BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Berjalannya kegiatan usaha dari perusahaan di suatu negara akan
melibatkan pihak-pihak atau lingkungan sekitarnya sebagai penunjang
bergeraknya kegiatan bisnis yang dilakukan. Penunjang tersebut berguna
sebagai sumber daya. Sumber daya ini meliputi sumber daya manusia dan
juga sumber daya alam. Kegiatan usaha yang dilakukan setiap harinya akan
mengurangi banyaknya dari sumber daya yang tersedia, karena digunakan
untuk kegiatan produksi atau kegiatan komersil lainnya. Hal ini menjadi
konsekuensi yang tidak dapat dihindari, namun dapat disinergikan keduanya,
sehingga terjadi harmonisasi antara keduanya yang dapat menguntungkan
pihak-pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kegiatan usaha dari suatu perusahaan pada dasarnya berdampak positif
terhadap bergeraknya roda perekonomian di negara tempat perusahaan
tersebut beroperasi. Namun, kegiatan usaha yang dilakukan perlu adanya
kontrol melalui regulasi pemerintah, sehingga tidak terjadinya dampak negatif
yang diluar kendali terhadap pihak-pihak yang terlibat maupun lingkungan
alam sekitarnya. Dampak negatif ini dapat diminimalisasi dengan adanya
tanggung jawab sosial dari perusahaan terhadap pihak-pihak yang
berkepentingan. Dengan adanya kesadaran tanggung jawab sosial dari
1
perusahaan tersebut, hal ini akan menciptakan harmonisasi antara pihak-pihak
yang terlibat.
Harmonisasi yang dimunculkan dari adanya tanggung jawab sosial
perusahaan akan menciptakan keberlanjutan kegiatan usaha yang dilakukan
oleh perusahaan itu sendiri. Hal ini merupakan win-win solution dari kegiatan
ekonomi yang dilakukan pada lingkungan sekitarnya. Tanggung jawab sosial
yang dilakukan akan menciptakan sinergi yang positif antara perusahaan
dengan lingkungan sekitarnya, hal inilah yang menjadi penyebab tanggung
jawab sosial yang dilakukan akan menciptakan keberlanjutan kegiatan usaha
yang dilakukan.
Pemanfaatan sumber daya oleh suatu badan usaha perlu dilakukan
untuk menggerakkan perekonomian namun perlu adanya timbal balik secara
positif. Oleh karena
itu, banyak negara menetapkan dalam perundang-
undangannya bahwa tanggung jawab sosial wajib dilakukan oleh suatu
perusahaan terhadap lingkungan sekitar ataupun terhadap pihak-pihak yang
terlibat.
Hal
ini
turut
membantu
pemerintah
dalam
usaha
untuk
mensejahterakan rakyatnya.
Tanggung jawab sosial dari suatu perusahaan biasa disebut dengan
Corporate Social Responsibility (CSR). Dengan adanya CSR ini dapat
mensejahterakan penduduk di suatu negara yang di mana penduduk tersebut
tidak dapat dijangkau oleh pemerintah karena anggaran terbatas, namun dapat
terjangkau oleh perusahaan yang memiliki anggaran untuk hal ini. CSR yang
dilakukan oleh suatu perusahaan tidak hanya untuk penduduk sekitar yang
2
terkena dampak dari kegiatan usaha yang dilakukan, namun CSR ini
dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab terhadap semua pemangku
kepentingan (Stakeholders) dari perusahaan tersebut. Tanggung jawab CSR
ini perlu dilakukan untuk menjaga nama baik perusahaan.
Indonesia menjadi salah satu negara yang mewajibkan CSR dalam
peraturan
perundang-undangannya.
Dalam
peraturan
Undang-undang
Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007 pasal 1 ayat 3, disebutkan bahwa
CSR ini sebagai komitmen perseroan terhadap pembangunan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas hidup atau lingkungan alam, hal
ini dilakukan berguna baik untuk perseroan, komunitas setempat, ataupun
masyarakat secara umum (Bapepam, 2007). Kegiatan CSR ini perlu dibuat
laporan pertanggung jawaban kepada pemerintah dari apa saja yang telah
dilakukan.
