BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1
Pengertian Membaca
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa dari empat
keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis
(Tarigan,1990 : 1). Pengertian membaca menurut Emerald Dechant (dalam
zuchdi, 2007 : 21) adalah proses pemberian makna terhadap tulisan. Syafii (1997
: 7) mengatakan bahwa membaca adalah suatu proses yang bersifat fisik atau yang
disebut proses mekanis berupa kegiatan mengamati tulisan,sedangkan psikologis
berupa kegiatan berfikir dalam mengelolah informasi.
Dikemukakan oleh Burns, dkk (1984: 11) “membaca merupakan suatu
perilaku kompleks yang harus dipelajari dan merupakan alat untuk pembelajaran
yang lebih lanjut. Jadi, belajar untuk membaca dan membaca untuk belajar”.
Membaca pada hakikatnya adalah sesuatu yang rumit yang melibatkan
banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetepi juga melibatkan
aktifitas visual, berfikir, psikologilingustik, dan metakongnitif. Sebagai proses
visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam
kata-kata lisan. Sebagian suatu proses berfikir, membaca mencakup kritis, dan
pemahaman kreatif. Pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan
pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktivitas membaca kata-kata
dengan mengunakan kamus. Crawley dan mountain (dalam Rahim : 2: 2006).
Pada hakikatnya, aktivitas membaca terdiri dari dua bagian, yaitu
membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses
mengacu pada aktifitas fisik dan mental. Sedangkan membaca sebagai produk
mengacu pada konsekkuensi dan aktivitas yang dilakukan pada saat membaca.
(Resmini : 93 :2006)
(Stubbs dalam Syukur Ghazali : 207 : 1980), membaca adalah sebuah
tindakan merekrontruksi makna yang disusun penulis di tempat dan waktu yang
berjauhan dengan tempat dan waktu penulis. Sebagian besar dari bahsa dalam teks
tertulis telah di „edit‟ secara seksama (misalnya kalimat-kalimatnya selalu utuh,
jarang ada ide yang disampaikan lebih dari satu kali, dsb) dan teks tertulis
biasanya berisi beberapa ciri khas seperti alinea/paragraf, aturan-aturan ejaan dan
tanda baca.penulis menjabarkan banyak informasi agar memudahkan pembaca
dalam memahami teks.
(HG. Tarigan, 1985 : 7) Membaca adalah suatu proses yang dilakukan
serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan
oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
(W.J.S.Poerwodarmito dalam Muchlisoh 119 : 1992) mendefinisikan yaitu
melihat sambil melisankan suatu tulisan dengan tujuan ingin mengetahui isinya.
Dalam buku yang sama (Tarigan dalam Muchlisoh 119 : 1992), juga
mendefinisikan yaitu proses pemerolehan pesan yang disampaikan oleh seorang
penulis melaui tulisan. Definisi yang lain juga dikemukakan oleh (Paris 1993 :
304), sebagai proses kata-kata,konsep,informasi,dan gagasan yang dikemukakan
oleh pangarang yang hubungannya dengan pengetahuan dan pengalaman awal
pembaca.dengan demikian pemahaman yang diperoleh apabila pembaca
mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dengan
apa yang terdapat dalam bacaan.
Membaca adalah interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung
pada konteks. Orang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui
beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah
dipahami sehingga terjadi interaksi antara pembaca teks. (Rahim : 3 :2008)
Membaca dalam kehidupan sehari-hari sangat penting. membantuh
merupakan keterampilan untuk memahami informasi atau isi pesan yang ada
dalam teks bacaan dan dengan membaca ini semakin penting peranannya sebagai
sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mencapai suksesnya
pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Membaca
juga merupakan suatu strategis. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai
strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka
mengkontruks makna ketika membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis
teks dan tujuan membaca.
Berdasarkan beberapa pendapat pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa membaca merupakan aktivitas yang melibatkan penglihatan, ingatan, dan
pemahaman yang mencakup pengubahan tulisan atau lambang bermakna yang
melibatkan kemampuan fisik untuk berfikir kritis dan kreatif menggunakan
kemampuan membaca yang dimiliki dengan tujuan untuk memperoleh informasi
ilmu pengetahuan dan pengalaman baru yang disampaikan oleh penulis.
