PENILAIAN RISIKO DALAM RANGKA PENGURANGAN RISIKO BENCANA TANAH LONGSOR DI KECAMATAN CITEUREUP KABUPATEN BOGOR RISK ANALYSIS FOR LANDSLIDES DISASTER RISK REDUCTION IN CITEUREUP, BOGOR Suci Innaqa1 Universitas Pertahanan ([email protected]) Abstrak - Setiap wilayah tidak lepas dari kondisi yang dapat berisiko bencana. Kondisi fisik wilayah dan karakteristik masyarakat dapat meningkatkan risiko, dan harus dihadapi oleh wilayah tertentu. Hal ini memerlukan perhatian serta upaya tertentu, agar dapat mengurangi munculnya korban jiwa ataupun meminimalisir kerusakan pada sarana prasarana umum. Penelitian ini menganalisis tingkat risiko bencana di Kecamatan Citeureup serta bagaimana strategi pengurangan risiko bencana yang dilakukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Analisis pemetaan digunakan untuk merepresentasikan hasil penelitian, kemudian teknik analisis Miles dan Huberman digunakan untuk menganalisis data kualitatif hasil wawancara. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan pada konsep risiko bencana milik Wisner et.al. Hasil dari penelitian ini adalah Kecamatan Citeureup memiliki tingkat risiko tanah longsor yang sedang-rendah. Dari 14 desa/kelurahan, terdapat tiga desa yang memiliki tingkat risiko sedang, yaitu Desa Hambalang, Tajur, dan Tangkil, atau 49,58% dari luas wilayah total. Sebelas desa/kelurahan lainnya memiliki tingkat risiko rendah, yaitu Desa Pasir Mukti, Sanja, Tarikolot, Gunung Sari, Puspasari, Karang Asem Timur, Citeureup, Leuwinutug, Sukahati serta Kelurahan Karang Asem Barat dan Puspanegara, atau 48,68% dari luas wilayah total. Untuk wilayah dengan risiko tinggi hanya seluas 1,74%, yang berada di wilayah Desa Hambalang. Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa wilayah dengan potensi risiko tinggi belum tentu memiliki tingkat risiko yang tinggi pula. Kapasitas masyarakat memegang peranan penting untuk memperkecil risiko suatu wilayah. Dalam pengurangan risiko bencana, Kecamatan Citeureup telah memiliki satuan tugas bencana yang tersebar di setiap desa dan berperan aktif dalam Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Kabupaten Bogor. Strategi pengurangan risiko bencana dilakukan dengan menciptakan kondisi yang aman, yaitu menggiatkan gerakan pengurangan risiko bencana dibandingkan menghadapi risiko secara langsung. Kata kunci: Penilaian Risiko, Tanah Longsor, Pengurangan Risiko Bencana, Strategi. Abstract - Every region cannot be separated from potential conditions that pose a risk disaster. The physical condition and community characteristics will increasing the potential risk and must be faced by certain region. This condition requires concern and efforts to reduce the risk and save more lives, or reduce public infrastructure damage. This research analyze the level of risk in Citeureup and 1 Mahasiswa, Program Studi Manajemen Bencana untuk Keamanan Nasional, Universitas Pertahanan Penilaian Risiko Dalam Rangka Pengurangan Risiko …Kabupaten Bogor | Suci Innaqa | 103 strategy for disaster risk reduction that have been made. This research using a qualitative method. Mapping analysis used for represent the result of research, then Miles and Huberman techniques used for analyse the qualitative data from interview findings. The analysis conducted in this research is based on the concept of disaster risk Wisner et.al. This research has result that Citeureup District has medium-low level of landslides risk. From 14 villages, three of them have a medium level of risk, Hambalang, Tangkil, Tajur for 49,58% of total land area. Eleven other villages have a low level of risk, Pasir Mukti, Sanja, Tarikolot, Gunung Sari, Puspasari, Karang Asem Timur, Citeureup, Leuwinutug, Sukahati, Karang Asem Barat, and Puspanegara, for 48,68% of total land area. Areas that have a high risk area is only 1,74% in Hambalang. The analysis shows that areas with high potential risk not does not necessarily have a high level of risk. Community capacity have important role to minimize the risk of a region. In disaster risk reduction strategy, Citeureup already has a task force of disaster that spreads in every village and take an active role in Forum for Disaster Risk Reduction (FPRB) Bogor. Disaster risk reduction strategy is done by creating a safer environment, which promote the movement for disaster risk reduction, than faced the risk directly. Key words: Risk Analysis, Landslides, Disaster Risk Reduction, Strategy Setiap wilayah tidak pernah lepas Pendahuluan S alah satu tujuan Negara Kesatuan dari suatu kondisi yang dapat berisiko Republik Indonesia seperti yang menjadi bencana. Hal ini disebabkan oleh tercantum Undang- kondisi fisik wilayah, karakter masyarakat, Undang Dasar 1945 adalah melindungi dan kondisi eksternal seperti hubungan segenap bangsa dan seluruh tumpah wilayah tersebut dengan wilayah sekitar darah Indonesia dari segala ancaman. (Mardiatno, et. al, 2012)3. Kondisi ini Saat ini karakteristik ancaman terhadap memerlukan perhatian serta upaya-upaya pertahanan lebih agar dapat mengurangi risiko munculnya didominasi oleh ancaman nir-militer yang korban jiwa, meminimalisir kerusakan dinilai lebih kompleks dan multidimensi yang terjadi pada sarana dan prasarana dibanding ancaman militer. Salah satu umum, ataupun akses terhadap unit-unit bentuk ancaman nyata nir-militer yang produksi wilayah (Kotze & Holloway, sedang dihadapi Indonesia saat ini adalah 1998)4. bencana alam. pengarusutamaan negara dalam Indonesia Pada skala tertentu, bencana dapat berdampak pada stabilitas nasional dan menjadi ancaman bagi 2 pembangunan (Wisner, et.al, 2004) . 2 Wisner et.al., At Risk: Natural Hazards, People’s Vulnerability and Disaster, Second edition, (New York, Routlede, 2004) Oleh karena pengurangan itu, risiko bencana perlu diintegrasikan ke dalam 3 Mardiyatno et.al, Penilaian Multirisiko Banjir dan Rob di Kecamatan Pekalongan Utara, (Yogyakarta, Fak.Geografi UGM, 2012) 4 Kotze, Astrid and Holloway, Alisa, Reducing Risk: Participatory Learning Activities for Disaster Mitigation in Southern Africa, Durban (UK, Oxfam,, 1998) 104 | Jurnal Prodi Manajemen Bencana | Agustus 2017 | Volume 3 Nomor 2 pembangunan. Hal ini dapat ditempuh Kawasan Pusat dengan memasukkan pertimbangan risiko Keamanan Indonesia/PMPP bencana Peace alam ke dalam kerangka and Perdamaian Security dan (Indonesia Center/IPSC) strategis jangka menengah dan struktur- mengambil lokasi di beberapa desa di struktur kelembagaan ke dalam kebijakan Kecamatan dan strategi serta perencanaan di negara- PMPP/IPSC termasuk dalam rekomendasi negara rawan bencana (Benson, Twigg, penggunaan lahan dan Rossetto, 2007)5. Strategis Nasional Citeureup. Kawasan untuk Kawasan berdasarkan Kabupaten Bogor adalah salah satu Keputusan Menteri Pekerjaan Umum kabupaten di