BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Pengertian Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yakni Mycobacterium tuberculosis dan sebagian besar kuman TB menyerang paru, namun juga dapat menyerang organ tubuh [1,2,3] lainnya. 2. Penyebab Tuberkulosis Penyebab Tuberkulosis adalah kuman TB. Kuman TB mempunyai ukuran 0,5 – 4 mikron x 0,3-0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus, agak bengkok, tidak mempunyai selubung tetapi mempunyai lapisan luar yang tebal yang terdiri dari lipois (terutama asam mikolat). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman TB dapat tertidur lama selama beberapa tahun (dormant). [6,8] 3. Cara Penularan Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada saat batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Seseorang dapat terinfeksi apabila droplet terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. [2,3,6] Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Semakin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan, maka semakin menular. Apabila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB adalah daya tahan tubuh yang rendah diantaranya karena status gizi buruk atau HIV/AIDS. [1,6,8] [2,3,13,14,25] 4. Gejala – Gejala Tuberkulosis Gejala klinik Tuberkulosis dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlihat. Gambaran klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik. Gejala sistemik/umum: a. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam, kadang-kadang serangan dalam seperti influenza. b. Penurunan nafsu makan dan berat badan c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah) d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah Gejala khusus: a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, jika terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak. b. Apabila ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru) dapat disertai keluhan sakit dada. Apabila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya pada muara ini akan keluar cairan nanah. B. Penemuan Kasus Tuberkulosis Penemuan kasus TB Paru merupakan langkah pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB Paru. Penemuan dan penyembuhan penderita TB Paru secara bermakna dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB Paru, penularan TB Paru di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan pencegahan penularan TB Paru yang paling efektif. Angka penemuan kasus TB Paru atau Case Detection Rate (CDR) menggambarkan cakupan penemuan penderita baru TB Paru BTA positif pada suatu wilayah. Target nasional CDR dalam program penanggulangan [1,2] TB Paru minimal sebesar 70%. Strategi penemuan kasus TB Paru dilakukan secara pasif dan promosi aktif yakni penjaringan suspek penderita TB Paru dilakukan di UPK dan didukung dengan penyuluhan kesehatan tentang penanggulangan TB Paru secara aktif baik oleh petugas TB Paru maupun masyarakat guna meningkatkan angka penemuan kasus TB Paru. Selain itu, strategi lain yang dilakukan dalam penemuan penderita TB Paru adalah pemeriksaan kontak penderita TB Paru terutama pada penderita TB Paru BTA positif dan pada keluarga penderita TB Paru yang menunjukkan gejala yang [2] sama. [2,3,13] Kegiatan penemuan penderita TB Paru terdiri dari : (a) Penjaringan suspek TB Paru Penjaringan suspek TB Paru dapat dilakukan pada orang dewasa dan anak. Pada orang dewasa penjaringan suspek TB Paru dilakukan secara pasif artinya penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke UPK. Di samping itu, seluruh kontak penderita TB Paru BTA positif dengan angka gejala sama, harus diperiksa 3 spesimen dahak selama waktu 2 hari berturut-turut yaitu sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan)-dahak pagi (keesokan harinya)-sewaktu (pada saat mengantarkan dahak pagi (SPS), sedangkan penjaringan suspek TB Paru pada anak merupakan hal yang sulit karena sebagian besar diagnosis TB Paru pada anak didasarkan atas gambaran klinis, radiologis dan uji tuberkulin. (b) Diagnosis TB Gambar 2.1 Alur Diagnosis Tuberkulosis Sumber:Depkes RI,2008 (i) Diagnosis TB Paru pada orang dewasa Diagnosis TB paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA positif pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif jika sedikitnya dua dari tiga spesimen dahak Sewaktu – Pagi – Sewaktu (SPS) BTA hasilnya positif. Apabila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS diulang. (ii) Diagnosis TB Paru pada anak Seorang anak harus dicurigai menderita tuberkulosis apabila mempunyai sejarah kontak erat (serumah) dengan penderita TB Paru BTA positif,terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan Bacilus Calmett Gwerin (BCG) (dalam 3-7 hari) dan terdapat gejala umum TB Paru. (c) Klasifikasi TB (i) TB Paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). (ii) TB Eksta Paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru. C. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Petugas TB Paru Dalam Angka Penemuan Kasus TB Paru Salah satu faktor yang dibutuhkan dalam keberhasilan program penanggulangan TB Paru yaitu sumber daya manusia yang berkualitas dengan kinerja yang baik guna mencapai target nasional angka penemuan [1,2] kasus TB Paru minimal 70%. Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance yakni prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Kinerja pada dasarnya merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Dalam hal ini karyawan bisa belajar seberapa besar kinerja yang dilakukan melalui sarana informasi seperti komentar baik dari atasan dan rekan-rekan kerja,sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja merupakan sarana untuk menilai dam mamantau kemampuan setiap karyawan untuk melihat keselarasan pencapaian target yang diinginkan.[10] Kinerja seorang karyawan atau tenaga kerja dipengaruhi oleh motivasi, kemampuan dan faktor persepsi. Motivasi merupakan faktor yang dominan berpengaruh dalam kinerja seorang karyawan atau tenaga kerja.[5,9] Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kinerja petugas TB Paru dalam penemuan kasus TB Paru, maka intervensi terhadap motivasi sangat penting dan dianjurkan. Kinerja seorang petugas dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor dari dalam petugas itu sendiri maupun faktor lingkungan atau instansi itu sendiri. Faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja petugas antara lain : 1. Jenis kelamin Jenis kelamin seseorang dinyatakan dalam laki – laki dan perempuan. Tidak ada perbedaan yang konsisten antara laki – laki dan perempuan dalam kemampuan memecahkan masalah, keterampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi sosiabilitas atau kemampuan belajar. Laki – laki dan perempuan berbeda dalam hal kemampuan fisik dan kekuatan kerja ototnya. Namun, studi – studi psikologi telah menemukan bahwa perempuan lebih bersedia untuk mematuhi wewenang dibandingkan laki – laki, namun laki – laki lebih besar kemampuannya dalam memiliki penghargaan untuk sukses. Jenis kelamin baik laki – laki maupun perempuan harus diperhatikan berdasarkan sifat pekerjaan, waktu mengerjakan dan peraturan – peraturan dalam lingkungan kerja.[9,15] 2. Umur Umur seseorang demikian besar peranannya dalam mempengaruhi kinerjanya, karena umur juga menyangkut perubahan – perubahan yang dirasakan individu sehubungan dengan pengalaman maupun perubahan kondisi fisik dan mental seseorang sehingga terlihat dalam aktifitas sehari – hari sehingga dengan bertambahnya umur maka kemampuan jasmani dan rohanipun akan menurun secara perlahan-lahan yang mengakibatkan aktifitas hidup juga berkurang dan semakin bertambahnya ketidakmampuan [10] tubuh dalam segala hal. Hubungan kinerja dengan umur sangat erat kaitannya, hal ini dikarenakan adanya keyakinan yang meluas bahwa kinerja akan merosot dengan meningkatnya umur. Pada petugas yang berumur tua juga dianggap kurang luwes dan menolak teknologi baru. Namun, di lain pihak ada sejumlah kualitas positif yang ada pada petugas yang berumur lebih tua meliputi pengalaman, etika kerja yang kuat dan komitmen terhadap mutu. Petugas yang lebih muda cenderung mempunyai fisik yang kuat sehingga diharapkan dapat bekerja keras, tetapi pada umumnya kurang berdisiplin dan kurang bertanggungjawab dan berpindah-pindah pekerjaan dibandingkan petugas yang lebih tua.[5,15,17] 3. Pendidikan Pendidikan merupakan suatu indikator yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan. Latar belakang pendidikan juga dianggap akan mampu meningkatkan kedudukan seseorang dalam suatu jabatan tertentu. Pendidikan juga mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan untuk peningkatan kesejahteraan. Pendidikan disini adalah pendidikan formal di sekolah. Di dalam bekerja faktor pendidikan sering memegang syarat paling pokok untuk posisi tertentu. Seseorang harus mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini guna tercapainya kesuksesan karir. Secara umum, pendidikan mempengaruhi tingkat pemahaman, cara berfikir dan cara memgambil keputusan dalam suatu pekerjaan, semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan mempengaruhi pola pikir yang nantinya berdampak [5,11] pada kepuasan kerja. 