penilaian risiko dalam rangka pengurangan risiko bencana tanah

advertisement
PENILAIAN RISIKO DALAM RANGKA PENGURANGAN RISIKO
BENCANA TANAH LONGSOR DI KECAMATAN CITEUREUP
KABUPATEN BOGOR
RISK ANALYSIS FOR LANDSLIDES DISASTER RISK REDUCTION IN
CITEUREUP, BOGOR
Suci Innaqa1
Universitas Pertahanan
([email protected])
Abstrak - Setiap wilayah tidak lepas dari kondisi yang dapat berisiko bencana. Kondisi fisik
wilayah dan karakteristik masyarakat dapat meningkatkan risiko, dan harus dihadapi oleh wilayah
tertentu. Hal ini memerlukan perhatian serta upaya tertentu, agar dapat mengurangi munculnya
korban jiwa ataupun meminimalisir kerusakan pada sarana prasarana umum. Penelitian ini
menganalisis tingkat risiko bencana di Kecamatan Citeureup serta bagaimana strategi
pengurangan risiko bencana yang dilakukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif. Analisis pemetaan digunakan untuk merepresentasikan hasil penelitian,
kemudian teknik analisis Miles dan Huberman digunakan untuk menganalisis data kualitatif hasil
wawancara. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan pada konsep risiko bencana
milik Wisner et.al. Hasil dari penelitian ini adalah Kecamatan Citeureup memiliki tingkat risiko
tanah longsor yang sedang-rendah. Dari 14 desa/kelurahan, terdapat tiga desa yang memiliki
tingkat risiko sedang, yaitu Desa Hambalang, Tajur, dan Tangkil, atau 49,58% dari luas wilayah
total. Sebelas desa/kelurahan lainnya memiliki tingkat risiko rendah, yaitu Desa Pasir Mukti, Sanja,
Tarikolot, Gunung Sari, Puspasari, Karang Asem Timur, Citeureup, Leuwinutug, Sukahati serta
Kelurahan Karang Asem Barat dan Puspanegara, atau 48,68% dari luas wilayah total. Untuk
wilayah dengan risiko tinggi hanya seluas 1,74%, yang berada di wilayah Desa Hambalang. Analisis
yang dilakukan menunjukkan bahwa wilayah dengan potensi risiko tinggi belum tentu memiliki
tingkat risiko yang tinggi pula. Kapasitas masyarakat memegang peranan penting untuk
memperkecil risiko suatu wilayah. Dalam pengurangan risiko bencana, Kecamatan Citeureup telah
memiliki satuan tugas bencana yang tersebar di setiap desa dan berperan aktif dalam Forum
Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Kabupaten Bogor. Strategi pengurangan risiko bencana
dilakukan dengan menciptakan kondisi yang aman, yaitu menggiatkan gerakan pengurangan
risiko bencana dibandingkan menghadapi risiko secara langsung.
Kata kunci: Penilaian Risiko, Tanah Longsor, Pengurangan Risiko Bencana, Strategi.
Abstract - Every region cannot be separated from potential conditions that pose a risk disaster. The
physical condition and community characteristics will increasing the potential risk and must be faced
by certain region. This condition requires concern and efforts to reduce the risk and save more lives,
or reduce public infrastructure damage. This research analyze the level of risk in Citeureup and
1
Mahasiswa, Program Studi Manajemen Bencana untuk Keamanan Nasional, Universitas Pertahanan
Penilaian Risiko Dalam Rangka Pengurangan Risiko …Kabupaten Bogor | Suci Innaqa | 103
strategy for disaster risk reduction that have been made. This research using a qualitative method.
Mapping analysis used for represent the result of research, then Miles and Huberman techniques
used for analyse the qualitative data from interview findings. The analysis conducted in this research
is based on the concept of disaster risk Wisner et.al. This research has result that Citeureup District
has medium-low level of landslides risk. From 14 villages, three of them have a medium level of risk,
Hambalang, Tangkil, Tajur for 49,58% of total land area. Eleven other villages have a low level of risk,
Pasir Mukti, Sanja, Tarikolot, Gunung Sari, Puspasari, Karang Asem Timur, Citeureup, Leuwinutug,
Sukahati, Karang Asem Barat, and Puspanegara, for 48,68% of total land area. Areas that have a high
risk area is only 1,74% in Hambalang. The analysis shows that areas with high potential risk not does
not necessarily have a high level of risk. Community capacity have important role to minimize the risk
of a region. In disaster risk reduction strategy, Citeureup already has a task force of disaster that
spreads in every village and take an active role in Forum for Disaster Risk Reduction (FPRB) Bogor.
Disaster risk reduction strategy is done by creating a safer environment, which promote the
movement for disaster risk reduction, than faced the risk directly.
Key words: Risk Analysis, Landslides, Disaster Risk Reduction, Strategy
Setiap wilayah tidak pernah lepas
Pendahuluan
S
alah satu tujuan Negara Kesatuan
dari suatu kondisi yang dapat berisiko
Republik Indonesia seperti yang
menjadi bencana. Hal ini disebabkan oleh
tercantum
Undang-
kondisi fisik wilayah, karakter masyarakat,
Undang Dasar 1945 adalah melindungi
dan kondisi eksternal seperti hubungan
segenap bangsa dan seluruh tumpah
wilayah tersebut dengan wilayah sekitar
darah Indonesia dari segala ancaman.
(Mardiatno, et. al, 2012)3. Kondisi ini
Saat ini karakteristik ancaman terhadap
memerlukan perhatian serta upaya-upaya
pertahanan
lebih
agar dapat mengurangi risiko munculnya
didominasi oleh ancaman nir-militer yang
korban jiwa, meminimalisir kerusakan
dinilai lebih kompleks dan multidimensi
yang terjadi pada sarana dan prasarana
dibanding ancaman militer. Salah satu
umum, ataupun akses terhadap unit-unit
bentuk ancaman nyata nir-militer yang
produksi wilayah (Kotze & Holloway,
sedang dihadapi Indonesia saat ini adalah
1998)4.
bencana alam.
pengarusutamaan
negara
dalam
Indonesia
Pada skala tertentu,
bencana dapat berdampak pada stabilitas
nasional dan menjadi ancaman bagi
2
pembangunan (Wisner, et.al, 2004) .
2
Wisner et.al., At Risk: Natural Hazards, People’s
Vulnerability and Disaster, Second edition, (New
York, Routlede, 2004)
Oleh
karena
pengurangan
itu,
risiko
bencana perlu diintegrasikan ke dalam
3
Mardiyatno et.al, Penilaian Multirisiko Banjir dan
Rob di Kecamatan Pekalongan Utara, (Yogyakarta,
Fak.Geografi UGM, 2012)
4
Kotze, Astrid and Holloway, Alisa, Reducing Risk:
Participatory Learning Activities for Disaster
Mitigation in Southern Africa, Durban (UK, Oxfam,,
1998)
104 | Jurnal Prodi Manajemen Bencana | Agustus 2017 | Volume 3 Nomor 2
pembangunan. Hal ini dapat ditempuh
Kawasan
Pusat
dengan memasukkan pertimbangan risiko
Keamanan
Indonesia/PMPP
bencana
Peace
alam
ke
dalam
kerangka
and
Perdamaian
Security
dan
(Indonesia
Center/IPSC)
strategis jangka menengah dan struktur-
mengambil lokasi di beberapa desa di
struktur kelembagaan ke dalam kebijakan
Kecamatan
dan strategi serta perencanaan di negara-
PMPP/IPSC termasuk dalam rekomendasi
negara rawan bencana (Benson, Twigg,
penggunaan
lahan
dan Rossetto, 2007)5.
Strategis
Nasional
Citeureup.
Kawasan
untuk
Kawasan
berdasarkan
Kabupaten Bogor adalah salah satu
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
kabupaten di Jawa Barat yang termasuk
selaku Ketua Pelaksana BKPRN (Badan
rawan terhadap bencana tanah longsor.
Koordinasi Penataan Ruang Nasional)
Selama kurun waktu 10 tahun terakhir,
tanggal 26 Juli 2010.
tanah
longsor
kejadian
telah
bencana
mendominasi
yang
terdapat
di
Untuk
meminimalisir
dampak
bencana tanah longsor, maka harus
Kabupaten Bogor, yaitu sebanyak 116
dilakukan
kejadian dengan ribuan korban jiwa serta
bencana. Untuk melakukan pengurangan
kerusakan fasilitas dan permukiman (DIBI,
risiko bencana, karakteristik bencana
2016).
