Penerapan Metode SAVI Dan Metode Make A Match Pada

advertisement
180
Penerapan Metode SAVI Dan Metode Make A Match Pada Pembelajaran
IPA Terpadu di SMP 1 BARRU
Nur Amaliah Akhmad,
Prodi Biologi STKIP Pembangunan Indonesia Makassar
[email protected]
Abstrak – Tingginya minat belajar siswa dalam belajar IPA namun kurangnya pemanfaatan sarana dan media teknologi
membuat siswa merasa jenuh untuk belajar. Tujuan penelitian ini di SMP 1 Barru kelas VIII untuk melihat perbedaan hasil
belajar siswa sebelum dan setelah diberikan perlakuan dengan metode SAVI dan make a match. Manfaat penelitian ini untuk
meningkatkan mutu dan hasil belajar IPA siswa serta meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar. Penelitian in
merupakan penelitian quasi eksperiman dengan desain Pretest-Postest Nonequivalent-Group Design yang melibatkan dua
kelas, yaitu kelas yang menggunakan metode SAVI dan make a match. Siswa kedua kelas memiliki hasil belajar awal IPA
yang relatif sama. Data dikumpulkan melalui tes hasil belajar, observasi dan angket respon yang dianalisis secara deskriptif
dan inferensial(uji-T) pada α=0,05. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa; terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar
antara kelompok SAVI dan make a match. Kedua kelompok mendapat respon yang baik setelah diberikan perlakuan.
Kata kunci: SAVI, Make A Match, Hasil Belajar
Abstract – The high interest in student learning science, but the lack of utilization of facilities and media technologies that
make students felt bored to studying.The purpose of this study in SMP 1 Barru at class VIII is to see a difference te result of
student before and after giving treatment with SAVI and Make a match methods. The benefits of this research are to improve
the quality and the result of students in learning Science and to increase students’ interest and motivation in learning Science.
This Research is quasi-experimental research and designedby Pretest-Posttest Nonequivalent-group design involving two
classes, which uses the SAVI method and Make a match methods. Theresult of studeny using both methods are relatively
similar. Data are gathered through achievement test, observation and questionnaire responses were that are analyzed by
descriptive and inferential (T-test) at α = 0.05. The cocludes in this research that: there are differences in increase the result
of learning between group SAVI and make a match. Both groups received a positive respon after given treatmen.
Key words: SAVI, Make A Match, The result of learning
I. PENDAHULUAN
Salah satu upaya meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah yaitu melalui perbaikan proses belajar mengajar.
Untuk mencapai kompetensi lulusan pendidikan yang lebih
baik artinya harus ada kerangka dan struktur pendidikan,
maka disinilah peran kurikulum sebagai tingkat satuan
pendidikan [13].
Kurikulum yang saat ini berlaku di Indonesia
adalah kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan
scientific approach dan bersifat konstruktivisme, Piaget
menyatakan
“pada proses belajar ini, anak akan
membangun sendiri skemanya serta membangun konsep
melalui pengalamannya” [14]. Salah satu mata pelajaran
siswa dituntut untuk membangun konsep melalui
pengalamannya adalah sains. Sains juga dikenal dengan
istilah pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) yang
memiliki ciri khusus yaitu; mempunyai nilai ilmiah dan
kebenaran dibuktikan semua orang menggunakan metode
ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh
penemunya [16]. Oleh karena itu sains merupakan ilmu
yang berkembang seiring dengan perkembangan waktu.
Pembaharuan pembelajaran sains di sekolah dapat
ditempuh dengan mengacu pada prioritas penekanan
permasalahan yang dihadapi. Terdapat berbagai alternatif
pemecahan masalah dalam pembelajaran sains, salah satu
diantaranya adalah alternatif yang memberikan penekanan
pada metode sains sebagai bahan pembelajaran di sekolah.
Alternatif ini berpedoman pada pandangan bahwa yang
paling penting dalam pembelajaran sains di sekolah ialah
memberi bekal kepada anak didik untuk belajar sains,
sehingga motivasi belajar siswa menjadi lebih baik [8].
Motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh lingkungan
dan pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran, aktivitas
yang dilakukan secara fisiologis maupun psikologisnya,
dimana fisiologis siswa yang belajar langsung menerapkan
ilmu tersebut sedangkan secara psikologis dilihat proses
mentalnya misalnya; berfikir, memahami, menyimpulkan
atau proses menganalisa sesuatu [12]. Hasil belajar yang
baik tentu dipengauruhi oleh banyak faktor baik dari segi
metode pengajaran guru, tekhnik pembelajaran bahkan
sangat terkait dengan kemauan belajar anak. Siswa yang
berperestasi tinggi memiliki orientasi belajar yang lebih baik
namun memiliki ego yang tinggi dan kurangnya rasa
berbagi pengatahuan dengan teman yang lain [5]. Berbeda
hal nya dengan siswa yang memiliki prestasi belajar rendah
yang tidak memikirkan posisi yang tinggi dikelas, bahkan
tidak memiliki sifat kompetitif dan kurang percaya diri,
motivasi belajar yang kurang namun mereka masih berusaha
untuk belajar [11].
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017
MIPA Open & Exposition 2017
181
Secara umum siswa menunjukkan minat yang
besar terhadap pembelajaran IPA, namun kurangnya cara
mendesain pembelajaran IPA disekolah membuat siswa
merasa jenuh untuk belajar. Akan tetapi hasil belajar siswa
yang tidak maksimal bukanlah kesalahan guru sepenuhnya
dari cara mengajar guru tetapi karakter siswa yang berbedabeda menjadikan proses pembelajaran tidak dapat diserap
secara menyeluruh oleh siswa. Oleh karena itu dituntut
kreatif menciptakan metode atau gaya belajar yang sesuai
dengan keadaan kelas yang [6].
Banyak nya model dan metode pembelajaran yang
telah didesain oleh para ahli diantaranya SAVI dan make a
match, kedua metode ini merupakan sama-sama cara belajar
yang aktif dan masih kurang digunakan disekolah. SAVI
(somatic, auditori, visual dan intelektual) menekankan
pembelajaran yang mengajak siswa mencari tau teori
dengan
eksperimen-eksperiman
sederhana
dengan
menggunakan keseluruhan indranya. SAVI diperkenalkan
oleh Dave Meier dengan accelerated learning, prinsipnya
metode ini melibatkan seluruh tubuh atau pikiran dengan
segala emosi, indra dan sarafnya sehingga pengetahuan
bukanlah sesuatu yang diserap oleh sipemblejajar melainkan
disciptakan oleh pembelajar [12].
Berbeda denganmake a match siswa ditekankan
belajar secara kelompok dan bekerjasama untuk
memecahkan sebuah masalah. Make a match diperkenalkan
oleh lorna curran tahun 1994, dalam metode ini siswa
belajar dengan mencari pasangan dengan menggunakan
kartu pertanyaan dan mencari jawabannya[9]. Berdasarkan
uraian diatas maka masalah yang ingin di ketahui dalam
pebelitian ini adalah; (1) Bagaimanakah peningkatan hasil
belajar siswa?, (2) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar
siswa?, (3) Bagaimanakah respon siswa setelah diajar?,
dengan menggunakan metode SAVI dan Make A Match.
III. METODE PENELITIAN/EKSPERIMEN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuantitaif dengan penelian quasi eksperiman. Desain
penelitian yang digunakan adalah pretest-postest
nonequivalent-group design. Desain ini membandingkan
dua kelas dengan melihat hasil belajar siswa sebelum dan
setelah perlakuan menggunakan metode SAVI dan make a
match.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII
SMP 1 Barru dengan jumalah siswa 243 orang yang dibagi
menjadi 9 kelas. Pengambilan sampel dengan menggunakan
metode purposive sampling. Pertimbangan yang diambil
yaitu melihat tingkat hasil belajar siswa yang rendah maka
diambillah kelas VIII7 dan VIII8. Instrumen yang
digunakan untuk melihat perbandingan hasil belajar siswa
adalah tes hasil belajar kognitif dan untuk melihat
keseharian siswa maka digunakan juga instrument hasil
belajar afektif dan psikomotorik siswa. Analisis yang
digunakan ada dua yaitu deskriptif dan inferensial
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang diperoleh untuk melihat
perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan setelah perlakuan
dengan menggunakan metode SAVI dan make a match pada
siswa kelas VIII di SMP 1 Barru di Sulawesi Selatan.
