MAKALAH MASAILUL FIQHIYAH ISTINBATH HUKUM SEWA RAHIM (SURROGATE MOTHER) (Untuk memenuhi tugas matakuliah Masail Fiqhiyah) Dosen Pengampuh: Dr. M. Sa’ad Ibrahim, MA Penulis Khoirur Roziqin (12210002) Ahmad Ahsanutaqwim (12210003) AL AHWAL AL SYAHSIYAH FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2014 DAFTAR ISI Cover ....................................................................................................................................i Daftar Isi...............................................................................................................................ii Bab I Pendahuluan..............................................................................................................1 Latar Belakang ..........................................................................................................1 Rumusan Masalah......................................................................................................2 Pembatasan Masalah..................................................................................................2 Kegunaan Masalah.....................................................................................................2 Tujuan ........................................................................................................................2 Bab II Deskripsi “Surrogate Mother”...............................................................................3 Definisi Sewa Rahim.................................................................................................. Macam-macam Sewa Rahim...................................................................................... Mekanisme Sewa Rahim............................................................................................ Tujuan Sewa Rahim................................................................................................... Kelebihan dan Kekurangan Sewa Rahim................................................................... Bab III Metode Istinbath..................................................................................................... Ushul Fiqh: Qiyas...................................................................................................... Qowaid Fiqhiyyah...................................................................................................... Bab IV Istinbath Hukum .................................................................................................... Ushul Fiqh: Qiyas...................................................................................................... Qowaid Fiqhiyyah...................................................................................................... Bab V Penutup...................................................................................................................... Kesimpulan................................................................................................................ Daftar Pustaka...................................