BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal pada dasarnya sama dengan pasar-pasar yang lain pada umumnya, yaitu tempat berlangsungnya kegiatan jual beli, yang membedakan antara pasar modal dengan pasar-pasar lainnya adalah objek yang diperjualbelikan ditempat itu. Pasar modal sebagai bagian dari investasi pada asset financial yang diartikan oleh Sunariyah (2006:5) sebagai berikut: “pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.” Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal pasal 1 ayat 13 mendefinisikan pasar modal sebagai berikut: “Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan degan efek.” Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah suatu kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli dalam jangka panjang, berfungsi sebagi sumber pembiayaan dunia usaha dan merupakan alternatif untuk melakukan investasi bagi masyarakat. Dengan adanya pasar modal diharapkan aktivitas perekonomian menjadi perusahaan sehingga 11 12 perusahaan dapat beroperasi dengan skala lebih besar dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran masyarakat luas. 2.1.2 Pasar Modal Syariah Definisi pasar modal sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Berdasarkan definisi tersebut, terminologi pasar modal syariah dapat diartikan sebagai kegiatan dalam pasar modal sebagaimana yang diatur dalam UUPM yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Oleh karena itu, pasar modal syariah bukanlah suatu sistem yang terpisah dari sistem pasar modal secara keseluruhan. Secara umum kegiatan pasar modal syariah tidak memiliki perbedaan dengan pasar modal konvensional, namun terdapat beberapa karakteristik khusus pasar modal syariah yaitu bahwa produk dan mekanisme transaksi tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Penerapan prinsip syariah di pasar modal tentunya bersumberkan pada Al Quran sebagai sumber hukum tertinggi dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya, dari kedua sumber hukum tersebut para ulama melakukan penafsiran yang kemudian disebut ilmu fiqih. Salah satu pembahasan dalam ilmu fiqih adalah pembahasan tentang muamalah, yaitu hubungan diantara sesama manusia terkait 13 perniagaan. Berdasarkan itulah kegiatan pasar modal syariah dikembangkan dengan basis fiqih muamalah. Terdapat kaidah fiqih muamalah yang menyatakan bahwa pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Konsep inilah yang menjadi prinsip pasar modal syariah di Indonesia. Sebagai bagian dari sistem pasar modal Indonesia, kegiatan di pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah juga mengacu kepada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal berikut peraturan pelaksananaannya (Peraturan Bapepam-LK, Peraturan Pemerintah, Peraturan Bursa dan lain-lain). Bapepam-LK selaku regulator pasar modal di Indonesia, memiliki beberapa peraturan khusus terkait pasar modal syariah, sebagai berikut: 1. Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efeek Syariah 2. Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah 3. Peraturan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah 2.1.3 Peranan Pasar Modal Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian usaha Negara karena pasar modal menjalankan fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu 14 pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return) sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan invetasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan untuk memperoleh return bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih (Darmadji dan Fakhruddin (2001:2). Menurut Sunariyah (2006:9) mengemukakan peranan pasar modal dalam suatu perekonomian Negara adalah sebagai berikut: 1. Fungsi Tabungan (Saving Function) Para penabung perlu memikirkan alternatif menabung di wilayah lain, yaitu investasi. Surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal memberi jalan yang begitu murah dan mudah. Dengan membeli surat berharga, masyarakat diharapkan memiliki standar hidup yang lebih baik. 2. Fungsi Kekayaan (Wealth Function) Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan-kekayaan tersebut dapat dipergunakan kembali. Kekayaan ini tidak dapat mengalami penyusutan (depresiasi) seperti aktiva lain. 3. Fungsi Likuiditas (Liquidity Function) 15 Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa dilikuidiasi melalui pasar modal dengan risiko yang sangat minimal, dibandingkan dengan aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga dengan biaya relatif murah dan lebih cepat. Dengan kata lain, pasar modal adalah ready market untuk melayani pemenuhan likuidasi para pemegang surat berharga. 4. Fungsi Pinjaman (Credit Function) Pasar modal merupakan fungsi pinjaman untuk konsumsi atau investasi. Pasar modal bagi suatu perekonomian Negara merupakan sumber pembiayaan pembangunan dan pinjaman yang dihimpun dari masyakarakat. 2.2 Saham 2.2.1 Pengertian Saham Darmadji dan Fakhruddin (2001:5) mendefinisikan saham sebagai berikut: “Saham adalah tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.” Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Fungsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. 