INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013 ISSN : 2086

advertisement
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
FAKTOR PENYEBAB IBU HAMIL KURANG ENERGI KRONIS
DI PUSKESMAS SAMBI KECAMATAN SAMBI
KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2012
Oleh :
Siti Muliawati
AKBID CITRA Medika Surakarta
ABSTRAK
Latar Belakang: Dari data Puskesmas Sambi I tahun 2011 - 2012
terdapat peningkatan ibu hamil Kurang Energi Kronis yaitu dari 13 menjadi 20
ibu hamil yang memeriksakan di puskesmas sambi 1. Tujuan : Penelitian ini
memberikan gambaran faktor penyebab ibu hamil kurang energi kronis, di
wilayah puskesmas sambi Kecamatan Sambi Kabupaten boyolali.
Metode penelitian : Rancangan penelitian adalah deskriptif dengan
pendekatan case control. Analisa data univariate. Jumlah sampel sebanyak 30
responden. Hasil penelitian : berdasarkan gambaran faktor Penyebab ibu hamil
kurang energi kronis : yaitu Pendapatan sebagian besar ibu adalah
berpendapatan sedang berjumlah 16 responden (53,3%). Faktor Pendidikan ibu
hamil kurang energi kronis sebagian besar berpendidikan SMP yaitu 12 orang
(40%). Faktor Umur ibu hamil kurang energi kronis sebagian besar berumur
antara 21 – 35 tahun berjumlah 27 ibu hamil (90%). Fktor Paritas ibu hamil yang
mengalami kurang energi kronis sebagian besar paritas 1s/d2 anakberjumlah 23
ibu hamil (76,7%). Faktor Pola Konsumsi makan ibu hamil yang mengalami
kurang energi kronis sebagian besar pola konsumsi baik berjumlah 18 ibu hamil
(60%). Faktor Penyakit Infeksi ibu hamil sebagian besar tidak memiliki infeksi
sebanyak 26 ibu hamil (86,7%).
Simpulan Faktor yang Melatarbelakangi Ibu Hamil Mengalami KEK
paling banyak disebabkan Pendapatan ibu yang sebagian besar berpendapatan
sedang yaitu 16 responden dengan prosentase 53,3%. Saran : Diharapkan
masyarakat berpartisipasi dalam peningkatan kesehatan ibu hamil dengan
mengikuti penyuluhan kesehatan yang dilaksanakan pihak Puskesmas.
Kata kunci: Faktor Penyebab ibu hamil mengalami Kekurangan Energi
Kronis
PENDAHULUAN
Di Indonesia banyak terjadi kasus Kekurangan Energi Kronis terutama
yang kemungkinan disebabkan karena adanya ketidak seimbangan asupan gizi
(energi dan protein), sehingga zat gizi yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Hal
tersebut mengakibatkan pertumbuhan tubuh baik fisik ataupun mental tidak
sempurna seperti yang seharusnya. Pada Ibu hamil yang menderita Kekurangan
Energi Kronis mempunyai risiko kematian ibu mendadak pada masa perinatal
atau risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Pada keadaan ini
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
40
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
banyak ibu yang meninggal karena perdarahan, sehingga akan meningkatkan
angka kematian ibu dan anak, (Lubis, 2003; h. 21).
Di jawa tengah banyak terjadi kasus AKI yang disebabkan oleh
kekurangan energi kronis. Pada 2002, 17,6 persen ibu hamil menderita
Kekurangan Energi Kronis . Penyebab tak langsung kematian ibu antara lain
anemia, Kurang Energi Kronis dan “4 terlalu” (terlalu muda/tua, sering dan
banyak), (DEPKES, 2007).
Puskesmas sambi merupakan salah satu wilayah di Kecamatan Sambi
Kabupaten Boyolali, data penelitian tahun 2011 terdapat ibu hamil yang
mengalami Kekurangan Energi Kronis sebanyak 13 ibu hamil dan pada tahun
2012 terdapat 20 ibu hamil mengalami Kekurangan Energi Kronis, dapat
disimpulkan ada peningkatan dari 13 orang menjadi 20 orang ibu hamil yang
mengalami Kekurangan Energi Kronis
TINJAUAN PUSTAKA
Ibu Hamil
Ibu hamil adalah seorang wanita yang mengalami perubahan anatomi dan
fisiologi dimulai segera setelah fertilisasi (proses bertemunya sel telur dan
seperma) dan terus berlanjut selama kehamilan (Manuaba 2004,h 12).
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana terjadi pembuahan ovum oleh
spermatozoa yang kemudian mengalami nidasi pada uterus dan berkembang
sampai janin lahir, lamanya hamill normal 37-32 minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Kehamilan menurut bulannya dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Kehamilan matur yaitu berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak
lebih dari 43 minggu (300hari).
2. Kehamilan premature yaitu kehamilan yang berlangsung antara 28 dan 36
minggu.
3. Kehamilan postmature yaitu kehamilanlebih dari 43 minggu
Kurang Energi Kronis
Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana seseorang menderita
ketidak seimbangan asupan gizi (energi dan protein) yang berlangsung menahun
Seseorang dikatakan menderita risiko Kurang Energi Kronis bilamana LILA
(Lingkar Lengan Atas) <23,5 cm. LILA adalah suatu cara untuk mengetahui
risiko Kekurangan Energi Kronis ( wanita usia subur termasuk remaja putri.
Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) tidak dapat digunakan untuk memantau
perubahan status gizi dalam jangka pendek. Hasil pengukuran Lingkar Lengan
Atas (LILA) ada dua kemungkinan yaitu kurang dari 23,5 cm dan diatas atau
sama dengan 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran < 23,5 cm berarti risiko
Kekurangan Energi Kronis dan ≥ 23,5 cm berarti tidak berisiko Kekutangan
Energi Kronis (Lubis, 2003; h. 6).
Status Kekurangan Energi Kronis sebelum kehamilan dalam jangka
panjang dan selama kehamilan akan menyebabkan ibu melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah. Di samping itu, akan mengakibatkan anemia pada bayi
baru lahir, mudah terinfeksi, abortus, dan terhambatnya pertumbuhan otak janin
(Supariasa, 2002; h. 79).
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
41
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
Penilaian Setatus Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan menggunakan penilaian
antropometri (KMS) ibu hamil terdiri dari:
1. Tinggi Badan
Pada Ibu hamil Pengukuran status gizi dengan tinggi badan tidak
dapat dilakukan karena biasanya tinggi badan pada wanita hamil sudah tidak
dapat bertambah lagi. Tinggi badan pada wanita hamil dapat digunakan untuk
mengukur status gizi sebelum terjadi kehamilan. Tinggi badan ibu hamil
minimal 145 cm yang dapat dijadikan sebagai salah satu syarat status gizi ibu
hamil yang baik. pengaukuran tinggi badan dapat menggunakan pita ukur
(metlin).
2. Berat Badan
Metode pemantauan status gizi yang umum dipakai ialah mencatat
pertambahan berat badan secara teratur selama kehamilan dan
membandingkannya dengan berat badan saat sebelum hamil, bila informasi
tersebut tersedia. Status gizi ibu hamil yang baik selama proses kehamilan,
harus mengalami kenaikan berat badan sebanyak 10-12 kg. Yaitu pada
trimester pertama kenaikanya kurang dari 1 kg, sedangkan pada trimester
kedua kurang lebih 3 kg dan trimester ketiga kurang lebih mencapai 6 kg.
Metode untuk untuk mengetahui status gizi ibu hamil melalui
pertambahan berat badan yang optimal selama masa kehamilan adalah
penting untuk mengetahui BMI (Body Mass Index) wanita prekehamilan.
Rekomendasi tentang pertambahan berat badan total selama kehamilan
ditentukan oleh BMI prekehamilan. Pertambahan berat badan mingguan yang
yang dianjurkan pada trimester 2 dan 3 adalah 0,75 kg/minggu. Asupan kalori
ditentukan dengan cara mengalikan berat badan optimal wanita tidak hamil
dalam kg dengan 35 kal dan kemudian tambahkan 300 kkal ke jumlah total
(Varney, 2002; h. 113).
3. Lingkar Lengan Atas (LILA)
Pengukuran lingkar lengan atas adalah suatu cara untuk mengetahui
risiko KEK wanita usia subur. Wanita usia subur adalah wanita dengan usia
15 sampai dengan 45 tahun yang meliputi remaja, ibu hamil, ibu menyusui
dan pasangan usia subur (PUS). Ambang batas Lingkar Lengan Atas (LILA)
pada WUS dengan risiko Kekurangan Energi Kronis adalah 23,5 cm, yang
diukur dengan menggunakan pita ukur (metlin). Apabila Lingkar Lengan
Atas (LILA) kurang dari 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai risiko
Kekurangan Energi Kronis dan sebaliknya apabila Lingkar Lengan Atas
(LILA) lebih dari 23,5 cm berarti wanita itu tidak berisiko dan dianjurkan
untuk tetap mempertahankan keadaan tersebut (Supariasa, 2002 ; h. 48).
