bab ii tinjauan pustaka

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pasar Modal
2.1.1
Pengertian Pasar Modal
Pasar modal pada dasarnya sama dengan pasar-pasar yang lain pada
umumnya, yaitu tempat berlangsungnya kegiatan jual beli, yang membedakan
antara pasar modal dengan pasar-pasar lainnya adalah objek yang diperjualbelikan
ditempat itu. Pasar modal sebagai bagian dari investasi pada asset financial yang
diartikan oleh Sunariyah (2006:5) sebagai berikut:
“pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang
membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.”
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal
pasal 1 ayat 13 mendefinisikan pasar modal sebagai berikut:
“Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran
umum dan perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan
efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan degan
efek.”
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pasar
modal adalah suatu kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli dalam
jangka panjang, berfungsi sebagi sumber pembiayaan dunia usaha dan merupakan
alternatif untuk melakukan investasi bagi masyarakat. Dengan adanya pasar
modal diharapkan aktivitas perekonomian menjadi perusahaan sehingga
11
12
perusahaan dapat beroperasi dengan skala lebih besar dan pada gilirannya akan
meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran masyarakat luas.
2.1.2
Pasar Modal Syariah
Definisi pasar modal sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal (UUPM) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek.
Berdasarkan definisi tersebut, terminologi pasar modal syariah dapat
diartikan sebagai kegiatan dalam pasar modal sebagaimana yang diatur dalam
UUPM yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Oleh karena itu, pasar
modal syariah bukanlah suatu sistem yang terpisah dari sistem pasar modal secara
keseluruhan. Secara umum kegiatan pasar modal syariah tidak memiliki
perbedaan dengan pasar modal konvensional, namun terdapat beberapa
karakteristik khusus pasar modal syariah yaitu bahwa produk dan mekanisme
transaksi tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
Penerapan prinsip syariah di pasar modal tentunya bersumberkan pada Al
Quran sebagai sumber hukum tertinggi dan Hadits Nabi Muhammad SAW.
Selanjutnya, dari kedua sumber hukum tersebut para ulama melakukan penafsiran
yang kemudian disebut ilmu fiqih. Salah satu pembahasan dalam ilmu fiqih adalah
pembahasan tentang muamalah, yaitu hubungan diantara sesama manusia terkait
13
perniagaan. Berdasarkan itulah kegiatan pasar modal syariah dikembangkan
dengan basis fiqih muamalah. Terdapat kaidah fiqih muamalah yang menyatakan
bahwa pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil
yang mengharamkannya. Konsep inilah yang menjadi prinsip pasar modal syariah
di Indonesia.
Sebagai bagian dari sistem pasar modal Indonesia, kegiatan di pasar modal
yang menerapkan prinsip-prinsip syariah juga mengacu kepada Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal berikut peraturan pelaksananaannya
(Peraturan Bapepam-LK, Peraturan Pemerintah, Peraturan Bursa dan lain-lain).
Bapepam-LK selaku regulator pasar modal di Indonesia, memiliki beberapa
peraturan khusus terkait pasar modal syariah, sebagai berikut:
1. Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efeek
Syariah
2. Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah
3. Peraturan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang digunakan dalam
Penerbitan Efek Syariah
2.1.3
Peranan Pasar Modal
Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian usaha Negara
karena pasar modal menjalankan fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan
fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar
menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu
14
pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana
(issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana
dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan
(return) sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan
dana tersebut untuk kepentingan invetasi tanpa harus menunggu tersedianya dana
dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena
pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan untuk memperoleh return
bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih (Darmadji
dan Fakhruddin (2001:2).
Menurut Sunariyah (2006:9) mengemukakan peranan pasar modal dalam
suatu perekonomian Negara adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Tabungan (Saving Function)
Para penabung perlu memikirkan alternatif menabung di wilayah lain,
yaitu investasi. Surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal
memberi jalan yang begitu murah dan mudah. Dengan membeli surat
berharga, masyarakat diharapkan memiliki standar hidup yang lebih baik.
2. Fungsi Kekayaan (Wealth Function)
Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka
panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan-kekayaan tersebut
dapat dipergunakan kembali. Kekayaan ini tidak dapat mengalami
penyusutan (depresiasi) seperti aktiva lain.
3. Fungsi Likuiditas (Liquidity Function)
15
Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa dilikuidiasi
melalui pasar modal dengan risiko yang sangat minimal, dibandingkan
dengan aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga dengan biaya relatif
murah dan lebih cepat. Dengan kata lain, pasar modal adalah ready market
untuk melayani pemenuhan likuidasi para pemegang surat berharga.
4. Fungsi Pinjaman (Credit Function)
Pasar modal merupakan fungsi pinjaman untuk konsumsi atau investasi.
Pasar modal bagi suatu perekonomian Negara merupakan sumber
pembiayaan
pembangunan
dan
pinjaman
yang
dihimpun
dari
masyakarakat.
2.2
Saham
2.2.1
Pengertian Saham
Darmadji dan Fakhruddin (2001:5) mendefinisikan saham sebagai
berikut:
“Saham adalah tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan
dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.”
Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik
kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga
tersebut. Fungsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang
ditanamkan di perusahaan tersebut.
16
2.2.2
Jenis Saham
Saham dibagi menjadi dua yaitu, saham biasa (ordinary share) dan saham
preferen (preference share). Menurut Kieso, et.al dalam Intermediate
Accounting (2011) mengatakan terdapat dua jenis saham, yaitu:
1. Saham Biasa (Ordinary Share)
Sebuah saham biasa mewakili kepemilikan ekuitas di perusahaan dan
memberikan hak kepada pemilik untuk pemungutan suara dalam hal
dimasukkan sebelum pemegang saham secara proporsional dengan
persentase kepemilikan mereka di perusahaan.
2. Saham Preferen (Preference Share)
Saham preferen memiliki ketentuan yang memberikan mereka beberapa
prefenrensi atau prioritas atas saham biasa. Biasanya, pemegang saham
preferensi memiliki prioritas untuk (1) distribusi laba (dividen) dan (2)
aset dalam hal terjadi likuidasi.
Menurut Martalena dan Malinda (2011:13) saham ada dua macam, yaitu
saham biasa dan saham preferen.
1. Saham biasa memiliki karakteristik:

Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan
dilikuidasi.

