BAB II

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis
1. Pengertian Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB yakni Mycobacterium tuberculosis dan sebagian besar kuman
TB menyerang paru, namun juga dapat menyerang organ tubuh
[1,2,3]
lainnya.
2.
Penyebab Tuberkulosis
Penyebab Tuberkulosis adalah kuman TB. Kuman TB mempunyai
ukuran 0,5 – 4 mikron x 0,3-0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus,
agak bengkok, tidak mempunyai selubung tetapi mempunyai lapisan luar
yang tebal yang terdiri dari lipois (terutama asam mikolat). Kuman TB
cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan beberapa
jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman TB
dapat tertidur lama selama beberapa tahun (dormant).
[6,8]
3. Cara Penularan
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada saat batuk
atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di
udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Seseorang dapat terinfeksi
apabila droplet terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman TB
masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman tersebut dapat
menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran
darah, sistem saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran langsung ke
bagian-bagian tubuh lainnya.
[2,3,6]
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya. Semakin tinggi derajat positif hasil
pemeriksaan, maka semakin menular. Apabila hasil pemeriksaan dahak
negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak
menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh
konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB
adalah daya tahan tubuh yang rendah diantaranya karena status gizi buruk
atau HIV/AIDS.
[1,6,8]
[2,3,13,14,25]
4. Gejala – Gejala Tuberkulosis
Gejala klinik Tuberkulosis dapat dibagi menjadi gejala umum dan
gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlihat. Gambaran
klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit
untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
Gejala sistemik/umum:
a. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam, kadang-kadang serangan dalam
seperti influenza.
b. Penurunan nafsu makan dan berat badan
c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)
d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah
Gejala khusus:
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, jika terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara
“mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.
b. Apabila ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru) dapat disertai
keluhan sakit dada.
Apabila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di
atasnya pada muara ini akan keluar cairan nanah.
B. Penemuan Kasus Tuberkulosis
Penemuan kasus TB Paru merupakan langkah pertama dalam kegiatan
program penanggulangan TB Paru. Penemuan dan penyembuhan penderita
TB Paru secara bermakna dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat TB Paru, penularan TB Paru di masyarakat dan sekaligus
merupakan kegiatan pencegahan penularan TB Paru yang paling efektif.
Angka penemuan kasus TB Paru atau Case Detection Rate (CDR)
menggambarkan cakupan penemuan penderita baru TB Paru BTA positif
pada suatu wilayah. Target nasional CDR dalam program penanggulangan
[1,2]
TB Paru minimal sebesar 70%.
Strategi penemuan kasus TB Paru dilakukan secara pasif dan promosi
aktif yakni penjaringan suspek penderita TB Paru dilakukan di UPK dan
didukung dengan penyuluhan kesehatan tentang penanggulangan TB Paru
secara aktif baik oleh petugas TB Paru maupun masyarakat guna
meningkatkan angka penemuan kasus TB Paru. Selain itu, strategi lain
yang dilakukan dalam penemuan penderita TB Paru adalah pemeriksaan
kontak penderita TB Paru terutama pada penderita TB Paru BTA positif
dan pada keluarga penderita TB Paru yang menunjukkan gejala yang
[2]
sama.
[2,3,13]
Kegiatan penemuan penderita TB Paru terdiri dari
:
(a) Penjaringan suspek TB Paru
Penjaringan suspek TB Paru dapat dilakukan pada orang dewasa dan
anak. Pada orang dewasa penjaringan suspek TB Paru dilakukan secara
pasif artinya penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada mereka
yang datang berkunjung ke UPK. Di samping itu, seluruh kontak
penderita TB Paru BTA positif dengan angka gejala sama, harus
diperiksa 3 spesimen dahak selama waktu 2 hari berturut-turut yaitu
sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan)-dahak pagi (keesokan
harinya)-sewaktu (pada saat mengantarkan dahak pagi (SPS), sedangkan
penjaringan suspek TB Paru pada anak merupakan hal yang sulit karena
sebagian besar diagnosis TB Paru pada anak didasarkan atas gambaran
klinis, radiologis dan uji tuberkulin.
