coke versus pepsi - STIE Indocakti Malang

advertisement
55
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN TAX PLANNING
PADA PT. PLN (PERSERO) MALANG
Defia Nurbatin dan Sinta Ratika
STIE Indocakti Malang
Abstrak :This study examines how CSR can reduce the tax to be paid by PT. PLN (Persero)
Malang area, but it does not conflict with the tax laws. This thesis aims to identify and observe the
relationship of CSR to the tax paid by PT. PLN (Persero) Malang area. From the data analysis has
been done on the PT. PLN (Persero) Malang area, the conclusions that can be drawn most of the CSR
program PT. PLN (Persero) Malang area is in the field of community development and partnership
programs are mostly not included in the fee may be deducted from gross income. The same thing
happened in the financial statements. PLN (Persero) Malang area where the cost of CSR to employees
there are positive tax corrections departments such as clothing, health care, replacement housing
assistance (BPFP), spiritual coaching, culture and sport for the employee, the death or funeral
assistance, pension preparation period (MPP), early retirement, others - other expenses outside of the
business, contribution of community development and partnership programs.The conclusion of this
thesis is the implementation of appropriate CSR will bring positive implications reduced taxes to be
paid without violating tax laws and the rules of GAAP. CSR into an expense for the company and a
component of a deduction against gross income so as to minimize the tax to be borne by the company.
With tax planning, tax savings can be obtained at PT. PLN (Persero) Malang area in 2011 amounted
to Rp 488,109,573.00
Keywords: Corporate Social Responsibility, Tax Planning
PENDAHULUAN
CSR saat ini bukan lagi bersifat sukarela
atau sebagai suatu komitmen yang dilakukan
perusahaan sebagai tanggung jawab kegiatan
perusahaannya, melainkan bersifat wajib dan
bahkan menjadi kewajiban bagi beberapa
perusahaan untuk melakukan pengungkapan
laporan CSR. Hal ini diatur dalam UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas (UU PT), yang disahkan
pada 20 Juli 2007. Pasal 74 Undang-Undang
Perseroan Terbatas menyatakan bahwa (1)
Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya
di bidang dan atau berkaitan dengan sumber
daya alam wajib melaksanakan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL); (2) TJSL
merupakan
kewajiban
Perseroan
yang
dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya
Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan
dengan
memperhatikan
kepatutan
dan
kewajaran; dan (3) Perseroan yang tidak
melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan (Kusumadilaga, 2010).
Terkait aspek perpajakan, kebijakan CSR
memerlukan kajian lebih mendalam dalam
penerapannya, karena kebijakan CSR yang
diterapkan oleh Perseroan bisa dalam berbagai
bentuk program kerja. Bentuk program yang
dipilih oleh perusahaan akan menimbulkan
masalah tersendiri di aspek perpajakannya, baik
aspek Pajak Penghasilan maupun Pajak
Pertambahan Nilai. Namun, tidak semua item
dalam indikator pengungkapan CSR dapat
digunakan
sebagai
biaya
yang
dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto (deductible
expenses).
Peraturan yang memuat deductible expense
tersebut terdapat dalam Undang–Undang no. 36
tahun 2008 pasal 6 selanjutnya Mahkamah
Kontitusi (MK) dalam putusannya pada tanggal
15 April 2009 adalah sinergi antara pasal TJSL
56
(Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan)
dengan UU pajak penghasilan no. 36 tahun 2008
memberlakukan beberapa jenis sumbangan
sosial sebagai biaya. Biaya kategori sumbangan
sosial yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah tersebut yaitu Biaya
beasiswa, magang, dan pelatihan, Sumbangan
dalam rangka penanggulangan bencana nasional,
Sumbangan dalam rangka penelitian dan
pengembangan yang dilakukan di Indonesia,
Biaya pembangunan infrasrtuktur sosial,
Sumbangan fasilitas pendidikan dan Sumbangan
dalam rangka pembinaan olahraga.
Perencanaan
pajak
(tax
planning)
merupakan langkah awal dalam manajemen
pajak. Perencanaan pajak merupakan salah satu
usaha untuk merekayasa agar beban pajak
menjadi
seoptimal
mengkin
dengan
memanfaatkan peraturan yang sudah ada.