Hak suara proporsional pada pemilihan direksi serta keputusan lain
yang ditetapkan pada rapat umum pemegang saham.

Dividen, jika perusahaan memperoleh laba dan disetujui di dalam
rapat umum pemegang saham.
17

Hak memesan efek terlebih dahulu sebelum efek tersebut
ditawarkan kepada masyarakat.
2. Saham preferen memiliki karakterisitik:

Pembayaran dividen dalam jumlah yang tetap.

Hak klaim lebih dulu dibandingkan saham biasa jika perusahaan
dilikuidasi.

Dapat dikonversikan menjadi saham biasa.
Dari karakteristik-karakteristik diatas dapat disimpulkan bahwa saham
biasa dan saham preferen berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada perlakuan
terhadap saham preferen dan saham biasa, dimana saham preferen hak klaim
didahulukan dari pada saham biasa ketika dilikuidasi. Sehingga, apabila pada saat
dilikuidasi hasil yang diberikan pada pemegang saham biasa adalah sebesar sisa
dari bagian yang telah di berikan pada pemilik saham preferen.
2.2.3
Model Analisis Saham
Ada dua macam analisis yang digunakan untuk menentukan penilaian dari
saham. Menurut Jogianto (2003:88):
1. Analisis Teknikal
Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data
atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk mengakses permintaan atau
penawaran suatu saham tertentu atau pasar saham secara keseluruhan.
Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan,
18
seperti harga saham, volume perdagangan, serta faktor-faktor lain yang
bersifat teknis.
2. Analisis Fundamental
Analisis fundamental bertolak dari anggapan bahwa setiap investor adalah
makhluk rasional dan keputusan investasinya akan dia ambil berdasarkan
analisis ini. Nilai saham suatu perusahaan tidak hanya mencerminkan nilai
intrinsik perusahaan pada suatu waktu, tetapi juga menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba perusahaan dimasa yang
akan datang. Analisis fundamental ini dilakukan dengan menggunakan
data mengenai kinerja perusahaan, sehingga sangat membutuhkan
informasi yang tepat, akurat dan dapat diandalkan. Informasi yang umum
digunakan adalah informasi akuntansi berupa angka-angka kuantitatif
yang umumnya diambil dalam laporan keuangan perusahaan yang
dianalisis. Dalam analisis ini, saham memiliki nilai intrinsik tertentu (nilai
yang seharusnya). Analisis ini akan membandingkan nilai intrinsik suatu
saham dengan harga pasar guna menentukan apakah harga saham tertentu
sudah mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum.
Menurut Eduardus Tandelilin (2001:47) :
“Perbedaannya, analisis teknikal mendasarkan diri pada pola-pola
pergerakan harga saham dari waktu ke waktu, sedangkan analisis
fundamental secara “top down” mendasarkan diri pada faktorfaktor fundamental perusahaan yang dipengaruhi faktor ekonomi
dan industri.”
19
2.2.4
Saham Syariah
Secara konsep, saham merupakan surat berharga bukti penyertaan modal
kepada perusahaan dan dengan bukti penyertaan tersebut pemegang saham berhak
untuk mendapatkan bagian hasil dari usaha perusahaan tersebut. Konsep
penyertaan modal dengan hak bagian hasil usaha ini merupakan konsep yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Prinsip syariah mengenal konsep ini
sebagai kegiatan musyarakah atau syirkah. Berdasarkan analogi tersebut, maka
secara konsep saham merupakan efek yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah. Namun demikian, tidak semua saham yang diterbitkan oleh emiten dan
perusahaan publik dapat disebut sebagai saham syariah. Suatu saham dapat
dikategorikan sebagai saham syariah jika saham tersebut diterbitkan oleh:
1. Emiten dan Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan dalam
anggaran dasarnya bahwa kegiatan usaha emiten dan perusahaan publik
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
2. Emiten dan perusahaan publik yang tidak menyatakan dalam anggaran
dasarnya bahwa kegiatan usaha emiten dan perusahaan publik tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, namun memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a. Kegiatan usaha tidak bertentangan dengan prinsip syariah
sebagaimana diatur dalam peraturan IX.A.13, yaitu tidak
melakukan kegiatan usaha:

Perjudian dan permainan yang tergolong judi;
20

Perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan
barang/jasa;

Perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu;

Bank berbasis bunga;

Perusahaan pembiayaan berbasis bunga;

Jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian
(gharar) dan/atau judi (maisir), antara lain asuransi
konvensional;

Memproduksi,
mendistribusikan,
memperdagangkan
dan/atau menyediakan barang atau jasa haram zatnya
(haram li-dzatihi), barang atau jasa haram bukan karena
zatnya (haram li-ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI;
dan/atau, barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat
mudarat;