Metode SAVI dan make a match ini gunakan sesuai
dengan karakteristik siswa pada awal pengamatan yang
dilakukan. Berdasarkan observasi awal pada kelompok make
a match menunjukkan kelompok terlihat susah diatur
dengan adanya geng kecil pada kelas ini, sehingga
kelompok ini diberikan matode make a match untuk
meningkatkan sikap sportif dan kerjasama siswa. Berbeda
halnya dengan kelompok SAVI yang memiliki karakteristik
kelas yang cukup tenang dengan siswa yang terlihat mampu
mengendalikan kelas dengan baik sehingga kelas ini
diberikan metode SAVI. Untuk melihat perbedaan hasil
belajar sebelum dan setelah perlakuan pada kedua kelompok
dapat dilihat pada Tabel dibawah.
Tabel 1. Hasil Belajar Kelompok SAVI
dan Make A Match
Skor
SAVI
Pretest
Make A Match
Posttest
Pretest
Posttest
Jumlah peserta didik
27
27
27
27
Rata-rata
1,2
2,55
1,4
2,23
Maksimum
2,00
3,73
2,00
3,60
Terendah
0,67
2,00
0,80
1,50
Standar Deviasi
0,301
0,48
0,301
0,55
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada dasarnya kedua
kelompok mengalami peningkatan hasil belajar ditunjukkan
rata-rata peningkatan hasil belajar sebelum perlakuan dan
setelah perlakuan. Pada tabel 1 pretest untuk kelompok
SAVI memiliki predikat 1,20 (D+), selanjutnya diberikan
posttest setelah perlakuan sehingga rata-rata nilai yang
diperoleh siswa meningkat menjadi 2,55 (B-). Sedangkan
untuk kelompok yang diberikan perlakuan dengan metode
make a match sebelum perlakuan rata-rata nilai pretest yang
diperoleh siswa yaitu 1,47 (D+) setelah perlakuan
peningkatan rata-rata nilai posttest menjadi 2,23(C+).
Perbedaan peningkatan nilai rata-rata hasil belajar
menunjukkan ternyata metode yang digunakan dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk melihat perbadaan
hasil belajar siswa yang lebih nyata dilakukan uji N-gain
seperti gambar dibawah.
Gamar 1Peningkatan Hasil Belajar IPA Siswa Antara
kelompok SAVI dan Make a match
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017
MIPA Open & Exposition 2017
182
Dari Gambar 1 memperlihatkan peningkatan
hasil belajar kelompok SAVI memiliki peningkatan hasil
belajar yang berada di kategori tinggi sedangkan kelompok
make a match dikategorikan rendah. Sebanyak 17 orang
siswa memiliki peningkatan hasil belajar yang tinggi
dikelompok SAVI, sedangkan kelompok make a match
sebanyak 3 orang. Namun untuk kelompok make a match
masih ada 16 siswa peningkatan hasil belajarnya masih
dikatergorikan rendah. Selain melihat hasil belajar kognitif
siswa tentu berkaitan dengan minat dan sikap, tentu sangat
erat dengan emosi siswa. Jika kemampuan afektif siswa
tidak meningkat secara tidak langsung siswa tidak
menyenangi mata pelajaran. Hasil belajar afektif siswa
disajikan pada gambar dibawah.
Keterangan
1
Menyiapkan Alat
2
Melakukan praktikum
3
Menulis hasil pengamatan
4
Menafsirkan hasil pengamatan
5
Mempersentasikan praktikum
Gambar 3 Perbandingan Hasil Belajar Psikomotorik
Kelompok SAVI dan Make A Match
Gambar 2. Perbedaan Hasil Belajar Afektif Kelompok SAVI
dan Make A Match
Berdasarkan Gambar 2 peningkatan hasil belajar
afektif siswa menunjukkan pada kelompok SAVI lebih baik
dibandingkan kelompok make a match. Hasil ini berbanding
lurus dengan pengamatan sikap awal yang dilakukan peneliti
sebelum pemberian perlakuan dimana kelompok SAVI
memiliki siswa yang cendrung aktif dalam belajar dan
memiliki motivasi belajar yang lebih baik. Berbeda dengan
kelompok make a match yang siswa nya memang kurang
disiplin
dengan kepedulian yang cukup rendah
dibandingkan kelompok SAVI, namun kedua kelompok
memiliki rata-rata peningkatan hasil belajar yang cukup
baik. Aspek lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa
adalah psikomotorik siswa yang merupakan kelanjutan dari
hasil belajar kognitif dan afektif. Rata-rata peningkatan hasil
belajar afektif siswa selama proses pembelajaran disajikan
pada gambar 3.
