BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok 2.1.1 Pengertian Rokok Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara). Diameter sekitar 10 mm yang berisi daundaun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dihirup lewat mulut pada ujung yang lain. Merokok adalah kegiatan mengeluarkan asap dengan membakar tembakau secara langsung melalui mulut dan dengan menggunakan pipa. Menurut sebagian orang, merokok sebagai wujud kemandirian dan kebanggaan (Hernowo, 2007) 2.1.2 Kandungan Rokok Menurut Gondodiputro (2007) bahan utama rokok adalah tembakau, dimana tembakau mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada tembakau adalah tar, nikotin, dan CO. Selain itu, dalam sebatang tembakau juga mengandung bahanbahan kimia lain yang juga sangat beracun. Zat-zat beracun yang terdapat dalam tembakau antara lain: 1. Karbon Monoksida (CO) adalah unsur yang dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Gas CO yang dihasilkan sebatang tembakau dapat mencapai 3% - 6%, dan gas ini dapat dihisap oleh siapa saja. Seorang yang merokok hanya akan menghisap sepertiga bagian saja yaitu arus tengah sedangkan arus pinggir akan tetap berada di luar. Sesudah itu perokok tidak akan menelan semua asap tetapi ia semburkan keluar. 2. Nikotin adalah suatu zat yang memiliki efek adiktif dan psikoaktif sehingga perokok akan merasakan kenikmatan, kecemasan berkurang, toleransi dan keterikatan. Nikotin bukan merupakan komponen karsinogenik. Banyaknya nikotin yang terkandung dalam rokok adalah sebesar 0,5 - 3 nanogram dan semuanya diserap sehingga di dalam cairan darah ada sekitar 40 - 50 nanogram nikotin setiap 1 ml. 3. Tar merupakan suatu zat karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada jalan nafas dan paru-paru. Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Kadar tar dalam tembakau antara 0,5 - 35 mg/batang. 4. Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna terdiri dari nitrogen dan hidrogen, zat ini memiliki bau yang tajam dan sangat merangsang. Karena kerasnya racun yang terdapat pada amoniak sehingga jika masuk sedikit saja ke dalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma. 5. Asam Sianida (HCN) merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar, dan sangat efisien untuk menghalangi pernafasan dan merusak saluran pernafasan. 6. Nitrous Oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila terhisap dapat menghilangkan rasa sakit. Nitrous Oxide ini pada mulanya digunakan dokter sebagai pembius saat melakukan operasi. 7. Formaldehid adalah sejenis gas yang memiliki bau tajam, gas ini tergolong sebagai pembasmi hama. Gas ini juga sangat beracun terhadap semua organisme hidup. 8. Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari beberapa zat organic seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun dan membahayakan karena fenol ini terikat ke protein sehingga menghalangi aktivitas enzim. 9. Metanol adalah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan mudah terbakar. Jika meminum atau menghisap methanol mengakibatkan kebutaan bahkan kematian. 10. Piridin adalah sejenis cairan tidak berwarna dengan bau tajam. Zat ini dapat digunakan untuk mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama. 11. Kadmium adalah zat yang dapat meracuni jaringan tubuh terutama ginjal. 12. Metil klorida adalah zat ini adalah senyawa organik yang beracun. 13. Asetol adalah hasil pemanasan aldehid dan mudah menguap dengan alkohol. 14. Volatik nitrosamine merupakan jenis asap tembakau yang diklasifikasikan sebagai karsinogen yang potensial. 15. H2S (Asam Sulfida) adalah sejenis gas yang beracun yang mudah terbakar dengan bau yang keras, zat ini menghalangi oksidasi enzim. 16. Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH) ini merupakan senyawa reaktif yang cenderung bersifat genotoksik. Senyawa tersebut merupakan penyebab tumor (Gondodiputro, 2007) 2.1.3 Bahaya Rokok Bahaya rokok bagi kesehatan menurut Tandra dalam Tarwoto (2009) adalah dapat menimbulkan berbagai penyakit. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2003) bahaya merokok adalah sebagai berikut: 1. Bagi perokok aktif meningkatkan risiko 2 kali lebih besar untuk mengalami serangan jantung, meningkatkan risiko 2 kali lebih besar untuk mengalami stroke, meningkatkan risiko mengalami serangan jantung 2 kali lebih besar pada mereka yang mengalami tekanan darah tinggi atau kadar kolesterol tinggi, meningkatkan risiko 10 kali lebih besar untuk mengalami serangan jantung bagi wanita pengguna pil-KB, dan meningkatkan risiko 5 kali lebih besar menderita kerusakan jaringan anggota tubuh yang rentan dari orang yang tidak merokok. 2. Bagi perokok pasif dapat menyebabkan kerusakan paru-paru. Kadar nikotin, karbon monoksida, serta zat-zat lain yang lebih tinggi dalam darah mereka akan memperparah penyakit yang sedang diderita, dan kemungkinan mendapat serangan jantung yang lebih tinggi bagi mereka yang berpenyakit jantung. Anak-anak yang orang tuanya merokok akan mengalami batuk, pilek, dan radang tenggorokan serta penyakit paru-paru lebih tinggi. Wanita hamil yang merokok berisiko mendapatkan bayi mereka lahir kurus, cacat, dan kematian serta asap rokok yang dihirup oleh istri dari suami perokok akan mempengaruhi bayi dalam kandungan. Merokok mempunyai dampak yang sangat besar pada manusia, terutama pada kesehatan karena terdapat banyak kandungan zat beracun pada rokok. Dampak asap rokok bukan hanya membahayakan perokok aktif (active smoker), tetapi juga bagi perokok pasif (passive smoker). Rokok memegang peranan penting dalam terjadinya beberapa jenis kanker yang sering menyerang manusia, seperti kanker paru-paru, kanker mulut dan tenggorokan, kanker ginjal dan kandung kemih, kanker pancreas, kanker perut, kanker liver atau hati, kanker leher rahim, kanker payudara serta leukemia. (Solicha, 2012) Rokok adalah penyebab utama penyakit mematikan seperti kanker paru, stroke, jantung, dan gangguan pembuluh darah, kebutaan, impotensi, juga menurunkan kesuburan, meningkatnya kasus kehamilan di luar kandungan, pertumbuhan janin terlambat, kejang pada kehamilan, gangguan imunitas bayi, dan peningkatan kematian prenatal, (Herqutanto, 2008). Beberapa penyakit tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Stroke Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu. Gas karbon monoksida (CO) yang dihirup oleh perokok akan menyebabkan sel tubuh yang kekurangan oksigen mengalami penyempitan pada pembuluh darah. Apabila proses tersebut berlangsung secara terus menerus, maka pembuluh darah yang mengalami penyempitan akan mudah rusak, penyempitan dapat terjadi di mana-mana. Terpaparnya gas CO dalam jumlah yang sangat besar akan menyebabkan hilangnya kesadaran sehingga dapat mengalami kematian. 2. Kanker Paru Kanker paru-paru terjadi akibat nikotin dan tar yang di hirup dari asap rokok masuk kedalam paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah, pada paru-paru nikotin akan menghambat aktivitas silia dan tar akan menyebabkan paralise silia sehingga akan mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. penyakit paru lainnya seperti emphysema, Kanker paru dan bronchitis kronik (Loren, 2010). 3. Kanker Mulut Studi epidemiologi telah dilakukan dibeberapa Negara dan mengatakan bahwa merokok adalah salah satu penyebab kangker mulut. Penelitian terakhir yang dilakukan di Amerika, Taiwan, Uruguay, Italia, Swedia, Cina dan Korea menyatakan seorang perokok terkena kanker 3,43 kali dari orang yang tidak merokok (Warnakulasuriya et al., 2010). 4. Impotensi Masalah sirkulasi pembuluh darah merupakan penyebab yang paling utama dari impotensi. Merokok dapat mengakibatkan impotensi karena mengandung berbagai racun termasuk karbon monoksida yang terkandung dalam asap rokok sehingga akan menyebabkan terjadinya kerusakan pada sistem peredaran darah seorang perokok. 5. Gangguan Janin dan Kehamilan Wanita yang merokok pada masa kehamilan merupakan penyebab utama terjadinya gangguan kesehatan pada ibu dan bayi. Selain menyebabkan komplikasi yang serius pada sang ibu, wanita hamil yang merokok juga bisa mengakibatkan gangguan kesehatan serius pada bayi yang dikandungnya dan bisa berujung pada kematian. Beberapa gangguan kehamilan yang diakibatkan oleh merokok adalah keguguran, gangguan pertumbuhan janin, komplikasi plasenta, bayi lahir prematur dan cacat lahir (Bristish Association Medical, 2004). 