16 2.2.2 Jenis Saham Saham dibagi menjadi dua yaitu, saham biasa (ordinary share) dan saham preferen (preference share). Menurut Kieso, et.al dalam Intermediate Accounting (2011) mengatakan terdapat dua jenis saham, yaitu: 1. Saham Biasa (Ordinary Share) Sebuah saham biasa mewakili kepemilikan ekuitas di perusahaan dan memberikan hak kepada pemilik untuk pemungutan suara dalam hal dimasukkan sebelum pemegang saham secara proporsional dengan persentase kepemilikan mereka di perusahaan. 2. Saham Preferen (Preference Share) Saham preferen memiliki ketentuan yang memberikan mereka beberapa prefenrensi atau prioritas atas saham biasa. Biasanya, pemegang saham preferensi memiliki prioritas untuk (1) distribusi laba (dividen) dan (2) aset dalam hal terjadi likuidasi. Menurut Martalena dan Malinda (2011:13) saham ada dua macam, yaitu saham biasa dan saham preferen. 1. Saham biasa memiliki karakteristik: Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan dilikuidasi. Hak suara proporsional pada pemilihan direksi serta keputusan lain yang ditetapkan pada rapat umum pemegang saham. Dividen, jika perusahaan memperoleh laba dan disetujui di dalam rapat umum pemegang saham. 17 Hak memesan efek terlebih dahulu sebelum efek tersebut ditawarkan kepada masyarakat. 2. Saham preferen memiliki karakterisitik: Pembayaran dividen dalam jumlah yang tetap. Hak klaim lebih dulu dibandingkan saham biasa jika perusahaan dilikuidasi. Dapat dikonversikan menjadi saham biasa. Dari karakteristik-karakteristik diatas dapat disimpulkan bahwa saham biasa dan saham preferen berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada perlakuan terhadap saham preferen dan saham biasa, dimana saham preferen hak klaim didahulukan dari pada saham biasa ketika dilikuidasi. Sehingga, apabila pada saat dilikuidasi hasil yang diberikan pada pemegang saham biasa adalah sebesar sisa dari bagian yang telah di berikan pada pemilik saham preferen. 2.2.3 Model Analisis Saham Ada dua macam analisis yang digunakan untuk menentukan penilaian dari saham. Menurut Jogianto (2003:88): 1. Analisis Teknikal Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk mengakses permintaan atau penawaran suatu saham tertentu atau pasar saham secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan, 18 seperti harga saham, volume perdagangan, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis. 2. Analisis Fundamental Analisis fundamental bertolak dari anggapan bahwa setiap investor adalah makhluk rasional dan keputusan investasinya akan dia ambil berdasarkan analisis ini. Nilai saham suatu perusahaan tidak hanya mencerminkan nilai intrinsik perusahaan pada suatu waktu, tetapi juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba perusahaan dimasa yang akan datang. Analisis fundamental ini dilakukan dengan menggunakan data mengenai kinerja perusahaan, sehingga sangat membutuhkan informasi yang tepat, akurat dan dapat diandalkan. Informasi yang umum digunakan adalah informasi akuntansi berupa angka-angka kuantitatif yang umumnya diambil dalam laporan keuangan perusahaan yang dianalisis. Dalam analisis ini, saham memiliki nilai intrinsik tertentu (nilai yang seharusnya). Analisis ini akan membandingkan nilai intrinsik suatu saham dengan harga pasar guna menentukan apakah harga saham tertentu sudah mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum. Menurut Eduardus Tandelilin (2001:47) : “Perbedaannya, analisis teknikal mendasarkan diri pada pola-pola pergerakan harga saham dari waktu ke waktu, sedangkan analisis fundamental secara “top down” mendasarkan diri pada faktorfaktor fundamental perusahaan yang dipengaruhi faktor ekonomi dan industri.” 19 2.2.4 Saham Syariah Secara konsep, saham merupakan surat berharga bukti penyertaan modal kepada perusahaan dan dengan bukti penyertaan tersebut pemegang saham berhak untuk mendapatkan bagian hasil dari usaha perusahaan tersebut. Konsep penyertaan modal dengan hak bagian hasil usaha ini merupakan konsep yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Prinsip syariah mengenal konsep ini sebagai kegiatan musyarakah atau syirkah. Berdasarkan analogi tersebut, maka secara konsep saham merupakan efek yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Namun demikian, tidak semua saham yang diterbitkan oleh emiten dan perusahaan publik dapat disebut sebagai saham syariah. Suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika saham tersebut diterbitkan oleh: 1. Emiten dan Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan dalam anggaran dasarnya bahwa kegiatan usaha emiten dan perusahaan publik tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. 2. Emiten dan perusahaan publik yang tidak menyatakan dalam anggaran dasarnya bahwa kegiatan usaha emiten dan perusahaan publik tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, namun memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Kegiatan usaha tidak bertentangan dengan prinsip syariah sebagaimana diatur dalam peraturan IX.A.13, yaitu tidak melakukan kegiatan usaha: Perjudian dan permainan yang tergolong judi; 20 Perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa; Perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu; Bank berbasis bunga; Perusahaan pembiayaan berbasis bunga; Jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan/atau judi (maisir), antara lain asuransi konvensional; Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau menyediakan barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi), barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI; dan/atau, barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat; Melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah); b. Rasio total hutang berbasis bunga dibandingkan total ekuitas tidak lebih dari 82%, dan c. Rasio total pendapatan bunga dan total pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan total pendapatan usaha dan total pendapatan lainnya tidak lebih dari 10%. 