p-ISSN 2355-5343 http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar Article Received: 29/01/2015; Accepted: 25/03/2015 Mimbar Sekolah Dasar, Vol 2(1) 2015, 21-35 DOI: 10.17509/mimbar-sd.v2i1.1319 PENDEKATAN KOMUNIKATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA DI KELAS IV SD Asiah SDN Jatiroke I Jatinangor Jl. Letda Lukito No. 56 Jatinangor Sumedang Email: [email protected] ABSTRACT This research aims to improve students' skills in speaking. Researchers apply a communicative approach through classroom action research. Based on the results of research, learning Indonesian with the application of communicative approach showed an increase in the students' speaking skills class IV SDN Jatiroke I both orally and in writing. This increase can be seen from the observation and implementation of corrective actions at each cycle. First cycle that scored above 60 KKM there are 16 students (61.53%) with an average grade 62.30 increase significantly in the second cycle to 25 students (96.15%) with an average grade of 80. Keywords: approach, communicative speaking, elementary school students. skills, ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berbicara. Peneliti menerapkan pendekatan komunikatif melalui metode penelitian tindakan kelas. Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran Bahasa Indonesia dengan penerapan pendekatan komunikatif menunjukkan adanya peningkatan dalam keterampilan berbicara siswa kelas IV SDN Jatiroke I baik secara lisan maupun tulisan. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil observasi dan pelaksanaan tindakan perbaikan pada setiap siklusnya. Siklus I yang mendapat nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 60 ada 16 siswa (61,53%) dengan rata-rata kelas 62,30 meningkat secara signifikan di siklus II menjadi 25 siswa (96,15%) dengan rata-rata kelas 80. Kata kunci: pendekatan, keterampilan berbicara, siswa SD. komunikatif, How to Cite: Asiah, A. (2015). PENDEKATAN KOMUNIKATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA DI KELAS IV SD. Mimbar Sekolah Dasar, 2(1), 21-35. doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbar-sd.v2i1.1319. PENDAHULUAN ~ Pendidikan merupakan harus berlangsung dan terus terbaharui, salah rangka untuk meningkatkan kualitas masyarakat bangsa pada umumnya. satu upaya mencerdasakan dalam kehidupan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 31 dan Konstitusi Bangsa Indonesia yaitu Perubahan KTSP yang beragam mengacu Undang-Undang Dasar 1945. Selain itu, pada standar nasional pendidikan untuk pendidikan merupakan salah satu bentuk menjadi pencapaian tujuan pendidikan perwujudan kebudayaan manusia yang nasional. Implementasi Undang-Undang dinamis dan berkembang. Dinamisasi dan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 perkembangan tentang pendidikan sejalan Sistem Pendidikan Nasional dengan perubahan daya nalar dan daya dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan pikir manusia itu sendiri. Perubahan itu antara lain Peraturan Pemerintah Nomor [21] Asiah, Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa… 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional diasosiasikan dengan silabus. Pemilihan Pendidikan. Peraturan ini materi silabus itu sendiri tidak didasarkan memberikan arahan tentang perlunya pada tingkat kesukaran dan kerumitan pemerintah disusun dan dilaksanakan delapan standar butir nasional pendidikan, yaitu Standar Isi, kebutuhan pembelajar. Oleh karena itu, Standar analisis kebutuhan merupakan kebutuhan proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana struktur, tetapi didasarkan pada yang mutlak”. dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Atas dasar pemahaman tersebut, penulis Pembiayaan, merasa dan Standar Penilaian Pendidik. ada kekurangan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV di SDN Jatiroke I, dilihat dari hasil Bahasa memiliki perkembangan peran sentral intelektual, dalam sosial, evaluasi dan sikap siswa belum mencapai dan hasil yang emosional peserta didik dan merupakan berbicara penunjang yang keberhasilan mempelajari semua Pembelajaran dalam bidang Bahasa studi. cara isi terutama menyampaikan diterima dengan Indonesia optimal melalui pesan telepon serta tidak dalam pesan sesuai sesuai dengan situasi dan konteks. Berdasarkan diarahkan untuk meningkatkan hasil kemampuan peserta didik ditemukan untuk identifikasi pula