4. Gizi atau nutrisi Ibu Hamil
Gizi disebut juga nutrisi, merupakan ilmu yang mempelajari perihal
makanan serta hubungannya dengan kesehatan. Gizi dalam masa kehamilan
sangat penting, bukan saja karena makanan yang diperoleh mempengaruhi
kesehatan ibu dan bayi, tetapi juga berpengaruh saat menyusui nanti.
Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambah kira-kira
80.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
42
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
5.
ISSN : 2086 - 2628
tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil,
(Lubis, 2003; h. 120).
Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
Zat-zat gizi penting yang dibutuhkan ibu selama hamil sebesar 2500
kalori per hari, terdiri dari :
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat gizi sumber energi utama dalam
susunan menu sebagian besar masyarakat Indonesia. Pada umumnya
kandungan karbohidrat ini berkisar 60-70% dari total konsumsi energi.
Kebutuhan energi bagi ibu hamil adalah 300 sampai 500 kalori lebih
banyak dari masa sebelum hamil. Energi tambahan ini untuk memenuhi
metabolisme basal yang meningkat, aktivitas fisik yang semakin boros
energi dan penimbunan lemak untuk cadangan energi. Kebutuhan kurang
lebih 1292 kalori atau sama dengan 323 gr karbohidrat setara 5 piring
nasi. Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal.
Energi tambahan pada trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan
ibu, penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara, serta
penumpukan lemak. Pada trimester III, energi tambahan digunakan untuk
pertumbuhan janin dan plasenta. Karena banyaknya perbedaan kebutuhan
energi selama hamil, WHO menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150
kkal sehari pada trimester I dan 350 kkal selama trimester II dan III.
b. Protein
Protein merupakan komponen terbesar yang terdapat di dalam
tubuh setelah air. Protein sebagai zat pembangun atau pembentuk
jaringan baru. kekurangan asupan protein dapat menghambat
pertumbuhan janin Dibutuhkan lebih banyak protein selama kehamilan
dibandingkan saat tidak hamil. Hal ini dikarenakan protein diperlukan
untuk pertumbuhan jaringan pada janin. Ibu hamil membutuhkan sekitar
75 gram protein setiap harinya, lebih banyak 25 gram dibandingkan
wanita yang tidak hamil. Mengkonsumsi makanan berprotein merupakan
cara yang efektif untuk menambah kalori sekaligus memenuhi kebutuhan
protein. Produk hewani seperti daging, ikan, telur, susu, keju, dan hasil
laut merupakan sumber protein. Selain itu protein juga bisa didapat dari
tumbuh-tumbuhan seperti kacang-kacangan, tempe, tahu, dan lainnya.
c. Lemak
Lemak merupakan sumber energi terbesar dalam tubuh. Berfungsi
sebagai cadangan energi tubuh bagi ibu saat melahirkan, pelarut vitamin
A, D, E, K dan asam lemak. Asam lemak omega 3 dan 6 juga diperlukan
untuk perkembangan sistem syaraf, fungsi penglihatan dan pertumbuhan
otak bayi juga sebagai bantalan bagi organ-organ tertentu seperti biji
mata dan ginjal. Konsumsi lemak dianjurkan tidak melebihi 25 kalori
dalam porsi makanan sehari-hari dari total kebutuhan energi. Sumber
lemak antara lain : daging, susu, telur, mentega dan minyak tumbuhan.
d. Vitamin
Vitamin dibutuhkan untuk memperlancar proses biologis dalam
tubuh. vitamin A diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
43
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
embrio. Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan kelahiran prematur
dan bayi berat lahir rendah. Oleh karena itu, bisa diberikan vitamin A
dosis rendah pada ibu hamil (tidak lebih dari 2500 IU per hari).
Vitamin B1, B6 dan B12 sebagai penghasil energi, vitamin B6
sebagai pengatur pemakaian protein tubuh dan vitamin B12 membantu
kelancaran pembentukan sel-sel darah merah Vitamin B12 penting sekali
bagi tumbuh kembang janin dan berfungsinya sel-sel sumsum tulang,
sistem persarafan dan saluran cerna.
Vitamin C merupakan antioksidan yang melindungi jaringan dari
kerusakan dan dibutuhkan untuk membentuk kolagen dan menghantarkan
sinyal kimia di otak. Wanita hamil setiap harinya disarankan
mengkonsumsi 85 mg vitamin C per hari. Sumber vitamin C dari
makanan seperti tomat, jeruk, strawberry, jambu biji, dan brokoli.
Makanan yang kaya vitamin C juga membantu penyerapan zat besi
dalam tubuh sehingga dapat mencegah anemia.
Vitamin D untuk membantu penyerapan kalsium dan bahan dasar
pembentukan tulang dan gigi janin. Kekurangan vitamin D selama hamil
dapat menimbulkan gangguan metabolisme kalsium pada ibu dan janin.
Perhatian khusus perlu diberikan pada masyarakat yang tidak minum
susu, misalnya kelompok vegetarian. Maka perlu diberi suplementasi
kalsium sebanyak 5-10 g per hari. Sumber vitamin antara lain : sayuran,
buah dan susu.
e. Kalsium
Ibu hamil dan bayi membutuhkan kalsium untuk untuk
menunjang tulang dan gigi serta persendian. Untuk bayi kalsium juga
digunakan untuk membantu pembuluh darah berkontraksi dan berdilatasi.
Kalsium juga diperlukan untuk mengantarkan sinyal saraf, kontraksi otot,
dan sekresi hormon. Jika kebutuhan kalsium tidak tercukupi dari
makanan, kalsium yang dibutuhkan bayi akan diambil dari tulang ibu,
sehingga mengakibatkan tulang ibu keropos atau osteoporosis.
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah sekitar 1000 mg per hari. Sumber
kalsium dari makanan diantaranya produk susu seperti ikan teri, susu,
keju dan yogurt. Tablet kalsium dari puskesmas atau klinik juga bisa
membantu terpenuhinya kebutuhan kalsium. Kekurangan kalsium selama
hamil akan meningkatkan tekanan darah ibu meningkat. Asam folat
dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan sel, memproduksi hem (salah
satu zat pembentuk hemoglobin), pertumbuhan saraf dan tulang belakang
serta otak janin (Manuaba 2004 h. 82-99).
f. Zat besi
Zat besi dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin (protein di
sel darah merah yang berperan membawa oksigen ke jaringan tubuh).
Selama kehamilan, volume darah bertambah untuk menampung
perubahan tubuh ibu dan pasokan darah bayi. Hal ini menyebabkan
kebutuhan zat besi bertambah sekitar dua kali lipat. Jika kebutuhan zat
besi tidak tercukupi, ibu hamil akan mudah lelah dan rentan infeksi.
Risiko melahirkan bayi tidak cukup umur dan bayi dengan berat badan
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
44
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
lahir rendah juga lebih tinggi. Kebutuhan zat besi bagi ibu hamil yaitu
sekitar 56 mg sehari, Kebutuhan akan zat besi erat kaitannya dengan
anemia (kekurangan sel darah merah), sebagai bentuk adaptasi adanya
perubahan fisiologis selama kehamilan yang disebabkan oleh
meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin, Kurangnya
asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari dan Adanya
kecenderungan rendahnya cadangan zat besi pada wanita. Sehingga tidak
mampu menyuplai kebutuhan zat besi atau mengembalikan persediaan
darah yang hilang akibat persalinan sebelumnya Kebutuhan zat besi tiap
trimester pada masa kehamilan:
1) Trimester 1 : Kebutuhan zat besi kurang lebih 1 mg / hari
(kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan
janin dan sel darah merah.
2) Trimester 2 : Kebutuhan zat besi kurang lebih 5 mg /hari (kehilangan
basal 0,8 mg / hari) ditambah kebutuhan pembentukan sel darah
merah 300 mg sehingga kebutuhan janin 115 mg.
3) Trimester 3 : Kebutuhan zat besi 5 mg / hari (kehilangan basal 0,8
mg / hari) ditambah kebutuhan pembentukan sel darah merah 150
mg dan kebutuhan janin 223 mg.
Wanita yang sedang hamil membutuhkan gizi lebih banyak daripada
wanita Yang tidak hamil. Kebutuhan gizi bagi ibu hamil sering dikenal dengan
istilah menu seimbang empat sehat lima sempurna, yang dikelompokkan menjadi
tiga fungsi utama yaitu zat energi, zat pembangun, dan zat pengatur. Sumber zat
energi adalah hidrat arang : padi-padian, tepung, umbi, sagu, dan lain- lain.
Sumber zat pengatur : sayuran berwarna hijau, jingga, dan buah-buahan Sumber
zat pembangun : ikan, ayam, telur, daging, susu, kacang-kacangan (Almatsier,
2003; h. 127).