Kabupaten
harus dikaji secara seksama. Penilaian dan
Bogor sebagian besar berupa dataran
pemetaan risiko dianggap merupakan
tinggi, perbukitan dan pegunungan, dan
bagian dari tahapan pra bencana yang
memiliki curah hujan tinggi.
dapat
Kondisi
morfologi
Visi Kabupaten Bogor untuk menjadi
kabupaten
di
pengurangan
mengurangi
dampak
risiko
potensi
bencana serta upaya yang lebih siap
Indonesia
dalam menghadapi terjadinya bencana.
berdampak pada perubahan alih fungsi
Berdasarkan latar belakang dan uraian di
lahan pada beberapa tahun terakhir.
atas, rumusan masalah yang berupa
Diantaranya pengembangan kawasan PT.
penilaian
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang
pengurangan
risiko
terletak di Kecamatan Citeureup. Selain
longsor
Kecamatan
itu, pembangunan dan pengembangan
dijabarkan dalam dua tujuan penelitian
5
termaju
upaya
risiko
di
dalam
rangka
bencana
tanah
Citeureup,
yaitu menganalisis tingkat risiko bencana
Benson, Charlotte., Twigg, John., Rosetto,
Tiziana. Perangkat untuk Mengarusutamakan
Pengurangan Risiko Bencana, Terjemahan,
(Yogyakarta, Jaran Production, 2007)
tanah longsor di Kecamatan Citeureup
Penilaian Risiko Dalam Rangka Pengurangan Risiko …Kabupaten Bogor | Suci Innaqa | 105
dan menganalisis strategi pengurangan
BNPB No.2 Tahun 2012 tentang Pedoman
risiko bencana.
Umum Pengkajian Risiko Bencana.
Konsep Risiko Bencana
Model Pressure and Release (PAR)
Risiko merupakan fungsi dari kombinasi
Menurut Wisner et.al (2004), model
antara bahaya dan kerentanan, dan
pressure and release (PAR) memiliki
hubungannya dinyatakan sebagai hasil
keterkaitan erat dengan risiko bencana.
perkalian antara keduanya (UN-ISDR,
Model
2004). Risiko bencana dibentuk paling
dampak bahaya dan serangkaian faktor-
tidak oleh dua faktor, yaitu tempat
faktor dan proses yang menghasilkan
dimana
kerentanan. Komponen-komponen risiko
bencana
tersebut
berada,
ini
menguraikan
biasanya disebut tempat yang memiliki
bencana
potensi bencana (hazard) dan tingkat
kerentanan) bersifat dinamis yang akan
kerentanan
Tingkat
mengalami perubahan, baik langsung
kerentanan adalah suatu hal penting
maupun tidak langsung, yang secara
untuk diketahui sebagai salah satu faktor
otomatis akan mempengaruhi tingkat
yang berpengaruh terhadap terjadinya
risiko yang ada. PAR terdiri dari dua
bencana karena bencana baru akan
bagian,
terjadi bila "bahaya" terjadi pada "kondisi
(Peningkatan
Kerentanan)
yang rentan", seperti yang dikutip dari
kebalikannya
Model
pernyataan Awotona (1997)6 ".... Natural
(Peningkatan Keselamatan).
(vulnerability).
(bahaya,
hubungan
yaitu
Model
disaster are the interaction between
natural hazard and vulnerable condition".
Selain faktor hazard dan vulnerability,
terdapat faktor lain yang dapat berperan
dalam
meningkatkan
menurunkan
kapasitas
risiko
(capacity).
maupun
bencana,
yaitu
Penilaian
risiko
kapasitas
dalam penelitian ini mengacu pada Perka
6
Awotona, Adenrele, Reconstruction After
Disaster: Issues and Practices, (USA, Ashgate
Publishing Company, 1997)
106 | Jurnal Prodi Manajemen Bencana | Agustus 2017 | Volume 3 Nomor 2
dan
Tekanan
dan
Pelepasan
Gambar 1. Model Pressure and Release Peningkatan Kerentanan
Sumber: Wisner, et. al (2004)
Model
(pressure)
Peningkatan
pada
Tekanan
1
Gagasan utamanya ialah selama masih
merupakan
ada intervensi yang dapat mengurangi
hasil perpotongan dari kerentanan dan
dampak ancaman, akan sama pentingnya
bahaya.
untuk
menggambarkan
Model
Gambar
lingkungan yang aman dari bencana.
bencana
Pelepasan
(release)
menangani
sistem
tata
dimasukkan dalam pembuatan konsep
pemerintahan seperti kebijakan, hukum
pengurangan risiko bencana. Konsep ini
dan prioritas yang mungkin dapat menjadi
menjelaskan bahwa kerentanan harus
bagian dari penekan (pressure) atau
dikurangi untuk meringankan tekanan.
menjadi
Secara teoretis, tekanan antara bahaya
meningkatkan kerentanan. Jika bantuan
dan kerentanan harus dilepas untuk
diimplementasikan
mengurangi risiko bencana. Bahaya harus
masyarakat yang paling rentan dapat
dikurangi
bertahan
agar
intensitasnya
juga
akar
dan
penyebab
pulih
dengan
dengan
yang
baik,
cepat,
menurun, agar dampak yang akan terjadi
sehingga kerentanan di masa yang akan
terhadap
datang dapat dikurangi (Wisner, et.al,
populasi
rentan
dapat
berkurang (Wisner, et.al, 2004)7.
Model
Pelepasan
merupakan
2004). Model Peningkatan Keselamatan
digambarkan dalam Gambar 2 berikut.
kebalikan dari Model Tekanan, yakni lebih
mengedepankan
7
untuk
menciptakan
ibid
Penilaian Risiko Dalam Rangka Pengurangan Risiko …Kabupaten Bogor | Suci Innaqa | 107
Gambar 2. Model Pressure and Release Peningkatan Keselamatan
Sumber: Wisner, et. al (2004)
Metode
Huberman digunakan untuk menganalisis
Metode yang digunakan dalam penelitian
data kualitatif hasil wawancara. Analisis
ini adalah metode kualitatif. Namun,
yang dilakukan dalam penelitian ini
pendekatan
berdasarkan pada konsep risiko bencana
dilakukan
kuantitatif
dalam
deksriptif
pembobotan
atau
skoring dari data-data kuantitatif. Analisis
pemetaan
kemudian
teknik
hasil
analisis
Parameter, indikator, bobot dan
untuk
nilai yang digunakan untuk menilai tingkat
penelitian,
risiko dalam penelitian ini disajikan dalam
digunakan
merepresentasikan
milik Wisner et.al.
Miles
dan
Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Variabel, parameter, indikator, bobot dan nilai ancaman, kerentanan dan kapasitas
Variabel
Ancaman
Parameter
Curah hujan
Kemiringan lereng
Indikator
Sangat Kering (<1000 mm/tahun)
Kering (1001-2000 mm/tahun)
Sedang (2001-3000 mm/tahun)
Basah (3000-3001 mm/tahun)
Sangat Basah (>4000 mm/tahun)
0-8 %
8-15%
15-25%
108 | Jurnal Prodi Manajemen Bencana | Agustus 2017 | Volume 3 Nomor 2
Bobot
0.3
0.4
Nilai
1
2
3
4
5
1
2
3
Variabel
Parameter
Geologi
Penggunaan lahan
Kerentanan
fisik
Kepadatan rumah
Jumlah Fasilitas
umum
Luas lahan
terbangun
Kerentanan
sosial
Kepadatan
penduduk
Rasio Kemiskinan
Jumlah penyandang
disabilitas
Kerentanan
ekonomi
Sumber penghasilan
utama
Jumlah industri
Luas lahan produktif
Kapasitas
Sistem peringatan
dini
Jalur evakuasi
Rambu tanda bahaya
Ketersediaan
peralatan
Pendidikan
kebencanaan
Lembaga
kegotongroyongan
Indikator
25-45%
>45%
Aluvium
Pratersier
Miosen Fasies Sedimen
Hasil Gunungapi Kuarter Tua
Hasil Gunungapi Kuarter Muda
Hutan
Hutan Campuran
Kebun, Kebun Campuran
Sawah, Tegalan, Ladang, Semak/Belukar
Permukiman, Industri
<30 bangunan/ha
30-80 bangunan/ha
>80 bangunan/ha
<31 unit
32-47 unit
<48 unit
<30%
30-60%
>60%
<15 jiwa/ha
15-25 jiwa/ha
>25 jiwa/ha
<20
20-40
>40
<18 jiwa
18-36 jiwa
>36 jiwa
Pegawai/bekerja di pemerintahan
Industri pengolahan, perdagangan
Pertanian, buruh tambang/penggalian
< 50 unit
50-100 unit
>100 unit
<30%
30-50%
>50%
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Belum memadai
Lengkap
Tidak pernah
Agak sering
Sering
Tidak ada
Ada
Bobot
0.1
0.2
0.4
0.3
0.3
0,6
0,2
0,2
0,4
0,3
0,3
0,2
0,1
0,1
0,1
0,3
0,2
Nilai
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
3
5
1
3
5
1
3
5
1
3
5
1
3
5
1
3
5
1
3
5
1
3
5
1
3
5
1
5
1
5
1
5
1
3
5
1
3
5
1
5
Penilaian Risiko Dalam Rangka Pengurangan Risiko …Kabupaten Bogor | Suci Innaqa |109
Analisis Data
tingkat
Secara garis besar, diagram alir pemetaan
direpresentasikan dalam peta risiko tanah
risiko bencana yang dilakukan dalam
longsor.