masalah, bahwa responsip dengan baik dan benar, baik bicara lisan terhadap materi; siswa kurang aktif dan maupun menumbuhkan merasa takut untuk tampil di depan kelas; apresiasi hasil karya kesusastraan manusia siswa kurang terampil berbicara dalam Indonesia. menyampaikan serta memberi kurang berkomunikasi dalam bahasa Indonesia tulis, dalam siswa dapat kembali tanggapan pesan yang diterima dengan lafal dan intonasi yang Seseorang dapat membaca atau menulis tepat; secara mandiri, dapat menyimak siaran melafalkan kata-kata bahasa Indonesia; radio dan sebagian siswa belum mendapat jarang sendiri. Akan orang tetapi, sangatlah melakukan kegiatan siswa kurang fasih dalam pertanyaan yang diberikan guru. berbicara tanpa hadirnya orang kedua sebagai pemerhati atau penyimak. Oleh Apabila kondisi seperti itu terus dibiarkan karena itu, Valette (1977) berpendapat akan bahwa pembelajaran berbicara kemampuan merupakan berbahasa yang suatu bersifat berpengaruh semakin terhadap yang rendahnya proses mengakibatkan keterampilan sosial. Kemudian menurut Solchan, dkk. berbicara siswa kelas IV SDN Jatiroke I, (2001, p. 6.41), “Pendekatan komunikatif sehingga perlu adanya inovasi dalam dalam pembelajaran pembelajaran bahasa sering [22] yang bertujuan untuk Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015 mencapai tujuan pembelajaran yaitu dan siswa mampu meningkatkan keterampilan diterima melalui telepon informasi dengan kerjasama tak terbatas. berbicara dalam menyampaikan pesan yang berbagi 2. Kegiatan sesuai interaksi sosial (social interaction activities) terdiri atas enam dengan isi pesan, lafal dan intonasi yang hal, yaikni improvisasi, lakon-lakon tepat. pendek yang lucu, aneka simulasi, dialog dan bermain peran, sidang- Berdasarkan penulis latar belakang bermaksud di atas, sidang konversasi dan diskusi, serta mengadakan berdebat. perbaikan praktik pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK) dengan Aspek-Aspek yang Berkaitan Erat dengan penggunaan Pendekatan Komunikatif dengan pendekatan mengacu komunikatif pada rumusan Delapan aspek yang berkaitan erat masalah: apakah pendekatan komunikatif dengan pendekatan komunikatif (Nunan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Solchan, dkk., 2001, p. 6.6) akan dapat dipaparkan sebagai berikut. meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas IV SDN Jatiroke I? Tabel 1. Aspek yang berkaitan dengan Pembelajaran Komunikatif Pendekatan pendekatan Pendekatan Komunikatif komunikatif yang adalah bertujuan suatu No. untuk 1. membuat kompetensi komunikatif sebagai tujuan pembelajaran mengembangkan bahasa, juga Aspek yang Berkaitan Teori Bahasa prosedur-prosedur bagipembelajaran empat keterampilan berbahasa (menyimak, membaca, berbicara dan menulis), mengakui dan menghargai bahasa. saling Ciri-ciri ketergantungan utama pendekatan komunikatif adalah adanya dua kegiatan yang saling berkaitan erat, yakni: 1. Kegiatan-kegiatan 2. komunikasi fungsional (functional communication activities) yang terdiri atas empat hal, yakni mengolah informasi, berbagai dan mengolah informasi, berbagi informasi dengan kerjasama terbatas, [23] Teori Belajar Kebermaknaan dalam Pendekatan Komunikatif Pendekatan komunikatif berdasarkan teori bahasa menyatakan bahwa pada hakikatnya bahasa adalah suatu sistem untuk mengekspresikan makna, yang menekankan pada dimensi semantik dan komunikatif daripada ciriciri gramatikal bahasa. Oleh karena itu, yang perlu ditonjolkan adalah interaksi dan komunikasi bahasa, bukan pengetahuan tentang bahasa. Teori belajar yang cocok untuk pendekatan ini adalah teori pemerolehan bahasa kedua secara ilmiah. Teori ini beranggapan bahwa proses belajar lebih efektif apabila bahasa diajarkan secara alamiah sehingga proses belajar bahasa yang lebih efektif dilakukan melalui Asiah, Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa… 3. 4. 5. 6. 7. 8. Tujuan Silabus Tipe Kegiatan Peranan Guru Peranan Siswa Peranan Materi Pendekatan komunikasi langsung dalam bahasa yang dipelajari. Kebutuhan siswa yang utama dalam belajar bahasa berkaitan dengan kebutuhan berkomunikasi maka tujuan umum pembelajaran bahasa adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi (kompetensi dan performasi komunikatif). Silabus harus disusun searah dengan tujuan pembelajaran dan tujuantujuan yang dirumuskan dan materi-materi yang dipilih harus sesuai dengan kebutuhan siswa. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan komunikatif, pembelajaran dipajankan pada situasi komunikasi yang nyata, seperti tukar menukar informasi, negosiasi maka atau kegiatan lain yang sifatnya rill. Dalam pembelajaran ini, guru hanya berperan sebagai fasilitas proses komunikasi, partisipasi tugas dan teks, penganalisis kebutuhan, konselor, dan manajer proses belajar. Dalam pembelajaran ini, pembelajar (baca: siswa) berperan sebagai pemberi dan penerima, negosiator, dan interaktor sehingga para siswa tidak hanya menguasai bentukbentuk bahasa, tetapi juga bentuk dan maknanya dalam kaitannya dengan konteks pemakaiannya. Dalam pembelajaran ini, materi harus disusun dan disajikan dalam peranan sebagai pendukung usaha meningkatkan kemahiran berbahasa dalam tindak komunikasi nyata. komunikatif merupakan pendekatan yang sangat tepat dalam pembelajaran Bahasa, termasuk Bahasa Indonesia. Ketepatan ini sangat berkaitan dengan bahsa belajar pandangan-pandangan yang menggarisbawahi bahasa berkomunikasi. tersebut ilmu bahwa pada intinya belajar Artinya, dalam proses bahasa sesuai pemakaian dengan fungsinya adalah hal yang sangat esensial dalam sebuah proses pembelajaran bahasa. Berkaitan dengan kompetensi komunikatif ini, Canale & Swain (dalam Solchan, dkk., 2006, p. 6.19) mengemukakan empat unsur yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi, yakni: 1. kemampuan gramatika: kemampuan penutur menggunakan kaidah gramatika; 2. kemampuan sosiolinguistik: kemampuan konteks penutur social memahami tempat terjadinya komunikasi; 3. kemampuan penutur wacana: kemampuan menyampaikan maksud- maksud komunikasi secara koheren; 4. kemampuan penutur strategi: menggunakan kemampuan berbagai cara/strategi dalam berkomunikasi. METODE Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan selama dua bulan. Jadwal pelaksanaan Penerapan Pendekatan perbaikan Komunikatif dilakukan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia [24] pembelajaran dengan jeda antarsiklus waktu satu Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015 minggu, yaitu pada setiap jadwal jam perencanaan sampai kegiatan refleksi, mata pelajarannya. dengan berdasarkan pada model tertentu. Tempat Penelitian Penelitian bertempat di SDN Jatiroke I, Prosedur atau langkah-langkah penelitian Jalan Letda Lukito No. 56 Kecamatan yang dilakukan terbagi dalam bentuk Jatinangor Kabupaten Sumedang 45363 siklus, kegiatan mengacu pada model sebagai sempel yang diadopsi dari Kemmis & Taggart penelitian adalah siswa kelas IV SDN (Wiriaatmadja, 2005; Wardani, 2006), di Jatiroke I dengan jumlah siswa 26 orang mana setiap siklus terdiri atas empat yang terdiri atas 16 siswa laki-laki dan 10 kegiatan siswa perempuan. perencanaan, populasi sekaligus pokok adalah tindakan kegiatan: pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Empat kegiatan ini Karakteristik dilakukan secara simultan yang urutannya Secara umum siswa yang bersekolah di dapat mengalami modifikasi. SDN Jatiroke I Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang berlatar belakang Desain penelitian tindakan kelas mengikuti ekonomi menengah ke bawah, dengan desain kondisi (Wiriaatmadja, mata belakang pencaharian orang tua dan yang latar sangat model sebagai Kemmis 2005 ; berikut: & Taggart Wardani, Refleksi 2006) Awal → beragam. Pada dasarnya siswa kelas IV Perencanaan Tindakan I → Pelaksanaan mempunyai semangat belajar yang tinggi Tindakan I → Observasi, Refleksi, dan bila didukung dengan baik dan diberi Evaluasi I → Perencanaan Tindakan II → kesempatan Pelaksanaan Tindakan II → Observasi, dengan penyajian pembelajaran yang maksimal. Dengan Refleksi dan Evaluasi II. keragaman latar belakang itulah yang menjadi tantangan tersendiri bagi penulis Berdasarkan untuk penelitian menggali dan berupaya terus desain tindakan di atas, kelas tahapan yang akan memberikan perhatian khusus di dalam dilakukan mengadopsi pendapat Mulyasa proses pembelajaran, (2009), dengan rincian materi pelajaran sehingga dapat menghasilkan lulusan yang lebih bermutu dikembangkan dari Febicahyanti, dan berprestasi. (2006) serta Warsidi & Farika (2009). dkk. dijelaskan sebagai berikut. Prosedur Penelitian 1. Refleksi Awal Penelitian ini berupa penelitian tindakan Pada kelas (PTK). Oleh sebab itu, prosedur masalah penelitian pun mengikuti prosedur PTK berbicara yang sudah baku, dari mulai kegiatan menyampaikan [25] tahap ini yakni dilakukan kurang siswa