Peraturan perundang-undangan mengenai penanaman modal di
Indonesia juga mewajibkan bahwa perusahaan perlu melakukan CSR sebagai
bentuk tanggung jawab yang harus dilakukan. Dalam Undang-undang Nomor
25 tahun 2007 pasal 15 disebutkan bahwa, penanam modal yakni suatu
perusahaan perseroan terbatas diwajibkan untuk melaksanakan tanggung
jawab sosial perusahaan dalam bentuk CSR (Bank Indonesia, 2013). Kedua
peraturan ini wajib dipatuhi oleh semua perusahaan perseroan terbatas yang
dimiliki oleh pihak swasta ataupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Inti dari CSR adalah bentuk tanggung jawab yang harus dilakukan
terhadap pihak stakeholders berdasarkan undang-undang perseroan terbatas
3
Indonesia. Pihak stakeholders ini di antaranya adalah pihak lain yang terlibat
secara langsung atau tidak langsung dari kegiatan usaha yang dilakukan,
pihak-pihak tersebut adalah pemerintah,
kelompok politik, asosiasi
perdagangan, serikat pekerja, masyarakat, pemodal, pemasok, karyawan, dan
konsumen (Freeman, 2013). Melalui program CSR perusahaan dapat
melakukan tanggung jawab dari kegiatan usahanya terhadap pihak-pihak
tersebut. Program CSR yang dijalankan tergantung pada perusahaan yang
menjalankan, hal ini tidak diatur oleh Pemerintah Indonesia.
Menurut Freeman (2013), stakeholders didefinisikan sebagai kelompok
yang berpengaruh dan terkena dampak dari pencapaian sebuah tujuan
perusahaan. Henrique dan Sadorky (1999) menjelaskan bahwa terdapat empat
kategori grup dalam stakeholders, yaitu di antaranya adalah:
1. Organisational Stakeholders, terdiri atas
karyawan, konsumen,
pemegang saham, dan pemasok.
2. Community Stakeholders, terdiri atas komunitas lokal atau
kelompok yang memiliki kepentingan.
3. Regulatory Stakeholders, terdiri atas pihak yang membuat regulasi
di setiap wilayah.
4. Media
Stakeholders,
terdiri
atas
pihak-pihak
media
yang
mempublikasikan suatu berita.
Stakeholders terbagi dalam dua yaitu internal dan eksternal.
Stakeholders internal itu adalah pihak-pihak yang terkait dari dalam
perusahaan, dan eksternal adalah pihak-pihak yang memiliki pengaruh dari
4
luar perusahaan. Berikut elemen-elemen stakeholders dijelaskan melalui
Gambar 1.1:
Gambar 1.1 : Stakeholders Element
Sumber: Donaldson, dan Preston. (1995)
Berikut adalah penjelasan dari masing-masing elemen yang termasuk
dalam stakeholders:
1. Government: lembaga pemerintah yang membuat regulasi dalam
berjalannya ekonomi, jalannya perusahaan sangat ditentukan dari
regulasi yang dibuat oleh pemerintah.
2. Investor: adalah pihak yang berinvestasi pada perusahaan, sehingga
pihak manajemen perusahaan memiliki tanggung jawab untuk
memaksimalkan investasi yang telah diberikan.
3. Political Groups: adalah kelompok yang memiliki pengaruh secara
politik, contohnya adalah lembaga swadaya masyarakat, komunitas
sosial, dan komunitas kebudayaan.
4. Customer: konsumen yang mengkonsumsi produk hasil dari
produksi perusahaan terkait, konsumen peduli terhadap produk yang
5
dikonsumsinya, transparansi komposisi produk ingin diketahui oleh
pihak konsumen.
5. Comunities: komunitas ini adalah masyarakat lokal yang terkena
dampak langsung atau secara tidak langsung dari kegiatan usaha
perusahaan terkait.
6. Employees: pihak terkait langsung secara internal dari jalannya
perusahaan, para karyawan harus disejahterakan secara ekonomi
agar kontribusi terhadap perusahaan dapat maksimal.
7. Trade Association: asosiasi dagang memiliki pengaruh terhadap
terbentuknya aturan dagang dari setiap anggotanya, sehingga
perusahaan yang terkait dalam asosiasi harus mematuhi regulasi
yang telah disepakati untuk diterapkan.