(b) Diagnosis TB
Gambar 2.1
Alur Diagnosis Tuberkulosis
Sumber:Depkes RI,2008
(i) Diagnosis TB Paru pada orang dewasa
Diagnosis TB paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan
ditemukannya
BTA
positif
pada
pemeriksaan
dahak
secara
mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif jika sedikitnya dua
dari tiga spesimen dahak Sewaktu – Pagi – Sewaktu (SPS) BTA
hasilnya positif. Apabila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan
pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan
dahak SPS diulang.
(ii) Diagnosis TB Paru pada anak
Seorang anak harus dicurigai menderita tuberkulosis apabila
mempunyai sejarah kontak erat (serumah) dengan penderita TB Paru
BTA positif,terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan
Bacilus Calmett Gwerin (BCG) (dalam 3-7 hari) dan terdapat gejala
umum TB Paru.
(c) Klasifikasi TB
(i) TB Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru,
tidak termasuk pleura (selaput paru).
(ii) TB Eksta Paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru.
C. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Petugas TB Paru Dalam
Angka Penemuan Kasus TB Paru
Salah satu faktor yang dibutuhkan dalam keberhasilan program
penanggulangan TB Paru yaitu sumber daya manusia yang berkualitas
dengan kinerja yang baik guna mencapai target nasional angka penemuan
[1,2]
kasus TB Paru minimal 70%.
Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual
Performance yakni prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai
oleh seseorang. Kinerja pada dasarnya merupakan hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam menjalankan
tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Dalam
hal ini karyawan bisa belajar seberapa besar kinerja yang dilakukan
melalui sarana informasi seperti komentar baik dari atasan dan rekan-rekan
kerja,sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja merupakan sarana untuk
menilai dam mamantau kemampuan setiap karyawan untuk melihat
keselarasan pencapaian target yang diinginkan.[10]
Kinerja seorang karyawan atau tenaga kerja dipengaruhi oleh motivasi,
kemampuan dan faktor persepsi. Motivasi merupakan faktor yang dominan
berpengaruh dalam kinerja seorang karyawan atau tenaga kerja.[5,9] Oleh
karena itu, dalam rangka meningkatkan kinerja petugas TB Paru dalam
penemuan kasus TB Paru, maka intervensi terhadap motivasi sangat
penting dan dianjurkan.
Kinerja seorang petugas dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor
dari dalam petugas itu sendiri maupun faktor lingkungan atau instansi itu
sendiri. Faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja petugas antara lain :
1. Jenis kelamin
Jenis kelamin seseorang dinyatakan dalam laki – laki dan perempuan.
Tidak ada perbedaan yang konsisten antara laki – laki dan perempuan dalam
kemampuan memecahkan masalah, keterampilan analisis, dorongan
kompetitif, motivasi sosiabilitas atau kemampuan belajar. Laki – laki dan
perempuan berbeda dalam hal kemampuan fisik dan kekuatan kerja ototnya.
Namun, studi – studi psikologi telah menemukan bahwa perempuan lebih
bersedia untuk mematuhi wewenang dibandingkan laki – laki, namun laki –
laki lebih besar kemampuannya dalam memiliki penghargaan untuk sukses.
Jenis kelamin baik laki – laki maupun perempuan harus diperhatikan
berdasarkan sifat pekerjaan, waktu mengerjakan dan peraturan – peraturan
dalam lingkungan kerja.[9,15]
2. Umur
Umur seseorang demikian besar peranannya dalam mempengaruhi
kinerjanya, karena umur juga menyangkut perubahan – perubahan yang
dirasakan individu sehubungan dengan pengalaman maupun perubahan
kondisi fisik dan mental seseorang sehingga terlihat dalam aktifitas sehari –
hari sehingga dengan bertambahnya umur maka kemampuan jasmani dan
rohanipun akan menurun secara perlahan-lahan yang mengakibatkan
aktifitas hidup juga berkurang dan semakin bertambahnya ketidakmampuan
[10]
tubuh dalam segala hal.