21 2.2.5 Jakarta Islamic Index Dalam rangka mengakomodir investor yang tertarik berinvestasi, BEJ dan Danareksa Investment Management (DIM) meluncurkan sebuah indeks yang didasarkan pada syariah islam, dikenal dengan nama Jakarta Islamic Index (JII). JII diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000. JII dihitung mundur hingga tanggal 1 Januari 1995 sebagai hari dasar dengan nilai dasar 100. JII terdiri dari 30 saham yang sesuai dengan syariah islam. Dewan Pengawas Syariah PT DIM terlibat dalam menetapkan kriteria saham-saham yang masuk dalam JII. Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 40/DSN MUI/X/2003, tentang pasar modal dan pedoman umum penerapan prinsip syariah di bidang pasar modal, jenis kegiatan utama emiten yang bertentangan dengan syariah adalah: 1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdangan yang dilarang. 2. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional. 3. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram. 4. Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan/atau menyediakan barangbarang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. 22 5. Melakukan investasi pada emiten (perusahaan) yang pada saat transaksi tingkat (nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya. Untuk menetapkan saham-saham yang masuk dalam perhitungan indeks JII, dilakukan lima tahap penyaringan, yaitu: 1. Dipilih perusahaan yang kegiatan utamanya tidak bertentangan dengan syariah. 2. Saham tersebut sudah tercatat di BEJ lebih dari 3 bulan. Syarat ini boleh dilanggar bila ia termasuk dalam 10 saham berkapitalisasi besar. 3. Dipilih saham yang berdasarkan laporan keuangannya, rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal 90%. 4. Dipilih 60 saham berdasarkan urutan kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir. 5. Dipilih 30 saham berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan selama satu tahun terakhir. Berdasarkan pengumuman saham emiten yang masuk dalam penghitungan Jakarta Islamic Index No. Peng-18/BEJ-DAG/U/01-2000, hal-hal mengenai penerapan Jakarta Islamic Index adalah: 1. Jumlah saham yang masuk dalam perhitungan Jakarta Islamic Index meliputi 30 saham. 23 2. Komponen penghitungan indeks ini dievaluasi setiap enam bulan dengan penentuan komponen indeks setiap awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Untuk pertama kali, besaran nilai dasar dihitung berdasarkan nilai pasar saham emiten yang masuk dalam komponen penghitungan indeks Jakarta Islamic Index pada tanggal 1 Januari 1995, yang sekaligus merupakan hari dasar Jakarta Islamic Index. 3. Metode penghitungan indeks ini, sama dengan cara penghitungan IHSG, Indeks LQ 45 dan Indeks Sektoral. 2.3 Return 2.3.1 Pengertian Return Investor mempunyai harapan yang besar terhadap investasi yang ditanamnya terutama dalam bentuk saham. Investor mengharapkan tingkat pengembalian saham yang besar (return saham). Return saham yang diperoleh nantinya oleh para investor, bukan hanya return saham yang besar, tetapi dapat memberikan return yang terus meningkat dalam jangka panjang. Menurut Eduardus Tandelilin (2001:47) tentang pengertian return adalah sebagai berikut: “Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor yang berinvestasi dan juga imbalan atau keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya.” Gitman (2000:85) menyatakan pengertian return sebagai berikut: “Return is the total gain or loss experience behalf of the owner over a period of time, calculated by dividing the asset change is value plus any 24 cash distribution on during the period by its beginning of period investment value.” Dari definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa return adalah suatu hasil pengembalian yang diperoleh dari suatu dana atau modal yang ditanamkan pada suatu investasi, baik berupa aset riil maupun aset keuangan. 2.3.2 Return Saham Menurut Hartono (2008:7) pengertian return saham adalah tingkat pengembalian saham atas investasi yang dilakukan oleh investor. Return saham dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu return realisasi dan return ekspektasi. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung menggunakan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return realisasi ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko dimasa datang. Return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya belum terjadi. Menurut Jogiyanto (2000:111) pengertian return saham adalah: “Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi dimasa yang akan datang.” Pengertian return saham menurut Gitman (2008:248) adalah: “The return on common stock equity is measured as the total gain or loss experienced on behalf of it’s owner over a given period of time. It is commonly stated as a changein value plus any cash distribution during the period, percentage of the beginning-of-period investment value.” 