Melakukan transaksi yang mengandung unsur suap
(risywah);
b. Rasio total hutang berbasis bunga dibandingkan total ekuitas tidak
lebih dari 82%, dan
c. Rasio total pendapatan bunga dan total pendapatan tidak halal
lainnya dibandingkan total pendapatan usaha dan total pendapatan
lainnya tidak lebih dari 10%.
21
2.2.5 Jakarta Islamic Index
Dalam rangka mengakomodir investor yang tertarik berinvestasi, BEJ dan
Danareksa Investment Management (DIM) meluncurkan sebuah indeks yang
didasarkan pada syariah islam, dikenal dengan nama Jakarta Islamic Index (JII).
JII diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000. JII dihitung mundur hingga tanggal 1
Januari 1995 sebagai hari dasar dengan nilai dasar 100. JII terdiri dari 30 saham
yang sesuai dengan syariah islam. Dewan Pengawas Syariah PT DIM terlibat
dalam menetapkan kriteria saham-saham yang masuk dalam JII.
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.
40/DSN MUI/X/2003, tentang pasar modal dan pedoman umum penerapan
prinsip syariah di bidang pasar modal, jenis kegiatan utama emiten yang
bertentangan dengan syariah adalah:
1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdangan yang
dilarang.
2. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan
asuransi konvensional.
3. Usaha
yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan
makanan dan minuman yang tergolong haram.
4. Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan/atau menyediakan barangbarang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
22
5. Melakukan investasi pada emiten (perusahaan) yang pada saat transaksi
tingkat (nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih
dominan dari modalnya.
Untuk menetapkan saham-saham yang masuk dalam perhitungan indeks
JII, dilakukan lima tahap penyaringan, yaitu:
1. Dipilih perusahaan yang kegiatan utamanya tidak bertentangan dengan
syariah.
2. Saham tersebut sudah tercatat di BEJ lebih dari 3 bulan. Syarat ini boleh
dilanggar bila ia termasuk dalam 10 saham berkapitalisasi besar.
3. Dipilih saham yang berdasarkan laporan keuangannya, rasio kewajiban
terhadap aktiva maksimal 90%.
4. Dipilih 60 saham berdasarkan urutan kapitalisasi pasar terbesar selama
satu tahun terakhir.
5. Dipilih 30 saham berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan
selama satu tahun terakhir.
Berdasarkan pengumuman saham emiten yang masuk dalam penghitungan
Jakarta Islamic Index No. Peng-18/BEJ-DAG/U/01-2000, hal-hal mengenai
penerapan Jakarta Islamic Index adalah:
1. Jumlah saham yang masuk dalam perhitungan Jakarta Islamic Index
meliputi 30 saham.
23
2. Komponen penghitungan indeks ini dievaluasi setiap enam bulan dengan
penentuan komponen indeks setiap awal bulan Januari dan Juli setiap
tahunnya. Untuk pertama kali, besaran nilai dasar dihitung berdasarkan
nilai pasar saham emiten yang masuk dalam komponen penghitungan
indeks Jakarta Islamic Index pada tanggal 1 Januari 1995, yang sekaligus
merupakan hari dasar Jakarta Islamic Index.
3. Metode penghitungan indeks ini, sama dengan cara penghitungan IHSG,
Indeks LQ 45 dan Indeks Sektoral.
2.3
Return
2.3.1
Pengertian Return
Investor mempunyai harapan yang besar terhadap investasi yang
ditanamnya terutama dalam bentuk saham. Investor mengharapkan tingkat
pengembalian saham yang besar (return saham). Return saham yang diperoleh
nantinya oleh para investor, bukan hanya return saham yang besar, tetapi dapat
memberikan return yang terus meningkat dalam jangka panjang.
Menurut Eduardus Tandelilin (2001:47) tentang pengertian return
adalah sebagai berikut:
“Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor yang
berinvestasi dan juga imbalan atau keberanian investor menanggung risiko
atas investasi yang dilakukannya.”
Gitman (2000:85) menyatakan pengertian return sebagai berikut:
“Return is the total gain or loss experience behalf of the owner over a
period of time, calculated by dividing the asset change is value plus any
24
cash distribution on during the period by its beginning of period
investment value.”
Dari definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa return adalah
suatu hasil pengembalian yang diperoleh dari suatu dana atau modal yang
ditanamkan pada suatu investasi, baik berupa aset riil maupun aset keuangan.
2.3.2 Return Saham
Menurut Hartono (2008:7) pengertian return saham adalah tingkat
pengembalian saham atas investasi yang dilakukan oleh investor. Return saham
dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu return realisasi dan return ekspektasi.
Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung
menggunakan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai
salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return realisasi ini juga berguna
sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko dimasa datang. Return
ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa
mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya belum terjadi.
Menurut Jogiyanto (2000:111) pengertian return saham adalah:
“Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return
dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi
yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi dimasa yang akan
datang.”
Pengertian return saham menurut Gitman (2008:248) adalah:
“The return on common stock equity is measured as the total gain or loss
experienced on behalf of it’s owner over a given period of time. It is
commonly stated as a changein value plus any cash distribution during the
period, percentage of the beginning-of-period investment value.”
25
Artinya return saham atau tingkat pengembalian saham yang dimaksud
adalah tingkat pengembalian untuk saham biasa dan merupakan pembayaran kas