Jawa Barat yang termasuk selaku Ketua Pelaksana BKPRN (Badan rawan terhadap bencana tanah longsor. Koordinasi Penataan Ruang Nasional) Selama kurun waktu 10 tahun terakhir, tanggal 26 Juli 2010. tanah longsor kejadian telah bencana mendominasi yang terdapat di Untuk meminimalisir dampak bencana tanah longsor, maka harus Kabupaten Bogor, yaitu sebanyak 116 dilakukan kejadian dengan ribuan korban jiwa serta bencana. Untuk melakukan pengurangan kerusakan fasilitas dan permukiman (DIBI, risiko bencana, karakteristik bencana 2016). Kabupaten harus dikaji secara seksama. Penilaian dan Bogor sebagian besar berupa dataran pemetaan risiko dianggap merupakan tinggi, perbukitan dan pegunungan, dan bagian dari tahapan pra bencana yang memiliki curah hujan tinggi. dapat Kondisi morfologi Visi Kabupaten Bogor untuk menjadi kabupaten di pengurangan mengurangi dampak risiko potensi bencana serta upaya yang lebih siap Indonesia dalam menghadapi terjadinya bencana. berdampak pada perubahan alih fungsi Berdasarkan latar belakang dan uraian di lahan pada beberapa tahun terakhir. atas, rumusan masalah yang berupa Diantaranya pengembangan kawasan PT. penilaian Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang pengurangan risiko terletak di Kecamatan Citeureup. Selain longsor Kecamatan itu, pembangunan dan pengembangan dijabarkan dalam dua tujuan penelitian 5 termaju upaya risiko di dalam rangka bencana tanah Citeureup, yaitu menganalisis tingkat risiko bencana Benson, Charlotte., Twigg, John., Rosetto, Tiziana. Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana, Terjemahan, (Yogyakarta, Jaran Production, 2007) tanah longsor di Kecamatan Citeureup Penilaian Risiko Dalam Rangka Pengurangan Risiko …Kabupaten Bogor | Suci Innaqa | 105 dan menganalisis strategi pengurangan BNPB No.2 Tahun 2012 tentang Pedoman risiko bencana. Umum Pengkajian Risiko Bencana. Konsep Risiko Bencana Model Pressure and Release (PAR) Risiko merupakan fungsi dari kombinasi Menurut Wisner et.al (2004), model antara bahaya dan kerentanan, dan pressure and release (PAR) memiliki hubungannya dinyatakan sebagai hasil keterkaitan erat dengan risiko bencana. perkalian antara keduanya (UN-ISDR, Model 2004). Risiko bencana dibentuk paling dampak bahaya dan serangkaian faktor- tidak oleh dua faktor, yaitu tempat faktor dan proses yang menghasilkan dimana kerentanan. Komponen-komponen risiko bencana tersebut berada, ini menguraikan biasanya disebut tempat yang memiliki bencana potensi bencana (hazard) dan tingkat kerentanan) bersifat dinamis yang akan kerentanan Tingkat mengalami perubahan, baik langsung kerentanan adalah suatu hal penting maupun tidak langsung, yang secara untuk diketahui sebagai salah satu faktor otomatis akan mempengaruhi tingkat yang berpengaruh terhadap terjadinya risiko yang ada. PAR terdiri dari dua bencana karena bencana baru akan bagian, terjadi bila "bahaya" terjadi pada "kondisi (Peningkatan Kerentanan) yang rentan", seperti yang dikutip dari kebalikannya Model pernyataan Awotona (1997)6 ".... Natural (Peningkatan Keselamatan). (vulnerability). (bahaya, hubungan yaitu Model disaster are the interaction between natural hazard and vulnerable condition". Selain faktor hazard dan vulnerability, terdapat faktor lain yang dapat berperan dalam meningkatkan menurunkan kapasitas risiko (capacity). maupun bencana, yaitu Penilaian risiko kapasitas dalam penelitian ini mengacu pada Perka 6 Awotona, Adenrele, Reconstruction After Disaster: Issues and Practices, (USA, Ashgate Publishing Company, 1997) 106 | Jurnal Prodi Manajemen Bencana | Agustus 2017 | Volume 3 Nomor 2 dan Tekanan dan Pelepasan Gambar 1. Model Pressure and Release Peningkatan Kerentanan Sumber: Wisner, et. al (2004) Model (pressure) Peningkatan pada Tekanan 1 Gagasan utamanya ialah selama masih merupakan ada intervensi yang dapat mengurangi hasil perpotongan dari kerentanan dan dampak ancaman, akan sama pentingnya bahaya. untuk menggambarkan Model Gambar lingkungan yang aman dari bencana. bencana Pelepasan (release) menangani sistem tata dimasukkan dalam pembuatan konsep pemerintahan seperti kebijakan, hukum pengurangan risiko bencana. Konsep ini dan prioritas yang mungkin dapat menjadi menjelaskan bahwa kerentanan harus bagian dari penekan (pressure) atau dikurangi untuk meringankan tekanan. menjadi Secara teoretis, tekanan antara bahaya meningkatkan kerentanan. Jika bantuan dan kerentanan harus dilepas untuk diimplementasikan mengurangi risiko bencana. Bahaya harus masyarakat yang paling rentan dapat dikurangi bertahan agar intensitasnya juga akar dan penyebab pulih dengan dengan yang baik, cepat, menurun, agar dampak yang akan terjadi sehingga kerentanan di masa yang akan terhadap datang dapat dikurangi (Wisner, et.al, populasi rentan dapat berkurang (Wisner, et.al, 2004)7. Model Pelepasan merupakan 2004). Model Peningkatan Keselamatan digambarkan dalam Gambar 2 berikut. kebalikan dari Model Tekanan, yakni lebih mengedepankan 7 untuk menciptakan ibid Penilaian Risiko Dalam Rangka Pengurangan Risiko …Kabupaten Bogor | Suci Innaqa | 107 Gambar 2. Model Pressure and Release Peningkatan Keselamatan Sumber: Wisner, et. al (2004) Metode Huberman digunakan untuk menganalisis Metode yang digunakan dalam penelitian data kualitatif hasil wawancara. Analisis ini adalah metode kualitatif. Namun, yang dilakukan dalam penelitian ini pendekatan berdasarkan pada konsep risiko bencana dilakukan kuantitatif dalam deksriptif pembobotan atau skoring dari data-data kuantitatif. Analisis pemetaan kemudian teknik hasil analisis Parameter, indikator, bobot dan untuk nilai yang digunakan untuk menilai tingkat penelitian, risiko dalam penelitian ini disajikan dalam digunakan merepresentasikan milik Wisner et.al. Miles dan Tabel 1 berikut. Tabel 1. Variabel, parameter, indikator, bobot dan nilai ancaman, kerentanan dan kapasitas Variabel Ancaman Parameter Curah hujan Kemiringan lereng Indikator Sangat Kering (<1000 mm/tahun) Kering (1001-2000 mm/tahun) Sedang (2001-3000 mm/tahun) Basah (3000-3001 mm/tahun) Sangat Basah (>4000 mm/tahun) 0-8 % 8-15% 15-25% 108 | Jurnal Prodi Manajemen Bencana | Agustus 2017 | Volume 3 Nomor 2 Bobot 0.3 0.4 Nilai 1 2 3 4 5 1 2 3 Variabel Parameter Geologi Penggunaan lahan Kerentanan fisik Kepadatan rumah Jumlah Fasilitas umum Luas lahan terbangun Kerentanan sosial Kepadatan penduduk Rasio Kemiskinan Jumlah penyandang disabilitas Kerentanan ekonomi Sumber penghasilan utama Jumlah industri Luas lahan produktif Kapasitas Sistem peringatan dini Jalur evakuasi Rambu tanda bahaya Ketersediaan peralatan Pendidikan kebencanaan Lembaga kegotongroyongan Indikator 25-45% >45% Aluvium Pratersier Miosen Fasies Sedimen Hasil Gunungapi Kuarter Tua Hasil Gunungapi Kuarter Muda Hutan Hutan Campuran Kebun, Kebun Campuran