6. Kebutaan Merokok merupakan salah satu faktor penyebab kebutaan. Penyakit yang bisa terjadi akibat rokok adalah katarak dimana penyebabnya adalah merokok dengan intensitas dan frekuensi yang tinggi. Hubungan antara rokok dan mata yang lain adalah penyebab diabetes melitus tipe 2 atau Diabetes Retinopathy yang bisa menyebabkan terjadinya kebutaan, dari hasil survei yang dilakukan di Kanada juga di temukan bahwa 60% dari pasien diabetes mellitus akan mengalami Diabetes Retinopathy dalam 20 tahun masa penyakitnya (Centre For Addiction and Mental Health, 2006). 2.2 Upaya Pengendalian Bahaya Rokok Upaya pengendalian masalah bahaya rokok di dunia internasional saat ini mengalami kemajuan pesat ditandai dengan diresmikannya FCTC (Framework Convention on Tobacco Control) tersebut menjadi hukum internasional pada tanggal 27 Februari 2005. FCTC atau kerangka kerja konvensi pengendalian tembakau adalah suatu konvensi hukum internasional dalam pengendalian masalah tembakau yang memiliki kekuatan mengikat secara hukum bagi negara yang meratifikasinya. Naskah FCTC yang merupakan perjanjian global pertama tentang kesehatan masyarakat telah disepakati oleh 192 negara anggota WHO dalam sidang Majelis Kesehatan Dunia pada Mei 2003. Pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Depatemen Kesehatan, Departemen Luar Negeri, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Departemen Keuangan, Badan POM (Pengawasan Obat dan Makanan) ikut secara penuh dalam semua perundingan FCTC dan menjadi anggota drafting committee. Namun sampai saat ini Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia yang tidak menandatangani FCTC. (Prabaningrum, 2008). Mengacu pada FCTC maupun pengalaman-pengalaman dari negara lain, maka regulai yang komprehensif dan kuat terdiri dari 1) Ditetapkannya cukai dan harga rokok yang cukup tinggi; 2) Adanya larangan konprehensif untuk iklan, promosi dan sponsor dari perusahaan rokok; 3) Peraturan udara bersih; 4) Peringatan kesehatan yang jelas dalam kemasan rokok (disertai dengan gambar); 5) Edukasi, komunikasi dan penyadaran publik; dan 6). Upaya mengurangi ketergantungan dan menghentikan kebiasaan rokok (Achadi, 2005). Dari segi kesehatan, jelas bahwa produk tembakau termasuk rokok lebih banyak memiliki efek negatif dari positifnya. Jika ditinjau dari segi ekonomi, pendapatan Negara yang diterima dari cukai rokok meliputi rata-rata 5% dari total APBN, tetapi sebagai perbandingan beban kesehatan yang diterima akibat rokok mencapai 30-40 triliun, setara bahkan lebih dari cukai yang dibayarkan oleh industri rokok. Jika dilihat dari anggaran kesehatan tahun 2006 yang hanya dialokasikan sebesar 6% dari total APBN, itupun terbagi untuk berbagai program kesehatan pemerintah, maka biaya kesehatan akibat rokok sebagian besar kembali ditanggung sendiri oleh rakyat (Prabaningrum, 2008). Upaya pengendalian dampak rokok bagi kesehatan di Indonesia, saat ini memiliki kekuatan berupa 1) UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 2) Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan; dan 3) Peraturan Menteri Kesehatan No 28 Tahun 2013 tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Produk Tembakau. Selain itu kebijakan dalam penyediaan dana bagi pengendalian tembakau yang diamanatkan dalam UU No. 39 Tahun 2007 tentang Cukai dan pengaturan pajak rokok yang tertuang dalam UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, juga merupakan kekuatan yang dimiliki pemerintah (Kemenkes, 2013). Sehat adalah hak asasi manusia, begitupun hak untuk menghirup udara bersih yang erat dengan kesehatan. Di sisi lain merokok juga hak setiap orang tetapi melepaskan asap yang berbahaya bagi orang lain bukanlah hak perokok, dan telah mengurangi hak orang lain untuk sehat. Terlepas dari menghakimi perbuatan si perokok, populasi non perokok haruslah dilindungi dari bahaya asap rokok. 