2.1.2 Tujuan Membaca
Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang harus membaca
dengan suatu tujuan,cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang
tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca dikelas guru seharusnya
menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai atau
dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca siswa itu sendiri.
Tujuan membaca mencakup:
a. Kesenangan
b. Menyempurnakan membaca nyaring
c. Menggunakan strategi tertentu
d. Memperhaharui pengetahuannya tentang suatu topik
e. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya
f. Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tulisan
g. Mengkonfirmasikan atau menolak predikasi
h. Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang
diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang
struktur teks
i. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik (Blanton,dkk dalam Rahim :
11 : 2006
Secara umum tujuan ini dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Salah satu tujuan membaca yaitu untuk mendapatkan informasi bisa tentang
faktor dan kejadian sehari-hari sampai informasi tingkat tentang teori-teori
serta penemuan dan termuan ilmiah yang canggih.Tujuan ini mungkin
berkaitan dengan keinginan pembaca untuk mengembangkan diri.
b. Ada orang-orang tertentu yang membaca dengan tujuan agar citra dirinya
meningkat.Mereka ini mungkin membaca karya tersebut,melainkan agar orang
member nilai positif terhadap diri mereka, Tentu
saja kegiatan belajar
mengajar bagi orang-oarang semacam ini sama sekali tidak merupakan
kebiasaannay,tetapi hanya dilakukan seleksi-seleksi didepan orang lain.
c. Ada kalanya orang membaca untuk melepas diri dari kenyataan.Misalnya pada
saat ia merasa jenuh,sedia bahkan putus asa dalam hal ini membaca dapat
merupakan sub nilai atau pengeluaran yang positif,apalagi jika bacaan yang
dipilihnya adalah bacaan yang bermanfaat yang sesuai dengan situasi yang
sedang dihadapi.
d. Mungkin juga orang membaca untuk tujuan rekreatif, untuk mendapat
kesenangan atau hiburan seperti halnya menonton film atau tamasya.Bacaan
yang dipilih untuk ini adalah bacaan-bacaan ringan atau jenis bacaan yang
disukai.
e. Kemampuan lain,orang membaca tanpa tujuan apa-apa,halnya karena
iseng,tidak tahu apa yang akan dilakukan,jadi hanya sekedar untuk merintang
waktu.
f. Tujuan membaca yang tinggi ialah mencari nilai-nilai keindahan atau
pengalaman estetis dan nilai-nilai kehidupan lainnya.
Bagi lingkungan masyarakat tertentu, membaca merupakan sebagai
kegiatan sehari-hari yang dilakukan sebagai kebiasaan atau bahkan kebutuhan
disamping pokok lainya seperti makanan dan minuman.lingkungan tersebut
adalah lingkungan terpelajar seperti cendekiawan, para penjabat pemerintah
pengusaha besar, wartawan, guru, mahasiswa penulis dan sebagainya.
Bagi lingkungan masyarakat lain, kegiatan membaca merupakan makna
yang
berbeda.Makna
ini
bersangkut
paut
dengan
latar
belakang
pendidikan.keadaan sosial ekonomi serta profesi.
Menurut Greenall dan Swan (1986: 3-4), tujuan membaca antara lain
untuk menyarikan ide-ide utama, memperoleh informasi yang spesifik, memahami
susunan teks, memperkirakan, mengecek pemahaman, menyimpulkan, memahami
ide-ide yang behubungan dengan kosa kata yang tidak dikenal, memahami
kalimat-kalimat kompleks, memahami gaya penulis, menilai teks, menanggapi
teks, serta untuk menulis ringkasan-ringkasan.
2.1.3 Manfaat Membaca
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya
masyrakat yang gemar belajar. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan
melalui membaca. Masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetahuan
dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasan sehingga mereka
lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang.
Burns,dkk 1996 ( dalam Farida Rahim) mengemukakan bahwa
kemampuan membaca merupakan sesuatu vital dalam suatu masyarakat terpelajar.