25 Artinya return saham atau tingkat pengembalian saham yang dimaksud adalah tingkat pengembalian untuk saham biasa dan merupakan pembayaran kas yang diterima akibat kepemilikan saham ditambah dengan perubahan harga saham lalu dibagikan dengan harga saham pada saat awal investasi. Kesimpulan dari dua definisi diatas bahwa return saham merupakan penghasilan yang diterima dari suatu investasi ditambah dengan perubahan harga saham yang biasanya dinyatakan sebagai persentase dari harga awal investasi tersebut. Return dibagi menjadi dua yaitu, return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Adapun pengertian return realisasi dan return ekspektasi menurut Jogiyanto (2000:109) sebagai berikut: 1. Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return ini penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan dan berdasarkan data historis. 2. Return ekspektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Return realisasi dan return ekspektasi mempunyai perbedaan yaitu return realisasi sifatnya sudah terjadi sedangkan, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan salah satu jenis dari return realisasi. 26 Menurut Jogiyanto (2000:110) return dapat dinyatakan sebagai berikut: Rt = Dimana: R = Actual rate of return Pt = Stock Price at time period t Pt-1 = Stock Price at time period t-1 Perhitungan return saham dalam penelitian ini menggunakan harga penutupan (closing price). Alasan menggunakan harga penutupan pada saat tanggal selesai diauditnya laporan keuangan atau saat laporan audit diterbitkan dan ditandatangani, karena harga penutupan adalah harga yang pasti dan tidak akan berubah lagi pada hari itu dan sesuai dengan tanggal laporan keuangan selesai diaudit karena masing-masing laporan keuangannya telah berhasil diaudit pada tanggal yang berbeda-beda dan laporan keuangan tersebut semakin andal apabila telah diaudit dengan baik. Selain memperhatikan return, investor juga perlu mempertimbangkan risiko yang akan dihadapi akibat investasi tersebut. Menurut Fahmi (2009:152) risk and return merupakan kondisi yang dialami oleh perusahaan, institusi atau individu dalam keputusan investasi yaitu baik kerugian ataupun keuntungan dalam suatu periode akuntansi. Dalam dunia investasi dikenal adanya hubungan kuat antara risk and return, yaitu jika berisiko tinggi maka keuntungan (return) juga akan tinggi dan begitu pula sebaliknya. 27 2.4 Risiko/Risk 2.4.1 Pengertian Risiko Risiko maupun return bagaikan dua sisi yang selalu berdampingan. Artinya dalam berinvestasi, disamping menghitung return yang diharapkan, investor juga harus memperhatikan risiko yang ditanggungnya. Lawrence J. Gitman (2000:87) mendefinisikan risiko sebagai berikut: “Risk is the chance that actual outcomes may differ from those expected.” Sedangkan definisi risiko menurut Jogiyanto (2003:130) adalah sebagai berikut: “Risiko sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi dari outcome yang diterima dengan yang diekspektasi.” Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa risiko merupakan kemungkinan dari investasi mengalami kegagalan dalam memenuhi tingkat pengembalian yang diharapkan. 2.4.2 Jenis-jenis Risiko Menurut Suad Husnan (2005:208) jenis risiko dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: 1. Systematic risk, atau risiko pasar merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Perubahan tersebut akan mempengaruhi variabilitias return suatu investasi. Yang termasuk ke 28 dalam risiko sistematis adalah risiko suku bunga, risiko pasar, risiko inflasi, risiko nilai tukar mata uang, dan risiko negara. 2. Unsystematic risk, atau risiko tidak sistematis adalah risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan. Unsystematic risk ini lebih terkait dengan perubahan kondisi mikro perusahaan penerbit sekuritas. Dalam manajemen portofolio risiko tidak sistematis dapat diminimalkan dengan melakukan diversifikasi investasi pada berbagai jenis sekuritas. Yang termasuk dalam risiko tidak sistematis ini antara lain risiko bisnis, risiko financial, risiko likuiditas. 2.5 Laporan Keuangan 2.5.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan sumber yang penting untuk memperoleh informasi mengenai posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan yang bersangkutan. Pada hakikatnya, laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan data keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan didalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi. Menurut Eugene F Brigham dan Joel F Houston (2006:79): “Laporan keuangan melaporkan baik posisi perubahan pada suatu waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa periode yang lalu. Akan tetapi nilai riil dari laporan keuangan adalah fakta bahwa laporan keuangan digunakan untuk memprediksi laba dan dividen masa depan. Dari sudut pandang investor, analisis laporan keuangan digunakan untuk memprediksi masa depan, sedangkan dari sudut manajemen laporan 29 keuangan digunakan untuk mengantisipasi kondisi dimasa depan dan yang lebih penting sebagai titik awal untuk merencanakan tindakan yang akan mempengaruhi peristiwa dimasa depan.” Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah suatu pencatatan atas ringkasan dari transaksi-transaksi dengan tujuan memberikan informasi keuangan yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan perusahaan menunjukkan kinerja dan meramalkan kemampuan perusahaan dalam aspek-aspek ekonominya, terutama yang berkaitan dengan masalah pengelolaan investasi oleh perusahaan dan kemampuan dalam menghasilkan keuntungan. 