penelitian
ini
Gambar
3.
digambarkan
Peneliti
dengan
melakukan
risiko
Untuk
tanah
longsor
menguraikan
dan
strategi
pengurangan risiko bencana, digunakan
pengumpulan data yang digunakan dalam
analisis
penyusunan
wawancara dan hasil analisis tingkat
layer
ancaman,
dan
kualitatif
risiko.
layer penyusun dilakukan skoring dan
Huberman digunakan dalam menganalisis
overlay
peta
data kualitatif dengan langkah-langkah
ancaman, peta kerentanan, dan peta
mereduksi data, menyajikan data, dan
kapasitas.
memberikan kesimpulan atau verifikasi
menghasilkan
Setelah
itu,
hasil
yang
diperoleh dimasukkan dalam matriks V/C
kualitatif
Miles
hasil
kapasitas. Kemudian dari masing-masing
sehingga
Analisis
berdasarkan
data.
dan matriks risiko, yang menggambarkan
Gambar 3. Diagram Alir Pemetaan
Sumber: Hasil olah pribadi (2016) dikompilasi dari berbagai sumber
110 | Jurnal Prodi Manajemen Bencana | Agustus 2017 | Volume 3 Nomor 2
dan
Pembahasan
Berdasarkan hasil perkalian matriks,
Penilaian Risiko Tanah Longsor
Peta risiko tanah longsor yang dihasilkan
Tangkil, Hambalang, Tajur, Leuwinutug,
dapat menggambarkan wilayah dengan
Sanja, Karang Asem Barat, Puspanegara,
tingkat risiko rendah, sedang, dan tinggi.
Puspasari, Citeureup, dan Karang Asem
Tingkat risiko dihitung melalui skoring
Timur
parameter-parameter
dengan kapasitas sedang, dan termasuk
ancaman,
memiliki
kerentanan
rendah
yang
kelas V/C sedang. Desa Pasir Mukti,
menghasilkan peta tingkat ancaman,
Sukahati, Tarikolot, dan Gunung Sari
kerentanan, dan kapasitas. Dari hasil
termasuk wilayah dengan kerentanan
pemetaan
tinggi
kerentanan,
dan
kapasitas,
tersebut
dilakukan
pengkategorian risiko yang menggunakan
dan
kapasitas
sedang,
dan
termasuk kelas V/C sedang.
Selanjutnya dari kelas kerentanan
metode perkalian matriks VCA (Vulnerable
Capacity Assessment). Untuk mengetahui
akhir
dilakukan
tingkat risiko, hasil skoring kerentanan-
dengan menambahkan kelas ancaman.
kapasitas terlebih dahulu dihitung dan
Proses
diklasifikasikan menggunakan tabel VCA
menggunakan
untuk mendapatkan kelas V/C. Hasilnya
perangkat QGIS.
ini
perhitungan
dilakukan
filed
matriks
dengan
calculator
pada
dapat dilihat dalam matriks Tabel 2.
Tabel 2. Matriks kerentanan-kapasitas tanah longsor di Kecamatan Citeureup
V/C
Tinggi
Kapasitas
Sedang
Rendah
Rendah
Kerentanan
Sedang
Tinggi
Tangkil, Hambalang, Tajur, Sanja,
Karang Asem Barat, Puspanegara,
Puspasari, Citeureup, Karang
Asem Timur, Leuwinutug
Pasir Mukti, Sukahati, Tarikolot,
Gunungsari
Sumber: Hasil analisis peneliti (2017)
Penilaian Risiko Dalam Rangka Pengurangan Risiko …Kabupaten Bogor | Suci Innaqa | 111
Tabel 3. Matriks risiko bahaya-kerentanan tanah longsor di Kecamatan Citeureup
Matrik Risiko
Ancaman/Bahaya
V/C
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Pasir Mukti,
Sukahati,
Tarikolot,
Gunung Sari
Rendah
Sanja, Karang Asem Barat,
Puspanegara, Puspasari, Sanja,
Leuwinutug, Karang Asem
Timur
Tangkil, Hambalang, Tajur
Tinggi
Sumber: Hasil analisis peneliti (2017)
Matriks risiko tanah longsor di
Kecamatan
Citeureup
menunjukkan
Hasil
narasumber
bahwa wilayah desa/kelurahan berada di
mengenai
zona
pergerakan
ancaman
rendah-sedang,
yang
wawancara
dengan
menunjukkan
kesadaran
potensi
longsor
tanah
di
atau
Kecamatan
artinya termasuk dalam kelas risiko
Citeureup tinggi. Wilayah yang terletak di
bencana tanah longsor rendah sampai
wilayah perbukitan, serta berada di
sedang. Desa Hambalang, Tajur, dan
daerah sekitar sungai rawan longsor
Tangkil berada dalam kelas risiko sedang,
maupun amblesan. Namun kondisi ini
sedangkan Desa Pasir Mukti, Sukahati,
tidak
Tarikolot, Gunung Sari, Sanja, Karang
Citeureup,
Asem Barat, Puspanegara, Puspasari,
digeneralisasikan. Hanya beberapa desa
Sanja, Leuwinutug, dan Karang Asem
atau lokasi yang memiliki titik rawan
Timur berada dalam kelas risiko rendah.
longsor, yaitu Hambalang dan Tajur.
ditemui
di
setiap
sehingga
wilayah
tidak
di
dapat
Suatu wilayah meskipun terletak
Kedua desa tersebut terletak di wilayah
dalam zona bahaya tinggi, namun jika
Perbukitan Hambalang dan merupakan
memiliki kerentanan akhir menjadikan
wilayah tertinggi di Kecamatan Citeureup.
wilayah tersebut memiliki risiko bencana
Wilayah
yang rendah pula. Hal ini disebabkan oleh
berupa perbukitan dengan kemiringan
kecilnya kerentanan yang ada di wilayah
lereng > 15%. Tingkat risiko tanah longsor
tersebut,
sehingga
di Kecamatan Citeureup dapat dilihat
bencana
tidak
meskipun
akan
terjadi
mempengaruhi
tersebut
dalam Gambar 4.
kondisi fisik, sosial, dan ekonomi wilayah
secara signifikan.
112 | Jurnal Prodi Manajemen Bencana | Agustus 2017 | Volume 3 Nomor 2
memiliki
morfologi
Gambar 4. Peta Risiko Tanah Longsor Kecamatan Citeureup
Kejadian longsor memang beberapa
kali di daerah penelitian. Namun, memang
ditemukannya retakan memanjang di
sekitar permukiman penduduk.
sampai saat ini belum ada kejadian yang
menyebabkan
korban
jiwa
sampai
Bahaya atau ancaman merupakan
suatu
fenomena
yang
alam
atau
memiliki
buatan
meninggal ataupun bangunan ambruk
manusia
tertimpa longsoran tanah. Kejadian tanah
mengancam
longsor setiap tahun terjadi di Kecamatan
kerusakan lingkungan dan kerugian harta
Citeureup, dengan lokasi titik longsor
benda. Merujuk pada pengertian bahaya
yang berbeda-beda. Meskipun intensitas
menurut Awotona (1997), bahwa bahaya
kejadian longsor rendah dan tidak sampai
dapat terjadi di mana saja dan kapan saja,
menimbulkan korban jiwa, namun pada
dan memicu bencana saat bertemu
tahun 2007 menyebabkan satu kampung
dengan kondisi yang rentan. Dampak
di Desa Hambalang direlokasi karena
umumnya berupa kerugian dan kerusakan
kehidupan
potensi
manusia,
bagi manusia, yang disebabkan karena
Penilaian Risiko Dalam Rangka Pengurangan Risiko …Kabupaten Bogor | Suci Innaqa | 113
ketidakmampuan sistem buatan manusia
seharusnya dialirkan, malah meresap ke
dalam
dalam tanah dengan baik. Hal ini yang
melindungi
diri
sendiri
dan
aset/harta-benda yang dimilikinya.