Hubungan kinerja dengan umur sangat erat kaitannya, hal ini
dikarenakan adanya keyakinan yang meluas bahwa kinerja akan merosot
dengan meningkatnya umur. Pada petugas yang berumur tua juga dianggap
kurang luwes dan menolak teknologi baru. Namun, di lain pihak ada
sejumlah kualitas positif yang ada pada petugas yang berumur lebih tua
meliputi pengalaman, etika kerja yang kuat dan komitmen terhadap mutu.
Petugas yang lebih muda cenderung mempunyai fisik yang kuat sehingga
diharapkan dapat bekerja keras, tetapi pada umumnya kurang berdisiplin
dan
kurang
bertanggungjawab
dan
berpindah-pindah
pekerjaan
dibandingkan petugas yang lebih tua.[5,15,17]
3. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu indikator yang mencerminkan kemampuan
seseorang untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan. Latar belakang
pendidikan juga dianggap akan mampu meningkatkan kedudukan seseorang
dalam suatu jabatan tertentu. Pendidikan juga mempengaruhi sikap hidup
seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan untuk
peningkatan kesejahteraan. Pendidikan disini adalah pendidikan formal di
sekolah. Di dalam bekerja faktor pendidikan sering memegang syarat paling
pokok untuk posisi tertentu. Seseorang harus mempunyai tingkat pendidikan
yang lebih tinggi. Hal ini guna tercapainya kesuksesan karir. Secara umum,
pendidikan mempengaruhi tingkat pemahaman, cara berfikir dan cara
memgambil keputusan dalam suatu pekerjaan, semakin tinggi tingkat
pendidikan maka akan mempengaruhi pola pikir yang nantinya berdampak
[5,11]
pada kepuasan kerja.
4. Status Kepegawaian
Status kepegawaian dapat berpengaruh terhadap tanggungjawab tugas
yang diembannya. Hal ini berkaitan dengan sanksi yang jelas bagi petugas.
Pegawai negeri adalah seseorang yang telah memenuhi syarat yang
ditentukan dalam peraturan perundang – undangan yang berlaku, diangkat
oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas jabatan negeri atau tugas
Negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang – undangan dan
digaji menurut peraturan perundang – undangan yang berlaku. Seseorang
dengan status pegawai negeri atau karyawan tetap kemungkinan akan lebih
dapat berkonsentrasi dan bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan
[13]
oleh atasan.
5. Masa kerja
Masa kerja biasa dikaitkan dengan waktu mulai bekerja dan
diasumsikan bahwa semakin lama seseorang bekerja pengalaman kerjanya
semakin luas/banyak. Faktor-faktor yang mempengaruhi masa kerja
diantaranya tingkat kepuasan kerja, stress lingkungan kerja, pengembangan
karir dan kompensasi hasil kerja. Masa kerja juga berkaitan erat dengan
pengalaman-pengalaman yang didapatkan dalam menjalankan tugas.
Seseorang yang berpengalaman dipandang mampu dalam menjalankan
tugas. Masa kerja yang lama akan cenderung membuat seseorang lebih
merasa betah dalam bekerja karena telah beradaptasi dalam lingkungan
kerjanya yang cukup lama sehingga seseorang akan merasa nyaman dengan
[9,10]
pekerjaannya.
6. Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa latin movere berarti dorongan atau
menggerakkan. Motivasi adalah kecenderungan suatu sifat yang merupakan
pokok pertentangan dalam diri manusia yang membangkitkan
topangan,
arahan tindakan karena faktor biologis maupun emosional yang hanyut
dapat dilihat dari pengamatan perilaku. Selain itu motivasi merupakan
keinginan dalam diri seseorang yang dapat merangsang untuk melakukan
tindakan secara baik dan benar sehingga seseorang menampilkan suatu
perilaku atau kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu dlam usaha
[5,9,12].
memuaskan kebutuhan tertentu pula dalam dirinya.