kelas pesan identifikasi terampilnya IV dalam yang diterima Asiah, Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa… melalui telepon sesuai isi pesan lafal dan Atas dasar kesepakatan itu maka disusun intonasi yang tepat. rencana perbaikan tindakan terhadap 2. Perencanaan Tindakan masalah-masalah yang dihadapi siswa Masalah yang ditemukan akan diatasi dalam dengan perencanaan melakukan langkah-langkah berbicara, langkah-langkah tindakan itu mencakup perencanaan tindakan, yaitu menyusun menyusun instrumen penelitian berupa: instrumen rencana penelitian berupa: rencana pelaksanaan pembelajaran pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar (RPP), lembar kegiatan siswa, soal test, kegiatan siswa, soal tes, angket, dan dan lembar observasi serta catatan hasil lembar observasi. evaluasi. 3. Pelaksanaan Tindakan perbaikan Pada tahap ini dilakukan tindakan berup siklus. apelaksanaan kegiatan Berikut ini hasil pembelajaran tindakan selama dua pembelajaran, pengumpulan data dari angket, lembar Siklus I observasi dan tes. Deskripsi 4. Observasi, Refleksi dan Evaluasi Kegiatan Tahap ini dilakukan untuk mengumpulkan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran data dan menganalisisnya. Selanjutnya yang dimulai dari pukul 07.00 sampai pukul dapat ditarik simpulan dari penelitian ini. 08.10. Kegiatan pembelajaran dihadiri 26 pembelajaran siklus I siswa, kompetensi dasar yang dipelajari HASIL berbicara. Menyampaikan pesan yang Penelitian yang telah dilakukan penulis diterima melalui telepon sesuai dengan isi dari siklus I hingga siklus II selama dua pesan dengan indikator menyampaikan bulan, dibantu oleh lima orang guru rekan pesan sejawat yang bertindak sebagai observer sesuai dengan isi pesan, lafal dan intonasi dan yang tepat. Pembelajaran dimulai dengan berfungsi sebagai teman diskusi dalam tahap refleksi. yang diterima tanya-jawab melalui untuk telepon menggali pengetahuan awal siswa. Pada kegiatan Berdasarkan deskripsi data awal, peneliti ini bersama-sama dengan praktisi menyusun menjawab pertanyaan yang diberikan rencana guru, tidak ada satu pun siswa yang tindakan memecahkan perbaikan untuk kesulitan-kesulitan dalam siswa terlihat ragu-ragu untuk mengajukan pertanyaan. berbicara siswa kelas IV SDN Jatiroke I. Peneliti dan praktisi sepakat menggunakan pendekatan untuk Memasuki kegiatan inti, siswa melakukan komunikatif percakapan secara berpasangan di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia depan kelas. Awalnya siswa terlihat malu- guna malu dan kurang keberanian untuk tampil meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas IV SDN Jatiroke I. di [26] depan kelas. Dalam pelaksanaan Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015 berbicara di depan kelas walau sudah pembelajaran awal yaitu 54,61. Perolehan diminta dengan jelas masih ada siswa nilai pada siklus I dapat dilihat pada tabel yang kesulitan untuk berbicara dengan berikut. menggunakan bahasa indonesia karena Tabel bahasa Pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV sehari-hari adalah bahasa Sunda. Tahap selanjutnya SDN Jatiroke I dengan Hasil bermain peran, siswa masih ada yang malu-malu dan kurang dalam Tes Lisan keberaniannya No. Nama walaupun telah diberi motivasi oleh guru. Tes Tertulis Siklus I percakapan Siswa Awal pelaksanaan Evaluasi Siklus I digunakan Hasil Awal yang 2. Pada saat siswa yang ditunjuk guru untuk tampil ke depan situasi menjadi ribut, 1 Candra Irawan D D 20 20 segera guru memberikan arahan dan 2 Mena Risna D D 20 40 aturan cara berbicara di depan kelas 3 Syaeful Anwar D. D C 40 40 4 Ade Wawan S. D C 40 40 5 Agung Setiawan D C 40 60 C 40 40 dengan benar. Selain itu, peneliti juga menjanjikan memberikan penghargaan 6 Achmad Lathif D kepada kelompok yang paling tertib dan 7 Ahmad Sopian D D 40 40 disiplin dalam melaksanakan percakapan 8 D C 40 40 bermain peran dengan baik. 9 Ai Mulyanah Ajang Burhanudin C B 60 80 10 Akbar Komara B B 80 80 11 Alfira Lupita R. B B 80 80 12 Anggi Andini B B 80 100 13 Anisa Sufia L. Annisa Nurhidayanti B B 100 100 B B 80 100 D C 40 60 16 Azi Wisnu Dadang Hermawan D D 40 60 Pada tahap akhir pembelajaran peneliti mengadakan evaluasi untuk mengukur sejauh mana penguasaan materi yang 14 telah diajarkan. Hambatan utama yang 15 peneliti temukan pada tahap ini adalah adanya beberapa siswa yang masih 17 Dalih Purwanto D C 40 60 kurang memahami pertanyaan dalam 18 Deriski Surya Putri C B 60 80 soal cerita yang ada dalam percakapan. 