mengakibatkan
beberapa
titik
lokasi
Berdasarkan hasil penelitian yang
menjadi rawan longsor akibat resapan air
dilakukan Dianardi et.al (2012)8, morfologi
tersebut. Dapat dikatakan, tanah yang
atau struktur luar batuan penyusun
diatasnya
bentuk permukaan bumi yang menjadi
tanaman perkebunan dengan akar kuat
penyebab suatu wilayah terjadi tanah
malah
longsor di wilayah Perbukitan Hambalang.
dibandingkan tanah kosong atau yang
Desa dengan potensi longsor menengah-
hanya ditumbuhi tanaman dengan akar
tinggi, Tajur dan Hambalang memiliki
tidak kuat seperti sayuran.
ketinggian 500 meter dengan kemiringan
terdapat
bangunan
mengurangi
Daerah
potensi
atau
longsor
dengan
topografi
lereng maksimum 250. Kemiringan lereng
pegunungan atau memiliki kemiringan
ini menyebabkan rendahnya kestabilan
lereng yang tinggi memiliki potensi yang
lereng
rentan
tinggi untuk pergerakan tanah atau
Batuan
longsor lahan. Ini sesuai dengan hasil
yang
terhadap
mengakibatkan
gerakan
tanah.
penyusun yang memiliki tekstur berbutir
kajian
halus menyebabkan tingginya daya serap
wilayah desa tertinggi, Hambalang, dan
terhadap limpasan air dan rendahnya
sebagian Tajur termasuk kategori kelas
daya rekat tanah, sehingga potensi
tinggi untuk potensi gerakan tanah.
amblesan tanah cukup besar.
Kondisi ini tidak dapat terelakkan, karena
Selain
kemiringan
lereng,
ESDM,
yang
menggambarkan
kondisi suatu wilayah merupakan given
penggunaan lahan menjadi salah satu
untuk
kriteria yang mempengaruhi terjadinya
kerentanan
tanah longsor. Kondisi tanah lempung
wilayahlah
yang memiliki daya resap kuat terhadap
ancaman/bahaya ini apakah akan menjadi
air berpengaruh terhadap ketahanan
bencana atau tidak. Peta ancaman yang
tanah dalam menahan bangunan atau
dihasilkan
tumbuhan
ditunjukkan dalam Gambar 5 berikut.
diatasnya.
Sifat
air
yang
daerah
itu
dan
yang
dalam
8
Dianardi, Kholqi., Suganda, Bombom R, Kondisi
Geologi Daerah Hambalang dan Sekitarnya
Kecamatan Citeureup dan Cileungsi, (Bandung,
Universitas Padjajaran, 2012)
114 | Jurnal Prodi Manajemen Bencana | Agustus 2017 | Volume 3 Nomor 2
sendiri.
Nantinya,
kapasitas
akan
suatu
menjadikan
penelitian
ini
Gambar 5. Peta Ancaman/bahaya Tanah Longsor Kecamatan Citeureup
Upaya untuk mengurangi bencana
membahas
kerentanan,
peneliti
dapat dilakukan salah satunya dengan
menggunakan Model Tekanan untuk
mengurangi
menganalisis
tingkat
kerentanan.
dalam
memahami
akar
Identifikasi dan penilaian kerentanan
permasalahan kerentanan yang ada di
dilakukan
Kecamatan
dampak
apabila
kerusakan
ingin
mengurangi
Kerentanan
bencana.
penting diketahui sebagai salah satu
Wisner et. al (2004)9 menjelaskan untuk
faktor yang berpengaruh ketika suatu
memahami
dapat
kejadian/peristiwa alam berubah menjadi
menggunakan Model Pelepasan Tekanan
bencana. Bencana akan terjadi apabila
(Pressure and Release/ PAR). PAR sendiri
bahaya bertemu kondisi
terdiri dari dua bagian yang diwakili oleh
Dalam pembahasan ini, kerentanan fisik
dua
menggambarkan
diagram,
akibat
Citeureup.
kerentanan
Model
Tekanan
dan
kebalikannya Model Pelepasan. Untuk
9
tingkat
yang rentan.
kerusakan
insfrastruktur yang terjadi saat bencana.
Ibid.
Penilaian Risiko Dalam Rangka Pengurangan Risiko …Kabupaten Bogor | Suci Innaqa | 115
Kecamatan Citeureup dapat dibagi
dipicu adanya bahaya atau potensi rawan
menjadi dua ciri wilayah, wilayah dengan
gerakan tanah dapat menjadikan wilayah
ciri perkotaan, termasuk di dalamnya
tersebut berisiko tanah longsor.
Kelurahan
Karang
dan
Kerentanan fisik seringkali dikaitkan
Kelurahan
Puspanegara,
berciri
dengan perspektif penataan ruang, yaitu
pedesaan, yaitu Desa Tarikolot, Sanja,
berkaitan dengan susunan pusat-pusat
Leuwinutug,
permukiman, sistem jaringan prasarana
Citeureup,
Asem
Karang
Sukahati,
Barat
dan
Asem
Timur,
Tajur,
Tangkil,
dan
sarana
yang
berfungsi
Hambalang, Pasir Mukti, Puspasari, dan
pendukung
kegiatan
Gunung Sari. Hasil skoring kerentanan
masyarakat,
serta
fisik
wilayah.
menunjukkan
Kelurahan Karang
Penataan
sebagai
sosial
ekonomi
kawasan
strategis
ruang
Asem Barat dan Puspanegara, serta Desa
bentuk
Puspasari berada dalam kerentanan fisik
pembangunan
tinggi, Desa Sanja dan Karang Asem Timur
multidimensional
berada dalam kerentanan fisik sedang,
berbagai bentuk kegiatan pengurangan
dan sembilan desa lainnya berada dalam
risiko
kerentanan fisik rendah. Daerah dengan
Dalam menentukan bentuk kegiatan yang
ciri perkotaan memiliki aktivitas yang
dilakukan, tentunya bergantung pada
lebih kompleks, penduduk yang lebih
jenis
padat, yang dapat memicu pembangunan
tersebut.
fasilitas umum disekitarnya.
Citeureup telah melakukan pengurangan
Menurut
lingkungan
fisik
menyebabkan
menjadi
Wisner
yang
kondisi
tidak
(2004)10,
et.al
rapuh
suatu
aman.
Lokasi
dapat
wilayah
yang
risiko
intervensi
merupakan
kegiatan
yang
dan
bencana
bencana
memungkinkan
untuk
dan
bersifat
diintegrasikan.
tujuan
Contohnya
longsor
penanaman
dari
dengan
tanaman
kegiatan
Kecamatan
mengadakan
yang
dapat
mengikat air. Tujuannya ialah agar dapat
mengurangi
serapan
air
langsung
berbahaya serta kondisi infrastruktur dan
terhadap tanah sehingga limpasan air
bangunan
terlindungi
tidak langsung meresap ke dalam tanah.
merupakan penyebab berkembangnya
Penanaman pohon bambu betung di
kerentanan. Meskipun akar permasalahan
beberapa lokasi yang termasuk daerah
dan tekanan dinamis telah dapat diatasi,
rawan longsor merupakan upaya yang
namun kondisi yang tidak aman yang
tepat dalam lingkungan atau kondisi yang
10
aman, sehingga strategi pengurangan
Ibid.
yang
tidak
116 | Jurnal Prodi Manajemen Bencana | Agustus 2017 | Volume 3 Nomor 2
risiko bencana dapat terwujud. Selain itu,
lain yaitu berupa penduduk penyandang
upaya yang dapat dilakukan selanjutnya
disabilitas dan penduduk miskin yang
adalah
dengan
merupakan bagian dari kelompok rentan.
untuk
mengalirkan
membangun
aliran
selokan
air
agar
Berdasarkan Model PAR, terdapat
limpasan air tidak langsung meresap ke
beberapa
dalam tanah di daerah penelitian yang
mempengaruhi kerentanan, yaitu akar
bersifat gembur dan memiliki struktur
penyebab, tekanan dinamis, dan kondisi
berongga.
yang
Kerentanan sosial menggambarkan
kerentanan
penduduk
terhadap
jika
keselamatan
bencana
bagian
tidak
kerentanan
aman.
selalu
penyusun
Akar
yang
penyebab
berada
pada
permasalahan ekonomi, demografi, dan
terjadi.
proses politik, yang dapat mempengaruhi
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah
pembagian dan alokasi sumber daya di
dilakukan, terdapat empat desa yang
masyarakat.
memiliki kerentanan sosial tinggi, yaitu
Berdasarkan
wilayah
Citeureup. Desa Hambalang, Tajur, dan
penduduk tinggi belum tentu berada
Tangkil memiliki kerentanan sosial yang
dalam kriteria kerentanan sosial tinggi.
rendah, sedangkan tujuh desa/kelurahan
Hal ini dikarenakan adanya indikator lain
lainnya berada pada tingkat kerentanan
berupa kelompok rentan yang menjadi
sedang. Kepadatan penduduk memiliki
pemicu rentannya suatu wilayah jika
peranan
suatu
dilihat dari sisi sosial masyarakatnya.
wilayah termasuk kategori rentan atau
Penduduk rentan memerlukan perhatian
tidak.
yang
menentukan
Semakin
tinggi
kepadatan
lebih,
memiliki
penelitian,
Desa Pasir Mukti, Sukahati, Tarikolot, dan
dalam
yang
hasil
terutama
kepadatan
penduduk
penduduk diikuti kondisi semakin tinggi
disabilitas. Hal ini disebabkan penduduk
pula aktivitas kemasyarakatan yang ada di
disabilitas memiliki keterbatasan dalam
dalamnya.
melakukan upaya penyelamatan diri,
Meskipun
kepadatan
penduduk tertinggi berada di Kelurahan
serta
Puspanegara, Karang Asem Timur, Karang
keterlibatan
Asem Barat dan Puspasari, namun empat
karena itu, penanganan yang tepat
wilayah tersebut termasuk dalam kelas
diperlukan agar penyandang disabilitas
kerentanan
secara individu juga memiliki respon yang
sosial
sedang.