8. Supliers: adalah pihak yang memasok bahan mentah terhadap
perusahaan untuk melakukan kegiatan produksi, pengaruh pemasok
sangat besar karena perusahaan memiliki waktu produksi yang telah
ditentukan agar kegiatan operasional berjalan lancar sesuai rencana.
Pihak-pihak tersebutlah yang dapat terpengaruh dan memengaruhi dari
suatu kegiatan bisnis perusahaan. Pengelolaan stakeholders fokus terhadap
setiap kategori tersebut, hal ini cukup sulit untuk diimplementasikan karena
setiap pihak memiliki ekspektasi yang berbeda. Diperlukan adanya
komunikasi yang baik antara perusahaan dengan stakeholders agar
terwujudnya penerapan CSR yang sesuai dengan ekspektasi.
6
Komunikasi dengan stakeholders akan meminimalisasi gap ekspektasi
antara perusahaan dengan stakeholders. Komunikasi memegang peranan
penting dalam menerapkan CSR dari suatu perusahaan sebagai cara
menjalankan “Stakeholders Management”. Penerapan CSR yang baik
disesuaikan dengan keinginan stakeholders, mengenai apa yang harus
dilakukan dan apa yang ingin dicapai. Namun, sering kali terjadi komunikasi
yang kurang antara perusahaan dengan stakeholders, sehingga perusahaan
hanya sekedar menerapkan CSR sebagai bentuk tanggung jawab namun
kurang memenuhi ekspektasi dari apa yang diinginkan oleh stakeholders.
Apabila ekspektasi stakeholders tidak dapat dikelola dengan baik, maka akan
tercipta hubungan yang kurang baik dan akan berpengaruh buruk terhadap
bisnis perusahaan.
Menurut Clarkson (1995) perusahaan akan sangat tergantung pada
stakeholders,
karena
dengan
tidak
adanya
dukungan
stakeholders,
perusahaan tidak akan bertahan. Penerapan CSR begitu penting pengelolaan
dengan berorientasi pada stakeholders. Tujuan CSR ini sendiri adalah sebagai
alat kompensasi terhadap stakeholders dari kegiatan komersil yang telah
dilakukan.
Peloza dan Shang (2010) menjelaskan banyak perusahaan berinvestasi
terhadap
penerapan
CSR
bukan
bertujuan
untuk
mengharapkan
pengembalian secara finansial, namun lebih fokus kepada aktivitas
membangun hubungan dengan stakeholders. Keuntungan dari membangun
hubungan dengan stakeholders dapat dirasakan dalam jangka panjang, dari
7
terbentuknya corporate image yang baik sehingga memudahkan dalam
aktivitas pemasaran, dan terjaganya situasi yang kondusif terhadap
peningkatan aktivitas bisnis yang dilakukan oleh perusahaan. Investasi CSR
yang cukup menghabiskan biaya ini perlu dikelola dengan baik, agar tujuan
dalam membina hubungan baik dengan stakeholders terwujud secara efektif.
Peran stakeholders sangat besar berpengaruh pada perkembangan bisnis
perusahaan. Pengaruh inilah yang menjadikan stakeholders begitu penting
terhadap keberlangsungan sebuah perusahaan yang melakukan kegiatan
komersil. Stakeholders menjadi bagian yang perlu dikelola secara sistematis
agar tercipta hubungan timbal balik yang positif terhadap perusahaan.
Pentingnya stakeholders terhadap perusahaan mendorong terciptanya
pengelolaan stakeholders secara serius, hal ini dinamakan Stakeholders
Management. Menurut Donaldson dan Preston (1995), Stakeholders
Management dibutuhkan sebagai atribut kunci, perhatian simultan terhadap
kepentingan yang muncul dari semua stakeholders, baik dalam pembentukan
struktur organisasi, kebijakan umum dan dalam pengambilan keputusan kasus
per kasus. Stakeholders Management ini pada dasarnya berlaku untuk siapa
saja yang mengelola atau memengaruhi kebijakan perusahaan, termasuk tidak
hanya manajer profesional, tetapi pemilik saham dan pemerintah.