4. Status Kepegawaian Status kepegawaian dapat berpengaruh terhadap tanggungjawab tugas yang diembannya. Hal ini berkaitan dengan sanksi yang jelas bagi petugas. Pegawai negeri adalah seseorang yang telah memenuhi syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang – undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas jabatan negeri atau tugas Negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang – undangan dan digaji menurut peraturan perundang – undangan yang berlaku. Seseorang dengan status pegawai negeri atau karyawan tetap kemungkinan akan lebih dapat berkonsentrasi dan bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan [13] oleh atasan. 5. Masa kerja Masa kerja biasa dikaitkan dengan waktu mulai bekerja dan diasumsikan bahwa semakin lama seseorang bekerja pengalaman kerjanya semakin luas/banyak. Faktor-faktor yang mempengaruhi masa kerja diantaranya tingkat kepuasan kerja, stress lingkungan kerja, pengembangan karir dan kompensasi hasil kerja. Masa kerja juga berkaitan erat dengan pengalaman-pengalaman yang didapatkan dalam menjalankan tugas. Seseorang yang berpengalaman dipandang mampu dalam menjalankan tugas. Masa kerja yang lama akan cenderung membuat seseorang lebih merasa betah dalam bekerja karena telah beradaptasi dalam lingkungan kerjanya yang cukup lama sehingga seseorang akan merasa nyaman dengan [9,10] pekerjaannya. 6. Motivasi Motivasi berasal dari bahasa latin movere berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi adalah kecenderungan suatu sifat yang merupakan pokok pertentangan dalam diri manusia yang membangkitkan topangan, arahan tindakan karena faktor biologis maupun emosional yang hanyut dapat dilihat dari pengamatan perilaku. Selain itu motivasi merupakan keinginan dalam diri seseorang yang dapat merangsang untuk melakukan tindakan secara baik dan benar sehingga seseorang menampilkan suatu perilaku atau kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu dlam usaha [5,9,12]. memuaskan kebutuhan tertentu pula dalam dirinya. Motivasi mengandung unsur : a. Partisipasi atau keikutsertaan atasan dalam pekerjaan bawahannya. b. Komunikasi seperti konsultasi atau bimbingan kerja atasan kepada bawahan c. Pengakuan atau penghargaan prestasi kerja d. Pendelegasian tugas, wewenang, tanggung jawab dan pengambilan keputusan e. Kemauan untuk menerima beban kerja lebih f. Imbal balik dari karyawan terhadap perusahaan dan sebaliknya Teori motivasi yang paling terkenal adalah Abraham Maslow yang membuat hierarki kebutuhan manusia menjadi kebutuhan fisik dan biologis, kebutuhan rasa aman dan nyaman, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri [5,16] dan kebutuhan aktualisasi atau apresiasi diri. Motivasi dalam suatu pencapaian tujuan mempunyai maksud yang sangat luas dalam pengembangan organisasi, antara lain : a. Mendorong semangat kerja petugas b. Meningkatkan kepuasan kerja petugas c. Meningkatkan produktivitas kerja petugas d. Meningkatkan loyalitas dan integritas petugas [5] e. Meningkatkan kedisiplinan petugas Faktor yang berkaitan dengan ketidakpuasan dalam bekerja seorang petugas disebabkan oleh faktor dari luar individu (ekstrinsik) dan dari dalam individu (intrinsik). Faktor dari luar individu meliputi kebijakan dan aturan, administrasi, motivator seperti bimbingan dan arahan dari atasan, kondisi lingkungan kerja, hubungan interpersonal, gaji, kompensasi, insentif, status kerja, keamanan dalam bekerja dan sarana prasarana. Sedangkan faktor dari dalam individu antara lain prestasi, pengakuan serta penghargaan, tanggungjawab, kemajuan dan promosi serta perkembangan diri keryawan. Motivasi kerja berkaitan dengan hasil kerja individu karyawan dan [5,9] organisasi secara keseluruhan. Ada tiga kunci motivasi dalam kinerja organisasi, yaitu kemauan berusaha, pencapaian tujuan dan pemenuhan kebutuhan individu. Beberapa penelitian membuktikan adanya lima faktor yang mempengaruhi motivasi dalam bekerja, antara lain : a. Gaji yang cukup b. Perhatian penuh terhadap pekerjaan yang dilakukan c. Keamanan dalam bekerja d. Pertumbuhan organisasi dan peningkatan karier [5,11] e. Rasa ketertarikan terhadap pekerjaan Dalam upaya pelayanan kesehatan, kebutuhan perorangan dan pengembangan karier pada keryawan berhubungan dengan tingkat pendidikan seorang petugas. Semakin tinggi pendidikan seorang petugas semakin tinggi pula motivasi kerja demi kebutuhan pribadi dan pengembangan karier.[9] 7. Beban kerja Beban kerja adalah beban fisik maupun non fisik yang ditanggungkan kepada petugas atau tenaga kerja dalam menyelesaikan pekerjaan. Dalam hal ini harus ada keseimbangan antara beban kerja dengan kemampuan individu agar tidak terjadi hambatan maupun kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan. Seorang tenaga kerja mempunyai kemampuan tersendiri dalam hubungannya dengan beban kerja, diantaranya ada yang lebih cocok utnuk beban fisik, mental atau sosial. Namun, secara umum seorang petugas hanya mampu memikul beban kerja hingga beban tertentu sesuai dengan kemampuan petugas. Beban kerja adalah banyaknya pekerjaan yang dilakukan setiap harinya ditambah dengan tugas lain yang merupakan tugas rangkap yang dibebankan kepada petugas. Semakin berat beban kerja akan [9,10] menurunkan daya konsentrasi petugas dalam menjalankan pekerjaan. Perhitungan beban kerja adalah adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas yang dibebankan kepada seorang petugas dibandingkan standar waktu yang ditetapkan. Perhitungan beban kerja antara lain jumlah waktu yang efektif dalam bekerja, jumlah tugas yang dibebankan, hasil kerja yang sesuai dengan prosedur tetap dan hasil kerja yang sesuai dengan standar waktu yang ditetapkan. [10] 8. Aspek Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya [12,16] secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Definisi tentang manajemen secara umum dikemukakan oleh para ahli adalah berbeda-beda namun pada dasarnya mempunyai pengertian yang sama. Perbedaan yang ada terletak pada latar belakang keahlian masingmasing sehingga manajemennya berasal dari segi yang berbeda-beda. [5,10,12,16,17] Berikut ini definisi manajemen dari segi beberapa ahli a. : Stoner Manajemen adalah proses perencanaa, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. b. Mary Paker Follet Manjemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini mengandung arti bahwa dalam pencapaian tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanankan berbagai tugas yang mungkin diperlukan. c. Luther Gulick Manajemen adalah suatu bidang ilmu pengetahuan yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja sama mencapai tujuan dan membuat sistem kerja sama yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya manajemen merupakan suatu hal untuk menentukan, menginterprestasikan dan mencapai tujuan oraganisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen. Manjemen didefinisikan dalam beberapa fungsi yakni perencanaan, pengorganisasian, pengarahan , pelaksanaan dan penggerakkan dan pengawasan dan penilaian atau monitoring evaluasi. a. [12] Perencanaan Perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan dicapai untuk dilakukan. Perencanaan merupakan unsur terpenting diantara fungsi manajemen yang ada dengan segala kegiatan yang bersifat manajerial untuk mendukung usaha pencapaian tujuan. Manfaat perencanaan antara lain mengurangi ketidakpastian serta perubahan waktu mendatang, mengarahkan perhatian pada tujuan, meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti sehingga menghemat waktu, tenaga dan dana serta merupakan sarana untuk mengadakan monitoring evaluasi. Proses perencanaan meliputi melakukan analisis situasi, menetapkan masalah, pemecahan masalah, pembahasan untuk menetapkan penyelesaian masalah, pelaksanaan kegiatan dan pengawasan dan evaluasi. b. [12,16] Pengorganisasian dan penggerakan (kerjasama) Pengorganisasian adalah fungsi manajemen dan merupakan suatu proses yang dinamis, sedangkan organisasi merupakan alat/ wadah yang statis. Pengorganisasian dapat diartikan penentuan pekerjaan – pekerjaan yang harus dilakukan, pengelompokan tugas – tugas dari membagi – bagikan pekerjaan pada setiap karyawan, penetapan departemen – departemen serta penentuan hubungan – hubungan. Organizing berasal dari kat organism yang berarti menciptakan struktur dengan bagian – bagian yang diintegrasikan sedemikian rupa sehingga hubungan satu sama lain terikat oleh hubungan terhadap keseluruhannya. c. [12] Pengarahan Pengarahan adalah mengarahkan seluruh bawahan agar mau bekerjasama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan. Pengarahan membuat semua anggota kelompok agar bekerjasama secara ikhlas serta bersemangat dalam bekerja sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam suatu rencana. Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan yang diperlukan untuk mengarahkan dan memotivasi karyawan. Fungsi pengarahan secar sederhana adalah un tuk mambuat para karyawan melakukan apa yang diinginkan dan harus dilakukan yang melibatkan kualitas, kekuasaan pemimpin serta kegiatan-kegiatan kepemimpinan seperti [5,10] komunikasi, motivasi dan disiplin d. Pelaksanaan dan penggerakan Pelaksanaan dan penggerakan yang dilakukan adalah berupa kerjasama. Karjasama dapat diartikan sebagai usaha untuk meningkatkan hasil serta mengoptimalkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam teknis operasional, kerjasama yang dimaksudkan adalah krejasama lintas program dan lintas sektoral. Kerjasama lintas sektoral sering sukar diwujudkan jika tidak dilandasi saling pengertian dan keterbukaan yang mendalam antra komponen yang terlibat. Untuk menggalang kerjasama lintas sektoral terutama dalam membina peran serta mesyarakat perlu dirumuskan secara jelas dan mekanisme kerja [12] masing-masing. e. Pengawasan dan penilaian (monitoring evaluasi) Monitoring adalah kegiatan pengamatan secara langsung dan bekala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan. Manfaat monitoring yakni meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja guna mencegah pemabnfaatan sumber daya yang sia-sia.[12,16] Evaluasi adalah usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara obyektif terhadap pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakan sebelumnya. Evaluasi sebagai salah satu fungsi manajemen yang mengukur seobyektif mungkin hasil-hasil pelaksanaan suatu rencana. Keberhasilan rencana kegiatan dapat diukur dengan dilakukan evaluasi. Dengan demikian evaluasi harus dikembangkan secara melembaga dan membudidaya agar pelaksaan kegiatan program lebih berhasil, bermanfaat dan berdaya guna.[10,12] Aspek manajemen petugas TB Paru Puskesmas antara lain[2] : a. Perencanaan Perencanaan yakni merencanakan kegiatan penemuan kasus TB Paru baik secara pasif maupun promotif aktif b. Pelaksanaan dan penggerakkan ( kerjasama ) Pelaksanaan dan penggerakkan meliputi kerjasama petugas TB Paru baik kerjasama lintas program maupun lintas sektoral sehingga kasus TB Paru dapat ditemukan sedini mungkin dan segera mendapatkan pengobatan. c. Monitoring evaluasi Kegiatan monitoring dilaksanakan secara berkala dan terus menerus untuk dapat segera mendeteksi apabila ada masalah dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan guna dilakukan perbaikan segera. Evaluasi biasanya dilakukan setiap 3 bulan, 6 bulan dan sampai 1 tahun. Dengan evaluasi dapat dinilai sejauh nama tujuan dan target penemuan kasus TB Paru yang telah ditetapkan sebelum dicapai. F. Kerangka Teori Angka Penemuan Kasus TB Paru Perencanaan Pengorganisasian Kinerja Petugas TB Paru Aspek Manajemen Pengarahan Kerjasama Monitoring evaluasi Beban Kerja Gambar 2.2. Motivasi Faktor Karakteristik Petugas : 1. Jenis kelamin 2. Umur 3. Pendidikan 4. Status kepegawaian 5. Masa kerja Sumber : [5,17,21] G. Kerangka Konsep Variabel bebas Jenis kelamin Umur Variabel terikat Masa Kerja Angka Penemuan Kasus TB Paru Motivasi Beban Kerja Perencanaan Kerjasama Monitoring Evaluasi Gambar 2.3. H. Hipotesis Hipotesis yang digunakan peneliti berdasarkan judul dan permasalahan penelitian, antara lain: 1) Ada hubungan antara jenis kelamin petugas TB Paru Puskesmas dengan angka penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang. 2) Ada hubungan antara umur petugas TB Paru Puskesmas dengan angka penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang. 3) Ada hubungan antara masa kerja petugas TB Paru Puskesmas dengan angka penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang. 4) Ada hubungan antara motivasi petugas TB Paru Puskesmas dengan angka penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang. 5) Ada hubungan antara beban kerja petugas TB Paru Puskesmas dengan angka penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang. 6) Ada hubungan antara perencanaan petugas TB Paru Puskesmas dengan angka penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang. 7) Ada hubungan antara kerjasama petugas TB Paru Puskesmas dengan angka penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang. 8) Ada hubungan antara monitoring dan evaluasi petugas TB Paru Puskesmas dengan angka penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang