Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.14 (2012) PENGELOLAAN KAS YANG TEPAT UNTUK MENJAGA LIKUIDITAS PADA KANTOR PEGADAIAN WIYUNG Yosep Saputrayap [email protected] Sri Utiyati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT Generally, the cash problem becomes an important problem for a company, since almost all activities of the company has to use cash. Therefore, the cash should be managed properly, in order to avoid the excess or deficiency of cash.PT. Pegadaian Persero Wiyung Branch Surabaya is the financial service company which is encountered to the cash management problem. The company has excess cash compare to the cash flow which includes the revenues and expenditures of cash. So, the company encounters over liquid of cash and the company does not use the over liquid fund in order to increase the rent ability. The purpose of this research is to find out the description of the cash budget in maintaining the company‟s liquidity as well as the financial position as it relates to the cash budget. The management of cash budget uses Miller and Orr method which uses the upper and lower limit of cash in accordance with the calculations. The upper limit of the company‟s cash is as much as Rp. 244,215,000 with the optimum cash-balance as much as Rp. 81,405,000. The excess and the deficiency of cash are controlled by using IBC (Inter Branch Account) of the regional office. Keywords: Liquidity, Cash, Miller and orr method, management of cash. ABSTRAK Pada umunya masalah kas menjadi hal yang penting bagi perusahaan, karena hampir seluruh kegiatan perusahaan harus menggunakan kas. Oleh karena itu kas harus dikelola dengan baik, agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan kas. PT Pengadaian Persero Cabang Wiyung Surabaya yang merupakan perusahaan jasa keuangan dihadapkan pada masalah pengelolaan kas. Perusahaan memiliki kelebihan kas dibandingkan dengan arus kas yang meliputi penerimaan dan pengeluaran kas. Sehingga perusahaan mengalami overlikuid dan perusahaan tidak memanfaatkan dana yang overlikuid tersebut untuk meningkatkan rentabilitas. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran mengenai budget kas dalam menjaga likuiditas perusahaan serta posisi keuangan yang berkaitan dengan budget kas. Pengelolaan budget kas menggunakan metode Miller dan Orr yang menggunakan batas kas atas dan bawah sesuai dengan perhitungan. Batas atas kas perusahaan adalah Rp.244.215.000 dengan saldo kas optimum sebesar Rp.81.405.000. Kelebihan dan kekurangan kas dikontrol dengan menggunakan RAK (rekening antar kantor) Kantor Wilayah. Kata kunci: corporate governance, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, nilai perusahaan. PENDAHULUAN Setiap perusahaan dalam kegiatan usahanya akan menghadapi masalah kas, karena hampir seluruh kegiatan perusahaan dalam kesehariannya harus menggunakan kas, dalam arti harus dibiayai dengan kas. Misalnya untuk pembayaran upah tenaga kerja, pembelian barang, pembayaran pajak, dan lain sebagainya. Dalam kegiatan-kegiatan tersebut 1 Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.14 (2012) 2 diperlukan ketelitian dan perencanaan yang baik agar tidak terjadi kerugian atau terjadi pengeluaran yang tidak terencana. Oleh karena itu, pengadaan kas harus selalu diperhatikan dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, hal tersebut menjaga agar perusahaan tidak mengalami illikuid maupun overlikuid. Karena alasan tersebut maka masalah kas yang merupakan komponen aktiva lancar yang paling likuid dan tidak produktif perlu mendapat perhatian dan penanganan yang profesional. Kekurangan penyediaan uang kas dapat mempengaruhi kelangsungan hidup serta keberhasilan dalam usaha mencapai tujuan perusahaan yaitu mendapatkan kelangsungan guna mampu memberikan kelangsungan hidup perusahaan. Maka aktivitas perusahaan menjadi terhenti sehingga likuiditas intern terganggu. Demikian juga jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban membayar hutang-hutangnya yang sudah jatuh tempo, maka kepercayaan pihak luar akan hilang atau berkurang. Sebaliknya, penyediaan kas yang berlebihan (overlikuid) menunjukkan tidak adanya pengelolaan atau manajemen keuangan yang baik dan hal ini akan menyebabkan kerugian, karena kesempatan untuk memperoleh laba telah disia-siakan. Jadi kondisi illikuid dan overlikuid dalam perusahaan akan berakibat tidak baik bagi kelangsungan hidup perusahaan. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, untuk dapat mengetahui berapa uang tunai yang dibutuhkan dalam satu periode tertentu, maka peranan budget kas sangat diperlukan untuk dapat menentukan kas yang efektif dalam perusahaan. Dengan Budget Kas akan dapat diketahui kapan perusahaan dalam keadaan surplus atau defisit. Hal ini disebabkan karena Budget Kas merupakan estimasi terhadap posisi kas untuk suatu periode tertentu akan datang, dengan kata lain perusahaan jauh sebelumnya dapat mengantisipasi kekurangan (defisit) ataupun kelebihan (surplus) kas yang ada di dalam perusahaan, dan saat-saat di mana perusahaan akan mengalami kelebihan uang kas yang sementara waktu belum digunakan, serta dapat mengetahui tindakan-tindakan yang akan dilakukan terhadap kesempatan yang tersedia. Oleh karena itu, maka perusahaan tersebut perlu membuat anggaran kas pada setiap periode tertentu guna menjamin kelancaran dan kontinuitas perusahaan. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Kas Kas berarti uang, yaitu uang/simpanan yang ada di perusahaan atau yang ada di bank perusahaan. Sudana (2009:85) menyatakan : “Kas dan surat berharga merupakan salah satu komponen modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya”. Saldo kas yang berlebihan dapat mengorbankan rentabilitas karena tertanamnya sejumlah uang kas yang sebesarnya tidak produktif. Sebaliknya, apabila terjadi kekurangan kas akan menyebabkan perusahaan tidak dapat menjalankan operasinya dengan lancar dan tidak dapat memenuhi kewajibannya yang harus segera dibayar. Dalam hal ini, perusahaan harus menyediakan uang tunai dalam jumlah yang dibutuhkan. Kas adalah alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan. Kas yang meliputi uang tunai (kertas dan logam) yang ada di perusahaan dan disimpan di rekening giro. Dokumen-dokymen tertentu semisal pos wesel, Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.14 (2012) 3 wesel bank, cek wisata, dan cek tunai dari pihak lain dapat disebut kas karena dapat diuangkan dengan segera sebesar nilai nominalnya. Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa kas tidak saja berarti uang dalam perusahaan, tetapi juga uang kas yang berbentuk wesel dan uang yang disimpan di bank untuk kebutuhan perusahaan. Berkaitan dengan hal tersebut, Riyanto(1995:94) mengatakan :“Kas adalah salah satu unsur kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Makin besar jumlah kas yang ada di dalam perusahaan, berarti makin tinggi tingkat likuiditasnya. Ini berarti, bahawa perusahaan mempunyai risiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Tetapi ini tidak berarti bahwa perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan persediaan kas yang sangat besar, karena makin besarnya kas berarti makin banyaknya uang yang menganggur sehingga akan memperkecil profitabilitasnya“. Sedangkan Syamsudin (1998:237) mengatakan : Pendekatan lain dalam menentukan jumlah minimum kas adalah sebagai prosentase tertentu dari volume penjualan. Pada dasarnya kedua pendapat di atas menghendaki agar perusahaan dalam menentukan kebijaksanaan terhadap persediaan uang kas, tetap menjaga likuiditas dan tidak mengorbankan rentabilitas perusahaan.Persediaan besi kas atau persediaan minimal dari kas yang harus dipertahankan oleh perusahaan agar memenuhi kewajiban finansialnya sewaktu-waktu. Persediaan besi kas ini merupakan unsur atau inti permanen dari kas. Budget Kas Budgeting merupakan suatu fungsi planning dalam manajemen keuangan. Kegunaan dari analisas finansial adalah melihat keadaaan kerugian perusahaan pada masa lampau, akan diperoleh suatu pengalaman yang berharga untuk menentukan tindakan di masa yang akan datang. Tindakan dan kebijaksanaan untuk masa yang akan datang tersebut dalam manajemen terdapat pada fungsi planning, sedangkan pada manajemen keuangan fungsi itu terdapat pada budgeting. Budgeting menunjukkan suatu proses, dari tadi tahap persiapan yang diperlukan sebelum dimulainya penyusunan rencana, pengumpulan data, dan informasi yang diperlukan, pembagian tugas penyusunan perencanaan, penyusunana rencana itu sendiri, implementasi dari rencana tersebut, sampai pada akhirnya tahap pengawasan dan evaluasi dari hasil perencanaan itu. Definisi Budget menurut Reksohadiprojo (1981:17) adalah bahwa budget merupakan suatu forecast yang detail daripada hasil rencana kegiatan (perusahaan) yang didasarkan pada penghargaan yang beralasan tentang keefisienan usaha (perusahaan). Jelaslah bahwa suatu bahan untuk membuat budget adalah dengan melihat keadaan keuangan perusahaan di masa lampau. Detail tidaknya sebuah budget dibuat tergantung pada besar kecilnya perusahaan dan kompleksnya operasi perusahaan. Hal ini berarti bahwa makin kecil dan sederhana perusahaan, makin sederhana pula budget yang dibuat. Sedangkan perusahaan yang lebih besar dan kompleks, budget yang dibuat harus lebih lengkap dan detail. Mengenai periode budget ini, terdapat dua macam periode, yaitu