analisis neraca air untuk pengembangan tanaman pangan

advertisement
AGRITECH, Vol. 31, No. 2, Mei 2011
ANALISIS NERACA AIR UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN PADA
KONDISI IKLIM YANG BERBEDA
Water Balance Analysis for the Development of Food Crops
in a Different Climate Conditions
Mardawilis1, Putu Sudira2, Bambang Hendro Sunarminto3, Dja’far Shiddiq3
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau, Jl. Kaharudin Nasution No. 341, Pekanbaru, Riau; 2Fakultas Teknologi Perta­
nian UGM, Jl Flora Bulaksumur, Yogyakarta 55281; 3Fakultas Pertanian UGM, Jl Flora Bulaksumur, Yogyakarta 55281
E-mail: [email protected]
1
ABSTRAK
Dalam rangka pengembangan tanaman pangan di lahan tadah hujan/kering di daerah tropik basah, potensi sumberdaya
air, baik berupa ketersediaan lengas tanah maupun air permukaan dapat dijadikan sebagai sumber pasokan air terutama
pada saat defisit. Oleh sebab itu untuk pengembangan tanaman pangan yang berkelanjutan, maka analisis neraca air
mutlak diperlukan. Data yang digunakan berupa data seri iklim (temperatur udara, curah hujan, evaporasi) periode 37 tahun
(1971-2007) stasiun Japura, Rengat, Riau, data indeks panas serta data tanah (lengas tanah pada saat kapasitas lapang dan
titik layu permanen) serta kedalaman perakaran efektif. Peluang curah hujan terlampaui dan neraca air dianalisis meng­
gunakan metode statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keadaan lengas tanah selalu pada batas air tersedia bagi
tanaman meskipun neraca air mengalami defisit baik pada kondisi normal, kering maupun basah. Hal ini menunjukkan
bahwa di wilayah penelitian dapat dilakukan penanaman tanaman pangan sepanjang tahun.
Kata kunci: Neraca air, tanaman pangan, potensi sumberdaya air, kondisi iklim
ABSTRACT
In order to develop food crops in upland in the tropics area, the potential water resources, such as the availability of soil
moisture and surface water can be used as a source of water supply especially during the deficit. Therefore, to develop
a sustainable food crop, the water balance analysis is absolutely necessary. The data used were series of climate data
(temperature, precipitation, evaporation) for 37-year period (1971-2007) at Japura station, Rengat, Riau, heat index data
and soil data (soil moisture at field capacity and permanent wilting point) and the effective rooting depth. Exceeded
rainfall probabilities and water balance were analyzed using statistical methods. The results showed that soil moisture
conditions were always above the limit of water availability for crops although the water balance was deficit for normal,
wet and dry conditions. This shows that food crops can be planted all for the whole year in the research area.
Keywords: Water balance, food crops, potential water resources, climatic conditions
PENDAHULUAN
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor pembatas
utama bagi produksi tanaman pangan. Kekurangan air me­
nyebabkan penurunan laju fotosintesis dan distribusi asimilat
terganggu, serta berdampak negatif pada pertumbuhan tana­
man baik pada fase vegetatif maupun fase generatif. Pada fase
vegetatif, kekurangan air pada tanaman pangan (misalnya
pada padi dan palawija) ditandai oleh daun yang mengecil
dan jumlah daun yang terbentuk sedikit. Pada keadaan yang
lebih parah, kekurangan air menyebabkan kerusakan jaringan
tanaman yang dicerminkan oleh daun pucuk mengering ka­
rena bukaan stomata sempit, difusi CO2 terhambat, fotosinte­
sis rendah serta perkembangan perakaran terhambat sehingga
penyerapan air dan nutrisi oleh tanaman berkurang. Pada fase
generatif kekurangan air menyebabkan terjadinya penurunan
109
110
air untuk pengembangan tanaman pangan pada kondisi iklim
yang berbeda (normal, kering dan basah).
