hubungan stress kerja dan kompensasi dengan kinerja petugas

advertisement
HUBUNGAN STRESS KERJA DAN KOMPENSASI DENGAN KINERJA
PETUGAS SURVEILANS KESEHATAN IBU DAN ANAK DALAM
MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DI KOTA SEMARANG TAHUN
2016
Yulia Putrika Dewi *)Eti Rimawati **)
*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang
**) Staff Pengajar Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang
Program Studi S1 Kesehatan masyarakat
Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro
Email: [email protected]
ABSTRACT
2015 Semarang city government together with the Health Department of
Semarang create Gasurkes Officer of Health Surveillance (Gasurkes) for
Semarang occupy the highest MMR in 2014. the initial survey showed that
Gasurkes have job stress and problems withcompensation.The purpose of this
study to determine the relationship of Job Stress and Compensation with
Gasurkes Performance Women & Children in Lowering maternal mortality rate in
the city of Semarang.
This kind of research using methods quantitative survey explanatory
research with cross sectional approach. Sample use all Gasurkes in three
districts with the highest MMR (Pedurungan, Ngaliyan, Tembalang), ie 35 people.
Instrument research using questionnaires. The data is processed and analyzed
using statistical Chi-square test.
Results of the study (77.14%) indicates that most Gasurkes have high job
stress, compensation in the work is not good(51.4%)andGasurkes have a good
performance (57.1%). There is a relationship between job stress(pvalue = 0.002)
and compensation(pvalue = 0.003) with KIA Gasurkes performance in reducing
the maternal mortality rate in the city of Semarang.
Gasurkes need to utilize the monitoring time for a discussion of the
current difficulties in the field, to evaluate the compensation based on the
workload Gasurkes like giving money transport in accordance with the level of
education, as well as evaluating the performance of Gasurkes and give rewards
to Gasurkes achievement.
Keywords
References
: Gasurkes, Maternal and Child Health, Performance
: 32 pieces, 2006-2016
1
ABSTRAK
Tahun 2015 Pemerintah Kota Semarang bersama dengan Dinas
Kesehatan Kota Semarang menciptakan Petugas Surveilans Kesehatan
(Gasurkes) karena Semarang menempati AKI tertinggi tahun 2014. Survey awal
menunjukkan bahwa Gasurkes mempunyai stress kerja dan masalah dengan
kompensasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan Stress Kerja dan
Kompensasi dengan Kinerja Gasurkes Ibu Dan Anak dalam Menurunkan AKI di
Kota Semarang.
Jenis penelitian ini kuantitatif menggunakan metode survey explanatory
research dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel menggunakan semua
Gasurkes di tiga kecamatan dengan AKI tertinggi (Pedurungan, Ngaliyan,
Tembalang) yaitu 35 orang. Instrument penelitian menggunakan kuesioner. Data
diolah dan dianalisa dengan menggunakan uji statistik Chi-square.
Hasil penelitian (77,14%) menunjukkan bahwa sebagian besar Gasurkes
memiliki stress kerja tinggi, kompensasi dalam bekerja tidak baik (51,4%) dan
Gasurkes mempunyai kinerja yang baik (57,1%). Terdapat hubungan antara
stress kerja (p value = 0,002) dan kompensasi (p value = 0,003) dengan kinerja
Gasurkes KIA dalam menurunkan Angka Kematian Ibu di Kota Semarang.
Gasurkes perlu memanfaatkan waktu monitoring untuk diskusi mengenai
kesulitannya saat di lapangan, mengevaluasi kompensasi berdasarkan beban
kerja Gasurkes seperti pemberian uang transport yang sesuai dengan tingkat
pendidikannya, serta mengevaluasi kinerja Gasurkes dan memberikan reward
kepada Gasurkes yang berprestasi.
Kata Kunci
: Gasurkes, Kesehatan Ibu dan Anak, Kinerja
Kepustakaan : 32 buah, 2006-2016
PENDAHULUAN
Dalam data WHO tahun 2007 diperkirakan bahwa setiap tahun sejumlah
500 orang perempuan meninggal karena kehamilan dan proses melahirkan, hal
ini menggambarkan terjadi satu kematian setiap menitnya.1
Tahun 2012 Survei Demografi Kesehatan Indonesia menyatakan AKI di
Indonesia yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup.2 Kementerian Kesehatan RI
mendapatkan data laporan dari daerah bahwa banyaknya ibu meninggal sebab
kehamilan serta persalinan tahun 2013 yaitu sejumlah 5019 orang. Penyebabnya
ibu dikelompokkan menjadi dua yaitu sebab langsung dan sebab tidak langsung.
Sebab langsung ialah karena penyulit kehamilan, persalinan atau masa nifas dan
segala campur tangan atau pengelolaan yang kurang baik. Sebab tidak langsung
karena penyakit yang telah ada maupun penyakit yang muncul selama hamil dan
mempengaruhi kehamilan seperti HIV/AIDS, anemia, malaria serta penyakit
kardiovaskuler. 1
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah terjadi
peningkatan kasus AKI setiap tahunnya yaitu tercatat Tahun 2010 sejumlah 611
kejadian AKI, Tahun 2011 sejumlah 668 kejadian, Tahun 2012 sejumlah 675
2
kasus, Tahun 2013 sejumlah 668 kasus, Tahun 2014 sejumlah 711 kejadian dan
pada Tahun 2015 tercatat kejadian AKI sebanyak 111,16 per 100.000 kelahiran
hidup. AKI tertinggi terdapat di Kota Semarang kemudian Pemalang, Kendal,
Boyolali, Sukoharjo Purbalingga, Kabupaten Semarang, Blora, Wonogiri, Klaten,
Kebumen dann Wonosobo. 3
Pada tahun 2015 Pemerintah Kota Semarang bersama dengan Dinas
Kesehatan Kota Semarang membuat satu program untuk menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI) dengan menciptakan tenaga pendampingan yang disebut
Gasurkes (Petugas Surveilans Kesehatan) yang terdiri dari Gasurkes DBD dan
Gasurkes KIA. Program tersebut dibuat dengan metode menerjunkan tenagatenaga kesehatan yang sudah terlatih. Beberapa tugas Gasurkes KIA adalah
melakukan pendataan, pendampingan, penyuluhan dan pelaporan pada ibu
hamil normal maupun ibu hamil resiko tinggi dan ibu nifas di setiap kelurahan.4
Survey awal yang peneliti lakukan dengan beberapa Gasurkes KIA
menunjukkan bahwa masing-masing petugas mempunyai beban kerja yang
berbeda tergantung dengan wilayah binaannya yang berdampak pada faktor
psikologis yaitu stress kerja. Beberapa juga menyatakan bahwa mereka merasa
kurang puas dengan kompensasi yang diterima. Permasalahan tersebut
diasumsikan dapat mempengaruhi kinerja Gasurkes KIA dalam menurunkan
Angka Kematian Ibu di Kota semarang yang masih tergolong tinggi.
Beberapa juga mengungkapkan ada yang memperpanjang masa
kontrakanya dan ada yang tidak memperpanjang masa kontraknya dikarenakan
gaji yang dirasa kurang mencukupi, disamping itu Gasurkes yang habis masa
kontraknya harus mengikuti tes seperti awal saat mendaftar dan harus
dinyatakan lolos, apabila ingin melanjutkan menjadi Gasurkes lagi.
Berdasar latar belakang diatas tujuan dari penelitian ini adalah
Mengetahui Hubungan Stress Kerja dan Kompensasi dengan Kinerja Petugas
Surveilans Kesehatan Ibu dan Anak dalam Menurunkan Angka Kematian Ibu Di
Kota Semarang.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini kuantitatif dengan survey explanatory research metode
yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel
melalui pengujian hipotesis.6 Serta menggunakan pendekatan cross sectional.
Berdasar hubungan fungsionalnya variabel dibagi menjadi dua, yaitu7: Variabel
terikat dalam penelitian ini ialah kinerja. Variabel bebas dalam penelitian ini ialah
stress kerja, kompensasi.
Populasi penelitian ini ialah Gasurkes KIA kelurahan di Kota Semarang
dengan total Gasurkes KIA 150 orang.7 Dalam penelitian ini teknik pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling.7 Penentuan sampel menggunakan
pertimbangan wilayah dengan 3 kasus AKI tertinggi di Kota Semarang dengan
jumlah sampel sebanyak 35 Gasurkes.
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer data sekunder. 7 Cara
pengumpulan data melalui teknik wawancara dan observasi secara langsung
menggunakan cheklist dengan instrumen. 7
3
HASIL PENELITIAN
1. Stress Kerja
Tabel Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Menurut Stress Kerja
Responden
No
1
Stress Kerja
SS
Saya merasa
7
mendapat
(20%)
wilayah yang
lebih banyak
dari petugas
lainnya dengan
lingkungan yang
susah
dijangkau.