Motivasi
mengandung unsur :
a. Partisipasi atau keikutsertaan atasan dalam pekerjaan bawahannya.
b. Komunikasi seperti konsultasi atau bimbingan kerja atasan kepada
bawahan
c. Pengakuan atau penghargaan prestasi kerja
d. Pendelegasian tugas, wewenang, tanggung jawab dan pengambilan
keputusan
e. Kemauan untuk menerima beban kerja lebih
f. Imbal balik dari karyawan terhadap perusahaan dan sebaliknya
Teori motivasi yang paling terkenal adalah Abraham Maslow yang
membuat hierarki kebutuhan manusia menjadi kebutuhan fisik dan biologis,
kebutuhan rasa aman dan nyaman, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri
[5,16]
dan kebutuhan aktualisasi atau apresiasi diri.
Motivasi dalam suatu pencapaian tujuan mempunyai maksud yang
sangat luas dalam pengembangan organisasi, antara lain :
a. Mendorong semangat kerja petugas
b. Meningkatkan kepuasan kerja petugas
c. Meningkatkan produktivitas kerja petugas
d. Meningkatkan loyalitas dan integritas petugas
[5]
e. Meningkatkan kedisiplinan petugas
Faktor yang berkaitan dengan ketidakpuasan dalam bekerja seorang
petugas disebabkan oleh faktor dari luar individu (ekstrinsik) dan dari dalam
individu (intrinsik). Faktor dari luar individu meliputi kebijakan dan aturan,
administrasi, motivator seperti bimbingan dan arahan dari atasan, kondisi
lingkungan kerja, hubungan interpersonal, gaji, kompensasi, insentif, status
kerja, keamanan dalam bekerja dan sarana prasarana. Sedangkan faktor dari
dalam individu antara lain prestasi, pengakuan serta penghargaan,
tanggungjawab, kemajuan dan promosi serta perkembangan diri keryawan.
Motivasi kerja berkaitan dengan hasil kerja individu karyawan dan
[5,9]
organisasi secara keseluruhan.
Ada tiga kunci motivasi dalam kinerja organisasi, yaitu kemauan
berusaha, pencapaian tujuan dan pemenuhan kebutuhan individu. Beberapa
penelitian membuktikan adanya lima faktor yang mempengaruhi motivasi
dalam bekerja, antara lain :
a. Gaji yang cukup
b. Perhatian penuh terhadap pekerjaan yang dilakukan
c. Keamanan dalam bekerja
d. Pertumbuhan organisasi dan peningkatan karier
[5,11]
e. Rasa ketertarikan terhadap pekerjaan
Dalam upaya pelayanan kesehatan, kebutuhan perorangan dan
pengembangan karier pada keryawan berhubungan dengan tingkat
pendidikan seorang petugas. Semakin tinggi pendidikan seorang petugas
semakin tinggi pula motivasi kerja demi kebutuhan pribadi dan
pengembangan karier.[9]
7. Beban kerja
Beban kerja adalah beban fisik maupun non fisik yang ditanggungkan
kepada petugas atau tenaga kerja dalam menyelesaikan pekerjaan. Dalam
hal ini harus ada keseimbangan antara beban kerja dengan kemampuan
individu agar tidak terjadi hambatan maupun kegagalan dalam pelaksanaan
pekerjaan. Seorang tenaga kerja mempunyai kemampuan tersendiri dalam
hubungannya dengan beban kerja, diantaranya ada yang lebih cocok utnuk
beban fisik, mental atau sosial. Namun, secara umum seorang petugas hanya
mampu memikul beban kerja hingga beban tertentu sesuai dengan
kemampuan petugas. Beban kerja adalah banyaknya pekerjaan yang
dilakukan setiap harinya ditambah dengan tugas lain yang merupakan tugas
rangkap yang dibebankan kepada petugas. Semakin berat beban kerja akan
[9,10]
menurunkan daya konsentrasi petugas dalam menjalankan pekerjaan.
Perhitungan beban kerja adalah adalah jumlah waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan tugas yang dibebankan kepada seorang petugas
dibandingkan standar waktu yang ditetapkan. Perhitungan beban kerja
antara lain jumlah waktu yang efektif dalam bekerja, jumlah tugas yang
dibebankan, hasil kerja yang sesuai dengan prosedur tetap dan hasil kerja
yang sesuai dengan standar waktu yang ditetapkan.