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di lahan kering/tadah hujan, Ke­
camatan Kuala Cenaku, Kabupaten Inderagiri Hulu, Provinsi
Riau, terletak pada 0o15’88’’ - 1o25’49” LS dan 102o30’25’’ 102o45’25’’ BT, dengan ketinggian 7 – 21 meter dari permukaan
laut. Penelitian dilakukan dari bulan Maret - Desember 2008.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian berupa data
seri iklim harian dan bulanan (temperatur udara, curah hujan,
evaporasi) periode 37 tahun (1971-2007) stasiun Japura, Rengat,
Riau serta data indeks panas (http://www.pmel.noaa.gov). Data
tanah berupa, lengas tanah pada saat kapasitas lapang (KL) dan
titik layu permanen (TPL) serta kedalaman perakaran efektif.
Analisis curah hujan dilakukan dengan menghitung pelu­
ang curah hujan terlampaui dengan metode statistik (Effendy.S,
2000) yakni ;
CH (P>70% = CH rerata – 0,69 SD (1)
¦ (CHi CHrerata)2 SD
(2)
n 1
curah Hujan dasarian (mm)
dengan catatan bahwa :
120
100
80
60
40
20
0
CH
= curah hujan
CH rerata = (jumlah curah hujan ke i)/n
SD
= standar deviasi
CHi
= curah hujan ke i
n
= banyaknya data
SEBARAN NILAI-NILAI CURAH HUJAN RERATA DASARIAN DAN NILAI PELUANG
Adapun rumusan perhitungan neraca air di wilayah pe­
ne­litian antara lain:
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
120
100
TINGGI KOLOM AIR (mm/dasarian) .
produksi tanaman akibat terhambatnya pembentukan bunga,
pengisian biji terganggu dan bentuk biji kecil serta banyaknya
terbentuk polong hampa (Aqil dkk., 2008).
Tanaman pangan merupakan salah satu komoditas stra­
tegis dan bernilai ekonomis, serta mempunyai peluang untuk
dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama
karbohidrat dan protein. Beberapa tahun terakhir kebutuhan
tanaman pangan (khususnya padi dan palawija) terus me­
ningkat, hal ini sejalan dengan semakin meningkatnya laju
pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan kebutuhan
mutu gizi.
Optimalisasi produksi tanaman pangan memerlukan
perencanaan waktu dan masa tanam yang tepat serta jumlah
air yang harus diberikan, apalagi usahatani yang dilakukan
merupakan usahatani lahan kering. Agar pemberian air lebih
efisien, maka waktu, cara dan jumlah air yang ditambahkan
perlu diperhitungkan tingkat kebutuhan air tanaman sesuai
dengan fase pertumbuhannya.
Neraca air merupakan pengukuran besaran tiap kom­
ponen siklus aliran air yang masuk dan ke luar lapisan per­
akaran tanaman. Kebutuhan air bagi tanaman yang berbeda
memerlukan neraca air yang berbeda pula. Karena itu matra
ruang, waktu dan kebutuhan air bagi tanaman sangat menon­
jol dalam pengelolaan sumberdaya air.
Sebagian besar air yang diabsorbsi oleh tanaman dike­
luarkan lagi ke atmosfer lewat proses transpirasi. Kehilangan
air dari tanah selain terjadi lewat proses transpirasi, juga le­
wat permukaan tanah yang disebut evaporasi.
Di lapangan, proses transpirasi dan evaporasi terjadi se­
cara bersamaan dan sulit untuk dipisahkan satu dengan lain­
nya. Oleh karena itu kehilangan air lewat kedua proses ini
pada umumnya dijadikan satu yang disebut evapotranspirasi,
dengan kata lain evapotranspirasi adalah merupakan jumlah
air yang diperlukan oleh tanaman. Sedangkan lengas tanah
yang berada diantara kapasitas lapang (pF=2.47) dan titik
layu permanen (pF=4,2) merupakan air yang dapat diguna­
kan oleh tanaman yang disebut air tersedia (available water)
(Islami dan Wani, 1995).