2
Bidan
3
koordinator saya
(8,57%)
bersikap tidak
adil dan
seringkali
memberikan
tekanan dalam
menyelesaikan
tugas
3
Saya memiliki
2
masalah dengan
(5,71%)
keluarga di
rumah sehingga
saya tidak fokus
dalam bekerja
4
Saya
4
mempunyai
(11,42%)
konflik pribadi
dengan
pimpinan/rekan
kerja sehingga
saya tidak
nyaman dalam
melakukan
tugas seharihari
5
Saya memiliki
2
masalah dengan
(5,71%)
keluarga di
rumah sehingga
saya tidak fokus
dalam bekerja
Sumber : Data Primer, 2017
S
6
(17,14%)
R
6
(17,14%)
TS
13
(37,14%)
STS
3
(8,57%)
Total
35
(100%)
1
(2,85%)
9
(25,71%)
15
(42,85%)
7
(20%)
35
(100%)
1
(2,85%)
2
(5,71%)
18
(51,42%)
12
(34,28%)
35
(100%)
4
(11,42%)
8
(22,85%)
16
(45,71%)
3
(8,57%)
35
(100%)
2
(5,71%)
2
(5,71%)
17
(48,57%)
12
(34,28%)
35
(100%)
Tabel Distribusi Frekuensi Responden Menurut Stress Kerja
Stress Kerja
Distribusi Frekuensi
F
27
8
35
Tinggi
Rendah
Total
Sumber : Data Primer, 2017
4
%
77,14
22,85
100
2. Kompensasi
Tabel Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Menurut Kompensasi
Responden
No
1
Kompensasi
SS
Pemberian gaji
0
sudah sesuai
(0%)
dengan tingkat
pendidikan saya
2
Pembayaran
4
gaji selalu tepat
(11,42%)
waktu di setiap
bulannya
3
Jumlah gaji
0
sudah cukup
(0%)
memenuhi
kebutuhan saya
sehari-hari
4
Pemberian gaji
1
sudah sesuai
(2,85%)
dengan
peraturan yang
ditetapkan
5
Pemberian uang
0
transport selalu
(0%)
diberikan tepat
waktu
6
Pemberian uang
0
transportsudah
(0%)
sesuai dengan
peraturan yang
ditetapkan
7
Uang
6
transportasi
(17,14%)
tidak cukup
untuk kegiatan
operasional
8
Fasilitas yang
5
diberikan belum
(14,28%)
menunjang
kelancaran
dalam bekerja
9
Saya tidak bisa
0
memanfaatkan
(0%)
fasilitas yang
disediakan
dengan leluasa
10
Saya merasa
1
tidak nyaman
(2,85%)
dengan fasilitas
yang disediakan
Sumber : Data Primer, 2017
S
7
(20%)
R
5
(14,28%)
TS
9
(25,71%)
STS
14
(40%)
Total
35
(100%)
24
(68,57%)
6
(17,14%)
1
(2,85%)
0
(0%)
35
(100%)
5
(14,28%)
10
(28,57%)
14
(40%)
6
(17,14%)
35
(100%)
10
(28,57%)
5
(14,28%)
14
(40%)
5
(14,28%)
35
(100%)
0
(0%)
3
(8,57%)
15
(42,85%)
17
(48,57%)
35
(100%)
6
(17,14%)
9
(25,71%)
18
(51,42%)
2
(5,71%)
35
(100%)
12
(34,28%)
6
(17,14%)
7
(20%)
4
(11,42%)
35
(100%)
18
(51,42%)
7
(20%)
3
(8,57%)
2
(5,71%)
35
(100%)
6
(17,14%)
5
(14,28%)
21
(60%)
3
(8,57%)
35
(100%)
2
(5,71%)
6
(17,14%)
21
(60%)
5
(14,28%)
35
(100%)
5
Tabel Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kompensasi
Kompensasi
Distribusi Frekuensi
F
17
18
35
Baik
Kurang baik
Total
Sumber
%
48,6
51,4
100
: Data Primer, 2017
3. Kinerja
Tabel Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Menurut Kinerja
Responden
NO
Kinerja
1
Melakukan pendataan ibu hamil dan ibu nifas
100%
Memeriksa ibu hamil sebanyak 9 kali
Memeriksa ibu nifas sebanyak 6 kali
Melakukan penyuluhan KIA sebnyak 6 kali
Melaporkan kematian ibu di wilayah
kelurahan 1 x 24 jam ke puskesmas / DKK.