Bahaya kekurangan gizi
Pada ibu hamil
Pada setiap tahap kehamilan, seorang ibu hamil membutuhkan makanan
dengan kandungan zat-zat gizi yang berbeda dan disesuaikan dengan kondisi
tubuh dan perkembangan janin. Tambahan makanan untuk ibu hamil dapat
diberikan dengan cara meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas makanan ibu
hamil sehari-hari, bisa juga dengan memberikan tambahan formula khusus untuk
ibu hamil. Apabila makanan selama hamil tidak tercukupi maka dapat
mengakibatkan kekurangan gizi sehingga ibu hamil mengalami gangguan. Gizi
kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu hamil,
antara lain anemia, berat badan tidak bertambah secara normal dan terkena
infeksi. Pada saat persalinan gizi kurang dapat mengakibatkan persalinan sulit dan
lama, persalinan sebelum waktunya (premature), perdarahan setelah persalinan,
serta operasi persalinan.
Pada janin
Untuk pertumbuhan janin yang baik diperlukan zat-zat makanan yang
adekuat, dimanan peranan plasenta besar artinya dalam transfer zat-zat makanan
tersebut. Suplai zat-zat makanan kejanin yang sedang tumbuh tergantung pada
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
45
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
jumlah darah ibu yang mengalir melalui plasenta dan zat-zat makanan yang
diangkutnya. Gangguan suplai makanan dari ibu mempengaruhi proses
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran (abortus), bayi lahir mati
(kematian neonatal), cacat bawaan, lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
(Prawiroharjo 2008 h 65).
Faktor Penyebab Ibu Hamil Kurang Energi Kronis
Faktor Pendapatan Keluarga
Masyarakat makin lama makin tumbuh dan kompleks. Sedikit sekali
diantara kita yang menanam makan kita sendiri. Banyak makanan yang harus
dibeli dari pasar. Perilaku konsumsi makan merupakan refleksi dari interaksi
antara faktor ekonomi dengan faktor sosial budaya. Faktor ekonomi berhubungan
dengan tingkat pendapatan dan melahirkan daya beli seseorang atau sekelompok
orang apabila tingkat pendapatan tersebut seimbang dengan jumlah anggota
keluarga yang menjadi bebannya. Besarnya suatu keluarga serta komposisi dari
suatu keluarga dan tingkat pendapatan keluarga berasosiasi dengan kualitas dan
kuantias diet yang berlaku didalam keluarga. Pendapatan keluarga dalam hal ini
merupakan semua penghasilan atau permintaan dari semua anggota keluarga yang
diperoleh baik yang berupa upah atau gaji, dan dapat dinilai dalam Tinggi >
Rp.850.000,-, Sedang = Rp.450.000,- Rp.850.000,- dan Rendah < Rp.450.000,(BPS, 2008)
Faktor Pendidikan Ibu
Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan,
sikap terhadap makanan dan praktek-praktek pengetahuan tentang nutrisi
melandasi pemilihan makanan. Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering
kali mempunyai asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi
makanan dalam keluarga. Beberapa studi menunjukkan bahwa jika tingkat
pendidikan dari ibu meningkat maka pengetahuan nutrisi dan praktik nutrisi
bertambah baik. Usaha-usaha untuk memilih makanan yang bernilai nutrisi makin
meningkat, ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai pengetahuan nutrisi akan
memilih makanan yang lebih bergizi dari pada yang kurang bergizi. Pendidikan
ibu dalam penelitian ini di bagi dalam tingkatan dari SD, SMP, SMA/MA, dan S1
(Harahap 2002, h 48).
Faktor Umur Ibu
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan
kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu (Baliwati,
2004; h. 3). Pada ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi
kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendirii yang masih dalam masa
pertumbuhan. Umur ibu dalam kehamilan yang sekarang diukur dengan umur
yang ≤ 20 tahun, 21-35 tahun, > 35 tahun (Supariasa, 2002; h. 187).
Faktor Paritas
Paritas adalah berapa kali seorang ibu telah melahirkan. Dalam hal ini ibu
dikatakan terlalu banyak melahirkan adalah lebih dari 3 kali. Manfaat riwayat
obstetrik ialah membantu menentukan besaran kebutuhan akan zat gizi karena
terlalu sering hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh Ibu (Prawiroharjo
2008,h 23). Untuk paritas yang paling baik adalah 2 kali Jarak melahirkan yang
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
46
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan
merugikan kesehatan ibu, ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki
tubuhnya sendiri karena ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan
keadaan setelah melahirkan anaknya. Dengan mengandung kembali maka akan
menimbulkan masalah gizi bagi ibu dan janin/bayi berikut yang dikandung.
Berapa kali seorang ibu pernah melahirkan Bayi (parietas) diukur dalam Baik jika
2 kali, dan Buruk jika ≥ 3 kali (Baliwati, 2004; h. 3- 6).
Faktor Pola Konsumsi makanan
Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana seseorang menderita
ketidak seimbangan asupan gizi (energi dan protein) yang berlangsung menahun
terutama pada wanita usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran lingkar
lengan atas (LILA) tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi
dalam jangka pendek. Upaya mencapai status gizi masyarakat yang baik atau
optimal dimulai dengan penyediaan pangan yang cukup. Penyediaan pangan yang
cukup diperoleh melalui produksi pangan dalam negeri yaitu upaya pertanian
dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk-pauk, sayur-sayuran, dan buahbuahan. Pola konsumsi ini juga dapat mempengaruhi status kesehatan ibu, dimana
pola konsumsi yang kurang baik dapat menimbulkan suatu gangguan kesehatan
atau penyakit pada ibu, (Supariasa, 2002; h. 187).
Jumlah pola konsumsi makanan selama 1 hari dalam makanan diukur
dengan Baik jika makan dengan porsi 4 sehat 5 sempurna, Cukup jika hanya 4
sehat, dan kurang jika hanya nasi dan lauk saja (Almatsier, 2003; h.13 -15).
Faktor Riwayat Penyakit insfeksi sebelum hamil
Riwayat Penyakit sebelum hamil dapat bertindak sebagai pemula
terjadinya kurang gizi sebagai akibat menurunnya nafsu makan, adanya gangguan
penyerapan dalam saluran pencernaan atau peningkatan kebutuhan zat gizi oleh
adanya penyakit. Kaitan penyakit dengan keadaan gizi kurang merupakan
hubungan timbal balik, yaitu hubungan sebab akibat. Penyakit dapat
memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah
penyakit yang umumnya terkait dengan masalah gizi antara lain diare,
tuberculosis, lambung, tipes dan DM (Supariasa, 2002; h. 187).
METODE PENELITIAN
Penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan
tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif
(Notoatmodjo, 2002; h. 138). Pendekatan penelitian cross sectional (potong
lintang) yaitu penelitian pada beberapa populasi yang diamati pada waktu yang
sama (Hidayat, 2007; h. 44) Populasi penelitian ini adalah: seluruh ibu hamil
yang periksa di PUSKESMAS Sambi sebanyak 30 orang. Sampel sebagian ibu
hamil yang periksa di PUSKESMAS Sambi. Besarnya Sampel semua populasi
dipakai sebagai sample sebanyak 30 orang. Tehnik sampling yang digunakan Non
probability sampling dan sampling aksidental. Tekhnik pengumpulan data ada 2
macam yaitu data primer dan sekunder.
Analisis data penelitian ini menggunakan analisis data univariat. Untuk
menghitung angka – angka dalam prosentase masing – masing data secara manual
menggunakan rumus distribusi frekuensi relatif yaitu :
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
47
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
P 
ISSN : 2086 - 2628
f
 100 %
N
Keterangan :
P = Presentase
f = Frekuensi
N = Jumlah seluruh observasi (Budiarto, 2002; h. 37).
2. Katagori Pengetahuan :
Untuk mengetahui katagori tingkat pengetahuan responden ditentukan :
Baik ( B ) : Jawaban kuesioner benar 76 % - 100 %
Cukup ( C ) : Jawaban kuesioner benar 56% - 100 %
Kurang ( K ) : Jawaban kuesioner benar > 56 %
( Arikunto, 2006; h 103 )
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Faktor penyebab Ibu hamil kurang energi dari pendapatan sebagian besar
pendapatan keluarga berpendapatan sedang 16 0rang (54%) dan paling sedikit ibu
yang berpendapatan rendah yaitu sebanyak 8 ibu hamil 20%.
Faktor penyebab ibu hamil kurangan Energi Kronis dari pendidikan yang
tertinggi adalah SMP ada 12 orang (40%), terendah PT,4 orang1(3,3 %).
Faktor Penyebab Ibu hamil Kekurangan Energi Kronis dari faktor paritas,
baik 76,7% dan minoritas prosentase buruk 6,6 % dengan jumlah 2 orang.
Faktor penyebab ibu hamil kurang energi kronis dari umur ibu mayoritas
21 – 35 tahun, 27 orang(90%), minoritas berumur < 35 th 3 orang (10%).
