BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Di Indonesia perkembangan industri manufaktur cukup pesat, Hal ini dapat dilihat dari perkembangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah, maka dari itu tidak menutup kemungkinan perusahaan ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan prospeknya akan menguntungkan di masa kini maupun masa yang akan datang. Saat ini persaingan di indutri manufaktur semakin ketat, karena banyaknya produk impor yang sangat mudah masuk ke pasar Indonesia serta semakin banyaknya produk – produk ilegal yang menjadi hambatan bagi perusahaan di industri manufaktur yang menguasai pasar. Perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia meliputi diantaranya : sektor industri kimia dasar, sektor aneka industri, serta sektor industri barang konsumsi. Salah satu sektor industri manufaktur yang mengalami pertumbuhan positif adalah sektor industri kimia dasar. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah emiten sektor industri kimia. Sektor industri kimia dasar mewakili unsur dasar yang digunakan dalam kehidupan sehari – hari. Hampir semua barang yang kita gunakan merupakan produk dari perusahaan industri kimia dasar. Menurut Jurnal 1 2 Nasional dalam informasinya menyatakan bahwa industri kimia dasar dijadikan prioritas Kementrian Perindustrian dalam upaya strategi meningkatkan daya saing serta pertumbuhan industri dalam negeri. Industri kimia terkait erat dengan sektor ekonomi produktif. Hal ini menimbulkan pergerakan perekonomian nasional melalui peningkatan nilai tambah, penguatan struktur industri, penyediaan lapangan kerja dan peluang usaha dalam negeri. Semakin meningkatnya perusahaan industri kimia dasar, kembali ke tujuan setiap usaha yakni pada dasarnya suatu kegiatan usaha atau bisnis yang dijalankan oleh suatu perusahaan tentulah memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh pemilik dan manajemen. Menurut (kasmir, 2008) ada empat hal yang ingin dicapai oleh pemilik dan manajemen yaitu menginginkan keuntungan yang optimal, usaha yang dijalankan tidak hanya berjalan dalam satu periode, dapat menyediakan barang atau jasa bagi masyarakat, dan dapat membuka lapangan kerja. Keberhasilan dan kegagalan tidak selalu disebabkan oleh kurangnya pengetahuan produk atau gagal mengamati pasar dalam jangka panjang, melainkan karena tidak memahami kondisi keuangan. Laporan keuangan merupakan sarana utama dalam membuat laporan informasi keuangan kepada orang – orang dalam perusahaan (manajemen dan para karyawan) dan kepada masyarakat diluar perusahaan seperti bank, investor, pemasok dan sebagainya. Perusahaan go public harus tunduk pada persyaratan ketat dalam membuat laporan keuangan. Pedoman 3 Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan aturan dasar untuk membuat laporan keuangan (Gill & Chatton, 2008). Laporan keuangan merupakan informasi yang memuat informasi tentang posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan. Informasi ini diperlukan untuk melihat kinerja manajemen dalam melaksanakan kewenangan yang diberikan oleh pemilik, laporan keuangan juga digunakan untuk mengurangi kesenjangan informasi antara direksi atau manajemen perusahaan dengan pemilik atau kreditor yang berada di luar perusahaan (Darsono dan Ashari, 2005). Setiap entitas usaha tidak dapat terlepas dari kebutuhan informasi. Informasi yang dibutuhkan salah satunya berupa informasi akuntansi dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut terdiri dari neraca, laporan laba – rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan (IAI, 2000). Agar bermanfaat informasi dibuat secara relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi dapat dikatakan relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Untuk dapat menginterpretasikan informasi akuntansi yang relevan sesuai dengan tujuan dan kepentingan pemakainya maka dikembangkanlah seperangkat teknik analisis yang didasarkan pada laporan keuangan yang 4 dipublikasikan. Salah satu teknik tersebut yang diaplikasikan dalam praktek bisnis adalah analisis rasio keuangan. Hasil dari pengukuran rasio keuangan merupakan alat yang digunakan untuk menilai kondisi dan kinerja keuangan perusahaan khususnya yang kegunaannya dalam memprediksi laba yang akan datang. Rasio mengukur sebuah perbandingan. Fungsi lain dari rasio adalah mengukur hubungan, karena dapat menerjemahkan aktiva – aktiva seperti peralatan dan persediaan serta kewajiban seperti utang dan pinjaman kedalam sebuah nilai mata