Namun,anak-anak yang tidak memahami pentingnya belajar membaca tidak akan
termotifasi
untuk belajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus-
menerus, dan anak-anak yang melihat tingginya nilai membaca dalam kegiatan
pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan anak-anak yang tidak
menemukan keuntungan dari kegiatan membaca.
Membaca semakin penting dalam kehidupan masyrakat yang semakin
kompleks. Setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Tanda-tanda
jalan
mengarahkan
orang
yang
bepergian
sampai
pada
tujuannya,mengimformasikan pengemudi mengenali bahaya dijalan, dan harus
pergi kepasar untuk mengetahui harga bahan-bahan yang akna dibutuhkan.Dia
cukup membaca surat kabar untuk mendapatkan informasi tersebut.Kemudian, dia
bisa merencanakan apa saja yang harus dibelinya disesuaikan dengan informasi
tentang bahan-bahan yang dibutuhkannya.
Disamping itu, kemapuan membaca merupakan tuntunan realitas
kehidupan sehari-hari manusia. Beribu judul buku dan jutaan Koran diterbitkan
setiap hari. Ledakan informasi ini menimbulkan tekanan pada guru menyiapkan
bacaan yang memuat informasi yang relevan untuk siswa-siwanya. Walaupun
tidak semua informasi perlu dibaca, tetapi jenis-jenis bacaan yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan kepentingan kita tentu perlu dibaca.
Walaupun informasi bisa di temukan dari media lain seperti televisi dan
radio, namun peran membaca tak dapat digantikan sepenuhnya. Membaca tetap
memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena tidak semua
informasi bisa didapatkan dari media televisi dan radio.
2.1.4 Proses Membaca
Membaca merupakan proses yang kompleks.Proses ini melibatkan
sejumlah kegiatan fisik dan mental.Menurut (Burns dkk 1997 : 7 dalan Farida
Rahim), proses membaca terdiri atas Sembilan aspek, yaitu sensori, perseptual,
urutan, pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi, sikap, dan gagasan.
Proses membaca dimulai dengan sensori visul yang di peroleh melalui
pengungkapan simbol-simbol grafis melalui indra penglihtan.Anak-anak belajar
membedakan secara visual diantara simbol-simbol grafis (huruf atau kata) yang
digunakan untuk merepresenasikan bahasa. (Rahim : 12)
Kegiatan berikutnya adalah perseptual yaitu aktifitas mengenal suatu kata
sampai pada suatu makna berdasarkan pengalaman yang lalu.Kegiatan persepsi
melibatkan kesan sensori yang masuk ke otak. Ketika seseorang membaca, otak
akan menerima gambaran kata-kata kemudian mengungkapkannya dari halaman
cetak berdasarkan pengalaman membaca sebelumnya dengan objek, gagasan, atau
emosi yang dipresentasikan oleh suatu kelas.Pembaca mengenali rangkaian
simbol-simbol tertulis, baik yang berupa kata, frasa maupun kalimat.Kemudian
pembaca memberi makna dengan mengiterprestasikan teks yang dibacanya.
Pembaca satu dengan yang lainnya dalam mempersepsi suatu teks mungkin saja
tidak sama.Walupun membaca teks yang sama, mungkin mereka memberikan
makna yang berbeda.(Burns dkk dalam Farida Rahim : 12 : 1996)
Pengalaman merupakan aspek penting dalam proses membaca.Anak-anak
yang memilikipengalaman yang banyak akan mempunyai kesempatan yang lebih
luas dalam mengembangkan pemahaman kosa kata dan konsep yang mereka
hadapi dalam mebaca dibandingkan dengan anak-anak yang mempunyai
pengalaman terbatas.(Burns dkk 1996 dalam Farida Rahim)
Membaca merupakan proses berfikir. Untuk dapat memahami bacaan,
pembaca terkebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang di
hadapinya melalui proses asosiasi dan eksperimen sebagaimana dijelaskan
sebelumya.Untuk itu dia harus berfikir sistematis, logis, dan kreatif. (Syafi‟ie
1993:44 dalam Farida Rahim)
Peningkatan kemampuan berfikir melalui membaca seharusnya dimulai
sejak dini.Pertanyaan –pertanyaan yang diajukan guru hendaknya merangsang
siswa berfikir.
