Sesungguhnya ALLAH menyukai orang

advertisement
Perumpamaan orang-orang yang mengambil
pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti labalaba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya
rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba
kalau mereka mengetahui.
(Al-Ankabut 41)
LEBAH, SEMUT DAN LABA-LABA
Oleh Sulthon, M.Ag
Sesungguhnya Allah tiada segan membuat
perumpamaan berupa nyamuk atau yang
lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang
yang beriman, Maka mereka yakin bahwa
perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka,
tetapi mereka yang kafir mengatakan:
"Apakah maksud Allah menjadikan ini
untuk perumpamaan?." dengan
perumpamaan itu banyak orang yang
disesatkan Allah, dan dengan
perumpamaan itu (pula) banyak orang yang
diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada yang
disesatkan Allah kecuali orang-orang yang
fasik, (Al-Baqoroh 26)
Tiga binatang kecil muncul menjadi
nama dari tiga surah di dalam al
Qur‟an, yaitu Al Naml (Semut), Al
Ankabut (Laba-laba) dan An Nahl
(Lebah). Sifat perilaku ketiga hewan
ini memiliki perilaku yang berbeda
namun hampir sama dengan yang
dilakukan oleh manusia Hanya saja
manusia memiliki akal dan pikiran
sedangkan hewan hanya memiliki
nafsu.
Semut menghimpun makanan sedikit
demi sedikit tanpa henti-hentinya.
Konon, binatang kecil ini dapat meng-
himpun makanan untuk bertahuntahun sedangkan usianya tidak lebih
dari satu tahun. Usahanya memikul
sesuatu yang
lebih besar daripada
badannya, meskipun sesuatu tersebut
tidak berguna baginya.
Dalam surah Al Naml antara lain
diuraikan sikap Fir‟aun juga Nabi
Sulaiman yang memiliki kekuasaan
yang tidak di miliki oleh seorang
manusia pun sebelum dan sesudahnya.
Ada juga kisah seorang raja wanita yang
berusaha menyogok Nabi Sulaiman
demi mempertahankan kekuasaan yang
dimilikinya.
Lain lagi dengan uraian Al Qur‟an
tentang laba-laba, sebagaimana firman
Allah :
      
      
     

BULETIN USWATUN HASANAH, diterbitkan oleh Masjid KH Ahmad Dahlan, SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya
Penanggung jawab: Edy Susanto, Marsudidono, M. Syaikhul Islam, Editor: Bibit Mulyana. Redaktur pelaksana: Mukhlisin. Pimpinan Redaksi: Luqman
Nuryadin, Sekretaris Sulthon, Bendahara: Muhimmatul Azizah, Staff: Sudir, M. Hadlir Yusuf, Homsiah, Nur Fuad, Sumarlik, Afifah, Sohibul Jamil. Distribusi:
Mujahid, Supriyanto, M. Yusuf. Lay Outer : Luqman Nuryadin
Didalam ayat ini, Allah mengibaratkan manusia
yang menjadikan hal selain Allah sebagai
tumpuan seperti laba-laba yang membangun
rumah dengan seindah-indahnya. Ia menjaga
rumahnya mati-matian, jika rusak, ia akan
memperbaikinya, dan jika hancur, maka
sesegera mungkin ia membangunnya kembali.
Lain halnya dengan lebah yang memiliki
insting luar biasa, sebagaimana Firman Allah :
       