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kemandulan walaupun merupakan takdir Allah SWT dianggap sebagai suatu penyakit karena bertentangan dengan keadaan normal. Perkembangan sains dan teknologi telah menemukan berbagai cara untuk mengatasi masalah kemandulan. Diantara cara yang telah ditemukan adalah ibu pengganti atau menyewa rahim wanita lain untuk mengandung. Namun selaku umat islam kita perlu mengenal cara tersebut sesuai syara’ atau sebaliknya karena jalan keluar tersebut merupakan masalah ijtihadiyah yang tidak mempunyai nash yang jelas tentang keharaman dan kebolehannya. Dengan adanya sewa rahim ini akan membantu wanita mandul atau wanita yang tidak bisa mengandung dikarenakan sebab tertentu untuk memiliki anak. Namun disisi lain dalam kehidupan seorang muslim patutnya berpegang pada kaidah syara’ yang menitik beratkan pada maqasid asy syaria , memelihara kesucian nasab serta menjaga kemuliaan anak adam. Untuk itu kami penulis mencoba untuk membahas apak praktek sewa rahim ini diperbolehkan atau tidak. 2. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada makalah ini, antara lain: a. Apakah yang dimaksud dengan sewa rahim? b. Apa saja macam-macam bentuk sewa rahim? c. Bagaimana proses sewa rahim? d. Bagaimana tujuan dari sewa rahim? e. Bagaimana manfaat dan madharat sewa rahim? f. Bagaimana hukum sewa rahim? 3. Pembatasan Masalah Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang (in vitro fertilization) pembuahan di luar rahim, khususnya praktek penyewaan rahim. Untuk lebih fokus dan efisien makalah ini membatasi pembahasan yaitu proses sewa rahim dalam perspektif hukum islam, yaitu melalui istinbath hukum dengan manhaj ijtihad islam. 4. Kegunaan Pembahasan Adapun kegunaan makalah ini adalah: a. Memahami apa yang disebut dengan sewa rahim atau surrogate mother b. Mengetahui proses metode ijtihad dalam masalah sewa rahim c. Mengetahui hukum praktek sewa rahim 5. Tujuan Pembahasan 1. Mengetahui tentang sewa rahim 2. Mengetahui macam-macam bentuk sewa rahim 3. Mengetahui proses sewa rahim 4. Mengetahui tujuan dari sewa rahim 5. Mengetahui manfaat dan madharat sewa rahim 6. Mengetahui hukum sewa rahim BAB II DESKRIPSI SURROGATE MOTHER A. Definisi Penyewaan Rahim dalam bahsa arab dikenal dengan banyak istilah ,رحم المستعار ال م المسسستأجرة, ال م البديلسسة, المسسستأجرة, الحاضسسنة, شتل الجنيسسن, ال م الكادبةtetapi lebih dikenali dengan تأجير الرحا م, manakala dalam bahsa Inggris pula dikenali sebagai surrogate mother. Sewa Rahim dapat diartikan sebagai penggunaan Rahim wanita lain untuk mengandungkan benih wanita (ovum) yang telah dibuahi oleh benih lelaki (sperma), dan janin itu dikandung oleh wanita tersebut hingga dilahirkan. Menurut Black Law Dictionary yang dimaksud dengan surrogate mother adalah a woman who carries a child to term on behalf of another woman and then assigns her parental right to that woman and the father / a person who carries out the role of a mother. Define tersebut dapat iartikan sebagai wanita yang menggunakan rahimnya untuk hamil dimana janin yang dikandungnya tersebut milik wanita lain dan setelah bayi lahir hak kepemilikan atau hak asuh bayi tersebut diserahkan kepada wainita lain tersebut atau ayah dari bai tersebut. Praktek surrogate mother atau lazim nditerjemahkan dalam Bahasa Indonesia dengen ibu pengganti tergolong metode atau upada kehamilan di luar cara yang alamian. Kaidah ini dikenal juga dengan sewa Rahim karena lazimnya pasangan suami istri yang ingin memiliki anak ini akan memberikan imbalan kepada ibu pengganti yang sanggup mengandung benih mereka, dengan syarat ibu pengganti tersebut akan menyerahkan anak setelah dilahirkan atau pada wakru yang telah diteteapkan sesuai perjanjian. Sewa Rahim biasanya dilakukan bila istri tidak mampu atau tidak boleh hamil atau melahirkan. Embrio dibessarkan dan dilahirkan dari Rahim wanita lain bukan istri walaupun bayi itu menjadi milik pasangan suami