AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) TERHADAP Pseudomonas aeruginosa MENGGUNAKAN METODE DILUSI KARYA TULIS ILMIAH OLEH NANING WAHYU EKOSARI NIM 08.016 AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA MALANG AGUSTUS 2011 AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) TERHADAP Pseudomonas aeruginosa MENGGUNAKAN METODE DILUSI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Kepada Akademi Analis Farmasi Dan Makanan Putra Indonesia Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program D III bidang Farmasi dan Makanan OLEH NANING WAHYU EKOSARI NIM 08.016 AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA MALANG AGUSTUS 2011 Karya Tulis Ilmiah Oleh: NANING WAHYU EKOSARI telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan. Malang,20 Agustus 2011 Pembimbing, (Misgiati, A.Md.,S.Pd.) LEMBAR PENGESAHAN Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Misgiati.,A.Md.,SPd Selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah (KTI) Mahasiswa AKAFARMA Putra Indonesia Malang, dengan ini menyatakan telah mengetahui dan menyetujui KTI dari mahasiswa : Nama : Naning Wahyu Ekosari Nim : 08.016 Judul KTI : “AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) TERHADAP Pseudomonas aeruginosa MENGGUNAKAN METODE DILUSI ” Malang, 20 Agustus 2011 Dosen Pembimbing Misgiati.,A.Md.,SPd LEMBAR PERSEMBAHAN Puji syukur tidak henti-hentinya hamba panjatkan padaMu ya Allah Engkau yang telah memberikan hamba kekuatan, kejernihan pikiran, kesehatan, dan orang-orang yang menyayangi dan mensuport hamba dalam menjalani semua ujian yang Engkau berikan kepada hamba sehingga hamba dapat menyelesaikannya dengan baik. Buat ibu dan bapak Nanda hanya mampu mengucapkan terima kasih buat semua do’a, kasih sayang, dan semua yang telah ibu ma bapak berikan kepada nanda. Nanda tau begitu berat perjuangan ibu dan bapak dalam mendidik dan membesarkan nanda sampai sekarang ini. Na nda hanya bisa berusaha dan berdo’a agar menjadi anak yang bisa membahagiakan dan membanggakan buat kalian berdua. Buat semua dosen, staf, laboran, dan karyawan Putra Indonesia Malang Terima kasih telah mendidik dan mengajari saya banyak hal dan telah menganggap saya seperti keluarga selama saya kuliah. Buat Akafarma 2008 Semua kenangan yang selama 3 tahun kita bersama tidak akan terlupakan. Masih ku ingat saat pertama kali kita masuk dalam ruangan yang sama. Dan tidak terasa sekarang kita sudah menyelesaikan kuliah kita. Walaupun kita berpisah tapi semoga persahabatan yang terjalin selama ini akan tetap terjaga. Buat my best friend’s D’REMEX Canda, tawa, tangis, pertengkaran, kebersamaan, perselisihan sudah kita alami selama ini. Terima kasih kawan buat semua yang telah kita lewati selama ini. Sungguh semua kenangan ini tidak terlupakan. Semua kita semua menjadi orang yang sukses di dunia dan akhirat. Buat KSR Terima kasih buat kakak, teman, dan adik-adik KSR yang telah menemaniku selama ini dalam suka dan duka. Semua kenangan ini tidak terlupakan apalagi terhadap sebuah ruangan yang menjadi tempat kita berkumpul, bercanda, tertawa dan bernaung bersama. THANK’S FOR ALL ABSTRAK Ekosari, Naning Wahyu. 2011. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Bandotan (Ageratum conyzoides L.) Terhadap Pseudomonas aeruginosa Menggunakan Metode Dilusi. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Analis Farmasi Dan Makanan Putra Indonesia Malang, Pembimbing Misgiati, A.Md.,S.Pd. Kata kunci : aktivitas ekstrak daun bandotan, antibakteri, Pseudomonas aeruginosa. Ageratum conyzoides L. atau lebih dikenal dengan nama bandotan merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang memiliki banyak khasiat dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit salah satunya untuk luka luar akibat goresan senjata tajam atau luka bakar. Bagian tanaman bandotan yang sering digunakan sebagai antibakteri pada luka luar adalah daunnya karena diduga mempunyai kandungan kimia yang berkhasiat sebagai antibakteri seperti saponin dan flavonoid. Saponin bersifat merendahkan tegangan permukaan sehingga dapat membunuh bakteri dan flavonoid merupakan senyawa yang memiliki aktivitas sebagai anti-inflamasi, analgesik, anti-oksidan dan juga sangat berperan dalam proses penyembuhan luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L.) dalam menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa Daun bandotan yang digunakan dalam pengujian ini dibuat dalam bentuk ekstrak yang diperoleh melalui ekstraksi daun segar dengan cara perkolasi menggunakan pelarut etanol 70%. Kemudian dilakukan pengujian dengan menggunakan metode KHM dan KBM dengan dosis 25g, 27g, 29g, 31 g, dan 33 g. Dari hasil penelitian didapat jumlah rata-rata dari masing-masing dosis menunjukkan perbedaan jumlah bakteri bila diurutkan dari terkecil adalah 22 koloni ; 28 koloni; 36 koloni; 58 koloni; 78 koloni untuk dosis 33g; 31g; 29g; 27g; 25g. Tetapi hasil tersebut masih belum mencapai kriteria suatu ekstrak dalam menghambat dan membunuh bakteri uji. Oleh sebab itu untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan peningkatan dosis ekstrak agar dapat dicapai kadar hambat minimum dan kadar bunuh minimum suatu ekstrak terhadap bakteri uji. Selain itu disarankan juga untuk melakukan isolasi agar mendapatkan hasil yang maksimal. KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) TERHADAP Pseudomonas aeruginosa MENGGUNAKAN METODE DILUSI” tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program DIII di Akademi Analis Farmasi Dan Makanan Putra Indonesia Malang. Sehubungan dengan terselesaikannya penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yaitu : 1. Bapak Drs. Sentot Joko Raharjo. , S.Si., selaku Direktur Akademi Analis Farmasi Dan Makanan Putra Indonesia Malang 2. Ibu Misgiati, A.Md.,S.Pd., selaku dosen pembimbing. 3. Ibu Endang S.M.Farm-klin, Apt ., selaku penguji I. 4. Bapak Fransiko S.Si, Apt., selaku penguji II. 5. Bapak dan Ibu Dosen Akademi Analia Farmasi Dan Makanan serta semua staf yang turut membantu dan mendukung selama penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini. 6. Kedua orang tua yang telah memberikan doa serta motivasi. 7. Rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang langsung maupun tak langsung telah memberikan bimbingan, bantuan, serta arahan kepada penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih mempunyai beberapa kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran akan sangat diharapkan. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat. Malang, 20 Agustus 2011 Penulis DAFTAR ISI ABSTRAK .................................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................. ii DAFTAR ISI ................................................................................................. iv DAFTAR TABEL.......................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian........................................................................ 4 1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 4 1.5 Asumsi Penelitian ....................................................................... 5 1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian .............................. 5 1.7 Definisi Istilah ............................................................................. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 8 2.1 Bandotan ..................................................................................... 8 2.2 Ekstraksi ...................................................................................... 13 2.3 Pseudomonas aeruginosa .......................................................... 16 2.4 Zat-zat antimikroba...................................................................... 18 2.5 Antibiotik Pseudomonas aeruginosa .......................................... 19 2.6 Tekhnik Biakan Murni ................................................................ 21 2.7 Uji Aktivitas Antibakteri ............................................................. 23 2.8 Kerangka Teori ........................................................................... 25 BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 28 3.1 Rancangan Penelitian .................................................................. 28 3.2 Populasi dan Sampel ................................................................... 28 3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 29 3.4 Instrumen Penelitian.................................................................... 29 3.5 Definisi Operasional ................................................................... 30 3.6 Pengumpulan Data ...................................................................... 31 3.7 Analisa Data ............................................................................... 37 BAB IV HASIL PENELITIAN..................................................................... 39 4.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 39 4.2 Analisa Hasil Penelitian .............................................................. 41 BAB V PEMBAHASAN............................................................................... 44 BAB VI PENUTUP....................................................................................... 