periode budget dan continous budget. Periode budget dibuat dengan mempergunakan periode tertentu, hal ini Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.14 (2012) 4 dimungkikan bagi perusahaan di mana peramalan untuk masa yang akan datang relatif bisa dilakukan dengan baik. Sebaliknya, untuk perusahaan di mana peramalan sulit dilaksanakan dengan kepastian yang tinggi, maka dapat dipergunakan continous budgeting. Metode ini dilakukan dengan cara membuat budget untuk periode yang pendek, misalnya dibuat tengah tahunan, suatu kuartal, ataupun tiap bulan. Adapun jangka waktu budget tidak boleh telalu panjang, sebab ramalan jangka waktu yang terlalu panjang akan makin banyak terdapat unsur ketidakpastian. (Uncertainty). Likuiditas Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kehidupan perusahaan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar tersedia. Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan yang tersedia, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya untuk merubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas. Riyanto (1995:25) mengemukakan : “Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang segera harus dipenuhi”. Jumlah alat-alat likuid yang dimiliki oleh perusahaan pada saat tertentu merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan apabila kekuatan membayar sedemikian besar sehingga dapat memenuhi semua kewajiban finansialnya, maka hal ini merupakan kemampuan membayar. Jadi, bila suatu perusahaan mempunyai kekuatan membayar dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah likuid, dan sebaliknya bila tidak mempunyai kemampuan membayar maka perusahaan tersebut akan dilikuid. Untuk mengukur tingkat likuditas suatu perusahaan, kita dapat menggunakan ratio yang umum digunakan, yaitu rasio lancar (current ratio) dan rasio tunai (quick ratio), seperti yang dikemukakan oleh Wright (1976:53) : “Dalam analisa laporan keuangan ada dua ratio yang dipergunakan untuk mengetahui perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu, dan lain untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yaitu rasio lancar dan rasio tunai (quick ratio)”. Riyanto (1995:26) menambahkan : “Likuiditas badan usaha dapat diketahui dari neraca pada suatu saat antara lain dengan membandingkan antara aktiva lancar (current assets) disatu pihak dengan hutang lancar (current liabilities) dipihak lain. Hasil perbandingan tersebut ialah apa yang disebut “current ratio” atau “ working capital ratio”. Untuk mendapatkan kepastian yang lebih besar seringlah kita mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan, selain dengan current ratio ialah dilengkapi dengan menggunakan “quick ratio” atau “acid test ratio” sebagai alat pengukur”. Hubungan antara budget kas dan likuiditas Dalam pembelanjaan perusahaan adalah hal yang penting bagaimana menggunakan atau mengalokasikan dana/modal dengan sebaik-baiknya agar mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin yaitu dengan memperhatikan tingkat likuiditas kas perusahaan tersebut. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.14 (2012) 5 Syamsudin (1995:205) mengatakan bahwa : “Pemahaman atas bagaimana meningkat dan menurunnya tingkat keuntungan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dapat dimengertinya ide tentang kaitan (trade off) antara profitabilitas dengan resiko. Dalam konteks ini, profitabilitas diukur dengan jumlah keuntungan sedangkan rasio diukur untuk berada dalam keadaan “technically insolvent” (ketidakmampuan untuk membayar kewajibankewajiban atau utang-utang pada saat jatuh tempo). Resiko pada umumnya diukur dengan jumlah net working capital.” Diasumsikan bahwa besar jumlah net working capital yang dimiliki oleh suatu perusahaan, maka semakin kecil resiko yang dihadapinya. Dengan perkataan lain, semakin besar jumlah net working capital, semakin likuid keadaan perusahaan dan oleh karena itu akan semakin kecil pula risiko untuk berada dalam keadaan technically insolent. Sebaliknya semakin kecil net working capital (likuiditas) akan semakin besar risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Dalam menilai trade off antara profitabilitas dan resiko sehubungan dengan tingkat net working capital, digunakan tiga asumsi dasar : a. Pembahasan yang dilakukan berhubungan dengan perusahaan industry b. Aktiva lancar kurang menguntungkan atau tidak memberikan hasil sebesar aktiva tetap. c. Modal jangka pendek lebih murah dibandingkan dengan modal jangka panjang. Semakin besar rasio aktiva lancar terhadap total aktiva, semakin kecil profitabilitas yang diperoleh, demikian pula dengan resiko yang dihadapi. Kebalikan dari hal ini, rasio aktiva lancar terhadap total aktiva