pembelajaran konsep, generalisasi, isu sosial, dan berbagai

advertisement
Adisel, Pembelajaran Konsep, Generalisasi, Isu Sosial Dalam IPS
296
PEMBELAJARAN KONSEP, GENERALISASI, ISU SOSIAL,
DAN BERBAGAI KETERAMPILAN DALAM
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)
Adisel
Abstraction: In Teaching Social subject, there are two form curriculums
they are integrated approach and structural approach. Those approaches
are used in senior high school in Social and Culture subject.
Kata Kunci: Konsep, Generalisasi, Isu Sosial, IPS
A. PENDAHULUAN
Dengan memperhatikan berbagai pendekatan dalam pengajaran IPS maka
paling tidak, terdapat dua bentuk pengorganisasian kurikulum dalam kurikulum
IPS yang berlaku di sekolah Indonesia. Yang pertama adalah pendekatan terpadu,
yang juga dikenal dengan “integrated approach” atau juga disebut “broad field”
atau “interdisciplinary approach”.
Pendekatan-pendekatan seperti itu umumnya digunakan pada tingkat
Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yang menurut
Peraturan Pemerintah (PP) No. 28 Tahun 1990 pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa
“Pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lamanya sembilan tahun,
diselenggarakan selama enam tahun di Sekolah Dasar dan tiga tahun di Sekolah
Lanjutan Tmgkat Pertama atau satuan pendidikan yang sederajat”.
Pendekatan berikutnya adalah: yang disebut dengan pendekatan struktural
atau “structural approach” yaitu suatu pendekatan yang menekankan pada satu
disiplin ilmu. Pendekatan ini digunakan dalam Kurikulum Sekolah Menengah
Umum Tingkat Atas (SMA) dimana mata pelajaran Ilmu-Ilmu Sosial terdiri dan
Kelompok Program Studi Ilmu-ilmu Sosial dan Pengetahuan Budaya. Program
Studi Ilmu-ilmu sosial meliputi Geografi, Ekonomi, Sejarah, Tata Negara,
Sosiologi dan Antropologi. Di samping itu tersedia kelompok pilihan. Tingkat
SMA pendekatan struktural digunakan untuk memperoleh korsep-konsep ilmuilmu sosial. Secara keseluruhan materi pengajaran IPS berbentuk :
296
Adisel, Pembelajaran Konsep, Generalisasi, Isu Sosial Dalam IPS
297
1. Konsep dan Generalisasi
Konsep dan generalisasi diperoleh dari disiplin Ilmu-Ilmu Sosial seperti
Geografi, Ekonomi, Ilmu Politik dan Hukum, Sosiologi, dan Antropologi serta
Sejarah dan Tata Negara. Beberapa konsep yang dapat diperoleh dari geografi,
ekononi atau hukum diantaranya adalah: (1) kebutuhan manusia tak tebatas,
(2) ketersediaan sumber daya alam yang terbatas, (3) mengolah dan memanfaatkan
sumber daya alam secara bertanggungjawab.
Konsep-konsep tersebut berasal dari ketiga disiplin ilmu tersebut di atas.
Agar memberi pengertian secara komprehensif dan diterapkan pada situasi yang
lebih luas maka dapat disusun dalam bentuk generalisasi seperti berikut:
“Kebutuhan manusia yang tidak terbata dihubungkan dengan sumberdaya alam
yang terbatas, menuntut manusia untuk mengolah dan memanfaatkan sumberdaya
alam secara bertanggung jawab.”
2. Tema dan Topik
Tema dan Topik juga dapat diangkat dari Buku-buku paket program studi
ilmu-Ilmu Sosial atau buku teks ilmu-ilmu sosial. Tema dapat saja dibahas di
sekitar tema pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, dengan topik: Upayaupaya yang ditempuh pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia menjelang era industrialisasi.
3. Masalah
Sebagaimana halnya dengan konsep, generalisási, tema dan topik maka
masalah dapat pula diangkat dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang ada dan dapat
dijadikan sebagai pokok pembahasan dalam pengajaran IPS di sekolah. Hal itu
sesuai dengan fungsi IPS yang berupaya menekankan pada proses pembuatan
keputusan bagi siswa.