Mengenal hubungan antara simbol dengan bunyi bahasa dan makna
merupakan aspek asosiasi dalam membaca.anak-anak belajar menghubungkan
simbol-simbol grafis dalam bunyi bahasa dan makna.
Aspek efektif merupakan proses membaca yang berkembang dengan
kegiatan memusatkan perhatian, membangkitkan kegemaran membaca sesuai
dengan minatnya, dan munumbuhkan motifasi membaca ketika sedang membaca
Burns dkk,1996 (dalam Farida Rahmi ) Pemusatan perhatian, kesenangan dan
motifasi yang tinggi diperlukan dlam membaca.
Dan aspek pemberian gagasan ialah aspek dimulai denan penggunaan
sensori dan perceptual dengan latar belakan pengalaman dan tanggapan efektif
serta membangun makna teks yang dibaca secara pribadi.Makna dibangun
berdasarkan pada teks dibacanya, tetapi tidak seluruhnya ditemui dalam teks.
Proses membaca teridi dari beberapa aspek.Aspek-aspek tersebut (1) aspek
sensori, yaitu kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis, (2) aspek
perseptual, yaitu kemampuan menghubungkan untuk menginterprestasikan apa
yang
dilihat
sebagai
simbol,
(3)
aspek
schemata,yaitu
kemampuan
menghubungkan informasi tertulis denagn struktur pengetahuan yang telah ada.
(4) aspek berfikir, yaitu kemampuan membuat inferensi dan evaluasi dari materi
yang dipelajari. dan (5) aspek efektif , yaitu aspek yang berkenan dengan minat
pembaca yang berpengalaman terhadap kegiatan membaca. Interaksi antara
kelima aspek tersebut secara harmonis akan menghasilkan pemahaman membaca
yang baik, yakni terciptanya komunikasi yang baik antara penullis dengan
pembaca. (Rahim : 14 : 2008).
(Combs : 21 : 1996) memilah kegiatan membaca menjadi tiga tahap :
Tahap Persiapan, tahap perkembangan , dan tahap transisi.
a. Dalam tahap persiapan , anak mulai menyadari tentang fungsi barang cetak ,
konsep tentang cara kerja barang cetak, konsep tentang huruf, konsep tentang
kata.
b. Dalam tahap perkembangan, anak mulai memahami pola bahasa yang terdapat
dalam barang cetak. Anak mulai belajar memasangkan satu kata dengan kata
yang lain.
c. Dan dalam tahap transisi, anak mulai mengubah kebiasaan membaca bersuara
menjadi mebaca dalam hati. Anak mulai dapat melakukan kegiatan membaca
dengan santai ( tidak tegang ).
Proses yang perlu diperhatikan guru dalam pengajaran membaca.Ketiga
hal pokok yang dimaksud adalah pengajaran pembaca diarahkan pada : (1)
Pengembangan aspek sosial anak, yakni : kemampuan bekerja sama, percaya diri,
pengendalian diri, kestabilan emosi, dan rasa tanggung jawab; (2) Pengembangan
fisik, yaitu pengaturan gerak motorik, koordinasi gerak mata dan tangan; dan (3)
Perkembangan kognitif, yakni mebedakan bunyi huruf, menggambungkan kata
dan makna.
2.1.5 Pengertian Buku Teks
Buku teks terdiri atas buku dan teks. Buku adalah beberapa helai kertas yang
terjilid yang berisi tulisan untuk dibaca atau halaman halaman kosong untuk ditulisi
(Purwadarminta 1985: 161) .lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong
(KBBI 1994: 152). kertas berlembar-lembar yang sama ukuran panjang lebarnya yang
dijilid baik bertulisan maupun tidak (Badudu 1996: 217). dan, teks sesuatu yang
tertulis untuk dasar memberi pelajaran, berpidato dsb.(Purwadarminta 1985: 1035).
bahan tertulis (Badudu 1996: 1455) bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran,
berpidato, dsb (KBBI 1994: 1024).