uang. Maka dari itu rasio dapat memudahkan untuk melihat hubungan yang berarti antara dua hal yang berbeda (Gill & Chatton, 2008). Perubahan indikator kinerja keuangan akan mempengaruhi kebijakan keuangan untuk kegiatan selanjutnya diantaranya menjaga kelangsungan kegiatan perusahaan. Laba merupakan suatu kata yang sangat populer dikalangan dunia bisnis, sebagai salah satu ukuran yang sangat penting dalam menilai kinerja keuangan sebuah perusahaan yang dijelaskan oleh Rico dan Rudy (2004). Dengan memprediksi laba, maka dapat diketahui prospek perusahaan tersebut dan mampu untuk memprediksi dividen yang akan diterima dimasa yang akan datang, serta memprediksi laba berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk tetap mempertahankan eksistensi dalam menjalankan usahanya dengan berbagai kewajiban yang menjadi beban dalam perusahaan tersebut. Informasi laba berfungsi untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang 5 representatif dalam jangka panjang, memprediksi laba dan menafsirkan resiko dalam investasi. Laba perusahaan diharapkan adanya kenaikan disetiap periodenya, sehingga dibutuhkan estimasi laba yang akan dicapai perusahaan untuk periode yang akan datang. Estimasi terhadap laba dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan yang dilakukan dapat berupa perhitungan dan interpretasi melalui rasio keuangan. Jika rasio keuangan dapat dijadikan untuk memprediksi pertumbuhan laba dimasa mendatang, maka temuan ini merupakan pengetahuan yang berguna bagi para pemakai laporan keuangan. Sebaliknya, jika rasio keuangan tidak cukup signifikan dalam memprediksi petumbuhan laba dimasa yang akan datang, hasil ini akan memperkuat bukti tentang inkonsistensi temuan – temuan empiris sebelumnya. (Meythi, 2005) menyatakan bahwa salah satu cara untuk merencanakan pertumbuhan laba perusahaan adalah menggunakan rasio keuangan. Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas. Rasio likuiditas diwakili oleh Working Capital to Total Assets, rasio solvabilitas atau leverage diwakili oleh Debt to Equity Ratio, rasio aktivitas diwakili oleh Total Assets Turnover dan rasio profitabilitas diwakili oleh Net Profit Margin. Working Capital to Total Assets (WCTA) menunjukkan rasio antara modal kerja tehadap total aktiva. Dimana WCTA dikatakan semakin tinggi maka manunjukkan semakin besar modal kerja yang 6 diperoleh perusahaan dibanding dengan total aktiva. Dengan modal kerja yang besar maka kegiatan operasional perusahaan menjadi lancar sehingga pendapatan yang diperoleh meningkat dan ini mengakibatkan laba yang diperoleh akan meningkat (Reksoprayitno, 1991). Debt to Equity Ratio (DER) menunjukan perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri (Ang, 1997). Semakin tinggi DER maka menunjukkan semakin tinggi penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan perusahaan. Hal ini dapat menimbulkan resiko yang cukup besar bagi perusahaan ketika perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya tersebut pada saat jatuh tempo yang telah disepakati. Sehingga hal ini akan mengganggu kontinuitas operasi perusahaan. Selain itu perusahaan akan dihadapkan pada biaya bunga yang semakin tinggi dapat menurunkan laba perusahaan. Total Assets Turnover (TAT) dapat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menggunakan total aktivanya dalam menghasilkan penjualan bersih (Ang, 1997). Semakin besar TAT akan menunjukkan semakin efisiensi penggunaan seluruh aktiva perusahaan untuk menunjang kegiatan penjualan. Hal ini menunjukan bahwa kinerja perusahaan semakin baik sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan. Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan bersihnya terhadap total penjualan bersih yang dicapai perusahaan. Semakin tinggi NPM maka menunjukkan bahwa semakin meningkat laba bersih yang 7 dicapai perusahaan terhadap penjualan bersihnya. Meningkatnya NPM akan meningkatkan daya tarik investor untuk menginvestasikan modalnya. Berdasarkan bukti empiris yang menghubungkan antara rasio keuangan (WCTA, DER, TAT dan NPM) terhadap pertumbuhan laba masih menunjukkan hasil yang berbeda – beda (penelitian di Indonesia), serta merujuk pada fenomena yang berkembang maka penelitian ini dimaksudkan menguji bagaimana pengaruh rasio – rasio keuangan tersebut terhadap pertumbuhan laba terutama pada sektor industri kimia dasar di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan perusahaan industri kimia dasar yakni untuk meneliti pengaruh variabel – variabel tersebut dalam