Adisel, Pembelajaran Konsep, Generalisasi, Isu Sosial Dalam IPS
298
B. MENGAJARKAN KONSEP, KETERAMPILAN SOSIAL DAN ISU
DALAM IPS
1. Mengajarkan Konsep dan Generalisasi
Guna memahami pengertian konsep dan generalisasi serta hubungan
antara keduanya maka terlebih dahulu harus dipahami pengertian konsep dan
generalisasi. Namun terlebih dahulu perlu dibahas tentang model struktur
pengetahuan seperti yang diajukan oleh Dorothy McClure Fraser (1969:101)
yang isinya adalah :
Berdasarkan model struktur pengetahuan tersebut dapat dilihat jenjang
pembentukan konsep dan generalisasi yang pada dasarnya akan sangat
membantu dalam pemahamannya dan bahkan juga pengenalan kedua aspek
tersebut dalam setiap disiplin ilmu pengetahuan yang amat berguna bagi para
pengajar umumnya.
Menampilkan ilmu-ilmu sosial dengan cara tersebut dapat memberi
peluang bagi para pengembang kurikulum IPS untuk mengembangkannya
berdasarkan pemahaman minimum yang dapat disusun secara baik dalam
bentuk paket untuk setiap tingkatan yang berbeda. Sebelum membahas lebih
lanjut tentang hal ini ada baiknya jika juga dibahas tentang upaya yang dapat
dilakukan oleh guru untuk membantu siswa menemukan dan memahami
konsep. Pengajaran konsep sebenarnya juga meliputi langkah-langkah yang
dapat dilakukan siswa untuk menemukan konsep.
Jadi sebenarnya ada dua pendekatan formal dalam pembelajaran konsep.
Yang pertama (Concept Attainment) adalah mengajarkan konsep yang menurut
pertimbangan guru perlu diketahui murid dan pendekatan kedua (Concept
Adisel, Pembelajaran Konsep, Generalisasi, Isu Sosial Dalam IPS
299
Formation/diagnosis) adalah mengajarkan bagaimana konsep dikembangkan
untuk siswa sendiri. Kedua pendekatan tersebut (Savage dan Armstrong,
1996;168-69) memiliki kegunaan yang signfikan bagi siswa. Bahkan mungkin
merupakan salah satu titik lemah pendidikan di Indonesia sehingga siswa tidak
dapat berpikir secara baik yaitu sistematik dan terstruktur. Akibatnya siswa sulit
mengikuti perkembangan tingkat kesukaran dalam pembelajaran termasuk
dalam menghubungkan antara berbagai konsep dalam ilmu-ilmu sosial
khususnya dan ilmu pengetahuan umumnya.
Kelemahan itu juga akan menyebabkan siswa mengalami kesulitan untuk
menangkap secara utuh apa yang disebut dengan “body of knowledge” sebuah
disiplin ilmu termasuk disiplin ilmu sosial. Melalui pendekatan pertama yaitu
mengajarkan konsep pilihan guru, guru dapat mengajarkan berbagai konsep.
Guru dapat mengajarkan konsep yang sederhana seperti “gurun pasir” atau
“sungai”. Guru dalam proses pembelajaran menunjukkan kepada siswa gambar
“gurun pasir” atau gambar “sungai” dan kemudian guru memperlihatkan lagi
gambar lain yang bukan gurun pasir atau sungai. Langkah berikutnya adalah
meminta siswa untuk membuat batasan/ pengertian tentang daerah gurun
ataupun sungai. Pengembangan atau diagnosis konsep tersebut akan membantu
siswa mengelompokkan dan memberi label terhadap “isolated pieces of
information”, tugas guru adalah membantu memberikan bimbingan dan arahan
kepada siswa dalam proses tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, kiranya dapat diperoleh gambaran yang jelas
tentang kedudukan konsep dan generalisasi dalam struktur ilmu pengetahuan
khususnya dalam setiap disiplin ilmu sosial sebagai sumber utama IPS.
Konsep, seperti juga kata-kata dengan arti denotatif, sangat tepat
diajarkan dengan senantiasa memperhatikan pengembangan aturan umum
pemahaman perbendaharaan kata. Untuk itu, dalam mengajarkan konsep
sebaiknya diusahakan agar:
1) Konsep diajarkan selalu dalam konteks dan tidak dalam isolasi. Bahkan
sebaiknya dalam konteks yang bervariasi agar dapat mengungkap pengertian
yang tersembunyi dan konsep-konsep yang berbeda itu.
Adisel, Pembelajaran Konsep, Generalisasi, Isu Sosial Dalam IPS
300
2) Siswa harus senantiasa diberi kesempatan untuk sampai pada pengertian
mereka sendiri tentang konsep yang diajarkan sebelum dibimbing dan
diarahkan oleh guru.