Kekurangan air pada tanaman dikenal dengan istilah
cekaman air. Cekaman air pada tanaman terjadi karena (1)
ketersediaan air dalam media tidak cukup, (2) transpirasi
yang berlebihan atau kombinasi kedua faktor tersebut. Ceka­
man air mempengaruhi semua aspek pertumbuhan tanaman,
dalam hal ini mempengaruhi proses fisiologi dan biokimia
tanaman serta menyebabkan terjadinya modifikasi anatomi
dan morfologi tanaman.
Dalam rangka pengembangan tanaman pangan yang
berkelanjutan, maka pengukuran besaran tiap komponen sik­
lus aliran air yang masuk dan ke luar lapisan perakaran ta­
nam­an yang lebih dikenal dengan neraca air mutlak di perlu­
kan. Adapun tujuan penelitian ini adalah : mengetahui neraca
AGRITECH, Vol. 31, No. 2, Mei 2011
80
60
40
20
0
Feb (Evapotranspirasi
Mar
Apr
Mei
Jun potensial)
Jul
Ags Sep
Okt Nov Des and
1.Jan ETP
(Thornthwaite
a
Normal
Kering
Basah
Mather, 1957) = 1,6F (10 T/I)
dengan catatan bahwa :
NERACAIAIR =
akumulasi
indeks panas dalam 1 tahun yaitu : ∑
(NORMAL)
DI KUALA CENAKU
1,54
(T/5)
T = suhu rerata bulanan (oC)
a = ketetapan dengan nilai a = 0,675x10-6I3 – 0.771x104 2
I + 0,01792I + 0,49239
CH
F = faktor panjang hari (dari bulan ke bulan dalam
ETP
setahun).
ETA
2. APWL (accumulation off potential water losses) = aku­
mulasi nilai CH – ETP yang bernilai negatif
Jan 3.
Feb MarKAT
Apr Mei
Jun Jul lengas
Ags Sep tanah)
Okt Nov Des
(kadar
= KL x ka (3)
dengan catatan bahwa :
KL= kapasitas lapang (mm)
a = harga mutlak APWL
k = nilai ketetapan, dimana k = po + pi/KL (dimana,
po = 1,000412351;
pi =-1,073807306)
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
4.
5.
6.
7.
AGRITECH, Vol. 31, No. 2, Mei 2011
dKAT = KATi – KAT i-1
ETA (evapotranspirasi aktual), adalah jika
CH > ETP, maka ETA = ETP dan jika CH < ETP,
maka ETA = CH + dKATnegatif
Defisit = ETP – ETA
Surplus = CH – ETP – dKAT
mukaan (surface runoff) daripada air yang masuk ke dalam
tanah (karena sebagian besar tanah berlempung mempunyai
ukuran pori berukuran kecil, menyebabkan daya hantar air
sangat lambat).
Berdasarkan klasifikasi Oldeman (1983), wilayah pene­
litian tergolong dalam agroklimat D1 yang dicirikan dengan
bulan basah (curah hujan >200 mm/bln) berturut-turut 3 - 4
bulan dan bulan kering (curah hujan <100 mm/bln) berturutturut <2 bulan. Menurut
Fagi
dan Freddy
(1996) makin ba­nyak
CHrerata
)2
¦ (CHi
SD
bulan basah, makin tinggi nintensitas
tanam daerah ter­sebut.
