Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak PENINGKATAN NILAI GUNA LAHAN KRITIS DI PROPINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN TANAMAN PAKAN TERNAK VITA KRISNADEWI Universitas Mulawarman Kalimantan Timur Jl. Pasir Belengkong PO Box 1040 Samarinda ABSTRAK Kalimantan Timur merupakan salah satu propinsi di Indonesia dengan kekayaan alam yang melimpah berupa hutan dan hasil tambang. Akan tetapi kekayaan alam yang dieksploitasi tidak disertai dengan upaya pelestarian alam sehingga kerusakan lahan semakin meluas sedangkan upaya rehabilitasi belum berjalan secara optimal. Di lain pihak kondisi tanah di beberapa daerah di propinsi ini menunjukkan kurang produktif ditanami tanaman pangan. Tanaman makanan ternak baik leguminosa maupun rumput-rumputan merupakan tanaman yang mampu berproduksi tinggi walaupun pada lahan miskin hara dan penanamannya pun tidak memerlukan perlakuan yang rumit. Penanaman tanaman makanan ternak diharapkan mampu meningkatkan nilai guna lahan baik secara fisik yakni konservasi dan rehabilitasi maupun secara ekonomis. Kata Kunci : Lahan kritis, konservasi, rehabilitasi PENDAHULUAN Kalimantan Timur dengan luas 245.237,8 km2 atau satu setengah kali luas pulau JawaMadura merupakan propinsi terluas kedua di Indonesia setelah Papua. Propinsi ini terdiri atas 9 kabupaten, 4 kota, 109 kecamatan, dan 1299 desa/kelurahan. Daratan propinsi ini tidak terlepas dari gugusan gunung dan pegunungan yang hampir terdapat di semua kabupaten, memiliki ratusan sungai dengan Sungai Mahakam sebagai sungai terpanjang. Terletak di khatulistiwa, Kalimantan Timur merupakan daerah tropik yang memiliki suhu dan kelembaban yang cukup tinggi. Balai Pusat Statistik propinsi ini mencatat suhu pada tahun 2003 berkisar antara 18,83 – 34,69oC dan kelembaban 81,42 – 86,25. Suhu dan kelembaban ini tentu berbeda dari satu tempat ketempat lain sesuai ketinggian dari permukaan lautan (BALAI PUSAT STATISTIK, 2004). Tidak adanya gunung berapi di Kalimantan Timur berpengaruh terhadap kondisi tanah. Daerah tanpa gunung berapi memiliki tanah yang kurang subur. Selain itu tanpa gunung berapi menjadikan tanah di perbukitan mudah longsor. Curah hujan yang cukup tinggi selain menimbulkan longsor juga mengakibatkan banjir di beberapa daerah seperti lahan gambut karena sistem drainase yang buruk. Lahan gambut yang berada pada dataran cekungan 78 hanya dapat dimanfaatkan untuk penanaman tanaman pangan pada saat musim kering sedangkan pada musim hujan rumput-rumput liar saja yang hidup dengan subur. Kalimantan Timur dengan habitatnya hutan lebat adalah penghasil kayu terbesar sebagai penghasil devisa. Selain itu propinsi ini merupakan salah satu propinsi di Indonesia dengan sumber daya alam yang melimpah berupa hasil tambang baik migas maupun non migas. Sektor pertambangan khususnya minyak bumi dan gas alam mampu memberikan sumbangan devisa yang cukup tinggi dan merupakan komoditas ekspor utama. Kerusakan hutan yang disebabkan oleh sistem ladang berpindah tidak seberapa dibandingkan ilegal loging dimana kawasan hutan lindung pun sudah dirampas oleh para mafia kehutanan. Penebangan secara liar tidak melalui prosedur reboisasi dan rehabilitasi lahan, bahkan tidak sedikit yang ditinggalkan begitu saja dengan sisa-sisa dahan dan ranting yang semakin