istri yang mempunyai anak tersebut.1 Surrogate mother ialah suatu teknologi in vitro yang dilakukan oleh petugas medis dimana spermatozoa dan ovum yang sudah masak dipertemukan di cawan petri sehingga menghasilkan embrio, kemudia embrio tersebut dipindahkan ke dalam Rahim perempuan. Surrogate mother diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu genetic surrogate dimana pihak surrogacy (pengganti) juga merupakan ibu biologis dari si janin. Kedua, adalah gestational surrogate dimana sel telur maupun sel sperma berasal dari 1 Yendi. 2011. Hukum Teknologi Reproduksi Buatan. Perkembangan Hukum Teknologi Reproduksi di Indonesia. penyewa Rahim yang kemudian diinseminasikan dalam Rahim pihak perempuan yang bertindak menyewakan rahimnya. 2 Dalam perjanjian sewa menyewa rahim mengacu pada bendanya yang akan mengakibatkan hokum yang sama kepada akad sewa-menyewanya. B. Macam Penyewaan Rahim Ada beberapa macam bentuk praktek penyewaan rahim yang kini telah banyak dilakukan : a. Benih istri (ovum) disenyawakan dengan benih suami (sperma), kemudian dimasukkan ke dalam rahim wanita lain. Praktek ini digunakan dalam keadaan istri memiliki ovum yang baik, tetapi rahimnya dibuang karena pembedahan, kecacatan, akibat penyakit yang kronik atau sebab-sebab yang lain. b. Sama dengan bentuk pertama, tetapi benih yang telah disenyawakan dibekukan lalu dimasukkan ke dalam rahim ibu pengganti setelah kematian pasangan suami istri tersebut. c. Ovum istri disenyawakan dengan sperma lelaki lain (bukan suaminya) dan dimasukkan ke dalam rahim wanita lain. Keadaan ini terjadi apabila suami mandul dan istri memiliki halangan atau kecacatan pada rahimnya teteapi benih istri dalam keadaan baik. d. Sperma suami disenyawakan dengan ovum wanita lain, kemudian dimasukkan ke dalam rahim wanita lain. Keadaan ini terjadi pabila istri menderita penyakit pada ovarium dan rahimnya tidak mempu memikul tugas kehamilan, atau istri telah mencapai tahan berhentinya siklus haid (menopause). e. Sperma suami dan ovum istri disenyawakan, kemudian dimasukkan ke dalam rahim istri yang lain dari suami yang sama. Dalam keadaan ini istri yang lain sanggup mengandungkan anak suaminya dari istri yang tidak boleh hamil. C. Mekanisme Penyewaan Rahim Mekanisme surrogate mother termasuk dalam ruang lingkup pembuahan di luar rahim yang lebih dikenal sebagai teknik bayi tabung atau pembuahan in vitro (in vitro vertilization). In vitro vertilization adalah sebuah teknik pembuahan dimana sel telur dibuahi di luar tubuh wanita. Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair. Dalam melakukan pembuhan di luar rahim, transfer embrio dilakukan dalam tujuh prosedur dasar yang dilakukan oleh petugas medis, yaitu : 2 Risti. Dita Paraga. 2010. Obrolan Surrogate Mother, Bolehkah?. a. Wanita diberi obat pemicu ovulasi yang berfungsi untuk merangsang indung telur mengeluarkan sel telur yang diberikan setiap hari sejak permulaan haid dan baru dihentikan setelah sel-sel telurnya matang. b. Pematangan sel-sel telur dipantau setiap hari melalui pemeriksaan darah dan pemeriksaan ultrasonografi. c. Setelah dikeluarkan beberapa sel telur, kemudian sel telur tersebut dibuahi dengan sel sperma suami yang telah diproses sebelumnya dan dipilih yang terbaik. d. Sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan di dalam cawan petri kemudian dibiakkan di dalam incubator. Pemantauan dilakukan 18-20 jam kemudian dan keesokan harinya diharapkan sudah terjadi pembuahan sel. e. Embrio yang