2.5.2 Komponen Laporan Keuangan Laporan keuangan yang lengkap menurut (PSAK) No. 1 tahun 2012 terdiri dari beberapa komponen: (a) laporan posisi keuangan pada akhir periode; (b) laporan laba rugi komprehensif selama periode; (c) laporan perubahan ekuitas selama periode; (d) laporan arus kas selama periode; (e) catatan atas laporan keuangan; dan (f) laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif. Adapun pengertian komponen-komponen laporan keuangan yaitu, laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas menurut Martani (2012:109) meliputi: 1. Laporan Posisi Keuangan Laporan posisi keuangan atau yang sering disebut neraca, melaporkan aset, liabilitas, dan modal entitas pada tanggal tertentu. Laporan ini 30 merupakan sumber informasi utama tentang posisi keuangan entitas karena merangkum elemen-elemen yang berhubungan langsung dengan pengukuran posisi keuangan yaitu aset, liabilitas, dan ekuitas. 2. Laporan Laba Rugi Komprehensif Laporan yang mengukur keberhasilan kinerja perusahaan selama periode tertentu. Informasi tentang kinerja perusahaan digunakan untuk menilai dan memprediksi jumlah dan waktu atas ketidakpastian arus kas masa depan. 3. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas menyajikan informasi tentang perubahan ekuitas perusahaan antara awal dan akhir periode pelaporan yang mencerminkan naik turunnya aset neto perusahaan selama periode, baik yang berasal dari setoran atau distribusi kepada pemilik atau yang berasal dari kinerja perusahaan selama periode berjalan. 4. Laporan Arus Kas Laporan arus kas merupakan laporan yang menyajikan informasi tentang arus kas masuk dan arus kas keluar dan setara kas suatu entitas untuk suatu periode tertentu. 5. Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan menurut (PSAK) No. 1 tahun 2012 adalah bagian dari laporan keuangan dimana mempunyai fungsi (a) menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan; (b) menggunakan informasi yang 31 disyaratkan Standar Akuuntansi Keuangan; dan (c) memberikan informasi yang tidak disajikan di bagian maupun dalam laporan keuangan, tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan atau rincian dari pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan informasi mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan. 6. Laporan Posisi Keuangan Awal Periode Komparatif Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif (PSAK) No. 1 tahun 2012 yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi dalam laporan keuangannya. Dari ke-enam laporan keuangan di atas, masing-masing laporan keuangan tersebut salin memiliki keterkaitan dan mempunyai fungsi yang sama yaitu digunakan oleh pengguna laporan keuangan sebagai media pengambilan keputusan. 2.5.3 Pengguna Laporan keuangan Para pengguna laporan keuangan tersebut meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaga lainnya dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi: 32 1. Investor Investasi mengandung risiko yang melekat. Keputusan untuk berinvestasi harus dilakukan dengan hati-hati. Laporan keuangan dapat membantu investor untuk mengkaji pilihannya dalam berinvestasi. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai risiko yang melekat dari investasi yang mereka lakukan serta kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. 2. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka ingin memastikan bahwa perusahaan tempat mereka bekerja adalah perusahaan yang stabil, kestabilan perusahaan dapat menciptakan suasana kerja yang baik dan dapat menimbulkan semangat bekerja yang lebih besar. Kebutuhan informasinya adalah mengenai stabilitas, profitabilitas perusahaan, menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, pensiun dan kesempatan kerja. 3. Pemberi pinjaman Pemberi pinjaman menggunakan laporan keuangan untuk melihat kestabilan dan tingkat pertumbuhan yang dimiliki oleh perusahaan. Informasi yang dibutuhkan memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar saat jatuh tempo. 4. Pemasok dan kreditur usaha lainnya Kreditur usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggat waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali jika sebagai 33 pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. pemasok dan kreditur usaha lainnya membutuhkan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. 5. Pelanggan Pelanggan terutama yang terikat atau tergantung pada perusahaan ingin memastikan bahwa perusahaan dapat terus berproduksi sehingga rantai operasi mereka tidak terganggu. Kebutuhan informasinya adalah mengenai kelangsungan hidup perusahaan terutama kalau terlibat perjanjian jangka panjang dengan perusahaan. 6. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan akivitas perusahaan. Pemerintah memerlukan informasi untuk menetapkan kebijakan perusahaan dan industri perusahaan terkait, menyusun statistik pendapatan nasional, perhitungan tingkat inflasi dan perhitungan lainnya. 7. Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dengan berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan 34 (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya. Pengguna laporan keuangan bertujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan guna pengambilan keputusan. Setiap pengguna memiliki kebutuhan informasi yang berbeda-beda. 2.6 Analisis Laporan Keuangan Menurut Atmaja (2008:415) rasio keuangan didesain untuk memperlihatkan hubungan antara item-item pada laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) ada 5 jenis rasio keuangan, yaitu: 1. Leverage ratios, memperlihatkan berapa hutang yang digunakan perusahaan seperti debt ratio, time interest earned ratio, dan cash coverage ratio. 2. Liquidity ratios, mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo. Seperti current ratio, quick ratio, cash ratio. 3. Efficiency atau Turnover atau Asset Management Ratio, mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktiva, seperti inventory turnover, fixed asset turnover, total asset turnover. 4. Profitability ratio, mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba seperti Return On Asset, Return On Equity, Net Profit Margin. 35 5. Market value ratio, memperlihatkan bagaimana perusahaan dinilai investor pasar modal. Seperti Earning Per Share, Price Earning Ratio, Dividend yield, dan Market to Book Ratio. 2.6.1 Rasio Aktivitas Rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam menghasilkan penjualan dengan kemampuan aktiva yang dimiliki. Rasio aktivitas antara lain terdiri dari Total Assets Turnover (TAT). Rasio aktivitas menurut Van Horne dan Wachowiez (2005:212): “Rasio yang mengukur bagaimana perusahaan menggunakan aktivanya.” Rasio aktivitas (activity ratio), juga disebut sebagai rasio efisiensi atau perputaran, mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan berbagai aktivanya. Total Asset Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efisiennya seluruh aktiva perusahaan digunakan untuk menunjang kegiatan penjualan. Perputaran total aktiva menunjukkan bagaimana efektifitas perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dalam kaitannya untuk mendapatkan laba. Perusahaan dengan tingkat penjualan yang besar diharapkan mendapatkan laba yang besar pula. Nilai TAT yang semakin besar menujukkan nilai penjualannya juga semakin besar dan harapan memperoleh laba juga semakin besar pula. Total Assets Turnover secara matematis dirumuskan sebagai berikut: 36 Penjualan Total Assets Turnover = Total Aktiva 2.6.2 Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan kemampuan dan sumber yang dimiliki. Rasio profitabilitas yang berkaitan dengan efisiensi perusahaan dalam menghasilkan laba dalam penelitian ini, yaitu Return On Assets (ROA). Return On Assets (ROA) merupakan ukuran kemampuan perusahaan didalam menghasilkan keuntungan (return) bagi perusahaan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja yang semakin baik. Nilai ROA yang semakin tinggi menunjukkan suatu perusahaan semakin efisien dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba, sehingga nilai perusahaan meningkat Fahmi (2012:98) Jadi semakin tinggi nilai ROA menunjukkan kinerja keuangan perusahaan semakin baik. ROA secara matematis dirumuskan sebagai berikut: EAT ROA (%) = x 100% Total Assets 2.6.3 Rasio Pasar Rasio Pasar (Market Ratio) atau rasio saham adalah rasio yang digunakan untuk mengukur nilai saham. Rasio pasar antara lain Price Book Value (PBV). 37 Price Book Value (PBV) merupakan rasio pasar yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya (Ang, 1997). Nilai Price Book Value (PBV) yang semakin besar menunjukkan harga pasar dari saham tersebut semakin tinggi pula. Jika harga pasar dari suatu saham semakin tinggi, maka capital gain (actual return) juga akan semakin tinggi. Perusahaan yang kinerjanya baik biasanya nilai rasio PBV-nya diatas satu, hal ini menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih tinggi dari nilai bukunya. Nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar, yaitu oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa. Nilai buku (book value) per lembar saham menunjukkan aktiva bersih (net assets) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham, karena aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham. Sehingga nilai buku perlembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Nilai buku (BV) secara matematis menurut Fahmi (2012:94) dirumuskan sebagai berikut : Total Equity BV = Jumlah Saham Beredar Sehubungan dengan hal tersebut, Price Book Value (PBV) sebagai pengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya menurut Sutrisno (2008:224) dapat dirumuskan sebagai berikut: Harga Pasar Saham PBV = Nilai Buku Per Lembar Saham 38 Price Book Value adalah angka rasio yang menjelaskan seberapa kali seorang investor bersedia membayar sebuah saham untuk setiap nilai buku per sahamnya. Perusahaan yang aktivitasnya berjalan dengan baik, umumnya memiliki rasio PBV mencapai di atas satu (>1), yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para investor relatif dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan (Wardjono, 2010). 