memprediksi pertumbuhan laba merujuk pada fenomena yang berkembang bahwa perusahaan industri kimia sedang menjadi prioritas untuk perekonomian. Serta ingin mengetahui apakah penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya. Penelitian tentang rasio keuangan telah banyak dilakukan di Indonesia. Suwarno (2004) menguji tentang penemuan empiris rasio keuangan khusunya dalam memprediksi perubahan laba dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2002 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil dari penelitian ini adalah rasio long term liabilities to shareholder equity, operating profit to profit before taxes dan net income to sales dapat digunakan dalam memprediksi perubahan laba tahun 2000. Rasio yang dapat digunakan untuk memprediksi perubahan laba tahun 2001 adalah rasio operating profit to profit before taxes, inventory to 8 working capital, dan net income to net worth. Penelitian terdahulu selanjutnya pernah dilakukan oleh Takarini dan Ekawati (2003) dimana rasio likuiditas yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba satu tahun mendatang dengan WCTA. Penelitian Indarti (2002) menunjukkan bahwa DER berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Penelitian Ou (1990) menunjukkan bahwa TAT berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan penelitian dilakukan Suwarno (2004) menunjukan bahwa TAT tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Asyik (2006) dalam penelitiannya meunjukkan bahwa NPM berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba satu tahun kedepan. Akan tetapi hasil penelitian Meythi (2005) menunjukan bahwa NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba satu tahun kedepan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh beberapa rasio untuk memprediksi perubahan laba di masa yang akan datang. Berdasarkan research gap dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan dengan menganalisis perusahaan manufaktur Indonesia, terdapat perbedaan pengaruh terhadap pertumbuhan laba antar kelompok perusahaan antar periode, serta terdapat ketidaksamaan (inkonsistensi) diantara para peneliti dan mengacu adanya fenomena yang ada di Indonesia, maka penelitian ini dilakukan untuk meneliti lebih jauh pengaruh signifikan WCTA, DER, TAT dan NPM terhadap pertumbuhan laba dimasa yang akan mendatang antara perusahaan manufaktur yang 9 terdapat di Bursa Efek Indonesia. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan metode penelitian yang sama untuk mengetahui apakah berpengaruh signifikan melalui rasio – rasio keuangan diantara nya Working Capital to Assets, Debt to Equity Ratio, Total Assets Turnover, dan Net Profit Margin terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur industri kimia dasar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010 sampai dengan 2013. Bersadarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kemampuan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba Sektor Industri Kimia Dasar Periode 2010 - 2013” B. Perumusan Masalah. Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Apakah Working Capital to Assets berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur sektor industri kimia dasar yang terdaftar di BEI. 2. Apakah Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur sektor industri kimia dasar yang terdaftar di BEI. 10 3. Apakah Total Assets Turnover berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur sektor industri kimia dasar yang terdaftar di BEI. 4. Apakah Net Profit Margin berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur sektor indutri kimia dasar yang terdaftar di BEI. C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian. 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai : 1. Pengaruh Working Capital to Assets terhadap pertumbuhan laba. 2. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap pertumbuhan laba. 3. Pengaruh Total Assets Turnover terhadap pertumbuhan laba. 4. Pengaruh Net Profit Margin terhadap pertumbuhan laba. 2. Kontribusi Penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak terkait, yaitu : 1. Memberikan kontribusi praktis bagi perusahaan dalam memprediksi laba dan pengambilan kepustusan yang berkaitan dengan informasi yang bersifat fundamental, 11 2. Bagi investor dan kreditor penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi memberikan kredit pada suatu perusahaan, dan 3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan teori terutama untuk penelitian yang sama di masa yang akan datang.