PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2014 Optimalisasi Sains dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Daya Saing Bangsa Makassar, 13 September 2014 Aplikasi Metode Geolistrik untuk Menentukan Model Penyebaran Air Tanah Daerah Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura Virman1) 1) Jurusan Mipa, Program Studi Pendidikan Fisika Uncen [email protected] Sumber daya air tanah bersifat dapat diperbaharui secara alami, karena air tanah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari siklus hidrologi di bumi, yang ditemukan pada formasi geologi tembus air (reservoir). Reservoir adalah sebuah tendon air alami yang sangat tergantung antara lain kecuraman lereng, kondisi material permukaan tanah, jenis serta banyaknya vegetasi dan curah hujan. Air tanah di dalam tanah terdapat pada material lepas seperti pasir, kerikil, campuran pasir dan kerikil. Menururt Hadian (2006) porositas batuan pasir berkisar kurang 5 % dan paling tinggi 30 %, dan bentuknya dipengaruhi oleh ukuran butir, bentuk butir dan tempat terbentuknya sedimen. Batu pasir terbentuk dari material yang berukuran pasir yang diameternya mencapai 0.006-2 mm, merupakan sedimen lepas dari hasil rombakan batuan beku, sedimen dan metamorf. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan model penyebaran air tanah daerah Distrik Abepura dan Distrik Jayapura Selatan. Sari Ketersediaan air dari waktu ke waktu relatif tetap karena mengikuti daur hidrologi, walaupun demikian ketersediaan air dirasakan semakin terbatas. Hal ini antara lain disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pembangunan ekonomi. Kota Jayapura salah satu kota yang mengalami perkembangan ekonomi dan jumlah penduduk yang pesat. Dalam rangka mencapai pembangunan yang berkelanjutan, maka yang perlu dipahami adalah bagaimana memenuhi kebutuhan air secara memadai untuk penduduk dan pembangunan. PDAM yang selama ini diusahakan oleh pemerintah untuk mensuplai air bersih merasa kewalahan akibat permintaan yang terus bertambah. Agar kebutuhan akan air bersih baik kualitas maupun kuantitas terpenuhi maka diperlukan sumber air bersih lain berupa air tanah. Sumber daya air tanah bawah permukaan keberadaannya tidak merata sehingga untuk pemanfaatannya harus dilakukan pemboran. Kegiatan pemboran air tanah termasuk mahal sehingga untuk efektif dan efesien maka sebaiknya dilakukan pengukuran pendahuluan yaitu geolistrik. Pemanfaatan metode geolisitrik telah dilakukan untuk menentukan model penyebaran air tanah di daerah Distrik Abepura dan Distrik Jayapura Selatan. Berdasarkan hasil pengukuran diketahui potensi air tanah di bagian utara daerah penyelidikan (Entrop, skyland, walikota dan Vihara) berada pada kedalaman > 70 m (air tanah dalam) dengan tahanan jenis antara 10.1 ohm m hingga 28.3 ohm m. Sedangkan bagian selatan daerah penelitian (Aspol Abepura, Tanah Hitam dan Otonom) berada pada kedalaman > 50 m dengan tahanan jenis 2.16 ohm m - 19 ohm m. Dalam hal pencarian reservoir air dapat dilakukan suatu studi awal dengan penentuan lapisan batuan yang mengandung air dalam jumlah jenuh. Metode yang banyak digunakan dalam penentuan lapisan batuan diantaranya adalah metode geolistrik tahanan jenis. Metode ini merupakan salah satu dari metode geofisika memeiliki kelebihan diantaranya lebih murah, cepat dan akurasi yang baik. Dalam metode geolistrik arus listrik diinjeksikan melalui elektroda AB. Arus listrik akan mengalir di bawah permukaan bumi melalui lapisan-lapisan batuan yang memiliki tahanan jenis yang berbeda-beda. Sepasang elektroda tegangan MN yang dibentangkan pada jarak tertentu akan mengukur besar tegangan listrik dipermukaan bumi. Dengan mengetahui nilai tegangan dan arus listrik maka nilai tahanan jenis perlapisan batuan bawah permukaan dapat diprediksi. Hubungan antara tahanan jenis material (ρ), potensial (△V) dan arus (I) adalah sebagai berikut (Telford, 1990) : Kata kunci: Air Tanah, Pemboran, Tahanan Jenis Pendahuluan ………………………….