Perencanaan pajak dilakukan terutama dengan
melakukan telaah terhadap peraturan perpajakan
yang berlaku untuk menentukan celah-celah
aturan perpajakan tersebut yang dapat
dimanfaatkan untuk meminimumkan kewajiban
perpajakan. Dalam melakukan tax planning
beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu : (1)
memahami
ketentuan
perpajakan;
(2)
mempertimbangkan cost dan benefit dari
perencanaan pajak yang dilakukan; (3)
memahami bidang usaha dan keadaan industri
suatu bisnis yang digeluti; dan (4) melakukan
perencanaan pajak dengan itikad yang baik. (Ika,
2004 dalam Syachbrani, 2011).
Penelitian lebih lanjut yang dilakukan
Irawan (2008),
mengungkapkan dalam
indikator kemasyarakatan, item CSR berupa
pemberian beasiswa merupakan biaya yang
dapat dikurangkan pada penghasilan bruto
perusahaan. Namun dalam hal sumbangan untuk
penyediaan sarana dan prasarana sekolah dan
kesehatan tidak dapat dikurangkan pada
penghasilan bruto perusahaan. Dalam hal ini
peneliti masih menggunakan UU no. 17 tahun
2000
Penelitian selanjutnya adalah penelitian
yang dilakukan Syachbrani (2011) yang
mengungkapkan
akun–akun
natura
dan
kenikmatan untuk karyawan pada PT. Media
Fajar yakni makanan dan minuman yang
diberikan dalam bentuk kupon makan,
pelayanan kesehatan yang diberikan dalam
bentuk
jaminan
sosial
tenaga
kerja
(JAMSOSTEK), pendidikan dalam bentuk
pengikutsertaan karyawan pada pelatihan –
pelatihan dan seminar – seminar, pakaian dan
perlengkapan untuk keselamatan kerja, dan
selanjutnya pakaian seragam dapat dijadikan
sebagai komponen biaya yang menjadi
pengurang penghasilan bruto oleh perusahaan
dalam mengoptimalkan beban pajak. Penelitian
yang dilakukan oleh Gloritho (2009) pada PT.
XYZ yang mengungkapkan bahwa perencanaan
pajak untuk biaya entertainment, promosi, dan
biaya kesehatan dan kesejahteraan berpengaruh
terhadap pajak badan sebesar 22,50% (tax
saving).
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
penelitian ini akan menganalisis CSR dan
kaitannya dengan pajak yang dibayarkan PT.
PLN (Persero) Malang sebagai upaya tax
planning.
TINJAUAN PUSTAKA
Corporate Social Responsibility (CSR)
Menurut Magnan & Farrel (2004) dalam
Saputri (2010) mendefinisikan CSR sebagai ”A
business acts in socially responsible manner
when its decision and account for and balance
diverse stake holder interest”. Definisi tersebut
menekankan kepada perlunya memberikan
perhatian secara seimbang terhadap kepentingan
berbagai stakeholders yang beragam dalam
setiap keputusan dan tindakan yang diambil oleh
para pelaku bisnis melalui perilaku yang sosial
bertanggung jawab.
Berdasarkan hasil survey mayoritas
responden (60%) menyatakan bahwa CSR
seperti etika bisnis, praktik sehat terhadap
karyawan, dampak terhadap lingkungan,
57
merupakan unsur utama mereka dalam menilai
baik atau tidaknya suatu perusahaan. Sedangkan
faktor fundamental bisnis, seperti kinerja
keuangan,
ukuran
perusahaan,
strategi
perusahaan atau manajemen, hanya dipilih oleh
30% responden. Jika dikelompokkan, sedikitnya
ada empat manfaat CSR terhadap perusahaan
(Suharto, 2008):
1) Brand differentiation. Dalam persaingan
pasar yang kian kompetitif, CSR bisa
memberikan citra perusahaan yang khas,
baik, dan etis di mata publik yang pada
gilirannya menciptakan customer loyalty.
2) Human resources. Program CSR dapat
membantu dalam perekrutan karyawan baru,
terutama yang memiliki kualifikasi tinggi.
Saat interview, calon karyawan yang
memiliki pendidikan dan pengalaman tinggi
sering bertanya tentang CSR dan etika bisnis
perusahaan, sebelum mereka memutuskan
menerima tawaran. Bagi staf lama, CSR
juga dapat meningkatkan persepsi, reputasi
dan dedikasi dalam bekerja.