1
(4)
(5)
(6)
(7)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaan Curah hujan
Analisis curah hujan dasarian di Kecamatan Kuala
120
Cenaku, selama periode 37 tahun (1971-2008) menunjukkan
100
bahwa rata-rata curah hujan dasarian berkisar antara 31 – 92 2
80
(CHi CHrerata )
¦
60
SD
mm (Gambar 1). Hal ini menunjukkan
bahwa secara kuan­ n 1
40
titatif kondisi curah hujan di wilayah penelitian sangat me­
20
mungkinkan bagi perkembangan tanaman pangan (kebutuhan
0
SEBARAN NILAI-NILAI CURAH HUJAN RERATA DASARIAN DAN NILAI PELUANG
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
air tanaman palawija dan padi adalah 2 – 5 mm/hari). Namum
Jan Feb Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags Sep Okt Nov Des
120
yang menjadi kendalanya terhadap ketersediaan air bagi ta­
100
naman adalah, karena intensitas dan kejadian hujan di wilayah
Gambar 1. Keragaan
rerata curah hujan dasarian pada kondisi normal (re­
80
NERACA AIR (NORMAL) DI KUALA CENAKU
penelitian sangat berfluktuatif. Hujan yang terjadi pada um­
rata), kering (peluang 70 %) dan basah (peluang 40 %) di Kec.
60
umnya lebat (30 – 50 mm/hari) dan sebentar (0,5 – 1 jam/hari)
Kuala Cenaku, Kab. Inderagiri Hulu, Riau.
40
serta kejadian hujan rata-rata perbulannya terjadi antara 5 –
20
Neraca Air pada Kondisi Iklim Berbeda
20 hari hujan. Dengan kondisi tanah yang merupakan tanah
0
inceptisol yang mempunyai kandungan
I II III I II III I lempung
II III I II III I (clay)
II III I IItinggi
III I II III I II III I II III I Di
II III wilayah
I II III I II IIIpenelitian berdasarkan pengamatan curah
(≥ 65 %), maka dengan sifat hujan
tersebut
membuat
air
yang
hujan
dasarian
secara normal mengalami surplus/kelebihan
Jan Feb Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags Sep Okt Nov Des
Kering
Basah
sampai di permukaan lahan lebih banyak terjadiNormal
aliran per­
(tebal air ≥ kapasitas lapang) yakni pada bulan
September
curah Hujan dasarian (mm)
curah Hujan dasarian (mm)
SEBARAN NILAI-NILAI CURAH HUJAN RERATA DASARIAN DAN NILAI PELUANG
Normal
Kering
Basah
120
TINGGI KOLOM AIR (mm/dasarian) .
100
80
CH
60
ETP
40
ETA
20
0
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Jan
Feb
Mar
KETERSEDIAAN LENGAS TANAH (NORMAL)
90
80
Jun
Jul
Ags
Sep Okt
Nov
Des
100
70
80
60
40
20
90
Kapasitas Lapang
80
TINGGI KOLOM AIR TANAH (mm/dasarian) .
120
TINGGI KOLOM AIR TANAH (mm/dasarian) .
TINGGI KOLOM AIR (mm/dasarian) .
Mei
KETERSEDIAAN LENGAS TANAH (NORMAL)
DI KUALA CENAKU
NERACA AIR (NORMAL) DI KUALA CENAKU DI KUALA CENAKU
0
Apr
60
50
CH
40
ETP
30
ETA
20
10
Kapasitas Lapang
70
60
50
40
30
20
10
Titik Layu Permanen
Titik Layu Permanen
0
0
I II III I II III I II III I II III I II III I II III II IIII III
I III IIIII IIII III IIIII III I II III I II III I II IIII III III
III I I IIIIIIIIIII I II IIIIIIIII III III
II III
II IIII III III
II IIII III III
II IIII II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
Sep Apr
Okt Mei
Nov Jun
Des Jul Ags Sep Okt Jan
Jan Ags
Feb Mar
Nov Feb
Des Mar Apr Mei Jun
Jul
Ags Sep Okt Nov Des
75
75
50
50
TINGGI KOLOM AIR (mm/dasarian) .
TINGGI KOLOM AIR (mm/dasarian) .
SURPLUS-DEFISIT LENGAS TANAH (NORMAL)SURPLUS-DEFISIT LENGAS TANAH (NORMAL)
DI KUALA CENAKU
DI KUALA CENAKU
25
0
Surplus
25
Surplus
0
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I I IIII III
III I I IIII III
III I I IIII III
III I I IIII III
III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Defisit
-25
Jan
Des
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
-25
Ags Jan
Sep Feb
Okt
Des
Defisit
Nov
Mar
Apr Mei Jun
Jul
Ags Sep Okt
Gambar 2. Kondisi neraca air, ketersediaan lengas tanah dan surplus-defisit lengas tanah pada kondisi normal,
Nov
di Kec. Kuala Cenaku, Kab. Inderagiri Hulu, Riau.