Gambar 3 menunjukkan rata-rata aspek
psikomotrik kedua kelompok berada dikategori baik dan
tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua
kelompok. Namun masih perlu ditingkatkan lagi agar siswa
lebih trampil dalam mempelajari pelajaran IPA dan
meningkatkan rasa ingin tahu
mereka. Hasil ini
dimungkinkan terjadi karena untuk kelompok SAVI siswa
yang diarahkan untuk mencari tahu teori yang belum
diajarkan dan mencoba eksperimen sederhana dirumah,
sedangkan kelompok make a match yang sifatnya
berkelompok yang mengarahkan siswa lebih sportif untuk
bermain dan bekerjsama dalam proses pembelajaran
terkebih selama praktikum dan bermain make a match.
Sehingga kedua metode SAVI dan make a match memiliki
dampak positif bagi kelompok yang diberikan perlakuan.
Peningkatan hasil belajar SAVI yang diperoleh
dalam penelitian ini di dukung oleh penelitian yang
mengatakan bahawa walapun metode accelerated learning
(SAVI) digunakan dalam waktu singkat namun
kebersamaan dan proses diskusi siswa setelah praktikum
membuat motivasi belajar siswa menjadi lebih meningkat
[8]. Pembelajaran dengan keseluruhan indra atau SAVI,
ketika siswa merencanakannya dengan hati-hati dapat
mempercepat proses pembelajaran hal ini menjadikan siswa
menjadi pribadi yang lebih kratif [1]. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa siswa yang menggunakan keseluruhan
indra mampu menerapkan apa yang meraka pelajari dikelas
dan menjadikan siswa menjadi pribadi yang lebih mandiri
[3].
Peningkatan hasil belajar pada kelompok make a
match ini dimungkinkan terjadi karena siswa yang tadinya
tidak dapat bekerjasama dalam kelompok secara tidak
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017
MIPA Open & Exposition 2017
183
langsung digiring untuk mampu belajar dan berdiskusi
bersama tidak memandang agama, status sosial dan
kepandaian. Peningkatan hasil belajar dapat terjadi karena
kelompok diarahkan dengan metode kooperatif yang
diajarkan secara langsung berkompetisi dan siswa diajarkan
bersikap sportif [10]. Pembelajaran dengan bermain kartu
dan mencari pasangan dapat mempercepat pembelajaran,
siswa mendapat keuntungan karena dalam bermain mencari
pasangan siswa dituntut hati-hati dalam mencari jawaban
dari kartu jika tidak hari-hati nilai dapat mempengaruhi skor
yang diperoleh kelompok [1]. Metode bermain kartu dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa karena siswa secara
tidak langsung selalu berisap dalam belajar dengan tes
harian bermain kartu. [7]
Berbagai pernyataan untuk mengkaji respon
siswa tampak bahwa kedua metode pembelajaran kooperatif
ini mendapat respon yang positif antara kedua kelompok.
Resepon positif diperoleh pada kelompok SAVI karena
metode ini menekankan keaktifan siswa mencari tahu
materi di luar jam sekolah sehingga pengaktifan indra
pendengaran, pengelihatan danperaba ini menjadikan
metode gampang digunakan siswa dalam pembuktian teori
yang belum atau telah diajarkan disekolah
dengan
mengamati fenomena yang terjadi di keseharian mereka.
Berbeda dengan kelompok make a match siswa
dirangsang untuk bekerjasama dengan permainan game
kartu dan secara tidak langsung membuat siswa merasa
tertantang menjawab pertanyaan-pertanyaan dikartu.