berada dalam tingkat pembelahan sel ini kemudian diimplantasikan ke ddalam rahim wanita. Pada periode ini tinggal menunggu terjadinya kehamilan. f. Jika dalam waktu 14 hari setelah embrio diimplantasikan tidak terjadi menstruasi dilakukan pemeriksaan air kemih untuk kehamilan, dan seminggu kemudia dipastikan dengan pemeriksaan ultrasonografi.3 Hal yang penting diperhatikan dalam praktek sewa rahim adalah hak-hak anak yang lahir darinya tidak boleh diabaikan, khususnya hak identitas diri yang dituangkan dalam akta kelahiran. Apabila terjadi perselisihan antara ibu bilogis dengan si ibu pengganti, maka penyelesaiannya harus mengedepankan prinsip kepentingan terbaik bagi si anak.4 D. Tujuan Penyewaan Rahim Sewa rahim biasa dilakukan karena berbagai sebab, diantaranya; rahim pemilik ovum tidak siap untuk hamil, atau ketiadaan rahim bersamaan dengan adanya dua sel telur yang subur atau salah satunya, atau karena pemilik ovum ingin menjaga kesehatan dan kecantikannya. Tujuan menyewa rahim ini adalah menyewa wanita yang bersedia mengandung sampai dengan melahirkan bayi tersebut. Wanita tersebut dibutuhkan sebagai pengganti bag wanita yang tidak bias mengandung dengan berbagai alasan tadi. Beberapa alasan yang menyebabkan dilakukan teknik sewa rahim adalah; 3 Yendi. 2011. Hukum Teknologi Reproduksi Buatan. Perkembangan Hukum Teknologi Reproduksi di Indonesia. 4 Ibid. a. Seorang wanita tidak mempunyai harapan untuk hamil secara normal karena suatu penyakit atau kecacatan yang mangalangi untuk hamil dan melahirkan anak; b. Rahim wanita tersebut dibuang karena alasan tertentu; c. Wanita ingin memiliki anak tapi tidak bersedia menjalani proses kehamilan, melahirkan dan menyusui anak serrta keinginan untuk memelihara bentuk tubuh dengan menghindari akibat dari proses kehamilan dan kondisi tubuh setelah melahirkan; d. Wanita yang ingin memiliki anak tetapi telah mengalami menopause; e. Wanita yang ingin mencari pendapatan dengan menyewakan rahimnya kepada orang lain.5 E. Kelebihan dan Kekurangan Surrogate Mother. Setiap hal yang dilakukan oleh mausia pasti memiliki dampak, baik bagi dirinya sndiri atau orang lain, bahkan bias saja keduanya terkena dampang dari perbuatan salah satu orang. Dalam hal penyewaan rahim dampak positif dan negatifnya adalah : F. Sda G. Dsadd 5 Munfarida. 2011. Sekilas Tentang Sewa Rahim. BAB III METODE ISTINBATH 1. Ushul Fiqh Dalam masalah fiqhiyah kali ini penulis menggunakan metode qiyas untuk menentukan hukum karena tidak dijumpai dalil-dalil yang menyinggung secara sorih di dalam Al-Qur’an maupun Hadits. Penggunaan manhaj qiyas yang dianggap sah apabila telah memenuhi 4 unsur6 berikut ini : a. Ashl Menurut para pakar ushul fiqh, ashl adalah objek yang telah ditetapkan hukumnya oleh ayat Al-Qur’an, Hadits Nabawiyyah atau ijma’. Misalnya, pengharaman wisky dengan cara meng-qiyas-kan dengan hukum khomr. Hukum mengkonsumsi khomr itu yang disebut ashl karena telah dijelaskan secara eksplisit dalam surat al-Maidah : 90-91. b. Far’u Adapaun far’u adalah objek yang akan ditentukan hukumnya, yang tidak ada nash atau ijma’ yang tegas dalam menentukan hukumnya sebagaimana wisky dalam kasus di atas. c. Illat Adalah sifat yang menjadi motif atau motivasi dalam mementukan hukum, dalam ashl khomr di atas illatnya adalah memabukkan, dan wisky juga memiliki sifat yang sama. d. Hukum Asal Hukum pada suatu objek yang mana telah ditentukan secara qoth’i di AlQur’an, Hadits maupun Ijma’. Adapun hukum asal dalam contoh di atas adalah haram. 