Studi ini adalah replikasi penelitian Yusuf (2012) yang menganalisis
penerapan CSR SCTV melalui Program Pundi Amal SCTV. Dalam karya
ilmiah yang disusun oleh penulis menggunakan konsep yang sama yaitu
menganalisis penerapan CSR dengan menggunakan pendekatan stakeholders,
8
dikarenakan pentingnya stakeholders terhadap kegiatan CSR yang dilakukan.
Namun, penelitian yang disusun oleh penulis menggunakan studi kasus
perusahaan yang berbeda, yaitu menganalisis penerapan CSR yang dilakukan
oleh PT. Pertamina Marketing dan Operation Region VI di wilayah
Kalimantan.
Situasi yang dihadapi oleh Pertamina berbeda dengan CSR yang
dilakukan oleh SCTV terhadap stakeholders-nya. Pertamina menghadapi
situasi stakeholders yang lebih sensitif terhadap isu lingkungan, karena
pengaruh dari bisnis Pertamina yang bergerak dalam bidang minyak dan gas.
Dalam membina hubungan baik dan juga tanggung jawab terhadap
stakeholders dilakukan dengan cara yang berbeda. CSR SCTV ini dalam
bentuk tahap charity, namun CSR Pertamina sudah dalam tahap
empowerment
yaitu
pengembangan
kesejahteraan
dan
produktivitas
stakeholders ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu penerapannya akan
berbeda dan hubungan baik yang tercipta antara stakeholders dan perusahaan
juga akan menimbulkan hasil yang berbeda. Perkembangan bisnis Pertamina
di wilayah Kalimantan tergantung pada kegiatan empowerment yang
diterapkan melalui CSR-nya, apakah dapat memunculkan efek positif
terhadap stakeholders sebagai penerima manfaat.
CSR tidak hanya wajib namun pada dasarnya berdampak baik terhadap
perusahaan yang melakukannya. Perusahaan yang melakukan CSR dapat
memiliki dampak yang baik terhadap corporate image dan selanjutnya akan
meningkatkan niat pembelian pihak konsumen yang mengetahui program
9
CSR yang dilakukan (Huang, Yen, dan Liu, 2014). Hal ini dapat menjelaskan
bahwa konsumen tertarik membeli suatu produk dari perusahaan yang
memiliki citra baik di masyarakat. Konsumen akan memiliki pemikiran
bahwa perusahaan tersebut sehat dalam kegiatan usahanya sehingga memiliki
keuntungan yang dapat dianggarkan untuk melakukan santunan sosial.
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa CSR dapat meningkatkan
service quality dari perusahaan tersebut yang nantinya akan berdampak pada
kepuasan konsumen (Huang, et al., 2014). CSR tidak hanya untuk pihak luar
atau masyarakat umum, namun stakeholders di sini termasuk karyawan
perusahaan, dan CSR terhadap karyawan biasanya dalam bentuk program
beasiswa. Program beasiswa ini akan meningkatkan kemampuan karyawan
tersebut sehingga dapat memberikan pelayanan ataupun membuat produk
yang lebih maksimal terhadap konsumen.
Penerapan CSR yang baik akan memberikan dampak positif terhadap
kedua pihak, yaitu perusahaan dengan stakeholders. Para stakeholders
terbantu dalam peningkatan kesejahteraannya dari program CSR yang
dijalankan. Dalam hal ini menjadi saat yang tepat melakukan kegiatan
promosi pada saat program CSR dilaksanakan, dapat dengan cara brand
placement ataupun disiarkan melalui media massa. Pada saat promosi melalui
program CSR ini pada dasarnya adalah proses pengenalan merek dagang
terhadap pihak-pihak yang terlibat langsung dari program CSR ini, oleh
karena itu, semakin besar CSR yang dilakukan,
semakin besar juga
pengenalan merek dagang yang akan diketahui oleh pihak di luar perusahaan.
10
Penerapan CSR di Indonesia sudah banyak dilakukan oleh perusahaanperusahaan besar swasta maupun BUMN. Perusahaan-perusahaan yang
dinilai besar di Indonesia telah sadar akan pentingnya penerapan CSR untuk
kegiatan usaha yang dilakukannya. Citra baik perlu dikembangkan di
Indonesia untuk mendapatkan tanggapan positif dari masyarakat Indonesia.
Indonesia merupakan negara demokrasi sehingga warganya dapat
berpendapat bebas terhadap yang dilihatnya. Hal ini menjadi masalah ketika
banyak masyarakat Indonesia yang berpandangan buruk terhadap suatu
perusahaan, maka perusahaan tersebut akan dikritik dan ini mengganggu dari
berjalannya kegiatan bisnis yang dilakukan.
Banyak terjadi kritik terhadap perusahaan minyak dan gas dilakukan
oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) lingkungan, karena perusahaan ini
secara langsung mengeksploitasi sumber daya alam yang berdampak secara
langsung kepada kehidupan manusia. Jika perusahaan minyak dan gas tidak
melakukan tanggung jawab sosial maka keberlanjutan kegiatan usahanya
akan sulit dikembangkan, karena banyak menuai protes dari masyarakat yang
berkepentingan.
Stakeholders perusahaan minyak dan gas akan lebih sensitif karena
perusahaan ini pada dasarnya mengeksploitasi sumber daya yang tidak dapat
diperbarui. Hubungan baik terhadap stakeholders yang dilakukan oleh
perusahaan minyak dan gas perlu dijaga, agar tercipta situasi kondusif yang
mendukung terhadap pengembangan kegiatan operasional yang dilakukan.
Jika hubungan antara stakeholders dan perusahaan terkait tidak dijalin dengan
11
baik, maka pengaruh buruk akan langsung dirasakan secara langsung dan
akan menghambat kegiatan operasional dari perusahaan terkait. Oleh karena
itu, perusahaan minyak dan gas sangatlah penting mengelola stakeholders
dengan CSR secara baik dan bertanggung jawab.
PT. Pertamina (Persero) menjadi salah satu perusahaan negara yang
bergerak dalam bidang pertambangan minyak dan gas. Oleh karena itu, PT.
Pertamina (Persero) perlu mengelola hubungan dan tanggung jawab terhadap
stakeholders dengan serius, agar stakeholders terkait mendukung terhadap
perkembangan bisnis Pertamina.
PT. Pertamina (Persero) menjadi salah satu perusahaan negara dengan
peran yang cukup besar kontribusinya terhadap negara Indonesia, dari
tugasnya mengelola bahan bakar bersubsidi, hingga gas subsidi yang
digunakan secara langsung oleh konsumen di Indonesia. Peran PT. Pertamina
(Persero) terhadap negara tidak hanya dituntut untuk mengelola minyak dan
gas dengan baik, namun juga dituntut untuk mensejahterakan rakyat
Indonesia. Peran ini tidak mudah dalam praktiknya, melakukan kegiatan
komersil eksploitasi alam namun harus meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Oleh karena itu, dalam penerapan CSR, Pertamina melakukan program yang
pada dasarnya memiliki tujuan untuk memunculkan hubungan baik serta
meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas dari stakeholders.
Tanggung jawab yang cukup berat terhadap stakeholders adalah
wilayah yang menjadi penghasil minyak terbesar di Indonesia. Wilayah
operasional Pertamina meliputi semua wilayah penghasil minyak terbesar di
12
Indonesia. Bisnis unit yang beroperasi di wilayah tersebutlah cukup berat
dalam menjalankan program CSR, karena dinilai telah mengeruk banyak hasil
bumi dari wilayah tersebut. Wilayah tersebut di antaranya Kepulauan Riau,
Kalimantan Timur, Jawa Timur, Papua Barat, Sumatera Selatan, dan Sektor
Laut Jawa (Kabari News, 2012).
PT. Pertamina (Persero) dibebani misi oleh Pemerintah Indonesia untuk
mensejahterakan masyarakat Indonesia sehingga hal ini dilakukan melalui
program CSR. PT. Pertamina (Persero) berkomitmen untuk meningkatkan
kualitas hidup Indonesia dari kegiatan usaha yang dilakukannya. CSR yang
dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero) memiliki visi yaitu “Memberikan
Kehidupan yang Lebih Baik”, hal ini menjadi tujuan atau fokus dari program
CSR yang dilakukan (Pertamina, 2012).
