PERILAKU PEMILIH PEMULA DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN Oleh: Samiruddin, Sulsalman Moita, dan Megawati A. Tawulo Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Tipe pemilih pemula dalam pemilihan Kepala Daerah Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tinanggea 2015. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilih pemula dalam memberikan hak suaranya dalam pemilihan Kepala Daerah di Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan 2015. Penelitian ini menggunakan teknik snowball sampling yaitu teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang sampel, tetapi karena dengan dua orang sampel ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sampel sebelumnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa tipe perilaku pemilih pemula dalam memberikan hak suaranya pada pemilihan Kepala Daerah di Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan yaitu pemilih rasional kalkulatif, primodial, pragmatis dan pemilih emosional, adapun tipe pemilih yang cenderung dominan adalah tipe pragmatis dan Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku politik pemilih pemula dalam memberikan suaranya pada pemilihan Kepala Daerah di Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan yaitu faktor media massa, orang tua dan teman pergaulan, dan faktor struktur kepribadian, adapun faktor yang cenderung mempengaruhi perilaku politik pemilih pemula dalam pemilihan Kepala Daerah di Kelurahan Ngapaaha adalah faktor orang tua dan teman pergaulan. Kata Kunci: Perilaku Politik, Pemilukada, Pemilih Pemula. PENDAHULUAN Proses demokratisasi di Indonesia ditandai lahirnya sistem multpartai. Sistem multipartai adalah sistem kepartaian yang memiliki banyak partai. Dalam proses demokratisasi, rakyat dipandang sebagai pemegang kedaulatan tertinggi. Hal itu terlihat dimanifestasikan melalui pemilihan umum dimana rakyat memilih langsung orang yang akan duduk memimpin pemerintahan sesuai dengan periode yang berlaku. Pemilihan umum mulai dari pemilihan legislatif sampai pada dua kali pemilihan Presiden boleh terlaksana dengan aman, jujur dan adil. Pemilu yang dilaksanakan secara langsung dengan memilih kandidat-kandidat baik dari calon legislatif maupun calon eksekutif, memberikan kebebasan kepada rakyat untuk memilih sendiri kandidatnya. 251 Para pemilih merupakan rational voters yang mempunyai tanggung jawab, kesadaran, kalkulasi, rasionalitas dan kemampuan kontrol yang kritis terhadap kandidat pilihannya, yang meninggalkan ciri-ciri traditional voters yang fanatik, primordial dan irasional, serta berbeda dari swinger voters yang selalu ragu-ragu dan berpindah-pindah pilihan politiknya. Pemilih yang di dalamnya pemilih pemula merupakan pemilih yang potensial. Karena pemilih pemula adalah subjek partipasi dan bukan objek mobilisasi. Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, pemilih adalah Warga Negara Indonesia yang telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah pernah menikah.Bertolak dari norma hukum ini, pemilih pemula dapat didefenisikan sebagai para pemilih yang baru pertama kali terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (selanjutnya disingkat pemilu legislatif atau pileg). Perilaku pemilih pemula memiliki karakteristik yang biasanya masih labil dan apatis, pengetahuan politiknya kurang, cenderung mengikuti kelompok sepermainan dan mereka baru belajar politik khususnya dalam pemilihan umum. Pengetahuan politik pemilih pemula sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kelompok pemilih lainnya.Perilaku pemilih masih erat dengan faktor sosiologis dan psikologis dalam menjatuhkan pilihan politiknya jika ditinjau dari studi voting behaviors. Implementasi demokrasi langsung itu juga terwujud dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung di Kabupaten Konawe Selatan. Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara dilaksanakan pada 9 Desember 2015 dilaksanakan secara serentak dengan tujuh kabupaten lainnya. Dalam pemilukada di kabupaten Konawe Selatan calon dan pasangan yang diusung partai politik terdiri dari empat pasang calon yaitu Surunuddin Dangga-Arsalim, Asnawi SyukurRustam Tamburaka, Endang SA-Nurfa Thalib dan pasangan Rusmin Abdul Gani-Muhlis. Pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak dimenangkan oleh pasangan nomor urut 3 yaitu (SUARA) Surunuddin Dangga dan Dr. H. Arsalim, SE, M.Si dengan suara terbayak yaitu 57.099 suara atau 38,01 persen. Kemenangan Surunuddin dan Arsalim pada pemilukada tahun 2015 di Kabupaten Konawe Selatan, khususnya di Kelurahan Ngapaaha ini dapat diduga karena pasangan Surunuddin dan Arsalim yang sudah dikenal oleh masyarakat serta calon ini juga didukung oleh beberapa Partai besar, yaitu partai Golkar, PBB, dan Hanura. 252 Jumlah pemilih di Kelurahan Ngapaaha adalah 1.267 orang dan jumlah pemilih pemula yang ada di Kelurahan Ngapaaha adalah 129 orang. Perilaku pemilih pemula menjadi indikator kualitas demokrasi secara substansial pada saat ini danmasa akan datang. Karena kondisinya masih labil dan mudah diberikan wawasan politik dan demokrasi secara benar baik dari suprastruktur politik maupun infrastruktur politik. Maka pemilih pemula masih terbuka menjadi pemilih yang cerdas dan kritis dalam menentukan pemimpin di Indonesia. Untuk melihat perilaku pemilih pemula ada beberapa pendekatan yang dilihat menurut Dennis Kavanagh dalam Mukti melalui bukunya yang berjudul Political Science and Political Behavior, (London: Allen and Unwin 1983) menyatakan terdapat tiga model untuk menganalisis perilaku pemilih, yakni pendekatan sosiologis, psikologi sosial, dan pilihan rasional. Ketiga pendekatan tersebut merupakan suatu hal yang fenomenal dan menjadi perilaku memilih masyarakat dalam pemilukada, khususnya dikalangan pemilih pemula yang menjadi dasardalam menentukan tindakan politiknya. Sehinggapendekatan ini dapat menjelaskan sebab dan arah perilaku pemilih pemula yang akan dibuktikan melalui penelitian ini. Dari fakta-fakta empirik tersebut yang juga didukung oleh aspek teoritik maka sangat menarik untuk mencermati kecenderungan perilaku politik pemilih pemula dalam menjatuhkan pilihannya kepada seorang calon atau kandidat tertentu di Kabupaten Konawe Selatan. Berdasarkan realitas diatas maka penulis merasa tertarik untuk menganalisis fenomena politik di kabupaten Konawe Selatan melalui penelitian yang berjudul perilaku pemilih pemula dalam pemilihan calon dan wakil bupati (studi di Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan). METODE PENELITIAN Metode penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif melalui wawancara langsung kepada pemilih pemula yang ada di Kelurahan Ngapaaha. Informan pada penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik snowball sampling dengan pertimbangan bahwa informan penelitian bersedia dimintai keterangan guna menjawab permasalahan dalam penelitian. Adapun informan dalam penelitian berjumlah 15 orang. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan. Analisis data yang digunakan, baik data primer maupun data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu, untuk menjelaskan variabel-variabel yang berhubungan dengan penelitian. 