[10]
8. Aspek Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.
Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari
fungsi-fungsi manajemen itu. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur
proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
[12,16]
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Definisi tentang manajemen secara umum dikemukakan oleh para ahli
adalah berbeda-beda namun pada dasarnya mempunyai pengertian yang
sama. Perbedaan yang ada terletak pada latar belakang keahlian masingmasing sehingga manajemennya berasal dari segi yang berbeda-beda.
[5,10,12,16,17]
Berikut ini definisi manajemen dari segi beberapa ahli
a.
:
Stoner
Manajemen adalah proses perencanaa, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi penggunaan sumber
daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
b.
Mary Paker Follet
Manjemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Definisi ini mengandung arti bahwa dalam pencapaian tujuan organisasi
melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanankan berbagai tugas
yang mungkin diperlukan.
c.
Luther Gulick
Manajemen adalah suatu bidang ilmu pengetahuan yang berusaha secara
sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja
sama mencapai tujuan dan membuat sistem kerja sama yang bermanfaat
bagi kemanusiaan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya manajemen
merupakan suatu hal untuk menentukan, menginterprestasikan dan
mencapai tujuan oraganisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen.
Manjemen didefinisikan dalam beberapa fungsi yakni perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan , pelaksanaan dan penggerakkan dan
pengawasan dan penilaian atau monitoring evaluasi.
a.
[12]
Perencanaan
Perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan dicapai untuk
dilakukan. Perencanaan merupakan unsur terpenting diantara fungsi
manajemen yang ada dengan segala kegiatan yang bersifat manajerial untuk
mendukung usaha pencapaian tujuan. Manfaat perencanaan antara lain
mengurangi ketidakpastian serta perubahan waktu mendatang, mengarahkan
perhatian pada tujuan, meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti sehingga
menghemat waktu, tenaga dan dana serta merupakan sarana untuk
mengadakan monitoring evaluasi. Proses perencanaan meliputi melakukan
analisis situasi, menetapkan masalah, pemecahan
masalah, pembahasan
untuk menetapkan penyelesaian masalah, pelaksanaan kegiatan dan
pengawasan dan evaluasi.
b.
[12,16]
Pengorganisasian dan penggerakan (kerjasama)
Pengorganisasian adalah fungsi manajemen dan merupakan suatu
proses yang dinamis, sedangkan organisasi merupakan alat/ wadah yang
statis. Pengorganisasian dapat diartikan penentuan pekerjaan – pekerjaan
yang harus dilakukan, pengelompokan tugas – tugas dari membagi –
bagikan pekerjaan pada setiap karyawan, penetapan departemen –
departemen serta penentuan hubungan – hubungan. Organizing berasal dari
kat organism yang berarti menciptakan struktur dengan bagian – bagian
yang diintegrasikan sedemikian rupa sehingga hubungan satu sama lain
terikat oleh hubungan terhadap keseluruhannya.
c.
[12]
Pengarahan
Pengarahan
adalah
mengarahkan
seluruh
bawahan
agar
mau
bekerjasama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan. Pengarahan
membuat semua anggota kelompok agar bekerjasama secara ikhlas serta
bersemangat dalam bekerja sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam suatu
rencana. Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan yang
diperlukan untuk mengarahkan dan memotivasi karyawan. Fungsi
pengarahan secar sederhana adalah un tuk mambuat para karyawan
melakukan apa yang diinginkan dan harus dilakukan yang melibatkan
kualitas, kekuasaan pemimpin serta kegiatan-kegiatan kepemimpinan seperti
[5,10]
komunikasi, motivasi dan disiplin
d.
Pelaksanaan dan penggerakan
Pelaksanaan dan penggerakan yang dilakukan adalah berupa kerjasama.
Karjasama dapat diartikan sebagai usaha untuk meningkatkan hasil serta
mengoptimalkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka mencapai
suatu tujuan tertentu. Dalam teknis operasional, kerjasama yang
dimaksudkan adalah krejasama lintas program dan lintas sektoral.