Faktor penyebab ibu hamil kurang energi kronis berdasarkan pola
konsumsi, prosentase tertinggi yaitu pola konsumsi baik 60% dengan jumlah 18
ibu hamil, Pola komsumsi cukup 12 ibu hamil ( 40%), tidak terdapat pola
komsumsi buruk.
Faktor Penyebab Ibu hamil kurang Energi Kronis berdasarkan penyakit
infeksi sebelum hamil prosentase tertinggi adalah yang tidak memilikipenyakit
infeksi 86,7% yaitu 26 ibu hamil dan prosentase terendah yaitu ada penyakit
infeksi dengan prosentase 13,3 % dngan jumlah 4 ibu hamil.
Pembahasan
Pendapatan
Faktor ekonomi berhubungan dengan tingkat pendapatan dan melahirkan
daya beli seseorang atau sekelompok orang apabila tingkat pendapatan tersebut
seimbang dengan jumlah anggota keluarga yang menjadi bebannya. Besarnya
suatu keluarga serta komposisi dari suatu keluarga dan tingkat pendapatan
keluarga berasosiasi dengan kualitas dan kuantias diet yang berlaku didalam
keluarga itu (Mulyanto 2003,h 20). Hasil penelitian kategori berpendapatan
sedang (Rp.450.000.,- Rp.850.000.,) yang berjumlah 16 orang 53,3 % dan paling
sedikit ibu yang berpendapatan rendah sebanyak 8 orang dengan prosentase
20%.Sehingga faktor penyebab hamil kurang energi, menunjukkan pendapatan
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
48
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
sedang tapi tidak mau mencukupi kebutuhan nutrisi yang telah berlangsung lama
sebelum ibu hamil mungkin karena diet.
Pendidikan Ibu
Faktor penyebab ibu hamil yang kurang energi kronis mayoritas
berpendidikan SMP12 orang 40 % minoritas adalah yang berpendidikan PT
dengan prosentase 13,3 % berjumlah 4 orang ibu hamil. Makin tinggi pendidikan
seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya
makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang
tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap penerimaan, informasi, dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan
(Notoatmojo 2005, h 135). Pendidikan paling banyak sekolah menengah pertama
sehingga pengetahuan dan pengalaman kurang.
Umur Ibu
Faktor penyebab ibu hamil kurang energi kalori Mayoritas umur ibu antara
21 – 35 tahun dengan jumlah 27 ibu hamil (90 %). Melahirkan anak pada usia ibu
yang muda atau terlalu tua mengakibatkan kualitas janin/anak yang rendah dan
juga akan merugikan kesehatan ibu (Kusmiati,Yuni 2008,h 6).
Parietas Ibu
Faktor penyebab ibu hamil Kekurangan Energi Kronis berdasarkan
parietas paling banyak parietas 1s/d 2 76,7% 23 ibu hamil dan minoritas ibu
hamil prosentase buruk yaitu 6,6 % dengan jumlah 2 ibu hamil. Jarak melahirkan
yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga
akan merugikan kesehatan ibu, ibu tidak memperoleh kesempatan untuk
memperbaiki tubuhnya sendiri karena ibu memerlukan energi yang cukup untuk
memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya. Dengan mengandung kembali
maka akan menimbulkan masalah gizi bagi ibu dan janin/bayi berikut yang
dikandung (Baliwati, 2004; h. 3).
Pola Konsumsi
Faktor penyebab ibu hamil yang kurang Energi Kronis mayoritas pola
konsumsi baik yaitu 60% dengan jumlah 18 ibu hamil. Pola konsumsi ini juga
dapat mempengaruhi status kesehatan ibu, dimana pola konsumsi yang kurang
baik dapat menimbulkan suatu gangguan kesehatan atau penyakit pada ibu,
(Supariasa, 2002; h. 187).
Penyakit infeksi sebelum hamil
Faktor penyebab Kekurangan Energi Kronis mayoritas tidak memiliki
penyakit infeksi sebelum hamili dengan jumlah prosentase 86,7% yaitu 26 ibu
hamil. Riwayat Penyakit dapat bertindak sebagai pemula terjadinya kurang gizi
sebagai akibat menurunya nafsu makan, adanya gangguan penyerapan dalam
saluran pencernaan atau peningkatan kebutuhan zat gizi oleh adanya penyakit.
Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang jelek
dapat mempermudah infeksi. (Manuaba 2004, h 67).
KESIMPULAN
1. Faktor penyebab ibu hamil kurang energi kronis, dari factor pendapatan
sebagian besar ibu hamil berpendapatan sedang (Rp.450.000.,- Rp.850.000.,)
yang berjumlah 16 responden dengan prosentase 53,3%.
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
49
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
2.
3.
4.
5.
6.
ISSN : 2086 - 2628
Faktor penyebab ibu hamil kurang energi kronis, dari factor Pendidikan ibu
hamil yang Kekurangan Energi Kronis (KEK) sebagian besar adalah
berpendidikan SMP yaitu 12 orang dengan prosentase 40%.
Faktor penyebab ibu hamil kurang energi kronis, dari factor Parietas ibu yang
Kekurangan Energi Kronis sebagian besar adalah parietas baik (1-2 kali
hamil) 23 ibu hamil prosentase 76,7%.
Faktor penyebab ibu hamil kurang energi kronis, dari Umur Kekurangan
Energi Kronis seblagian besar adalah umur ibu antara 21 – 35 tahun dengan
jumlah 27 ibu hamil yaitu 90%.
Faktor penyebab ibu hamil kurang energi kronis, dari Faktor Pola Konsumsi
makan ibu yang Kekurangan Energi Kronis sebagian besar adalah pola
konsumsi baik dengan jumlah 18 ibu hamil dan prosentase 60%.
Faktor penyebab ibu hamil kurang energi kronis dari.Faktor penyakit
sebelum hamil sebagian besar tidak memiliki penyakit sebelum hamil 86,7%.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Almatsier, Sunita. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Azwar, S. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Pusat Statistik RI. 2008. Rata-rata Upah Riil Per Bulan Buruh Tahun 2008.
Baliwati, Yayuk. (2004). Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya
Budiarto, Eko. (2002). Biostastika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat.
Jakarta: EGC
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Sistem Kesehatan Nasional. 2007
Jakarta: EGC
Harahap, Heryudarini. (2002). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Kurang
Energi Kronis (KEK) Pada Wanita Usia Subur (WUS). Bogor:
Departemen Kesehatan Dan Kesejahteraan Sosial.
Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika
Kusmiati, yuni. (2008). Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). yogyakarta:
Pitramaya
Lubis, Zulhaida. (2003). Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya terhadap Bayi
yang Dilahirkan: Semarang. IKM-UNNES
Manuaba, I. G. B. (2004). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Prawiroharjo,S. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Supariasa, I Dewa Nyoman. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
Varney, Helen. (2001). Buku Saku Bidan. Jakarta: EGC.
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
50
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
TINJAUAN KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN
RAWAT INAP PENYAKIT TYPHOID FEVER DI RSUD BANYUDONO
BOYOLALI TAHUN 2012
Oleh :
Sri Wahyuningsih Nugraheni, Yasinta Ruslinawati
APIKES Citra Medika Surakarta
Email : [email protected]
ABSTRAK
Rekam Medis merupakan dokumen legal yang mengandung isian tentang
identitas pasien, diagnose, terapi, pemeriksaan, pengobatan dan semua
pelayanan yang telah diberikan kepada pasien. Salah satu cara untuk menilai
pelayanan rekam medis rumah sakit yaitu dengan analisis kuantitatif.
Berdasarkan hasil survey pendahuluan di RSUD Banyudono, Boyolali diketahui
bahwa dari 10 dokumen rekam medis pasien rawat inap penyakit typhoid fever
diambil secara acak yaitu terdapat 70% dokumen yang tidak lengkap, maka dari
itu peneliti tertarik untuk meninjau kelengkapan dokumen rekam medis pasien
rawat inap penyakit typhoid fever tahun 2012. Selain itu, penyakit typhoid fever
merupakan salah satu 10 besar penyakit mengalami kenaikan selama tahun 2012.
Penelitian ini menggunakan cara penelitian non eksperimental, analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, pendekatan cross
sectional dengan populasi 312 dokumen dan sampelnya 176 dokumen. Identifikasi
variabel meliputi dokumen rekam medis pasien rawat inap penyakit typhoid fever
tahun 2012, review informasi identitas pasien, bukti rekaman, keabsahan
rekaman, tata cara pencatatan dan dokumen yang lengkap dan tidak lengkap,
instrumen yang digunakan pedoman wawancara, pedoman observasi dan
checklist.