Program kerja CSR yang dilakukan memberikan gambaran untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Hal ini akan tercipta citra
perusahaan yang positif sehingga PT. Pertamina (Persero) dapat terus
melakukan kegiatan usahanya, agar memiliki kemampuan untuk tetap
memberikan manfaat kepada masyarakat Indonesia untuk hidup lebih baik.
PT. Pertamina (Persero) memiliki empat inisiatif pemberdayaan dari
program CSR yang dilakukannya, yaitu di antaranya (Pertamina, 2012):
1. Peningkatan kualitas pendidikan.
2. Pemberdayaan kesehatan.
3. Peningkatan kualitas lingkungan hidup.
4. Peningkatan infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat.
13
Keempat hal di atas menjadi panduan bagi setiap bisnis unit CSR PT.
Pertamina (Persero) yang beroperasi di wilayah operasional berdasarkan
provinsi dalam menyusun program CSR yang akan dilakukan. Program CSR
di setiap wilayah berbeda-beda berdasarkan yang diperlukan oleh masyarakat
sekitar daerah operasi. Oleh karena itu, manajemen pusat memberikan
kebebasan bagi manajemen yang berada di daerah menentukan program CSR
dengan syarat memenuhi empat inisiatif di atas, dan memberikan laporan
pertanggungjawaban terhadap pusat dari CSR yang dilakukan, nantinya akan
dilaporkan oleh pusat kepada pemerintah.
Program CSR yang dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero)
memprioritaskan bagi masyarakat sekitar daerah operasional, dan wewenang
pelaksanaannya diserahkan pada setiap masing-masing bisnis unit di lokasi
(Pertamina, 2012). Hal ini dilakukan agar terjadinya harmonisasi antara bisnis
unit Pertamina dengan warga sekitar, sehingga tidak terjadi penolakan atas
kegiatan usaha yang dilakukan oleh Pertamina. PT. Pertamina (Persero)
memiliki wilayah operasional diseluruh Indonesia, sehingga kebijakan yang
tepat terhadap bisnis unit untuk hanya fokus melakukan CSR kepada
masyarakat sekitarnya, karena alasan masyarakat sekitar yang terkena
langsung dampak dari kegiatan usaha Pertamina. Alasan lainnya adalah bisnis
unit yang begitu mengetahui program CSR seperti apa yang harus diterapkan
di wilayah operasionalnya, jadi empat inisiatif di atas dapat mudah untuk
dipenuhi.
14
Fokus penerapan CSR Pertamina juga terhadap wilayah yang terkena
dampak dari eksploitasi kegiatan usaha PT. Pertamina (Persero) (Pertamina,
2012). Hal ini menjadi tanggung jawab manajemen pusat dalam
melaksanakan program CSR untuk daerah yang terkena dampak. Di
antaranya PT. Pertamina (Persero) melakukan penghijauan secara bertahap
bagi wilayah-wilayah eksploitasi, dari penghijauan ini diharapkan akan
menjaga lingkungan agar tetap hijau dan produktif.
Tujuan CSR Pertamina ini sendiri terdapat dua hal yang menjadi fokus,
yaitu dari eksternal membantu pemerintah dalam upaya peningkatan kualitas
masyarakat Indonesia, dan juga dari internal adalah untuk membangun
hubungan yang harmonis, serta kondusif dengan stakeholders (Pertamina,
2012). Tujuan pertama yaitu membantu Pemerintah Indonesia memperbaiki
lndeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia, melalui pelaksanaan
program-program yang membantu pencapaian target pembangunan Millenium
Development Goals (MDGs). Tujuan yang kedua adalah membangun
hubungan yang harmonis dan kondusif dengan semua stakeholder untuk
mendukung pencapaian tujuan korporasi terutama dalam membangun reputasi
korporasi.
Fokus program CSR yaitu memenuhi tanggung jawab dan ekspektasi
dari stakeholders. Program-program yang dilakukan dikonsultasikan secara
berkala dengan stakeholders untuk melihat respon positif dan negatif sebagai
masukan peningkatan program CSR ke depannya. Jika program CSR ini
sukses dijalankan maka akan berdampak baik terhadap keberlanjutan bisnis
15
yang dilakukan, sehingga Pertamina dapat melakukan pengembangan
ekspansi perusahaannya ke arah tingkat yang lebih tinggi.