2.3 Rumah Bebas Asap Rokok Rumah bebas asap rokok adalah inisiatif sukarela untuk melindungi anak-anak dan perempuan terutama ibu hamil (perokok pasif) dari bahaya asap rokok, dimana tidak ada yang merokok di dalam rumah termasuk tamu yang berkunjung (Al-alawy, K., et al 2008).Berbagai macam penyakit dapat disebabkan oleh asap rokok, salah satunya adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang terjadi pada balita dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) pada ibu hamil. Program rumah bebas asap rokok di Indonesia telah dilakukan di Yogyakarta pada tahun 2012, program ini adalah hasil kerjasama antara Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dengan Quit Tobacco Indonesia. Gerakan rumah bebas asap rokok juga telah dideklarasikan Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Januari 2015, program rumah bebas asap rokok ini bukan memaksa perokok untuk berhentik merokok, melainkan lebih untuk melindungi anak-anak dan perempuan terutama ibu hamil (perokok pasif) dari risiko kesehatan akibat paparan asap rokok. Perda KTR merupakan upaya pemerintah untuk mengurangi dampak asap rokok, tetapi dalam Perda KTR ini tidak mengatur larangan merokok di dalam rumah. Pada kenyatannya merokok di dalam rumah memiliki waktu paparan yang lebih lama bila dibandingkan dengan tempat lain sehingga program rumah bebas asap rokok merupakan dukungan dari Perda KTR. 2.4 Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran dan indra penglihatan (Notoatmodjo, 2010). Perilaku yang disadari oleh pengetahuan umumnya akan lebih langgeng dari perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menutut Notoatmodjo (2010) secara garis besar pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tahu pada tingkat pengetahuan merupakan tingkatan yang paling rendah, dalam hal ini subjek mengetahui apa itu rokok dari sudut pandangnya. Memahami merupakan tingkatan yang lebih tinggi dari tahu, disini subjek dapat menjelaskan rokok secara benar. Sedangkan Aplikasi merupakan suatu penggunaan pengetahuan terhadap rokok dalam kondisi atau situasi yang sesungguhnya. Pada tingkatan analisis, subjek mempunyai kemampuan dalam menjabarkan rokok secara spesifik seperti menganalisis efek-efek dari asap rokok terhadap kesehatan maupun kerugian lain yang di timbulkan oleh asap rokok. Sedangkan pada tingkatan sintesis, subjek mulai menghubungkan efek-efek asap rokok dan kandungan rokok dengan timbulnya suatu penyakit. Pada tingkatan terakhir yaitu evaluasi berdasarkan tahapan pengetahuan terhadap rokok subjek membuat keputusan akan rokok itu sendiri subjek akan menggapi rokok secara positif maupun negatif. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang dapat disebabkan oleh faktor umur, pendidikan, pekerjaan dan paparan informasi. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan mudah mendapatkan informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki oleh orang tersebut. Sedangkan untuk faktor pekerjaan jika seseorang yang bekerja di sektor formal mempunyai akses yang lebih baik terhadap informasi, termasuk informasi kesehatan. Paparan informasi juga mempengaruhi tingkat pengetahuan, informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti buku kesehatan, koran, majalah, radio, televisi, dan internet, serta saling bertukar informasi (Solicha, 2012). Berdasarkan penelitian mengenai Hubungan Pengetahuan Remaja tentang Rokok dan Interaksi Kelompok Sebaya dengan Kebiasaan Merokok pada Remaja di SMAN 5 Mataram yang diikuti oleh 77 responden diperoleh hasil penelitian sebanyak 1,29% responden yang mempunyai pengetahuan yang kurang tentang bahaya merokok cenderung mempunyai kebiasaan merokok sering, 81,8% responden yang mempunyai pengetahuan cukup sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok kadang-kadang, dan 7,8% responden yang mempunyai pengetahuan baik kadang-kadang merokok. Hal tersebut menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan remaja tentang rokok dengan kebiasaan merokok pada remaja (G. Jelantik & Tjindawang, 2012). Penelitian yang dilakukan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado mengenai Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap tentang Bahaya Merokok dengan Tindakan Merokok Remaja di Pasar Bersehati Kota Manado yang diikuti oleh 35 remaja diperoleh hasil sebagian besar remaja memiliki pengetahuan tentang bahaya merokok yang baik (91,4%), namun sikap dan tindakan remaja sebagian besar dikategorikan kurang baik (65,7%). Hasil dari penelitian ini menunjukan tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang bahaya merokok dengan tindakan merokok dan ada hubungan antara sikap dengan tindakan merokok remaja di Pasar Bersehati Kota Manado (Marsel V., dkk 2012). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Yuni Christinawaty Purba (2009) mengenai Hubungan Karakteristik, Pengetahuan, dan Sikap Remaja Laki-Laki terhadap Kebiasaan Merokok di SMU Parulian 1 Medan yang diikuti oleh 60 orang diperoleh hasil tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang rokok dengan kebiasaan merokok (p=0,234) dan tidak ada hubungan antara sikap responden tentang rokok dan kebiasaan merokok (p=0,657). 2.5 Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor emosi dan pendapat yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik) Sikap merupakan kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2010). Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespons baik secara positif maupun negatif terhadap objek tertentu. Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku, dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab seringkali seseorang cenderung memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi mengenai objek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 2007). Sikap terhadap suatu objek berperan sebagai perantara antara respon dan objek yang bersangkutan. Respon diklasifikasikan dalam 3 jenis yaitu respon kognitif merupakan pengetahuan mengenai objek, respon afektif merupakan suatu penilaian terhadap objek, dan respon konatif merupakan respon berupa suatu tindakan dan pernyataan terhadap perilaku. Dengan melihat salah satu respon tersebut maka sikap seseorang sudah dapat diketahui. Namun jika ingin melihat gambaran lengkap terhadap sikap individu tentu saja harus melihat ketiga jenis respon tersebut (Sugihartati, 2010). Berdasarkan penelitian tentang Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pengunjung Di Lingkungan RSUP Dr. Kariadi tentang Kawasan Tanpa Rokok yang diikuti oleh 90 orang diperoleh hasil penelitian sebanyak 38,9% responden mempunyai tingkat pengetahuan baik dan 48.9% cukup. Dari seluruh responden, ada 85,6% responden bersikap patuh, sedangkan 14,4% nya tidak. Kategori tingkat pengetahuan kategori baik dan sikap patuh mempunyai prosentase lebih besar dibanding kategori kurang, terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap mematuhi aturan Kawasan Tanpa Rokok (Solicha, 2012). Penelitian Hubungan antara Sikap terhadap Perilaku Merokok dan Kontrol Diri dengan Intensi Berhenti Merokok, dari responden 70 mahasiswa yang terdiri dari 50 laki-laki dan 20 perempuan yang memiliki karakteristik perokok, berusia 18-25 tahun. Penelitian ini menyatakan hasil analisis regresi diperoleh nilai R2 = 0,541, F = 39,463 (p<0,05), berarti ada hubungan yang bermakna antara sikap terhadap perilaku merokok dan kontrol diri dengan intensi berhenti merokok. Sikap terhadap perilaku merokok dan kontrol diri secara bersama-sama dapat memprediksi berhenti merokok (Sandek & Astuti, 2007). 2.6 Perilaku Mewujudkan Rumah Bebas Asap Rokok Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Promosi kesehatan sebagai pendekatan kesehatan terhadap faktor perilaku kesehatan, maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang menentukan perilaku tersebut. Kegiatan promosi kesehatan harus disesuaikan dengan determinan faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri. Dari sekian banyak teori perilaku kesehatan, teori Lawrence Green merupakan yang paling populer dan paling banyak digunakan karena mudah dimengerti. Teori Lawrence Green membagi faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan masyarakat menjadi 3 faktor utama, faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor) dan faktor penguat (reinforcing factor) (Notoatmodjo, 2010). 1. Faktor Pendorong (Predisposing Factors) Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilainilai, tradisi, dan sebagainya. 2. Faktor Pemungkin (Enabling Factors) Faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan, yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. 3. Faktor Penguat (Reinforcing Factors) Faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku, kadangkadang meskipun orang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Dalam pendekatan menggunakan teori Lowrence Green pengetahuan dan sikap siswa SMA termasuk kedalam faktor pendorong. Faktor pemungkin lebih pada adanya dukungan eksternal seperti pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua.