HUBUNGAN STRESS KERJA DAN KOMPENSASI DENGAN KINERJA PETUGAS SURVEILANS KESEHATAN IBU DAN ANAK DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DI KOTA SEMARANG TAHUN 2016 Yulia Putrika Dewi *)Eti Rimawati **) *) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang **) Staff Pengajar Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang Program Studi S1 Kesehatan masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Email: [email protected] ABSTRACT 2015 Semarang city government together with the Health Department of Semarang create Gasurkes Officer of Health Surveillance (Gasurkes) for Semarang occupy the highest MMR in 2014. the initial survey showed that Gasurkes have job stress and problems withcompensation.The purpose of this study to determine the relationship of Job Stress and Compensation with Gasurkes Performance Women & Children in Lowering maternal mortality rate in the city of Semarang. This kind of research using methods quantitative survey explanatory research with cross sectional approach. Sample use all Gasurkes in three districts with the highest MMR (Pedurungan, Ngaliyan, Tembalang), ie 35 people. Instrument research using questionnaires. The data is processed and analyzed using statistical Chi-square test. Results of the study (77.14%) indicates that most Gasurkes have high job stress, compensation in the work is not good(51.4%)andGasurkes have a good performance (57.1%). There is a relationship between job stress(pvalue = 0.002) and compensation(pvalue = 0.003) with KIA Gasurkes performance in reducing the maternal mortality rate in the city of Semarang. Gasurkes need to utilize the monitoring time for a discussion of the current difficulties in the field, to evaluate the compensation based on the workload Gasurkes like giving money transport in accordance with the level of education, as well as evaluating the performance of Gasurkes and give rewards to Gasurkes achievement. Keywords References : Gasurkes, Maternal and Child Health, Performance : 32 pieces, 2006-2016 1 ABSTRAK Tahun 2015 Pemerintah Kota Semarang bersama dengan Dinas Kesehatan Kota Semarang menciptakan Petugas Surveilans Kesehatan (Gasurkes) karena Semarang menempati AKI tertinggi tahun 2014. Survey awal menunjukkan bahwa Gasurkes mempunyai stress kerja dan masalah dengan kompensasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan Stress Kerja dan Kompensasi dengan Kinerja Gasurkes Ibu Dan Anak dalam Menurunkan AKI di Kota Semarang. Jenis penelitian ini kuantitatif menggunakan metode survey explanatory research dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel menggunakan semua Gasurkes di tiga kecamatan dengan AKI tertinggi (Pedurungan, Ngaliyan, Tembalang) yaitu 35 orang. Instrument penelitian menggunakan kuesioner. Data diolah dan dianalisa dengan menggunakan uji statistik Chi-square. Hasil penelitian (77,14%) menunjukkan bahwa sebagian besar Gasurkes memiliki stress kerja tinggi, kompensasi dalam bekerja tidak baik (51,4%) dan Gasurkes mempunyai kinerja yang baik (57,1%). Terdapat hubungan antara stress kerja (p value = 0,002) dan kompensasi (p value = 0,003) dengan kinerja Gasurkes KIA dalam menurunkan Angka Kematian Ibu di Kota Semarang. Gasurkes perlu memanfaatkan waktu monitoring untuk diskusi mengenai kesulitannya saat di lapangan, mengevaluasi kompensasi berdasarkan beban kerja Gasurkes seperti pemberian uang transport