yang semakin kecil akan meningkatkan profitabilitas dan juga risiko yang dihadapi. Semakin besar rasio utang lancar terhadap aktiva, semakin besar keuntungan atau profitabilitas yang diperoleh, akan tetapi resiko yang dihadapi juga semakin besar. Sebaliknya, apabila semakin kecil rasio utang lancar terhadap aktiva, maka semakin kecil profitabilitas dan resiko yang dihadapi. Pandangan ini sejalan dengan perbedaan kepentingan antara rasio likuiditas dengan rasio rentabilitas. Likuiditas menginginkan sebagian besar modal perusahaan tertanam dalam aktiva lancar, agar perusahaan tidak mengalami kesukaran dalam membayar semua kewajiban-kewajiban yang sudah jatuh tempo. Dilain pihak, rentabilitas menginginkan sebagian besar dana perusahaan dioperasikan, agar dapat diperoleh hasil yang lebih tinggi. Pabrik-pabrik, mesin, gedung, dan aktiva tetap yang lain memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan barang-barang jadi, yang pada akhirnya akan dijual pada harga yang dapat memberikan keuntungan arti perusahaan. Jadi, perusahaan harus menyediakan kas yang cukup, dalam arti perusahaan perlu menetapkan jumlah saldo sehari-hari dan memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya yang segera jatuh tempo. Dengan demikian, maka suatu pengelolaan kas yang efektif dan perencanaan kas di masa datang yang baik akan dapat menentukan persediaan kas sesuai dengan kebutuhan. Sehingga tujuan pengelolaan kas dan penyusunan budget kas adalah untuk mencapai tingkat likuiditas yang cukup, minimalnya tingkat rasio terjadinya technically insolvent, dan meningkatkan laba perusahaan. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.14 (2012) 6 Analisis Laporan Keuangan Rasio dapat dihitung berdasarkan laporan keuangan yang telah tersedia terdiri dari : 1. Balance sheet atau neraca, yang menunjukkan posisi financial perusahaan pada suatu saat. 2. Income statement atau rugi laba, yang merupakan laporan operasi perusahaan selama periode tertentu. Tujuan dari analisis rasio ini adalah membantu manajer keuangan memahami apa yang perlu dilakukan oleh perusahaan berdasarkan infomasi yang tersedia yang sifatnya terbatas berasal dari laporan keuangan. Adapun kegunaan analisis rasio pada dasarnya tidak hanya berguna bagi kepentingan intern perusahaan melainkan juga bagi pihak luar. Dalam hal ini adalah calon investor atau kreditur yang akan menanamkan dana mereka dalam perusahaan melalui pasar modal dengan cara membeli saham perusahaan yang go public. Bagi manajer keuangan, dengan menghitung rasio-rasio tertentu akan memperoleh suatu informasi tentang kekuatan dan kelemahan yang dihadapi oleh perusahaan di bidang keuangan, sehingga dapat membuat keputusan-keputusan yang penting bagi perusahaan di masa yang akan datang. Rasio-rasio financial umumnya diklasifikasikan menjadi 4 macam : 1. Rasio Likuiditas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financial jangka pendek yang berupa hutang-hutang jangka pendek. 2. Rasio Solvabilitas Rasio ini menyangkut jaminan, yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar utang bila pada suatu saat perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan. 3. Rasio Aktivitas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan dana yang tersedia yang tercermin dalam perputaran modalnya. 4. Rasio Rentabilitas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Dalam hal ini yang digunakan adalah rasio laba terhadap modal yang menghasilkan laba (rentabilitas). Di atas telah dijelaskan mengenai rasio likuiditas dan rasio profitabilitas, untuk selanjutnya di bawah ini akan dijelaskan rasio-rasio yang tergolong dalam rasio solvabilitas dan rasio aktivitas. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan Yaitu suatu analisis yang dimaksudkan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dalam laporan keuangan dari perusahaan yang sama untuk dua periode atau lebih, dan untuk meneliti lebih lanjut perubahan-perubahan yang terjadi agar diperoleh informasi akibat dari perubahan tersebut. Djahidin (1983:63-64) menyatakan :Dalam metode atau teknik analisis perbandingan laporan keuangan dapat ditunjukkan dalam : a. Data Absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah b. Kenaikan atau penurunan dalam rupiah c. Kenaikan atau penurunan dalam persentase d. Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.14 (2012) 7 Keuntungan utama dari metode ini adalah dapat diketahuinya pertambahan atau pengurangan sehingga perubahan yang besar akan terlihat dengan jelas, dan dapat segera diadakan penyelidikan atau analisis lebih lanjut dan menunjukkan sampai seberapa jauh perkembangan keadaan keuangan perusahaan dan hasil-hasil yang dicapai. Metode Miller dan Orr Dalam keadaanpenggunaan dan pemasukan kas bersifat acak, perusahaan perlu menetapkan batas atas dan batas bawah saldo kas. Apabila saldo kas mencapai batas atas, perusahaan perlu merubah sejumlah jumlah kas, agar saldo kas kembali ke jumlah yang diinginkan. Sebaliknya apabila saldo kas menurun dan mencapai batas bawah, perusahaan perlu menjual sekuritas agar saldo kas naik kembali ke jumlah yang diinginkan. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Metode penelitian yang penulis lakukan adalah menggunakan metode penelitian deskriptif, di mana pengukuran variabel diperoleh dari data masa lalu dan data yang terjadi pada masa yang sekarang. Pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis, sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan suatu hipotesis. Untuk jenis penelitian, yang dipergunakan adalah jenis penelitian studi kasus (case study). Studi kasus adalah jenis penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan mendalam atas suatu obyek penelitian dalam suatu fase spesifik dari keseluruhan personalitas. Penulis menggunakan jenis penelitian ini dengan alasan bahwa setiap perusahaan mempunyai suatu keadaan atau kondisi yang berbeda-beda, hal ini disebabkan adanya perbedaan besar kecilnya perusahaan dan jenis perusahaan. Pengertian studi kasus dijelaskan oleh Djahidin (1983:66) sebagai berikut: “Studi kasus adalah penelitian tentang status obyek penelitian yang berkenaan dengan fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subyek penelitian dapat saja individu, kelompok, lembaga, ataupun masyarakat.” Sumber Data Sumber data adalah dari mana semua informasi dan data yang diinginkan akan didapat. Sumber data dalam penelitian ini berkaitan erat dengan jenis data yang akan diambil. Hal ini meliputi : 1. Data Primer Data primer yaitu data yang secara langsung berhubungan dengan responden yang diteliti dari sumbernya. Dalam penelitian ini data yang digunakan antara lain : a. Laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari neraca, laporan rugi laba dan laporan harga pokok penjualan selama tiga tahun, yaitu tahun 2009, 2010, dan 2011. b. Gambaran umum perusahaan yang berupa sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi dan deskripsi jabatan, serta proses produksi perusahaan. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.14 (2012) 8 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang secara tidak langsung berhubungan dengan responden yang diteliti dan merupakan data pendukung bagi penelitian yang dilakukan. Data sekunder ini biasanya merupakan catatan-catatan yang ada pada perusahaan yang pengumpulannya tidak dilakukan sendiri oleh peneliti. Contohnya adalah data laporan keuangan perusahaan. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Dokumentasi Cara pengumpulan data dengan melihat dokumen-dokumen atau catatan-catatan untuk memperoleh informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah suatu alat untuk memperoleh data empiris tentang suatu fenomena. Instrumen penelitian disini dimaksudkan untuk membantu penulis di dalam memperoleh data yang relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Instrumen penelitian atau alat bantu penelitian yang dipergunakan adalah : 1. Pedoman observasi, yaitu mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis. 2. Pedoman wawancara, yaitu berupa pertanyaan kepada responden. 3. Pedoman dokumentasi, yaitu berupa seperangkat alat tulis, baik alat tulis manual maupun mesin. Analisis Data Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dengan menggunakan analisis data maka dapat memberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan permasalahan dari suatu penelitian. Dalam penelitian ini laporan keuangan dianalisis dengan menggunakan analisis horizontal, yaitu dengan membandingkan laporan-laporan selama beberapa periode (disebut juga analisis dinamis). Proses analisis merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan, perihal rumusan-rumusan, pelajaran atau hal-hal yang kita peroleh dalam penelitian. Adapun analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Analisis Perbandingan dan Laporan Keuangan 2. Analisis Rasio, antara lain : a. Rasio Likuiditas b. Rasio Aktivitas c. Rasio Solvabilitas 3. Peramalan Penjualan 4. Penyusunan Budget Kas Merupakan analisis untuk menentukan besarnya kas pada tahun yang akan datang. Proyeksi ini dilakukan dengan membuat Budget Kas, selanjutnya dibuat proyeksi laporan keuangan perusahaan. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.14 (2012) 9 5. Penggunaan Model Manajemen Kas Model Miller dan Orr Dalam keadaanpenggunaan dan pemasukan kas bersifat acak, perusahaan perlu menetapkan batas atas dan batas bawah saldo kas. Apabila saldo kas mencapai batas atas, perusahaan perlu merubah sejumlah jumlah kas, agar saldo kas kembali ke jumlah yang diinginkan. Sebaliknya apabila saldo kas menurun dan mencapai batas bawah, perusahaan perlu menjual sekuritas agar saldo kas naik kembali ke jumlah yang diinginkan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Profil Perusahaan Sejarah Pegadaian dimulai pada saat Pemerintah Penjajahan Belanda (VOC) mendirikan BANK VAN LEENING yaitu lembaga keuangan yang memberikan kredit dengan sistem gadai, lembaga ini pertama kali didirikan di Batavia pada tanggal 20 Agustus 1746. Ketika Inggris mengambil alih kekuasaan Indonesia dari tangan Belanda (1811-1816) Bank Van Leening milik pemerintah dibubarkan, dan masyarakat diberi keleluasaan untuk mendirikan usaha pegadaian asal mendapat lisensi dari Pemerintah Daerah setempat (liecentie stelsel).Namun metode tersebut berdampak buruk, pemegang lisensi menjalankan praktek rentenir atau lintah darat yang dirasakan kurang menguntungkan pemerintah berkuasa (Inggris). Oleh karena itu, metode liecentie stelsel diganti menjadi pacth stelsel yaitu pendirian pegadaian diberikan kepada umum yang mampu membayarkan pajak yang tinggi kepada pemerintah. Pada saat Belanda berkuasa kembali, pola atau metode pacth stelsel tetap dipertahankan dan menimbulkan dampak yang sama dimana pemegang hak ternyata banyak melakukan penyelewengan dalam menjalankan bisnisnya. Selanjutnya pemerintah Hindia Belanda menerapkan apa yang disebut dengan „cultuur stelsel‟ dimana dalam kajian tentang pegadaian, saran yang dikemukakan adalah sebaiknya kegiatan pegadaian ditangani sendiri oleh pemerintah agar dapat memberikan perlindungan dan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Staatsblad (Stbl) No. 131 tanggal 12 Maret 1901 yang mengatur bahwa usaha Pegadaian merupakan monopoli Pemerintah dan tanggal 1 April 1901 didirikan Pegadaian Negara pertama di Sukabumi (Jawa Barat), selanjutnya setiap tanggal 1 April diperingati sebagai hari ulang tahun Pegadaian. Pada masa pendudukan Jepang, gedung Kantor Pusat Jawatan Pegadaian yang terletak di Jalan Kramat Raya 162 dijadikan tempat tawanan perang dan Kantor Pusat Jawatan Pegadaian dipindahkan ke Jalan Kramat Raya 132. Tidak banyak perubahan yang terjadi pada masa pemerintahan Jepang, baik dari sisi kebijakan maupun Struktur Organisasi Jawatan Pegadaian. Jawatan Pegadaian dalam Bahasa Jepang disebut „Sitji Eigeikyuku‟, Pimpinan Jawatan Pegadaian dipegang oleh orang Jepang yang bernama Ohno-San dengan wakilnya orang pribumi yang bernama M. Saubari. Pada masa awal pemerintahan Republik Indonesia, Kantor Jawatan Pegadaian sempat pindah ke Karang Anyar (Kebumen) karena situasi perang yang kian terus memanas. Agresi militer Belanda yang kedua memaksa Kantor Jawatan Pegadaian dipindah lagi ke Magelang. Selanjutnya, pasca perang kemerdekaan Kantor Jawatan Pegadaian kembali lagi ke Jakarta Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.14 (2012) 10 dan Pegadaian kembali dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia. Dalam masa ini Pegadaian sudah beberapa kali berubah status, yaitu sebagai Perusahaan Negara (PN) sejak 1 Januari 1961, kemudian berdasarkan PP.No.7/1969 menjadi Perusahaan Jawatan (PERJAN), selanjutnya berdasarkan PP.No.10/1990 (yang diperbaharui dengan PP.No.103/2000) berubah lagi menjadi Perusahaan Umum (PERUM). Hingga pada tahun 2011, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 51 tahun 2011 tanggal 13 Desember 2011, bentuk badan hukum Pegadaian berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Pelaksanaan Usaha Perusahaan Pelaksanaan usaha sendiri dilakukan di kantor cabang Wiyung Surabaya. Dimana nasabah menerima dan mendapatkan pelayanan jasa gadai di kantor cabang tersebut. Untuk lebih jelasnya proses pelaksanaan usaha pada PT PEGADAIAN PERSERO kantor cabang Wiyung Surabaya adalah sebagai berikut: Dalam proses pelayanan nasabah ini aktivitas yang dilakukan adalah menerima barang jaminan yang diserahkan oleh nasabah. Kemudian ditaksir sesuai dengan nilai barang tersebut.Lalu nasabah akan mendapatkan pinjaman sebesar maksimal nilai yang ditentukan.Perusahaan memberikan pinjaman kepada nasabah atas jaminan yang digunakan di perusahaan berdasarkan nilai taksiran yang ditentukan sesuai nilai jaminan tersebut. Pendapatan usaha perusahaan sendiri sebagian besar didapat dari usaha system gadai administrasi, sedangkan pendapatan usaha laiinya didapat dari produk jasa perusahaan lainnya yang merupakan usaha lain dari perusahaan tersebut. Adapun pinjaman maksimal yang boleh diterimana nasabah disajikan dalam tabel 1 Tabel 1 Interval Pinjaman Golongan Pinjaman Interval