Hasil penelitian 4 review dokumen rekam medis diperoleh pada review
informasi identitas pasien ketidaklengkapan sebanyak 149 (84.66%), bukti
rekaman ketidaklengkapan sebanyak 159 (90.34%), keabsahan rekaman
ketidaklengkapan sebanyak 159 (90.34%), tata cara pencatatan ketidaklengkapan
sebanyak 38 (21.59%). Hasil perhitungan keseluruhan dokumen yang terisi
lengkap sebanyak 0 (0.00%) sedangkan yang tidak terisi lengkap sebanyak 176
(100.00%). Dari pernyataan tersebut penulis memberikan saran sebaiknya protap
tentang kelengkapan dokumen rekam medis harus dijalankan dengan optimal,
perlu adanya peningkatan koordinasi, kerjasama, evaluasi dan pengontrolan
dokumen rekam medis yang melibatkan dari hasil kerja semua petugas yang
bertanggungjawab.
Kata kunci : Analisis kuantitatif, typhoid fever, kelengkapan dokumen.
PENDAHULUAN
Rumah sakit menurut WHO rumah sakit adalah suatu bagian menyeluruh
dari organisasi sosial dan medis berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang
lengkap kepada masyarakat, baik kuratif maupun rehabilitatif, rumah sakit juga
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
51
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biososial.
(Citra, 2011). Rumah sakit merupakan salah satu sarana penyelenggaraan
pelayanan kesehatan. Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, rumah sakit
mempunyai prosedur komplek yang melibatkan pelayanan yang menyeluruh.
Kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat antara lain
kegiatan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Setiap rumah sakit berupaya
memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien. Hal tersebut dapat
diwujudkan salah satunya perlu didukung adanya rekam medis.
Rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam
tentang identitas, anamnese, pemeriksaan fisik, laboratorium, diagnose serta
segala pelayanan dan tindakan medis yang diberikan kepada pasien, dan
pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan
pelayanan gawat darurat (DepKes RI, 2006). Rekam medis harus dibuat secara
tertulis lengkap dan jelas atau secara elektronik. Rekam medis harus dibuat segera
mungkin dan dilengkapi setelah pasien menerima pelayanan. Pembuatan rekam
medis dilakukan melalui pencatatan dan pendokumentasian hasil pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain.
Salah satu cara untuk menilai pelayanan rekam medis rumah sakit yaitu
dengan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif adalah untuk menilai kelengkapan
rekam kesehatan (RK) rawat inap dan rawat jalan yang dimiliki oleh sarana
pelayanan kesehatan. (Hatta, 2002)
RSUD Banyudono Boyolali beralamat di Jalan Raya Solo-Boyolali KM.
10, Kuwiran, Banyudono, Boyolali. Rumah sakit ini bertipe D yang mempunyai
unit pelayanan dasar yaitu Unit Rawat Inap, Unit Rawat Jalan, Unit Gawat
Darurat, dan pelayanan penunjang lainnya. Di RSUD Banyudono Boyolali,
jumlah pasien rawat inap dengan kasus typhoid fever cenderung naik turun setiap
tahunnya. Pada tahun 2012 termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit pasien
rawat inap.
Pada survei pendahuluan pada tanggal 28 Desember 2012 penulis
mengambil 10 dokumen rekam medis rawat inap dengan penyakit typhoid fever.
Dari 10 penyakit tersebut diatas diambil secara acak dalam pengisian sesuai
dengan 4 review komponen kuantitatif, yaitu review identitas pasien, review bukti
rekaman, review keabsahan rekaman dan review tata cara pencatatan yaitu
terdapat 70% dokumen yang tidak lengkap pada review bukti rekaman dan review
keabsahan rekaman item formulir asuhan keperawatan, penempelan salinan resep
dan kwitansi pembebanan pasien. Selain itu penulis juga melakukan survei awal
terhadap 10 dokumen rekam medis pasien rawat inap dengan penyakit GEA yang
berada pada urutan pertama terdapat 60% dokumen yang tidak lengkap pada
review keabsahan rekaman item formulir anamnese, perjalanan penyakit dan
asuhan keperawatan. Maka dari itu peneliti lebih cenderung memilih meneliti
dokumen rekam medis pasien rawat inap penyakit typhoid fever yang menduduki
urutan kedua dan tingkat ketidaklengkapannya paling tinggi.
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
52
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
LANDASAN TEORI
Rumah Sakit
Rumah sakit menurut UU Pasal 1 No. 44 tahun 2009 adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayananan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. Pelayanan di rumah sakit antara lain Tempat Pendaftaran Pasien Rawat
Jalan (TPPRJ), Unit/Instalasi Rawat Jalan (URJ), Unit/Instalasi Rawat Inap (URI),
Unit/Instalasi Gawat Darurat (UGD), Unit/Instalasi Rekam Medis (URM),
Instalasi Pemeriksaan Penunjang (IPP). (Shofari, 2002)
Unit Rawat Inap
Unit rawat inap atau instalasi rawat inap adalah salah satu bagian
pelayanan klinis yang melayani pasien karena keadaannya harus dirawat satu hari
atau lebih dengan berbagai jenis di dalam suatu ruangan dengan kelas perawatan
yang berbeda. (Shofari, 2002)
Unit Rekam Medis
Unit rekam medis merupakan pelayanan terdepan pada sebuah rumah
sakit. Ruang lingkup unit rekam medis dimulai dari penerimaan pasien sampai
dengan penyajian informasi kesehatan. Tugas unit rekam medis dimulai dari
pengumpulan data, pemrosesan data dan penyajian informasi kesehatan. Data
yang dikumpulkan berupa data sosial dan data medis. Data sosial didapatkan
ketika pasien mendaftar sebagai pasien, sedangkan data medis didapatkan setelah
pasien mendapat pemeriksaan dari tenaga kesehatan. (Citra, 2011)
Rekam Medis itu sendiri menurut pasal 1 Permenkes RI Nomor
269/Menkes/Per/III tahun 2008 adalah berkas yang berisikan catatatan dan
dokumen tentang identifikasi pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Tujuan dari rekam medis
adalah menunjang terciptanya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tanpa didukung suatu sistem pengolahan
rekam medis yang baik dan benar, tidak akan tercipta tertib administrasi rumah
sakit sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan tertib administrasi merupakan
salah satu faktor yang menentukan didalam upaya pelayanan kesehatan di rumah
sakit (Depkes, RI 2006). Rekam medis bertujuan untuk menunjang tercapainya
tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah
sakit. Tanpa didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan
benar, tidak akan tercipta tertib administrasi rumah sakit sebagaimana yang
diharapkan. Sedangkan tertib administrasi merupakan salah satu faktor yang
menentukan dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit (Depkes RI, 2006).
Asembling
Assembling berarti merakit, tetapi untuk kegiatan assembling berkas rekam
medis di fasilitas pelayanan kesehatan tidaklah hanya sekedar merakit atau
mengurut satu halaman ke halaman yang lain sesuai dengan aturan yang berlaku.
Beberapa parameter yang dapat dilihat untuk mengetahui mutu rekam medis
dirumah sakit khususnya yang melibatkan kegiatan assembling menurut (Citra,
2011) diantaranya:
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
53
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
1. Ketepatan waktu pengembalian
2. Kelengkapan formulir pada berkas rekam medis
3. Kelengkapan pengisian pada berkas rekam medis.
Analisis Kelengkapan Dokumen
Analisis kuantitatif adalah untuk menilai kelengkapan rekam kesehatan
(RK) rawat inap dan rawat jalan yang dimiliki oleh sarana pelayanan kesehatan.
Komponen dasar analisis kuantitatif tersebut mencakup review catatan medis yang
meliputi Review Informasi Identitas Pasien, Review Bukti Rekaman, Review
Keabsahan Rekaman, dan Review Tata Cara Mencatat.(Hatta, 2008)
Typhoid Fever
Diagnosis typhoid fever merupakan infeksi akut usus halus yang
disebabkan oleh salmonella typhi, atau jenis yang virulensinya lebih rendah yaitu
salmonella paratyphi. Demam typhoid saat ini masih sangat sering kita jumpai
dalam kehidupan sehari hari. Lebih dari 13 juta orang terinfeksi kuman ini di
seluruh dunia dan 500.000 diantaranya meninggal dunia. Secara global,
diperkirakan 17 juta orang mengidap penyakit ini tiap tahunnya. Kebanyakan
penyakit ini terjadi pada penduduk negara dengan pendapatan yang rendah,
terutama pada daerah Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Latin. Kasus demam
typoid di Indonesia, cukup tinggi berkisar 354 - 810/100.000 per tahun. Penyakit
demam typoid termasuk penyakit yang mengakibatkan angka kejadian luar biasa
(KLB) yang terjadi di Jawa Tengah, pada tahun 2003 menempati urutan ke 21 dari
22 (4,6 %) dari penyakit yang tercatat. Demam typhoid merupakan salah satu dari
penyakit infeksi terpenting. Penyakit ini endemik diseluruh daerah di provinsi ini
dan merupakan penyakit infeksi terbanyak keempat yang dilaporkan dari seluruh
24 kabupaten. (Depkes RI, 2008).