yang sesuai dengan tingkat pendidikannya, serta mengevaluasi kinerja Gasurkes dan memberikan reward kepada Gasurkes yang berprestasi. Kata Kunci : Gasurkes, Kesehatan Ibu dan Anak, Kinerja Kepustakaan : 32 buah, 2006-2016 PENDAHULUAN Dalam data WHO tahun 2007 diperkirakan bahwa setiap tahun sejumlah 500 orang perempuan meninggal karena kehamilan dan proses melahirkan, hal ini menggambarkan terjadi satu kematian setiap menitnya.1 Tahun 2012 Survei Demografi Kesehatan Indonesia menyatakan AKI di Indonesia yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup.2 Kementerian Kesehatan RI mendapatkan data laporan dari daerah bahwa banyaknya ibu meninggal sebab kehamilan serta persalinan tahun 2013 yaitu sejumlah 5019 orang. Penyebabnya ibu dikelompokkan menjadi dua yaitu sebab langsung dan sebab tidak langsung. Sebab langsung ialah karena penyulit kehamilan, persalinan atau masa nifas dan segala campur tangan atau pengelolaan yang kurang baik. Sebab tidak langsung karena penyakit yang telah ada maupun penyakit yang muncul selama hamil dan mempengaruhi kehamilan seperti HIV/AIDS, anemia, malaria serta penyakit kardiovaskuler. 1 Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah terjadi peningkatan kasus AKI setiap tahunnya yaitu tercatat Tahun 2010 sejumlah 611 kejadian AKI, Tahun 2011 sejumlah 668 kejadian, Tahun 2012 sejumlah 675 2 kasus, Tahun 2013 sejumlah 668 kasus, Tahun 2014 sejumlah 711 kejadian dan pada Tahun 2015 tercatat kejadian AKI sebanyak 111,16 per 100.000 kelahiran hidup. AKI tertinggi terdapat di Kota Semarang kemudian Pemalang, Kendal, Boyolali, Sukoharjo Purbalingga, Kabupaten Semarang, Blora, Wonogiri, Klaten, Kebumen dann Wonosobo. 3 Pada tahun 2015 Pemerintah Kota Semarang bersama dengan Dinas Kesehatan Kota Semarang membuat satu program untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dengan menciptakan tenaga pendampingan yang disebut Gasurkes (Petugas Surveilans Kesehatan) yang terdiri dari Gasurkes DBD dan Gasurkes KIA. Program tersebut dibuat dengan metode menerjunkan tenagatenaga kesehatan yang sudah terlatih. Beberapa tugas Gasurkes KIA adalah melakukan pendataan, pendampingan, penyuluhan dan pelaporan pada ibu hamil normal maupun ibu hamil resiko tinggi dan ibu nifas di setiap kelurahan.4 Survey awal yang peneliti lakukan dengan beberapa Gasurkes KIA menunjukkan bahwa masing-masing petugas mempunyai beban kerja yang berbeda tergantung dengan wilayah binaannya yang berdampak pada faktor psikologis yaitu stress kerja. Beberapa juga menyatakan bahwa mereka merasa kurang puas dengan kompensasi yang diterima. Permasalahan tersebut diasumsikan dapat mempengaruhi kinerja Gasurkes KIA dalam menurunkan Angka Kematian Ibu di Kota semarang yang masih tergolong tinggi. Beberapa juga mengungkapkan ada yang memperpanjang masa kontrakanya dan ada yang tidak memperpanjang masa kontraknya dikarenakan gaji yang dirasa kurang mencukupi, disamping itu Gasurkes yang habis masa kontraknya harus mengikuti tes seperti awal saat mendaftar dan harus dinyatakan lolos, apabila ingin melanjutkan menjadi Gasurkes lagi. Berdasar latar belakang diatas tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui Hubungan Stress Kerja dan Kompensasi dengan Kinerja Petugas Surveilans Kesehatan Ibu dan Anak dalam Menurunkan Angka Kematian Ibu Di Kota Semarang. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini kuantitatif dengan survey explanatory research metode yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis.6 Serta menggunakan pendekatan cross sectional. Berdasar hubungan fungsionalnya variabel dibagi menjadi dua, yaitu7: Variabel terikat dalam penelitian ini ialah kinerja. Variabel bebas dalam penelitian ini ialah stress kerja, kompensasi. Populasi penelitian ini ialah Gasurkes KIA kelurahan di Kota Semarang dengan total Gasurkes KIA 150 orang.7 Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.7 Penentuan sampel menggunakan pertimbangan wilayah dengan 3 kasus AKI tertinggi di Kota Semarang dengan jumlah sampel sebanyak 35 Gasurkes. Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer data sekunder. 7 Cara pengumpulan data melalui teknik wawancara dan observasi secara langsung menggunakan cheklist dengan instrumen. 7 3 HASIL PENELITIAN 1. Stress Kerja Tabel Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Menurut Stress Kerja Responden No 1 Stress Kerja SS Saya merasa 7 mendapat (20%) wilayah yang lebih banyak dari petugas lainnya dengan lingkungan yang susah dijangkau. 2 Bidan 3 koordinator saya (8,57%) bersikap tidak adil dan seringkali memberikan tekanan dalam menyelesaikan tugas 3 Saya memiliki 2 masalah dengan (5,71%) keluarga di rumah sehingga saya tidak fokus dalam bekerja 4 Saya 4 mempunyai (11,42%) konflik pribadi dengan pimpinan/rekan kerja sehingga saya tidak nyaman dalam melakukan tugas seharihari 5 Saya memiliki 2 masalah dengan (5,71%) keluarga di rumah sehingga saya tidak fokus dalam bekerja Sumber : Data Primer, 2017 S 6 (17,14%) R 6 (17,14%) TS 13 (37,14%) STS 3 (8,57%) Total 35 (100%) 1 (2,85%) 9 (25,71%) 15 (42,85%) 7 (20%) 35 (100%) 1 (2,85%) 2 (5,71%) 18 (51,42%) 12 (34,28%) 35 (100%) 4 (11,42%) 8 (22,85%) 16 (45,71%) 3 (8,57%) 35 (100%) 2 (5,71%) 2 (5,71%) 17 (48,57%) 12 (34,28%) 35 (100%) Tabel Distribusi Frekuensi Responden Menurut Stress Kerja Stress Kerja Distribusi Frekuensi F 27 8 35 Tinggi Rendah Total Sumber : Data Primer, 2017 4 % 77,14 22,85 100 2. Kompensasi Tabel Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Menurut Kompensasi Responden No 1 Kompensasi SS Pemberian gaji 0 sudah sesuai (0%) dengan tingkat pendidikan saya 2 Pembayaran 4 gaji selalu tepat (11,42%) waktu di setiap bulannya 3 Jumlah gaji 0 sudah cukup (0%) memenuhi kebutuhan saya sehari-hari 4 Pemberian gaji 1 sudah sesuai (2,85%) dengan peraturan yang ditetapkan 5 Pemberian uang 0 transport selalu (0%) diberikan tepat waktu 6 Pemberian uang 0 transportsudah (0%) sesuai dengan peraturan yang ditetapkan 7 Uang 6 transportasi (17,14%) tidak cukup untuk kegiatan operasional 8 Fasilitas yang 5 diberikan belum (14,28%) menunjang kelancaran dalam bekerja 9 Saya tidak bisa 0 memanfaatkan (0%) fasilitas yang disediakan dengan leluasa 10 Saya merasa 1 tidak nyaman (2,85%) dengan fasilitas yang disediakan Sumber : Data Primer, 2017 S 7 (20%) R 5 (14,28%) TS 9 (25,71%) STS 14 (40%) Total 35 (100%) 24 (68,57%) 6 (17,14%) 1 (2,85%) 0 (0%) 35 (100%) 5 (14,28%) 10 (28,57%) 14 (40%) 6 (17,14%) 35 (100%) 10 (28,57%) 5 (14,28%) 14 (40%) 5 (14,28%) 35 (100%) 0 (0%) 3 (8,57%) 15 (42,85%) 17 (48,57%) 35 (100%) 6 (17,14%) 9 (25,71%) 18 (51,42%) 2 (5,71%) 35 (100%) 12 (34,28%) 6 (17,14%) 7 (20%) 4 (11,42%) 35 (100%) 18 (51,42%) 7 (20%) 3 (8,57%) 2 (5,71%) 35 (100%) 6 (17,14%) 5 (14,28%) 21 (60%) 3 (8,57%) 35 (100%) 2 (5,71%) 6 (17,14%) 21 (60%) 5 (14,28%) 