pinjaman (dalam rupiah) Maksimal Pinjaman dari nilai taksiran A 20.000 – 500.000 95 % B 550.000 – 5.000.000 92 % C 5.100.000 – 20.000.000 92 % D 20.100.000 – 200.000.000 93 % Sumber: Data internal Pengadaian Perusahaan mendapatkan sewa modal dan administrasi dari nasabah sesuai dengan besarnya pinjaman yang diterima oleh nasabah. Adapun besarnya pendapatan sewa modal dan administrasi yang didapat oleh perusahaan disajikan dalam tabel 2 dan tabel 3 Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.14 (2012) 11 Tabel 2 Besaran Sewa Modal Golongan Pinjaman Interval Pinjaman (dalam rupiah) Besaran sewa modal A 20.000 – 500.000 0,75% per 15 hari B 550.000 – 5.000.000 1,15% per 15 hari C 5.100.000 – 20.000.000 1,15 % per 15 hari D 20.100.000 – 200.000.000 1 % per 15 hari Sumber: Data internal Pengadaian Tabel 3 Besaran Administrasi Interval Pinjaman (dalam rupiah) Besaran administrasi (dalam rupiah) 20.000 – 500.000 2.000 550.000 – 1.000.000 8.000 1.050.000 – 2.500.000 15.000 2.550.000 – 5.000.000 25.000 5.100.000 – 10.000.000 40.000 10.100.000 – 15.000.000 60.000 15.100.000 – 20.000.000 80.000 20.100.000 – 200.000.000 100.000 Sumber: Data internal Pengadaian Data Keuangan Perusahaan Untuk lebih mengetahui keadaan perusahaan, berikut ini disajikan laporan keuangan perusahaan selama tiga periode yaitu bulan juni 2012 sampai bulan agustus 2012. Data keuangan perusahaan yang disajikan adalah sebagai berikut : a. Neraca PT PEGADAIAN PERSERO Wiyung Surabaya, tiap bulan yang berakhir 30 juni 2012, 31 juli 2012, dan 31 agustus 2012. b. Laporan laba rugi PT PEGADAIAN PERSERO Wiyung Surabaya, tiap bulan yang berakhir 30 juni 2012, 31 juli 2012, dan 31 agustus 2012. c. Omset Perusahaan bulan juni 2012, juli 2012, dan agustus 2012. Analisis Rasio Perusahaan Setelah mengetahui perhitungan-perhitungan analisis rasio terhadap laporan keuangan perusahaan PT PEGADAIAN PERSERO cabang Wiyung Surabaya maka dapat disusun Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.14 (2012) 12 ikhtisar analisis rasio berdasarkan keuangan hasil perhitungan di atas, yaitu analisis likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas mulai bulan juni 2012 sampai dengan bulan agustus 2012. Hasil ikhtisar analisis rasio laporan keuangan disajikan dalam tabel 4 Tabel 4 Ikhtisar Analisis Rasio Laporan Keuangan PT Pegadaian Persero Cabang Wiyung Surabaya Keterangan LIKUIDITTAS Current Rasio Quick Rasio Cash Rasio Net Working Capital SOLVABILITAS Debt Rasio Total Debt To Equity Rasio Juni 2012 Juli 2012 Agustus 2012 8.900,05 % 8.900,05 % 95,95 % Rp 19.547 juta 10.468,33 % 10.468,33 % 187,22 % Rp 18.663 juta 7.800 % 7.800 % 179,66 % Rp 18.172 juta 1,11 % xx 0,91 % xx 1,26 % xx 7,92 % 5,84 % 5,98 % 1,68 % 36,26 % 8,37 % 6,18 % 6,27 % 1,75 % 27,18 % 9,17 % 1,09 % 1,29 % 0,35 % 4,8 % RENTABILITAS Gros Profit Margin Operating Profit Margin Net Profit Margin Return On Ivestment Return On Equity Sumber: Data internal Pengadaian Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi perusahaan antara lain : a. Menentukan dan menyusun estimasi-estimasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas untuk bulan yang akan datang. b. Menetapkan saldo kas minimal untuk bulan yang akan datang. c. Menghitung besarnya kebutuhan dana jika defisit dan apabila surplus maka dialokasikan menjadi Rekening Antar Kantor (RAK). d. Menyusun budget kas dari data yang telah disusun sebelumnya. e. Menyusun proyeksi laporan keuangan untuk bulan yang akan datang dan melakukan perhitungan analisis rasio terhadap proyeksi tersebut. Informasi tambahan untuk penyususnan anggaran kas perusahaan: f. Estimasi penjualan tunai dihitung berdasarkan metode Least Square. g. Proyeksi untuk bulan September berdasarkan porsentase dari laporan bulan juli 2012, mengingat bulan agustus terdapat pengeluaran luar biasa untuk beban pegawai. h. Pajak dibayar pada akhir tahun berjalan. i. Batas atas dan batas bawah kas ditentukan dengan metode model Miller dan Orr. Sedangkan saldo kas untuk bulan September 2012 adalah nilai optimal yang didapat dari metode tersebut Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.14 (2012) 13 j. Tidak melakukan perubahan pada aktiva tetap k. Besarnya RAK mengikuti besarnya Kas yang disetorkan ke RAK kanwil. Penggunaan Model Manajemen Miller dan Orr Dalam keadaan penggunaan dan pemasukan kas bersifat acak, perusahaan perlu menetapkan batas atas dan batas bawah saldo kas. Apabila saldo kas mencapai batas atas, perusahaan perlu merubah sejumlah jumlah kas, agar saldo kas kembali ke jumlah yang diinginkan. Sebaliknya apabila saldo kas menurun dan mencapai batas bawah, perusahaan perlu menjual sekuritas agar saldo kas naik kembali ke jumlah yang