Demam tifoid dan paratifoid merupakan penyakit infeksi usus halus.
Sinonim dari demam tifoid dan paratifoid adalah typhoid dan paratyphoid fever,
enteric fever, tifus, dan paratifus abdominalis. Deman paratifoidmenunjukkan
manifestasi yang sama dengan tifoid, namun biasanya lebih ringan. Etiologi
demam tifoid adalah salmonella typhi. Sedangkan demam paratifoid disebabkan
oleh organisme yang termasuk dalam spesies salmonella enteritidis, yaitu S.
enteretidis bioserotipe paratyphi A, S. enteretidis bioserotipe paratyphi B, S.
enteretidis bioserotipe paratyphi C. Kuman- kuman ini lebih dikenal dengan
nama S.paratyphi A, S. Schottmuelleri, dan S. Hirschfeldii. Demam tifoid dan
paratifoid endemik di Indonesia. Penyakit ini jarang ditemukan secara epidemik,
lebih bersifat sporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang terjadi lebih
dari satu kasus pada orang-orang serumah. Di Indonesia demam tifoid dapat
ditemukan sepanjang tahun dan insidens tertinggi pada daerah endemik terjadi
pada anak-anak. Terdapat dua sumber penularan S.typhi, yaitu pasien dengan
demam tifoid dan lebih sering, karier. Di daerah endemik, transmisi terjadi
melalui air yang tercemar S. typhi, sedangkan makanan yang tercemar oleh karier
merupakan sumber penularan di daerah non endemik. (Aesculapius, 2000)
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
54
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
Filing
Menurut (Shofari, 2002) bagian filing adalah suatu bagian dalam unit
rekam medis sebagai tempat penyimpanan dokumen rekam medis yang telah
dilengkapi sesuai prosedur tetap oleh petugas rekam medis.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan cara penelitian non eksperimental, analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu
mendeskripsikan tentang kelengkapan dokumen rekam medis pasien rawat inap
penyakit typhoid fever di RSUD Banyudono Boyolali tahun 2012 dalam bentuk
hasil analisis kuantitatif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
cross sectional, yaitu variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi
dalam penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan atau dalam waktu yang
bersamaan. (Notoatmodjo S, 2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh formulir dokumen rekam
medis pasien rawat inap penyakit typhoid fever di RSUD Banyudono Boyolali
tahun 2012, dengan total populasi sebanyak 312 dokumen yang diperoleh dari
indeks penyakit. Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan rumus Slovin,
diperoleh sampel yang akan diteliti sebanyak 176 dokumen dari 312 total
populasi. Teknik pengambilan sampel dengan random sample atau acak dengan
jenis pengambilan sampel secara acak sederhana (simple random sampling) yaitu
dengan melakukan undian (untung-untungan) terhadap populasi penyakit typhoid
fever tahun 2012. (Arikunto, 2010; Notoatmodjo S, 2010)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
RSUD Banyudono Boyolali mempunyai 11 pelayanan URJ terdiri dari
IGD 24 jam, poli spesialis bedah, dalam, anak, kebidanan dan kandungan
(obsgyn), kulit, saraf, umum, fisioterapi, dan okupasi terapi. Untuk pelayanan URI
RSUD Banyudono Boyolali mempunyai 6 bangsal perawatan yaitu Anggrek,
Melati, Kenanga, Anyelir, Mawar, dan Dahlia, dengan 4 kelas perawatan yaitu
kelas VIP, I, II, dan III dengan jumlah tempat tidur keseluruhan 77.
Organisasi rekam medis ini dikepalai oleh kepala unit rekam medik yaitu
seseorang yang diberi tugas, tanggungjawab dan wewenang yang kegiatannya
dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Sub Bagian rekam medis yang
membawahi 4 urusan yaitu urusan perencanaan, melakukan fungsi penggerakan
dan pelaksanaan, melakukan fungsi pengawasan, penilaian dan pengendalian dan
melakukan tugas lain dengan izin atau dengan penugasan. Koordinator urusan
rekam
medis
mempunyai
tanggungjawab
dan
wewenang
dalam
menyelenggarakan pengelolaan kegiatan pelayanan rekam medik di rumah sakit,
agar sesuai dengan kebijakan dan ketentuan yang telah ditetapkan untuk
mewujudkan visi, misi dan tujuan rumah sakit.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas rekam medis di RSUD
Banyudono Boyolali tanggal 2 Februari 2013 jam 10.00 WIB sebagai berikut :
1. Ketidaklengkapan dokumen di RSUD Banyudono dipengaruhi beberapa hal
yaitu kurangnya sumber daya manusia karena petugas rekam medik jumlah
petugasnya ada 7 orang, sedangkan pasien yang berkunjung untuk berobat
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
55
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
sangat banyak, jumlah kunjungan pasien rawat inap ± 30 pasien/hari,
kurangnya koordinasi antar petugas jaga instalasi guna mendukung
peningkatan pelayanan kesehatan, kurangnya ketelitian petugas dalam
melakukan penelitian kelengkapan dokumen rekam medis pasien sehingga
menyebabkan kualitas informasi yang dihasilkan menjadi rendah, dan
kurangnya kesadaran dokter, perawat dan tenaga medis untuk mengisi
ketidaklengkapan dokumen rekam medis sehingga sering mengabaikan item
yang seharusnya diisi.
2. Di RSUD Banyudono Boyolali sudah ada protap yang mengatur tentang
kelengkapan pengisian dokumen rekam medis, tetapi petugas belum
melaksanakannya dengan baik, dikarenakan kurangnya kerjasama antara
petugas medis (dokter, perawat dan tenaga medis) dan kurangnya kesadaran
akan pentingnya dokumen rekam medis diisi secara lengkap.
3. Ketidaklengkapan dokumen rekam medis dapat mempengaruhi suatu mutu
pelayanan. Di RSUD Banyudono Boyolali, dokumen rekam medis merupakan
suatu berkas yang berisikan data-data penting pasien yang wajib dilengkapi,
guna pencapaian dari pelaksanaan protap yang berlaku di rumah sakit tersebut,
selain itu sebagai standar keputusan yang ditetapkan untuk selalu dijalankan
petugas serta arsip penting apabila ada gugatan hukum atau penyidikan dari
pihak luar yang membutuhkan informasi dari pasien, dokumen rekam medis
dapat menjadi bukti tertulis untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,
misal tuduhan malpraktek maka dokumen rekam medis harus lengkap dan
akurat.
Hasil Observasi di RSUD Banyudono Boyolali mengenai kelengkapan
dokumen rekam medis pasien rawat inap pada penyakit typhoid fever yaitu:
1. Sumber daya manusia di RSUD Banyudono Boyolali khususnya petugas rekam
medik jumlah petugas ada 7 orang yaitu pada bagian pendaftaran 4 orang
petugas dan kebanyakan lulusan SMA, hanya ada 1 orang petugas yaitu lulusan
D3 Keperawatan. Bagian filing hanya 1 orang petugas yaitu lulusan SMA dan
2 orang petugas lainnya di Instalasi Rekam Medik yaitu lulusan D3 Rekam
Medis yangtugasnya merangkap semua bagian (assembling, coding, indexing,
pelaporan dan analising), oleh sebab itu dalam menyelesaikan tugasnya kurang
optimal. Rerata kunjungan per hari pada tahun 2012 yaitu ±30 pasien/hari
2. Adapun 13 jenis formulir penyakit typhoid fever di RSUD Banyudono
Boyolali, antara lain ringkasan masuk dan keluar, anamnesa, grafik, perjalanan
penyakit, rencana keperawatan, catatan tindakan dan perkembangan, asuhan
keperawatan, resume keperawatan pasien keluar, ringkasan keluar, hasil
pemeriksaan laboraturium dan x-ray/ foto, daftar pemakaian infus,
penempelan, salinan resep dan kwitansi pembebanan pasien.
3. Kegiatan yang dilakukan di RSUD Banyudono mengenai analisis kelengkapan
dokumen rekam medis rawat inap belum dilakukan secara optimal, selain itu
alur dokumen rekam medis yang kembali dari bangsal, tidak sesuai dengan alur
yang telah ada, seharusnya dokumen dianalisisterlebih dahulu kelengkapannya,
sedangkan pada kenyataannya dokumen tersebut meskipun belum lengkap
langsung dikembalikan ke filing setelah selesai pelayanan. Kegiatan ini perlu
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
56
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
adanya penanganan lebih lanjut, untuk penyelesaian dokumen rekam medis
rawat inap yang masih tidak lengkap.
4. Berdasarkan Prosedur tetap (Protap) mengenai kelengkapan dokumen rekam
medis di RSUD Banyudono Boyolali sudah ada, dokumen rekam medis
merupakan suatu berkas yang berisikan data-data penting pasien yang wajib
dilengkapi, namun petugas belum menjalankan secara optimal sesuai dengan
kebijakan yang ditetapkan rumah sakit guna pencapaian dari pelaksanaan
protap yang berlaku di rumah sakit tersebut, selain itu sebagai standar
keputusan yang ditetapkan untuk selalu dijalankan oleh petugas.