Kerjasama antar tim membuat siswa akan berusaha menjadi
lebih baik untuk meningkatkan skor yang diperoleh
kelompoknya dengan metode ini siswa yang tadinya tidak
mampu bekerjasama dengan tim akan berusaha mengikuti
ritme permainan.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
dengan
menggunakan metode SAVI dan make a match pada
pembelajaran IPA di SMP 1 Barru menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan yang lebih baik pada hasil belajar
kognitif kedua kelompok. Uji beda dilakukan pada kedua
kelompok menunjukkan ada perbedaan signifikan antara
kedua kelompok pada hasil belajar kognitifnya. Perbedaan
lain dapat dilihat dari kedua kelompok yaitu pada nilai
afektif dan psikomotoriknya. Walapun dari rata-rata predikat
nilai afektif untuk kelompok SAVI dan make a match sama,
namun nilai kelompok SAVI lebih baik dibandingkan
kelompok make a match. Lain halnya dengan aspek
psikomotorik kedua kelompok yang tidak memiliki
perbedaan signifikan namun aspek ini perlu ditingkatkan
agar siswa lebih terampil dalam belajar IPA. Setelah metode
ini digunakan ternyata tidak terjadi perbedaan respon antara
kedua kelompok, kedua metode mendapat respon positif
dari siswa.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini dapat terselesaikan atas bantuan
berbagai pihak olehkarena itu, ucapan terimakasih
disampaikan kepada direktur STKIP-PI Makassar, Kepada
bapak Lukman S.Pd, M.Si selaku kepala sekolah dan ibu
Dra Judriah, M.Pd guru mata pelajaran IPA di SMP 1
Barru. Serta semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan penelitian ini. Semoga
karya
sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan mudahmudahan bernilai ibadah disisiNya. Amin
DAFTAR PUSTAKA
[1] Charlton, B & Randy LW. 2005. Educatioanl Games; A
technique To accelerated The Acquisition Of
Reading Skills Of Children. The International
Journal of Special Education 20 (2).
[2] Dave, M. 2002. The Accelerated Learning Hanbook.
New york: McGraw-Hill.
[3] Ganiron Jr & Thomas U. 2013. Application Of
Acceleratef Learning in Teaching Enviromental
Control System in Qassin University." International
Journal of Education and Learning 2 (2): 27-38.
[4] Gulo, W. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta:
Grasindo.
[5] Jabeen, S, &Mahmood A K. 2013. A Study on Need
Achievement of High and Low Achievers.Journal of
Education and Practice.4(4).
[6] Johnson, LA. 2009. Pengajaran Yang Kreatif dan
Menarik ( DIterjemahkan oleh Dhani Dharyani).
Jakarta: Indeks.
[7] Kirkland, D. 2008. Games as an Engaging Teaching and
Learning, Technique; Learning or Playing?.Griffith
College Dublin Volume 4 hal.1-3.
[8] Lee, N& Horsfall, B. 2010. Accelerated Learning: A
Study of Faculty and StudentExperience. Innov High
Education 3 (5): 191-202.
[9] Lie, A. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia.
[10] Lori, K, Marie A M, Jaya G, & Vanessa M. 2012.
Cooperative Learning In Distance Learning: A
Mixed Method Study.International Journal of
Instruction.5(2):81-89.
[11] McCouch, D. B 2001. A comparison of high and low
achievers’ attitudes, perceptions, and motivations.
Academic exchange-summer. 5(2): 71-76.
[12] Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis
Komputer. bandung: Alfabeta.
[13] Sembiring, M G. 2009. Mengungkap Rahasia dan Tips
Mengajar Menjadi Guru Sejati. Best Publisher:
Yogyakarta.
[14] Suparno, P. 2010. Filsafat Kosntruktivisme dalam
Pendidikan. Kaniskus: Yogyakarta.
[15] Tatum, C. 2010. "Accelerated Education;Learning on
the Fast Track." National University 3(1): 33-50.
[16] Zubaidah, S, Susriyanti M, Lia Y, & Darsono S. 2013.
Buku Pegangan Guru IPA. Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017
MIPA Open & Exposition 2017
Download