2.7 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Priska Ika Setiyorini (2011) yang berjudul Pengaruh Perbandingan Economic Value Added dan Rasio Profitabilitas Terhadap Return Saham mengatakan bahwa Return On Assets (ROA) mempunyai pengaruh negatif terhadap return saham. Penelitian yang dilakukan oleh Risca Yuliana Thrisye dan Nicodemus Simu (2013) yang berjudul Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham BUMN Sektor Pertambangan periode 2007-2010 mengatakan bahwa Return On Assets (ROA) dan Total Assets Turnover (TAT) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Saniman Widodo (2007) yang berjudul Analisi Pengaruh Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas, dan Rasio Pasar Terhadap Return Saham Syariah dalam Kelompok Jakarta Islamic Index (JII) mengatakan bahwa Total Assest Turnover (TAT), Return On Assets (ROA), memberikan pengaruh positif signifikan terhadap return saham dan Price Book Value (PBV) memberikan pengaruh negatif signifikan terhadap return saham. 39 Penelitian yang dilakukan oleh Masdaliyatul Lulukiyyah (2011) yang berjudul Analisis Pengaruh Total Assets Turnover (TAT), Return On Assets (ROA), Current Ratio (CR), Debt To Equity Ratio (DER), dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham mengatakan bahwa Total Assets Turnover (TAT), Return On Assets (ROA), memberikan pengaruh positif signifikan terhadap return saham. 2.8 Kerangka Pemikiran Kegiatan investasi merupakan suatu aktivitas yang diambil berdasarkan kemampuan investor dalam mengambil keputusan untuk menanamkan modal yang dimilikinya. Modal yang ditanam oleh seorang investor tersebut tentunya mempunyai harapan untuk mendapatkan return yang lebih besar dari modal yang ditanam. Sebelum melakukan keputusan untuk menanam modal di suatu perusahaan, investor diharapkan mampu menganalisis atau memprediksi seberapa besar return yang akan diterima nantinya. Investasi erat kaitannya dengan saham. Saham adalah salah satu alternatif dalam berinvestasi di pasar modal. Dalam melakukan investasi tentunya tidak selalu menguntungkan, ada saatnya investasi akan mengalami capital loss dari risiko likuidasi. Pasar modal secara formal sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta (Husnan, 2010:3). Suatu pasar modal 40 dapat dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat-surat berharga secara cepat. Pasar modal dikatakan efisien jika harga dari surat-surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat (Jogiyanto, 2010:15). Pasar modal mempunyai fungsi sarana alokasi dana yang produktif untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke peminjam. Alokasi dana yang produktif terjadi jika individu yang mempunyai kelebihan dana dapat meminjamkannya ke individu lain yang lebih produktif membutuhkan dana (Jogiyanto, 2010:30). Laporan keuangan erat kaitannya dengan para investor dan pengguna laporan keuangan lainnya. Informasi yang dibutuhkan oleh para investor digunakan untuk pengambilan keputusan dalam kegiatan investasinya. Laporan keuangan sangat diperlukan untuk mengukur hasil usaha dan perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu dan untuk mengetahui sudah sejauh mana perusahaan mencapai tujuannya. Laporan keuangan memegang peranan yang luas dan mempunyai suatu posisi yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan (Fahmi, 2011:4). Untuk mendapatkan hasil return dari investasi, investor tidak hanya melihat informasi tetapi membuat suatu perencanaan disertai analisis dan perhitungan yang tepat. Harga saham dipasar modal tentu mengalami peningkatan serta penurunan secara fluktuatif. Analisis yang dapat dilakukan adalah analisis teknikal ataupun analisis fundamental. Analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan faktor fundamental perusahaan yang ditunjukkan dalam laporan keuangan perusahaan. 41 atas dasar laporan keuangan para investor dapat melakukan penilaian kinerja keuangan perusahaan terutama keputusan dalam hal melakukan investasi. Analisis teknikal didasarkan pada data perubahan harga saham di masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga saham dimasa mendatang. Perbedaan dari kedua analisis tersebut adalah analisis fundamental lebih menekankan pada pentingnya nilai wajar pada saham dan membutuhkan banyak sekali data, berita, dan angka-angka, sedangkan analisis teknikal hanya membutuhkan grafik harga dan volume masa depan. Informasi akuntansi adalah salah satu informasi penting yang dibutuhkan para investor. Melalui laporan keuangan informasi bisa kita dapatkan apabila kita membacanya dengan cermat. Informasi mengenai kinerja perusahaan, kekayaan, pendapatan, dan lain-lain, dapat dilihat dalam laporan keuangan. Dari informasi dalam laporan keuangan kita dapat menilai kondisi perusahaan baik atau buruk dan mempermudah investor dalam mengambil keputusan untuk menanamkan investasi atau tidak. Investor merupakan salah satu pihak yang mempunyai kepentingan langsung terhadap informasi keuangan. Investor memerlukan informasi kuantitatif yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan karena laporan keuangan memberikan informasi keuangan perusahaan penerbit saham, yang nantinya dapat dijadikan bahan pertimbangan investor dalam berinvestasi. Rasio keuangan merupakan hal yang sangat penting untuk melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan. Analisis rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio pasar. 