253 PEMBAHASAN Tipe Perilaku Pemilih Pemula Menurut Surbakti (1999: 75) mendefinisikan perilaku pemilih sebagai aktivitas pemberian suara oleh individu yang berkaitan erat dengan pengambilan keputusan untuk memilih atau tidak memilih didalam suatu pemilihan umum, bila voters memutuskan untuk memilih (to vote), maka voters akan memutuskan memilih atau mendukung kandidat tertentu. Dari penjelasan diatas, dapat dipahami perilaku pemilih merupakan tingkah laku pemilih atau tindakan individu yang memiliki hak pilih dalam proses pemberian suara dalam penyelenggaraan pemilihan umum serta latar belakang seseorang melakukan tindakan tersebut. Menurut Eep Saifullah Fatah dalam buku Political Explorer (Efriza, 2012: 487), secara umum tipe perilaku pemilih dikategorikan kedalam empat kelompok utama, yaitu: a. Pemilih rasional kalkulatif, pemilih tipe ini adalah pemilih yang memutuskan pilihan politiknya berdasarkan perhitungan Rasional dan logika. biasanya pemilih ini berasal dari golongan masyarakat yang terdidik atau relatif tercerahkan dengan informasi yang cukup sebelum menjatuhkan pilihannya. b. Pemilih primordial, pemilih yang menjatuhkan pilihannya lebih dikarenakan alasan primordialisme. Seperti alasan agama, suku, ataupun keturunan. Pemilih yang termasuk kedalam tipe ini biasanya sangat menganggungkan simbol- simbol yang mereka anggap luhur. Pemilih tipe ini lebih banyak berdomisili diperkampungan. c. Pemilih pragmatis, pemilih tipe ini biasanya lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan untung dan rugi. Suara mereka akan diberikan kepada kandidat yang bisa mendatangkan keuntungan sesaat secara pribadi kepada mereka.Biasanya mereka juga tidak begitu peduli dan sma sekali tidak kritis dengan integritas dan visi misi yang dibawa kandidat. d. Pemilih emosional, kelompok pemilih ini cenderung memutuskan pilihan politiknya karena alasan perasaan. Pilihan politik yang didasari rasa iba, misalnya adalah pilihan yang emosional. Atau pilihan dengan alasan romantisme, seperti kagum dengan ketampanan atau kecantikan kandidat, misalnya juga termasuk kategori pilihan emosional. Kebanyakan mereka biasanya berasal dari kalangan hawa atau atau pemilih pemula. Menurut Rudini (1994: 109), pemilih pemula adalah baru pertama atau pernah satu kalimenggunakan hak pilihnya maka kurang memiliki pengalaman dalam melakukan pemungutan suara. Minimnya pengalaman ini karena wawasan politik yang terbatas. Pengetahuan politik yang rendah tersebut disebabkan pemilih pemula termasuk masa mengambang yaitu pemilih yang 254 rentan dengan umur 17-21 tahun. Masa mengambang dicirikan belum memiliki ideologi politik yang jelas sehingga implementasinya tidak berafiliasi pada satu kelompok partai politik manapun. Selainitu massa mengambang juga dicirikan kurang tertarik kepada kehidupan politik. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka penulis menganalisa bahwa pemilih pemula merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) yang memiliki hak pilih, memenuhi persyaratan sebagai pemilih, berusia tujuh belas tahun, dan belum berusia tujuh belas tahun bisa memiliki hak pilih asal sudah atau pernah kawin. Pemilih pemula pada dasarnya memiliki ciri khas yaitu baru pertama memilih, kurang pengalaman, masih dikategorikan mengambang, kurang tertarik kehidupan politik serta mudah terpengaruh lingkungannya dan pemilih pemula sangat relatif besar. Pemilih pemula adalah baru pertama atau pernah satu kali menggunakan hak pilihnya maka kurang memiliki pengalaman dalam melakukan pemungutan suara. Minimnya pengalaman ini karena wawasan politik yang terbatas. Pengetahuan politik yang rendah kurang tertarik kehidupan politik serta mudah terpengaruh lingkungannya. Pemilih pemula mudah dipengaruhi kepentingan-kepentingan tertentu. Dengan demikian, dalam melihat tipe pemilih pemula perlu menggunakan tipe pemilih pemula yaitu pemilih rasional kalkulatif, pemilih primodial, pemilih pragmatis, pemilih emosional. 