Teks adalah sebagai bahan pembelajaran membaca, sebaiknya memiliki
karateristik yang jelas sehingga cukup kaya dan bila digunakan sebagai latihan
pengenalan kata sampai latihan pengenalan strategi-strategi membaca.
Teks yang dipilih sebagai bahan bacaan yang berisikan katakata,kalimat,dan tampak sebagai teks yang utuh. (Resmirni : 95 : 2006). Belajar
sekaligus sebagai media pembelajaran adalah buku. Buku yang digunakan sebagai
sumber belajar utama dalam pembelajaran suatu bidang studi disebut buku teks
atau buku pelajaran atau dapat pula disebut sebagai buku teks pelajaran.
Tarigan dan Djago Tarigan (1990) mendefinisikan buku teks sebagai buku
pelajaran dalam bidang studi tertentu yang merupakan buku standar yang disusun
oleh pakar dalam bidang itu untuk maksud-maksud dan tujuan instruksional yang
dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh
para pemakai di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang
suatu program pengajaran.
Backingham Tarigan, 1986) yang menjelaskan bahwa buku teks adalah
sarana belajar yang biasa digunakan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi
untuk menunjang suatu program pengajaran dalam pengertian modern dan yang
umum dipahami.Berdasarkan beberapa pengertian buku teks tersebut, buku teks
merupakan salah satu bahan ajar yang berfungsi sebagai sarana penunjang
kegiatan pembelajaran. buku teks dapat membantu guru dalam menyampakan
materi pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulankan sementara bahwa buku teks
adalah buku yang berisi bahan tertulis untuk memberikan pelajaran. buku itu
digunakan untuk memberikan pelajaran atau bahan ajar dari cabang ilmu atau bidang
studi,dan digunakan disekolah atau lembaga pendidikan.
2.1.6 Hakekat Pembelajaran Kontestual
Kata kontekstual di ambil dari bahasa inggris yaitu contextual, kemudian
diserap ke dalam bahas Indonesia menjadi kontekstual. Memiliki arti hubungan
dalam konteks. Dengan membawa situasi, keadaan, dan kejadian secara umum,
kontekstual memiliki arti hubungan atau kaitan langsung berdasarkan makna
tersebut maka terbentuk kaidah kontekstual, yaitu mampu membawa siswa
mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran dengan CTL sebagai alternative
strategi belajar siswa diarahkan belajar melalui „mengalami bukan menghafal‟.
(Zahorik : 1995 : 2)
Pendekatan kontekstual memiliki landasan falsafah belajar yakni
kontrukvisme yang menekan belajar tidak hanya menghafal. Melainkan mereka
menkontrukvime pengetahuan yang ada dalam benaknya.
Cara untuk mencapai kompetensi sebagaimana yang ditetapkan dalam
Kurikulum dan Hasil Belajar pada dokumen Kurikulum sebaiknya direncanakan,
dipilih, serta dipersiapkan baik-baik agar kegiatan bermakna, bermanfaat, dan
menarik. Berbagai variasi teknik mengajar dan belajar dipilih dan disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran, materi, serta kebutuhan pembelajar. Bahan-bahan
kajian dan variasi teknik pembelajaran tersebut seharusnya bermanfaat bagi siswa
dan bermakna dalam arti dapat menambah pengetahuan baru berdasarkan
pengetahuan awal siswa melalui pengalaman-pengalaman belajar mereka
(constructivism).
Siswa diharapkan akan dapat merasakan dan menyadari manfaat belajar
dengan pergi ke tempat belajar, sebab mereka dapat membuktikan sendiri dan
menemukan jawaban dalam menghadapi kehidupan di masyarakat yang penuh
dengan masalah. Mereka dapat saling membantu dan berbagi pengalaman dalam
kelompok belajar (learning community), sehingga timbul keingintahuan (inquiry)
dengan tidak melupakan untuk melakukan refleksi diri.
Pembelajaran kontekstual berkenaan dengan (1) fenomena kehidupan
sosial masyarakat, bahasa, lingkungan hidup, harapan dan cita yang tumbuh, (2)
fenomena dunia pengalaman dan pengetahuan murid, dan (3) kelas sebagai
fenomena sosial. Kontekstualitas merupakan fenomena yang bersifat alamiah,
tumbuh dan terus berkembang, serta beragam karena berkaitan dengan fenomena
kehidupan sosial masyarakat. (Nurhadi : 5 : 2008).