35 (100%) 5 Tabel Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kompensasi Kompensasi Distribusi Frekuensi F 17 18 35 Baik Kurang baik Total Sumber % 48,6 51,4 100 : Data Primer, 2017 3. Kinerja Tabel Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Menurut Kinerja Responden NO Kinerja 1 Melakukan pendataan ibu hamil dan ibu nifas 100% Memeriksa ibu hamil sebanyak 9 kali Memeriksa ibu nifas sebanyak 6 kali Melakukan penyuluhan KIA sebnyak 6 kali Melaporkan kematian ibu di wilayah kelurahan 1 x 24 jam ke puskesmas / DKK. Membuat kohort ibu hamil dan bayi Melaporkan dan menganalisis PWS KIA bersama puskesmas Melaporkan ibu hamil resiko tinggi ke puskesmas Mengikuti setiap kegiatan KIA di tingkat kelurahan, puskesmas, kecamatan dan kota 100% Berkoordinasi 3 kali dalam 1 minggu 100% 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tercapai N 23 % 65,71 Tidak Tercapai N % 12 34,28 12 28 32 29 34,28 80 91,42 82,85 23 7 3 6 65,71 20 8,57 17,14 31 30 88,57 85,71 4 5 11,42 14,28 27 77,14 8 22,85 35 100 0 0 32 91,42 3 8,57 Sumber : Data Primer, 2017 Tabel Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kinerja Kinerja Distribusi Frekuensi F 20 15 35 Baik Kurang baik Total % 57,1 42,9 100 Sumber : Data Primer, 2017 4. Hubungan Stress Kerja dengan Kinerja Tabel Tabulasi silang antara stress kerja dengan kinerja Stress Kerja Kinerja Baik Tinggi Rendah F 4 16 Total Kurang Baik F % 11 31,4 4 11,4 % 11,4 45,7 Sumber : Data Primer Hasil Chi Square 6 F 15 20 % 100 100 5. Hubungan Kompensasi dengan Kinerja Tabel Tabulasi silang antara kompensasi dengan kinerja Kompensasi Kinerja Baik Baik Kurang Baik F 14 6 Total Kurang Baik F % 3 8,6 12 34,3 % 40 17,1 F 17 18 % 100 100 Sumber : Data Primer Hasil Chi Square PEMBAHASAN 1. Hubungan Stress Kerja dengan Kinerja Gasurkes dalam menurunkan Angka Kematian Ibu di Kota Semarang Tahun 2016 Dari hasil penelitian menggambarkan Kinerja yang kurang baik lebih banyak terdapat pada Gasurkes dengan stress kerja tinggi (31,4%) dibandingkan dengan Gasurkes yang tingkat stress kerjanya rendah (11,4%). Karena tugas Gasurkes adalah melakukan pendampingan pada ibu hamil maupun ibu nifas jadi mereka harus siap siaga setiap waktu terhadap kondisi masing – masing ibu hamil dan ibu nifas. Menurut Anatan (2009), stres dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif.8 Namun apabila dalam kehidupan berorganisasi stres kerja membawa dampak negatif terhadap kinerja pegawainya, makan semakin tinggi stres kerja yang dirasakan pegawai akan semakin buruk kinerja yang dihasilkan, tetapi apabila pegawai tersebut mampu meminimalisir stres kerja maka diharapkan kinerjanya juga semakin meningkat. Stres kerja bisa dipengaruhi karena adanya beban pekerjaan yang semakin meningkat.10 Masalah lainnya adalah fasilitas kerja yang kurang memadai seperti Tensimeter yang rusak menjadi penghambat dalam melakukan pekerjaan, sehingga ada beberapa Gasurkes yang memakai alatnya sendiri untuk bekerja. Jam kerja yang tidak menentu seperti ini serta fasilitas yang kurang memadai bisa menjadikan faktor penyebab stress kerja pada Gasurkes. Fathoni menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi stress kerja pada karyawan adalah tanggungan kerja yang berat dan melampaui batas, waktu yang tidak adil dan alat kerja yang tidak wajar.14 2. Hubungan Kompensasi dengan Kinerja Gasurkes dalam menurunkan Angka Kematian Ibu di Kota Semarang