111
AGRITECH, Vol. 31, No. 2, Mei 2011
TINGGI KOLOM AIR (mm/dasarian) .
TINGGI KOLOM AIR (mm/dasarian) .
sampai Juni, sedangkan defisit/kekurangan (tebal air = curah
tas lapang dan titik layu permanen, maka kondisi defisit ter­
hujan – evapotranspirasi potensial), terjadi pada bulan Juli
sebut masih diatas kondisi titik layu permanen (Gambar 3).
sampai dengan Agustus. Namun walaupun kondisi air di
Artinya untuk pengembangan tanaman pangan, maka pada
bawah kapasitas lapang (KL), yang mengakibatkan air di la­
kondisi keringpun daerah penelitian dapat ditanam sepanjang
han pertanian mengalami defisit, akan tetapi air masih terse­
tahun, namum disarankan penanaman tanaman pangan pada
dia untuk tanaman (khususnya palawija) karena kondisi air
kondisi defisit terparah tersebut perlu dilakukan pemberian
masih berada diatas titik layu permanen /TLP (Gambar 2).
air bagi tanaman agar hasil yang diharapkan lebih optimal.
AIR (KONDISI KERING) DI KUALA CENAKUNERACA AIR (KONDISI KERING) DI KUALA CENAKU
Gambar 2. menunjukkan bahwa, NERACA
berdasarkan
kondisi
Keadaan lengas tanah sangat kurang sekali yakni mulai pada
80
neraca air di daerah penelitian pada
saat normal mengambar­
dasarian
I juli sampai dengan dasarian II bulan Oktober, di­
80
70
kan bahwa daerah penelitian mempunyai
potensi air yang baik
mana70 pada kondisi ini tanaman sangat kekurangan air, maka
bagi pertumbuhan tanaman sehingga
kondisi tersebut me­
perlu60 dilakukan pemberian air bagi tanaman melalui penyi­
60
mungkinkan bagi daerah tersebut50 untuk dilakukan penanam­
raman
atau pembuatan saluran irigasi. CH
50 yang intensif
CH
ETP
ETP
an sepanjang tahun.
Pada
kondisi
basah,
keadaan wilayah penelitian tidak
40
40
Pada kondisi kering, keadaan
neraca air dasarian di
mengalami
kondisi defisit air. Akan tetapi pada saat ini akan
30
30
daerah penelitian mengalami defisit
air
yang
lebih
panjang
lebih
baik
lahan
lebih sering digunakan untuk penanaman
20
20
ETA
yakni terjadi mulai dasarian I di10 bulan Mei sampai dengan
padi 10(padi 2 kali atau padi 3 ETA
kali), dan hanya pada dasarian II
dasarian II di bulan Oktober serta
selama
bulan
Februari.
bulan
Juni
sampai
dasarian
III
bulan Agustus dapat ditanam
0
0
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
Kondisi defisit terparah terjadi selama
bulan Agustus sampai
palawijaI II(Gambar
III I II III I II III4).
I II Kondisi
III I II III I II basah
III I II III Ijuga
II III I sebaiknya
II III I II III I II IIIdibuat
I II III
-10
-10
Oktober. Akan tetapi bila dikaitkan
dengan
ketersediaan
air
embung
atau
sumur
penampung
air
untuk
dapat
digunakan
-20
-20
Jan keadaan
Feb Marantara
Apr Mei
Jun
Jul
Ags
Oktmusim
Nov Mar
Des
Jan
Feb
Apr Mei Jun
Jul
Ags Sep Okt Nov Des
bagi tanaman yang bertitik tolak pada
kapasi­
padaSepsaat
kering.