yang diterima akibat kepemilikan saham ditambah dengan perubahan harga saham
lalu dibagikan dengan harga saham pada saat awal investasi.
Kesimpulan dari dua definisi diatas bahwa return saham merupakan
penghasilan yang diterima dari suatu investasi ditambah dengan perubahan harga
saham yang biasanya dinyatakan sebagai persentase dari harga awal investasi
tersebut.
Return dibagi menjadi dua yaitu, return realisasi (realized return) dan
return ekspektasi (expected return). Adapun pengertian return realisasi dan return
ekspektasi menurut Jogiyanto (2000:109) sebagai berikut:
1. Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi.
Return ini penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja
perusahaan dan berdasarkan data historis.
2. Return ekspektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan
akan diperoleh oleh investor di masa mendatang.
Return realisasi dan return ekspektasi mempunyai perbedaan yaitu return
realisasi sifatnya sudah terjadi sedangkan, return ekspektasi sifatnya belum
terjadi. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan salah satu jenis dari return
realisasi.
26
Menurut Jogiyanto (2000:110) return dapat dinyatakan sebagai berikut:
Rt =
Dimana:
R
= Actual rate of return
Pt
= Stock Price at time period t
Pt-1
= Stock Price at time period t-1
Perhitungan return saham dalam penelitian ini menggunakan harga
penutupan (closing price). Alasan menggunakan harga penutupan pada saat
tanggal selesai diauditnya laporan keuangan atau saat laporan audit diterbitkan
dan ditandatangani, karena harga penutupan adalah harga yang pasti dan tidak
akan berubah lagi pada hari itu dan sesuai dengan tanggal laporan keuangan
selesai diaudit karena masing-masing laporan keuangannya telah berhasil diaudit
pada tanggal yang berbeda-beda dan laporan keuangan tersebut semakin andal
apabila telah diaudit dengan baik.
Selain memperhatikan return, investor juga perlu mempertimbangkan
risiko yang akan dihadapi akibat investasi tersebut. Menurut Fahmi (2009:152)
risk and return merupakan kondisi yang dialami oleh perusahaan, institusi atau
individu dalam keputusan investasi yaitu baik kerugian ataupun keuntungan
dalam suatu periode akuntansi. Dalam dunia investasi dikenal adanya hubungan
kuat antara risk and return, yaitu jika berisiko tinggi maka keuntungan (return)
juga akan tinggi dan begitu pula sebaliknya.
27
2.4
Risiko/Risk
2.4.1
Pengertian Risiko
Risiko maupun return bagaikan dua sisi yang selalu berdampingan.
Artinya dalam berinvestasi, disamping menghitung return yang diharapkan,
investor juga harus memperhatikan risiko yang ditanggungnya.
Lawrence J. Gitman (2000:87) mendefinisikan risiko sebagai berikut:
“Risk is the chance that actual outcomes may differ from those expected.”
Sedangkan definisi risiko menurut Jogiyanto (2003:130) adalah sebagai
berikut:
“Risiko sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi dari
outcome yang diterima dengan yang diekspektasi.”
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa risiko merupakan
kemungkinan dari investasi mengalami kegagalan dalam memenuhi tingkat
pengembalian yang diharapkan.
2.4.2
Jenis-jenis Risiko
Menurut Suad Husnan (2005:208) jenis risiko dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu:
1. Systematic risk, atau risiko pasar merupakan risiko yang berkaitan dengan
perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Perubahan tersebut
akan mempengaruhi variabilitias return suatu investasi. Yang termasuk ke
28
dalam risiko sistematis adalah risiko suku bunga, risiko pasar, risiko
inflasi, risiko nilai tukar mata uang, dan risiko negara.
2. Unsystematic risk, atau risiko tidak sistematis adalah risiko yang tidak
terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan. Unsystematic risk ini
lebih terkait dengan perubahan kondisi mikro perusahaan penerbit
sekuritas. Dalam manajemen portofolio risiko tidak sistematis dapat
diminimalkan dengan melakukan diversifikasi investasi pada berbagai
jenis sekuritas. Yang termasuk dalam risiko tidak sistematis ini antara lain
risiko bisnis, risiko financial, risiko likuiditas.
2.5
Laporan Keuangan
2.5.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan sumber yang penting untuk memperoleh
informasi mengenai posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan
yang bersangkutan. Pada hakikatnya, laporan keuangan adalah hasil dari proses
akuntansi yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan data keuangan kepada
pihak-pihak
yang berkepentingan
sebagai
bahan
pertimbangan
didalam
pengambilan keputusan-keputusan ekonomi.
Menurut Eugene F Brigham dan Joel F Houston (2006:79):
“Laporan keuangan melaporkan baik posisi perubahan pada suatu waktu
tertentu maupun operasinya selama beberapa periode yang lalu. Akan
tetapi nilai riil dari laporan keuangan adalah fakta bahwa laporan
keuangan digunakan untuk memprediksi laba dan dividen masa depan.
Dari sudut pandang investor, analisis laporan keuangan digunakan untuk
memprediksi masa depan, sedangkan dari sudut manajemen laporan
29
keuangan digunakan untuk mengantisipasi kondisi dimasa depan dan yang
lebih penting sebagai titik awal untuk merencanakan tindakan yang akan
mempengaruhi peristiwa dimasa depan.”
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
adalah suatu pencatatan atas ringkasan dari transaksi-transaksi dengan tujuan
memberikan informasi keuangan yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan.
Laporan keuangan perusahaan menunjukkan kinerja dan meramalkan kemampuan
perusahaan dalam aspek-aspek ekonominya, terutama yang berkaitan dengan
masalah pengelolaan investasi oleh perusahaan dan kemampuan dalam
menghasilkan keuntungan.
2.5.2 Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap menurut (PSAK) No. 1 tahun 2012