Tahun 2016 Dalam hasil penelitian didapatkan bahwa kinerja yang kurang baik lebih banyak terdapat pada Gasurkes yang merasa kompensasinya kurang baik (34,3%) dibandingkan yang kompensasinya baik (8,6%). Gasurkes merasa jika pemberian gaji pokok belum sesuai dengan tingkat pendidikan mereka yang mayoritas D3 Kebidanan karena masih jauh dengan UMR Kota Semarang yaitu Rp 2.125.000. Gasurkes merasa uang transportasi tidak cukup untuk kegiatan operasional karena gasurkes mendapat jatah uang transport hanya 6 bulan dalam 7 satu tahun dan diberikan tidak tepat waktu karena mengikuti kebijakan masing-masing Puskesmas. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE07/Men/1990 tidak tercantum peraturan yang lebih jelas mengenai tunjangan transportasi. Sepanjang tidak melanggar prinsip kebijakan pengupahan, besaran dan tolok ukur penentuan tunjangan merupakan kebijakan para pihak pekerja dan perusahaan yang nantinya akan diatur dan ditulis dalam perjanjian kerja. Gasurkes menyatakan Fasilitas yang diberikan belum menunjang kelancaran dalam bekerja seperti tensimeter yang terkadang rusak sehingga mereka membawa alat sendiri untuk kunjungan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Pulus Saweduling yaituMotivasi Kerja, Kompensasi, Pelatihan Dan Pengembangan, Karakteristik Pekerjaan Terhadap Prestasi Kerja Guru Smp di Kabupaten Kepulauan Talaud yang menyatakan bahwa kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Menurut Yoder yang dikutip dalam Hasibuan pengertian kompensasi adalah the payment made to member of work teams for their participation (Balas jasa membuat anggota tim dapat bekerja sama dan berprestasi).12 Masalah yang timbul saat penelitian ini sama dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Prisma Armaya tahun 2016 sebelumnya yang hasilnya terdapat permasalahan dalam sistem pemberian kompensasi berupa uang transport kepada Gasurkes KIA dan hal tersebut mempengaruhi kinerja Gasurkes. Pemberian kompensasi adalah sangat penting bagi pegawai guna merangsang seseorang untuk melakukan pekerjaan melebihi apa yang diinginkan oleh organisasi. Di samping itu, kompensasi juga berfungsi sebagai penghargaan bagi pegawai yang telah melakukan suatu pekerjaan yang telah ditetapkan oleh pimpinan. Pengaruh kompensasi terhadap kinerja pegawai memang sangat tinggi. 10 Dengan kata lain, kompensasi adalah salah satu fungsi operasional yang sangat penting. Pada fungsi ini menurut Notoatmodjo, organisasi memberikan balas jasa yang memadai dan layak kepada para pegawai, sebagai sumber daya manusia yang telah memberikan jasanya terhadap pencapaian tujuan organisasi. 12 SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Gasurkes KIA di Kota Semarang sebagian besar berumur 20-24 sebanyak 68,57%, sebagian besar berpendidikan D3 sebanyak 94,3% dan berstatus belum kawin sebanyak 91.42%. 2. Sebagian besar Gasurkes KIA di Kota Semarang mempunyai tingkat stress kerja tinggi (77,14%) dimana mereka berpendapat bahwa jam bekerja yang berlebih dan peralatan kerja kurang memadai (31,42%) 3. Gasurkes KIA di Kota Semarang merasa kompensasi yang diberikan kurang baik (51,4%) dimana mereka berpendapat bahwa pemberian uang transport yang diberikan tidak tepat waktu (48,57%) 4. Gasurkes KIA di Kota Semarang sebagian besar mempunyai kinerja yang baik (57,1%) namun juga tidak sedikit Gasurkes dengan kinerja 8 kurang baik. 5. Ada Hubungan stress kerja dengan kinerja Gasurkes KIA dalam menurunkan Angka Kematian Ibu di Kota Semarang (p value 0,002 α 0,05). 