3) License to operate. Perusahaan yang
menjalankan CSR dapat mendorong
pemerintah dan publik memberi ”ijin” atau
”restu” bisnis.
4) Risk management. Manajemen resiko
merupakan isu sentral bagi setiap
perusahaan. Reputasi perusahaan yang
dibangun bertahun-tahun bisa runtuh dalam
sekejap oleh skandal korupsi, kecelakaan
karyawan, atau kerusakan lingkungan.
Pengaruh
Pajak
terhadap
Kegiatan
Perusahaan
Menurut Smith dan Skousen dalam
Syachbrani (2011) bagi perusahaan, pajak yang
dikenakan terhadap penghasilan yang diterima
atau diperoleh dapat dianggap sebagai biaya
atau beban dalam menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan maupun distribusi laba
kepada Pemerintah. Oleh karena itu, besar
kecilnya beban pajak akan mempengaruhi
kegiatan perusahaan dalam hal cash flow
perusahaan, karena menyangkut bagaimana cara
perusahaan menyediakan dana untuk membayar
pajak yang terutang.
Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Suatu perencanaan pajak yang tepat
merupakan hasil dari tindakan penghematan atau
tax saving dan penghindaran pajak atau tax
avoiadance. Zain (2008) dalam Syachbrani
(2011)
mengidentifikasi
pajak
dengan
perencanaan pajak dan mendefinisikan bahwa
perencanaan
pajak
adalah
tindakan
penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi
potensi pajaknya, yang tekanannya kepada
pengendalian setiap transaksi yang ada
konsekuensi pajaknya. Tujuannya adalah
bagaimana
pengendalian
tersebut
dapat
mengefisiensi jumlah pajak yang akan ditransfer
ke pemerintah, melalui apa yang disebut sebagai
penghindaran pajak (tax avoiadance) dan bukan
penyelundupan pajak (tax evasion) yang
merupakan tindak pidana fiskal yang tidak akan
ditoleransi.
Kerangka Berpikir
Kerangka Berpikir yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Laporan Corporate Social
Responsibility:
a. Social
b. Environment
c. Economic
Tax Planning berdasarkan UU PPh No. 36 Tahun
2008
a. Deductible Expenses
b. Non-Deductible Expenses
Koreksi Fiskal:
a. Laporan Keuangan Komersial
(CSR)
b. Laporan Keuangan Fiskal
Gambar 1. Kerangka Berpikir
58
Berdasarkan kerangka pikir tersebut disusun kerangka konseptual pemikiran sebagai berikut:
a. Social
b. Environment
c. Economic
Deductible Expenses
Koreksi Fiskal
Non-Deductible Expenses
Gambar 2 : Kerangka Konseptual Penelitian
Penelitian ini, pengungkapan CSR di ukur
dengan indeks GRI guidelines (Global
Reporting Index) dari Global Reporting
Initiative yang merupakan lembaga untuk
mempromosikan standar yang diciptakan
dengan memberi arahan bagi perusahaanperusahaan
dalam
menerbitkan
laporan
berkelanjutan tentang tanggung jawab sosialnya.
Kerangka ini didesain untuk digunakan oleh
berbagai organisasi yang berbeda ukuran, sektor,
dan lokasinya. Kerangka pelaporan GRI
mengandung isi bersifat umum dan sektor yang
bersifat spesifik, yang telah disetujui oleh
berbagai pemangku kepentingan di seluruh
dunia dan dapat diaplikasikan secara umum
dalam melaporkan kinerja berkelanjutan dari
sebuah organisasi.
Pelaporan GRI terdiri dari 3 kategori, yaitu
social, environmental dan economic. Berdsarkan
tiga
kategori
tersebut
tentunya
akan
menimbulkan biaya tersendiri yang akan
dipengaruhi oleh UU PPH no.36 tahun 2008
yang akan mengklasifikasikan biaya tersebut
masuk kedalam kategori deductible ataukah non
deductible. Hal tersebut tentunya akan
berpengaruh kepada koreksi fiskal perusahaan.