terdiri dari beberapa komponen: (a) laporan posisi keuangan pada akhir periode;
(b) laporan laba rugi komprehensif selama periode; (c) laporan perubahan ekuitas
selama periode; (d) laporan arus kas selama periode; (e) catatan atas laporan
keuangan; dan (f) laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif. Adapun
pengertian komponen-komponen laporan keuangan yaitu, laporan posisi
keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan
arus kas menurut Martani (2012:109) meliputi:
1. Laporan Posisi Keuangan
Laporan posisi keuangan atau yang sering disebut neraca, melaporkan
aset, liabilitas, dan modal entitas pada tanggal tertentu. Laporan ini
30
merupakan sumber informasi utama tentang posisi keuangan entitas karena
merangkum
elemen-elemen
yang
berhubungan
langsung
dengan
pengukuran posisi keuangan yaitu aset, liabilitas, dan ekuitas.
2. Laporan Laba Rugi Komprehensif
Laporan yang mengukur keberhasilan kinerja perusahaan selama periode
tertentu. Informasi tentang kinerja perusahaan digunakan untuk menilai
dan memprediksi jumlah dan waktu atas ketidakpastian arus kas masa
depan.
3. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menyajikan informasi tentang perubahan
ekuitas perusahaan antara awal dan akhir periode pelaporan yang
mencerminkan naik turunnya aset neto perusahaan selama periode, baik
yang berasal dari setoran atau distribusi kepada pemilik atau yang berasal
dari kinerja perusahaan selama periode berjalan.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menyajikan informasi tentang
arus kas masuk dan arus kas keluar dan setara kas suatu entitas untuk suatu
periode tertentu.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan menurut (PSAK) No. 1 tahun 2012 adalah
bagian dari laporan keuangan dimana mempunyai fungsi (a) menyajikan
informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi tertentu yang digunakan; (b) menggunakan informasi yang
31
disyaratkan Standar Akuuntansi Keuangan; dan (c) memberikan informasi
yang tidak disajikan di bagian maupun dalam laporan keuangan, tetapi
informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan. Catatan
atas laporan keuangan memberikan penjelasan atau rincian dari pos-pos
yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan informasi mengenai
pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.
6. Laporan Posisi Keuangan Awal Periode Komparatif
Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif (PSAK) No. 1
tahun 2012 yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan
akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos
laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi dalam laporan
keuangannya.
Dari ke-enam laporan keuangan di atas, masing-masing laporan keuangan
tersebut salin memiliki keterkaitan dan mempunyai fungsi yang sama yaitu
digunakan oleh pengguna laporan keuangan sebagai media pengambilan
keputusan.
2.5.3 Pengguna Laporan keuangan
Para pengguna laporan keuangan tersebut meliputi investor sekarang dan
investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha
lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaga lainnya dan masyarakat.
Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan
informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi:
32
1. Investor
Investasi mengandung risiko yang melekat. Keputusan untuk
berinvestasi harus dilakukan dengan hati-hati. Laporan keuangan dapat
membantu investor untuk mengkaji pilihannya dalam berinvestasi.
Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan
mereka untuk menilai risiko yang melekat dari investasi yang mereka
lakukan serta kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
2. Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka ingin
memastikan bahwa perusahaan tempat mereka bekerja adalah perusahaan
yang stabil, kestabilan perusahaan dapat menciptakan suasana kerja yang
baik dan dapat menimbulkan semangat bekerja yang lebih besar.
Kebutuhan informasinya
adalah mengenai
stabilitas, profitabilitas
perusahaan, menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas
jasa, pensiun dan kesempatan kerja.
3. Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman menggunakan laporan keuangan untuk melihat
kestabilan dan tingkat pertumbuhan yang dimiliki oleh perusahaan.
Informasi yang dibutuhkan memungkinkan mereka untuk memutuskan
apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar saat jatuh tempo.
4. Pemasok dan kreditur usaha lainnya
Kreditur usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggat
waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali jika sebagai
33
pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
pemasok dan kreditur usaha lainnya membutuhkan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang
akan dibayar pada saat jatuh tempo.
5. Pelanggan
Pelanggan terutama yang terikat atau tergantung pada perusahaan
ingin memastikan bahwa perusahaan dapat terus berproduksi sehingga
rantai operasi mereka tidak terganggu. Kebutuhan informasinya adalah
mengenai kelangsungan hidup perusahaan terutama kalau terlibat
perjanjian jangka panjang dengan perusahaan.
6. Pemerintah
Pemerintah
dan
berbagai
lembaga
yang
berada
dibawah
kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu
berkepentingan dengan akivitas perusahaan. Pemerintah memerlukan
informasi
untuk
menetapkan
kebijakan
perusahaan
dan
industri
perusahaan terkait, menyusun statistik pendapatan nasional, perhitungan
tingkat inflasi dan perhitungan lainnya.
7. Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dengan berbagai
cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada
perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan
perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat
membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan
34
(trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta
rangkaian aktivitasnya.
Pengguna laporan keuangan bertujuan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan guna pengambilan keputusan. Setiap pengguna memiliki kebutuhan
informasi yang berbeda-beda.
2.6
Analisis Laporan Keuangan
Menurut
Atmaja
(2008:415)
rasio
keuangan
didesain
untuk
memperlihatkan hubungan antara item-item pada laporan keuangan (neraca dan
laporan rugi laba) ada 5 jenis rasio keuangan, yaitu:
1. Leverage ratios, memperlihatkan berapa hutang yang digunakan
perusahaan seperti debt ratio, time interest earned ratio, dan cash
coverage ratio.
2. Liquidity ratios, mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo. Seperti current ratio, quick ratio,
cash ratio.
3. Efficiency atau Turnover atau Asset Management Ratio, mengukur
seberapa efektif perusahaan mengelola aktiva, seperti inventory turnover,
fixed asset turnover, total asset turnover.
4. Profitability ratio, mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
seperti Return On Asset, Return On Equity, Net Profit Margin.
35
5. Market value ratio, memperlihatkan bagaimana perusahaan dinilai
investor pasar modal. Seperti Earning Per Share, Price Earning Ratio,
Dividend yield, dan Market to Book Ratio.
2.6.1 Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan serta
efisiensi perusahaan dalam menghasilkan penjualan dengan kemampuan aktiva
yang dimiliki. Rasio aktivitas antara lain terdiri dari Total Assets Turnover (TAT).
Rasio aktivitas menurut Van Horne dan Wachowiez (2005:212):
“Rasio yang mengukur bagaimana perusahaan menggunakan aktivanya.”
Rasio aktivitas (activity ratio), juga disebut sebagai rasio efisiensi atau
perputaran, mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan berbagai
aktivanya.
Total Asset Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
seberapa efisiennya seluruh aktiva perusahaan digunakan untuk menunjang
kegiatan penjualan. Perputaran total aktiva menunjukkan bagaimana efektifitas
perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dalam
kaitannya untuk mendapatkan laba. Perusahaan dengan tingkat penjualan yang
besar diharapkan mendapatkan laba yang besar pula. Nilai TAT yang semakin
besar menujukkan nilai penjualannya juga semakin besar dan harapan
memperoleh laba juga semakin besar pula. Total Assets Turnover secara
matematis dirumuskan sebagai berikut:
36
Penjualan
Total Assets Turnover
=
Total Aktiva
2.6.2 Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dengan kemampuan dan sumber yang
dimiliki. Rasio profitabilitas yang berkaitan dengan efisiensi perusahaan dalam
menghasilkan laba dalam penelitian ini, yaitu Return On Assets (ROA).
Return On Assets (ROA) merupakan ukuran kemampuan perusahaan
didalam
menghasilkan
keuntungan
(return)
bagi
perusahaan
dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Semakin besar ROA menunjukkan
kinerja yang semakin baik. Nilai ROA yang semakin tinggi menunjukkan suatu
perusahaan semakin efisien dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh
laba, sehingga nilai perusahaan meningkat Fahmi (2012:98) Jadi semakin tinggi
nilai ROA menunjukkan kinerja keuangan perusahaan semakin baik. ROA secara
matematis dirumuskan sebagai berikut:
EAT
ROA (%)
=
x 100%
Total Assets
2.6.3
Rasio Pasar
Rasio Pasar (Market Ratio) atau rasio saham adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur nilai saham. Rasio pasar antara lain Price Book Value (PBV).
37
Price Book Value (PBV) merupakan rasio pasar yang digunakan untuk
mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya (Ang, 1997). Nilai
Price Book Value (PBV) yang semakin besar menunjukkan harga pasar dari
saham tersebut semakin tinggi pula. Jika harga pasar dari suatu saham semakin
tinggi, maka capital gain (actual return) juga akan semakin tinggi. Perusahaan
yang kinerjanya baik biasanya nilai rasio PBV-nya diatas satu, hal ini
menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih tinggi dari nilai bukunya.
Nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat
tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar, yaitu oleh permintaan dan penawaran
saham yang bersangkutan di pasar bursa. Nilai buku (book value) per lembar
saham menunjukkan aktiva bersih (net assets) yang dimiliki oleh pemegang
saham dengan memiliki satu lembar saham, karena aktiva bersih adalah sama
dengan total ekuitas pemegang saham. Sehingga nilai buku perlembar saham
adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Nilai buku (BV)
secara matematis menurut Fahmi (2012:94) dirumuskan sebagai berikut :
Total Equity
BV =
Jumlah Saham Beredar
Sehubungan dengan hal tersebut, Price Book Value (PBV) sebagai
pengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya menurut Sutrisno
(2008:224) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Harga Pasar Saham
PBV
=
Nilai Buku Per Lembar Saham
38
Price Book Value adalah angka rasio yang menjelaskan seberapa kali
seorang investor bersedia membayar sebuah saham untuk setiap nilai buku per
sahamnya. Perusahaan yang aktivitasnya berjalan dengan baik, umumnya
memiliki rasio PBV mencapai di atas satu (>1), yang menunjukkan bahwa nilai
pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar rasio PBV semakin
tinggi perusahaan dinilai oleh para investor relatif dibandingkan dengan dana
yang telah ditanamkan di perusahaan (Wardjono, 2010).
2.7
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Priska Ika Setiyorini (2011) yang berjudul
Pengaruh Perbandingan Economic Value Added dan Rasio Profitabilitas Terhadap
Return Saham mengatakan bahwa Return On Assets (ROA) mempunyai pengaruh