3) Di dalam pembentukan konsep siswa harus membaca, mendengarkan dan
menuliskan konsep yang baru dikenalkan kepadanya Psikologi belajar telah
mengajarkan kepada kita bahwa dengan menggunakan rasa, penglihatan,
pendengaran dan herbicara secara bersama-sama dapat meningkatkan
penangkapan dan ingatan kita tentang berbagai pengetahuan. Dalam
membahas pengajaran konsep maka tidak dapat dipisahkan dari generalisasi
sebab mengajar IPS lewat generalisasi akan lebih bermakna. Untuk itu perlu
kiranya dipahami pula tentang hubungan antara konsep dan generalisasi.
2. Mengajarkan isu-isu sosial
Siswa hidup dalam masyarakat oleh karena itu siswa perlu mengenali
kehidupan masyarakatnya. Salah satu hal yang dihadapi oleh anggota
masyarakat adalah adanya isu- isu sosial. Isu sosial dapat didefinisikan sebagai
masalah-masalah masyarakat yang belum dapat diselesaikan dan mengundang
perhatian sebagian besar warganegara. Warganegara biasanya memiliki nilai
komitmen yang tinggi terhadap hal seperti itu dan tidak jarang mereka tidak
setuju dengan cara mengatasi masalah tersebut.
Isu-isu sosial tersebut hanya dapat dipahami dengan menggunakan
pendekatan antar disiplin. Data ilmiah memang diperlukan namun tidak cukup
untuk memecahkan masalah. Isu-isu sosial memiliki dimensi nilai dan kuat
berakar pada keterikatan emosional. Dengan mempelajari isu-isu sosial siswa
dibantu untuk memperoleh pengertian yang baik tentang dinamika dan
perubahan masyarakat. Walaupun isu-isu sosial merupakan bagian penting dan
kurikulum IPS namun banyak guru IPS yang menghindari atau tidak memahami
tanggungjawabnya untuk mengkaji hal tersebut bersama-sama siswa. Isu-isu
sosial yang muncul dapat bermacam-macam, mulai dari yang bersifat lokal
sampai pada yang bersifat nasional dan bahkan internasional.
Adisel, Pembelajaran Konsep, Generalisasi, Isu Sosial Dalam IPS
301
Akan tetapi sama halnya dengan bahan pengajaran lainnya dalam IPS
maka isu-isu sosial yang akan diajarkan kepada siswapun harus disesuaikan
dengan tingkat usia dan perkembangan kemampuan mereka. Beberapa contoh
diantaranya adalah masalah perkelahian antar-pelajar, orang-orang tua yang
mengajari anaknya, wajib belajar, atau kepatuhan terhadap hukum misalnya
pelanggaran lalu lintas dan lain-lain. Dalam mengajarkan isu-isu sosial maka
yang perlu dilakukan oleh guru adalah: Pertama guru menyampaikan gambaran
umum misalnya tentang kepatuhan dan kesadaran hukum. Untuk dapat
dilakukan kerjasama dengan pihak-pihak penegak hukum. Tujuannya adalah
para siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
berpartisipasi secara efektif dalam kehidupan dan lembaga-lembaga hukum di
masyarakat. Di negara yang sudah maju kerjasama tersebut diwujudkan dalam
materi kurikulum IPS yang disebut “Law-related education.” Sebagai contoh
mengajarkan Law-related Education tersebut adalah dengan menetapkan tujuan,
dan konsep-konsep serta kegiatan-kegiatan dalam mengajarkan ‘Hubungan
hukum dan Pendidikan’ tersebut kepada para siswa. Tujuannya misalnya adalah
agar siswa dapat mengembangkan pemahamannya terhadap hak-hak dan
tanggung jawab konstitusionalnya yang sokogurunya adalah keputusankeputusan pengadilan yang akan merefleksikan nilai-nilai Bangsa Indonesia
sebagai negara hukum yang demokratis. Contoh lainnya adalah mengajar siswa
tentang isu kenyataan global atau yang sekarang dikenal dengan era globalisasi.
Tujuannya adalah membantu siswa meningkatkan kesadaran dan pengertiannya
tentang hubungan yang interlocking antara semua orang dan bangsa-bangsa di
dunia. Konsepnya adalah: saling ketergantungan (interdependence), dimana
hubungan timbal balik antar bangsa meliputi berbagai bidang termasuk,
keuangan, perdagangan, komunikasi, perjalanan dan melampaui batas-batas
nasional. Kegiatannya adalah membagi siswa ke dalam beberapa kelompok
yang akan mewakili negara-negara maju, negara berkembang atau negaranegara industri dan negaranegara dunia ketiga. Kemudian meminta kepada
siswa untuk melihat makanan utama dari masing-masing kelompok bangsabangsa itu.
Adisel, Pembelajaran Konsep, Generalisasi, Isu Sosial Dalam IPS
302
3. Mengajarkan Berbagai Keterampilan Dalam IPS
IPS kadang dianggap sebagai pelajaran keterampilan oleh karena
menyangkut berbagai hal yang dibutuhkan oleh seseorang sebagai warga
masyarakat ataupun sebagai warganegara. Hal itu jelas sebab diantara isi IPS
adalah keterampilan peta, keterampilan belajar dan keterampilan dalam berfikir
kritis.
Keterampilan lainnya ditambahkan pula oleh James A. Banks, (1985)
dengan “Social Science Inquiry Skills” dan “Group Skills”. Untuk lebih
jelasnya akan dibahas secara garis besar hal-hal yang berkaitan dengan
keterampilan-keterampilan tersebut yang secara langsung akan mempengaruhi
pengajaran IPS.
a) Mengajar bagaimana memahami. Walau berupa abstraksi, konsep-konsep
sering muncul dalam bentuk abstrak. Agaknya setiap konsep muncul dalam
pikiran seseorang sebagai pemahaman terhadap sesuatu yaitu sejumlah
keseluruhan gagasan dan dugaan/pikiran seseorang tentang suatu topik
tertentu. Jadi konsep pemahaman seseorang tentang hijau adalah
keseluruhan dari gagasan seseorang tentang hijau; demikian juga dengan
konsep seseorang tentang demokrasi. Walaupun konsep orang tersebut
mungkin tidak lengkap atau benar, itu adalah milik metodenya sendiri.
Itulah sebabnya tidak ada dua orang yang memiliki pemahaman yang sama
terhadap sesuatu.
b) Mengajarkan sikap, minat dan nilai-nilai. Berbeda dengan pengajaran
konsep dan generalisasi, maka mengajarkan sikap dan penghargaan,
sesuatu yang ideal, minat, nilai-nilai dan karakter moral dan etika adalah
lebih sulit. Namun karena hal itu merupakan kebutuhan bangsa dan negara
untuk tetap hidup maka kita sebagai guru-guru IPS seharusnya merasa
terpanggil untuk paling tidak menganggap hal tersebut sebagai bagian dan
tanggung jawab kita untuk mengajarkannya dan mengajarkan secara
efektif.
1) Mengembangkan sikap. Untuk mengembangkan sikap dapat dibedakan
beberapa cara. Cara-cara untuk mengembangkan sikap adalah dengan
Adisel, Pembelajaran Konsep, Generalisasi, Isu Sosial Dalam IPS
303
meniru orang lain baik disadari atau tidak, dan biasanya kita akan
mencoba memiliki sikap orang-orang yang sering berhubungan dengan
kita. Selain itu kita juga mungkin mengembangkan sikap dengan
mengenali sebuah model dan berusaha meniru perilaku model tersebut.
Biasanya yang dijadikan model adalah yang lebih tua atau yang lebih
berpengaruh
karena
memiliki
kelebihan-kelebihan
tertentu
dibandingkan dengan orang lain di dalam kelompoknya. Sikap
seseorang juga dapat dikembangkan melalui pengalaman emosional.
Oleh sebab itu tidaklah mengherankan apabila pengalaman emosional
yang baik akan menghasilkan sikap yang dan sebaliknya. Informasi
Juga dapat membentuk sikap seseorang. Seseorang yang memperoleh
informasi yang salah atau tidak lengkap tentang sesuatu hal akan
mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap hal tersebut.
2) Mengembangkan sikap menghargai dan minat. Menghargai dan minat
adalah bentuk khusus dan kelompok sikap dan berkembang
sebagaimana
sikap-sikap
lain
berkembang.
Dalam
upaya
mengembangkan apresiasi dan minat, yang harus diperhatikan khusus
adalah sentuhan afeksi terhadap penyajian dan contoh-contoh yang
harus diikuti oleh siswa.