kering dan akhirnya menimbulkan kebakaran hutan yang meluas. Kekayaan sumber daya alam yang melimpah bukan berarti tanpa menimbulkan permasalahan baru. Areal bekas tambang khususnya batu bara meninggalkan kerusakan lahan yang luas dan sering kali tidak ada upaya rehabilitasi dari para pengusaha tambang (terutama penambang liar). Sementara itu produksi batu bara dari tahun ke tahun terus Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak mengalami peningkatan dengan jumlah produksi 50 – 55 juta ton per tahun, sehingga berapa areal telah dan akan mengalami kerusakan. PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH Perencanaan pengembangan wilayah menurut SOEBROTO (2003) adalah alat untuk mengelola dan mengendalikan wilayah untuk pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan manusia secara berkelanjutan berdasarkan azas kelestarian lingkungan hidup. Pada hakekatnya perencanaan pengembangan wilayah baik dalam skala kecil maupun besar adalah proses kegiatan pengalokasian dan pemanfaatan ruang wilayah sehingga seluruh komponan dapat berfungsi secara optimal dalam menunjang pemenuhan kebutuhan manusia. Komponen wilayah meliputi tanah, iklim, hidrologi, geografi dan fisiografi, vegetasi dan hewan, serta aktivitas manusia pada masa lalu dan masa kini. Karena terbatasnya sumber daya dan daya dukung ekosistem yang ada maka diharapkan komponen ruang wilayah tersebut mampu berperan saling melengkapi, sinergis dan integratif. Pemanfaatan ruang wilayah untuk sektor pertanian dalam arti luas senantiasa memperhatikan kesesuaian lahan, yang berarti harus memperhatikan aspek fisik, ekonomis dan legalitas. Aspek fisik meliputi faktor tanah, topografi, dan drainase. Tanah berkaitan dengan kemampuannya menahan air, alkalinitas dan salinitas. Tanah dengan tekstur kasar memiliki kemampuan menahan air yang rendah demikian halnya dengan kedalaman lapisan pasir, semakin dalam maka semakin rendah kemampuannya menahan air. Alkalinitas dan salinitas berkaitan dengan seberapa banyak air diperlukan untuk mencuci garamnya agar tidak meracuni tanaman. Faktor topografi seperti lereng dan relief berpengaruh pada sistem irigasi yang harus dibuat, erosi dan tanaman yang akan diusahakan. Drainase menunjukkan kecepatan hilangnya air dari tanah baik melalui aliran permukaan maupun peresapan ke dalam tanah. Beberapa tanaman seperti palawija tidak tahan terhadap genangan, hal ini berbeda dengan rumput-rumputan yang tetap hidup pada air yang menggenang. Aspek ekonomis merupakan aspek yang sangat diperhatikan oleh pengguna lahan. Aksesibilitas lahan menjadi bagian yang penting dalam tinjauan ekonomis karena lahan yang sulit diakses akan mempertinggi biaya produksi. Hal lain yang termasuk dalam aspek ekonomis adalah penggunaan lahan, sebagaimana yang terjadi di kabupaten Penajam Pasir Utara, beberapa kelompok petani lebih memilih berhektar-hektar lahannya untuk ditanami tanaman pakan ternak daripada tanaman pangan karena selain tanahnya kurang subur sehingga perlu banyak perlakuan yang memerlukan biaya juga dikarenakan petani tidak dapat memanen hasil akibat diserang oleh babi. Oleh karena itu salah satu pertimbangan dalam pemanfaatan lahan adalah nilai ekonomis dari tanaman tersebut. Aspek legalitas meliputi status kepemilikan lahan dan rencana