19 Dewi Daliah C C 60 80 Selain 20 Diana Wopita C B 60 60 21 Diki Purnama D C 40 40 22 Ega Nurhayati B B 80 80 23 Fajar Fadillah H. C B 80 80 24 Imer Sulistiya B B 80 80 Berdasarkan hasil evaluasi akhir secara 25 D C 40 40 individu diperoleh nilai rata-rata kelas 26 Jajang Suhendar Johan Taufik Fauzan D C 40 40 itu peneliti juga menemukan beberapa siswa yang masih bekerjasama bahkan mencontek pekerjaan temannya. 62,30 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai Jumlah 1420 1620 terendah 20. Perolehan ini menunjukkan Rata-rata Kelas 54,61 62,30 peningkatan jika dibandingkan dengan perolehan nilai rata-rata pada [27] Nilai Tertinggi B B 100 100 Nilai Terendah D D 20 20 Asiah, Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa… Dari data di atas, dapat dijelaskan Dari Tabel 4 diketahui hasil tes lisan yang beberapa hal berkaitan dengan hasil tes pada lisan dan tulisan yang diperoleh sebagai tertinggi B, dan nilai terendah D. berikut ini. Data nilai tes lisan pada siklus I, 10 memiliki nilai tertinggi B artinya bagus, dan 8 nilai terendahnya D artinya masih kurang. 6 Sementara itu dari hasil tes tertulis pada 4 siklus I, diketahui bahwa nilai tertinggi 100 2 dan nilai terendahnya hanya sampai 20. 0 siklus 20 Tabel 3. Hasil Evaluasi Tertulis Secara I mencakup 40 60 range 80 nilai 100 Diagram 1. Nilai Siklus I Kuantitatif Kelas IV SDN Jatiroke I 1. 2. 3. 4. 5. 6. 100 80 60 40 20 0 1 7 4 12 2 - 3 8 5 9 1 - 3,46 26,92 15,38 46,15 7,69 - Jumlah siswa 26 26 Rata - rata Tuntas (%) Belum Tuntas (%) 54,61 46,15 53,84 62,30 61,53 38,46 Siklus I Awal Nilai Awal No. Diagram 1 di atas menunjukkan hasil Persentase Siklus I Jumlah Siswa evaluasi berikut ini: Nilai 20 di Siklus I dari 3,46% (1 siswa). 11,53 30,76 19,23 34,61 3,46 - Nilai 40 di Siklus I dari 34,61% (9 siswa). Nilai 60 di Siklus I dari 19,23% (5 siswa). Nilai 80 di Siklus I dari 30,76% (8 siswa). Nilai 100 di Siklus I dari 11,53% (3 siswa). Analisis Dari data di atas diketahui hasil tes atau Berdasarkan deskripsi hasil evaluasi tulisan yang diperoleh pada dipaparkan, ditemukan siklus yang penting yang perlu dianalisis. Temuan mencapai nilai di atas KKM atau tuntas pertama, pada tahap awal pembelajaran sebayak 16 siswa (61,53%), sedangkan nilai siswa di pertanyaan guru bahkan tidak ada yang I, bahwa bawah KKM jumlah siswa atau belum tuntas sebanyak 14 siswa (38,46%). Tabel 4. Hasil Evaluasi Lisan 1. 2. 3. 4. Nilai A B C D Jumlah siswa Nilai tertinggi Nilai terendah berani untuk kedua, pada beberapa untuk bertanya. kegiatan sudah hal menjawab Lalu inti temuan diketahui bahwa pada saat dilakukan percakapan Secara di depan kelas, siswa malu-malu atau Kualitatif Kelas IV SDN Jatiroke I No ragu-ragu yang kurang tampak keberaniannya. Ada pula Jumlah Siswa Awal Siklus I 7 11 5 11 14 4 26 26 B D B D siswa yang kesulitan berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia, karena bahasa yang biasa digunakan sehariharinya adalah bahasa Sunda. [28] Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015 Pada saat mengerjakan soal evaluasi menggunakan bahasa Indonesia harus siswa terus dilatih. mengalamu kesulitan dalam menjawab pertanyaan soal cerita dan Berdasarkan hasil refleksi tersebut, maka masih ada yang bekerjasama bahkan mencontek Akibatnya pekerjaan sebanyak tindakan selanjutnya yang akan diberikan temannya. 10 orang pada siklus II adalah materi mengenai siswa penyampaikan memperoleh nilai di bawah KKM atau pesan yang diterima melalui telepon. 38,07% siswa yang belum tuntas. Meskipun sebanyak 10 siswa memperoleh nilai di Siklus II bawah KKM, namun secara keseluruhan pembelajaran siklus I telah Deskripsi berhasil Pembelajaran siklus II dilaksanakan pada meningkatkan hasil belajar siswa. Indikator pertemuan berikutnya dan dihadiri oleh peningkatan tersebut dapat dilihat dari perolehan rata-rata mengalami nilai peningkatan akhir yang dari 54,61 seluruh siswa yang berjumlah 26 orang. Indikator yang dipelajari pada siklus II adalah menjadi 62,30. menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon sesuai dengan isi pesan, lafal dan intonasi yang tepat. Refleksi Berdasarkan hasil analisis, Setting pembelajaran siklus II dilakukan secara sesuai keseluruhan pembelajaran pada siklus I cukup berhasil. Indikator pengamatan keberhasilan komunikatif dengan dan di papan tulis. pendekatan bermain konsentrasi melihat contoh dialog yang terpampang rata-rata dan cara anak tampil di depan oleh peneliti Berdasarkan karena siswa merasa termotivasi dengan kelas yang meningkat. Perolehan nilai didukung RPP. antusias siswa terpusat pada pelajaran tersebut adalah perolehan nilai rata-rata kelas dengan peran. Pada awal pembelajaran siswa menjawab Namun demikian ada beberapa hal yang pertanyaan awal yang diajukan dengan harus diperbaiki agar pembelajaran pada penuh siklus II memperoleh hasil yang lebih baik, antusias. Selanjutnya, kegiatan yang berlangsung pada tahap ini berjalan antara lain sebagai berikut. cukup lancar. 