2. Qowaid Fiqhiyah Imam Abu Muhammad Izzudin ibn Abbas Salam menyatakan bahwa kaidah fiqhiyah mempunyai kegunaan sebagai suatu jalan untuk mendapatkan suatu kemashlahatan dan menolak kerusakan serta bagaimana cara mensikapi kedua hal tersebut. Sedangkan alQarafi dan Al-Far’u-nya menulis bahwa seorang Faqih tidak akan besar pengaruhnya tanpa berpegang kepada kaidah fiqhiyah, karena jika tidak berpegang pada kaidah itu maka hasil ijtihadnya banyak bertentangan dan berbeda dengan furu’-furu’-nya. 6 Abu Hamid Al-Ghozali. Al-Mustafa, Jilid, II, hlm. 54 BAB IV ISTINBATH HUKUM SEWA RAHIM 1. Ushul Fiqh Dalam bahasan ini akan menggunakan metode qiyas untuk menentukan hukum sewa rahim yang dilakukan oleh pasangan suami istri sah dengan menyewa wanita ajnabiyyah yang akan mengemban tugas hamil hingga melahirkan anak mereka. Adapun yang menjadi 4 unsur qiyas sebagimana dijelaskan sebelumnya pada ; masalah ini adalah sebagai berikut a. Al-Far’u Yang menjadi far’u pada masalah ini adalah sewa rahim (Surrogate Mother). b. Al-Ashlu Yang menjadi asal dalam masalah ini adalah “menyiramkan air mani ke ladang lain yang tidak sah” dengan kata lain haramnya menaruh sperma seorang laki-laki ke rahim seorang perempuan yang bukan istrinya, sebagaimana maksud hadits : حد مث ححن ا الن ي ح م ح مممد د م ح م ح ي ،ح ح ن ح ح م ن م سممل ح ح ح م حد مث ححن ا م ة ،ع حمم ن مد م ب ن م في نل د ي بن إسح اقح ،حدث حدني ديزديد بمم ح ن أ حب دممي ن أب دممي ح ح م ن د د ن ح حب ديمم ب ب ،ع حمم ن ح د م ن م ت ن حثمم اب د ب ن مروحدي ن د ن ح ح ش ال م ي ،عح ن صن نحع ان د ي ق ،عح ن منرمزو ب فدع نبمم د حن ح ب خطيب ا ،حق ا ح ح ح ممم ا إ دن يممي ل ح ص ارديي ،حق ا ح م دفيحن ا ح د ب ل :حق ا ح ل:أ ح الن ن ح سلو ح أ حمقلو م ل اللهد صلى اللممه عليممه س د ت حر م م ا ح مع ن م م إ دل م ح ل ل حك م ن ح ي ن ،حق ا ح قلو م ن وسلم دي ح م ل :ل ح دي ح د ئ دي مممؤ ن د م م ل :دي حلون ح ل لد ن مرد ب م م حن حي ن ب ح ممم احءه م حزنرع ح غ حنيممردهد - دبمم الل مهد حوال نحيمملونم د ال د سمم د خممرد أ ن ن دي ح ن ي ح ق ح حمم ي حب حمم احلى -وحل ح دي ح د ن ب دمم الل مهد ئ دي مممؤ ن د ن ال ن ح دي حعندني :إ دت نحي ا ح ل لد ن مممرد ب م م ح وال نيلوم ال د ح حت مممى ن دي ح ح مممحرأةب د ي ح خر د أ ن ن ال م قممعح ع حل حممى ا ن ممم ح سممب ن د ح ح ن د ح ي ن ب دمم الل مهد حوال ني حمملونم د ال د ست حب نردئ ححه ا ،وحل ح دي ح د ئ دي مؤ ن د دي ح ن ل لد ن مرد ب م م خممرد ح 7 م. حمتى دي م ن م ا ح أ ن ق ح س ح مغنن ح ب ن دي حدبيعح ح Abu Dawud Sulaiman. Sunan Abi Dawund. Juz. 2, Hlm.248. 7 c. Hukum Asal Yang dimaksud dengan hukum ashl yaitu ketentuan yang ada pada Ashl, yang sudah ditetapkan pada nash dan juga hukum syara’ yang terdapat pada ashl yang hendak ditetapkan pada far’u dengan jalan qiyas. Berdasarkan nash dari hadits diatas bahwasanya menyiramkan air mani ke ladang lain yang tidak sah dengan kata lain haramnya menaruh sperma seorang laki-laki ke rahim seorang perempuan yang bukan istrinya. d. Illat Untuk mengetahui kesamaan hukum diantara ashl dan far’u harus dilakukan proses ta’lilul hukmi ((تعليل الحكم 1. السبر Identifikasi masalah dengan mencari persamaan illat antara far’u dengan ash. 2. التقسيم Klasifikasi atau memilah antara illat yang jelas dan tidak jelas a. منضبط b. غير منضبط 3. تنقيح المنط Menghilangkan persamaan yang tidak bias dijadikan illat. Yaitu persamaan-persamaan yang termasuk dalam golongan mundlabith. 4. تحقيق المنط Setelah pembuangan hal-hal diatas, maka didapati beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai illat dalam permasalahan kali ini, yaitu: 2. Qowaid Fiqhiyah