50 6.1 Kesimpulan ................................................................................. 50 6.2 Saran ............................................................................................ 50 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 51 LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 53 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ............................................... 31 Tabel 3.2 Komposisi MacConkey Agar ................................................. 34 Tabel 3.3 Media Cair Nutrien Broth....................................................... 34 Tabel 3.4 Komposisi Muller Hinton Agar ............................................ 35 Tabel 3.5 Komposisi Ekstrak Daun Bandotan : Suspensi Bakteri : Media Nutrien Broth ......................................................................... 36 Tabel 3.6 Data Penelitian ....................................................................... 38 Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Organoleptis ............................................. 39 Tabel 4.2 Konsentrasi Hambat Mainimum ............................................ 40 Tabel 4.3 Konsentrasi Bunuh Minimum ................................................ 41 Tabel 4.4 Test of Normality ................................................................... 42 Tabel 4.5 Test of Homogeneity of Variances ........................................ 42 Tabel 4.6 ANOVA ................................................................................. 42 Tabel 4.7 Post Hoc ................................................................................. 43 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin maju peradaban manusia maka semakin kompleks juga masalah yang dihadapi. Salah satu permasalahan yang sering timbul adalah masalah kesehatan. Ada 2 faktor yang mempengaruhi kesehatan yaitu dari dalam dan luar. Faktor dari luar misalnya orang yang terluka tangannya karena teriris pisau. Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997). Penanganan luka yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai gangguan seperti infeksi. Salah satu jenis bakteri yang sering menimbulkan infeksi di kulit adalah Pseudomonas aeruginosa. Bakteri ini hanya bersifat patogen bila masuk ke daerah yang fungsi pertahanannya abnormal misalnya pada robek di kulit karena kerusakan jaringan langsung (Jawetz et al., 1996 : 249). Untuk pengobatan infeksi, masyarakat biasanya menggunakan obat sintetis yaitu antibiotik. Namun penggunaan antibiotik dengan dosis yang tidak tepat dapat menimbulkan resisten bakteri sehingga bakteri itu menjadi kebal terhadap antibiotik tersebut. Oleh sebab itu, masyarakat butuh obat infeksi yang tidak menimbulkan efek samping berbahaya. Salah satunya yaitu dengan penggunaan obat tradisional. Obat tradisional yang berasal dari tumbuhan dan bahan-bahan alami murni, memiliki efek samping, tingkat bahaya dan resiko yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan obat kimia (Muhlisah, 2005). Salah satu tanaman obat yang dapat digunakan sebagai obat tradisional adalah Ageratum conyzoides L. yang lebih dikenal dengan nama bandotan. Tanaman bandotan dapat digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit perdarahan, seperti perdarahan rahim, pembersih sesudah melahirkan, mimisan, berbagai penyakit kulit seperti luka, borok, kudis, bisul, dan gangguan pencernaan seperti sakit perut, mules, dan diare (Dalimarha, 2003; de Padua, 1999; Sangat, 2000). Secara empiris masyarakat memanfaatkan daun bandotan untuk mengobati luka baru dengan memakai ± 5 gram daun segar Ageratum conyzoides L, dicuci dan ditumbuk sampai lumat, ditempelkan pada luka dan dibalut (Anjeli Abu, 2010). Setelah beberapa hari luka ini akan mengering, hal ini disebabkan karena di dalam daun Ageratum conyzoides L terdapat senyawa kimia yang diduga mempunyai efek antibakteri dan dapat mempercepat penyembuhan luka. Daun bandotan mengandung minyak atsiri, asam organik, kumarin, ageratochromene, friedelin, ß-sitosterol, stigmasterol, potassium chlorida, tanin sulfur, dan a-siatosterol (Kusuma dan Zaky, 2005). Daun dan bunga mengandung saponin, flavanoid dan polifenol (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). Bagian tumbuhan Ageratum conyzoides L yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun. Alasannya karena pada daun merupakan tempat terjadinya fotosintesis pada tumbuhan hijau. Sehingga dapat diansumsikan pada daun terdapat paling banyak kandungan senyawa kimianya termasuk flavonoid dan saponin (Herbal Indonesia Berkhasiat:186). Kandungan kimia daun bandotan yang diduga sebagai antibakteri dan penyembuh luka adalah flavonoid dan saponin. Flavonoid merupakan senyawa yang memiliki aktivitas sebagai anti-inflamasi, analgesik, anti-oksidan dan juga sangat berperan dalam proses penyembuhan luka (De Padua et al.,1999) selain itu flavonoid juga bersifat merusak dinding sel bakteri sehingga dapat membunuh bakteri. Sedangkan Saponin mempunyai kemampuan sebagai pembersih dan mampu memacu pembentukan kolagen I yang merupakan suatu protein yang berperan dalam proses penyembuhan luka (Suratman et al,. 1996) serta merendahkan tegangan permukaan sehingga dapat membunuh bakteri. Senyawa saponin triterpenoid juga dapat menurunkan gula darah, dengan adanya penurunan kadar gula darah pada luka, maka dapat pula menurunkan terjadinya infeksi (Soprema, 2006). Karena gula dalam darah merupakan salah satu sumber makanan bagi bakteri, sehingga jika kadar gula menurun maka bakteri tidak dapat tumbuh dan berkembang yang mengakibatkan penurunan terjadinya infeksi pada luka. Pengambilan ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L) dilakukan dengan cara perkolasi. Perkolasi merupakan cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari yang selalu baru melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi dengan menggunakan alat yang disebut perkolator. Penelitian ini menggunakan metode KHM (Kadar Hambat Minimum) dan KBM (Kadar Bunuh Minimum). Keuntungan dari penggunaan metode KHM dan KBM adalah memungkinkan adanya suatu hasil kuantitatif yang menunjukkan jumlah obat yang diperlukan untuk menghambat mikroorganisme yang diperiksa (Jawetz et al., 1996). Berdasarkan uraian singkat dan data empiris dari masyarakat, maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk menguji kebenaran aktivitas ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L) sebagai antibakteri pada bakteri penyebab infeksi kulit, yaitu Pseudomonas aeruginosa dengan menggunakan dosis 25 g, 27 g, 29 g, 31 g, dan 33 g. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1.2.1 Bagaimanakah aktivitas ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L) terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa pada dosis 25 g, 27 g, 29 g, 31 g, dan 33 g? 1.2.2 Pada dosis berapa ekstrak daun bandotan mulai dapat menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa ? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu : 1.3.1. Mengetahui aktivitas ekstrak daun bandotan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa pada dosis 25 g, 27 g, 29 g, 31 g, dan 33 g. 1.3.2. Mengetahui daya hambat minimum ekstrak daun bandotan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi dosis 25 g, 27 g, 29 g, 31 g, dan 33 g. 1.3.3. Mengetahui daya bunuh minimum ekstrak daun bandotan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa pada dosis 25 g, 27 g, 29 g, 31 g, dan 33 g 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain : 1.4.1 Bagi mahasiswa Sebagai pengetahuan bagi mahasiswa untuk dapat melakukan pengujian aktivitas ekstrak daun bandotan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa serta dapat mengetahui KHM dan KBM ekstrak tersebut. 1.4.2 Bagi Institusi Dapat memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti berikutnya. 1.4.3 Bagi Masyarakat Dapat meningkatkan penggunaan tanaman obat dan meningkatkan penggunaan daun bandotan sebagai obat infeksi kulit. Serta memberikan informasi kepada masyarakat tentang khasiat daun bandotan dan dosis penggunaannya sebagai obat tradisional. 1.5 Asumsi Penelitian Asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.5.1 Ekstraksi daun bandotan (Ageratum conyzoides L) dilakukan dengan metode perkolasi. 1.5.2 Ekstrak daun bandotan memiliki aktivitas antibakteri 1.5.3 Untuk mengukur aktivitas ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L) terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dilakukan dengan metode dilusi dengan mengukur KHM dan KBM. 1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 1.6.1 Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah : 1)Determinasi daun bandotan (Ageratum conyzoides L) 2)Pembuatan ekstrak daun bandotan 3)Identifikasi bakteri Pseudomonas aeruginosa dengan media selektif Mac Conkey agar 4)Sterilisasi alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian 5)Sterilisasi media Nutrien Broth, dan media selektif Mueller Hinton Agar 6)Peremajaan biakan murni bakteri Pseudomonas aeruginosa 7)Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak daun bandotan terhadap bakteri dengan metode KHM dan KBM 8)Menganalisis data 1.6.2 Keterbatasan dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini hanya menggunakan bakteri Pseudomonas aeruginosa 2. Pengukuran senyawa antibakteri dilakukan dengan menggunakn metode KHM dan KBM 3. Daun bandotan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun bandotan dari spesies Ageratum conyzoides L 1.7 Definisi Istilah Definisi istilah dalam penelitian ini adalah : 1.7.1 Antibakteri adalah suatu komponen kimia yang mempunyai kemampuan dalam menghambat pertumbuhan atau kemampuan dalam mematikan bakteri. 