1. Motivasi guru harus menyentuh secara merata terutama pada siswa yang malu-malu atau Pada kegiatan inti siswa diberi keleluasaan kurang keberaniannya tampil di depan kelas. 2. Dalam pelaksaan berbicara di depan kelas terutama kesulitan bagi untuk siswa berpasangan dengan siapa yang disukainya untuk melaksanakan percakapan di depan kelas. Seluruh siswa yang tampak sangat antusias dan melakukan berbicara percakapan dengan penuh kegembiraan. [29] Asiah, Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa… 11 Akbar Komara Alfira Lupita R. 12 Anggi Andini B B A 80 100 100 Setelah kegiatan eksplorasi dan elaborasi 13 B B A 100 100 100 selesai tahap 14 Anisa Sufia L. Annisa Nurhidayanti B B A 80 100 100 evaluasi, siswa mampu mengerjakan soal 15 D C B 40 60 80 secara mandiri peneliti tidak menemukan 16 D D C 40 60 80 satu siswa pun yang mencontek atau 17 D C B 40 60 80 bekerjasama dengan temannya. Siswa 18 Azi Wisnu Dadang Hermawan Dalih Purwanto Deriski Surya Putri C B B 60 80 80 lebih 19 Dewi Daliah C C B 60 80 80 20 Diana Wopita C B B 60 60 80 Diki Purnama Ega Nurhayati Fajar Fadillah H. D C B 40 40 60 B B A 80 80 100 C B B 80 80 80 Imer Sulistiya Jajang Suhendar Johan Taufik Fauzan B B A 80 80 100 D C B 40 40 80 D C B 40 40 60 Jumlah 1420 1620 2080 termasuk Rata-rata Kelas 54,61 62,30 80 dalam rata-rata yang baik. Perolehan nilai Nilai Tertinggi B B A 100 100 100 tersebut bisa dilihat secara lengkap pada Nilai Terendah D D C 20 20 40 Berdasarkan hasil observasi siswa telah mampu menyampaikan 10 percakapan dengan lafal dan intonasi yang tepat. dilakukan, terampil pesan selanjutnya dalam yang menyampaikan diterima dengan 21 menggunakan bahasa Indonesia yang 22 baik dan benar. 23 24 Perolehan nilai rata-rata kelas untuk hasil 25 belajar adalah 80 dengan nilai tertinggi 26 100 dan nilai terendah 40. Sementara perolehan nilai secara lisan Tabel 5 sebagai berikut. Tabel 5. Hasil Evaluasi Siswa 9 Siklus II 8 Siklus I 7 Awal 6 Nama Siklus II 5 B B A 80 80 100 pada siklus II, nilai tertingginya A artinya Siklus I 4 100 tertinggi B artinya bagus, sedangkan nilai Tes Tertulis Awal 3 80 terendahnya D artinya kurang. Kemudian Tes Lisan 2 80 pada siklus 1 memiliki range dengan nilai Hasil 1 A diketahui hasil tes lisan yang diperoleh dalam SDN Jatiroke I D D D 20 20 40 Mena Risna Syaeful Anwar D. Ade Wawan S. Agung Setiawan Achmad Lathif Ahmad Sopian D D C 20 40 60 D C B 40 40 60 D C B 40 40 80 D C B 40 60 80 D C B 40 40 80 D D C 40 40 60 Ai Mulyanah Ajang Burhanudin D C B 40 40 60 C B A 60 80 100 Candra Irawan B Berdasarkan data pada Tabel 5 di atas Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV No B sangat baik, dan nilai terendahnya D yang artinya kurang. Hasil tes tertulis pada siklus I, diketahui nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 20. Lalu pada siklus II, diketahui nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 40. Berikutnya, evaluasi berkaitan tertulis dengan pelajaran hasil bahasa Indonesia secara kuantitatif kelas IV SDN Jatiroke I, disajikan pada Tabel 6. [30] Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015 Dari Tabel 6 diketahui hasil tes tertulis yang 5 Belum Tuntas (%) diperoleh pada siklus I, nilai di atas KKM ada 16 siswa atau 61,53%. Sedangkan nilai Tabel di bawah KKM ada 14 siswa atau 38,46%. siswa atau 96,15%, dan nilai di bawah KKM ada 1 siswa atau 3,46%. Tabel 6. Hasil Evaluasi Tertulis Secara Kuantitatif Kelas IV SDN Jatiroke I 8 11 6 1 - 26 26 26 54,61 46,15 62,30 61,53 80 96,1 Siklus II 3 8 5 9 1 - Siklus I Siklus II 1 7 4 12 2 - Awal Siklus I Persentase Awal Nilai 3,46 26,92 15,38 46,15 7,69 - 11,53 30,76 19,23 34,61 3,46 - 30,76 42,30 23,07 3,46 - 7. 