Sawah, Tegalan, Ladang, Semak/Belukar Permukiman, Industri <30 bangunan/ha 30-80 bangunan/ha >80 bangunan/ha <31 unit 32-47 unit <48 unit <30% 30-60% >60% <15 jiwa/ha 15-25 jiwa/ha >25 jiwa/ha <20 20-40 >40 <18 jiwa 18-36 jiwa >36 jiwa Pegawai/bekerja di pemerintahan Industri pengolahan, perdagangan Pertanian, buruh tambang/penggalian < 50 unit 50-100 unit >100 unit <30% 30-50% >50% Tidak ada Ada Tidak ada Ada Tidak ada Ada Tidak ada Belum memadai Lengkap Tidak pernah Agak sering Sering Tidak ada Ada Bobot 0.1 0.2 0.4 0.3 0.3 0,6 0,2 0,2 0,4 0,3 0,3 0,2 0,1 0,1 0,1 0,3 0,2 Nilai 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 3 5 1 3 5 1 3 5 1 3 5 1 3 5 1 3 5 1 3 5 1 3 5 1 3 5 1 5 1 5 1 5 1 3 5 1 3 5 1 5 Penilaian Risiko Dalam Rangka Pengurangan Risiko …Kabupaten Bogor | Suci Innaqa |109 Analisis Data tingkat Secara garis besar, diagram alir pemetaan direpresentasikan dalam peta risiko tanah risiko bencana yang dilakukan dalam longsor. penelitian ini Gambar 3. digambarkan Peneliti dengan melakukan risiko Untuk tanah longsor menguraikan dan strategi pengurangan risiko bencana, digunakan pengumpulan data yang digunakan dalam analisis penyusunan wawancara dan hasil analisis tingkat layer ancaman, dan kualitatif risiko. layer penyusun dilakukan skoring dan Huberman digunakan dalam menganalisis overlay peta data kualitatif dengan langkah-langkah ancaman, peta kerentanan, dan peta mereduksi data, menyajikan data, dan kapasitas. memberikan kesimpulan atau verifikasi menghasilkan Setelah itu, hasil yang diperoleh dimasukkan dalam matriks V/C kualitatif Miles hasil kapasitas. Kemudian dari masing-masing sehingga Analisis berdasarkan data. dan matriks risiko, yang menggambarkan Gambar 3. Diagram Alir Pemetaan Sumber: Hasil olah pribadi (2016) dikompilasi dari berbagai sumber 110 | Jurnal Prodi Manajemen Bencana | Agustus 2017 | Volume 3 Nomor 2 dan Pembahasan Berdasarkan hasil perkalian matriks, Penilaian Risiko Tanah Longsor Peta risiko tanah longsor yang dihasilkan Tangkil, Hambalang, Tajur, Leuwinutug, dapat menggambarkan wilayah dengan Sanja, Karang Asem Barat, Puspanegara, tingkat risiko rendah, sedang, dan tinggi. Puspasari, Citeureup, dan Karang Asem Tingkat risiko dihitung melalui skoring Timur parameter-parameter dengan kapasitas sedang, dan termasuk ancaman, memiliki kerentanan rendah yang kelas V/C sedang. Desa Pasir Mukti, menghasilkan peta tingkat ancaman, Sukahati, Tarikolot, dan Gunung Sari kerentanan, dan kapasitas. Dari hasil termasuk wilayah dengan kerentanan pemetaan tinggi kerentanan, dan kapasitas, tersebut dilakukan pengkategorian risiko yang menggunakan dan kapasitas sedang, dan termasuk kelas V/C sedang. Selanjutnya dari kelas kerentanan metode perkalian matriks VCA (Vulnerable Capacity Assessment). Untuk mengetahui akhir dilakukan tingkat risiko, hasil skoring kerentanan- dengan menambahkan kelas ancaman. kapasitas terlebih dahulu dihitung dan Proses diklasifikasikan menggunakan tabel VCA menggunakan untuk mendapatkan kelas V/C. Hasilnya perangkat QGIS. ini perhitungan dilakukan filed matriks dengan calculator pada dapat dilihat dalam matriks Tabel 2. Tabel 2. Matriks kerentanan-kapasitas tanah longsor di Kecamatan Citeureup V/C Tinggi Kapasitas Sedang Rendah Rendah Kerentanan Sedang Tinggi Tangkil, Hambalang, Tajur, Sanja, Karang Asem Barat, Puspanegara, Puspasari, Citeureup, Karang Asem Timur, Leuwinutug Pasir Mukti, Sukahati, Tarikolot, Gunungsari Sumber: Hasil analisis peneliti (2017) Penilaian Risiko Dalam Rangka Pengurangan Risiko …Kabupaten Bogor | Suci Innaqa | 111 Tabel 3. Matriks risiko bahaya-kerentanan tanah longsor di Kecamatan Citeureup Matrik Risiko Ancaman/Bahaya V/C Sedang Tinggi Rendah Sedang Pasir Mukti, Sukahati, Tarikolot, Gunung Sari Rendah Sanja, Karang Asem Barat, Puspanegara, Puspasari, Sanja, Leuwinutug, Karang Asem Timur Tangkil, Hambalang, Tajur Tinggi Sumber: Hasil analisis peneliti (2017) Matriks risiko tanah longsor di Kecamatan Citeureup menunjukkan Hasil narasumber bahwa wilayah desa/kelurahan berada di mengenai zona pergerakan ancaman rendah-sedang, yang wawancara dengan menunjukkan kesadaran potensi longsor tanah di atau Kecamatan artinya termasuk dalam kelas risiko Citeureup tinggi. Wilayah yang terletak di bencana tanah longsor rendah sampai wilayah perbukitan, serta berada di sedang. Desa Hambalang, Tajur, dan daerah sekitar sungai rawan longsor Tangkil berada dalam kelas risiko sedang, maupun amblesan. Namun kondisi ini sedangkan Desa Pasir Mukti, Sukahati, tidak Tarikolot, Gunung Sari, Sanja, Karang Citeureup, Asem Barat, Puspanegara, Puspasari, digeneralisasikan. Hanya beberapa desa Sanja, Leuwinutug, dan Karang Asem atau lokasi yang memiliki titik rawan Timur berada dalam kelas risiko rendah. longsor, yaitu Hambalang dan Tajur. ditemui di setiap sehingga wilayah tidak di dapat Suatu wilayah meskipun terletak Kedua desa tersebut terletak di wilayah dalam zona bahaya tinggi, namun jika Perbukitan Hambalang dan merupakan memiliki kerentanan akhir menjadikan wilayah tertinggi di Kecamatan Citeureup. wilayah tersebut memiliki risiko bencana Wilayah yang rendah pula. Hal ini disebabkan oleh berupa perbukitan dengan kemiringan kecilnya kerentanan yang ada di wilayah lereng > 15%. Tingkat risiko tanah longsor tersebut, sehingga di Kecamatan Citeureup dapat dilihat bencana tidak meskipun akan terjadi mempengaruhi tersebut dalam Gambar 4. kondisi fisik, sosial, dan ekonomi wilayah secara signifikan. 112 | Jurnal Prodi Manajemen Bencana | Agustus 2017 | Volume 3 Nomor 2 memiliki morfologi Gambar 4. Peta Risiko Tanah Longsor Kecamatan Citeureup Kejadian longsor memang beberapa kali di daerah penelitian. Namun, memang ditemukannya retakan memanjang di sekitar permukiman penduduk. sampai saat ini belum ada kejadian yang menyebabkan korban jiwa sampai Bahaya atau ancaman merupakan suatu fenomena yang alam atau memiliki buatan meninggal ataupun bangunan ambruk manusia tertimpa longsoran tanah. Kejadian tanah mengancam longsor setiap tahun terjadi di Kecamatan kerusakan lingkungan dan kerugian harta Citeureup, dengan lokasi titik longsor benda. Merujuk pada pengertian bahaya yang berbeda-beda. Meskipun intensitas menurut Awotona (1997), bahwa bahaya kejadian longsor rendah dan tidak sampai dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, menimbulkan korban jiwa, namun pada dan memicu bencana saat bertemu tahun 2007 menyebabkan satu kampung dengan kondisi yang rentan. Dampak di Desa Hambalang direlokasi karena umumnya berupa kerugian dan kerusakan kehidupan potensi manusia, bagi manusia, yang disebabkan karena Penilaian Risiko Dalam Rangka Pengurangan Risiko …Kabupaten Bogor | Suci Innaqa | 113 ketidakmampuan sistem buatan manusia seharusnya dialirkan, malah meresap ke dalam dalam tanah dengan baik. Hal ini yang melindungi diri sendiri dan aset/harta-benda yang dimilikinya. mengakibatkan beberapa titik lokasi Berdasarkan hasil penelitian yang menjadi rawan longsor akibat resapan air dilakukan Dianardi et.al (2012)8, morfologi tersebut. Dapat dikatakan, tanah yang atau struktur luar batuan penyusun diatasnya bentuk permukaan bumi yang menjadi tanaman perkebunan dengan akar kuat penyebab suatu wilayah terjadi tanah malah longsor di wilayah Perbukitan Hambalang. dibandingkan tanah kosong atau yang Desa dengan potensi longsor menengah- hanya ditumbuhi tanaman dengan akar tinggi, Tajur dan Hambalang memiliki tidak kuat seperti sayuran. ketinggian 500 meter dengan kemiringan terdapat bangunan mengurangi Daerah potensi atau longsor dengan topografi lereng maksimum 250. Kemiringan lereng pegunungan atau memiliki kemiringan ini menyebabkan rendahnya kestabilan lereng yang tinggi memiliki potensi yang lereng rentan tinggi untuk pergerakan tanah atau Batuan longsor lahan. Ini sesuai dengan hasil yang terhadap mengakibatkan gerakan tanah. penyusun yang memiliki tekstur berbutir kajian halus menyebabkan tingginya daya serap wilayah desa tertinggi, Hambalang, dan terhadap limpasan air dan rendahnya sebagian Tajur termasuk kategori kelas daya rekat tanah, sehingga potensi tinggi untuk potensi gerakan tanah. amblesan tanah cukup besar. Kondisi ini tidak dapat terelakkan, karena Selain kemiringan lereng, ESDM, yang menggambarkan kondisi suatu wilayah merupakan given penggunaan lahan menjadi salah satu untuk kriteria yang mempengaruhi terjadinya kerentanan tanah longsor. Kondisi tanah lempung wilayahlah yang memiliki daya resap kuat terhadap ancaman/bahaya ini apakah akan menjadi air berpengaruh terhadap ketahanan bencana atau tidak. Peta ancaman yang tanah dalam menahan bangunan atau dihasilkan tumbuhan ditunjukkan dalam Gambar 5 berikut. diatasnya. Sifat air yang daerah itu dan yang dalam 8 Dianardi, Kholqi., Suganda, Bombom R, Kondisi Geologi Daerah Hambalang dan Sekitarnya Kecamatan Citeureup dan Cileungsi, (Bandung, Universitas Padjajaran, 2012) 114 | Jurnal Prodi Manajemen Bencana | Agustus 2017 | Volume 3 Nomor 2 sendiri. Nantinya, kapasitas akan suatu menjadikan penelitian ini Gambar 5. Peta Ancaman/bahaya Tanah Longsor Kecamatan Citeureup Upaya untuk mengurangi bencana membahas kerentanan, peneliti dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan Model Tekanan untuk mengurangi menganalisis tingkat kerentanan. dalam memahami akar Identifikasi dan penilaian kerentanan permasalahan kerentanan yang ada di dilakukan Kecamatan dampak apabila kerusakan ingin mengurangi Kerentanan bencana. penting diketahui sebagai salah satu Wisner et. al (2004)9 menjelaskan untuk faktor yang berpengaruh ketika suatu memahami dapat kejadian/peristiwa alam berubah menjadi menggunakan Model Pelepasan Tekanan bencana. Bencana akan terjadi apabila (Pressure and Release/ PAR). PAR sendiri bahaya bertemu kondisi terdiri dari dua bagian yang diwakili oleh Dalam pembahasan ini, kerentanan fisik dua menggambarkan diagram, akibat Citeureup. kerentanan Model Tekanan dan kebalikannya Model Pelepasan. Untuk 9 tingkat yang rentan. kerusakan insfrastruktur yang terjadi saat bencana. Ibid. Penilaian Risiko Dalam Rangka Pengurangan Risiko …Kabupaten Bogor | Suci Innaqa | 115 Kecamatan Citeureup dapat dibagi dipicu adanya bahaya atau potensi rawan menjadi dua ciri wilayah, wilayah dengan gerakan tanah dapat menjadikan wilayah ciri perkotaan, termasuk di dalamnya tersebut berisiko tanah longsor. Kelurahan Karang dan Kerentanan fisik seringkali dikaitkan Kelurahan Puspanegara, berciri dengan perspektif penataan ruang, yaitu pedesaan, yaitu Desa Tarikolot, Sanja, berkaitan dengan susunan pusat-pusat Leuwinutug, permukiman, sistem jaringan prasarana Citeureup, Asem Karang Sukahati, Barat dan Asem Timur, Tajur, Tangkil, dan sarana yang berfungsi Hambalang, Pasir Mukti, Puspasari, dan pendukung kegiatan Gunung Sari. Hasil skoring kerentanan masyarakat, serta fisik wilayah. menunjukkan Kelurahan Karang Penataan sebagai sosial ekonomi kawasan strategis ruang Asem Barat dan Puspanegara, serta Desa bentuk Puspasari berada dalam kerentanan fisik pembangunan tinggi, Desa Sanja dan Karang Asem Timur multidimensional berada dalam kerentanan fisik sedang, berbagai bentuk kegiatan pengurangan dan sembilan desa lainnya berada dalam risiko kerentanan fisik rendah. Daerah dengan Dalam menentukan bentuk kegiatan yang ciri perkotaan memiliki aktivitas yang dilakukan, tentunya bergantung pada lebih kompleks, penduduk yang lebih jenis padat, yang dapat memicu pembangunan tersebut. fasilitas umum disekitarnya. Citeureup telah melakukan pengurangan Menurut lingkungan fisik menyebabkan menjadi Wisner yang kondisi tidak (2004)10, et.al rapuh suatu aman. Lokasi dapat wilayah yang risiko intervensi merupakan kegiatan yang dan bencana bencana memungkinkan untuk dan bersifat diintegrasikan. tujuan Contohnya longsor penanaman dari dengan tanaman kegiatan Kecamatan mengadakan yang dapat mengikat air. Tujuannya ialah agar dapat mengurangi serapan air langsung berbahaya serta kondisi infrastruktur dan terhadap tanah sehingga limpasan air bangunan terlindungi tidak langsung meresap ke dalam tanah. merupakan penyebab berkembangnya Penanaman pohon bambu betung di kerentanan. Meskipun akar permasalahan beberapa lokasi yang termasuk daerah dan tekanan dinamis telah dapat diatasi, rawan longsor merupakan upaya yang namun kondisi yang tidak aman yang tepat dalam lingkungan atau kondisi yang 10 aman, sehingga strategi pengurangan Ibid. yang tidak 116 | Jurnal Prodi Manajemen Bencana | Agustus 2017 | Volume 3 Nomor 2 risiko bencana dapat terwujud. Selain itu, lain yaitu berupa penduduk penyandang upaya yang dapat dilakukan selanjutnya disabilitas dan penduduk miskin yang adalah dengan merupakan bagian dari kelompok rentan. untuk mengalirkan membangun aliran selokan air agar Berdasarkan Model PAR, terdapat limpasan air tidak langsung meresap ke beberapa dalam tanah di daerah penelitian yang mempengaruhi kerentanan, yaitu akar bersifat gembur dan memiliki struktur penyebab, tekanan dinamis, dan kondisi berongga. yang Kerentanan sosial menggambarkan kerentanan penduduk terhadap jika keselamatan bencana bagian tidak kerentanan aman. selalu penyusun Akar yang penyebab berada pada permasalahan ekonomi, demografi, dan terjadi. proses politik, yang dapat mempengaruhi Berdasarkan hasil perhitungan yang telah pembagian dan alokasi sumber daya di dilakukan, terdapat empat desa yang masyarakat. memiliki kerentanan sosial tinggi, yaitu Berdasarkan wilayah Citeureup. Desa Hambalang, Tajur, dan penduduk tinggi belum tentu berada Tangkil memiliki kerentanan sosial yang dalam kriteria kerentanan sosial tinggi. rendah, sedangkan tujuh desa/kelurahan Hal ini dikarenakan adanya indikator lain lainnya berada pada tingkat kerentanan berupa kelompok rentan yang menjadi sedang. Kepadatan penduduk memiliki pemicu rentannya suatu wilayah jika peranan suatu dilihat dari sisi sosial masyarakatnya. wilayah termasuk kategori rentan atau Penduduk rentan memerlukan perhatian tidak. yang menentukan Semakin tinggi kepadatan lebih, memiliki penelitian, Desa Pasir Mukti, Sukahati, Tarikolot, dan dalam yang hasil terutama kepadatan penduduk penduduk diikuti kondisi semakin tinggi disabilitas. Hal ini disebabkan penduduk pula aktivitas kemasyarakatan yang ada di disabilitas memiliki keterbatasan dalam dalamnya. melakukan upaya penyelamatan diri, Meskipun kepadatan penduduk tertinggi berada di Kelurahan serta Puspanegara, Karang Asem Timur, Karang keterlibatan Asem Barat dan Puspasari, namun empat karena itu, penanganan yang tepat wilayah tersebut termasuk dalam kelas diperlukan agar penyandang disabilitas kerentanan secara individu juga memiliki respon yang sosial sedang. Selain keterbatasan situasi partisipasi kehidupan. dalam Oleh kepadatan penduduk, terdapat indikator Penilaian Risiko Dalam Rangka Pengurangan Risiko …Kabupaten Bogor | Suci Innaqa | 117 sama dengan penduduk lainnya yang berdampak pada pasar atau aktivitas tidak memiliki masalah disabilitas. perekonomian. Kerentanan ekonomi menunjukkan Dari sudut pandang ekonomi mikro, kerentanan ekonomi kondisi tingkat kerentanan pada sumber berfokus maupun perekonomian terhadap individu atau rumah tangga, masyarakat. Aktivitas perekonomian di yang mana pendapatan rumah tangga Kecamatan Citeureup terbagi menjadi adalah dua, yaitu mengandalkan sektor industri berpengaruh. dan agrowisata. Agrowisata terpusat di pendapatan rumah tangga menjadikan daerah perbukitan seperti Hambalang suatu dan Tajur, sedangkan untuk industri memenuhi kebutuhan dasar. Dampaknya terpusat di Karang Asem Barat dan akan mengarah pada terciptanya kondisi Tarikolot. kemiskinan aktivitas pada hal dampak utama guncangan yang paling Penurunan rumah tangga rumah tingkat tidak tangga. mampu Sebagian Kerentanan ekonomi dilihat dari besar penduduk desa Hambalang dan luasan lahan produktif, jumlah industri, Tajur menggantungkan mata pencaharian dan sumber penghasian utama. Wilayah mereka pada sektor pertanian yang yang memiliki lahan produktif yang luas, menghasilkan palawija. Desa/kelurahan terutama terletak di pedesaan, sangat lainnya sebagian besar menggantungkan rentan Lahan mata pencaharian pada industri, yaitu produktif yang berupa pertanian, tegalan, bekerja sebagai buruh maupun sebagai dan perkebunan menjadi rusak dan pegawai. jika aktivitas terjadi bencana. perekonomian masyarakat Tekanan dinamik merupakan efek (2004)11 dari akar penyebab, baik secara waktu menyatakan, kerentanan ekonomi pada dan ruang yang membuat suatu tempat dasarnya memiliki dua konsep, yaitu menjadi kerentanan pencaharian merupakan ukuran penting terganggu. Wisner et.al ekonomi makro dan tidak aman. dari pandang lebih menghadapi bencana. Kondisi ekonomi memandang luas, seperti kerentanan lokal yang rapuh yang dihasilkan dari pertumbuhan ekonomi suatu negara mata pencaharian yang berisiko, serta ketika pendapatan 11 Ibid. terjadi makro bencana, yang dapat yang penduduk mata kerentanan ekonomi mikro. Dari sudut ekonomi ketahanan Sistem rendah dalam dapat meningkatkan kerentanan. Oleh karena 118 | Jurnal Prodi Manajemen Bencana | Agustus 2017 | Volume 3 Nomor 2 itu, upaya yang harus dilakukan adalah termasuk dalam kelas kapasitas sedang. dengan Artinya, memperkuat penghidupan kapasitas di Kecamatan dengan diversifikasi peluang pendapatan Citeureup sudah cukup baik. Berdasarkan pedesaan, ekonomi hasil temuan penelitian, kapasitas fisik di kreatif agar setiap keluarga memiliki Kecamatan Citeureup dapat dikatakan sumber memiliki nilai rendah. Hal ini disebabkan seperti kegiatan pendapatan lain selain pendapatan utama. Kapasitas karena tidak adanya sistem peringatan dapat didefinisikan dini, jalur evakuasi, dan rambu tanda sebagai kemampuan wilayah maupun bahaya. masyarakat dalam menghadapi bencana. Kecamatan CIteureup memang belum Terdapat hubungan timbal balik antara termasuk dalam prioritas pengadaan dan kerentanan pembangunan sistem peringatan dini dari dan kapasitas, terutama Hal ini dikarenakan dalam akses sumber daya (aset), baik BPBD alam, ataupun adalah kejadian longsor yang terjadi di finansial. Peningkatan akses sumber daya Citeureup belum sampai pada taraf mengindikasikan peningkatan kapasitas kejadian dalam menghadapi dan pulih dari kejadian memiliki wilayah dengan potensi tinggi. bahaya, Begitu pula dengan keberadaan jalur psikologikal, sosial begitupula Peningkatan kapasitas sebaliknya. daerah dapat Kabupaten Bogor. bahwa bencana parah, Alasannya meskipun evakuasi, rambu tanda bahaya tidak dilakukan melalui beberapa strategi, salah ditemui satunya pada meskipun pihak pemerintahan kecamatan orientasi dengan inisiatif telah menyusun jalur dengan partisipasi mendasarkan masyarakat dan pembangunan. di Kecamatan Citeureup, evakuasi sebagai langkah prevenstif. Penelitian ini menilai kapasitas fisik Namun kapasitas sosial memiliki nilai yang dari keberadaan sistem peringatan dini, tinggi, karena pengenalan dan sosialisasi jalur evakuasi, rambu tanda bahaya, dan mengenai penanggulangan bencana telah ketersediaan dilakukan, peralatan, sedangkan bahkan pada pendidikan kapasitas sosial dinilai dari pendidikan formal. Selain itu, keberadaan lembaga kebencanan dan lembaga kegotong- desa seperti karang taruna, satuan tugas royongan. Berdasarkan hasil skoring tiap bencana tingkat desa, serta lembaga indikator kegotongroyongan lainnya dapat menjadi kapasitas, seluruh desa/kelurahan di Kecamatan Citeureup wadah dalam melakukan gerakan Penilaian Risiko Dalam Rangka Pengurangan Risiko …Kabupaten Bogor | Suci Innaqa | 119 pengurangan risiko bencana. Sebaran Kecamatan Citeureup dapat dilihat pada tingkat kerentanan dan kapasitas di Gambar 6. (a) (c) (b) (d) Gambar 6. Peta Kerentanan Fisik Tanah Longsor (a), Peta Kerentanan Sosial (b), Peta Kerentanan Ekonomi (c), dan Peta Kapasitas Tanah Longsor di Kecamatan Citeureup 120 | Jurnal Prodi Manajemen Bencana | Agustus 2017 | Volume 3 Nomor 2 Strategi Pengurangan Risiko Bencana infrastruktur Tanah Longsor di Kecamatan Citeureup mencegah, dan menangani tantangan Untuk mengidentifikasi strategi apa saja serius. Pengimbangan ketahanan dapat yang telah dilakukan dalam pengurangan mengurangi kerugian yang disebabkan risiko bencana di Kecamatan Citeureup, oleh peneliti bencana menggunakan Model PAR- untuk bencana. (PRB) Pengurangan risiko merupakan suatu bertujuan untuk Pelepasan atau yang dikenal dengan kebijakan Peningkatan Keselamatan. Sasarannya mengantisipasi dan mengurangi risiko adalah dengan yang dimungkinkan terjadi jika apabila menunjukkan akar permasalahan tekanan terjadi bencana. Di dalam UU No.24 tahun dinamis dari suatu kondisi yang tidak 2007 pasal aman. pengurangan risiko bencana meliputi pengurangi bencana Berdasarkan hasil penelitian, pentingnya pengurangan risiko bencana pengenalan dalam bencana, kegiatan pembangunan perencanaan telah disadari oleh yang mendeteksi, 37, disebutkan kegiatan dan pemantauan perencanaan risiko partisipatif penanggulangan bencana, informan, yang dalam penelitian ini pengembangan budaya sadar bencana, diwailiki pemerintahan peningkatan komitmen terhadap pelaku kecamatan dan beberapa SKPD terkait. penanggulangan bencana dan penerapan Peran serta pemerintah, dalam hal ini upaya fisik, non-fisik, dan pengaturan BNPB dan BPBD, lembaga usaha atau penanggulangan bencana. oleh pejabat PRB sektor privat, dan masyarakat sangat merupakan bagian dari dibutuhkan untuk mensukseskan gerakan pembangunan yang berkelanjutan, oleh pengurangan yang karena itu dalam kegiatannya perlu menciptakan melibatkan masyarakat, pemerintah, dan memiliki risiko tujuan bencana akhir lembaga usaha atau organisasi non ketangguhan masyarakat. tingkat pemerintah. Pendekatan yang dilakukan bahaya tinggi serta kerentanan yang juga harus berpusat pada masyarakat dan tinggi, tidak akan memberikan dampak multi yang hebat atau luas jika manusia yang ketangguhan, berada di wilayah tersebut memiliki dengan bahaya, dan menciptakan budaya kermampuan sistem dan insfrastruktur- pencegahan dan ketangguhan. Konsep Daerah yang memiliki sektor, serta membangun membangun interaksi PRB tersebut menghasilkan beberapa Penilaian Risiko Dalam Rangka Pengurangan Risiko …Kabupaten Bogor | Suci Innaqa | 121 strategi DRM seperti menghindari pengurangan risiko bencana, pembangunan risiko baru, mengatasi communication, risiko yang sudah ada, serta membagi dan development, dan culture. menyebar risiko untuk mencegah analysis, yaitu reverse, Komunikasi (Communication) kerugian bencana yang diserap oleh hasil- Komunikasi hasil dan pemahaman mengenai bencana alam, tambahan. kerentanan, dan kapasitas. Terdapat Keberhasilan PRB hanya dapat dihasilkan beberapa langkah dalam mengedukasi dari kombinasi perubahan kelembagaan dan melatih pemahaman mengenai dan strategi secara top-down dengan bencana. pendekatan berbasisi masyarakat dan memperoleh pengetahuan mengenai lokal secara bottom-up. Program DRM bencana harus kapasitas. pembangunan menciptakan lainnya kemiskinan diintegrasikan ke dalam artinya menginformasi Pertama, alam, dengan kerentanan, Kedua, dan membangun perencanaan dan praktek pembangunan, kapasitas yang diikuti oleh tingkah laku karena bencana merupakan indikator dari keseharian pembangunan yang gagal atau skewed, meningkatkan perlindungan individu proses ekonomi dan sosial yang tidak dan masyarakat, termasuk kesadaran berkelanjutan, serta masyarakat yang dasar masyarakat dalam mengurangi sakit-sakitan (UNISDR, 2015). kerentanan Menurut Wisner et.al (2004), terdapat tujuh sasaran yang didasarkan pada pemikiran PAR, yang terkenal dengan CARDIAC komunikasi meliputi (communication), (analyse), pembangunan (development), pencaharian yang pembalikan yang (improve), mengubah dan ketahanan dan membangun keluarga, daerah, dan masyarakat. Sosialisasi dan pelatihan telah sering dilakukan di kecamatan analisis Citeureup, dan juga papan atau plang (reverse), yang berisikan infomasi mengenai berkelanjutan peningkatan untuk mata pemulihan kebencanaan. Selain itu, pihak pemerintah kecamatan beserta Dinas Kebersihan dan Pertamanan bencana tepat dan optimal (add), dan Kabupaten Bogor juga menggalakkan membangun program keselamatan berbasis kearifan lokal (culture). Penelitian ini bersih selokan, untuk mengurangi risiko meluapnya air yang hanya membahas lima sasaran dalam 122 | Jurnal Prodi Manajemen Bencana | Agustus 2017 | Volume 3 Nomor 2 dapat menyebabkan terjadinya genangan maupun banjir. cukup baik. BNPB telah melakukan kajian Analisis (Analysis) Risiko merupakan fungsi dari bahaya dan kerentanan. Penilaian dan analisis bahaya dapat dilakukan dengan menggunakan pemetaan bahaya, yang ditujukan dengan untuk risiko sebagai mencari bencana prioritas daerah tertinggi utama untuk ditangani. Kerentanan tergantung dari element of risk, manusia terdampak, wilayah yang ditempati manusia terdampak, serta kapasitas manusia dalam merespon terjadinya bencana, Kerentanan masyarakat perkotaan tentunya berbeda dengan masyarakat pedesaan, yang ada di wilayah penelitian sudah ataupun masyarakat risiko pada tingkat provinsi, dengan unit analisis kabupaten, dan tingkat kabupaten/kota dengan unit analisis kecamatan. Penelitian untuk tingkat kecamatan dengan unit analisis desa belum dilakukan, penelitian terbatas akademis dan pada proyek pembangunan. Namun untuk kajian risiko tingkat desa, yang merupakan pengkajian pemetaan partisipatif, telah dilakukan risiko di Kelurahan Karang Asem Barat yang merupakan desa/kelurahaan tangguh binaan BNPB. Pembalikan (Reverse) terpencil. Kerentanan total yang ada di Pengurangan risiko bencana dilakukan kecamatan dengan Citeureup menunjukkan menunjukkan akar bahwa tingkat kerentanan total berada permasalahan tekanan dinamis dan pada kelas sedang-tinggi. Namun hasil kondisi kerentanan ini belum menggambarkan merupakan kebalikan dari PAR – tingkat risiko sesungguhnya, karena Pressure Model. Model ini sering terdapat parameter kapasitas yang disebut dapat atau yang bertujuan untuk memberikan mempengaruhi risiko bencana. Setelah keamanan daripada menghadapi risiko. dibandingkan Gagasan utamanya ialah menangani memperbesar dengan parameter yang tidak Peningkatan yang Keselamatan kapasitas, ternyata tingkat kerentanan sistem total sedang- bentuknya berupa kebijakan, hukum, rendah. Hal ini menunjukkan kapasitas dan prioritas yang menjadi bagian dari berada pada kelas tata aman, pemerintahan, yang Penilaian Risiko Dalam Rangka Pengurangan Risiko …Kabupaten Bogor | Suci Innaqa | 123 penekan (pressure) atau menjadi akar personil penyebab dapat yang meningkatkan kerentanan, dibandingkan mengintervensi dampak ancaman. Titik utama dalam Model Reverse ini adalah good governance atau tata kelola pemerintahan yang baik. Bukan hanya pemilihan pemerintahan yang jujur dan adil, desentralisasi, dan proses audit, namun juga meliputi kekuatan ideologi, jaringan formal dan informal, serta sumber daya budaya, politik, sosial, dan ekonomi yang menjadi penentu hubungan antar negara dan masyarakat (Wisner, et.al, 2004). termasuk didalamnya pemberantasan korupsi, terutama yang dengan bangunan berkaitan dasar seperti rumah sakit, sekolah, asrama, dan fasiltas umum lainnya (Wisner et al, 2004). Contohnya, kejadian gempa di Turki tahun 2010 menunjukkan banyaknya korban meninggal bukan disebabkan oleh gempa, namun dikarenakan bangunan yang menimpa mereka memiliki struktur bangunan yang tidak kokoh. Perubahan pandangan bussines as usual memadai mengubah dikatakan mekanisme pelaksanaan kebijakan. Pembangunan (Development) Investasi pada sumber daya manusia, keuangan dan pengurangan teknologi risiko bencana dalam akan membawa manfaat yang lebih besar daripada biaya dan outcome negatif akibat kerugian dan dampak bencana. Contohnya, dalam sebuah studi yang diselenggarakan di dimasukkannya Kolombia, pertimbangan- pertimbangan risiko bencana dalam perencanaan tata ruang dan bangunan memakan biaya empat kali lebih ringan Tata kelola pemerintahan yang baik yang yang dapat menimbulkan daripada membangun memperbaiki atau kerusakan-kerusakan infrastruktur akibat bencana. Langkahlangkah perbaikan seperti retrofitting atau relokasi memang memakan biaya sedikit lebih besar namun dapat mengurangi angka kematian akibat bencana sebesar 40% (UNISDR, 2011). Dalam hal ini, perlindungan bangunan-bangunan sekolah atas dan rumah sakit secara khusus sangatlah penting. Beberapa rekomendasi kebijakan dapat memberikan peluang melalui aksi pemerintah, antara lain dengan: korupsi, kelalalaian dan kurangnya 124 | Jurnal Prodi Manajemen Bencana | Agustus 2017 | Volume 3 Nomor 2 a. Mengintegrasikan pengurangan dikatakan sebagai permasalahan yang risiko bencana ke dalam investasi mendasar dalam kehidupan sehari-hari, publik dan rencana pembangunan bentuk manifestasi dari kegagalan berkelanjutan pembangunan. b. Memanfaatkan pengurangan risiko kelembagaan Proses perubahan memiliki keterkaitan bencana sebagai instrumen untuk dengan pengurangan risiko bencana mencapai ekonomi yang lebih dengan berkelanjutan (Green Economy) kerentanan dan peningkatan kemampuan dan ketangguhan Langkah ini dapat diadopsi di Indonesia, khususnya penelitian, terkait pembangunan di daerah maupun dampak, masyarakat dan institusi. dengan proyek pengurangan Menurut Wisner et.al (2004), kemampuan, kapasitas dan bangunan yang bersifat vital dan aset pertumbuhan pemahaman politik di negara, terutama pembangunan yang masyarakat umum sangatlah penting, dilakukan di daerah yang dengan terkait potensi Beberapa masyarakat lokal. Pendekatan bottom gedung dan aset penting negara up dianggap paling sesuai. Inisiatif berada masyarakat lokal sangat penting dalam longsor di tinggi. Kecamatan Citeureup, dengan pengetahuan diantaranya Kompleks PMPP/IPSC yang membangun juga merupakan kawasan strategis masyarakat sipil global yang dapat kabupaten. Pengembangan kawasan bersikeras dalam wujud pelaksanaan dapat dilakukan dengan menerapkan implementasi rekomendasi-rekomendasi dideklarasikan kebijakan masyarakat dari menuju tujuan dalam yang forum diatas, disertai dengan komitmen kuat internasional. dalam pengurangan risiko bencana masyarakat lokal memegang peranan untuk mewujudkan kondisi yang aman. penting Budaya (Culture) kerentanan bencana. budaya setempat/kearifan lokal di wilayah tersebut. Bencana dapat dalam Kecamatan Pembangunan keselamatan juga dapat dilakukan dengan mengacu kepada Pengetahuan memiliki wilayah pedesaan. pengurangan Citeureup yang Demikian masih bercirikan juga dengan kondisi karakteristik masyarakatnya. yang masih memiliki sifat Penilaian Risiko Dalam Rangka Pengurangan Risiko …Kabupaten Bogor | Suci Innaqa | 125 kegotongroyongan erat. Strategi pihak swasta. Contohnya, pengurangan risiko bencana dilakukan Kecamatan secara artinya beberapa program yang bertujuan masyarakat pencegahan tanah longsor, antara lain sebagai aktor dalam segala kegiatan penananam 1000 pohon di kawasan pengurangan risiko bencana. BNPB Sentul yang merupakan kerjasama telah memulai “Gerakan Pengurangan antara Kehati, pemerintah Kabupaten Risiko Bencana” sejak 2016, dengan Bogor, mengajak masyarakat untuk menjaga PMPP/IPSC. Jenis tanaman yang dipilih lingkungannya, antisipasi yaitu jenis tumbuhan kayu-kayuan yang tanah longsor. Tujuan gerakan ini memiliki akar kuat dan dalam yang adalah untuk membangkitkan lagi dapat berpengaruh besar terhadap kultur budaya asli Indonesia pada penguatan tanah dan aksi penahan masyarakat gerakan tanah. Salah satunya dengan bottom up, memaksimalkan yang peran terutama tingkat semangat lokal dengan kegotongroyongan. Citeureup di dan menanam pengelola pohon yang terdapat kawasan berfungsi Kegiatan yang dilakukan antara lain sebagai tanaman penguat. Bambu dengan penguatan lereng dengan merupakan salah satu alternatif yang jaring, bronjong, baik, dan pihak pengelola PMPP/IPSC reboisasi, telah melakukan penanaman bambu webbing jut, perbaikan ekologi, pembersihan daerah-daerah yang betung di beberapa titik di kawasan mengganggu resapan air di hulu, IPSC. Ini salah satu upaya PRB yang termasuk dilakukan daerah-daerah yang oleh sektor swasta di berpotensi longsor. Selain itu, seluruh Citeureup, khususnya di kawasan IPSC desa di Kecamatan Citeureup biasa yang menggunakan untuk Hambalang. Selain itu, pembuatan memperingatkan masyarakat ketika penghambat aliran seperti bronjong terjadi bencana. batu dapat menahan tanah yang dapat Dalam kentongan pengurangan terletak di Perbukitan risiko berpindah akibat adanya aliran air bencana tanah longsor, mitigasi telah hujan. Selain itu, kesiapan dalam dilakukan oleh pemerintah daerah, bentuk pengetahuan dan kapasitas baik dalam lingkup kabupaten, dan pemerintah, respon profesional dan kecamatan melalui kerja sama dengan organisasi dalam pemulihan, antisipiasi 126 | Jurnal Prodi Manajemen Bencana | Agustus 2017 | Volume 3 Nomor 2 efektif dari individu saat kejadian yang bahaya, maupun masyarakat untuk menggiatkan kerja sama antara pihak merespon dan pulih dari dampak yang pemerintah, terjadi telah dilakukan di Kecamatan swasta, Citeureup. adalah melakukan pengelolaan tebing atau keberadaan personel satuan tugas daerah dengan kelerengan yang curam (satgas) penanggulangan bencana di dan tidak stabil. Proyek percontohan Kecamatan Citeureup. telah dilakukan di Desa Tangkil pada Contohnya PRB dilakukan meningkatkan dengan kapasitas, dan dihasilkan lembaga dan kawasan adalah usaha/sektor masyarakat PMPP/IPSC, dilanjutkan dengan terutama untuk dan dapat di Desa mengurangi risiko melalui regulasi dan Hambalang dan Tangkil yang memiliki investasi. Strategi pengurangan risiko kondisi tanah yang tidak stabil. bencana dapat dilakukan Upaya-upaya pengurangan risiko memperhatikan kondisi daerah dengan bencana secara positif berkontribusi tingkat risiko longsor yang tinggi pada pertumbuhan ekonomi melalui seperti kemiringan lereng, kepadatan, pengurangan kerugian akibat bencana serta kawasan terbangun. Selama ini, dan berkontribusi pada pengentasan dualisme penanggulangan kemiskinan berada pada menekankan pelayanan, bencana melalui perlindungan kinerja terutama terhadap penghidupan, pemanfaatan kepada kualitas yang efektif atas program-program pencegahan dan jaring pengaman sosial dan penanggulangan bencana, bukan pada pembukaan potensi modal sosial dan pengurangan risiko bencana dalam aset-aset baru untuk pembangunan. awal perencanaan pembangunan. Hal Reformasi ini yang mengakibatkan pelaksanaan legislator, pejabat, dan para pemangku pengurangan risiko bencana masih kebijakan juga memegang peranan setengah-setengah karena memang penting dalam menciptakan kondisi belum adanya landasan yang jelas, lingkungan yang aman yang sesuai terutama terkait dengan kinerja SKPD. dengan Reverse dari Model PAR. Berdasarkan hasil terorganisir terhadap penelitian, telaah dokumen, dan hasil wawancara, strategi pengurangan risiko bencana Penilaian Risiko Dalam Rangka Pengurangan Risiko …Kabupaten Bogor | Suci Innaqa | 127 Kesimpulan dini, terutama pada awal pembangunan Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah suatu wilayah atau bangunan. Kegiatan Kecamatan Citeureup memiliki tingkat pembangunan yang dilakukan di wilayah risiko tanah longsor yang sedang-rendah, dengan meskipun memiliki potensi pergerakan meningkatkan risiko terjadinya bencana. tanah yang tinggi. Hal ini menunjukkan Oleh wilayah dengan potensi longsor yang pembangunan terhadap risiko bencana tinggi belum tentu memiliki tingkat risiko perlu dilakukan, terutama terkait dengan yang tinggi. Desa yang memiliki tingkat bangunan/gedung vital aset negara. risiko sedang adalah Desa Hambalang, Pembuatan penyusunan analisis Tajur, sedangkan risiko bencana (ARB) perlu dilakukan desa/kelurahan dengan tingkat risiko sebagai bagian dari penanggulangan rendah meliputi Desa Pasir Mukti, Sanja, bencana, dengan menambahkan analisis Tarikolot, Gunung Sari, Puspasari, Karang dampak lingkungan (Amdal) di dalam Asem Timur, Citeureup, Leuwinutug, kajian risiko. Salah satu upaya yang dapat Sukahati dan Kelurahan Karang Asem dilakukan ialah memasukkan ke dalam Barat dan Puspanegara. Amdal dengan memperkuat persyaratan dan Strategi Tangkil, karena itu, dan tinggi penilaian dapat dampak risiko ARB di Amdal, terutama terkait dengan bencana dilakukan dengan menciptakan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup kondisi yang aman dibandingkan dengan (RPL) menghadapi Lingkungan Hidup (RKL). Menghadapi pengurangan potensi risiko risiko secara langsung. artinya lebih dan Rencana Pemerintah Pemantauan Kabupaten Bogor menekankan kegiatan yang dilakukan sebaiknya dalam tahapan tanggap darurat serta pembangunan, terutama pada wilayah- rehabilitasi dan rekonstruksi, sedangkan wilayah berpotensi rawan. Penggunaan dengan menciptakan kondisi yang aman reward dan punishment dapat dilakukan lebih bagi pengembang atau instansi yang menekankan kegiatan yang dilakukan sejak tahapan pra-bencana bertanggungjawab perijinan terhadap pembangunan yang dilakukan. Langkah Saran Kejadian memperkuat tanah longsor dapat diminimalisir jika dilakukan pencegahan awal dari penguatan perijinan dan pembangunan dapat dilakukan dengan memperkuat kapasitas para pengambil 128 | Jurnal Prodi Manajemen Bencana | Agustus 2017 | Volume 3 Nomor 2 keputusan, terutama yang berkaitan dalam perencanaan dan pembangunan wilayah yang mengintegrasikan pengurangan risiko bencana. Permasalahan inti adalah pihak yang berada di jajaran pengambilan keputusan kurang memiliki pengetahuan yang memadai terkait dengan kebencanaan. Oleh karena itu, penguatan kapasitas pimpinan harus dilakukan dengan pelatihan teknik dan manajerial dalam penanggulangan bencana, khususnya pengurangan risiko bencana, agar para pemimpin dan pembuat kebijakan mengubah paradigma dan pola pikirnya, dari yang semula berfokus pada tahap tanggap darurat dan rehabilitasi Fakultas Teknik Geologi. Bandung: Universitas Padjajaran Hadmoko, D., Lavigne, F., Sartohadi, J, P., dan Winaryo (2010). Landslide Hazard an Risk Assessment and Their Apllication in Risk Management and Landuse Planning in Eastern Flank of Menoreh Mountains. Yogyakarta: Natural Hazards. Vol.54 Hal.623-642 ITB. (2010). Mengelola Risiko Bencana di Negara Maritim Indonesia. Bandung: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung Kotze, Astrid and Holloway, Alisa. (1998). Reducing Risk: Participatory Learning Activities for Disaster Mitigation in Southern Africa, Durban. South Africa: International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies and Department of Adult and Community Education. University of Natal (Distributed by Oxfam, UK) Daftar Pustaka Mardiatno, Djati., Marfai, Muh Aris., Rahmawati, Kusuma., Tanjung, Riski., Sianturi, Riswan S., Mutiarni, Yossi S. (2012). Penilaian Multirisiko Banjir dan Rob di Kecamatan Pekalongan Utara. Yogyakarta: MPPDAS Fakultas Geografi UGM Awotona, Adenrele. (1997). Reconstruction After Disaster: Issues and Practices. USA: Ashgate Publishing Company. Miles,B., Matthew dan Huberman, A., Michael. (1994). Qualitative Data Analysis. California: Sage Publications, Inc Benson, Charlotte., Twigg, John., Rosetto, Tiziana. (2007). Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana (Terjemahan). Yogyakarta: Jaran Production Sagala, Saut Aritua Hasiholan & Bisri, Mizan Bustanul Fuady. (2011). Perencanaan tata ruang berbasis kebencanaan di Indonesia. Bandung: ITB rekonstruksi menjadi fokus pada tahapan pencegahan dan pengurangan risiko bencana. Dianardi, Kholqi., Suganda, Bombom R. (2012). Kondisi Geologi Daerah Hambalang dan Sekitarnya Kecamatan Citeureup dan Cileungsi. Saputra, I Wayan Gede Eka. (2015). Tesis: Analisis Risiko Bencana Tanah Longsor di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Program Penilaian Risiko Dalam Rangka Pengurangan Risiko …Kabupaten Bogor | Suci Innaqa | 129 Magister Program Studi Ilmu LIngkungan. Denpasar: Universitas Udayana Sunarja., Zakiyah Wasingatu., Andriono, Rinto., Marwanto, Eko Budi. Mulyana, Didik S. (2010). Meredam Risiko Bencana:Upaya Integrasi PRB Dalam Perencanaan dan Penanggaran Daerah. IDEA: Yogyakarta Suranto, Joko Purwoko.(2008). Tesis: Kajian Pemanfaatan Lahan pada Daerah Rawan Bencana Tanah Longsor di Gununglurah, Cilongok, Banyumas. Semarang: Program Pascasarjana MTPWK Undip Wahyunto, et.al. (2007). Kerawanan Longsor Lahan Pertanian di Daerah Aliran Sungai Citarum, Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Multifungsi dan Konversi Lahan Pertanian. Bogor: Balai Penelitian Tanah Wisner B., Blaikie, P., Cannon T.; Davis I. (2004). At Risk: Natural Hazards, People’s Vulnerability and Disaster. Second Edition. London and New York: Routlede United Nations ISDR. (2004). Living with Risk: A global review of disaster reduction initiatives Volume 1. Geneva: United Nations ISDR 130 | Jurnal Prodi Manajemen Bencana | Agustus 2017 | Volume 3 Nomor 2