Jika perusahaan memilih program CSR yang
termasuk kedalam kategori deductible, maka
akan mengurangi pajak perusahaan. Namun jika
sebaliknya maka tidak dapat dijadikan sebagai
pengurang pajak.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian
deskriptif
Causal.
Penelitian
deskriptif merupakan penelitian terhadap
masalah - masalah berupa fakta – fakta saat ini
dari suatu populasi. Tipe penelitian ini
umumnya berkaitan dengan opini (individu,
kelompok atau organisasional), kejadian, atau
prosedur (Indriantoro dan Supomo, 2002: 26).
Penelitian causal merupakan tipe penelitian
dengan karakteristik masalah berupa hubungan
sebab akibat antara dua variabel atau lebih.
Peneliti melakukan pengamatan terhadap
konsekuensi – konsekuensi yang timbul dan
menelusuri kembali fakta secara masuk akal
sebagai faktor– faktor penyebabnya (Indriantoro
dan Supomo, 2002: 27).
Metode Analisa Data
Prosedur analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui implementasi kebijakan CSR
yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) area
Malang dengan menggunakan indeks
pengukuran pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan.
2. Setelah mengetahui implementasi kebijakan
CSR yang dilakukan perusahaan, kemudian
dilakukan
pengklasifikasian
atau
pengelompokan kategori CSR yang menjadi
deductible expenses dan non deductible
expenses.
3. Menganalisis koreksi pajak yang dilakukan
oleh PT. PLN (persero) area Malang.
4. Melakukan
analisis
koreksi
pajak
berdasarkan penelitian pada Laporan
Keuangan Komersial (rincian biaya) PT.
PLN (persero) area Malang
59
5. Melakukan perencanaan pajak terkait biaya
CSR sebagai Laporan CSR pada PT. PLN
(persero) area Malang.
6. Mendeskripsikan hasil penelitian
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Perlakuan PPh (UU No.36 Tahun 2008)
terhadap Beban CSR
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
yang merupakan perubahan terakhir dari
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983, telah
mengatur tentang perlakuan Pajak Penghasilan
atas pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan
dalam rangka pengungkapan laporan corporate
social responsibility (CSR). Ketentuan tentang
hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 Pasal 6 ayat (1) huruf i, j, k, l, dan
m, ditegaskan bahwa besarnya Penghasilan
Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan
bentuk usaha tetap (BUT), ditentukan
berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan.
PT PLN (Persero) area Malang memiliki
komitmen untuk melaksanakan tanggung jawab
sosial dengan menerapkan PKBL yang telah
diatur dalam Peraturan Menteri Negara BUMN
No. Per-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007.
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil
selanjutnya disebut PK adalah Program untuk
meningkatkan kemampuan usaha kecil agar
menjadi tangguh dan mandiri. Adapun dana PK
bersumber dari: Penyisihan laba setelah pajak
sebesar 1% sampai dengan 3%, Hasil bunga
pinjaman, bunga deposito dan atau jasa giro dari
dana Program Kemitraan setelah dikurangi
beban operasional, Pelimpahan dana Program
Kemitraan dari BUMN lain, jika ada.
Klasifikasi biaya CSR PT. PLN (persero)
area Malang menurut deductible expenses dan
non-deductible expenses berdasarkan UU PPH
no. 36 tahun 2008 adalah sebagai berikut :
1) Deductible Expenses
Biaya CSR yang dapat mengurangi
penghasilan bruto PT. PLN (persero)
berdasarkan UU PPh no. 36 tahun 2008 pasal 6
yaitu dana hibah untuk pembangunan rumah
ibadah dan fasilitas umum, pelatihan karyawan,
pengelolaan pelanggan, tunjangan daerah,
tunjangan kompetensi, tunjangan posisi,
tunjangan cuti tahunan, tunjangan cuti besar,
tunjangan hari raya, tunjangan untuk kesetiaan
kerja atau winduan, pesangon pegawai pensiun
normal, bonus atau intensif, dan imbalan kerja
semesteran (menurut prestasi karyawan).