1. Pemilih rasional kalkulatif Pemilih rasional kalkulatif, pemilih tipe ini adalah pemilih yang memutuskan pilihan politiknya berdasarkan perhitungan rasional dan logika. biasanyapemilih ini berasal dari golongan masyarakat yang terdidik atau relatif tercerahkan dengan informasi yang cukup sebelum menjatuhkan pilihannya. Pemberian suara secara rasional kalkulatif yang dilakukan oleh pemilih pemula di Kelurahan Ngapaaha sangat mempertimbangkan integritas calon kandidat dengan visi misinya. 2. Pemilih primordial Pemilih primordial, pemilih yang menjatuhkan pilihannya lebih dikarenakan alasan primordialisme. Seperti alasan agama, suku, ataupun keturunan. Pemilih yang termasuk kedalam tipe ini biasanya sangat menganggungkan simbol-simbol yang mereka anggap luhur. Pemilih tipe ini lebih banyak berdomisili diperkampungan. 3. Pemilih pragmatis Pemilih pragmatis, pemilih tipe ini biasanya lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan untung dan rugi. Suara mereka akan diberikan kepada kandidat yang bisa mendatangkan keuntungan sesaat secara pribadi kepada mereka. Biasanya mereka juga tidak begitu peduli dan sama sekali tidak kritis dengan integritas dan visi misi yang dibawa kandidat. 255 4. Pemilih emosional Pemilih emosional, kelompok pemilih ini cenderung memutuskan pilihan politiknya karena alasan perasaan. Pilihan politik yang didasari rasa iba, misalnya adalah pilihan yang emosional. Atau pilihan dengan alasan romantisme, seperti kagum dengan ketampanan atau kecantikan kandidat, misalnya juga termasuk kategori pilihan emosional. Kebanyakan mereka biasanya berasal dari kalangan hawa atau atau pemilih pemula. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Politik Pemilih Pemula Menurut Sastroatmodjo (1995: 14-15) faktor-faktor yang memengaruhi perilaku politik seseoranng pemilih adalah sebagai berikut: a. Faktor lingkungan sosial politik yang tak langsung seperti sistem politik, sistem ekonomi, sistem budaya dan sistem media masa. b. Faktor lingkungan sosial politik yang langsung memengaruhi dan membentuk kepribadian aktor politik seperti keluarga, agama, sekolah, dan kelompok pergaulan. Lingkungan sosial politik langsung ini memberikan bentuk-bentuk sosialisasi dan internalisasi nilai dan norma masyarakat pada aktor politik serta memberikan pengalaman-pengalaman hidup c. Faktor struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap individu. Pada faktor ini ada tiga basis fungsional sikap umum memahaminya. Basis pertama adalah yang didasarkan pada kepentingan yaitu penilaian seseorang terhadap objek didasarkan pada minat dan kebutuhan seseorang terhadap objek tersebut. Basis yang kedua atas dasar penyesuaian diri yaitu penilaian yang dipengaruhi oleh keinginan untuk menjaga keharmonisan dengan subjek itu. Basis yang ketiga adalah sikap yang didasarkan pada eksternalisasi diri dan pertahanan. Faktor sosial politik langsung yang berupa situasi yaitu, keadaan yang memengaruhi aktor secara langsung ketika akan melaksanakan sesuatu kegiatan. Pada pelaksanaan pemilihan kepala daerah memberikan peluang dan kesempatan pada warga negara terkhusus pada pemilih pemula untuk turut berpartisipasi. Keputusan yang diambil oleh setiap orang untuk memberikan dukungannya kepada salah satu calon kepala daerah secara langsung dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu Media massa, orangtua atau teman pergaulan dan struktur kepribadian. 