……………….(1) Lebih dari tujuh puluh lima persen bagian dari bumi dilingkupi oleh air. Daratan yang menempati seperempat bagian juga tidak terpisah dari perairan-perairan di dalamnya, oleh karena itu air memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan di muka bumi ini. Dimana ρ adalah tahanan jenis (ohm m), △V = beda potensial (volt) dan I=arus listrik (mA) dan K= factor geometri yang bersarnya tergantung susunan elektroda. 1 PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2014 Optimalisasi Sains dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Daya Saing Bangsa Makassar, 13 September 2014 Persamaan (1) ini merupakan rumus dasar untuk menghitung tahanan jenis semu batuan. Jika medium homogen maka persamaan diatas memberikan harga tahanan jenis yang sebenarnya. DC (tegangan tinggi) menggunakan 2 buah elektroda arus yaitu A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan menyebabkan aliran arus listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam. Dengan adanya aliran arus lirtrik tesebut maka akan menimbulkan tegangan listrik di dalam tanah, yang besarnya dapat diukur melalui 2 buah elektroda tegangan M dan N yang jaraknya lebih pendek dari jarak elektroda AB. Faktor-faktor yang mempengaruhi tahanan jenis Struktur bawah permukaan kemungkinan merupakan lapisan-lapisan dengan tahanan jenis berbeda-beda. Banyak factor yang mempengaruhi tahanan jenis ini, antara lain (Kenneth, 1994): Bila posisi jarak elektroda AB di ubah menjadi lebih besar maka tegangan listrik yang terjadi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih besar. Dengan asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa ditembus oleh arus listrik ini sama dengan separuh dari jarak AB yang biasa disebut AB/2 maka diperkirakan pengaruh dari injeksi aliran arus listrik ini berbentuk setengah bola dengan jari-jari AB/2 (Keller, 1977). Kandungan air, medium yang mengandung air, tahanan jenis semakin kecil. Porositas, yaitu perbandingan antara volume rongga (pori-pori) terhadap volume batuanitu sendiri. Volume pori-pori batuan yang besar akan memberikan kandungan cairan yang lebih banyak sehingga harga tahanan jenisnyapun akan semakin kecil. Prosedur pengambilan data mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat suatu rumusan empiris yang disebut Hukum Archie, sebagai berikut: 1. ……………………………..(2) Dimana ρ’ =tahanan jenis batuan yang berisi cairan (ohm m), a dan m = konstanta (0.5 < a < 2.5 ; 1.3 < m < 2.5), tahanan jenis air (ohm m), 2. = porositas, n = 2 dan S= bagian dari pori-pori batuan yang berisi fluida. 3. Suhu, tahanan jenis batuan berbanding terbalik dengan suhu. Hubungan suhu dengan tahanan jenis ditunjukkan oleh persamaan berikut: Dari hasil pengukuran diperoleh data-data berupa arus listri (I), beda potensial (V) dan factor geometri (K). Data-data yang terkumpul tersebut kemudian diolah menggunakan persamaan (1) untuk mendapatkan tahanan jenis semu. Untuk mendapatkan tahanan jenis sebenarnya dalam penelitian ini digunakan program IPI2win. Dari hasil pengolahan data dengan IPI2win pada setiap titik amat akan diperoleh informasi tentang jumlah perlapisan, harga tahanan jenis sebenarnya dan ketebalan tiap lapisan. Dari harga tahanan jenis dan ketebalan tiap lapisan direfer pada hasil yang pernah dilakukan atau dicocokkan dengan harga tahanan jenis batuan untuk selanjutnya diintepretasi secara geologi. Hasil intepretasi semua titik amat kumudian dibuat penampang kedalaman air bawah permukaan, sehingga diperoleh gambaran kondisi lapisan air bawah permukaan di daerah penelitian. …………………………..