2) Non-deductible Expenses
Biaya CSR yang tidak dapat mengurangi
penghasilan bruto PT. PLN (persero)
berdasarkan UU PPh no. 36 tahun 2008 pasal 9
yaitu Pakaian dinas, perawatan kesehatan,
bantuan pengganti fasilitas perumahan (BPFP),
pembinaan spritual, budaya dan olahraga untuk
karyawan, bantuan kematian atau pemakaman,
masa persiapan pensiun (MPP), pensiun dini,
lain – lain dalam beban di luar usaha,
sumbangan community development dan
Program Kemitraan.
Analisis koreksi pajak PT. PLN (persero)
area Malang
Dari hasil evaluasi terhadap biaya – biaya
yang ada di dalam laporan keuangan ditemukan
beberapa koreksi positif dalam rekonsiliasi
fiskal perusahaan, antara lain:
a) Dalam beban kepegawaian, perusahaan
melakukan koreksi positif atas beban pakaian
dinas pada tahun 2008 sebesar Rp.
277.000.000,- pada tahun 2009 sebesar Rp.
261.000.000,- pada tahun 2010 sebesar Rp.
258.311.309,- dan selanjutnya untuk tahun
2011 PT. PLN (persero) area Malang tidak
mengeluarkan biaya untuk pakaian dinas.
b) Perusahaan melakukan koreksi fiskal positif
atas pemberian fasilitas perawatan kesehatan
pada tahun 2008 sebesar Rp. 3.159.314.073,pada tahun 2009 sebesar Rp. 2.094.606.274,pada tahun 2010 sebesar Rp. 1.652.810.928,dan pada tahun 2011 sebesar Rp.
1.354.791.823,-
60
c) Dalam beban kepegawaian, PT. PLN
(persero) area Malang melakukan koreksi
positif atas biaya konsumsi pada tahun 2008
sebesar Rp. 879.723.516,- pada tahun 2009
sebesar Rp. 512.303.452,- pada tahun 2010
sebesar Rp. 631.507.508,- dan pada tahun
2011 sebesar Rp. 547.646.469,d) PT. PLN (persero) area Malang melakukan
koreksi positif atas PPh pasal 21 hanya pada
tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 2.948.278.627
karena PT. PLN (persero) area Malang
menanggung PPh pasal 21 karyawannya.
e) PT. PLN (persero) area Malang melakukan
koreksi positif atas biaya rupa – rupa
pegawai pada tahun 2008 sebesar Rp.
4.516.528.935,- pada tahun 2009 sebesar
Rp. 1.262.118.898,- pada tahun 2010 sebesar
Rp. 5.646.829.260,- dan pada tahun 2011
sebesar Rp. 2.343.333.779,-.
f) PT. PLN (persero) area Malang melakukan
koreksi positif atas biaya listrik, gas, rumah
dinas dan tempat peristirahatan hanya pada
tahun 2008 dan 2009 yakni pada tahun 2008
sebesar Rp. 456.192.519,- dan pada tahun
2009 sebesar Rp. 800.529.090,g) PT. PLN (persero) area Malang melakukan
koreksi positif atas biaya penyisihan material
pada tahun 2008 sebesar Rp. 27.080.427,pada tahun 2009 sebesar Rp. 13.883.964,pada tahun 2010 sebesar Rp. 6.281.649,- dan
pada tahun 2011 sebesar Rp. 65.864.283,- .
h) Dalam beban administrasi, PT. PLN
(persero) area Malang melakukan koreksi
positif atas biaya penyisihan piutang. Hal ini
disebabkan karena peraturan perpajakan
tidak mengenal adanya penyisihan piutang,
sehingga penyisihan piutang pada tahun 2008
sebesar Rp. 1.772.157.747,- pada tahun
2009 sebesar Rp. 1.057.147.989,- pada tahun
2010 sebesar Rp. 61.599.089,- dan pada
tahun 2011 sebesar Rp. 461.916.478,- harus
dikoreksi positif.
Analisis
Koreksi
Pajak
berdasarkan
penelitian
Terdapat beberapa perbedaan antara
koreksi pajak yang dilakukan PT. PLN (persero)
area Malang dengan koreksi pajak oleh peneliti
berdasarkan UU PPH no. 36 tahun 2008.