NERACA AIR (KONDISI KERING) DI KUALA
CENAKU LENGAS TANAH (KONDISI KERING)
KETERSEDIAAN
KETERSEDIAAN LENGAS TANAH (KONDISI KERING)
DI KUALA CENAKU
DI KUALA CENAKU
80
90
50
TINGGI KOLOM AIR TANAH (mm/DASARIAN) .
60
TINGGI KOLOM AIR (mm/dasarian) .
90
Kapasitas Lapang
80
CH
60
ETP
40
30
20
ETA
10
0
80
70
TINGGI KOLOM AIR TANAH (mm/DASARIAN) .
70
50
40
30
20
10
0
-20
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
50
40
30
20
Titik Layu Permanen
Titik Layu Permanen
MarOktAprNovMei DesJun
JulJanAgsFeb Sep
Jul
Ags
Sep Jan
Okt
Nov
Feb
Des
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
SURPLUS-DEFISIT
LENGAS TANAH (KONDISISURPLUS-DEFISIT
KERING)
LENGAS TANAH (KONDISI KERING)
KETERSEDIAAN LENGAS TANAH (KONDISI
KERING)
DI KUALA CENAKU
DI KUALA CENAKU
DI KUALA CENAKU
50
90
50
TINGGI KOLOM AIR (mm/dasarian) .
70
60
50
40
30
20
10
25
0
TINGGI KOLOM AIR (mm/dasarian) .
Kapasitas Lapang
80
TINGGI KOLOM AIR TANAH (mm/DASARIAN) .
60
0
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I I IIII III
III I I IIII III
III I I IIII III
III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Kapasitas Lapang
70
10
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
-10
Surplus
25
Surplus
0
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II IIII III II
III IIII III II
III IIII III II
III IIII III II
III IIII II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
-25
Defisit
Defisit
-25
Titik Layu Permanen
0
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I-50
II III I II III I II III I II III I II III I II III
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul Jan
Ags Feb
Sep Mar
Okt
Apr
Nov
Mei
Des Jun
Jul
Ags
-50
Sep Jan
Okt Feb
Nov Mar
Des Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Gambar 3. Kondisi neraca air, ketersediaan lengas tanah dan surplus-defisit lengas tanah pada kondisi kering, di Kec. Kuala Cenaku, Kab. Inderagiri Hulu, Riau.
SURPLUS-DEFISIT LENGAS TANAH (KONDISI KERING)
DI KUALA CENAKU
50
112
/dasarian) .
25
Surplus
60
TINGGI KOLOM AI
TINGGI KOLOM
40
ETA
20
ETP
ETP
40
ETA
20
AGRITECH, Vol. 31, No. 2, Mei 2011
0
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I 0II III I II III I II III I II III
Okt
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Jul
Ags Sep
I II III
I II IIINov
I II IIIDes
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Sep
Ags
Okt
Nov
Des
TINGGI KOLOM AIR (mm/dasarian) .
120
100
CH
80
60
40
20
80
90
Kapasitas Lapang
TINGGI KOLOM AIR TANAH (mm/dasarian) .
TINGGI KOLOM AIR TANAH (mm/dasarian) .
KETERSEDIAAN LENGAS TANAH (KONDISI BASAH)
NERACA AIR (KONDISI BASAH) DI KUALA CENAKU
KETERSEDIAAN LENGAS TANAH (KONDISI BASAH)
DI KUALA CENAKU
DI KUALA CENAKU
90
70
60
50
40
30
ETP
20
ETA
10
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
30
20
Titik Layu Permanen
0
Jan
75
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
60
50
40
30
20
10
75
TINGGI KOLOM AIR (mm/dasarian) .
TINGGI KOLOM AIR (mm/dasarian) .
TINGGI KOLOM AIR TANAH (mm/dasarian) .
40
Kapasitas Lapang
70
0
50
SURPLUS-DEFISIT
LENGAS (KONDISI BASAH)
KETERSEDIAAN LENGAS TANAH (KONDISI
BASAH)
SURPLUS-DEFISIT LENGAS (KONDISI BASAH)
DI KUALA CENAKU
DI KECAMATAN KUALA CENAKU, RIAU.