3) Mengembangkan nilai-nilai. Menurut beberapa ahli dalam bidang ini
(Raths, Harmin, dan Simon) jika seseorang ingin mengembangkan
nilai-nilai pada siswa maka adalah lebih baik jika: (a) Memberikan
kemungkinan kepada siswa untuk memilih secara bebas. (b)
Membantu
menemukan
dan
menguji
berbagai
alternatif
bila
dihadapkan dengan pilihan. (c) Membantu siswa untuk menimbang
pilihan-pilihan yang ada secara hati-hati dan mencoba membayangkan
akibat-akibat yang mungkin ditimbulkannya. (d) Mendorong siswa
untuk mempertimbangkan sesuatu yang dianggap bernilai dan yang
dihargai. (e) Beri kesempatan pada mereka untuk menjelaskan kepada
teman-teman lainnya tentang pilihan mereka. (f) Bantu mereka untuk
bertindak, hidup dan berperilaku sesuai dengan pilihannya. (g) Berikan
Adisel, Pembelajaran Konsep, Generalisasi, Isu Sosial Dalam IPS
304
kemungkinan kepada mereka untuk menguji/mengkaji ulang perilaku
atau pola-pola perilaku dalam kehidupannya. Hal-hal atau cara-cara di
atas adalah beberapa cara yang sampai sekarang dianggap sebagai
cara-cara yang sudah dan sering dilakukan dalam mengajarkan sikap,
nilai-nilai dan sesuatu yang ideal. Keterampilan lainnya yang juga
dianggap penting dalam pengajaran ilmu-ilmu sosial dan IPS adalah
mengajar siswa bagairnana berfikir, bahkan lebih itu membantu siswa
bagaimana berfikir kritis dan kreatif sebagai salah satu tujuan
diajarkannya IPS di sekolah.
d) Mengajar bagaimana berpikir. Berpikir sebagai kata kerja menunjukkan
adanya suatu proses. Berpikir adalah kegiatan mental yang bertujuan, yaitu
suatu proses mental dalam mana seseorang berinteraksi dengan data dan
informasi untuk memperoleh pengetahuan. Peranan berpikir terutama
dalam menghadapi abad ke 21 sebagai abad informasi dan globalisasi,
menuntut kemampuan tertentu dan setiap individu dalam kedudukannya
sebagai warganegara, warga masyarakat, ilmuwan atau tenaga ahli.
e) Membuat generalisasi. Generalisasi adalah pemyataan tentang hubungan
antara dua konsep atau lebih. Pernyataan-pernyataan itu dapat dimulai dan
yang paling sederhana sampai yang paling rumit. Kadang generalisasi juga
dianggap sebagai prinsip/dasar/hukum. Jika siswa menyusun generalisasi,
mereka sebenamya merumuskan pernyataan-pemyataan yang menunjukkan
bagaimana konsep-konsep dihubungkan. Penting bagi siswa untuk
menyusun deskripsi yang akurat, menyimpulkan, menganalisis data,
membedakan, membandingkan dan mengkontraskan sebelum menyusun
generalisasi.
f) Keterampilan menulis. Mata pelajaran IPS sangat kaya dengan kesempatan
bagi siswa untuk memperluas dan meningkatkan kemampuan berbicara,
mendengarkan dan menulis. Warganegara yang efektif adalah warga negara
yang memiliki kompetensi yang baik dalam berbicara, mendengarkan dan
menulis. Dalam mengajarkan keterampilan guru harus mula-mula
Adisel, Pembelajaran Konsep, Generalisasi, Isu Sosial Dalam IPS
305
menekankan bahwa menulis pada dasamya adalah salah satu bentuk
berpikir.
C. PENUTUP
Di atas telah dibahas berbagai keterampilan dalam IPS yang dapat
diajarkan kepada siswa melalui berbagai strategi pengajaran. Dengan
mengembangkan berbagai keterampilan dalam IPS tersebut diharapkan para
siswa dapat bekerja secara efektif baik sebagai warga negara maupun sebagai
warga masyarakat.
Keterampilan-keterampilan tersebut memang amat diperlukan dalam
kehidupan apalagi dalam kehidupan yang semakin kompleks dengan tuntutan
kehidupan yang semakin tinggi. Hanya mereka yang memiliki keterampilan dan
memperoleh
kesempatan
untuk
mengembangkan
dan
menggunakan
keterampilan itulah yang akan dapat bertahan dalam berbagai seleksi sosial di
masyarakat.
Penulis; Adisel, M.Pd adalah Dosen Tetap Jurusan Tarbiyah STAIN Bengkulu.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Wahab., (2007) Metode dan Model-model Mengajar IPS. Alfabeta.
Bandung.
Banks, James A., with Clegg Jr. Ambrosse A., (1985) Teaching Strategies for
the Social Studies, New York: Longman.
Nana Syaqdih Sumkadinata., (2004) Pengembangan Kurikulum (Teori dan
Pratik). PT. Remaja Rodakarya. Bandung.
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain., (2006) Strategi Belajar Mengajar.
Rineka Cipta. Jakarta.
Ronald H.Anderson., (1994) Pemilihan dan Pengembangan Media utuk
Pembelajaran. UT & PT. Raja Grafindo Persada.
Omar Hamalik., (2008) Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.
Download