.” 1.2. Rumusan Masalah 1. Apakah tingkat uncertainty avoidance berpengaruh secara negatif terhadap persepsi etis seseorang dalam menilai praktik earnings management? 2. Apakah locus of control berpengaruh secara positif terhadap persepsi etis seseorang dalam menilai praktik earnings management? 8 3. Apakah pengalaman bekerja berpengaruh secara positif terhadap persepsi etis seseorang dalam menilai praktik earnings management? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan dari pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah, tujuan peneliti melakukan penelitian adalah untuk mengidentifikasi : 1. Pengaruh tingkat uncertainty avoidance terhadap persepsi etis seseorang dalam menilai praktik earnings management. 2. Pengaruh locus of control terhadap persepsi etis seseorang dalam menilai praktik earnings management. 3. Pengaruh pengalaman kerja terhadap persepsi etis seseorang dalam menilai praktik earnings management. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diberikan oleh peneliti dari penelitian ini adalah : 1. Bagi mahasiswa akuntansi diharapkan dapat membantu untuk memberikan pemahaman mengenai permasalahan-permasalahan etika yang terjadi di dunia bisnis seperti praktik manajemen laba sehingga diharapkan dapat mengantisipasi perilaku ini apabila sudah terjun dalam dunia bisnis. 2. Bagi pihak universitas diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan terkait dengan persepsi etis terhadap praktik manajemen laba untuk kurikulum etika bisnis yang dapat diberikan kepada mahasiswamahasiswa yang bersangkutan. 9 3. Bagi pihak-pihak yang menggunakan penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian yang selanjutnya. 1.5. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan Pada bab ini peneliti mengemukakan alasan peneliti melakukan penelitian ini (latar belakang), pertanyaan-pertanyaan yang diajukan (rumusan masalah), jawaban dari pertanyaan yang diajukan (tujuan penelitian), kontribusi yang dapat diberikan dari penelian ini (manfaat penelitian), dan sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan Pustaka dan Perumusan Hipotesis Pada bab ini peneliti membahas landasan teori yang terkait dengan pengaruh uncertainty avoidance, locus of control, dan pengalaman kerja terhadap persepsi etis praktik earnings management pada praktisi akuntansi. Bab III : Metode Penelitian Pada bab ketiga, peneliti membahas penelitian yang terdiri dari sampel penelitian, teknik pengolahan data, dan analisis data. Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan 10 Pada bab keempat, peneliti membahas mengenai hasil dari penelitian dengan penggunaan metode yang telah dipilih. Bab V : Penutup Pada bab kelima, peneliti memberikan kesimpulan dan saran atas permasalahan yang telah dibahas di bab sebelumnya. 11