penggunaan lahan oleh pemerintah. Berkaitan dengan status kepemilikan lahan, jika lahan tersebut adalah hak milik perorangan maka perlu diupayakan pendekatan untuk memberikan rekomendasi pemanfaatan lahan. Apabila lahan yang dimaksud adalah lahan pemerintah maka perlu dilakukan konsultasi mengenai rencana penggunaan lahan tersebut. Oleh karena itu pemanfaatan lahan menurut SOEBROTO (2003) senantiasa memperhatikan berbagai aspek yang melingkupinya dan dapat dilihat pada skema 1. FISIOGRAFI SISTEM LAHAN DI KALIMANTAN TIMUR Fisiografi adalah bentukan alam di permukaan bumi baik di daratan maupun di bawah permukaan air (sungai atau laut) yang dibedakan berdasarkan bentuk dan komposisi litologinya serta evolusi pembentukannya. Fisiografi lahan sangat erat kaitannya dengan vegetasi yang akan dan mungkin ditumbuhkan dalam suatu lahan. Hal ini karena pertumbuhan vegetasi menyesuaikan diri dengan kondisi tanah seperti drainase, pH, tingkat kesuburan baik kimia, fisik, biologi, maupun kesuburan secara klimatis. Fisiografi sistem lahan di propinsi Kalimantan Timur menurut SOEBROTO (2004) diklasifikasikan dalam 9 tipe yang dapat dilihat pada tabel 1. 79 Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak Tanah Fisiografi Sosial Ekonomi, Politik & Budaya Manusia Vegetasi Perencana dan Pemakai serta Pengelola Hewan Iklim/Udara UU/Peratura Hidrologi Skema 1. Komponen yang saling berkait dari ruang wilayah TANAMAN MAKANAN TERNAK TROPIK Tanaman makanan ternak tropik disamping fungsi utamanya sebagai pakan ternak dapat berfungsi sebagai penutup tanah atau cover crop, pecegah erosi, rehabilitasi lahan, dll. Tanaman makanan ternak tropik terdiri atas legume dan rumput. Tanaman makanan ternak berupa leguminosa terbagi dalam dua tipe yakni perenial (hidup lebih dari satu tahun) dan annual (siklus hidup setahun). Legume perenial mampu menyediakan hijauan lebih banyak daripada annual, demikian halnya dengan kemampuan mengikat nitrogen bebas di udara legume perenial memiliki kemampuan yang lebih besar. Rumput merupakan jenis tumbuhan yang mampu hidup dengan pertumbuhan yang tinggi di daerah tropik lembab, akan tetapi kelemahannya adalah sulit dalam mempertahankan kualitasnya karena semakin tua umur tanaman semakin rendah kadar proteinnya dan semakin tinggi kadar serat kasarnya. Sifat hidup dari leguminosa dan rumput tropik menurut REKSOHADIPRODJO (1985) dapat dilihat pada Tabel 2. TANAMAN PAKAN TERNAK SEBAGAI TANAMAN KONSERVASI PADA LAHAN KRITIS Lahan kritis merupakan lahan miskin hara yang disebabkan oleh faktor alam dan manusia. Faktor alam terjadi karena proses geomorfologi atau bentukan alam, erosi, kebakaran, dll. 80 Proses geomorfologi di Kalimantan Timur dengan tidak adanya gunung berapi mengakibatkan kondisi tanah yang tidak subur dan labil. Faktor manusia penyebab terjadinya lahan kritis adalah penebangan hutan tanpa reboisasi, sistem ladang berpindah, pembukaan lahan untuk tujuan penambangan sumber daya alam, dll. Selain itu lahan gambut yang masih muda mudah sekali terbakar dengan sedikit percikan api semakin memperluas kerusakan lahan. Sistem drainase yang buruk dari lahan gambut juga mengakibatkan banjir dan genangan air yang cukup lama sehingga di beberapa lahan gambut hanya dapat ditanami tanaman pangan pada saat musim kemarau, sedangkan