Hasil Analisis Kuantitatif Dokumen Rekam Medis Rawat Inap Pasien
Typhoid Fever di RSUD Banyudono Boyolali Tahun 2012 berdasarkan 4 review
analisis kuantitatif sebagai berikut :
1. Review Identitas Pasien
Menilai bagian tertentu dari isi rekam medis sehingga mengetahui
prosentase kelengkapan dan ketidaklengkapan dalam pengisian sesuai dengan
beberapa item identitas pasien yaitu nomor rekam medis, nama lengkap, umur,
alamat, jenis kelamin, agama dan ruang. Kelengkapan tertinggi pada formulir
ringkasan masuk keluar dan anamnese sebanyak 176 formulir dengan
prosentase 100.00%. Ketidaklengkapan tertinggi pada item agama terdapat
pada formulir ringkasan keluar sebanyak 149 formulir dengan prosentase
84.66%. Berdasarkan hasil rekapan per review dokumen rekam medis pasien
rawat inap penyakit typhoid fever di RSUD Banyudono Boyolali tahun 2012
didapat dokumen tidak lengkap pada review informasi identitas pasien
sebanyak 176 (100.00%)
2. Review Bukti Rekaman
Menilai bagian tertentu dari isi rekam medis sehingga mengetahui
prosentase kelengkapan dan ketidaklengkapan dalam pengisian sesuai dengan
beberapa item yaitu tanggal, jam, dan laporan yang seharusnya ada.
Kelengkapan tertinggi pada item tanggal dan jam terdapat pada formulir
ringkasan masuk keluar sebanyak 176 formulir dengan prosentase 100.00%
sedangkan ketidaklengkapan tertinggi pada item jam terdapat pada formulir
rencana keperawatan sebanyak 159 formulir dengan prosentase 90.34%.
3. Review Keabsahan Rekaman
Menilai bagian tertentu dari isi rekam medis sehingga mengetahui
prosentase kelengkapan dan ketidaklengkapan dalam pengisian sesuai dengan
beberapa item yaitu tanda tangan dan nama terang. Kelengkapan tertinggi pada
item tanda tangan terdapat pada formulir ringkasan masuk dan keluar sebanyak
176 formulir dengan prosentase 100.00% sedangkan ketidaklengkapan
tertinggi padaitem nama terang terdapat pada formulir catatan tindakan dan
perkembangan sebanyak 159 formulir dengan prosentase 90.34%. Berdasarkan
hasil rekapan per review dokumen rekam medis pasien rawat inap penyakit
typhoid fever di RSUD Banyudono Boyolali tahun 2012 didapat dokumen tidak
lengkap pada review keabsahan rekaman sebanyak 176 (100.00%)
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
57
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
4. Review Tata Cara Pencatatan
Menilai bagian tertentu dari isi rekam medis sehingga mengetahui
prosentase kelengkapan dan ketidaklengkapan dalam pengisian sesuai dengan
beberapa item yaitu cara penghapusan (tipe-x), coretan tanpa paraf dan
kejelasan kata. Kelengkapan tertinggi pada item tipe-x, coretan tanpa paraf dan
kejelasan kata terdapat pada formulir ringkasan masuk keluar, anamnese,
grafik dan hasil lab. dan x-ray/ foto sebanyak 176 formulir dengan prosentase
100.00% sedangkan ketidaklengkapan tertinggi pada item coretan tanpa paraf
terdapat pada formulir daftar pemakaian infuse sebanyak 38 formulir dengan
prosentase 21.59%. Dokumen tidak lengkap pada review tata cara pencatatan
sebanyak 176 (100.00%)
5. Hasil Analisis Kuantitatif yang Lengkap dan Tidak Lengkap.
Dokumen rekam medis pasien Typhoid Fever yang lengkap dengan
prosentase 0.00% sedangkan dokumen rekam medis pasien Typhoid Fever
yang tidak lengkap dengan prosentase 100.00% Banyudono Boyolali Tahun
2012.
Pembahasan
Adapun hasil analisis kuantitatif pada dokumen rekam medis rawat inap
pasien typhoid fever di RSUD Banyudono Boyolali Tahun 2012, berdasarkan 4
review adalah sebagai berikut:
Review Informasi Identitas Pasien
Berdasarkan hasil analisis kuantitatif review informasi identitas pasien
pada dokumen rekam medis pasien rawat inap typhoid fever di RSUD Banyudono
Boyolali tahun 2012 yaitu kelengkapan tertinggi pada item no.rm, nama, umur,
alamat, jenis kelamin, agama dan ruang terdapat pada formulir ringkasan masuk
keluar dan anamnese dengan prosentase sebesar 100.00% artinya dari 176
dokumen yang diteliti semua dokumen terisi lengkap sedangkan ketidaklengkapan
tertinggi pada item agama terdapat pada formulir ringkasan dengan prosentase
84.66% artinya dari 176 dokumen yang diteliti 149 dokumen tidak terisi lengkap.
Berdasarkan hasil rekapan per review dokumen rekam medis pasien rawat inap
penyakit typhoid fever di RSUD Banyudono Boyolali tahun 2012 didapat
dokumen tidak lengkap pada review informasi identitas pasien sebanyak 100.00%
artinya dari 176 dokumen yang diteliti semua dokumen tidak terisi lengkap.
Faktor ketidaklengkapan adalah karena item-item tersebut sudah ada pada
formulir sebelumnya saat petugas mendaftar sehingga petugas medis menganggap
bahwa item tersebut tidak perlu dicantumkan lagi. Disamping itu juga kurangnya
sumber daya manusia karena tenaga kerjanya terbatas serta kurangnya ketelitian
petugas instalasi rekam medis dalam melakukan penelitian kelengkapan dokumen
rekam medis pasien sehingga menyebabkan kualitas informasi yang dihasilkan
menjadi rendah. Padahal identitas pasien tersebut sangat penting guna melengkapi
identitas pasien dan kesinambungan pelayanan, jika formulir ada yang tercecer,
petugas akan kesulitan menemukan dokumen yang akan dicari.
Adapun cara yang dilakukan oleh para petugas untuk mengurangi
ketidaklengkapan dalam review identifikasi ini mencetak label identitas pasien
dan akan ditempelkan pada formulir dan hal ini dilakukan tidak pada semua
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
58
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
formulir. Menurut Hatta (2008) bahwa identitas merupakan identitas yang melekat
pada pribadi pasien dan sangat penting, misalnya nama, tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, alamat dan lain-lain termasuk nomor rekam medis yang diberikan
kepadanya. identitas yang jelas dan lengkap merupakan alat bukti utama yang
mampu membenarkan adanya pasien yang telah mendapatkan berbagai hasil
pemeriksaan dan pengobatan disarana pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu item
identitas pasien yang telah disediakan dalam setiap formulir agar diisi dengan
lengkap.
Review Bukti Rekaman
Berdasarkan hasil analisis kuantitatif kelengkapan pengisian menunjukan
bahwa dokumen rekam medis pasien rawat inap pada penyakit typhoid fever di
RSUD Banyudono Boyolali tahun 2012 yaitu kelengkapan tertinggi pada item
tanggal dan jam terdapat pada formulir ringkasan masuk keluar dengan prosentase
100.00% artinya dari 176 dokumen yang diteliti semua dokumen terisi lengkap
sedangkan ketidaklengkapan tertinggi pada item jam terdapat pada formulir
rencana keperawatan dengan prosentase 90.34% artinya dari 176 dokumen yang
diteliti 159 dokumen tidak terisi lengkap. Berdasarkan hasil rekapan per review
dokumen rekam medis pasien rawat inap penyakit typhoid fever di RSUD
Banyudono Boyolali tahun 2012 didapat dokumen tidak lengkap pada review
bukti rekaman sebanyak 100.00% artinya dari 176 dokumen yang diteliti semua
dokumen tidak terisi lengkap.
Faktor ketidaklengkapan yaitu kurangnya kesadaran ataupun ketelitian
petugas medis untuk menyertakan tanggal dan jam pelayanan setiap melakukan
pemeriksaan terhadap pasien sehingga masih ada yang tidak lengkap atau masih
banyak yang kosong pada item tanggal dan jam pelayanan pada kolom yang
disediakan dalam setiap lembar formulir serta kurangnya sosialisasi adanya protap
yang berlaku di rumah sakit. Kurangnya pemahaman tentang pentingnya bukti
rekaman sebagai petunjuk perjalanan penyakit seorang pasien dan penentuan
tindakan kepada pasien, misalnya saat melakukan operasi. Menurut Hatta (2008),
bahwa setiap melakukan pelayanan pasien harus menyertakan bukti rekaman
adanya jam, tanggal dan laporan-laporan yang seharusnya ada dengan
kelengkapan adanya hasil dan pencatatan yang lengkap dan akurat sangat
membantu dalam pengambilan keputusan tentang terapi, tindakan dan penentuan
diagnosis pasien serta kesinambungan pelayanan. Hal tersebut sangat penting
karena untuk mengetahui kapan dan jam berapa pasien tersebut dilakukan
pemeriksaan serta laporan apa saja yang harus ada sesuai perjalanan panyakit
pasien. Apabila hal tersebut tidak dilaksanakan maka dapat berakibat informasi
yang terkandung dalam dokumen rekam medis pasien kurang akurat karena
laporan tersebut tidak jelas kapan dan jam berapa pasien tersebut dilakukan
pemeriksaan.