    
dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah:
"Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohonpohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin
manusia" (QS. An Nahl : 68)
Selanjutnya Allah memberi perumpamaan lain
berupa lebah. Hewan ini adalah hewan yang
mempunyai keistimewaan. Berbagai macam
sifat yang baik dimiliki oleh hewan ini. Berbekal
petunjuk yang Allah berikan kepada mereka,
mereka menjalankan dengan sebaik-baiknya, ia
tidk makan kecuali yang baik-baik, ia
membangun rumahnya juga dengan petunjuk
Allah, hingga yang dihasilkan olehnya adalah
hal yang baik-baik, bahkan limbah dari
makanan yang ia makan, menjadi obat dan
barang berguna lainnya.
Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.
Sikap hidup manusia seringkali diibaratkan
dengan berbagai jenis binatang. Dengan
perumpamaan-perumpamaan
ini
Allah
menujukkan kepada manusia bagaimana cara
Mengajarkan kepada manusia bagaimana
cara
bersikap,
berbuat
dan bermasyarakat.
Dewasa ini, manusia mulai lalai dengan
segala apa yang telah Allah gariskan
kepada manusia, padahal jika kita
mampu mengambil hikmah dari surat annahl ayat 68, alangkah indahnya
kehidupan
manusia
jika
mereka
melakukan tuntunan Allah yang telah
tergaris didalam Al-Qur‟an. Manusia saat
ini lebih mengedepankan menumpuk
materi untuk bekal kehidupannya
didunia, tanpa memikirkan bagaimana
seharusnya
mempersiapkan
hidup.
Mereka beranggapan bahwa harta yang
telah dikumpulkannya mampu menjamin
kenikmatan didunia ini. Padahal, yang
mereka kumpulkan sama sekali tidak
mampu melindungi mereka. Hal ini
dijelaskan dengan sifat laba-laba.
Allah
menentang
dan
mengecam
golongan manusia seperti ini. Allah SWT
berfirman didalam surat Al-Humazah
ayat 1-4
      
     
       