1.7.2 Ekstraksi adalah suatu proses penarikan bahan atau zat aktif dari semua bahan obat dengan menggunakan pelarut yang sesuai. 1.7.3 Ekstrak daun bandotan adalah sediaan sediaan cair yang diperoleh melalui penyarian (ekstraksi) daun bandotan (Ageratum conyzoides L) dengan menggunakan pelarut yang sesuai yaitu etanol dengan cara perkolasi. 1.7.4 Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari yang selalu baru melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi dengan menggunakan alat yang disebut perkolator. 1.7.5 Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang lurus atau lengkung yang bersifat invasif dan toksigenik serta dapat menimbulkan infeksi pada manusia. 1.7.6 Infeksi adalah kemasukan hama, bibit penyakit, ke dalam tubuh khususnya bakteri. 1.7.7 Kadar Hambat Minimun (KHM) merupakan konsentrasi terendah antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba yang ditandai dengan kondisi kekeruhan. 1.7.8 Kadar Bunuh Minimum (KBM) merupakan konsentrasi bunuh terendah yang ditunjukkan dengan tidak adanya pertumbuhan koloni mikroba. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bandotan Klasifikasi oleh (Maulana San Ridwan, 2009) adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Super divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub kelas : Asteridae Ordo : Asterales Famili : Asteraceae Genus : Ageratum Spesies : Ageratum conyzoides L. Nama Daerah Bandotan antara lain : a. Sumatera : bandotan, daun tombak, siangit, tombak jantan, siangik kahwa, rumput tahi ayam. b. Jawa : babadotan, babadotan leutik, babandotan, b. beureum, b. hejo, jukut bau, ki bau, bandotan, berokan, wedusan, dus wedusan, dus bedusan, tempuyak. c. Sulawesi : dawet, lawet, rukut manooe, r. weru, sopi. 2.1.1 Nama Asing Sheng hong ji (C), bulak manok (Tag), ajganda, sahadevi (IP), billy goat weed, white weed, bastard agrimony (I), celestine, eupatoire bleue. 2.1.1 Karakteristik Bandotan Bandotan berasal dari Amerika tropis. Di Indonesia, bandotan merupakan tumbuhan liar dan lebih dikenal sebagai tumbuhan pengganggu (gulma) di kebun dan ladang. Tumbuhan ini, dapat ditemukan juga di pekarangan rumah, tepi jalan, tanggul, dan sekitar saluran air pada ketinggian 1-2.100 m di atas permukaan laut (dpl). Jika daunnya telah layu dan membusuk, tumbuhan ini akan mengeluarkan bau tidak enak. Bandotan tergolong ke dalam tumbuhan terna semusim, tumbuh tegak atau bagian bawahnya berbaring, tingginya sekitar 30-90 cm, dan bercabang. Batang bulat berambut panjang, jika menyentuh tanah akan mengeluarkan akar. Daun bertangkai, letaknya saling berhadapan dan bersilang (compositae), helaian daun bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing, tepi bergerigi, panjang 110 cm, lebar 0,5-6 cm, kedua permukaan daun berambut panjang dengan kelenjar yang terletak di permukaan bawah daun, warnanya hijau. Bunga majemuk berkumpul 3 atau lebih, berbentuk malai rata yang keluar dari ujung tangkai, warnanya putih. Panjang bonggol bunga 6-8 mm, dengan tangkai yang berambut. Buahnya berwarna hitam dan bentuknya kecil. Bandotan dapat diperbanyak dengan biji. 2.1.2 Sifat dan Khasiat Herba ini rasanya sedikit pahit, pedas, dan sifatnya netral. Bandotan berkhasiat stimulan, tonik, pereda demam (antipiretik), antitoksik, menghilangkan pembengkakan, menghentikan perdarahan (hemostatis), peluruh haid (emenagog), peluruh kencing (diuretik), dan peluruh kentut (karminatif). Daun bandotan dapat digunakan pula sebagai insektisida nabati. Selain Ageratum conyzoides L., terdapat bandotan varietas lain yang mempunyai khasiat yang sama, yaitu Ageratum houstonianum Mill. 2.1.3 Kandungan Kimia Daun bandotan mengandung minyak atsiri, asam organik, kumarin, ageratochromene, friedelin, ß-sitosterol, stigmasterol, potassium chlorida, tanin sulfur, dan a-siatosterol (Kusuma dan Zaky, 2005). Daun dan bunga mengandung saponin, flavanoid dan polifenol (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). 2.1.3.1 Glikosida flavonoid Glikosida flavonol dan aglikon biasanya dinamakan flavonoid. Glikosida ini merupakan senyawa yang sangat luas penyebarannya di dalam tanaman. Di alam dikenal adanya sejumlah besar flavonoid yang berbeda-beda dan merupakan pigmen kuning yang tersebar luas diseluruh tanaman tingkat tinggi. Rutin, kuersitrin, ataupun sitrus bioflavonoid (termasuk hesperidin, hesperetin, diosmin dan naringenin) merupakan kandungan flavonoid yang paling dikenal. 2.1.3.2 Glikosida saponin Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin. Glikosida saponin bisa berupa saponin steroid maupun saponin triterpenoid. Saponin adalah segolongan senyawa glikosida yang mempunyai struktur steroid dan mempunyai sifat-sifat khas dapat membentuk larutan koloidal dalam air dan membui bila dikocok. Saponin merupakan senyawa berasa pahit menusuk dan menyebabkan bersin dan sering mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin juga bersifat bisa menghancurkan butir darah merah lewat reaksi hemolisis, bersifat racun bagi hewan berdarah dingin, dan banyak diantaranya digunakan sebagai racun ikan. Saponin bila terhidrolisis akan menghasilkan aglikon yang disebut sapogenin. Ini merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan dan dipelajari lebih lanjut. Saponin yang berpotensi keras atau beracun seringkali disebut sebagai sapotoksin. 2.1.4 Bagian yang Digunakan Bagian yang digunakan untuk obat adalah herba (bagian di atas tanah) dan akar. Herba yang digunakan berupa herba segar atau yang telah dikeringkan. 2.1.5 Cara Pemakaian Untuk obat yang diminum, rebus 15-30 g herba kering atau 30-60 g herba segar. Cara lain tumbuk herba segar, lalu peras dan air perasannya diminum. Untuk pemakaian luar, tumbuk herba segar sampai halus. Selanjutnya, campurkan minyak sayur sedikit dan aduk sampai rata, lalu bubuhkan pada luka yang masih baru, bisul, eksim dan penyakit kulit lainnya (seperti kusta/lepra). Cara lain, giling herbal kering menjadi serbuk, lalu tiupkan ke kerongkongan penderita yang sakit tenggorokan. Selain itu, daun segar dapat diseduh dan air seduhannya dapat digunakan untuk membilas mata, sakit perut, dan mencuci luka. 2.1.6 Contoh Pemakaian Tradisional 2.1.5.1 Sakit telinga tengah akibat radang yaitu: Cuci herba bandotan segar secukupnya, lalu tumbuk sampai halus. Hasilnya peras dan saring. Gunakan air perasan yang terkumpul untuk obat tetes telinga. Sehari 4 kali, setiap kali pengobatan sebanyak 2 tetes. 2.1.5.2 Luka berdarah, bisul, eksim yaitu : Cuci herba bandotan segar secukupnya sampai bersih, lalu tumbuk sampai halus. Turapkan ramuan ke bagian tubuh yang sakit, lalu balut dengan perban. Dalam sehari, ganti balutan 3-4 kali. Lakukan pengobatan ini sampai sembuh. 2.1.5.3 Bisul, borok yaitu: Cuci satu tumbuhan herba bandotan segar sampai bersih. Tambahkan sekepal nasi basi dan seujung sendok teh garam, lalu giling sampai halus. Turapkan ke tempat yang sakit, lalu balut dengan perban. 2.1.5.4 Rematik (reumatik), bengkak karena keseleo yaitu: Sediakan satu genggam daun dan batang muda tumbuhan bandotan segar, satu kepal nasi basi, dan ½ sendok teh garam. Selanjutnya cuci daun dan batang muda sampai bersih, lalu tumbuk bersama nasi dan garam. Setelah menjadi adonan seperti bubur kental, turapkan ramuan ke bagian sendi yang bengkak sambil dibalut. Biarkan selama 1-2 jam, lalu balutan dilepaskan. Lakukan perawatan seperti ini 2-3 kali sehari. 2.1.5.5 Perdarahan rahim, sariawan, bisul, bengkak karena memar yaitu: Rebus 10-15 g herba bandotan dalam dua gelas air bersih sampai tersisa menjadi satu gelas. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum sekaligus. Lakukan 2-3 kali sehari. 2.1.5.6 Tumor rahim yaitu : Rebus 30-60 g herba bandotan segar atau 15-30 g herba kering dalam tiga gelas air sampai tersisa menjadi satu gelas. Selain direbus, herba segar dapat juga ditumbuk. Air rebusan atau air perasannya diminum satu gelas sehari. 2.1.5.7 Sakit tenggorokan yaitu : a) Cuci 30-60 g herba bandotan segar sampai bersih, lalu tumbuk sampai halus. Selanjutnya, peras dan saring. Tambahkan larutan gula batu ke dalam air perasan secukupnya dan aduk sampai rata. Minum ramuan dan lakukan tiga kali sehari. b) Cuci daun bandotan secukupnya, lalu jemur sampai kering. Selanjutnya, giling sampai menjadi serbuk. Tiupkan serbuk ke dalam tenggorokan penderita. 2.1.5.8 Malaria, influenza yaitu : Rebus 15-30 g herba bandotan kering dalam dua gelas air sampai tersisa menjadi satu gelas. Setelah dingin, saring dan minum sekaligus. Lakukan dua kali sehari. 2.1.5.9 Perut kembung, mulas, muntah yaitu : Cuci satu buah tumbuhan bandotan ukuran sedang sampai bersih, lalu potong-potong seperlunya. Rebus dalam tiga gelas air sampai tersisa menjadi satu gelas. Setelah dingin, saring dan minum sekaligus. Lakukan pengobatan ini 2-3 kali sehari sampai sembuh. 