pada musim penghujan rumput tumbuh dengan subur. Legume yang memiliki sifat tumbuh tegak seperti Leucaena, Albisia, Gliricideae sangat cocok ditanam di lahan miring atau pada lahan yang labil sebagai pencegah erosi. Menurut REKSOHADIPRODJO (1985) legume merupakan tanaman pencegah erosi kedua setelah tanaman hutan. Tanaman makanan ternak berupa rumput yang tahan terhadap naungan seperti rumput Rhodes atau Chloris dapat ditanam di sela-sela legume sehingga tanah lebih produktif. Lahan gambut dengan tingkat keasaman yang tinggi dan drainase yang buruk tidak produktif untuk tanaman pangan karena memerlukan berbagai perlakuan akan tetapi beberapa jenis legume annual seperti Stylo dapat tumbuh pada tanah dengan pH rendah tetapi tidak tahan genangan. Pada lahan gambut dengan air menggenang tanaman yang dapat hidup adalah rumput Cynodon atau Digitaria. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak Tabel 1. Tipe fisiografi Kalimantan Timur FISIOGRAFI Pantai Rawa pasang surut Meander sungai Dataran aluvial Rawa-rawa lembah Aluvial sungai Teras Perbukitan Pegunungan CIRI Daratan tersusun dari aluvium laut Dataran tergenang air dalam periode tertentu, tersusun dari campuran aluvium laut dan sungai Dataran sungai tersusun dari aluvium sungai Terbentuk dari aluvium sungai atau laut berbentuk dataran atau bergelombang berupa teras sungai Dataran banjir, aluvial tergenang air secara terusmenerus Dataran yang secara periodik tergenang karena pengaruh pasangnya sungai Daratan bergelombang atau berbukit terbentuk dari angkatan atau incising sungai Merupakan hasil lipatan, patahan, atau angkatan berupa stratifikasi batuan sedimen Tersusun dari bahan sedimen bercampur vulkanik terutama andesit INDIKASI EROSI DRAINASE pH KESUBURAN fisik biologi rendah sedang Klimatis baik Rendahsedang baik baik Baik Nipah, mangrove, rumput-rumputan kimia rendah VEGETASI PENYEBARAN Mangrove, bakau Sepanjang pantai barat Kalimantan Timur Pantai atau pedalaman sungai yang masih dipengaruhi pasang surut air laut Daerah aliran sungaisungai tua seperti lembah Mahakam, Kahayan, Sesayap, Segah, dll Dataran Mahakam, Sebuku, Berau Tidak tampak Cepat 5,5-6 Tidak ada Sedang - baik < 3,5 Tidak ada Kurang baik, ketebalan gambut 11-25 cm 5,1-5,5 sedang baik baik Sangat baik Hutan, belukar Tidak ada buruk 4,3-5,3 sedang baik baik Sangat baik Hutan, tanaman ladang/tegalan, tanaman perkebunan Tidak ada terhambat karena gambut cukup tebal 3,5-5 rendah sedang rendah baik Hutan rawa, rumputrumputan Cabang atau anak sungai Tidak ada buruk 5 – 5,3 sedang baik baik Sangat baik Hutan, rumputrumputan Tidak terlihat Sedang-baik 4-6 sedang rendah rendah Baik Lokal (setempat) baik 6-8 sedang baik baik Sangat baik Longsoran, lokal baik 5,5-8 sedang baik baik Sangat baik Hutan, tanaman tegalan, tanaman perkebunan Hutan, rumputrumputan, tanaman tegalan, tan perkebunan Hutan Daerah aliran sungai besar seperti sungai Mahakam di Muara Kaman, Muara Muntai, dll Pulau Sebatik Barong Tongkok, Sungai Tabang, dll Membentang dari utara ke barat Kalimantan Timur 81 Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak Tabel 2. Sifat hidup leguminosa dan rumput tropik Sifat Legume Rumput Sifat tumbuh Procumben, stoloniferous dan merayap serta tumbuh tegak Rhizoma, stolon Peran dalam koservasi Cover