negatif terhadap return saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Risca Yuliana Thrisye dan Nicodemus Simu
(2013) yang berjudul Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham
BUMN Sektor Pertambangan periode 2007-2010 mengatakan bahwa Return On
Assets (ROA) dan Total Assets Turnover (TAT) tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap return saham.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Saniman Widodo (2007) yang
berjudul Analisi Pengaruh Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas, dan Rasio Pasar
Terhadap Return Saham Syariah dalam Kelompok Jakarta Islamic Index (JII)
mengatakan bahwa Total Assest Turnover (TAT), Return On Assets (ROA),
memberikan pengaruh positif signifikan terhadap return saham dan Price Book
Value (PBV) memberikan pengaruh negatif signifikan terhadap return saham.
39
Penelitian yang dilakukan oleh Masdaliyatul Lulukiyyah (2011) yang
berjudul Analisis Pengaruh Total Assets Turnover (TAT), Return On Assets
(ROA), Current Ratio (CR), Debt To Equity Ratio (DER), dan Earning Per Share
(EPS) Terhadap Return Saham mengatakan bahwa Total Assets Turnover (TAT),
Return On Assets (ROA), memberikan pengaruh positif signifikan terhadap return
saham.
2.8
Kerangka Pemikiran
Kegiatan investasi merupakan suatu aktivitas yang diambil berdasarkan
kemampuan investor dalam mengambil keputusan untuk menanamkan modal
yang dimilikinya. Modal yang ditanam oleh seorang investor tersebut tentunya
mempunyai harapan untuk mendapatkan return yang lebih besar dari modal yang
ditanam. Sebelum melakukan keputusan untuk menanam modal di suatu
perusahaan, investor diharapkan mampu menganalisis atau memprediksi seberapa
besar return yang akan diterima nantinya.
Investasi erat kaitannya dengan saham. Saham adalah salah satu alternatif
dalam berinvestasi di pasar modal. Dalam melakukan investasi tentunya tidak
selalu menguntungkan, ada saatnya investasi akan mengalami capital loss dari
risiko likuidasi.
Pasar modal secara formal sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan
(atau sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan baik dalam bentuk
hutang ataupun modal sendiri, baik diterbitkan oleh pemerintah, public
authorities, maupun perusahaan swasta (Husnan, 2010:3). Suatu pasar modal
40
dapat dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli
surat-surat berharga secara cepat. Pasar modal dikatakan efisien jika harga dari
surat-surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat
(Jogiyanto, 2010:15).
Pasar modal mempunyai fungsi sarana alokasi dana yang produktif untuk
memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke peminjam. Alokasi dana yang
produktif terjadi jika individu yang mempunyai kelebihan dana dapat
meminjamkannya ke individu lain yang lebih produktif membutuhkan dana
(Jogiyanto, 2010:30).
Laporan keuangan erat kaitannya dengan para investor dan pengguna
laporan keuangan lainnya. Informasi yang dibutuhkan oleh para investor
digunakan untuk pengambilan keputusan dalam kegiatan investasinya. Laporan
keuangan sangat diperlukan untuk mengukur hasil usaha dan perkembangan
perusahaan dari waktu ke waktu dan untuk mengetahui sudah sejauh mana
perusahaan mencapai tujuannya. Laporan keuangan memegang peranan yang luas
dan mempunyai suatu posisi yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan
(Fahmi, 2011:4). Untuk mendapatkan hasil return dari investasi, investor tidak
hanya melihat informasi tetapi membuat suatu perencanaan disertai analisis dan
perhitungan yang tepat. Harga saham dipasar modal tentu mengalami peningkatan
serta penurunan secara fluktuatif. Analisis yang dapat dilakukan adalah analisis
teknikal ataupun analisis fundamental.
Analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan faktor
fundamental perusahaan yang ditunjukkan dalam laporan keuangan perusahaan.
41
atas dasar laporan keuangan para investor dapat melakukan penilaian kinerja
keuangan perusahaan terutama keputusan dalam hal melakukan investasi. Analisis
teknikal didasarkan pada data perubahan harga saham di masa lalu sebagai upaya
untuk memperkirakan harga saham dimasa mendatang.
Perbedaan dari kedua analisis tersebut adalah analisis fundamental lebih
menekankan pada pentingnya nilai wajar pada saham dan membutuhkan banyak
sekali data, berita, dan angka-angka, sedangkan analisis teknikal hanya
membutuhkan grafik harga dan volume masa depan.
Informasi akuntansi adalah salah satu informasi penting yang dibutuhkan
para investor. Melalui laporan keuangan informasi bisa kita dapatkan apabila kita
membacanya dengan cermat. Informasi mengenai kinerja perusahaan, kekayaan,
pendapatan, dan lain-lain, dapat dilihat dalam laporan keuangan. Dari informasi
dalam laporan keuangan kita dapat menilai kondisi perusahaan baik atau buruk
dan mempermudah investor dalam mengambil keputusan untuk menanamkan
investasi atau tidak. Investor merupakan salah satu pihak yang mempunyai
kepentingan langsung terhadap informasi keuangan. Investor memerlukan
informasi kuantitatif yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan karena
laporan keuangan memberikan informasi keuangan perusahaan penerbit saham,
yang nantinya dapat dijadikan bahan pertimbangan investor dalam berinvestasi.
Rasio keuangan merupakan hal yang sangat penting untuk melakukan
analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan. Analisis rasio yang digunakan
dalam penelitian ini adalah rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio pasar.
42
2.8.1
Hubungan Total Assets Turnover (TAT) Dengan Return Saham
Total Assets Turnover (TAT) merupakan salah satu rasio aktivitas, yaitu
rasio yang menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya atau perputaran aktiva-aktiva tersebut.
TAT (Total Asstes Turnover) digunakan untuk mengukur seberapa efisiennya
seluruh aktiva perusahaan dimanfaatkan dalam menunjang penjualan (Ang, 1997).
Nilai rasio TAT (Total Assets Turnover) yang tinggi menunjukkan
semakin efisien suatu perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya
dan menunjukkan semakin besar penjualan yang dihasilkan. Nilai TAT (Total
Assets Turnover) yang tinggi akan mengurangi ketidakpastian investor dalam
menanamkan dananya. Dari penjualan yang tinggi diharapkan dapat dihasilkan
return yang tinggi pula.
2.8.2 Hubungan Return On Assets (ROA) Dengan Return Saham
Return On Assets merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam
mengahasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga
ROA sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis (Riyanto, 2000). Semakin
tinggi ROA maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan.
Analisis Return On Assets (ROA) sangat berguna bagi investor. Analisis
ini dapat mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan dari hasil
operasi perusahaan dibandingkan dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan.
43
Return On Assets (ROA) menjadi salah satu terbaik untuk mengukur keberhasilan
manajemen melaksanakan tugasnya dalam mengelola aktivanya.
Nilai ROA yang tinggi berarti perusahaan semakin efisien dalam
memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba, sehingga nilai perusahaan
meningkat (Brigham, 2001). Kinerja perusahaan yang semakin baik dan nilai
perusahaan yang meningkat akan memberikan harapan naiknya harga saham
perusahaan tersebut yang pada akhirnya akan berdampak kepada kenaikan return
saham.
2.8.3
Hubungan Price Book Value (PBV) dengan Return Saham
Pada umumnya perusahaan-perusahaan yang dapat beroperasi dengan baik
akan mempunyai rasio Price Book Value (PBV) diatas 1, dimana hal ini
menunjukkan nilai saham suatu perusahaan, dihargai diatas nilai bukunya.
Semakin tinggi rasio Price Book Value (PBV) suatu perusahaan menunjukkan
semakin tinggi pula penilaian investor terhadap perusahaan yang bersangkutan,
relatif apabila dibandingkan dengan dana yang diinvestasikannya. Hal ini akan
berakibat pada semakin meningkatnya harga saham suatu perusahan, dengan
demikian
diharapkan
akan
meningkat
tingkat
return
perusahaan
yang
bersangkutan.
Semakin kecil nilai Price Book Value (PBV) maka harga dari suatu saham
semakin murah. Semakin rendah rasio Price Book Value (PBV) menunjukkan
harga saham yang lebih murah underprice dibandingkan dengan harga saham lain
yang sejenis. Kondisi ini memberi peluang kepada investor untuk meraih capital
44
gain pada saat harga saham kembali mengalami rebound kenaikan harga. Oleh
karena itu, didalam memilih saham dengan pertimbangan rasio tinggi rendahnya
Price Book Value (PBV) disarankan memilih saham dengan rasio Price Book
Value (PBV) rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Price Book Value
(PBV) memiliki hubungan positif dengan return saham (Budileksmana dan
Gunawan, 2003)
PASAR MODAL
SAHAM
ANALISIS
TEKNIKAL
ANALISIS
FUNDAMENTAL
LAPORAN
KEUANGAN
RASIO
KEUANGAN
TOTAL ASSETS
TURNOVER (TATO)
RETURN ON ASSETS
(ROA)
RETURN
SAHAM SYARIAH
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
PRICE BOOK
VALUE (PBV)
45
2.9
Hipotesis Penelitian
Hipotesis bisa didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara
logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan
yang dapat diuji (Sekaran, 2011:135). Sedangkan menurut Sugiyono (2013:63)
hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data.
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau
tidaknya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen,
dimana hipotesis nol (H0) yaitu proporsi yang menyatakan hubungan yang
definitif dan tepat diantara dua variabel. Yaitu, hipotesis ini menyatakan bahwa
korelasi populasi antara dua variabel adalah sama dengan nol atau bahwa
perbedaan dalam mean (rerata hitung) dua kelompok dalam populasi adalah sama
dengan nol. Secara umum pernyatan nol diungkapkan sebagai tidak ada hubungan
(signifikan) antara dua variabel atau tidak ada perbedaan (signifikan) antara dua
kelompok. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) merupakan pernyataan yang
mengungkapkan hubungan antara dua variabel atau menunjukkan perbedaan
antara kelompok. Dalam penelitian ini, peneliti membuat hipotesis yang
dijabarkan sebagai berikut:
46
1. Secara Parsial
H01
: Rasio aktivitas Total Assets Turnover (TAT) tidak berpengaruh
positif terhadap return saham syariah dalam Jakarta Islamic Index.
Ha1
: Rasio aktivitas Total Assets Turnover (TAT) berpengaruh positif
terhadap return saham syariah dalam Jakarta Islamic Index.
H02
: Rasio profitabilitas Return On Assets (ROA) tidak berpengaruh
positif terhadap return saham syariah dalam Jakarta Islamic Index.
Ha2
: Rasio profitabilitas Return On Assets (ROA) berpengaruh positif
terhadap return saham syariah dalam Jakarta Islamic Index.
H03
: Rasio pasar Price Book Value (PBV) tidak berpengaruh positif
terhadap return saham syariah dalam Jakarta Islamic Index.
Ha3
: Rasio pasar Price Book Value (PBV) berpengaruh positif
terhadap return saham syariah dalam Jakarta Islamic Index.
2. Secara Simultan
H04
: Rasio aktivitas Total Assets Turnover (TAT), rasio profitabilitas
Return On Assets (ROA), dan rasio pasar Price Book Value (PBV)
secara simultan tidak berpengaruh positif terhadap return saham
syariah dalam Jakarta Islamic Index.
Ha4
: Rasio aktivitas Total Assets Turnover (TAT), rasio profitabilitas
Return On Assets (ROA), dan rasio pasar Price Book Value (PBV)
secara simultan berpengaruh positif terhadap return saham syariah
dalam Jakarta Islamic Index.
Download