2.1.5.10Perawatan rambut yaitu : Cuci daun dan batang bandotan segar sampai bersih, lalu tumbuk sampai halus. Oleskan hasil tumbukan ke seluruh kulit kepala dan rambut. Tutup kepala dengan sepotong kain. Biarkan selama 2-3 jam. Selanjutnya, bilas rambut dengan air hangat dan keramas sampai bersih. Lakukan perawatan rambut ini satu sampai dua minggu sekali. 2.2 Ekstraksi Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain (Rahayu Suparni, 2009). 2.2.1 Pemilihan Penyari Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor diantaranya harus sesuai dengan karakteristik bahan aktifnya agar tidak merusak kandungan zat aktifnya. Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria diantaranya : 1. Mudah diperoleh dan harganya murah, 2. Stabil secara fisika dan kimia, 3. Tidak mudah menguap dan terbakar, 4. Tidak beracun, 5. Selektif yaitu hanya menarik zat kimia yang dikehendaki, 6. Bereaksi netral dan pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar. 2.2.2 Cara-cara Penyarian Cara penyarian dapat dibedakan menjadi infundasi, maserasi, dan perkolasi. 2.2.2.1 Infundasi Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Cara kerjanya yaitu simplisia yang telah dihaluskan sesuai dengan derajat kehalusan yang ditetapkan dicampur dengan air secukupnya dalam sebuah panci. Kemudian dipanaskan di dalam tangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu di dalam panci 90oC, sambil sesekali di aduk. Infus diserkai sewaktu masih panas melalui kain flanel. Untuk mencukupi kekurangan air, ditambahkan air mendidih melalui ampasnya. 2.2.2.2 Maserasi Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel, maka larutan yang terpekat di desak keluar. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada awal penyarian. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian cara maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyarinya kurang sempurna. Maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara : 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari sari diserkai, ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya diaduk dan diserkai, sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup, dibiarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Kemudian endapan dipisahkan. Pada penyarian dengan cara maserasi, perlu dilakukan pengadukan. Pengadukan diperlukan untuk meratakan konsentrasi larutan di luar butir serbuk simplisia, sehingga dengan pengadukan tersebut tetap terjaga adanya derajad perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel. Selain itu pengadukan juga dilakukan agar pelarut dan simplisia tidak jenuh, sebab apabila simplisia sudah jenuh terhadap pelarut maka zat aktif tidak dapat terekstrak oleh pelarut. 2.2.2.3 Perkolasi Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut : Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan. 2.3 Pseudomonas aeruginosa Pseudomonas aeruginosa adalah salah satu jenis bakteri gram negatif yang dapat digunakan dalam pengujian bahan antibakteri. Karakteristik bakteri gram negatif yaitu: 1. Peptidoglikan (2-7 nm) di antara membran dam dan luar, serta adanya membran luar (7-8 nm tebalnya) yang terdii dari lipid, protein, dan lipopolisakarida 2. Bulat, oval, batang lurus atau melingkar seprti tanda koma, heliks atau filamen; beberapa mempunyai selubung atau kapsul 3. Pembelahan biner, kadang-kadang pertunasan 4. Fototrof, kemolitoautotrof, atau kemoorganoheterotrof 5. Motil atau nonmotil. Bentuk flagela dapat bervariasi-polar,lopotrikus (lophtrichous), petritrikus (petritrichous). 6. Dapat memiliki pili, fimbriae, tangkai 7. Tidak dapat membentuk endospora Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri patogen yang memasuki tubuh melalui kulit, saluran urogenital, hidung dan mulut yang dapat menyebabkan infeksi pada luka bakar, luka lecet, luka bedah, saluran pernapasan bawah, dan saluran kencing. Bakteri ini biasanya terdapat di lingkungan yang lembab misalnya di rumah sakit. Hampir di tiap bagian dan lingkungan rumah sakit dapat dihuni oleh organisme ini, seperti pada kateter, instrument-instrument dan cairan intravena. 2.3.1 Klasifikasi Bakteri Pseudomonas aeruginosa Klasifikasi bakteri Pseudomonas aeruginosa (Todar, 2008) adalah sebagai berikut : Kingdom : Bacteria Divisio : Proteobacteria Classis : Gamma Proteobacteria Famili : Pseudomonadadaceae Genus : Pseudomonas Spesies : aeruginosa 2.3.2 Karakteristik Bakteri Pseudomonas aeruginosa Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang, berukuran sekitar 0,6 x 2 µm, bergerak, terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, dan kadang-kadang membentuk rantai yang pendek. Bakteri ini tumbuh dengan baik pada suhu 37°C42°C, pertumbuhannya pada suhu 42°C membantu membedakan spesies ini dari spesies Pseudomonas lain (Jawetz, et al., 1996:249). Pseudomonas aeruginosa tersebar luas di alam seperti di tanah, air, tumbuhan dan hewan. Bakteri ini adalah satu-satunya spesies yang menghasilkan piosianin yaitu suatu pigmen yang larut dalam kloroform dan fluoresen yaitu pigmen yang larut dalam air. Pseudomonas aeruginosa merupakan organisme yang sangat mudah beradaptasi dan dapat memakai 80 gugus organik yang berbeda untuk pertumbuhannya dan amonia sebagai sumber nitrogen. Dapat tumbuh pada perbenihan yang dipakai untuk isolasi kuman Enterobacteriaceae dan mempunyai kemampuan untuk mentolerir keadaan alkalis, juga dapat tumbuh pada perbenihan untuk kuman vibrio. Meskipun Pseudomonas merupakan organisme aerob, tetapi ia dapat mempergunakan nitrat dan arginin sebagai aseptor elektron dan tumbuh secara anaerob (Indonesia, 1994:177). 2.3.3 Patogenitas Pseudomonas aeruginosa hanya bersifat patogen bila masuk ke daerah yang fungsi pertahanannya abnormal, misalnya bila selaput mukosa dan kulit robek karena kerusakan jaringan langsung (Jawetz, et al., 1996:250). Bakteri ini tidak bertindak sebagai penginvasi utama yaitu sifat yang memungkinkan organisme mengatasi pertahanan tubuh normal dan menimbulkan infeksi terbuka, tetapi menyebabkan infeksi dan penyakit gawat dalam keadaan sebagai berikut (Volk dan Wheeler, 1993:156): 1. Pseudomonas aeruginosa dapat menimbulkan infeksi apabila secara mekanis ditempatkan dalam saluran kencing sewaktu kateterisasi. 2. Pseudomonas aeruginosa dapat menginfeksi ventilasi pernapasan dan memasukkan dalam jumlah besar organisme langsung ke dalam paru-paru orang yang sudah lemah keadaannya. 3. Pseudomonas aeruginosa memiliki resistensi terhadap banyak antibiotika, maka dapat menyebabkan infeksi gawat pada orang-orang yang menerima pengobatan antibiotika untuk luka bakar atau luka biasa. 2.4 Zat-zat Antibakteri Istilah-istilah yang sering digunakan untuk zat-zat antimikroba dan manfaatnya antara lain : 1. Bakteriostatik Adalah memiliki kemampuan menghambat perkembangbiakan bakteri, perkembangbiakan akan berlangsung lagi bila zat telah tiada. 2. Bakterisidal Adalah memiliki sifat mematikan bakteri. Kerja bakterisidal berbeda dengan bakteriostasis dalam hal tidak dapat dipulihkan lagi, yaitu bakteri yang dimatikan tidak dapat lagi berkembang biak, meskipun sudah terkena zat itu lagi. 3. Steril Adalah bebas dari kehidupan apapun. Sterilisasi dapat dicapai dengan penyaringan atau melalui zat pembunuh mikroorganisme. Karena kriteria kematian bagi mikroorganisme ialah ketidakmampuannya untuk bereproduksi, bahan steril dapat mengandung sel-sel mikroorganisme utuh yang masih bermetabolisme. 4. Disinfektan Adalah zat kimia yang digunakan untuk mematikan mikroorganisme pada permukaan, tetapi terlalu beracun untuk dipakai langsung pada jaringan. 5. Septik Ditandai dengan adanya bakteri patogen dalam jaringan hidup. 6. Aseptik Ditandai dengan tidak adanya bakteri patogen. Cara Kerja Zat-zat Antimikroba antara lain : 1. Merusak DNA Sejumlah unsur antimikroba bekerja dengan merusak DNA, unsur ini meliputi radiasi pengion (ionisasi), sinar ultraungu, dan zat-zat kimia reaktif DNA. 2. Denaturasi Protein 3. Gangguan Selaput dan Dinding Sel 4. Pembuangan Gugus Sulfhidril Bebas 5. Antagonisme Kimiawi 2.5 Antibiotik Pseudomonas aeruginosa Antibiotik adalah zat-zat kimia kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Antibiotik untuk Pseudomonas aeruginosa antara lain : 2.5.1 Kombinasi Piperasilin dan Aminoglikosida 1. Piperasilin Piperasilin merupakan turunan dari Ampisilin yang bekerja lebih kuat terhadap Pseudomonas. Aktivitasnya terhadap Streptokok dan enterokok baik, tidak aktif terhadap MRSA. Terhadap kuman yang membentuk penisilinase, zat ini perlu dikombinasi dengan laktamase-blocker guna melindunginya terhadap inaktivasi oleh enzim tersebut (Tazocin). 2. Aminoglikosida Aminoglikosida dihasilkan oleh jenis-jenis fungi Streptomyces dan Micromonospora. Semua senyawa dan turunan semi-sintetisnya mengandung dua atau tiga gula amino di dalam molekulnya, yang saling terikat secara glukosidis. Dengan adanya gugusan amino, zat-zat ini bersifat basa lemah dan garamsulfatnya yang digunakan dalam terapi mudah larut di air. 2.5.2 Kombinasi Seftriaxon dan Aminoglikosida 1. Seftriaxon Seftriaxon merupakan golongan sefalosporin generasi III. Aktivitasnya terhadap kuman Gram-negatif lebih kuat dan lebih luas lagi dan meliputi Pseudomonas dan Bacteroides, khususnya seftazidim. Resistensinya terhadap laktamase juga lebih kuat, tetapi khasiatnya terhadap stafilokok jauh lebih rendah. 2.6 Teknik Biakan Murni Teknik biakan murni dapat dilakukan dengan beberapa cara : 2.6.1 Cara Pengenceran Metode ini dilakukan dengan mengencerkan suatu suspensi yang berupa campuran bermacam-macam spesies kemudian diencerkan dalam suatu tabung tersendiri. Dari pengenceran ini kemudian diambil 1 ml untuk diencerkan lagi. Langkah selanjutnya diambil 0,1 ml untuk disebarkan pada suatu medium padat yang kemudian akan tumbuh koloni dalam media tersebut. 2.6.2 Cara Penuangan Metode ini dilakukan dengan mengambil sedikit sampel campuran bakteri yang sudah diencerkan, kemudian disebarkan dalam suatu medium agar. Setelah beberapa jam kemudian medium mengental dan tumbuhlah koloni yang masingmasing dapat dianggap murni. 2.6.3 Cara Penggoresan Ada beberapa teknik penggoresan, yaitu : 2.6.3.1 Goresan T Langkah kerjanya yaitu : 1. Lempengan dibagi menjadi 3 bagian dengan huruf T pada bagian luar dasar cawan petri, 2. Inokulasikan daerah I sebanyak mungkin dengan gerakan sinambung, 3. Panaskan ose dan biarkan dingin kembali, 4. Gores ulang daerah I sebanyak 3-4 kali dan teruskan goreskan di daerah II, 5. Pijarkan kembali ose dan biarkan dingin kembali, 6. Prosedur di atas diulangi untuk daerah III, 2.6.3.2 Goresan Kuadran Teknik ini sama dengan goresan T, hanya lempengan agar dibagi menjadi 4. 2.6.3.3 Goresan Radian Langkah kerjanya yakni : 1. Goresan dimulai dari bagian pinggir lempengan, 2. Pijarkan sengkelit dan dinginkan kembali, 3. Putar lempengan agar 90o dan buat goresan terputus dimulai dari bagian pinggir lempengan, 4. Putar lempengan agar 90o dan buat goresan terputus di atas goresan sebelumnya, 5. Pijarkan ose 2.6.3.4 Goresan Sinambung Langkah kerjanya yitu : 1. Ambil satu mata ose suspensi dan goreskan setengah permukaan lempengan agar 2. Jangan pijarkan ose, putar lempengan 180o , gunakan sisi mata ose yang sama dan gores pada sisa permukaan lempengan agar. 2.6.4 Cara Penyebaran Pengenceran sampel sama seperti pada cara penuangan. Dengan memipet sebanyak 0,1 ml cairan dari botol pengenceran dan biarkan cairan mengalir ke atas permukaan agar. Cairan sampel disebarkan dengan penyebar yang terbuat dari gelas. 2.7 Uji Aktivitas Antibakteri Untuk melakukan pengujian senyawa antibakteri dapat dilakukan dengan berbagai metode antara lain : 2.7.1 Metode Difusi terdiri dari : 2.7.1.1 Metode disc diffusion (tes Kirby dan Bauer) Digunakan untuk menentukan aktivitas agen antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media Agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media Agar tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media Agar. 2.7.1.2 E-test Digunakan untuk mengestimasi KHM (Kadar Hambat Minimum), yaitu konsentrasi minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Pada metode ini digunakan strip plastik yang mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan diletakkan pada permukaan media Agar yang telah ditanami mikroorganisme. Pengamatan dilakukan pada media jernih yang menunjukkan kadar agen antimikroba yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada media Agar. 2.7.1.3 Ditch-plate technique Pada metode ini sampel uji berupa agen antimikroba yang diletakkan pada parit yang dibuat dengan cara memotong media Agar dalam cawan Petri pada bagian tengah secara membujur dan mikroba uji digoreskan ke arah parit yang berisi agen antimikroba. 2.7.1.4 Cup-plate technique Metode ini serupa dengan metode disc diffusion, dimana dibuat sumur pada media Agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang akan diuji. 2.7.1.5 Gradient-plate technique Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba pada media Agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal. Media Agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan. Campuran kemudian dituang ke dalam cawan Petri dan diletakkan dalam posisi miring. Nutrisi kedua selanjutnya dituang di atasnya. Plate di inkubasi selama 24 jam untuk memungkinkan agen antimikroba berdifusi dan permukaan media mengering. Mikroba uji digoreskan pada arah mulai dari konsentrasi tinggi ke rendah 2.7.2 Metode Dilusi Metode dilusi dibedakan menjadi 2 yaitu : 2.7.2.1 Metode dilusi cair/broth dilution test Metode ini mengukur KHM dan KBM. Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba, dan di inkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah di inkubasi ditetapkan sebagai KBM. 2.7.2.2 Metode dilusi padat/solid dilution test Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan media padat (solid). Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi agen antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji. 2.8 Kerangka Teori Di dalam ekstrak daun bandotan mengandung senyawa flavonoid dan saponin. Flavonoid dan saponin dapat digunakan sebagai antibakteri. Flavonoid merupakan senyawa yang memiliki aktivitas anti-inflamasi, analgesik, anti- oksidan yang juga sangat berperan dalam proses penyembuhan luka, sedangkan Saponin mempunyai kemampuan sebagai pembersih dan mampu memacu pembentukan kolagen I yang merupakan suatu protein yang berperan dalam proses penyembuhan luka serta merendahkan tegangan permukaan sehingga dapat membunuh bakteri. Untuk memastikan di dalam ekstrak tersebut mengandung flavonoid dan saponin maka dilakukan identifikasi flavonoid dan saponin. Identifikasi saponin dengan menuang beberapa ekstrak kedalam tabung reaksi kemudian dikocok dan akan terbentuk buih yang menandakan adanya saponin. Sedangkan identifikasi untuk flavonoid dengan melarutkan beberapa ekstrak dengan etanol (95%) P dan ditambahkan 0,5g serbuk seng P dan 2 ml asam klorida 2 N, diamkan selama 1 menit. Tambahkan 10 ml asam klorida pekat P, jika dalam waktu 2 sampai 5 menit terjadi warna merah intensif, menunjukkan adanya flavonoid. Untuk mendapatkan ekstrak daun bandotan dilakukan dengan metode perkolasi. Perkolasi dilakukan dengan menggunakan penyari etanol 70% karena dimungkinkan banyak senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak larut dalam etanol dan beberapa larut dalam air. Pseudomonas aeruginosa merupakan salah satu bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Bakteri ini dapat bersifat patogen, bila bakteri menempel dan menyerang selaput lendir atau kulit, menyebar dari tempat tersebut dan berakibat penyakit sistemik. Sebelum melakukan pembiakan bakteri, terlebih dahulu dilakukan identifikasi bakteri Pseudomonas aeruginosa dengan pewarnaan Gram dan menggunakan media selektif yaitu MacConkey agar. Pewarnaan gram digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang digunakan adalah bakteri gram negatif, yaitu Pseudomonas aeruginosa. Sel bakteri gram negatif akan berwarna merah muda karena pengaruh dari pemberian safranin yang mampu diserap oleh bakteri. Selanjutnya, biakan murni Pseudomonas aeruginosa ditanam di media MacConkey agar yang bersifat selektif. Media ini memngkinkan adanya perbedaan bakteri gram negatif berdasarkan pada kemampuan untuk memfermentasi laktosa dan hasil akhirnya akan berwarna kekuningan. Pembuatan media pertumbuhan dan media selektif untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa dalam penilitian ini ada 2 yaitu media Nutrien Broth dan Muller Hinton Agar. Nutrien Broth merupakan media pertumbuhan berbentuk cair sehingga mempermudah dalam pengamatan kekeruhan pada uji Kadar Hambat Minimum. Sedangkan media Muller Hinton agar, merupakan media padat yang selektif untuk pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa yang digunakan pada uji Kadar Bunuh Minimum. Pengujian aktivitas ekstrak daun bandotan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dilakukan dengan metode KHM dan KBM dalam berbagai dosis. Dosis ekstrak daun bandotan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25 g, 27 g, 29 g, 31 g, dan 33 g. Dalam penelitian ini juga dilakukan pembuatan kontrol antara lain kontrol media, kontrol media + bakteri dan kontrol ekstrak. Daun Bandotan flavonoid saponin Merusak dinding sel bakteri Membentuk kolagen I Antibakteri Pseudomonas aeruginosa Metode dilusi KHM KBM Aktivitas antibakteri untuk menghambat dan membunuh bakteri Pseudomonas aeruginosa BAB III METODE PENELITIAN 3.3 Rancanagan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimental yang bertujuan untuk mengetahui daya hambat dan daya bunuh ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L) terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa. Penelitian ini meliputi tiga tahap. Pertama yaitu pembuatan ekstrak daun bandotan dengan cara perkolasi, sterilisasi alat semua peralatan, persiapan media cair Nutrien Broth dan media selektif Mueller Hinton Agar, pembuatan media, persiapan biakan murni Pseudomonas aeruginosa. Kedua, tahap pelaksanaan yaitu pengujian aktivitas antibakteri ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L) terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa. Ketiga, tahap akhir penelitian ini yaitu melakukan pengamatan terhadap hasil pengujian, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Percobaan dilakukan dengan 5 buah perlakuan dan 3 kali pengamatan, yaitu perlakuan A untuk dosis 25 g, perlakuan B untuk dosis 27 g, perlakuan C untuk dosis 29 g, perlakuan D untuk dosis 31 g, dan perlakuan E untuk dosis 33 g. 3.4 Populasi dan Sampel Populasi dan sampel dalam penelitian ini ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L) yang diperoleh dari penimbangan daun bandotan sebanyak 300 g. Tanaman uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman bandotan dimana bagian yang digunakan adalah daunnya. Daun bandotan yang digunakan dalam penelitian ini di dapat dari pekarangan sekitar rumah di daerah Ngantang RT 26, RW 04. Daun bandotan segar diambil dan dicuci, kemudian di tiriskan untuk menghilangkan sisa air saat pencucian. Daun yang sudah bersih kemudian di potong kecil-kecil dan di ekstrak dengan cara perkolasi. 3.2.1 Bakteri Uji Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pseudomonas aeruginosa, yang diperoleh dari Laboratorium Kedokteran Universitas Brawijaya. 3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.3.1 Lokasi Penelitian Penelitian aktivitas ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L) terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. 3.3.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian dimulai dari proses penyusunan proposal bulan November 2010 sampai dengan April 2011. 3.6 Instrumen Penelitian dan Bahan 3.4.1 Alat : 3.4.1.1 Alat Pembuatan Ekstrak Daun Bandotan: 1)Perkolator 2)Beaker glass 100 ml, 500 ml 3)Gelas ukur 10 ml, 100 ml 4)Erlemeyer 250 ml, 500 ml 5)Kertas saring 6)Batang pengaduk 7)Kain kassa 8)Evaporator 9)Timbangan kasar 10)pinset 3.4.1.2 Alat Pembuatan Media: 1)Beaker glass 100 ml, 500 ml 2)Bunsen 3)Asbes + kaki tiga 4)Batang pengaduk 5)Autockaf 6)Timbangan kasar 7)Tangan analitik 8)Tabung reaksi 9)Kapas 3.4.1.3 Alat Persiapan Peremajaan Biakan Murni: 1)Bunsen 2)Tabung reaksi 3)Cawan petri 4)Inkubator 5)Labu ukur 10 ml 6)spektrofotometri 3.4.1.4 Alat Pengujian Daya Hambat dan Daya Bunuh: 1)Tabung reaksi 2)Inkubator 3)Pipet 4)Blue tip 5)Bunsen 6)Cawan petri 7)Laminar Air Flow 8)Colony counter 3.4.2 Bahan 1.4.2.1 Bahan Pembuatan Ekstrak Daun Bandotan: 1)Daun bandotan 2)Etanol 70% 1.4.2.2 Bahan Media Pertumbuhan: 1)Media Nutrien Broth 2)Media Mueller Hinton Agar 3)Bakteri Pseudomonas aeruginosa 4)NaCl 0,9% 3.7 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L) dan variabel terikat adalah aktivitas antibakteri ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L) dalam menghambat dan membunuh bakteri Pseudomonas aeruginosa. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Variabel Ekstrak daun bandotan Aktivitas terhadap Pseudomonas aeruginosa Definisi Sediaan kental yang dibuat dengan menyari simplisia daun bandotan dengan cara perkolasi Hasil Ukur Warna Bau Tekstur Rasa KHM : Kemampuan KHM ditandai menghambat (melawan infeksi dengan kondisi atau mencegah kekeruhan pada pertumbuhan/kerja bakteri masing-masing dengan tabung yang menghancurkan/menahan dibandingkan dengan pertumbuhan serta aktivitasnya) kontrol yang telah dibuat Alat Ukur Visual KBM : kemampuan KBM ditandai membunuh(hilangnya dengan jumlah kemampuan bakteri secara koloni bakteri permanen untuk berproduksi) bakteri Pseudomonas aeruginosa Colony counter Visual 3.8 Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap berikut : 3.6.1 Tahap Persiapan 3.6.1.1 Sterilisasi Alat Cara sterilisasi ini adalah dengan membungkus alat-alat dengan menggunakan alumunium foil kemudian dimasukkan dalam oven dengan suhu 150o-170oC selama dua jam untuk alat dari logam dan porselen (sterilisasi panas kering). Untuk alat dari gelas atau kaca dibungkus dengan kertas perkamen, kemudian dimasukkan dalam autoklaf dengan suhu 121oC selama 15 menit (sterilisasi panas basah). 3.6.1.2 Pembuatan Ekstrak Daun Bandotan Pembuatan ekstrak daun bandotan dengan cara perkolasi yaitu sebagai berikut: 1. Ditimbang daun bandotan sebanyak 300 gram, 2. Masukkan dalam beaker glass atau bejana tertutup dan direndam dalam etanol 70%, tutup dengan alumunium foil, 3. Didiamkan selama 1 x 24 jam sambil diaduk, 4. Set alat perkolator dan wadah penampung, 5. Sediaan dipindahkan dalam perkolator yang sudah dilapisi kertas saring bentuk corong sambil ditekan perlahan, 6. Dituangi cairan penyari hingga ada selapis penyari diatas simplisia, 7. Biarkan cairan penyari mengalir dengan kecepatan 15-20 tetes per menit, 8. Setelah selesai, tambahkan sisa etanol 70% sampai warna ekstrak menjadi jernih, kemudian disaring dan diserkai, 9. Diamkan selama 1 x 24 jam dalam bejana, jika ada kabut disaring. Jika tidak tambahkan pelarut, 10. Hasil ekstrak yang diperoleh, diuapkan dengan menggunakan evaporator pada suhu 70oC sampai pekat atau tidak mengandung etanol lagi, 11. Ditimbang hasil ekstrak, 12. Dilakukan identifikasi saponin dan flavonoid, 12.1 Indentifikasi saponin yaitu : Masukkan 0,5g ekstrak daun bandotan yang diperiksa kedalam tabung reaksi, tambahkan 10 ml air panas, dinginkan dan kemudian kocok kuat-kuat selama 10 detik (jika zat yang diperiksa berupa sediaan cair, encerkan 1 ml sediaan yang diperiksa dengan 10 ml air dan kocok kuat-kuat selama 10 menit); terbentuk buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm sampai 10 cm. Pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N, buih tidak hilang. 12.2Identifikasi flavonoid yaitu : Uapkan hingga kering 1 ml larutan percobaan,sisa dilarutkan dalam 1 ml sampai 2 ml etanol (95%) P; tambahkan 0,5 g serbuk seng P dan 2 ml asam klorida 2 N, diamkan selama 1 menit. Tambahkan 10 ml asam klorida pekat P, jika dalam waktu 2 sampai 5 menit terjadi warna merah intensif, menunjukkan adanya flavonoid (glikosida-3-flavonol). 13. Ekstrak siap digunakan sebagai sampel penelitian 3.6.1.3 Identifikasi Bakteri Pseudomonas aeruginosa Pertama, identifikasi dengan pewarnaan Gram yang dilakukan dengan cara biakan bakteri ditetesi dengan 4 macam reagen yaitu kristal violet sebagai larutan cat dasar/cat utama, larutan Iodin yang menguatkan pewarnaan dengan cat dasar, alkohol 96% sebagai peluntur cat dasar dan safranin sebagai cat penutup yang digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel yang kehilangan cat dasar akibat pelunturan oleh alkohol. Setelah itu, diamati preparat dengan mikroskop pada perbesaran kuat. Sel bakteri gram negatif akan berwarna merah muda karena pengaruh dari pemberian safranin yang mampu diserap oleh bakteri. Kedua, biakan murni bakteri Pseudomonas aeruginosa ditanam di media MacConkey agar piring untuk menghasilkan koloni berwarna yaitu warna kekuningan. Koloni yang muncul berbentuk datar, besar, dan oval dan juga memiliki bau khas buah. Tabel 3.2 Komposisi MacConkey Agar BAHAN Pepton Polipepton Laktosa Garam empedu NaCl Agar Merah netral Kristal violet Aquadest pH ± 7,1. JUMLAH 17 gram 3 gram 10 ml 1,5 gram 5 gram 13,5 gram 0,03 gram 0,001 gram 1 liter 3.6.1.4 Pembuatan Media Cair Nutrien Broth Tabel 3.3 Media Cair Nutrien Broth BAHAN JUMLAH Ekstrak Daging Sapi Pepton Aqua 3 gram 5 gram 1000 ml pH : ± 7.0 (Pedoman Praktek Mikrobiologi Universitas Brawijaya,2000:174) Cara pembuatan : 1. Disiapkan semua bahan sesuai komposisi diatas, 2. Dimasukkan semua bahan ke dalam beaker glass, kemudian dipanaskan diatas bunsen dengan diaduk-aduk sampai larut homogen. Ukur pH. Usahakan pH = 7, 3. Selanjutnya larutan No.2 dimasukkan dalam tabung reaksi sebanyak 15 ml, ditutup dengan kapas kemudian disterilkan dalam autoclaf pada suhu 1210C selama 15 menit, 3.6.1.5 Pembuatan Medium Mueller Hinton Agar Tabel 3.4. Komposisi Mueller Hinton Agar BAHAN JUMLAH Beef extract solid Acid casein hydrolysate Strach Agar 2 gram 17,5 gram 1,5 gram 17 gram Cara Pembuatan : 1. Persiapkan media Mueller Hinton Agar siap pakai kemudian encerkan, 2. Masukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 15 ml, tutup dengan kapas dan disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 121oC selama 15 menit, 3.6.1.6 Persiapan Biakan Murni Pseudomonas aeruginosa Pembuatan biakan bakteri, melalui tahap-tahap sebagai berikut : 1. Cairkan media Mueller Hinton steril melalui pemanasan diatas bunsen. 2. Masukkan ke dalam cawan petri sebanyak 15 ml secara aseptis dan biarkan sampai padat. 3. Inokulasi biakan murni Pseudomonas aeruginosa pada media padat secara aseptis. 4. Diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam. 5. Siapkan larutan NaCl 0,9% sebanyak 25 ml pada labu ukur untuk mensuspensikan Pseudomonas aeruginosa. 6. Biakan Pseudomonas aeruginosa pada No.4 kemudian diinkubasikan secara aseptis pada larutan NaCl 0,9%. 7. Serapan suspensi Pseudomonas aeruginosa diukur dengan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 580 nm sedemikian rupa sehingga pengenceran tertentu diperoleh % transmitter 25. 3.6.2 Tahap Pelaksanaan 3.6.2.1 Pengujian Daya Hambat Ekstrak Daun Bandotan Terhadap Pseudomonas aeruginosa. 1. Siapkan biakan murni Pseudomonas aeruginosa, 2. Siapkan media cair Nutrien Broth pada tabung masing-masing 15 ml, 3. Pipet 1 ml suspensi bakteri kedalam masing-masing tabung dan biarkan kurang lebih 1 jam dalam inkubator pada suhu 37oC, 4. Ditimbang masing-masing dosis ekstrak daun bandotan dan dimasukkan ke dalam masing-masing tabung pada No.3. Inkubasi pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam, 5. Setelah 1 x 24 jam, amati perbedaan kekeruhan pada masing-masing tabung dan dibandingkan dengan tabung kontrol. Lakukan pengamatan sebanyak 3 kali. 6. Dicatat data yang diperoleh dan dimasukkan dalam table, Tabel 3.5. Komposisi ekstrak daun bandotan :suspensi bakteri:media Nutrien Broth. Perlakuan Sampel No Dosis Susp. bakteri (ml) Media NB (ml) Ket : Perlakuan Kontrol T. G T. H T. F (K (K (K Bakteri) Ekstrak) Media) T. A T. B T. C T. D T. E 25 g 27 g 29 g 31 g 33 g 1 1 1 1 1 1 0 0 10 10 10 10 10 10 10 10 T = tabung K = kontrol 3.6.2.2 Pengujian Daya Bunuh Ekstrak Daun Bandotan Terhadap Pseudomonas aeruginosa. 1. Pipet 1 ml dari hasil KHM ke dalam cawan petri, 2. Masukkan media Muller Hinton Agar ke dalam No. 1 sebanyak 15 ml secara aseptis dan biarkan memadat, 3. Kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam, 4. Setelah diinkubasi selama 1 x 24 jam, dihitung jumlah bakteri yang terbentuk dalam media selektif tersebut. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan colony counter. Lakukan pengamatan sebanyak 3 kali, 5. Dicatat data yang telah diperoleh dan dimasukkan dalam tabel, 3.9 Analisis Data Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dengan membandingkan daerah kekeruhan pada masing-masing tabung yang kemudian dilanjutkan dengan perhitungan jumlah bakteri Pseudomonas aeruginosa yang tumbuh pada masing- masing cawan petri dengan cara dibiakkan terlebih dahulu pada media selektif dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam. Penghambatan Pseudomonas aeruginosa oleh ekstrak daun bandotan ditandai dengan adanya wilayah keruh dan jernih pada masing-masing tabung. Daya bunuh maksimum ekstrak daun bandotan pada Pseudomonas aeruginosa ditandai dengan banyak sedikitnya bintik-bintik kuning berpendar diatas media selektif yang kemudian akan dihitung menggunakan colony counter. Setelah itu, dianalisis menggunakan Analisis Varian Satu Arah atau ANOVA menggunakan SPSS 13. Tabel 3.6. Data Penelitian A Perlakuan Sampel B C D E 1 A1 B1 C1 D1 E1 2 A2 B2 C2 D2 E2 3 A3 B3 C3 D3 E3 TA TB TC TD TE − − − − − Pengamatan Perlakuan Kontrol T L M Total Rata-rata Keterangan : A B C D E L M TL x A x B x C x D x E = perlakukan dosis daun bandotan 25 g = perlakuan dosis daun bandotan 27 g = perlakuan dosis daun bandotan 29 g = perlakuan dosis daun bandotan 31 g = perlakuan dosis daun bandotan 33 g = perlakuan kontrol media + bakteri = perlakuan kontrol media Selanjutnya analisa data dilakukan dengan menggunakan SPSS 13 dengan melakukan uji Normality, Homogeneity, ANOVA, dan Post Hoc. TM BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Dalam bab ini dijelaskan tentang hasil organoleptis dari ekstrak daun bandotan. Setelah pengamatan organoleptis dilakukan pengujian KHM ekstrak daun bandotan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa. Hasil pengujian KHM kemudian dilanjutkan dengan uji KBM. Setelah dilakukan pengujian KHM dan KBM kemudian dilakukan analisa data menggunakan SPSS 13. 4.1.1 Hasil Pengamatan Organoleptis Ekstrak Daun Bandotan Untuk hasil pengamatan organoleptis ekstrak daun bandotan dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.1. Tabel Hasil Pengamatan Organoleptis Ekstrak Daun Bandotan Organoleptis Hasil Pengamatan Bentuk Rasa Warna Bau Cair dan berwarna hijau tua Pahit Hijau tua Bau khas daun dan pahit 4.1.2 Hasil Penelitian Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Bandotan Terhadap Pseudomonas aeruginosa Hasil Penelitian uji daya hambat ekstrak daun bandotan terhadap Pseudomonas aeruginosa dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 4.2. Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Daun Bandotan Terhadap Pseudomonas aeruginosa P Dosis engamatan I A B S S C Kontrol D E F S S S G K K angat angat J edikit edikit angat eruh eruh keruh I ernih keruh S keruh S keruh S keruh S ekstrak S K K I angat angat J edikit edikit angat eruh eruh keruh I ernih keruh S keruh S keruh S keruh S ekstrak S K K II angat angat J edikit edikit angat eruh keruh keruh H eruh ernih keruh keruh keruh ekstrak Ket : A = perlakuan dosis daun bandotan 25g B = perlakukan dosis daun bandotan 27g C = perlakuan dosis daun bandotan 29g D = perlakuan dosis daun bandotan 31g E = perlakuan dosis daun bandotan 33g F = perlakuan kontrol media + bakteri G = perlakuan kontrol media H = perlakuan kontrol ekstrak daun bandotan Pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa daerah yang mendekati jernih atau sedikit keruh terdapat pada dosis 31g dan 33g, namun hasil percobaan diatas masih bersifat kualitatif dan akan dilanjutkan dengan metode KBM untuk menghitung koloni dan membedakan antara bakteri yang hidup dan yang mati. 4.1.3 Hasil Penelitian Uji Daya Bunuh Ekstrak Daun Bandotan Terhadap Pseudomonas aeruginosa Hasil Penelitian uji daya hambat ekstrak daun bandotan terhadap Pseudomonas aeruginosa dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 4.3 Konsentrasi Bunuh Minimum Ekstrak Daun Bandotan Terhadap Pseudomonas aeruginosa Penga matan Perlakuan Sampel A B 7 1 2 C 5 6 D 3 2 Total E 2 6 Perlakuan Kontrol L M 1 9 koloni koloni koloni koloni koloni 8 6 3 2 2 2 0 0 6 8 1 koloni koloni koloni koloni koloni 8 5 4 3 2 3 2 8 0 0 6 koloni koloni koloni koloni koloni 2 1 1 8 6 6 T Total 34 74 08 4 6 66 0 BUD koloni koloni koloni koloni koloni koloni 7 5 3 2 2 2 Ratarata 8 8 6 8 2 22 koloni koloni koloni koloni koloni koloni B = perlakukan dosis daun bandotan 27g C = perlakuan dosis daun bandotan 29g D = perlakuan dosis daun bandotan 31g E = perlakuan dosis daun bandotan 33g L = perlakuan kontrol media + bakteri M = perlakuan kontrol media TBUD = Terlalu Banyak Untuk Dihitung Pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah rata-rata dari masing-masing dosis menunjukkan perbedaan jumlah bakteri bila diurutkan dari terkecil adalah 22; 28; 36; 58; 78 untuk dosis 33 g; 31 g; 29 g; 27 g; 25 g. Dari nilai rata-rata diatas dapat diketahui bahwa kadar bunuh minimum daun bandotan terhadap Pseudomonas aeruginosa belum terdapat pada dosis 33 g karena pada dosis tersebut masih ada pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa. 4.2.Analisis Hasil Penelitian Analisa data dilakukan dengan menggunakan SPSS 13 dan data penelitian yang dimasukkan dalam sistem tersebut adalah hasil pengamatan KBM. Kemudian dilakukan analisa dan di dapatkan hasil seperti di bawah ini : 4.2.1. Hasil Analisa Test of Normality Hasil analisa test of normaliy dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.4. Test of Normality Dari test of normality diatas diketahui nilai significancy > 0,05 yaitu 0,184 dan 0,062. Jadi dapat disimpulkan bahwa distribusi data di atas nomal. Kemudian dilakukan analisa homogeneity untuk mengetahui varians data. 4.2.2. Hasil Analisa Test of Homogeneity of Variances Untuk analisa test of homogeneity of variances dan dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.5. Test of Homogeneity of Variances Pada uji varians data di atas dapat diketahui nilai p = 0,333. Karena nilai p > 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan varians antara kelompok data yang dibandingkan dengan kata lain varians data adalah sama. Kemudian dilakukan uji ANOVA. 4.2.3. Hasil Analisa Data ANOVA Untuk analisa data ANOVA dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.6. ANOVA Dari tabel diatas diketahui nilai Significancy menunjukkan angka 0,000 (p < 0,05). Oleh karena p < 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa paling tidak terdapat dua kelompok yang mempunyai varians data yang berbeda secara bermakna. Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda secara bermakna dilakukan analisa Post Hoc 4.2.4. Hasil Analisa Post Hoc Untuk analisa post hoc dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.7 Post Hoc Dari hasil analisa di atas dapat diketahui bahwa semua perlakuan menghasilkan perbedaan aktivitas secara bermakna. Kecuali untuk perlakuan D terhadap E dan perlakuan E terhadap D yang menghasilkan data yang tidak signifikan. BAB V PEMBAHASAN Tanaman bandotan yang digunakan oleh peneliti diperoleh dari pekarangan sekitar rumah RT 26, RW 04, Mulyorejo, Ngantang. Bagian tumbuhan Ageratum conyzoides L yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun muda. Alasannya karena pada daun merupakan tempat terjadinya fotosintesis pada tumbuhan hijau. Sehingga dapat diansumsikan pada daun terdapat paling banyak kandungan senyawa kimianya termasuk flavonoid dan saponin (Herbal Indonesia Berkhasiat:186). Ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L ) diperoleh dengan cara penyarian yang meliputi tahap pengecilan ukuran, pembasahan, penyarian dengan cara perkolasi dan pemekatan. Tahap pengecilan ukuran dilakukan untuk mempermudah proses penyarian. Daun bandotan yang masih segar dan telah dicuci, kemudian dipotong dengan menggunakan pisau, sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki. Selanjutnya dilakukan pembasahan dengan cara merendam daun bandotan yang telah melalui tahap pengecilan ukuran dalam pelarut etanol 70% selama 1 x 24 jam. Ekstraksi digunakan etanol 70% sebagai bahan penyarinya, karena etanol 70% bersifat semi polar yang dapat melarutkan senyawa yang bersifat polar maupun non-polar. Selain itu, etanol 70% tidak menyebabkan pembengkakan membran sel dan memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut (Harborne, 1987). Pembasahan daun bandotan dimaksudkan untuk memberikan kesempatan sebesarbesarnya pada cairan penyari agar masuk ke dalam seluruh pori-pori sehingga mempermudah penyarian selanjutnya. Tahap berikutnya adalah tahap penyarian dengan cara perkolasi. Perkolasi merupakan cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui daun bandotan yang telah di maserasi selama 1 x 24 jam dan dipindahkan ke dalam wadah yang disebut perkolator. Keuntungan menggunakan cara penyarian ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan karena sampel padat telah terpisah dari ekstrak. Mekanisme kerja perkolasi yaitu cairan penyari akan melarutkan zat aktif melalui sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Dengan cara perkolasi, aliran cairan penyari menyebabkan pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah. Selain itu, ruang diantara pori-pori akan membentuk saluran tempat cairan penyari mengalir. Hasil perkolasi (perkolat) selanjutnya dipekatkan dengan menggunakan penguap putar (Rotary Evaporator) untuk menguapkan etanol 70% pada suhu 70oC karena pada suhu tersebut merupakan suhu minimal untuk menguapkan etanol 70%. Setelah didapat ekstrak kasar dari hasil evaporasi, peneliti melakukan penguapan ekstrak diatas waterbath. Tujuan dari penguapan ini adalah untuk meminimalkan kandungan air yang masih terdapat pada ekstrak kasar karena air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Bakteri uji yang digunakan yaitu Pseudomonas aeruginosa karena Pseudomonas aeruginosa bersifat invasif dan toksigenik, menimbulkan infeksi pada penderita apabila fungsi pertahanan inang abnormal dan merupakan patogen nosokomial yang penting salah satunya pada kulit yang terluka. Pengujian aktivitas terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa ini menggunakan 2 macam media yaitu media cair dan media selektif untuk pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa. Idenifikasi Pseudomonas aeruginosa dengan menggunakan media selektif Mac Conkey. Media ini memungkinkan adanya perbedaan bakteri gram negatif berdasarkan pada kemampuan untuk memfermentasi laktosa dan hasil akhirnya akan berwarna kekuningan. Nutrien Broth adalah media cair yang digunakan untuk pertumbuhan bakteri, salah satunya Pseudomonas aeruginosa dan dapat digunakan untuk isolasi bakteri tersebut karena mengandung semua unsur senyawa esensial untuk pertumbuhan. Nutrien Broth juga dapat digunakan untuk pengamatan kekeruhan pada uji KHM. Sedangkan media selektifnya adalah Mueller Hinton agar. Media ini selain mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa juga ditambahkan zat tertentu yaitu acid casein hydrolysate sehingga menekan pertumbuhan bakteri lain dan merangsang pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa yang ditandai dengan pertumbuhan koloni yang berwarna kehijauan. Sebelum melakukan pengujian yang sebenarnya, peneliti melakukan orientasi untuk menentukan dosis yang dapat menghanbat dan membunuh bakteri uji. Peneliti menimbang beberapa dosis yang berbeda sampai ditemukan dosis yang dapat menghambat dan membunuh bakteri uji tersebut. Pengujian aktivitas ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L ) terhadap Pseudomonas aeruginosa dilakukan pada dosis 25g, 27g, 29g, 31g dan 33g. Dari hasil pengamatan dengan menggunakan dosis tersebut terdapat perbedaan hasil yang nyata dari penurunan jumlah bakteri yang tumbuh tiap penambahan dosisnya. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari 2 tahap yaitu penentuan Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM). KHM ditentukan dengan cara membandingkan kekeruhan pada masing-masing konsentrasi ekstrak, sedangkan KBM ditentukan dengan cara menghitung jumlah koloni pada media padat selektif. Penelitian ini dilakukan sebanyak 3 kali pengamatan dengan menggunakan 3 kontrol untuk mengendalikan kondisi penelitian. Kontrol yang digunakan berupa kontrol media , kontrol bakteri dan kontrol ekstrak. Kontrol bakteri digunakan untuk melihat pertumbuhan bakteri, kontrol media untuk melihat kesterilan media dan menghindari terkontaminasinya media oleh mikroba lain terutama pada masa inkubasi, sedangkan kontrol ekstrak sebagai pembanding untuk melihat kejernihan pada uji KHM, karena ekstrak yang digunakan berwarna sedikit pekat. Hasil kontrol bakteri menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri Tidak Bisa Untuk Dihitung (TBUD), sedangkan untuk kontrol media tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh. Setelah itu dilakukan analisa data menggunakan dengan SPSS 13. Data hasil penelitian yang dimasukkan dalam sistem ini yaitu dari data hasil pengamatan KBM. Analisa dilakukan melalui 4 tahap pengujian yaitu uji Normality, uji Homogenity, uji ANOVA, dan uji Post Hoc. Dari uji Normality diketahui nilai significancy > 0,05 yaitu 0,184 dan 0,062. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa distribusi data yang dimasukkan sudah normal karena persyaratannya harus > 0,05. Apabila distribusi data sudah normal maka dapat dilanjutkan uji Homogeneity untuk mengetahui apakah data yang dimasukkan sudah homogen atau belum. Dari uji Homogeneity diketahui bahwa nilai significancy 0,333. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan antara varian data dalam kelompok atau dengan kata lain varian datanya sama, karena persyaratannya nilai significancy harus > 0,05. Apabila varian data sudah sama maka dapat dilanjutkan dengan uji ANOVA. Dari uji ANOVA dapat diketahui bahwa nilai significancy menunjukkan angka 0,000. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa paling tidak terdapat dua kelompok yang mempunyai varians data yang berbeda secara bermakna, karena persyaratannya nilai significancy harus < 0,05. Untuk mengetahui perlakuan mana yang memberikan hasil yang berbeda secara bermakna maka dilakukan uji Post Hoc. Dari hasil analisa tersebut diketahui bahwa perlakuan memberikan hasil yang berbeda secara bermakna. Karena dari 20 perlakuan terdapat 18 perlakuan yang memberikan hasil yang berbeda secara bermakna yaitu yang ditunjukkan dengan tanda (*) pada belakang nilai dan hanya 2 perlakuan yang tidak menghasilkan perbedaaan secara bermakna yaitu perlakuan D terhadap E dan perlakuan E terhadap D. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa perlakuan yang dilakukan oleh peneliti sudah benar namun jika dilihat data hasil KBM peneliti belum bisa menentukan kadar bunuh ekstrak dan bandotan (Ageratum conyzoides L ) terhadap bakteri uji. Karena pada dosis tertinggi yaitu 33 g masih terdapat pertmbuhan bakteri. Adapun permasalahan yang dihadapi dalam pengujian ini adalah hasil ekstrak yang diperoleh dengan cara perkolasi kurang maksimal. Hal ini disebabkan hasil ekstrak tidak hanya menarik senyawa flavonoid dan saponin saja, namun juga masih tercampur oleh senyawa lain (ekstrak kasar) yang diduga dapat berfungsi sebagai antibakteri karena peneliti tidak melakukan isolasi pada senyawa flavonoid dan saponin yang diduga sebagai antibakteri. BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Terdapat kadar hambat minimum ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L ) terhadap Pseudomonas aeruginosa. 6.1.2 Tidak terdapat kadar bunuh ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L ) pada dosis yang digunakan. 6.2 Saran 6.2.1 Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa dosis yang ditentukan oleh peneliti masih belum dapat membunuh bateri uji. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menambah dosis agar dapat mencapai kadar bunuh ekstrak terhadap bakteri uji. 6.2.2 Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan ekstrak kasar sehingga hasil yang di dapat kurang maksimal. Maka disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan isolasi untuk mendapatkan hasil yang maksimal. DAFTAR PUSTAKA Dalimartha, Setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Trubus Agriwidya Hargono, Djoko. 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Harinaldi. 2005. Prinsip – Prinsip Statistik Untuk Teknik dan Sains. Jakarta: Erlangga Jawets, Z.E dan Elberg. E. A. 1982. Mikrobiologi untuk Profesi Kedokteran. Jakarta: ECG Penerbit Buku. Jayanti, Dwi. 2010. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tennore) Steen) Terhadap Pseudomonas aeruginosa. Karya Tulis tidak diterbitkan. Malang: Akademi Farmasi Malang Pratiwi, Sylvia. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga. Sjamsul, Arifin Achmad. 2008. Tumbuh-tumbuhan Obat Indonesia. Bandung: ITB Waluyo, lud. 2008. Teknik Metode Dasar Mikrobiologi. Malang: UMM Press Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press. Indonesia, Departemen Kesehatan. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan. Jawets, Z.E dan Elberg. E. A. 1982. Mikrobiologi untuk Profesi Kedokteran. Jakarta: ECG Penerbit Buku. Volk dan Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar. Jilid II. Jakarta: Erlangga. Lenny, Sovia. 2006. Senyawa Flavonoid, Fenilpropanoida dan Alkaloida. Medan. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Fauziyah, Nurul. 2008. Efekantiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Petai Cina (Leucaena glauca, Benth) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Surakarta. Fakultas Farmasi Universitas Surakrta.