crops, pencegah erosi Mengurangi debu, konservasi pada lahan miring Waktu berbunga dipengaruhi panjang hari Netral terhadap lamanya panjang hari Adaptasi terhadap iklim Tidak tahan terhadap naungan Tidak tahan udara dingin Produksi optimal pada curah hujan tinggi Hidup baik pada temperatur hangat Adaptasi terhadap tanah Mampu tumbuh dengan baik pada tanah yang rendah kesuburannya bahkan beberapa legum annual mampu hidup pada tanah dengan pH rendah Tahan hidup pada tanah sedikit hara, tahan terhadap air yang terbatas Kandungan nutrisi Tinggi protein Semakin tua umur tanaman semakin tinggi kadar serat kasarnya Sumber : REKSOHADIPRODJO, 1985 Lahan kritis memerlukan berbagai perlakuan untuk ditanami tanaman pangan. Tanaman makanan ternak tropik merupakan tanaman yang tahan terhadap kondisi kering dan sedikit hara sehingga penanamannya pada lahan kritis dapat dilakukan tanpa perlakuan yang rumit. Reklamasi area bekas tambang menjadi perhatian tersendiri dalam upaya rehabilitasi lahan di propinsi Kalimantan Timur. Hal ini disebabkan penambangan khususnya batu bara meninggalkan kerusakan lahan yang begitu luas. Upaya reklamasi telah banyak dilakukan akan tetapi kecepatannya tidak sebanding dengan semakin melebarnya area pertambangan. Hal ini disebabkan oleh tujuan dari reklamasi itu sendiri. Apabila reklamasi ditujukan untuk pemukiman tentu saja akan lebih lambat dibandingkan reklamasi untuk tanaman buah atau sayur. Reklamasi dengan tanaman makanan ternak memiliki beberapa keuntungan antara lain lebih cepat dalam upaya penghijauan lahan, mengurangi debu, dan mencegah erosi karena umur tanaman makanan ternak khususnya rumput (Graminae) lebih pendek. Kondisi tanah bekas tambang tidak berbeda jauh dalam kandungan hara sehingga tanpa perlakuan pun tanaman makanan ternak mampu tumbuh dengan baik. Kondisi tanah bekas tambang yang kering dapat ditanami rumput seperti 82 Brachiaria atau Pennisetum karena rumput ini tahan terhadap kekeringan. REKOMENDASI UNTUK PEMBANGUNAN Pada beberapa tempat, vegetasi tanaman makanan ternak telah tumbuh dengan sendirinya (Tabel 1), oleh karena itu peningkatan nilai guna lahan dapat dilakukan dengan perencanaan budidaya dan tata ruang penggunaan lahan sehingga penanaman tanaman makanan ternak tidak hanya berfungsi konservasi akan tetapi juga memiliki nilai ekonomis. Kerja sama antara pemerintah, pengusaha, dan akademisi dalam rangka menjaga kelestarian alam perlu dilakukan sehingga di beberapa lokasi pertambangan khususnya batu bara yang menimbulkan kerusakan lahan yang cukup luas seperti di kabupaten Kutai Timur dan Berau keterlibatan semua pihak dibuka lebar agar upaya rehabilitasi lahan dapat dilakukan. Pada daerah-daerah bekas tambang batu bara yang dilakukan oleh perorangan atau koperasi yang biasanya ditinggalkan begitu saja hendaknya segera dibuat langkah konkrit untuk mengatasinya. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak DAFTAR PUSTAKA SUBROTO. 2003. Perencanaan Pengembangan Wilayah. Fajar Gemilang. Samarinda _______, 2004. Kalimantan Timur Dalam Angka 2003. Balai Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Timur. SUBROTO. 2004. Geomorfologi dan Analisis Landscape. Fajar Gemilang. Samarinda SOEDOMO REKSOHADIPRODJO. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. BPFE. Yogyakarta 83