Perbedaan koreksi pajak tersebut adalah sebagai
berikut:
a) PPh pasal 21
Perbedaan koreksi pajak yang terjadi yaitu
pada koreksi pajak perusahaan, akun PPh pasal
21 hanya dilakukan pada tahun 2011 saja
sedangkan PPh pasal 21 tahun sebelumnya tidak
terdapat nominalnya (kosong).
b) Bantuan pengganti fasilitas perumahan
(BPFP)
Perbedaan koreksi pajak yang terjadi yaitu
pada koreksi pajak perusahaan, akun Bantuan
Pengganti Fasilitas Perumahan (BPFP) pada
rincian biaya kepegawaian tidak dimasukkan
sebagai koreksi positif. Menurut peneliti, akun
tersebut seharusnya masuk dalam daftar koreksi
positif karena merupakan natura atau
kenikmatan yang diterima pegawai.
c) Biaya rupa – rupa pegawai
Perbedaan koreksi pajak yang terjadi yaitu
pada koreksi pajak perusahaan, nominal akun
biaya rupa – rupa pegawai tidak dipisahkan.
Menurut peneliti, seharusnya nominal akun
tersebut dapat dipisahkan sesuai dengan
tujuannya masing – massing karena terdapat
salah satu bagian dari akun biaya kepegawaian
lain – lain yang tidak perlu di koreksi positif
yaitu imbalan kerja semesteran. Biaya tersebut
adalah biaya untuk pegawai yang memiliki
prestasi pada pekerjaannya dan termasuk ke
dalam hadiah prestasi dan dapat dikenakan PPH
21 untuk karyawan karena menambah
penghasilan karyawan.
d)
Sumbangan Community Development
(COMDEV)
Perbedaan koreksi pajak yang terjadi yaitu
pada koreksi pajak perusahaan, akun sumbangan
61
Community Development (COMDEV) pada
rincian beban diluar usaha tidak dimasukkan
sebagai koreksi positif. Menurut peneliti, akun
tersebut seharusnya masuk dalam daftar koreksi
positif
karena
sumbangan
Community
Development
(COMDEV)
merupakan
penggantian rugi akibat para peminjam atau
debitur pada Program Kemitraan yang tidak
bertanggungjawab dan sumbangan
tersebut
tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
perusahaan karena bukan termasuk kedalam
biaya untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan seperti yang tertera
pada UU PPh no. 36 tahun 2008 pasal 6.
Lain – lain dari biaya usaha lainnya
Perbedaan koreksi pajak yang terjadi yaitu
pada koreksi pajak perusahaan, akun lain – lain
pada biaya usaha lainnya tidak termasuk
kedalam koreksi positif perusahaan. Dimana
akun tersebut terdiri atas berbagai macam biaya
yang salah satunya adalah sumbangan. Tidak
semua sumbangan dapat dikatakan sebagai
deductible expense seperti yang tertera pada UU
PPh no. 36 tahun 2008 pasal 6. Maka
semestinya perusahaan memilah milah nominal
di antara akun tersebut agar diketahui mana
yang deductible expense maupun yang bukan
merupakan deductible expense.
e)
f)
Biaya listrik, gas dan air
Perbedaan koreksi pajak yang terjadi yaitu
pada koreksi pajak perusahaan, biaya listrik, gas
dan air merupakan biaya yang termasuk koreksi
pajak perusahaan. Semestinya biaya tersebut
tidak perlu dilakukan koreksi positif karena
merupakan biaya administrasi yang termasuk ke
dalam biaya yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto perusahaan karena termasuk
kedalam biaya untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan seperti yang tertera
pada UU PPh no. 36 tahun 2008 pasal 6.
Perencanaan Pajak terkait beban CSR pada
PT. PLN (persero) area Malang
Langkah yang dapat dilakukan sebagai
upaya untuk perencanaan pajak beban CSR
pada PT. PLN (persero) area Malang yakni
mengubah jenis biaya yang menurut aturan
perpajakan tidak boleh dianggap sebagai biaya
fiskal dapat diubah menjadi biaya yang dapat
dikurangkan oleh perusahaan. Perencanaan
pajak yang dapat dilakukan PT. PLN (persero)
area Malang adalah sebagai berikut:
a)
Pakaian Dinas
Perencanaan pajaknya adalah dengan cara
memberikan tunjangan keselamatan kerja
karyawan. Agar para karyawan mendapatkan
perlindungan dari pekerjaan yang mereka
lakukan dan dapat dijadikan pengurang
penghasilan bruto perusahaan. Sesuai dengan
Undang – undang No. 36 tahun 2008 pasal 6
ayat 1 huruf a, yang menyatakan bahwa biaya
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan, termasuk biaya pembelian bahan,
biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa
termasuk upah, gaji, honorarium, bonus,
gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam
bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya
perjalanan, biaya pengolahan, limbah, premi
asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali
pajak penghasilan.