DI KECAMATAN KUALA CENAKU, RIAU.
90
80
60
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
III I Okt
II III I Nov
II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags I II
Sep
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Jan
Kapasitas Lapang
70
10 Permanen
Titik Layu
0
0
80
50
25
Surplus
0
Feb
Mar
Apr
Mei
25
Surplus
0
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I I II IIIIIIIII I IIIIIIIIIII I IIIIIIIIIII I IIIIIIIIII I I IIIIIIIIII I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Titik Layu Permanen
Defisit
Defisit
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
-25
Jan
50
Jun
Jul
Jan
Ags
Feb
Sep Okt
Nov
Mar
Apr
Mei
-25
Jun
Jul
Ags
Jan Sep
Feb Okt
Mar Nov
Apr Des
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
SURPLUS-DEFISIT LENGAS (KONDISI BASAH)
Gambar 4. Kondisi
neraca air,KUALA
ketersediaan
lengas
tanah dan surflus-defisit lengas tanah pada kondisi basah, di Kec. Kuala Cenaku,
DI KECAMATAN
CENAKU,
RIAU.
Kab. Inderagiri Hulu, Riau.
TINGGI KOLOM AIR (mm/dasarian) .
75
50
Pola Tanam untuk Pengembangan Tanaman Pangan.
25
Status dan pola ketersediaan air merupakan faktor pe­
Surplus
nentu pola tanaman
pangan di lahan kering/tadah hujan. Pola
0
I
II
III
I
II
III I II IIIhujan
I II III Isangat
II III I IIerat
III I IIkaitannya
III I II III I II dengan
III I II III I II III
tanam lahan kering/tadah
Defisit
lamanya musim
tanam yang sepenuhnya ditentukan oleh ke­
-25
Mar
Apr
Mei sebab
Jun itu
Jul pola
Ags tanam
Sep Okt
tersediaan air Jan
bagiFeb
tanaman.
Oleh
sa­ Nov
ngat identik
atau
harus
didahului
dengan
pendugaan
lamanya
musim tanam (Suharsono dkk., 1996). Selanjutnya menurut
Effendy.M (2000) penyusunan pola tanam dan neraca air me­
rupakan bentuk adaptasi manusia dalam memanfaatkan po­
tensi cuaca di suatu wilayah. Adaptasi dapat dikatakan seba­
gai upaya yang butuh sedikit input teknologi namum butuh
perencanaan yang matang, yaitu butuh informasi yang pan­
jang untuk mengetahui karakteristik iklim wilayah yang akan
I II III
dikembangkan.
Berdasarkan keadaan ketersediaan lengas tanah pada
Des
masing-masing kondisi iklim (normal, kering dan basah) di
wilayah penelitian, maka dapat disusun pola tanam untuk
pengembangan padi dan palawija yang tertera pada Gambar
5, 6 dan 7.
Bulan
9
10
MT 1
11
12
1
Bero
2
3
4
5
6
7
MT 2
MT 3
Padi/ Palawija
Palawija
8
Padi
Gambar 5. Pola tanam usahatani tanaman pangan pada kondisi normal
113
AGRITECH, Vol. 31, No. 2, Mei 2011
Bulan
9
10
11
12
1
2
Bero
MT 1
3
4
5
6
7
MT 2
MT 3
Padi/ Palawija
Palawija
8
Palawija
Gambar 6. Pola tanam usahatani tanaman pangan pada kondisi kering
Bulan
9
10
11
MT 1
12
1
2
Bero
3
4
5
6
7
MT 2
MT 3
Padi
Padi/Palawija
8
Padi
Gambar 7. Pola tanam usahatani tanaman pangan pada kondisi basah
Hasil penelitian Rejekiningrum dan Haryani (2006) me­
nyatakan bahwa pemetaan potensi masa tanam telah meng­
hasilkan peta potensi masa tanam dan waktu tanam terbaik
dari komoditas tanaman pangan dan sayuran. Informasi
yang diporoleh dapat dipergunakan sebagai acuan bagi para
pengambil kebijakan terutaman di bidang pertanian dalam
menetukan pola tanam dan waktu tanam.