Selain
keterbatasan
situasi
partisipasi
kehidupan.
dalam
Oleh
kepadatan penduduk, terdapat indikator
Penilaian Risiko Dalam Rangka Pengurangan Risiko …Kabupaten Bogor | Suci Innaqa | 117
sama dengan penduduk lainnya yang
berdampak pada pasar atau aktivitas
tidak memiliki masalah disabilitas.
perekonomian.
Kerentanan ekonomi menunjukkan
Dari
sudut
pandang
ekonomi mikro, kerentanan ekonomi
kondisi tingkat kerentanan pada sumber
berfokus
maupun
perekonomian
terhadap individu atau rumah tangga,
masyarakat. Aktivitas perekonomian di
yang mana pendapatan rumah tangga
Kecamatan Citeureup terbagi menjadi
adalah
dua, yaitu mengandalkan sektor industri
berpengaruh.
dan agrowisata. Agrowisata terpusat di
pendapatan rumah tangga menjadikan
daerah perbukitan seperti Hambalang
suatu
dan Tajur, sedangkan untuk industri
memenuhi kebutuhan dasar. Dampaknya
terpusat di Karang Asem Barat dan
akan mengarah pada terciptanya kondisi
Tarikolot.
kemiskinan
aktivitas
pada
hal
dampak
utama
guncangan
yang
paling
Penurunan
rumah
tangga
rumah
tingkat
tidak
tangga.
mampu
Sebagian
Kerentanan ekonomi dilihat dari
besar penduduk desa Hambalang dan
luasan lahan produktif, jumlah industri,
Tajur menggantungkan mata pencaharian
dan sumber penghasian utama. Wilayah
mereka pada sektor pertanian yang
yang memiliki lahan produktif yang luas,
menghasilkan palawija. Desa/kelurahan
terutama terletak di pedesaan, sangat
lainnya sebagian besar menggantungkan
rentan
Lahan
mata pencaharian pada industri, yaitu
produktif yang berupa pertanian, tegalan,
bekerja sebagai buruh maupun sebagai
dan perkebunan menjadi rusak dan
pegawai.
jika
aktivitas
terjadi
bencana.
perekonomian
masyarakat
Tekanan dinamik merupakan efek
(2004)11
dari akar penyebab, baik secara waktu
menyatakan, kerentanan ekonomi pada
dan ruang yang membuat suatu tempat
dasarnya memiliki dua konsep, yaitu
menjadi
kerentanan
pencaharian merupakan ukuran penting
terganggu.
Wisner
et.al
ekonomi
makro
dan
tidak
aman.
dari
pandang
lebih
menghadapi bencana. Kondisi ekonomi
memandang luas, seperti kerentanan
lokal yang rapuh yang dihasilkan dari
pertumbuhan ekonomi suatu negara
mata pencaharian yang berisiko, serta
ketika
pendapatan
11
Ibid.
terjadi
makro
bencana,
yang
dapat
yang
penduduk
mata
kerentanan ekonomi mikro. Dari sudut
ekonomi
ketahanan
Sistem
rendah
dalam
dapat
meningkatkan kerentanan. Oleh karena
118 | Jurnal Prodi Manajemen Bencana | Agustus 2017 | Volume 3 Nomor 2
itu, upaya yang harus dilakukan adalah
termasuk dalam kelas kapasitas sedang.
dengan
Artinya,
memperkuat
penghidupan
kapasitas
di
Kecamatan
dengan diversifikasi peluang pendapatan
Citeureup sudah cukup baik. Berdasarkan
pedesaan,
ekonomi
hasil temuan penelitian, kapasitas fisik di
kreatif agar setiap keluarga memiliki
Kecamatan Citeureup dapat dikatakan
sumber
memiliki nilai rendah. Hal ini disebabkan
seperti
kegiatan
pendapatan
lain
selain
pendapatan utama.
Kapasitas
karena tidak adanya sistem peringatan
dapat
didefinisikan
dini, jalur evakuasi, dan rambu tanda
sebagai kemampuan wilayah maupun
bahaya.
masyarakat dalam menghadapi bencana.
Kecamatan CIteureup memang belum
Terdapat hubungan timbal balik antara
termasuk dalam prioritas pengadaan dan
kerentanan
pembangunan sistem peringatan dini dari
dan
kapasitas,
terutama
Hal
ini
dikarenakan
dalam akses sumber daya (aset), baik
BPBD
alam,
ataupun
adalah kejadian longsor yang terjadi di
finansial. Peningkatan akses sumber daya
Citeureup belum sampai pada taraf
mengindikasikan peningkatan kapasitas
kejadian
dalam menghadapi dan pulih dari kejadian
memiliki wilayah dengan potensi tinggi.
bahaya,
Begitu pula dengan keberadaan jalur
psikologikal,
sosial
begitupula
Peningkatan
kapasitas
sebaliknya.
daerah
dapat
Kabupaten
Bogor.
bahwa
bencana
parah,
Alasannya
meskipun
evakuasi, rambu tanda bahaya tidak
dilakukan melalui beberapa strategi, salah
ditemui
satunya
pada
meskipun pihak pemerintahan kecamatan
orientasi
dengan inisiatif telah menyusun jalur
dengan
partisipasi
mendasarkan
masyarakat
dan
pembangunan.
di
Kecamatan
Citeureup,
evakuasi sebagai langkah prevenstif.
Penelitian ini menilai kapasitas fisik
Namun kapasitas sosial memiliki nilai yang
dari keberadaan sistem peringatan dini,
tinggi, karena pengenalan dan sosialisasi
jalur evakuasi, rambu tanda bahaya, dan
mengenai penanggulangan bencana telah
ketersediaan
dilakukan,
peralatan,
sedangkan
bahkan
pada
pendidikan
kapasitas sosial dinilai dari pendidikan
formal. Selain itu, keberadaan lembaga
kebencanan dan lembaga kegotong-
desa seperti karang taruna, satuan tugas
royongan. Berdasarkan hasil skoring tiap
bencana tingkat desa, serta lembaga
indikator
kegotongroyongan lainnya dapat menjadi
kapasitas,
seluruh
desa/kelurahan di Kecamatan Citeureup
wadah
dalam
melakukan
gerakan
Penilaian Risiko Dalam Rangka Pengurangan Risiko …Kabupaten Bogor | Suci Innaqa | 119
pengurangan risiko bencana. Sebaran
Kecamatan Citeureup dapat dilihat pada
tingkat kerentanan dan kapasitas di
Gambar 6.
(a)
(c)
(b)
(d)
Gambar 6. Peta Kerentanan Fisik Tanah Longsor (a), Peta Kerentanan Sosial (b), Peta Kerentanan
Ekonomi (c), dan Peta Kapasitas Tanah Longsor di Kecamatan Citeureup
120 | Jurnal Prodi Manajemen Bencana | Agustus 2017 | Volume 3 Nomor 2
Strategi Pengurangan Risiko Bencana
infrastruktur
Tanah Longsor di Kecamatan Citeureup
mencegah, dan menangani tantangan
Untuk mengidentifikasi strategi apa saja
serius. Pengimbangan ketahanan dapat
yang telah dilakukan dalam pengurangan
mengurangi kerugian yang disebabkan
risiko bencana di Kecamatan Citeureup,
oleh
peneliti
bencana
menggunakan
Model
PAR-
untuk
bencana.