38,46 Hasil 3,46 Evaluasi Lisan Secara Kualitatif Kelas IV SDN Jatiroke I Lalu pada siklus II, nilai di atas KKM ada 25 Jumlah Siswa 53,84 Jumlah Siswa Siklus I Siklus II 8 11 14 11 3 4 1 Nilai A B C D Awal 7 5 14 Jumlah siswa 26 26 26 Nilai tertinggi Nilai terendah B D B D A D Dari data di atas diketahui hasil tes atau hasil evaluasi lisan yang diperoleh pada 100 80 60 40 20 0 Jumlah siswa Rata-rata Tuntas (%) siklus I, yakni nilai tertinggi dan nilai terendah D. Sementara itu, pada siklus II diketahui capaian nilai tertinggi adalah A, sedangkan nilai terendahnya masih D. Diagram 2. Nilai Siklus I dan Siklus II Diagram di atas memperlihatkan adanya siswa) dan di siklus II 3,46% (1 siswa). Nilai 60 peningkatan dari setiap siklus. Nilai 20 di di siklus I dari 19,23% (5 siswa) dan di siklus II siklus I dari 3,46% (1 siswa) dan di Siklus II 23,07% (6 siswa). Nilai 80 di Siklus I dari tidak ada. Nilai 40 di siklus I dari 34,61% (9 30,76% (8 siswa) dan di siklus II 42,30% (11 [31] Asiah, Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa… siswa). Nilai 100 di siklus I dari 11,53% (3 80 pada siklus II, selain itu nilai terkecil yang siswa) dan di siklus II 30,76% (8 siswa). diperoleh pada siklus ini adalah 40. Siswa yang belum tuntas ada 1 orang itu karena Analisis siswa tersebut membutuhkan perhatian Temuan pertama pembelajaran pada adalah tahap awal siswa khusus. sudah memiliki pengetahuan awal mengenai Refleksi konsep melalui Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil telepon, hal ini menunjukkan pebelajaran belajar siklus I dan siklus II disimpulkan pada dalam bahwa pembelajaran pada kedua siklus berbicara tersebut telah meningkat secara signifikan. siswa di depan kelas untuk menyampaikan Dilihat dari hasil evaluasi secara lisan pesan yang diterimanya melalui telepon. maupun secara tulisan. Siklus I dari 26 siswa Pengetahuan yang mendapat nilai di atas atau sama penyampaian siklus II meningkatkan pesan sudah berhasil keterampilan awal berpengaruh pada siswa hasil sangat belajar dan dengan KKM ada 16 siswa (61,53%) keterampilan berbicara karena menurut dengan rata-rata kelas 62,30 naik di Siklus II Solchan, dkk. (2001, p. 6.41), pendekatan menjadi 25 siswa (96,15%) dengan rata- komunikatif dalam pembelajaran bahasa rata kelas 80. Kemajuan tersebut berkat sering silabus. penyampaian materi secara terencana Pemilihan materi silabus itu sendiri tidak disertai dengan pendekatan komunikatif. didasarkan pada tingkat kesukaran dan Hal kerumitan butir struktur, tetapi didasarkan termotivasi pada kebutuhan pembelajar. keterampilan berbicara siswa di kelas IV diasosiasikan dengan Dengan tersebut membuat siswa dan aktif, meningkatnya demikian, analisis kebutuhan merupakan untuk menyampaikan pesan yang kebutuhan yang mutlak. diterima melalui telepon sesuai dengan isi pesan. Memasuki kegiatan inti pembelajaran siswa terlihat antusias dan penuh dengan PEMBAHASAN kegembiraan Nilai saat melaksanakan pada siklus I sudah percakapan dengan bermain peran di peningkatan, depan yang memuaskan. Hasil perolehan siswa yang analisis mencapai KKM sebanyak 16 siswa atau kelas disukainya. dengan Berdasarkan teman hasil meskipun mengalami 61,53% keterampilan berbicara Peningkatan ini dapat dikatakan sebagai dapat disimpulkan pembelajaran pada efek dari pendekatan komunikatif dalam siklus II telah berhasil. Hal ini dapat dilihat pembelajaran dari perolehan nilai rata-rata hasil belajar karena itu, materi diulang kembali dan siswa yang meningkat dari 62,30 menjadi diperluas, dengan tetap mengikuti alur dalam [32] rata-rata kelas cukup terhadap perolehan nilai hasil belajar dan siswa dengan belum 62,30. Bahasa Indonesia. Oleh Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015 materi yang dikemukakan oleh bermain peran dapat menguatkan sisi Febicahyanti, dkk. (2006) serta Warsidi & komunikasi yang dilkukan oleh siswa yang Farika (2009). memerakan memaknainya, karena di dapat samping lebih memang Selama siklus I dilaksanakan, terdapat bermain peran ini merupakan kegiatan beberapa yang kelebihan/kekuatan kekurangan/kelemahan yang dan berhasil menyenangkan juga (Santrock, 2007). dianalisis. 1. Kekuatan dalam pembelajaran: Beberapa kekuatan dan kelemahan yang a. Memberikan arahan atau petunjuk dapat ditemukan dalam siklus II, antara cara-cara melakukan percakapan lain sebagai berikut ini. secara berpasangan. 1. Kekuatan b. Memberikan bimbingan terhadap a. Guru melaksanakan pembelajaran pelaksanaan percakapan di depan dengan kelas. pendekatan komunikatif bermain 2. Kelemahan dalam pembelajaran: peran a. Motivasi guru kurang menyentuh secara merata terutama menggunakan dalam Bahasa pada pembelajaran Indonesia dipajangkan dalam yang situasi siswa yang malu-malu atau yang komunikasi nyata yang tujuannya kurang keberaniannya tampil ke untuk depan kelas. mengembangkankemampuan b. Dalam pelakasanaan berbicara di siswa berkomunikasi. kelas, kalau sudah diminta dengan b. Dalam pelaksanaan berbicara di jelas masih ada siswa yang kesulitan kelas, siswa tanpa diminta guru untuk berbicara. sudah c. Hasil evaluasi siswa masih belum berani ke depan kelas secara berpasangan melakukan memuaskan. percakapan dengan lafal, intonasi yang tepat dan suara yang jelas. Pada siklus II penyampaian materi c. Guru memberikan bimbingan dan pembelajaran menggunakan pendekatan motivasi komunikatif pembelajaran sehingga hasil tes dan diperjelas dengan pelaksanaan bermain peran (role playing) terhadap pelaksanaan lisan dan tulisan memuaskan. sehingga peserta didik terlihat lebih aktif 2. Kelemahan dalam belajar dan termotivasi terlihat dari Masih ada satu siswa yang mendapat nilai hasil di bawah rata-rata kelas dan cara bicara evaluasi signifikan. ada Alasan peningkatan mengapa yang bermain pun masih belum sesuai dengan konteks. peran dipadukan dengan pendekatan komunikatif, mengingat bahwa kegiatan [33] Asiah, Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa… Proses perbaikan pembelajaran Bahasa 12 siswa (46,15%). Pada Siklus I siswa yang Indonesia Siklus I dan Siklus II dengan aktif dan berani tampil di depan kelas penerapan komunikatif menunjukkan hasil serta yang telah mencapai ketuntasan 16 yang baik dilihat dari keaktifan, motivasi siswa (61,53%). Pada Siklus II meningkat dan keberanian siswa tampil di depan secara signifikan siswa yang mencapai kelas untuk menyampaikan pesan yang ketuntasan 25 siswa (96,15%) dengan rata- diterima melalui telepon sesuai dengan isi rata kelas 80. Secara keseluruhan dalam pesan. Dari hasil tersebut, dapat dikatakan pelaksanaan berbicara di kelas siswa bahwa dengan pendekatan komunikatif sangat termotivasi sehingga berani tampil dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di depan kelas tanpa disuruh guru dan dapat keterampilan berbicara pun meningkat. meningkatkan keterampilan berbicara siswa di kelas IV SDN Jatiroke I. Peningkatan keterampilan berbicara ini REFERENSI tidak lepas dari efektivitas pendekatan Febicahyanti, E., dkk. (2006). Panduan pembelajaran bahasa Indonesia kelas IV. Bandung: CV. Thursina. komunikatif yang lebih menekankan pada bagaimana materi diajarkan sesuai dengan kebutuhan siswa (Solchan, dkk., 2001) dan juga pemaduan Mulyasa, E. (2009). Praktik penelitian tindakan kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. kegiatan bermain peran di dalam pendekatan tersebut, yang VanFleet (2001) bermain menurut dan Santrock peran mengembangkan akan potensi Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. pendapat (2007), turut yang Santrock, J. W. (2007). Psikologi pendidikan (edisi ke-2). Jakarta: Prenada Media Grup. perbaikan Solchan, T. W., dkk. (2001). Hakikat pendekatan prosedur, dan strategi pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan pendekatan komunikatif dalam sistem pembelajaran bahasa Indonesia (Modul UT). Jakarta: Pusat Penerbitan UT. siswa dilibatkan di dalamnya. SIMPULAN Berdasarkan hasil pembelajaran yang dilakukan melalui PTK, pada pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilaksanakan disimpulkan komunikatif 2 bahwa dapat siklus dapat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. pendekatan meningkatkan keterampilan berbicara siswa di depan Valette, R. (1977). Modern language testing. New York: Brace Jovanovich Inc. kelas. Hal ini dapat dilihat dari siklus I dan II selama perbaikan. Sebelum dilakukan VanVleet, R. (2001). A parent’s handbook of filial play therapy. Boiling Springs, PA: Play Therapy Press. tindakan siswa yang terlibat aktif dan yang mendapat nilai di atas KKM atau sama dengan KKM 60 dari jumlah 26 siswa hanya [34] Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015 Wardani, I. G. A. K. (2006). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. Warsidi, E. & Farika. (2009). Bahasa Indonesia membuatku cerdas (kelas IV). Bandung: Pusat Perbukuan. Wiriaatmadja, R. (2005). Metode penelitian tindakan kelas. Bandung: PPs UPI bekerjasama dengan PT. Remaja Rosdakarya. [35]