6. Ada hubungan antara kompensasi dengan dengan kinerja Gasurkes KIA dalam menurunkan Angka Kematian Ibu di Kota Semarang (p value 0,003 α 0,05). B. Saran 1. Gasurkes perlu memanfaatkan waktu saat monitoring untuk diskusi mengenai informasi, masalah maupun kesulitan selama menjalankan tugasnya di masyarakat. 2. Perlu adanya evaluasi kompensasi berdasarkan beban kerja Gasurkes seperti pemberian uang transport yang sesuai dengan tingkat pendidikannya. 3. Perlu adanya evaluasi kinerja Gasurkes dan memberikan reward kepada Gasurkes yang berprestasi. DAFTAR PUSTAKA 1. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008. 2. Depkes. Jadilah kartini Indonesia yang Tidak Mati Muda Pencanangan Kampanye Peduli Kesehatan Ibu. Jakarta. 2014. www.depkes.go.id Diakses pada 10 Desember 2016. 3. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2015 4. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015. Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2015 5. Gibson JL, Ivancevich JM, Donnelly JH.Organisasi Perilaku Struktur dan Proses. Jakarta: Binapura Aksara Publisher. 2008 6. Arikunto S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 2010 7. Notoatmojo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010 8. Lindanur Sipatu. Pengaruh Motivasi, Lingkungan Kerja Dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RSUD Undata Palu. Palu : e-Jurnal Katalogis, 2013. Volume I Nomor 1:147-158 9. Winda J Kojongian, Bode Lumanauw2, Jacky Sumarauw. Pengaruh Motivasi, Pengembangan Karir, Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sulutenggo). Manado: Jurnal EMBA, 2016. Vol.4 No.4: 223-234 10. Arief Chaidir Abdillah, Farid Wajdi. Pengaruh Kepemimpinan, Stres Kerja, Disiplin Kerja, Dan Kompensasi Dengan Kinerja Pegawai. Surakarta: Daya Saing, 2014. Vol 12, No.1:1-11 11. Fathoni A. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. 2006 12. Paulus Saweduling. Motivasi Kerja, Kompensasi, Pelatihan Dan Pengembangan, Karakteristik Pekerjaan Terhadap Prestasi Kerja Guru 9 SMP di Kabupaten Kepulauan Talaud. Manado: Jurnal Emba, 2013. Vol.1 No.4:582-595 13. Widyatmini, Luqman Hakim.Hubungan Kepemimpinan, Kompensasi dan Kompetensi Terhadap Kinerja pegawai Dinas Kesehatan Kota Depok. Depok: Jurnal Ekonomi Bisnis, 2008. Vol.13. No. 2 14. Fathoni A. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. 2006 RIWAYAT HIDUP Nama : Yulia Putrika Dewi Tempat, tanggal lahir : Semarang, 17 Juli 1990 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat : Jl. Karonsih Selatan VII No. 905 RT 04 RW 06 Ngaliyan Semarang Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 03 Ngaliyan Semarang Tahun 1996-2002 2. SMP Negeri 18 Semarang Tahun 2002-2005 3. SMA Negeri 05 Semarang Tahun 2005-2008 4. Kebidanan POLTEKKES KEMENKES Semarang Tahun 2008-2011 5. Diterima di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun 2014 10 HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN STRESS KERJA DAN KOMPENSASI DENGAN KINERJA PETUGAS SURVEILANS KESEHATAN (GASURKES) IBU DAN ANAK DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DI KOTA SEMARANG TAHUN 2016 Disusun Oleh: Yulia Putrika Dewi D11.2014.01923 Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan di sistem Informasi Tugas Akhir (SIADIN) Pembimbing (Eti Rimawati, S.KM, M.Kes) 11