(PRB)
Pengurangan
risiko
merupakan
suatu
bertujuan
untuk
Pelepasan atau yang dikenal dengan
kebijakan
Peningkatan Keselamatan. Sasarannya
mengantisipasi dan mengurangi risiko
adalah
dengan
yang dimungkinkan terjadi jika apabila
menunjukkan akar permasalahan tekanan
terjadi bencana. Di dalam UU No.24 tahun
dinamis dari suatu kondisi yang tidak
2007 pasal
aman.
pengurangan risiko bencana meliputi
pengurangi
bencana
Berdasarkan
hasil
penelitian,
pentingnya pengurangan risiko bencana
pengenalan
dalam
bencana,
kegiatan
pembangunan
perencanaan
telah
disadari
oleh
yang
mendeteksi,
37, disebutkan kegiatan
dan
pemantauan
perencanaan
risiko
partisipatif
penanggulangan
bencana,
informan, yang dalam penelitian ini
pengembangan budaya sadar bencana,
diwailiki
pemerintahan
peningkatan komitmen terhadap pelaku
kecamatan dan beberapa SKPD terkait.
penanggulangan bencana dan penerapan
Peran serta pemerintah, dalam hal ini
upaya fisik, non-fisik, dan pengaturan
BNPB dan BPBD, lembaga usaha atau
penanggulangan bencana.
oleh
pejabat
PRB
sektor privat, dan masyarakat sangat
merupakan
bagian
dari
dibutuhkan untuk mensukseskan gerakan
pembangunan yang berkelanjutan, oleh
pengurangan
yang
karena itu dalam kegiatannya perlu
menciptakan
melibatkan masyarakat, pemerintah, dan
memiliki
risiko
tujuan
bencana
akhir
lembaga usaha atau organisasi non
ketangguhan masyarakat.
tingkat
pemerintah. Pendekatan yang dilakukan
bahaya tinggi serta kerentanan yang juga
harus berpusat pada masyarakat dan
tinggi, tidak akan memberikan dampak
multi
yang hebat atau luas jika manusia yang
ketangguhan,
berada di wilayah tersebut memiliki
dengan bahaya, dan menciptakan budaya
kermampuan sistem dan insfrastruktur-
pencegahan dan ketangguhan. Konsep
Daerah
yang
memiliki
sektor,
serta
membangun
membangun
interaksi
PRB tersebut menghasilkan beberapa
Penilaian Risiko Dalam Rangka Pengurangan Risiko …Kabupaten Bogor | Suci Innaqa | 121
strategi
DRM
seperti
menghindari
pengurangan
risiko
bencana,
pembangunan risiko baru, mengatasi
communication,
risiko yang sudah ada, serta membagi dan
development, dan culture.
menyebar
risiko
untuk
mencegah
analysis,
yaitu
reverse,
 Komunikasi (Communication)
kerugian bencana yang diserap oleh hasil-
Komunikasi
hasil
dan
pemahaman mengenai bencana alam,
tambahan.
kerentanan, dan kapasitas. Terdapat
Keberhasilan PRB hanya dapat dihasilkan
beberapa langkah dalam mengedukasi
dari kombinasi perubahan kelembagaan
dan melatih pemahaman mengenai
dan strategi secara top-down dengan
bencana.
pendekatan berbasisi masyarakat dan
memperoleh pengetahuan mengenai
lokal secara bottom-up. Program DRM
bencana
harus
kapasitas.
pembangunan
menciptakan
lainnya
kemiskinan
diintegrasikan
ke
dalam
artinya
menginformasi
Pertama,
alam,
dengan
kerentanan,
Kedua,
dan
membangun
perencanaan dan praktek pembangunan,
kapasitas yang diikuti oleh tingkah laku
karena bencana merupakan indikator dari
keseharian
pembangunan yang gagal atau skewed,
meningkatkan perlindungan individu
proses ekonomi dan sosial yang tidak
dan masyarakat, termasuk kesadaran
berkelanjutan, serta masyarakat yang
dasar masyarakat dalam mengurangi
sakit-sakitan (UNISDR, 2015).
kerentanan
Menurut
Wisner
et.al
(2004),
terdapat tujuh sasaran yang didasarkan
pada pemikiran PAR, yang terkenal
dengan
CARDIAC
komunikasi
meliputi
(communication),
(analyse),
pembangunan
(development),
pencaharian
yang
pembalikan
yang
(improve),
mengubah
dan
ketahanan
dan
membangun
keluarga,
daerah,
dan
masyarakat.
Sosialisasi dan pelatihan telah
sering
dilakukan
di
kecamatan
analisis
Citeureup, dan juga papan atau plang
(reverse),
yang berisikan infomasi mengenai
berkelanjutan
peningkatan
untuk
mata
pemulihan
kebencanaan.
Selain
itu,
pihak
pemerintah kecamatan beserta Dinas
Kebersihan
dan
Pertamanan
bencana tepat dan optimal (add), dan
Kabupaten Bogor juga menggalakkan
membangun
program
keselamatan
berbasis
kearifan lokal (culture). Penelitian ini
bersih
selokan,
untuk
mengurangi risiko meluapnya air yang
hanya membahas lima sasaran dalam
122 | Jurnal Prodi Manajemen Bencana | Agustus 2017 | Volume 3 Nomor 2
dapat
menyebabkan
terjadinya
genangan maupun banjir.
cukup baik.
BNPB telah melakukan kajian
 Analisis (Analysis)
Risiko merupakan fungsi dari bahaya
dan kerentanan. Penilaian dan analisis
bahaya
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan pemetaan bahaya, yang
ditujukan
dengan
untuk
risiko
sebagai
mencari
bencana
prioritas
daerah
tertinggi
utama
untuk
ditangani. Kerentanan tergantung dari
element of risk, manusia terdampak,
wilayah
yang
ditempati
manusia
terdampak, serta kapasitas manusia
dalam merespon terjadinya bencana,
Kerentanan
masyarakat
perkotaan
tentunya berbeda dengan masyarakat
pedesaan,
yang ada di wilayah penelitian sudah
ataupun
masyarakat
risiko pada tingkat provinsi, dengan
unit analisis kabupaten, dan tingkat
kabupaten/kota dengan unit analisis
kecamatan. Penelitian untuk tingkat
kecamatan dengan unit analisis desa
belum
dilakukan,
penelitian
terbatas
akademis
dan
pada
proyek
pembangunan. Namun untuk kajian
risiko tingkat desa, yang merupakan
pengkajian
pemetaan
partisipatif,
telah
dilakukan
risiko
di
Kelurahan Karang Asem Barat yang
merupakan desa/kelurahaan tangguh
binaan BNPB.
 Pembalikan (Reverse)
terpencil. Kerentanan total yang ada di
Pengurangan risiko bencana dilakukan
kecamatan
dengan
Citeureup
menunjukkan
menunjukkan
akar
bahwa tingkat kerentanan total berada
permasalahan tekanan dinamis dan
pada kelas sedang-tinggi. Namun hasil
kondisi
kerentanan ini belum menggambarkan
merupakan kebalikan dari PAR –
tingkat risiko sesungguhnya, karena
Pressure Model. Model ini sering
terdapat parameter kapasitas yang
disebut
dapat
atau
yang bertujuan untuk memberikan
mempengaruhi risiko bencana. Setelah
keamanan daripada menghadapi risiko.
dibandingkan
Gagasan utamanya ialah menangani
memperbesar
dengan
parameter
yang
tidak
Peningkatan
yang
Keselamatan
kapasitas, ternyata tingkat kerentanan
sistem
total
sedang-
bentuknya berupa kebijakan, hukum,
rendah. Hal ini menunjukkan kapasitas
dan prioritas yang menjadi bagian dari
berada
pada
kelas
tata
aman,
pemerintahan,
yang
Penilaian Risiko Dalam Rangka Pengurangan Risiko …Kabupaten Bogor | Suci Innaqa | 123
penekan (pressure) atau menjadi akar
personil
penyebab
dapat
yang
meningkatkan
kerentanan,
dibandingkan
mengintervensi dampak ancaman.
Titik utama dalam Model Reverse
ini adalah good governance atau tata
kelola pemerintahan yang baik. Bukan
hanya pemilihan pemerintahan yang
jujur dan adil, desentralisasi, dan
proses audit, namun juga meliputi
kekuatan ideologi, jaringan formal dan
informal, serta sumber daya budaya,
politik, sosial, dan ekonomi yang
menjadi
penentu
hubungan
antar
negara dan masyarakat (Wisner, et.al,
2004).
termasuk
didalamnya
pemberantasan
korupsi,
terutama
yang
dengan
bangunan
berkaitan
dasar seperti rumah sakit, sekolah,
asrama, dan fasiltas umum lainnya
(Wisner et al, 2004). Contohnya,
kejadian gempa di Turki tahun 2010
menunjukkan
banyaknya
korban
meninggal bukan disebabkan oleh
gempa, namun dikarenakan bangunan
yang
menimpa
mereka
memiliki
struktur bangunan yang tidak kokoh.
Perubahan pandangan bussines as
usual
memadai
mengubah
dikatakan
mekanisme
pelaksanaan kebijakan.
 Pembangunan (Development)
Investasi pada sumber daya manusia,
keuangan
dan
pengurangan
teknologi
risiko
bencana
dalam
akan
membawa manfaat yang lebih besar
daripada biaya dan outcome negatif
akibat kerugian dan dampak bencana.
Contohnya, dalam sebuah studi yang
diselenggarakan
di
dimasukkannya
Kolombia,
pertimbangan-
pertimbangan risiko bencana dalam
perencanaan tata ruang dan bangunan
memakan biaya empat kali lebih ringan
Tata kelola pemerintahan yang
baik
yang
yang
dapat
menimbulkan
daripada
membangun
memperbaiki
atau
kerusakan-kerusakan
infrastruktur akibat bencana. Langkahlangkah perbaikan seperti retrofitting
atau relokasi memang memakan biaya
sedikit
lebih besar
namun dapat
mengurangi angka kematian akibat
bencana sebesar 40% (UNISDR, 2011).
Dalam hal
ini, perlindungan
bangunan-bangunan
sekolah
atas
dan
rumah sakit secara khusus sangatlah
penting.
Beberapa rekomendasi kebijakan
dapat memberikan peluang melalui
aksi pemerintah, antara lain dengan:
korupsi, kelalalaian dan kurangnya
124 | Jurnal Prodi Manajemen Bencana | Agustus 2017 | Volume 3 Nomor 2
a. Mengintegrasikan
pengurangan
dikatakan sebagai permasalahan yang
risiko bencana ke dalam investasi
mendasar dalam kehidupan sehari-hari,
publik dan rencana pembangunan
bentuk manifestasi dari kegagalan
berkelanjutan
pembangunan.
b. Memanfaatkan pengurangan risiko
kelembagaan
Proses
perubahan
memiliki
keterkaitan
bencana sebagai instrumen untuk
dengan pengurangan risiko bencana
mencapai ekonomi yang lebih
dengan
berkelanjutan (Green Economy)
kerentanan
dan
peningkatan
kemampuan
dan
ketangguhan
Langkah ini dapat diadopsi di
Indonesia,
khususnya
penelitian,
terkait
pembangunan
di
daerah
maupun
dampak,
masyarakat dan institusi.
dengan
proyek
pengurangan
Menurut Wisner et.al (2004),
kemampuan,
kapasitas
dan
bangunan yang bersifat vital dan aset
pertumbuhan pemahaman politik di
negara, terutama pembangunan yang
masyarakat umum sangatlah penting,
dilakukan di daerah yang dengan
terkait
potensi
Beberapa
masyarakat lokal. Pendekatan bottom
gedung dan aset penting negara
up dianggap paling sesuai. Inisiatif
berada
masyarakat lokal sangat penting dalam
longsor
di
tinggi.
Kecamatan
Citeureup,
dengan
pengetahuan
diantaranya Kompleks PMPP/IPSC yang
membangun
juga merupakan kawasan strategis
masyarakat sipil global yang dapat
kabupaten. Pengembangan kawasan
bersikeras dalam wujud pelaksanaan
dapat dilakukan dengan menerapkan
implementasi
rekomendasi-rekomendasi
dideklarasikan
kebijakan
masyarakat
dari
menuju
tujuan
dalam
yang
forum
diatas, disertai dengan komitmen kuat
internasional.
dalam pengurangan risiko bencana
masyarakat lokal memegang peranan
untuk mewujudkan kondisi yang aman.
penting
 Budaya (Culture)
kerentanan bencana.
budaya setempat/kearifan lokal di
wilayah
tersebut.
Bencana
dapat
dalam
Kecamatan
Pembangunan keselamatan juga dapat
dilakukan dengan mengacu kepada
Pengetahuan
memiliki
wilayah
pedesaan.
pengurangan
Citeureup
yang
Demikian
masih
bercirikan
juga
dengan
kondisi karakteristik masyarakatnya.
yang
masih
memiliki
sifat
Penilaian Risiko Dalam Rangka Pengurangan Risiko …Kabupaten Bogor | Suci Innaqa | 125
kegotongroyongan
erat.
Strategi
pihak
swasta.
Contohnya,
pengurangan risiko bencana dilakukan
Kecamatan
secara
artinya
beberapa program yang bertujuan
masyarakat
pencegahan tanah longsor, antara lain
sebagai aktor dalam segala kegiatan
penananam 1000 pohon di kawasan
pengurangan risiko bencana. BNPB
Sentul yang merupakan kerjasama
telah memulai “Gerakan Pengurangan
antara Kehati, pemerintah Kabupaten
Risiko Bencana” sejak 2016, dengan
Bogor,
mengajak masyarakat untuk menjaga
PMPP/IPSC. Jenis tanaman yang dipilih
lingkungannya,
antisipasi
yaitu jenis tumbuhan kayu-kayuan yang
tanah longsor. Tujuan gerakan ini
memiliki akar kuat dan dalam yang
adalah untuk membangkitkan lagi
dapat berpengaruh besar terhadap
kultur budaya asli Indonesia pada
penguatan tanah dan aksi penahan
masyarakat
gerakan tanah. Salah satunya dengan
bottom
up,
memaksimalkan
yang
peran
terutama
tingkat
semangat
lokal
dengan
kegotongroyongan.
Citeureup
di
dan
menanam
pengelola
pohon
yang
terdapat
kawasan
berfungsi
Kegiatan yang dilakukan antara lain
sebagai tanaman penguat. Bambu
dengan penguatan lereng dengan
merupakan salah satu alternatif yang
jaring,
bronjong,
baik, dan pihak pengelola PMPP/IPSC
reboisasi,
telah melakukan penanaman bambu
webbing
jut,
perbaikan
ekologi,
pembersihan
daerah-daerah
yang
betung di beberapa titik di kawasan
mengganggu resapan air di hulu,
IPSC. Ini salah satu upaya PRB yang
termasuk
dilakukan
daerah-daerah
yang
oleh
sektor
swasta
di
berpotensi longsor. Selain itu, seluruh
Citeureup, khususnya di kawasan IPSC
desa di Kecamatan Citeureup biasa
yang
menggunakan
untuk
Hambalang. Selain itu, pembuatan
memperingatkan masyarakat ketika
penghambat aliran seperti bronjong
terjadi bencana.
batu dapat menahan tanah yang dapat
Dalam
kentongan
pengurangan
terletak
di
Perbukitan
risiko
berpindah akibat adanya aliran air
bencana tanah longsor, mitigasi telah
hujan. Selain itu, kesiapan dalam
dilakukan oleh pemerintah daerah,
bentuk pengetahuan dan kapasitas
baik dalam lingkup kabupaten, dan
pemerintah, respon profesional dan
kecamatan melalui kerja sama dengan
organisasi dalam pemulihan, antisipiasi
126 | Jurnal Prodi Manajemen Bencana | Agustus 2017 | Volume 3 Nomor 2
efektif dari individu saat kejadian
yang
bahaya, maupun masyarakat untuk
menggiatkan kerja sama antara pihak
merespon dan pulih dari dampak yang
pemerintah,
terjadi telah dilakukan di Kecamatan
swasta,
Citeureup.
adalah
melakukan pengelolaan tebing atau
keberadaan personel satuan tugas
daerah dengan kelerengan yang curam
(satgas) penanggulangan bencana di
dan tidak stabil. Proyek percontohan
Kecamatan Citeureup.
telah dilakukan di Desa Tangkil pada
Contohnya
PRB
dilakukan
meningkatkan
dengan
kapasitas,
dan
dihasilkan
lembaga
dan
kawasan
adalah
usaha/sektor
masyarakat
PMPP/IPSC,
dilanjutkan
dengan
terutama
untuk
dan
dapat
di
Desa
mengurangi risiko melalui regulasi dan
Hambalang dan Tangkil yang memiliki
investasi. Strategi pengurangan risiko
kondisi tanah yang tidak stabil.
bencana
dapat
dilakukan
Upaya-upaya pengurangan risiko
memperhatikan kondisi daerah dengan
bencana secara positif berkontribusi
tingkat risiko longsor yang tinggi
pada pertumbuhan ekonomi melalui
seperti kemiringan lereng, kepadatan,
pengurangan kerugian akibat bencana
serta kawasan terbangun. Selama ini,
dan berkontribusi pada pengentasan
dualisme
penanggulangan
kemiskinan
berada
pada
menekankan
pelayanan,
bencana
melalui
perlindungan
kinerja
terutama
terhadap penghidupan, pemanfaatan
kepada
kualitas
yang efektif atas program-program
pencegahan
dan
jaring
pengaman
sosial
dan
penanggulangan bencana, bukan pada
pembukaan potensi modal sosial dan
pengurangan risiko bencana dalam
aset-aset baru untuk pembangunan.
awal perencanaan pembangunan. Hal
Reformasi
ini yang mengakibatkan pelaksanaan
legislator, pejabat, dan para pemangku
pengurangan risiko bencana masih
kebijakan juga memegang peranan
setengah-setengah karena memang
penting dalam menciptakan kondisi
belum adanya landasan yang jelas,
lingkungan yang aman yang sesuai
terutama terkait dengan kinerja SKPD.
dengan Reverse dari Model PAR.
Berdasarkan
hasil
terorganisir
terhadap
penelitian,
telaah dokumen, dan hasil wawancara,
strategi pengurangan risiko bencana
Penilaian Risiko Dalam Rangka Pengurangan Risiko …Kabupaten Bogor | Suci Innaqa | 127
Kesimpulan
dini, terutama pada awal pembangunan
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah
suatu wilayah atau bangunan. Kegiatan
Kecamatan Citeureup memiliki tingkat
pembangunan yang dilakukan di wilayah
risiko tanah longsor yang sedang-rendah,
dengan
meskipun memiliki potensi pergerakan
meningkatkan risiko terjadinya bencana.
tanah yang tinggi. Hal ini menunjukkan
Oleh
wilayah dengan potensi longsor yang
pembangunan terhadap risiko bencana
tinggi belum tentu memiliki tingkat risiko
perlu dilakukan, terutama terkait dengan
yang tinggi. Desa yang memiliki tingkat
bangunan/gedung
vital
aset
negara.
risiko sedang adalah Desa Hambalang,
Pembuatan
penyusunan
analisis
Tajur,
sedangkan
risiko bencana (ARB) perlu dilakukan
desa/kelurahan dengan tingkat risiko
sebagai bagian dari penanggulangan
rendah meliputi Desa Pasir Mukti, Sanja,
bencana, dengan menambahkan analisis
Tarikolot, Gunung Sari, Puspasari, Karang
dampak lingkungan (Amdal) di dalam
Asem Timur, Citeureup, Leuwinutug,
kajian risiko. Salah satu upaya yang dapat
Sukahati dan Kelurahan Karang Asem
dilakukan ialah memasukkan ke dalam
Barat dan Puspanegara.
Amdal dengan memperkuat persyaratan
dan
Strategi
Tangkil,
karena
itu,
dan
tinggi
penilaian
dapat
dampak
risiko
ARB di Amdal, terutama terkait dengan
bencana dilakukan dengan menciptakan
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
kondisi yang aman dibandingkan dengan
(RPL)
menghadapi
Lingkungan Hidup (RKL).
Menghadapi
pengurangan
potensi
risiko
risiko
secara
langsung.
artinya
lebih
dan
Rencana
Pemerintah
Pemantauan
Kabupaten
Bogor
menekankan kegiatan yang dilakukan
sebaiknya
dalam tahapan tanggap darurat serta
pembangunan, terutama pada wilayah-
rehabilitasi dan rekonstruksi, sedangkan
wilayah berpotensi rawan. Penggunaan
dengan menciptakan kondisi yang aman
reward dan punishment dapat dilakukan
lebih
bagi pengembang atau instansi yang
menekankan
kegiatan
yang
dilakukan sejak tahapan pra-bencana
bertanggungjawab
perijinan
terhadap
pembangunan yang dilakukan. Langkah
Saran
Kejadian
memperkuat
tanah
longsor
dapat
diminimalisir jika dilakukan pencegahan
awal
dari
penguatan
perijinan
dan
pembangunan dapat dilakukan dengan
memperkuat kapasitas para pengambil
128 | Jurnal Prodi Manajemen Bencana | Agustus 2017 | Volume 3 Nomor 2
keputusan,
terutama
yang
berkaitan
dalam perencanaan dan pembangunan
wilayah
yang
mengintegrasikan
pengurangan
risiko
bencana.
Permasalahan inti adalah pihak yang
berada di jajaran pengambilan keputusan
kurang
memiliki
pengetahuan
yang
memadai terkait dengan kebencanaan.
Oleh karena itu, penguatan kapasitas
pimpinan
harus
dilakukan
dengan
pelatihan teknik dan manajerial dalam
penanggulangan
bencana,
khususnya
pengurangan risiko bencana, agar para
pemimpin
dan
pembuat
kebijakan
mengubah paradigma dan pola pikirnya,
dari yang semula berfokus pada tahap
tanggap
darurat
dan
rehabilitasi
Fakultas Teknik Geologi. Bandung:
Universitas Padjajaran
Hadmoko, D., Lavigne, F., Sartohadi, J, P.,
dan Winaryo (2010). Landslide
Hazard an Risk Assessment and Their
Apllication in Risk Management and
Landuse Planning in Eastern Flank of
Menoreh Mountains. Yogyakarta:
Natural Hazards. Vol.54 Hal.623-642
ITB. (2010). Mengelola Risiko Bencana di
Negara Maritim Indonesia. Bandung:
Majelis
Guru
Besar
Institut
Teknologi Bandung
Kotze, Astrid and Holloway, Alisa. (1998).
Reducing Risk: Participatory Learning
Activities for Disaster Mitigation in
Southern Africa, Durban. South
Africa: International Federation of
Red Cross and Red Crescent
Societies and Department of Adult
and
Community
Education.
University of Natal (Distributed by
Oxfam, UK)
Daftar Pustaka
Mardiatno, Djati., Marfai, Muh Aris.,
Rahmawati, Kusuma., Tanjung,
Riski., Sianturi, Riswan S., Mutiarni,
Yossi S. (2012). Penilaian Multirisiko
Banjir dan Rob di Kecamatan
Pekalongan Utara. Yogyakarta:
MPPDAS Fakultas Geografi UGM
Awotona,
Adenrele.
(1997).
Reconstruction After Disaster: Issues
and Practices. USA: Ashgate
Publishing Company.
Miles,B., Matthew dan Huberman, A.,
Michael. (1994). Qualitative Data
Analysis.
California:
Sage
Publications, Inc
Benson, Charlotte., Twigg, John.,
Rosetto, Tiziana. (2007). Perangkat
untuk
Mengarusutamakan
Pengurangan
Risiko
Bencana
(Terjemahan). Yogyakarta: Jaran
Production
Sagala, Saut Aritua Hasiholan & Bisri,
Mizan Bustanul Fuady. (2011).
Perencanaan tata ruang berbasis
kebencanaan di Indonesia. Bandung:
ITB
rekonstruksi menjadi fokus pada tahapan
pencegahan
dan
pengurangan
risiko
bencana.
Dianardi, Kholqi., Suganda, Bombom R.
(2012). Kondisi Geologi Daerah
Hambalang
dan
Sekitarnya
Kecamatan Citeureup dan Cileungsi.
Saputra, I Wayan Gede Eka. (2015). Tesis:
Analisis Risiko Bencana Tanah
Longsor di Kecamatan Sukasada,
Kabupaten
Buleleng.
Program
Penilaian Risiko Dalam Rangka Pengurangan Risiko …Kabupaten Bogor | Suci Innaqa | 129
Magister Program Studi Ilmu
LIngkungan. Denpasar: Universitas
Udayana
Sunarja., Zakiyah Wasingatu., Andriono,
Rinto., Marwanto, Eko Budi.
Mulyana, Didik S. (2010). Meredam
Risiko Bencana:Upaya Integrasi PRB
Dalam
Perencanaan
dan
Penanggaran
Daerah.
IDEA:
Yogyakarta
Suranto, Joko Purwoko.(2008). Tesis:
Kajian Pemanfaatan Lahan pada
Daerah Rawan Bencana Tanah
Longsor di Gununglurah, Cilongok,
Banyumas. Semarang: Program
Pascasarjana MTPWK Undip
Wahyunto, et.al. (2007). Kerawanan
Longsor Lahan Pertanian di Daerah
Aliran Sungai Citarum, Jawa Barat.
Prosiding
Seminar
Nasional
Multifungsi dan Konversi Lahan
Pertanian. Bogor: Balai Penelitian
Tanah
Wisner B., Blaikie, P., Cannon T.; Davis I.
(2004). At Risk: Natural Hazards,
People’s Vulnerability and Disaster.
Second Edition. London and New
York: Routlede
United Nations ISDR. (2004). Living with
Risk: A global review of disaster
reduction initiatives Volume 1.
Geneva: United Nations ISDR
130 | Jurnal Prodi Manajemen Bencana | Agustus 2017 | Volume 3 Nomor 2
Download