Perencanaan pajak lainnya yaitu dengan
mengklasifikasikan pakaian dinas dengan
pakaian seragam untuk karyawan yang berkaitan
dengan lingkungan kerja seperti seragam satpam.
Pakaian dinas merupakan pakaian karyawan
pada umumnya yang tidak dapat dijadikan
sebagai deductible expenses, lain halnya dengan
seragam untuk satpam atau pekerja lapangan
lainnya yang berhubungan dengan lingkungan
kerja (keselamatan pekerja) dapat dijadikan
sebagai deductible expenses.
b)
Perawatan Kesehatan
Fasilitas pengobatan yang tidak diterima
dalam bentuk uang tidak dapat dikurangkan
sebagai biaya dalam laporan keuangan.
Perencanaan pajakyang dapat dilakukan agar
62
perusahaan dapat mengurangkan pengeluaran
tersebut sebagai biaya maka kepada masing –
masing karyawan harus diberikan tunjangan
pengobatan tersebut.
Perencanaan pajak lain yang dapat
digunakan adalah pemberian premi asuransi
untuk karyawan.premi yang ditanggung
perusahaan menurut UU PPh No. 36 tahun 2008
pasal 6 ayat 1 huruf a, pembayaran tersebut
dapat dibebankan dalam Penghasilan Kena pajak
Perusahaan dan
bagi karyawan
yang
bersangkutan, menurut keputusan Direktur
Jendral Keuangan Nomor KEP- 281/PJ/1998
tentang objek PPH pasal 21 adalah penghasilan
yang merupakan objek pajak.
c)
Bahan Makanan dan Konsumsi
Biaya bahan makanan dan konsumsi dalam
hal ini menurut pegawai akuntansi PT. PLN
(persero) area Malang adalah untuk kepentingan
tamu dan dalam acara – acara tertentu untuk
karyawan. Dalam hal ini biaya tersebut dapat
dikatakan biaya entertain dan perusahaan harus
membuat daftar nominatif agar dapat menjadi
pengurang penghasilan bruto perusahaan.
d)
Sumbangan Community Development
Sumbangan
Community
Development
(COMDEV)
merupakan penggantian rugi
akibat para peminjam atau debitur pada Program
Kemitraan yang tidak bertanggungjawab, oleh
karena itu biaya tersebut tidak dapat digunakan
sebagai
pengurang
penghasilan
bruto
perusahaan. Semestinya kerugian dana program
kemitraan tersebut tidak dapat dibebankan
kepada PT. PLN (persero) area Malang karena
dapat menimbulkan kerugian bagi PT. PLN
(persero) area Malang. Oleh sebab itu,
sebaiknya sistem atau prosedur pemberian dan
pengawasan terhadap program kemitraan dapat
ditingkatkan lagi agar tidak menimbulkan
kerugian.
Perencanaan pajak lain terkait sumbangan
Community Development (COMDEV) tersebut
dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
biaya CSR yang dapat dikatakan sebagai
deductible expenses seperti sumbangan fasilitas
pendidikan, beasiswa, pembangunan infrastuktur
sosial maupun pembinaan olahraga yang
tentunya ketentuan telah diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
e) Lain – lain dari biaya usaha lainnya
Akun Lain – lain dari biaya usaha lainnya
terdiri atas berbagai macam biaya yang salah
satunya adalah sumbangan. Tidak semua
sumbangan dapat dikatakan sebagai deductible
expense seperti yang tertera pada UU PPh no. 36
tahun 2008 pasal 6. Maka semestinya
perusahaan memilah milah nominal di antara
akun tersebut agar diketahui mana yang
deductible expense maupun yang bukan
merupakan deductible expense.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan analisa data yang telah
dilakukan terhadap pengungkapan corporate
social responsibility (CSR) dan perencanaan
pajak yang dilakukan PT. PLN (persero) Malang,
kesimpulan yang dapat diambil yaitu sebagian
besar program CSR PT. PLN (persero) area
Malang adalah dalam bidang bina lingkungan
dan program kemitraan yang sebagian besar
belum termasuk ke dalam biaya yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto. Hal yang
sama juga terjadi pada laporan keuangan PT.