42 2.8.1 Hubungan Total Assets Turnover (TAT) Dengan Return Saham Total Assets Turnover (TAT) merupakan salah satu rasio aktivitas, yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya atau perputaran aktiva-aktiva tersebut. TAT (Total Asstes Turnover) digunakan untuk mengukur seberapa efisiennya seluruh aktiva perusahaan dimanfaatkan dalam menunjang penjualan (Ang, 1997). Nilai rasio TAT (Total Assets Turnover) yang tinggi menunjukkan semakin efisien suatu perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya dan menunjukkan semakin besar penjualan yang dihasilkan. Nilai TAT (Total Assets Turnover) yang tinggi akan mengurangi ketidakpastian investor dalam menanamkan dananya. Dari penjualan yang tinggi diharapkan dapat dihasilkan return yang tinggi pula. 2.8.2 Hubungan Return On Assets (ROA) Dengan Return Saham Return On Assets merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam mengahasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga ROA sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis (Riyanto, 2000). Semakin tinggi ROA maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Analisis Return On Assets (ROA) sangat berguna bagi investor. Analisis ini dapat mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan dari hasil operasi perusahaan dibandingkan dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. 43 Return On Assets (ROA) menjadi salah satu terbaik untuk mengukur keberhasilan manajemen melaksanakan tugasnya dalam mengelola aktivanya. Nilai ROA yang tinggi berarti perusahaan semakin efisien dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba, sehingga nilai perusahaan meningkat (Brigham, 2001). Kinerja perusahaan yang semakin baik dan nilai perusahaan yang meningkat akan memberikan harapan naiknya harga saham perusahaan tersebut yang pada akhirnya akan berdampak kepada kenaikan return saham. 2.8.3 Hubungan Price Book Value (PBV) dengan Return Saham Pada umumnya perusahaan-perusahaan yang dapat beroperasi dengan baik akan mempunyai rasio Price Book Value (PBV) diatas 1, dimana hal ini menunjukkan nilai saham suatu perusahaan, dihargai diatas nilai bukunya. Semakin tinggi rasio Price Book Value (PBV) suatu perusahaan menunjukkan semakin tinggi pula penilaian investor terhadap perusahaan yang bersangkutan, relatif apabila dibandingkan dengan dana yang diinvestasikannya. Hal ini akan berakibat pada semakin meningkatnya harga saham suatu perusahan, dengan demikian diharapkan akan meningkat tingkat return perusahaan yang bersangkutan. Semakin kecil nilai Price Book Value (PBV) maka harga dari suatu saham semakin murah. Semakin rendah rasio Price Book Value (PBV) menunjukkan harga saham yang lebih murah underprice dibandingkan dengan harga saham lain yang sejenis. Kondisi ini memberi peluang kepada investor untuk meraih capital 44 gain pada saat harga saham kembali mengalami rebound kenaikan harga. Oleh karena itu, didalam memilih saham dengan pertimbangan rasio tinggi rendahnya Price Book Value (PBV) disarankan memilih saham dengan rasio Price Book Value (PBV) rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Price Book Value (PBV) memiliki hubungan positif dengan return saham (Budileksmana dan Gunawan, 2003) PASAR MODAL SAHAM ANALISIS TEKNIKAL ANALISIS FUNDAMENTAL LAPORAN KEUANGAN RASIO KEUANGAN TOTAL ASSETS TURNOVER (TATO) RETURN ON ASSETS (ROA) RETURN SAHAM SYARIAH Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran PRICE BOOK VALUE (PBV) 45 2.9 Hipotesis Penelitian Hipotesis bisa didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji (Sekaran, 2011:135). Sedangkan menurut Sugiyono (2013:63) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau tidaknya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, dimana hipotesis nol (H0) yaitu proporsi yang menyatakan hubungan yang definitif dan tepat diantara dua variabel. Yaitu, hipotesis ini menyatakan bahwa korelasi populasi antara dua variabel adalah sama dengan nol atau bahwa perbedaan dalam mean (rerata hitung) dua kelompok dalam populasi adalah sama dengan nol. Secara umum pernyatan nol diungkapkan sebagai tidak ada hubungan (signifikan) antara dua variabel atau tidak ada perbedaan (signifikan) antara dua kelompok. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) merupakan pernyataan yang mengungkapkan hubungan antara dua variabel atau menunjukkan perbedaan antara kelompok. Dalam penelitian ini, peneliti membuat hipotesis yang dijabarkan sebagai berikut: 46 1. Secara Parsial H01 : Rasio aktivitas Total Assets Turnover (TAT) tidak berpengaruh positif terhadap return saham syariah dalam Jakarta Islamic Index. Ha1 : Rasio aktivitas Total Assets Turnover (TAT) berpengaruh positif terhadap return saham syariah dalam Jakarta Islamic Index. H02 : Rasio profitabilitas Return On Assets (ROA) tidak berpengaruh positif terhadap return saham syariah dalam Jakarta Islamic Index. Ha2 : Rasio profitabilitas Return On Assets (ROA) berpengaruh positif terhadap return saham syariah dalam Jakarta Islamic Index. H03 : Rasio pasar Price Book Value (PBV) tidak berpengaruh positif terhadap return saham syariah dalam Jakarta Islamic Index. Ha3 : Rasio pasar Price Book Value (PBV) berpengaruh positif terhadap return saham syariah dalam Jakarta Islamic Index. 2. Secara Simultan H04 : Rasio aktivitas Total Assets Turnover (TAT), rasio profitabilitas Return On Assets (ROA), dan rasio pasar Price Book Value (PBV) secara simultan tidak berpengaruh positif terhadap return saham syariah dalam Jakarta Islamic Index. Ha4 : Rasio aktivitas Total Assets Turnover (TAT), rasio profitabilitas Return On Assets (ROA), dan rasio pasar Price Book Value (PBV) secara simultan berpengaruh positif terhadap return saham syariah dalam Jakarta Islamic Index.