Kerjasama lintas sektoral sering sukar diwujudkan jika tidak dilandasi saling
pengertian dan keterbukaan yang mendalam antra komponen yang terlibat.
Untuk menggalang kerjasama lintas sektoral terutama dalam membina peran
serta mesyarakat perlu dirumuskan secara jelas dan mekanisme kerja
[12]
masing-masing.
e.
Pengawasan dan penilaian (monitoring evaluasi)
Monitoring adalah kegiatan pengamatan secara langsung dan bekala
oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan. Manfaat
monitoring yakni meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja guna
mencegah pemabnfaatan sumber daya yang sia-sia.[12,16]
Evaluasi adalah usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara
obyektif
terhadap
pencapaian
hasil-hasil
yang
telah
direncanakan
sebelumnya. Evaluasi sebagai salah satu fungsi manajemen yang mengukur
seobyektif mungkin hasil-hasil pelaksanaan suatu rencana. Keberhasilan
rencana kegiatan dapat diukur dengan dilakukan evaluasi. Dengan demikian
evaluasi harus dikembangkan secara melembaga dan membudidaya agar
pelaksaan kegiatan program lebih berhasil, bermanfaat dan berdaya
guna.[10,12]
Aspek manajemen petugas TB Paru Puskesmas antara lain[2] :
a. Perencanaan
Perencanaan yakni merencanakan kegiatan penemuan kasus TB Paru
baik secara pasif maupun promotif aktif
b. Pelaksanaan dan penggerakkan ( kerjasama )
Pelaksanaan dan penggerakkan meliputi kerjasama petugas TB Paru
baik kerjasama lintas program maupun lintas sektoral sehingga kasus
TB Paru dapat ditemukan sedini mungkin dan segera mendapatkan
pengobatan.
c. Monitoring evaluasi
Kegiatan monitoring dilaksanakan secara berkala dan terus menerus
untuk dapat segera mendeteksi apabila ada masalah dalam pelaksanaan
kegiatan yang telah direncanakan guna dilakukan perbaikan segera.
Evaluasi biasanya dilakukan setiap 3 bulan, 6 bulan dan sampai 1
tahun. Dengan evaluasi dapat dinilai sejauh nama tujuan dan target
penemuan kasus TB Paru yang telah ditetapkan sebelum dicapai.
F. Kerangka Teori
Angka Penemuan
Kasus TB Paru
Perencanaan
Pengorganisasian
Kinerja
Petugas TB Paru
Aspek
Manajemen
Pengarahan
Kerjasama
Monitoring
evaluasi
Beban Kerja
Gambar 2.2.
Motivasi
Faktor Karakteristik
Petugas :
1. Jenis kelamin
2. Umur
3. Pendidikan
4. Status
kepegawaian
5. Masa kerja
Sumber : [5,17,21]
G. Kerangka Konsep
Variabel bebas
Jenis kelamin
Umur
Variabel terikat
Masa Kerja
Angka Penemuan
Kasus TB Paru
Motivasi
Beban Kerja
Perencanaan
Kerjasama
Monitoring
Evaluasi
Gambar 2.3.
H. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan peneliti berdasarkan judul dan permasalahan
penelitian, antara lain:
1) Ada hubungan antara jenis kelamin petugas TB Paru Puskesmas dengan
angka penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang.
2) Ada hubungan antara umur petugas TB Paru Puskesmas dengan angka
penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang.
3) Ada hubungan antara masa kerja petugas TB Paru Puskesmas dengan
angka penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang.
4) Ada hubungan antara motivasi petugas TB Paru Puskesmas dengan angka
penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang.
5) Ada hubungan antara beban kerja petugas TB Paru Puskesmas dengan
angka penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang.
6) Ada hubungan antara perencanaan petugas TB Paru Puskesmas dengan
angka penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang.
7) Ada hubungan antara kerjasama petugas TB Paru Puskesmas dengan
angka penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang.
8) Ada hubungan antara monitoring dan evaluasi petugas TB Paru Puskesmas
dengan angka penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang
Download