Oleh karena itu maka pembelajaran pada dasarnya merupakan aktivitas
mengaktifkan, menyentuhkan, mempertautkan; menumbuhkan, mengembangkan,
dan membentuk pemahaman melalui penciptaan kegiatan, pembangkitan
penghayatan,
internalisasi,
proses
penemuan
jawaban
pertanyaan,
dan
rekonstruksi pemahaman melalui refleksi yang berlangsung secara dinamis.
Belajar pada dasarnya merupakan proses menyadari sesuatu, memahami
permasalahan, proses adaptasi dan organisasi, proses asimilasi dan akomodasi,
proses menghayati dan memikirkan, proses mengalami dan merefleksikan,dan
proses membuat komposisi dan membuka ulang secara terbuka dan dinamis.
Dengan
demikian,
landasan
pembelajaran
kontekstual
adalah
konsep
konstruktivisme.
2.1.7 Penerapan Pembelajaran Kontekstual dikelas
Kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika menerapkan
ketujuh
prinsip
(kontruktivisme,
inkuiri,
bertanya,
masyarakat,
belajar,
permodelan, refleksi, penilaian) dalam pembelajaran.
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa
dalam mencapai tujuannya,maksudnya,guru lebih berususan dengan strategi dari
pada member informasi. guru hanya mengelolah kelas sebagai sebuah tim yang
bekerja sama untuk menentukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar
mengajar lebih di warnai.Menurut Depdiknas (2004:45) guru harus melaksanakan
beberapa hal ebagai berikut : (1) Mengkaji konsep atau teori yang akan di pelajari
oleh siswa.(2) Memahami latarbelakang dan pengalaman hidup siwa melalui
proses pengkajian secara seksama. (3) Mempelajari lingkungan sekolah dan
tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan mengaitkan dengan konsep
atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual.(4) merancang
pengajaran dengan mengaitkan konsep atau teori yang di pelajari degan
mempetimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan hidup
mereka.(5).melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa,dimana hasil nanti
dijadikan bahan refleksi terhadap rencana pembelajaran dan pelaksanaannya.
Dalam pembelajaran memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang
penting,yaitu
mengaitkan
(relating),mengalami
(experiencing),menerapkan
(applying),bekerjasama (cooperating),dan mentransfer (trasferinring).
a. Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti.Guru
menggunakan srategi ini ketika mengaitkan konsep baru dengan sesuatu yang
sudah di kenal siswa.Jadi dengan mengaitka apa yang sudah ada diketahui
siswa dengan informasi baru.
b. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti
menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun penetahuan
sebelumnya.belajar terjadi lebih cepat ketika siswa memanipulasi peralatan
dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif
c. Menerapkan siswa menerapkan sesuaru konsep ketika ia melakukan kegiatan
pemecahan masalah.Guru dapat memotifasi siswa dengan memberikan
latihan yang relistik dan releven.
d. Kerjasama siswa yang bekerjasamasecara individu sering tidak membantu
kemajuan yang signifikan .sebaliknya,siswa yang bekerja secar kelompok
sering
dapat
mengatasi
masalah
yang
kompleks
dengan
sedikit
bantuan.Pengalaman kerjasama tidak hanaya membantu siswa mempelajari
bahan ajar,tetapi konsisten dengan dunia nyata.
e. Mentransfer.Peran Guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar
dengan fokus pada pemahaman bukan hafalan.
Pendekatan CTL memiliki Tujuh komponen utama yaitu (Nurhadi : 2002 : 9)
1.
Kontruktivisme (Constructivisme)
Merupakan landsan (filsofi) yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit
demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit).
dan tidak sekonyong-konyong. tujuannya agar siswa dibiasakan untuk
memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya,guru
tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa.siswa harus
mengkontrukvitis adalah ide bahwa siswa harus menemukan benak sendiri.