PLN (persero) area Malang dimana biaya CSR
untuk pegawai masih terdapat koreksi pajak
yang bersifat positif seperti Pakaian dinas,
perawatan kesehatan, bantuan pengganti fasilitas
perumahan (BPFP), pembinaan spritual, budaya
dan olahraga untuk karyawan, bantuan kematian
atau pemakaman, masa persiapan pensiun
(MPP), pensiun dini, lain – lain dalam beban di
luar usaha, sumbangan community development
dan program kemitraan.
Saran
1. Sebaiknya
sumbangan
community
development (COMDEV) di alokasikan ke
63
beban CSR lainnya yang dapat menjadi
pengurang pajak PT. PLN (persero) area
Malang untuk tahun selanjutnya.
2. Untuk prosedur atau pengawasan terhadap
Program Kemitraan harus memiliki
kebijakan sendiri untuk meminimalkan
kerugian yang terjadi di PT. PLN (persero)
area Malang.
DAFTAR PUSTAKA
Gloritho.
2009.
Pengaruh
Penerapan
Perencanaan Pajak Biaya Pegawai Pada
PT. XYZ untuk Meminimalkan Beban
Pajak dan Hubungannya dengan Kinerja
Perusahaan. Universitas Gunadarma:
Jakarta.
Indriantoro N. dan Supomo B. 2002. Metodologi
Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen. BPFE: Yogyakarta.
Irawan,
R.
2008.
Corporate
Social
Responsibility:
Tinjauan
Menurut
Peraturan Perpajakan Di Indonesia.
Unika Widya Mandala: Surabaya.
Saputri, Nurmaya. 2010. Analisis Corporate
Social Responsibility Sebagai Pembentuk
Citra Perusahaan Dan Pengaruhnya
Terhadap Loyalitas Pelanggan Pt Fast
Food Indonesia Di Kota Semarang.
Universitas Diponegoro: Semarang.
Sekretariat Negara Republik Indonesia. 2008.
Undang – Undang Republik Indonesia
No. 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan
Keempat Atas UU No. 7 Tahun 1983
Tentang Pajak Penghasilan. Jakarta: Biro
peraturan perundang- undangan bidang
perekonomian dan industri.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R & D. Alfabeta: Bandung
Suharto,
E.
2008.
Corporate
Social
Responsibility: What is and Benefits For
Corporate. Makalah disampaikan dalam
seminar dua hari CSR: strategy,
management and leadership, intipesan di
hotel Aryaduta Jakarta. Jakarta, 13-14
February 2008.
_________. 2008. Menggagas Standar Audit
Program CSR. Makalah disampaikan
dalam 6th Round Table Discussion,
Asosiasi Auditor Internal (AAI) di
Financial Club Jakarta. Jakarta, 27 Maret
2008.
Syachbrani, W. 2011. Analisis Pemberian
Natura dan Kenikmatan Bagi Karyawan
dalam Mengoptimalkan Beban Pajak
pada PT. Media Fajar. Universitas
Hasanuddin: Makassar.
Sistem Informasi CSR. 2008. Detail CSR PT.
PLN (persero) Area Malang, (Online),
www.CSRjatim.org, tanggal 10 Mei 2012.
Sistem Informasi CSR. 2009. Detail CSR PT.
PLN (persero) Area Malang, (Online),
www.CSRjatim.org, tanggal 10 Mei 2012.
Sistem Informasi CSR. 2010. Detail CSR PT.
PLN (persero) Area Malang, (Online),
www.CSRjatim.org, tanggal 10 Mei 2012.
PT. PLN (persero) Listrik Untuk Kehidupan
Yang Lebih Baik. 2011. CSR, (Online),
www.pln.co.id, tanggal 10 Mei 2012.
Wahyudi, I dan Azheri, B. 2008. Corporate
Social
Responsibility:
Prinsip,
Pengaturan dan Implementasi. In – Trans
Publising: Malang.
Download