diinginkan. Rumus yang disajikan Miller dan Orr adalah sebagai berikut: Dalam hal ini z =nilai saldo kas optimal o = biaya tetap untuk melakukan transaksi σ² =variance arus kas masuk bersih haria (suatu ukuran penyebaran arus kas) I=bunga harian untuk investasi pada sekuritas Nilai h yang optimal adalah 3z. Dengan batas pengawasan tersebut model ini meminimumkan biaya keseluruhan dari pengelolaan kas. Rata-rata saldo kas tidak bisa ditentukan terlebih dahulu, tetapi kira-kira akan sebesar (z+h)/3 Maka diketahui besarnya: o = 17.269.132 / 25 hari kerja = Rp. 690.765,00 σ²= 462.560.834 / 25 hari kerja = Rp. 18.502.433,00 i =bunga 12 % per tahun = 0,12/365 h = Rp. 244.200.000 z = Rp. 81.405.000 Kebutuhan kas harian yaitu sebesar Rp. 81.405.000 Batas atas yang optimal adalah 3z yaitu sebesar Rp. 244.215.000 Batas bawah tidak ditentukan sehingga nilainya dari Rp. 0 Rata-rata saldo yang diperkirakan sekitar Rp. 108.540.000 Dari perhitungan saldo kas rata yang diperlukan maka kita bisa menentukan besaran nilai kas awal September 2012 yaitu Rp. 108.540.000 dengan saldo bank Rp.80.000.000. maka terdapat kelebihan sebesar Rp. 511.818.794 (saldo akhir bulan agustus dikurangi penentuan nilai kas awal dan saldo bank) yang akan diakui sebagai RAK agar tidak terjadi overliquid kas pada PT PEGADAIAN PERSERO Cabang Wiyung Surabaya. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.14 (2012) 14 SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Dari hasil uraian, analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat memperoleh beberapa kesimpulan tentang budget kas sebagai sarana untuk menjaga sarana untuk menjaga likuiditas perusahaan, yaitu sebagai berikut : (1) Perusahaan PT Pegadaian persero Cabang Wiyung Surabaya menghadapi beberapa masalah yang berhubungan dengan likuiditas. Tingkat likuiditas cenderung meningkat dan tidak sesuai standar. Sehingga keadaan ini mempengaruhi rentabilitas perusahaan yang kecil. (2) Tingkat likuiditas perusahaan memang tidak wajar dimana nilainya melebihi batas, hal ini wajar dikarenakan perusahaan sendiri merupakan perusahan jasa keuangan yang menyediakan dana untuk konsumen sehingga piutang atau dana yang dipinjamkan kepada konsumen memiliki nilai yang tinggi. (3) Melihat masalah-masalah perusahaan di atas, nampak bahwa perusahaan belum mempunyai pengelolaan kas yang baik. Oleh karena itu perusahaan perlu memiliki pengawasan dan perencanaan terhadap penerimaan dan pengeluaran kas di masa yang akan datang. Hal ini bisa dilakukan dengan menyusun budget kas, karena budget kas merupakan alat perencanaan kas untuk masa mendatang. (4) Dari hasil estimasi penerimaan dan pengeluaran kas untuk bulan mendatang dapat diketahui adanya surplus maupun defisit kas. Surplus kas dialokasikan sebagai RAK (rekening antar kantor) dan begitupun sebaliknya, apabila mengalami defisit kas akan meminta RAK dari kantor wilayah sehingga persediaan kas tetap stabil dan dapat menanggulani permintaaan dana dari konsumen. Keterbatasan Perusahaan harus lebih memperhatikan pengawasan kas yang baik dengan menyusun budget kas. Dengan adanya budget kas dapat diketahui pengeluaran dan penerimaan kas untuk tahun yang akan datang sehingga kas dapat lebih dikontrol. Kelebihan kas yang dimiliki perusahaan bila dialokasikan sebagai RAK ke kantor wilayah sehingga kantor wilayah dapat mengelola kelebihan kas untuk laba perusahaan yaitu sebagai investasi dan surat berharga. DAFTAR PUSTAKA Daromi, S. 1985. Pembahasan praktis business budgeting, perencanaan dan pengendalian laba. Jilid II. Andi Offset. Yogyakarta. Djahidin. 1983. Accounting Intermediate. Airlangga University Press. Surabaya. Ikatan Akuntan Indonesia. 1996. Standar akuntansi keuangan. Salemba Empat. Jakarta. Keown, A, J. 2005. Manajemen Keuangan Prinsip-prinsip Dasar dan Aplikasi. Jilid 2: Edisi ke sembilan. Indeks Gramedia. Jakarta. Reksohadiprojo, S. 1981. Business forecasting. Bagian 1. BPFE. Yogyakarta. Riyanto, B. 1995. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4: Cetakan ke delapan. BPFE. Yogyakarta. Sartono, A. 2001. Manajemen Keuangan, teori dan aplikasi. Edisi 4. BPFE. Yogyakarta. Sudana, I, M. 2009. Manajemen Keuangan Teori dan praktik. AUP. Surabaya. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.14 (2012) 15 Sugiri S. dan Sumiyati. 2005. Akuntansi Keuangan Menengah buku 1. Percetakan YKPN. Yogyakarta. Syamsudin, L. 1995. Manajemen Keuangan Perusahaan. PT Hanindita. Yogyakarta. ___________. 1998. Manajemen keuangan perusahaan, konsep aplikasi dalam perencanaan, pengawasan, dan pengambilan keputusan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Wright, M.G. 1976. Manajemen Keuangan. Yayasan Kanisius. Yogyakarta. ●●●