Kalimantan Timur menjadi salah satu wilayah yang berkontribusi besar
dalam produksi bensin premium di Indonesia. Pertamina Marketing
Operation Region VI mengklaim kontribusi Refinery Unit V sekitar 15%20% bensin premium untuk Indonesia. Kegiatan operasional ini perlu dijaga
keberlanjutannya dari faktor yang menghambat, internal maupun eksternal,
karena terkait suplai premium yang dibutuhkan oleh Indonesia.
Wilayah ini terdapat bisnis unit yang bertanggung jawab untuk
menjalankan program CSR dari Pertamina. Bisnis unit tersebut adalah
Pertamina Marketing Operation Region VI. Tanggung jawab bisnis unit
tersebut terhadap stakeholders cukup berat, karena penghasilan Pertamina
dari premium cukup besar sehingga segala hal distribusi maupun produksi
tidak boleh ada kendala agar proses bisnis bensin premium berjalan lancar.
Kelancaran tersebut secara tidak langsung dipengaruhi dari harmonisasi
antara Pertamina Region VI dengan stakeholders pada wilayah tersebut.
Harmonisasi tersebut dapat diciptakan melalui pendekatan CSR yang
dilakukan. Oleh karena itu, penerapan program CSR pada bisnis unit
Pertamina Region VI menarik untuk dievaluasi dan dianalisis.
Sebagai informasi tambahan, Pertamina Marketing Operation Region
VI menerapkan pola baru pada tahun 2015, yang ternyata pola baru ini
berdampak positif, sehingga untuk CSR wilayah Balikpapan Pertamina
Marketing Operation Region VI berada di urutan enam besar untuk seluruh
16
Indonesia (KLHK, 2016). Pola baru yang diterapkan ternyata dapat
memberikan dampak positif terhadap penerapan CSR Pertamina Marketing
Operation Region VI. Urutan tersebut diraih setelah dua tahun pola baru ini
diterapkan.
1.2 Rumusan Masalah
Penerapan CSR menjadi cara untuk mewujudkan kontribusi etis
terhadap pihak stakeholders sebagai pihak yang terlibat dari kegiatan usaha,
namun yang dilakukan oleh Pertamina Region VI, CSR tidak hanya sebagai
kontribusi etis, tetapi juga sebagai strategi dalam menciptakan hubungan
kondusif dengan stakeholders, sehingga mendorong kelancaran operasional
dan pemasaran di Kalimantan. Oleh karena itu, penulis akan menganalisis
penerapan CSR Pertamina Region VI, dengan menggunakan analisis
pendekatan stakeholders.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, berikut yang menjadi pertanyaan
penelitian dalam karya ilmiah ini:
1. Bagaimana penerapan Corporate Social Responsibility yang dilakukan
oleh Pertamina Marketing Operation Region VI dengan menggunakan
analisis pendekatan stakeholders?
17
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian studi ini adalah untuk meneliti dan
menganalisis penerapan CSR oleh Pertamina Marketing Operation Region
VI, sebagai bentuk tanggung jawab kepada stakeholder, dan sebagai sarana
komunikasi dalam menjaga hubungan agar tetap harmonis dan kondusif antara
keduanya.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dari karya ilmiah ini dapat ditinjau dari pihak yang
menggunakannya. Pihak-pihak tersebut di antaranya adalah akademisi, dan
praktisi atau Manajer. Berikut manfaat penelitian yang dapat digunakan oleh
dua pihak tersebut:
1. Akademisi:
sebagai
referensi
dalam
menerapkan
Holistic
Marketing. CSR menjadi bagian dari Holistic Marketing yang
dilakukan oleh perusahaan sebagai pendukung keberlanjutan dan
perkembangan kegiatan bisnis yang dilakukan.
2. Praktisi dan Manajer: dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
manajer
atau
praktisi
dalam
mengambil
keputusan
dalam
menerapkan CSR dalam kepentingan strategis perusahaan.
Studi ini diharapkan dapat berkontribusi maksimal yang bermanfaat
terhadap kedua pihak tersebut, sehingga karya ilmiah ini dapat dijadikan
referensi yang komprehensif bagi pembaca dalam menganalisis penerapan
18
CSR dengan menggunakan pendekatan stakeholders khususnya yang dibahas
dalam studi ini adalah Pertamina Marketing Operation Region VI.
1.6 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Penulis membatasi penelitian ini agar nantinya tidak terjadi perluasan
analisis yang dilakukan terhadap studi dalam karya ilmiah ini. Berikut adalah
batasan penelitian dalam karya ilmiah ini.
1. Penelitian ini menganalisis penerapan CSR dari perusahaan PT.
Pertamina (Persero), karena perusahaan tersebut sebagai perusahaan
negara yang memiliki kontribusi besar terhadap negara, dan sebagai
perusahaan
BUMN
memiliki
tanggung
jawab
dalam
mensejahterakan rakyat Indonesia melalui program CSR.
2. Penelitian ini hanya meneliti bisnis unit PT. Pertamina (Persero)
yang bertanggung jawab pada region VI yaitu wilayah Kalimantan,
karena Kalimantan sebagai salah satu pulau di Indonesia yang
berkontribusi terhadap Indonesia cukup besar dalam hal minyak dan
gas, khususnya Kalimantan Timur sebagai wilayah produksi
premium sebesar 15%-20% untuk Indonesia, sehingga penerapan
CSR Pertamina di wilayah tersebut akan menarik untuk dianalisis,
di mana CSR dijadikan sebagai alat untuk menjaga situasi yang
kondusif dari pihak stakeholders agar tetap mendukung kegiatan
bisnis Pertamina di daerah tersebut, karena dampaknya besar
terhadap Indonesia.
19
3. Penelitian ini hanya menganalisis penerapan yang dilakukan untuk
mengetahui bagaimana Pertamina Region VI membina hubungan
yang baik dan kondusif di wilayah Kalimantan melalui CSR, dan
tidak untuk mengevaluasi, karena evaluasi CSR sampai saat ini
belum ada ukuran yang valid.
4. Penelitian ini menganalisis penerapan CSR dengan menggunakan
pendekatan stakeholders, karena pentingnya stakeholders terhadap
perusahaan, dan juga CSR ini secara langsung sebagai bentuk
kompensasi dan tanggung jawab terhadap stakeholders dari
kegiatan komersil yang dilakukan oleh Pertamina region VI.
Analisis dilakukan terhadap setiap elemen stakeholders, dari
tanggung jawab seperti apa yang ingin dipenuhi, dan kegiatan CSR
apa yang diterapkan terhadap setiap masing-masing stakeholders.
5. Stakeholders yang dianalisis berdasarkan acuan dari penelitian
Spiller (2000), di antaranya adalah dari sisi konsumen, komunitas,
lingkungan,
pemerintah,
pemasok,
pemegang
obligasi
dan
pemegang saham, dan karyawan.
6. Adapun penerapan CSR yang dianalisis adalah penerapan yang
dilakukan sepanjang tahun 2015, dan juga terdapat beberapa
program yang dilanjutkan dari tahun sebelumnya oleh bisnis unit
CSR Pertamina pada region VI.
20
Batasan penelitian ditetapkan agar penelitian dan analisis yang
dilakukan memiliki ruang lingkup yang jelas. Pembahasan yang dipaparkan
menjadi lebih fokus jika batasan penelitian telah ditetapkan.
1.7 Sistematika Penulisan
Penulisan karya ilmiah ini dibahas dengan sistematika sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, permasalahan, tujuan
penelitian, lingkup penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi kumpulan pustaka yang menjadi acuan pemahaman teoretis
yang diperoleh dari buku, jurnal, dan artikel lainnya yang menunjang
pembahasan penulisan.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi metode yang dipakai penulis dalam menjalankan penelitian.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini memaparkan hasil yang didapat dari penelitian beserta analisisnya.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini menjelaskan kesimpulan yang diperoleh hasil penelitian dan
saran-saran yang berkaitan.
21
Download