KESIMPULAN
Keadaan neraca air pada kondisi normal mengalami
surplus/kelebihan (tebal air ≥ kapasitas lapang) yakni pada
bulan September sampai Juni, sedangkan defisit/kekurangan
(tebal air = curah hujan – evapotranspirasi potensial), terjadi
pada bulan Juli sampai dengan Agustus. Pada kondisi kering,
keadaan neraca air dasarian mengalami defisit air yang lebih
panjang yakni terjadi mulai dasarian I di bulan Mei sampai
dengan dasarian II di bulan Oktober serta selama bulan Fe­
bruari. Kondisi defisit terparah terjadi selama bulan Agustus
sampai Oktober. Sedangkan pada kondisi basah, tidak meng­
alami kondisi defisit air. Walaupun keadaan neraca air meng­
alami defisit, akan tetapi masih pada batas air tersedia bagi
tanaman, maka dapat disimpulkan bahwa di wilayah peneli­
tian dapat dilakukan penanaman tanaman pangan sepanjang
tahun dengan input produksi (irigasi) pada kondisi kering.
DAFTAR PUSTAKA
Aqil. M, Firmansyah.I.U dan Akil, M. (2008). Pengelolaan
air tanaman jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Maros.
114
Effendy, M. (2000). Pengelolaan tanaman pertanian berda­
sarkan data cuaca/iklim. Makalah pada Program Pela­
tihan Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Agrokli­
matologi. Kerjasama Badan Litbang Pertanian Deptan
dan FMIPA IPB, Bogor. 31 Agustus – 2 November
2000.
Effendy, S. (2000). Analisis neraca air dekade untuk penentuan pola tanam. Makalah pada Program Pelatihan Pe­
ning­katan Kemampuan dalam Bidang Agroklimatologi.
Kerjasama Badan Litbang Pertanian Deptan dan FMIPA
IPB, Bogor. 31 Agustus – 2 November 2000.
Fagi, A.M. dan Freddy, T. (1996). Pengelolaan air untuk ta­
naman kedelai dalam Kedelai (Ed. Sadikin S) Puslit­
bangtan. Badan Litbang Pertanian. Bogor, hal 135-157.
Islami, T. dan Wani, H.D. (1995). Hubungan tanah, air dan
tanaman. IKIP Semarang Press. Semarang, hal 297.
Oldeman, L. R. (1983). The use of agronometeorological data
to asses the potential for agricultural land, Its Hazards
and potential with reference to Indonesia. Paper presented at WHO/FAO/Unesco Conference on Agroclimatological Study of Humid Tropics of Southeast Asia,
24-28 Oktober 2008. Los Banos, Laguna, Philippnes,
hal 24.
Rejekiningrum, P. dan Haryani, N. (2006). Pemetaan potensi
masa tanam tanaman pangan dan hortikultura berdasar­
kan indeks kecukupan air di lahan kering, Magelang
Jawa Tengah. Proseding Seminar Nasional Hasil-hasil
Penelitian dan pengembangan Teknologi Pertanian,
BPTP Sumatera Selatan. Palembang, hal 106-105.
Suharsono H.J., Baharsyah, H., Las, I. dan Hidayati, R. (1996).
Neraca air lahan klimatik di Indonesia pada satuan Kabupaten. Laporan Hasil Penelitian Kerjasama Lembaga
Penelitian IPB dan Badan Litbang Pertanian. Bogor.
AGRITECH, Vol. 31, No. 2, Mei 2011
Thornthwaitre dan Mather, J.R. (1957). Instruction and tables
for computing potential evapotraspiration and the water balance. Drexel Instute of technology. Laboratory of
Climatology. Certerton. New Jersey. USA.
115
Download