2. InQuiry
Inquiry merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual.pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa.diharapkan
bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan
sendiri.Strategi inquiri adalah siswa menemukan diri sendiri oleh siswa bukan
menurut buku,siklus inkuiri (1) observasi (2) bertanya
(3) mengajukan
dugaan (4) pengumpulan data (5)penyimpulan.
3. Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh informasi
dari
orang lain.bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan
untuk mendorong,membimbing,dan menilai kemampuan berfikir siswa.Dalam
sebuah pembelajaran yang produktif,kegiatan bertanya guna untuk:
a. Menggali infomasi,baik administrasi maupun akademis
b. Untuk mengecek pemahaman siswa
c. Untuk membangkitkan respon kepada siswa
d. Untuk mengetahuihal-hal yang sudah diketahui siswa
e. Untuk memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
f. Untuk menyegarjkan kembali pengetahuan siswa.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar ini di bagi dalam kelompok yang anggotanya heterogen,
Masyarakat belajar bisa terjadi apabila proses komunikasi dua arah yang
dilakukan melalui kerjasama siswa untuk membandingkan siswa dengan
kelompok yang lain.
5. Permodelan
Dalam sebuah pembelajaran selalu ada model yang biasa di tiru,guru memberi
model tentang bagaimana cara belajar yang baik dan benar.
6. Refleksi
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru di pelajari atau berfikir ke
belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa lalu.
7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Assessment adalah Proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran (perkembangan) belajar siswa dan guru biasa memastikan bahwa
siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.sehinga kemajuan belajar
siswa di nilai dari proses salah satunya tes.Penilaian dilakukan guru setelah
selesai guru memberi materi pada siswa,guna untuk memiliki keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran.
2.2 Kajian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan peneliti antara lain yaitu : Muhamad
Karwapi dalam skripsinya dengan judul “Meningkatkan Keterampilan Membaca
teks mengunakan lingkungan sebagai sumber belajar kelas V SDN 2 Kotamobagu
kab.bolaang mongondow tahun 2011” Dalam penelitian ini sama-sama mengkaji
Pembelajaran membaca perbedaannya pada metode lingkungan sebagai sumber
belajar, sedangkan penelitian ini menggunakan matode pendekatan kontekstual.
Dari hasil penelitian rata-rata persentasi siswa pada keterampilan membaca,
diperoleh siklus 1 meningkat 57,14 % dari observasi awal, sementara pada siklus
2 meningkat 78,57 % telah mencapai indikator keberhasilan dan ketuntasan
sehingga
tidak
dilanjutkan
pada
siklus
berikutnya.
Penelitian
tersebut
menyimpulkan bahwa metode Lingkungan sebagai Sumber Belajar dapat
meningkatkan kualitas proses pembelajaran dalam keterampilan membaca.
Sutrisno dalam skripsinya “ Meningkatkan Keterampilan Membaca
Dengan Menggunakan Teknik Bermain Kelas 1 SDN 1 Malang tahun 2011”
dalam penelitian ini mengkaji keterampilan membaca perbedaannya terdapat pada
teknik bermain dimana siswa kelas 1 dibawah kedunia permainan dalm membaca.
Dan sedangkan peneliti penggunakan pendekatan kontekstual pada siswa kelas V
SDN 10 Tenilo Kota Barat. Dari hasil penelitian rata-rata persentasi siswa pada
keterampilan membaca, diperoleh siklus 1 meningkat 60,14 % dari observasi
awal, sementara pada siklus 2 meningkat 78,57 % telah mencapai indikator
keberhasilan dan ketuntasan sehingga tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa teknik bermain pada siswa kelas 1
meningkatkan kualitas proses pembelajaran dalam keterampilan membaca.
2.3 Hipotesis tindakan
Berdasarrkan penelitian tindakan kelas ini adalah “jika guru mengunakan
Pendekatan kontekstual maka pemahaman siswa membaca teks akan meningkat.
2.4 Indikator kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian Meningkatkan keterampilan membaca
teks dianggap berhasil apabila dari jumlah siswa yang mampu membaca teks
mengalami peningkatan 85% dari jumlah karateristik subjek penelitian.
Download