1. Faktor media massa Peran media massa sangatlah diperlukan dalam dunia politik, karena media merupakan salah satu alat yang sangat penting, terutama untuk hal-hal yang menyangkut politik. Hubungan antara media massa dengan politik dapat dikatakan sebagai satu kesatuan yang mungkin tidak bisa dipisahkan, dalam artian dunia politik dan media massa akan selalu ada hubungan satu sama lain yang saling membutuhkan dan saling memengaruhi. 256 Media juga mempunyai peran penting terhadap kehidupan masyarakat mengingat media yang salah satu tujuannya menyampaikan berbagai informasi apapun kepada masyarakat. Peran media inilah yang akan dapat menentukan atau memberikan pemahaman lebih akan suatu hal atau fenomena sosial tertentu yang berkembang dalam masyarakat terutama pemilihan kepala daerah di Kelurahan Ngapaaha yang dilaksanakan 9 desember 2015. 2. Faktor orangtua dan teman pergaulan Wadah penanaman atau sosialisasi nilai-nilai politik yang paling efisien adalah di dalam keluarga. Dimulai dari keluarga inilah antara anak dan orang tua sering terjadi obrolan politik ringan, sehingga tidak disadari terjadi transfer nilai-nilai politik dan pengetahuan tertentu yang diserap oleh anak. Selain lingkungan keluarga lingkungan sosial lainnya seperti, sekolah dan kelompokm pergaulan juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku politik, disebabkan interaksi dalam lingkungan pergaulan ini individu dalam hal ini pemilih pemula memperoleh pengetahuan politik berupa nilai-nilai, ide ataupun pengalaman yang membentuk orientasinya dalam memandang partai politik dan kandidat. Individu dalam lingkungan ini akan saling berbagi nilai, pengalaman ide, orientasi perilaku pemilih dalam hal ini penentuan pilahan dalam pemilihan kepala daerah. 3. Struktur kepribadian Faktor struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap individu.Pada faktor ini ada tiga basis fungsional sikap umum memahaminya.Basis pertama adalah yang didasarkan pada kepentingan yaitu penilaian seseorang terhadap objek didasarkan pada minat dan kebutuhan seseorang terhadap objek tersebut. Basis yang kedua atas dasar penyesuaian diri yaitu penilaian yang dipengaruhi oleh keinginan untuk menjaga keharmonisan dengan subjek itu. Basis yang ketiga adalah sikap yang didasarkan pada eksternalisasi diri dan pertahanan. Faktor sosial poliik langsung yang berupa situasi yaitu, keadaan yang memengaruhi aktor secara langsung ketika akan melaksanakan sesuatu kegiatan. Sebagai pemilih pemula seorang individu yang berkepribadian yang diperoleh dari pendidikan dan pengajaran, untuk menentukan pilihan dan sikap politiknya pemilih pemula tentu mengiterpretasikan pengalaman sera ilmu pengetahuannya dalam memberikan pandangan tentang aktivitas politiknya berdasarkan informasi politik yang dimiliki individu tersebut. Dalam hal ini, struktur kepribadian merujuk pada pandangan pemilih pemula terhadap calon atau kandidat. 257 PENUTUP Kesimpulan 1. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan berupa hasil dari pembahasan data dan informasi yang telah diperoleh di lokasi penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa pemilih pemula dalam memberikan suaranya pada pemilihan kepala daerah tahun 2015. Berdasarkan informasi yang diberiakan oleh informan dan informan kunci dari keempat kategori pemilih pemula yaitu pemilih rasional kalkulatif, pemilih primodial, pemilih pragmatis, pemilih emosinal menunjukkan kecenderungan pemilih yang ada di Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan dapat disimpulkan bahwa kebanyakan dari informan adalah pemilih dengan kategori pemilih pragmatis, dimana pemilih pragmatis memilih berdasarkan pertimbangan untung dan rugi, pemilih memilih suatu kandidat berdasarkan keuntungan pribadi yang diperoleh oleh calon. 2. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan berupa hasil dari pembahasan data dan informasi yang telah diperoleh di lokasi penelitian, maka dapat disimpulkanbahwa faktor-faktor yang memengaruhi pemilih pemula dalam memberikan suaranya pada pemilihan kepala daerah tahun 2015. Berdasarkan informasi yang diberiakan oleh informan yaitu faktor media massa, orangtua dan teman pergaulan, dan struktur kepribadian dimana faktor yang dominan yang memengaruhi pemilih pemula dalam memberikan suaranya dalam pemilihan kepala daerah di Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tiananggea Kabupaten Konawe Selatan adalah faktor orangtua dan teman pergaulan. Dimana wadah penanaman atau sosialisasi nilai-nilai politik yang paling efisien adalah di dalam keluarga. Dimulai dari keluarga inilah antara anak dan orang tua sering terjadi obrolan politik ringan, sehingga tidak disadari terjadi transfer nilai-nilai politik dan pengetahuan tertentu yang diserap oleh anak. Selain lingkungan keluarga lingkungan sosial lainnya seperti, sekolah dan kelompokm pergaulan juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku politik, disebabkan interaksi dalam lingkungan pergaulan ini individu dalam hal ini pemilih pemula memperoleh pengetahuan politik berupa nilai-nilai, ide ataupun pengalaman yang membentuk orientasinya dalam memandang partai politik dan kandidat. Individu dalam lingkungan ini akan saling berbagi nilai, pengalaman ide, orientasi perilaku pemilih dalam hal ini penentuan pilahan dalam pemilihan kepala daerah. 258 Saran Dalam rangka meningkatkan kualitas pemilih, terutama pemilih pemula khususnya yang berada di Kelurahan Ngapaaha, pemilih pemula seharusnya diberi sosialisasi atau pendidikan politik terhadap pemilih pemula yang bertujuan memberi pengetahuan politik yang lebih matang kepada pemilih pemula. Matangnya pengetahuan politik yang dimiliki pemilih pemula akan membantu mereka dalam proses pemilihan dan percaturan politik di Daerah mereka sendiri, sehingga apa yang telah diberiakan kepada pemilih pemula diharapkan nantinya dapat menjadi pemilih yang kritis dan cerdas dalam memberikan hak suaranya baik dalam pemilihan kepala daerah maupun pemilihan presiden. DAFTAR PUSTAKA Almond, Gabriel A dan Sydney Verba. 1965. Budaya politik. Jakarta Almond,Gabriel A dan Verba. 1990. Budaya politik tingkah laku dan demokrasi and Unwin. Asfar, Muhammad. 2016. Pemilu dan perilaku memilih 1955-2014. Surabaya: Pustaka Eureka. Budiarjo, Mariam.1981. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia. Budiarjo, Mariam.2001. Demokrasi di Indonesia. Jakarta: Gramedia. Denis Kavanagh, Political Science and Political Behaviour (London: Allen Efriza. 2012. Political Explorer. Gaffar, Afan. 1993. Beberapa Aspek Pembangunan Politik Sebuah Negara Rampai. Jakarta: Rajawali. Juliantara, Dadang.1998. Meretas Jalan Demokrasi. Yogyakarta: Kanisius. Kansil.C.S.T. 1986. Memahami Pemilihan Umum dan Referedum. Jakarta: Gramedia. Karim, Rusli. 1991. Pemilu Demokrasi Kompotitip. Yogyakarta: Tiara wacana. Mubarok, M, Mufti. 2005. Suksesi Pilkada. Surabaya: Java Pustaka Media Utama. Muhammad Asfar, “Beberapa Pendekatan Dalam Memahami Perilaku politik”, Jurnal Ilmu Politik, Volume 16, tahun 1996. Hal 47. Plano, Jack C., Robert E.Riggs dan Helenen, S. Robbin. 1985. Kamus Analisa Politik, Tahun1985 hal 280 Ramlan Subakti. 1997. Partai, Pemilih & Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ramlan, Subakti. 1999. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo. Rudini1994. Atas Nama Demokrasi. Jakarta: Bigraf Publishing. Sastroatmodjo, Sudijono. 1995. Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Perss. 259