Kecelakaanlah bagi Setiap pengumpat lagi
pencela, yang mengumpulkan harta dan
menghitung-hitung, Dia mengira bahwa
hartanya itu dapat mengkekalkan-nya,4.
sekali-kali tidak! Sesungguhnya Dia benarbenar akan dilemparkan ke dalam Huthamah.
MENELADANI SIFAT LEBAH
Lebah diciptakan ALLAH SWT dengan
banyak memberi manfaat bagi manusia. Di
antara manfaatnya adalah madu. Tak hanya
itu, perilaku hewan kecil ini harusnya
menjadi cerminan akhlak bagi Muslim sejati.
Perhatikanlah kehidupannya. Ada banyak
manfaat yang bisa diambil hikmahnya dari
lebah.
PERTAMA; Lebah adalah hewan yang bersih
dan cinta akan kebersihan. Di antara
kebersihan yang ditunjukan lebah adalah
tempat dia memilih sarang. ALLAH SWT
menyebutkan dalam ayat di atas, bahwa
sarang lebah dibuat di bukit-bukit, di pohonpohon atau tempat-tempat yang tinggi.
Semua tempat di atas adalah tempat yang
bersih, dan jauh dari polusi. Lebah tidak
pernah bersarang di tanah, atau tempat yang
kotor lainnya. Kebersihan makanan juga
ditunjukan lebah dengan memakan sari
bunga yang sangat besih. Selanjutnya bentuk
sarangnya yang berupa lilin berwarna putih,
juga sebagai simbol kebersihan. Bahkan
menurut hasil penelitian, permukaaan sarang
lebah tersebut ditutupi dengan selaput halus
sehingga udara kotor tidak masuk ke dalam
sarangnya.
Begitulah pola hidup yang mesti dicontoh
oleh semua manusia khususnya umat Islam,
yaitu mencintai cara hidup yang bersih. Baik
bersih secara fisik maupun bersih rohani.
Bukankah
dalam
sebuah
haditsnya
Rasulullah
saw
menyebutkan
bahwa
“kebersihan itu sebagian dari iman”. Begitu
juga ALLAH SWT berfirman dalam surat AlBaqarah [2]: 222,
“… Sesungguhnya ALLAH menyukai
orang-orang yang bertaubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri (orang
yang bersih atau suci rohani dan jasmani).”
KEDUA; Lebah hanya menghisap saripati
bunga. Ia hanya mengambil yang inti dan
membiarkan yang lain. Lebah tahu, yang
menjadi kebutuhannya hanyalah saripati,
bukan yang lainnya. Ini mengajarkan
bahwa setiap Muslim harus mengambil
sesuatu yang baik dan halal. Sebab,
mengambil hak yang lain hukumnya
adalah haram.
KETIGA; Lebah menghasilkan madu. Ia
memberi manfaat bagi manusia. Ini
pelajaran bagi umat Islam. Madu berasal
dari saripati bunga dan baik, maka
keluarnya pun baik. Sesuatu yang halal,
keluarnya halal pula. Dan, ia banyak
memberi manfaat bagi orang lain.
KEEMPAT; Lebah tidak merusak. Di mana
pun dia hinggap, tak ada tangkai daun
ataupun ranting pohon yang patah. Betapa
santunnya hewan kecil ini hingga dalam
bergaul dia tidak menyakiti siapa pun dan
senantiasa menjaga kedamaian dalam
setiap
suasana.
Lebah
senantiasa
memegang prinsip iffah (ketenteraman)
dalam pergaulan.
KELIMA; Lebah punya harga diri. Ia tidak
akan pernah mengganggu orang lain
selama kehormatan dan harga dirinya
dihormati. Namun, bila harga dirinya
dizalimi, ia akan siap „menyengat‟
pengganggunya. Karena itu, setiap Muslim
harus mampu menjaga kehormatan
dirinya.
“… Sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang bertaubat
dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”
Zaid bin Tsabit RA adalah seorang
sahabat Anshar, ia memeluk Islam
bersama keluarganya pada masa awal
Nabi SAW hijrah ke Madinah, saat itu
ia berusia 11 tahun. Ia beruntung
karena sebagai anak-anak, ia secara
khusus
di
do‟akan
oleh
Rasulullah Sallallahu
A‟laihi
Wasallam.
Pada waktu terjadinya perang Badar
tahun 2 hijriah, datanglah seorang
pemuda kecil berusia 13 tahun. Dia
tampak cerdas, penuh semangat, dan
fanatik. Di tangannya tergenggam
pedang yang hampir sama tinggi
dengan tubuhnya. Langsung saja dia
menghampiri
Rasulullah
seraya
berkata, “Aku siap berkorban untuk
diri Anda, ya Rasulullah. Izinkan aku
ikut berjihad di bawah komando
Anda.”
Bocah itu pulang sambil menyeret
pedangnya. Wajahnya murung karena
tak mendapat kehormatan menyertai
Rasulullah dalam perangnya yang
pertama.
Sang ibu, Nuwar binti Malik,
menyusul di belakangnya. Tak kurang
kesedihannya
daripada
putranya.
Ingin sekali dia melihat putranya
berangkat sebagai mujahid bersama
kaum lelaki yang lain di bawah panjipanji Rasulullah. Ingin sekali dia
menyaksikan putranya mengantikan
kedudukan ayahnya yang telah tiada.
Rasulullah memandangi pemuda kecil
itu. Diam-diam beliau merasa kagum
bercampur gembira. Diraihnya bahu
anak itu, ditepuk dengan penuh kasih
sayang, sambil dihiburnya, mengingat
dia harus dikembalikan karena masih
terlalu muda.
Sedemikian para pemuda dimasa
Rosulullah SAW ingin berjuang demi
tegaknya Islam. Bagaimana dengan
generasi kita?
Redaksi menerima tulisan dari pembaca yang sesuai dengan visi&misi.
Mohon diberi ketetapan pendirian
‫ُْصنَ عَ ََل‬
ْ ُ ‫ْسافَنَا ِِف َأ ْم ِرنَ َوثَ ِب ّ ْت َأ ْقدَ ا َمنَا َوان‬
َ ْ ‫َربَّنَا ا ْغ ِف ْر لَنَا ُذنُوبَنَا َوا‬
‫ِ الْ َق ْو ِم ا ْل ََك ِف ِر َين‬
"Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihlebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap
kaum yang kafir".
Mohon letakkan buletin ini di tempat yang BAIK, karena mengandung ayat-ayat Al-Qur’an
Download