(3) Dimana Survei pendahuluan, dimaksudkan untuk melihat daerah survei sebagai bahan masukan dalam menentukan titik-titik pengamatan dan arah bentangan. Pertimbangan yang dipakai adalah kondisi geologi, kondisi medan dan kenampakan lainnya. Pengambilan data dilakukan setelah titik amat ditentukan. Adapun kegiatan yang dilakukan meliputi menyusun rangkaian elekktroda, mencatat arus listrik (I) dan beda potensial (V). Pengecekan data di lapangan dimaksudkan untuk mengetahui sesegera mungkin bila ada kesalahan. tahanan jenis fluida (ohm m), k = konstanta, bergantung konsentrasi elekstrolit dalam fluida dan t = suhu. Metodologi Penelitian dengan geolistrik untuk menentukan model penyebaran air tanah ini dilakukan di Distrik Abepuran dan Distrik Jayapura Selatan. Lintasan pengukuran ditentukan berdasarkan kondisi alam daerah sekitar lokasi penelitian, lokasi atau titik pengukuran dapat dilihat pada Lampiran 1. Pengukuran geolistrik tahanan jenis di daerah menggunakan konfigurasi Schlumberger. Injeksi arus listrik 2 PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2014 Optimalisasi Sains dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Daya Saing Bangsa Makassar, 13 September 2014 stratigrafi perselingan klastika halus dan kasar berupa batu lempung, batu pasir, batu pasir tufaan, breksi, konglomerat, dan batu lempung pasiran. Apabila tahanan jenis dikorelasikan dengan data bor, maka akifer terdapat pada lapisan lima dengan tahanan jenis 19 ohm m. Lapisan ini berada pada kedalaman diatas 50 m dari permukaan, jenis akuifer dalam. Lapisan di atasnya yaitu lapisan 3 dan lapisan 4 merupakan lapisan yang memiliki tahanan jenis antara 309 ohm m hingga 562 ohm m, merupakan lapisan impermeable yang berfungsi sebagai penahan air tanah agar tidak naik ke lapisan diatasnya. Pembahasan Sebaran titik pengukuran geolistrik diusahakan dapat mewakili daerah survei, sehingga informasi yang diperoleh dapat memberikan deskripsi yang lengkap tentang daerah survei. Dari penelitian di Distrik Abepura dan Distrik Jayapura Selatan telah dilakukan pengukuran sebanyak 10 titik sounding, yang dapat di lihat pada Lampiran 1. Data sounding tersebut diolah menggunakan software IPI2win yang hasilnya berupa perlapisan batuan, tahanan jenis, ketebalan dan kedalaman. Hasil pengolahan data dengan program IPI2win tersebut dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk membuat model penampang dua dimensi menggunakan surfer versi 11, hasilnya seperti pada Lampiran 2. Model penampang terhadap 10 titik sounding kemudian dikorelasi dengan menarik setiap batas nilai tahanan jenis yang sama. Untuk keperluan analisis terhadap keberadaan air tanah dalam penelitian ini dilakukan pembahasan dengan membagi dua yaitu dibagian selatan adalah Distrik Abepura dan sebelah utara distrik Jayapura Selatan. Untuk titik sounding D (Otonom) berada pada ketinggian 20 m diatas permukaan laut termasuk daerah datar, air tanah terkumpul dalam endapan alluvium yang menutupi bagian yang bertopografi rendah. Hasil pengukuran geolistrik diperoleh sebanyak 5 lapisan, lapisan 1 memiliki ketebalan 0.75 m dengan tahanan jenis 9.5 ohm m dan lapisan di bawahnya tahanan jenisnya 165 ohm m dengan ketebalan 1.19 m. Otonom adalah daerah yang awalnya hutan sagu (termasuk rawa) yang sekarang sudah banyak dijumpai bangunan perumahan maupur kantor. Lapisan 1 dan 2 termasuk tanah timbunan dengan total kedalamannya 1.75 m. Lapisan di bawahnya (lapisan 3 dan 4) tahanan jenisnya cukup kecil yaitu 2.16 hingga 35.2 ohm m, ini menggambarkan bahwa pada lapisan 3 dan 4 terdapat air tanah dangkal yang kualitasnya berbeda. Diperkirakan air pada lapisan 3 bersifat payau sehingga konduktif, ini dipengaruhi oleh larutnya berbagai tumbuhan seperti pohon sagu, berbagai jenis rumput, dan lain-lain. Analisis terhadap data hasil pengukuran dilakukan dengan mengkorelasikan besarnya harga tahanan jenis dengan harga tahanan jenis batuan uji laboratorium dalam tabel tahanan jenis batuan serta data geologi (data bor, singkapan dan sumur penduduk). Hasil korelasi tersebut akan diperoleh informasi litologi batuan yang ada di bawah permukaan, yang dapat menentukan ada dan tidaknya lapisan akifer air tanah. Distrik Jayapura Selatan Penampang terhadap 10 titik sounding (Lampiran 2) menggambarkan adanya perlapisan tanah/batuan berdasarkan nilai tahanan jenis sebenarnya. Intepretasi litologi dari penampang dua dimensi terhadap 10 titik pengukuran dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok tahanan jenis yaitu: 1. 