1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kebiasaan merokok di Indonesia dan beberapa negara berkembang lainnya terus meningkat. Pada tahun 1996, jumlah perokok berjumlah 68% dan meningkat menjadi 72% pada tahun 2001 (Yurekli dan Bayer 2002). Perokok di Indonesia berjumlah 75% yang terdiri atas 60% populasi pria dan 15% populasi wanita (WHO 2005). Berbeda dengan di Indonesia, di negara-negara maju kebiasaan merokok justru semakin berkurang dari tahun ke tahun, dari 32% pada tahun 1996 menurun menjadi 28% pada tahun 2001, hal ini disebabkan karena mereka telah sadar akan bahaya rokok pada kesehatan (Yurekli dan Bayer 2002). Masalah asap rokok sudah merupakan masalah kesehatan yang memerlukan perhatian besar. Hal ini terbukti dengan dipilihnya rokok sebagai tema hari kesehatan sedunia oleh WHO sejak tahun 1980. Perhatian ini sudah sepantasnya diberikan karena asap rokok disamping berbahaya bagi kesehatan si perokok, juga berbahaya bagi orang-orang yang berada disekitar perokok. Data WHO (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar rokok yang dikonsumsi di Indonesia adalah rokok kretek yang mengandung cengkeh sekitar seperempat bagian dan sisanya bumbu khusus yang menjadi ciri khas masing-masing merek rokok. Hasil survei dari Survei Global Youth Tobacco tahun 2000 memperlihatkan bahwa 88% perokok di Indonesia lebih menyukai rokok kretek dan 12% menyukai rokok putih. Kadar tar dan nikotin pada rokok kretek lebih tinggi dibandingkan dengan rokok putih (rokok tanpa cengkeh). Secara umum, rokok kretek yang dijual di Indonesia mengandung 1,9-2,76 mg nikotin dan 34-65 mg tar per batang (Widodo 2006), sedangkan rokok putih mengandung 0,05-1,4 mg nikotin dan 0,5-24 mg tar per batang (US 2000). Rokok kretek berpotensi menghasilkan asap yang lebih banyak dibandingkan dengan rokok putih (Susanna et al. 2003). Beberapa tahun belakangan ini, bahaya asap rokok tidak hanya difokuskan pada orang yang merokok (perokok aktif) tetapi juga terhadap orang-orang yang tidak merokok (perokok pasif) tetapi menghisap asap rokok yang dihasilkan oleh perokok 2 aktif. Perokok pasif mempunyai peluang yang sama bahkan lebih tinggi mendapatkan penyakit dibandingkan perokok aktif (Dalager et al. 1986; Dias-Junior 2009). Hal ini disebabkan karena perokok pasif akan menghisap asap samping yang keluar dari ujung batang rokok yang terbakar dan juga menghisap bagian dari asap utama (Friedman et al. 1983). Asap arus samping lebih banyak dari asap arus utama (Rubenstein et al. 2004) dan mengandung lebih banyak bahan berbahaya karena tanpa melalui penyaringan atau filter (Susanna et al. 2003). Gangguan pernapasan atau perubahan pada epitel saluran napas akibat asap rokok dapat berupa: a) hilangnya silia, b) hipertrofi kelenjar lendir dan peningkatan jumlah sel goblet, c) penurunan lapisan epitel bronkiolus, dan d) penurunan kandungan glutation peroksidase (GSH) jaringan paru (Hanslavina 2003; Sartono 2005). Asap rokok juga dapat menyebabkan: a) peningkatan jumlah sel makrofag dan perubahan ketebalan jaringan kolagen pada alveolus, b) terjadi proliferasi sel fibroblast dan c) peningkatan kandungan malondialdehid pada paru (Kenconoviyati 2003). Secara umum gangguan asap rokok terhadap kesehatan manusia dapat terjadi mulai pada fase janin, fase anak-anak sampai pada orang dewasa. Gangguan kesehatan itu antara lain berupa gangguan pernafasan, gangguan fertilitas, impotensi, kelainan pada jantung, sistem saraf dan kelainan pada janin (Gondodiputro 2007). Gangguan fertilitas pria akibat paparan asap rokok dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada: a) sel-sel spermatogenik, b) frekuensi sebaran stadia epitel seminiferus, c) berat testis, d) diameter tubulus seminiferus, dan e) penurunan kadar hormon testosteron (Anita 2004). Pada wanita, asap rokok dapat menghambat fungsi saluran telur yang melaksanakan transpor telur/ovum yang telah matang masuk ke dalam rahim sehingga jika terjadi pembuahan, maka embrio yang terbentuk tidak dapat bersarang pada dinding endometrium rahim untuk berkembang secara normal. Keadaan ini menyebabkan frekuensi pembuahan di luar tuba atau perkembangan embrio/janin di luar rahim (Zenzes 2000; Talbot dan Riveles 2005). Wanita hamil yang sering terpapar asap rokok dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada anaknya bahkan sebelum anak dilahirkan (fase janin). Beberapa kelainan atau gangguan asap rokok terhadap janin diantaranya adalah: a) terjadinya 3 keguguran spontan (Ness et al. 1999), b) berat badan lahir rendah, c) komplikasi saat melahirkan (Eskenazi et al.1995; Amiruddin 2005), dan d) kelainan pada perkembangan saraf (Lieberman et al. 1994). Berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi dengan berat badan lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang (Schmidt et al. 2002). Melihat begitu besarnya konsumsi rokok kretek dibandingkan rokok putih di Indonesia, dan besarnya bahaya yang mungkin ditimbulkannya pada wanita hamil, serta minimnya penelitian mengenai bahaya asap rokok terhadap kesehatan, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dampak rokok kretek terhadap tampilan fisiologis induk dan anaknya setelah dilahirkan, dengan tikus sebagai hewan coba. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat mengenai perubahan fisiologi pada induk maupun anak maka pada hewan model tersebut dilakukan pemeriksaan darah (hematologi) yang meliputi kadar hemoglobin (Hb), hematokrit, jumlah butir darah merah, jumlah butir darah putih dan diferensiasi butir darah putih. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh asap rokok pada tikus (Rattus norvegicus) bunting terhadap tampilan fisiologis induk dan anaknya setelah dilahirkan. Hipotesis Pemaparan asap rokok pada tikus (Rattus norvegicus) bunting akan mempengaruhi tampilan fisiologis induk dan anaknya setelah dilahirkan. 4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh pemaparan asap rokok pada saat kebuntingan terhadap tampilan fisiologis induk dan anaknya, sehingga masyarakat dapat menyadari dampak asap rokok terhadap kesehatan. Data ini juga dapat digunakan untuk penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam pengembangan ilmu kesehatan. . 5 Kerangka pemikiran Asap Rokok mengandung: • Nikotin • Tar • Karbonmonoksida Induk Tikus Bunting Sistem Respirasi 11 hari Oksigen turun 21 hari Tampilan Induk: a. Kinerja reproduksi; terdiri atas: • Keberhasilan implantasi • Berat ovarium • Berat uterus, plasenta dan anak (UPA) b. Gambaran hematologi Janin Metabolisme turun Anak • • • • • Pertumbuhan (bobot badan) Gambaran hematologi Mortalitas Hormon Triiodotironin (T3) Aktivitas individu Indikator pengaruh asap rokok terhadap kesehatan ibu dan anak Gambar 1 Alur kerangka pemikiran