Review Keabsahan Rekaman
Berdasarkan hasil analisis kuantitatif kelengkapan pengisian menunjukan
bahwa dokumen rekam medis pasien rawat inap pada penyakit typhoid fever di
RSUD Banyudono Boyolali tahun 2012 yaitu kelengkapan tertinggi pada item
tanda tangan terdapat pada formulir ringkasan masuk dan keluar dengan
prosentase 100.00% artinya dari 176 dokumen yang diteliti semua dokumen terisi
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
59
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
lengkap sedangkan ketidaklengkapan tertinggi pada item nama terang terdapat
pada formulir catatan tindakan dan perkembangan prosentase 90.34% artinya dari
176 dokumen yang diteliti 159 dokumen tidak terisi lengkap. Berdasarkan hasil
rekapan per review dokumen rekam medis pasien rawat inap penyakit typhoid
fever di RSUD Banyudono Boyolali tahun 2012 didapat dokumen tidak lengkap
pada review keabsahan rekaman sebanyak 100.00% artinya dari 176 dokumen
yang diteliti semua dokumen tidak terisi lengkap.
Faktor ketidaklengkapan dokumen dipengaruhi oleh ketidaklengkapan
item tanda tangan dan nama terang yang sering tidak terisi, sesuai hasil
pengamatan hal ini menyebabkan dokumen rekam medis pasien rawat inap pada
penyakit typhoid fever di RSUD Banyudono Boyolali tahun 2012 menjadi tidak
lengkap karena kurangnya ketelitian petugas instalasi rekam medis dalam
melakukan penelitian kelengkapan dokumen rekam medis pasien. Selain itu
tingginya beban kerja dokter, perawat atau tenaga medis yang lainnya. Banyaknya
pasien berobat setiap harinya yang menjadi faktor ketidaklengkapan dalam
membubuhkan nama dan tanda tangan atau paraf disetiap formulir. Kurangnya
pemahaman tentang pentingnya keabsahan rekaman sebagai bukti otentik telah
diberikannya pelayanan kepada pasien, sehingga kualitas pelayanan yang
dihasilkan tidak akurat. Menurut Hatta (2008), bahwa para dokter, perawat atau
tenaga medis harus membubuhkan tanda tangan dan nama terang setiap
melakukan pencatatan hasil pemeriksaan terhadap pasien setelah menerima
pelayanan di rumah sakit sesuai dengan kewenangan yang telah ada serta
berfungsi sebagai tanda bukti otentik yang dapat dipertanggungjawabkan secara
hukum.
Review Tata Cara Pencatatan
Berdasarkan hasil analisis kuantitatif kelengkapan pengisian menunjukan
bahwa dokumen rekam medis pasien rawat inap pada penyakit typhoid fever di
RSUD Banyudono Boyolali tahun 2012 yaitu kelengkapan tertinggi pada item cat
penghapus (tipe-x), coretan tanpa paraf dan kejelasan kata terdapat pada formulir
ringkasan masuk keluar, anamnese, grafik dan hasil lab. dan x-ray/ foto prosentase
100.00% artinya dari 176 dokumen yang diteliti semua dokumen terisi lengkap
sedangkan ketidaklengkapan tertinggi pada item coretan tanpa paraf terdapat pada
formulir daftar pemakaian infuse dengan prosentase 21.59% artinya dari 176
dokumen yang diteliti 38 dokumen tidak terisi lengkap. Berdasarkan hasil rekapan
per review dokumen rekam medis pasien rawat inap penyakit typhoid fever di
RSUD Banyudono Boyolali tahun 2012 didapat dokumen tidak lengkap pada
review tata cara pencatatan sebanyak 100.00% artinya dari 176 dokumen yang
diteliti semua dokumen tidak terisi lengkap.
Faktor ketidaklengkapan antar item-item tersebut karena kurangnya
kesadaran petugas medis dalam melakukan pencatatan sesuai protap yang
ditentukan oleh Rumah Sakit. Selain itu pihak dokter, perawat atau tenaga medis
lainnya menuliskan kata-kata dalam formulir pemeriksaan kurang jelas sehinga
sulit dibaca dan dimengerti oleh orang lain, terkadang harus bertanya antara satu
sampai dua orang untuk bisa membacanya. Hal ini menyebabkan dokumen
tersebut menjadi tidak lengkap. Menurut Depkes (2006), bahwa semua pencatatan
harus ditanda tangani oleh dokter, perawat atau tenaga medis lainnya sesuai
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
60
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
dengan kewenangannya setelah menerima pelayanan di rumah sakit dan
membubuhkan nama terang serta diberi tanggal, penghapusan dengan cara apapun
tidak diperbolehkan, karena perbaikan kesalahan merupakan aspek yang sangat
penting dalam dokumentasi.
Hasil Analisis Kuantitatif yang Lengkap dan Tidak Lengkap.
Berdasarkan hasil analisis kuantitatif tabel 4.5 menunjukkan bahwa
kelengkapan dokumen rekam medis pasien typhoid fever sebesar 0.00% artinya
dari 176 dokumen yang diteliti semua dokumen tidak lengkap sedangkan
ketidaklengkapan dokumen rekam medis pasien typhoid fever sebesar 100.00%
artinya dari 176 dokumen yang diteliti semua dokumen tidak lengkap.
Faktor ketidaklengkapan tersebut disebabkan dari 4 review komponen
analisis kuantitatif dapat dipastikan setiap dokumen rekam medis pasien yang
diteliti ada salah satu review yang tidak lengkap. Selain itu petugas instalasi rekam
medis kurang teliti dalam melakukan penelitian kelengkapan dokumen rekam
medis pasien sehingga prosedur tetap yang ada belum dapat terlaksana dengan
optimal. Kurangnya kerjasama yang baik antara pihak-pihak yang berwenang dan
bertanggungjawab terhadap kelengkapan pengisian dokumen rekam medis pasien
rawat inap pada penyakit typhoid fever di RSUD Banyudono Boyolali. Apabila
faktor-faktor tersebut tidak segera diatasi atau dicegah dalam meneliti
kelengkapan dokumen rekam medis maka dapat mempengaruhi mutu pelayanan
rumah sakit.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan kelengkapan dokumen rekam medis
pasien rawat inap penyakit typhoid fever di RSUD Banyudono Boyolali tahun
2012 dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu
1. Hasil penelitian 4 review dokumen rekam medis diperoleh pada review
informasi identitas pasien ketidaklengkapan sebanyak 149 (84.66%), bukti
rekaman ketidaklengkapan sebanyak 159 (90.34%), keabsahan rekaman
ketidaklengkapan sebanyak 159 (90.34%), tata cara pencatatan
ketidaklengkapan sebanyak 38 (21.59%). Hasil perhitungan keseluruhan
dokumen yang terisi lengkap sebanyak 0 (0.00%) sedangkan yang tidak terisi
lengkap sebanyak 176 (100.00%).
2. Faktor ketidaklengkapan disebabkan dari 4 review komponen analisis
kuantitatif dapat dipastikan setiap dokumen rekam medis pasien yang diteliti
ada salah satu review yang tidak lengkap. Selain itu petugas instalasi rekam
medis kurang teliti dalam melakukan penelitian kelengkapan dokumen rekam
medis pasien sehingga prosedur tetap yang ada belum dapat terlaksana dengan
optimal. Kurangnya kerjasama yang baik antara pihak-pihak yang berwenang
dan bertanggungjawab terhadap kelengkapan pengisian dokumen rekam medis
pasien rawat inap pada penyakit typhoid fever di RSUD Banyudono Boyolali.
DAFTAR PUSTAKA
Aesculapius, Media. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI.
Jakarta.
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
61
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.
Jakarta.
Citra, B. S. 2011. Manajemen Unit Kerja Rekam Medis. Quantum Sinergis Media.
Yogyakarta.
DepKes RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah
Sakit di Indonesia. Revisi II. Jakarta.
Hatta, Gemala R. 2008. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan. Universitas Indonesia. Jakarta.
Notoadmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta.
Jakarta.
Shofari, Bambang. 2002. Pengelolaan Rekam Medis Dan Dokumentasi Rekam
Medis. Semarang : PORMIKI.
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
62
Download