2. 3. Lapisan paling atas (lapisan 1) umumnya ditutupi oleh soil/tanah mempunyai tahanan jenis 0-50 ohm m mencapai tebal antara 0.75 m – 2 m (Entrop). Kondisi ini berbeda dengan dua titik pengukuran di Skyland, dan Vihara, yang nilai tahanan jenisnya masing-masing 224 ohm m dan 334 ohm m. Nilai tahanan jenis yang relatif besar ini akibat telah dilakukan pengerasan yaitu pembuatan jalan untuk kegiatan bongkar muat mobil proyek. Kelompok tahanan jenis rendah <10 ohm m. Lapisan ini diperkirakan merupakan akifer air tanah Kelompok tahanan jenis sedang antara 11-100 ohm m yang diperkirakan berasosiasi dengan batuan sedimen, dan Kelompok tahanan jenis tinggi 100-1000 ohm m atau lebih besar dari 1000 ohm m. Sedangkan lapisan di bawahnya dengan nilai tahanan jenis 175 ohm m hingga 3001 ohm m diperkirakan merupakan lapisan batu pasir yang diharapkan berfungsi sebagai lapisan impermeable sehingga pada lapisan ini diharapkan dapat berfungsi untuk menahan air tanah agar tidak turun ke lapisan bawahnya. Distrik Abepura Potensi akumulasi akuifer terdapat di lapisan 4 dengan tahanan jenis 10.1 ohm m hingga 28.3 ohm m, karena pada titik ini (Vihara dan Skyland) diperkirakan terdapat tendon air pada kedalaman sekitar 40 m. Sedangkan untuk titik Data geologi (pemboran) yang dilakukan pada titik pengukuran C (Aspol Abepura) mempunyai ketinggian 35 diatas permukaan laut (Lampiran 1) menunjukkan urutan 3 PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2014 Optimalisasi Sains dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Daya Saing Bangsa Makassar, 13 September 2014 pengukuran Entrop potensi air tanah dalam berada pada lapisan 5, di atas lapisan ini (lapisan 4) tahanan jenisnya berkisar antara 562 ohm m hingga 3679 ohm m. Lapisan ini berfungsi sebagai lapisan impermeable yang menahan agar air tanah tidak merember ke lapisan atas. Lampiran 1 Kesimpulan Secara garis besar, berdasarkan informasi tentang kondisi geologi dan data geolistrik, maka dapat disimpulkan: Model penyebaran air tanah daerah penelitian berdasarkan Lampiran 2 memberikan gambaran bahwa akifer di sebelah selatan (Distrik Abepura) berada pada kedalaman diatas 50 m (air tanah dalam), menyebar kearah timur (Tanah Hitam). Kedua titik pengukuran ini berada persis dibatas ketinggian kearah selatan Distrik Abepura-Kabupaten Keerom. Air tanah dalam yang dijumpai pada titik sounding C bersumber dari daerah tangkapan yang berada pada ketinggian 200 m dengan vegetasi yang cukup lebat. Air tanah di Daerah Otonom (D) berada pada kedalaman 16-20 meter (air tanah dangkal), air tanah bersifat payau akibat pembusukan dari vegetasi seperti berbagai rumput dan pohon sagu. Untuk daerah selatan daerah penelitian (Distrik Jayapura Selatan) berdasarkan data geolistrik maka air tanah dalam menyebar mulai pada kedalaman >41 m (Skyland), 80 m (Entrop) dan 40 m (Vihara). Lampiran 2 Daftar Pustaka Dwi Hadian M. S., Mardiana U., dan Abdulrahman O., 2006. Sebaran akuifer dan pola aliran air tanah di Kecamatan Batuceper dan Kecamatan Benda Kota Tangerang. Jurnal Geologi Indonesia. Telford, W. M., Geldart, L. P., dan Sherif, R. E., 1990. Applied Geophysics, Cambridge University Press, New York. Keller, G.V., 1977. Electrical prospecting. Pergamon Press. method geophisical Kenneth, P., 1994. Sediment transfort and depositional processes. Blacwell Scientific Publications. Yatini. 2007. Penerapan metode geolistrik sounding untuk mengatasi persoalan air bersih di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogjakarta. Jurnal Riset Daerah. 4