Membuat kohort ibu hamil dan bayi
Melaporkan dan menganalisis PWS KIA
bersama puskesmas
Melaporkan ibu hamil resiko tinggi ke
puskesmas
Mengikuti setiap kegiatan KIA di tingkat
kelurahan, puskesmas, kecamatan dan kota
100%
Berkoordinasi 3 kali dalam 1 minggu 100%
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tercapai
N
23
%
65,71
Tidak
Tercapai
N
%
12 34,28
12
28
32
29
34,28
80
91,42
82,85
23
7
3
6
65,71
20
8,57
17,14
31
30
88,57
85,71
4
5
11,42
14,28
27
77,14
8
22,85
35
100
0
0
32
91,42
3
8,57
Sumber : Data Primer, 2017
Tabel Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kinerja
Kinerja
Distribusi Frekuensi
F
20
15
35
Baik
Kurang baik
Total
%
57,1
42,9
100
Sumber : Data Primer, 2017
4. Hubungan Stress Kerja dengan Kinerja
Tabel Tabulasi silang antara stress kerja dengan kinerja
Stress Kerja
Kinerja
Baik
Tinggi
Rendah
F
4
16
Total
Kurang Baik
F
%
11
31,4
4
11,4
%
11,4
45,7
Sumber : Data Primer Hasil Chi Square
6
F
15
20
%
100
100
5. Hubungan Kompensasi dengan Kinerja
Tabel Tabulasi silang antara kompensasi dengan kinerja
Kompensasi
Kinerja
Baik
Baik
Kurang Baik
F
14
6
Total
Kurang Baik
F
%
3
8,6
12
34,3
%
40
17,1
F
17
18
%
100
100
Sumber : Data Primer Hasil Chi Square
PEMBAHASAN
1.
Hubungan Stress Kerja dengan Kinerja Gasurkes dalam menurunkan
Angka Kematian Ibu di Kota Semarang Tahun 2016
Dari hasil penelitian menggambarkan Kinerja yang kurang baik
lebih banyak terdapat pada Gasurkes dengan stress kerja tinggi (31,4%)
dibandingkan dengan Gasurkes yang tingkat stress kerjanya rendah
(11,4%). Karena tugas Gasurkes adalah melakukan pendampingan
pada ibu hamil maupun ibu nifas jadi mereka harus siap siaga setiap
waktu terhadap kondisi masing – masing ibu hamil dan ibu nifas.
Menurut Anatan (2009), stres dapat menimbulkan dampak positif
maupun negatif.8 Namun apabila dalam kehidupan berorganisasi stres
kerja membawa dampak negatif terhadap kinerja pegawainya, makan
semakin tinggi stres kerja yang dirasakan pegawai akan semakin buruk
kinerja yang dihasilkan, tetapi apabila pegawai tersebut mampu
meminimalisir stres kerja maka diharapkan kinerjanya juga semakin
meningkat. Stres kerja bisa dipengaruhi karena adanya beban pekerjaan
yang semakin meningkat.10
Masalah lainnya adalah fasilitas kerja yang kurang memadai
seperti Tensimeter yang rusak menjadi penghambat dalam melakukan
pekerjaan, sehingga ada beberapa Gasurkes yang memakai alatnya
sendiri untuk bekerja.
Jam kerja yang tidak menentu seperti ini serta fasilitas yang
kurang memadai bisa menjadikan faktor penyebab stress kerja pada
Gasurkes. Fathoni menyebutkan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi stress kerja pada karyawan adalah tanggungan kerja
yang berat dan melampaui batas, waktu yang tidak adil dan alat kerja
yang tidak wajar.14
2.
Hubungan Kompensasi dengan Kinerja Gasurkes dalam menurunkan
Angka Kematian Ibu di Kota Semarang Tahun 2016
Dalam hasil penelitian didapatkan bahwa kinerja yang kurang baik
lebih banyak terdapat pada Gasurkes yang merasa kompensasinya
kurang baik (34,3%) dibandingkan yang kompensasinya baik (8,6%).
Gasurkes merasa jika pemberian gaji pokok belum sesuai dengan
tingkat pendidikan mereka yang mayoritas D3 Kebidanan karena masih
jauh dengan UMR Kota Semarang yaitu Rp 2.125.000. Gasurkes
merasa uang transportasi tidak cukup untuk kegiatan operasional
karena gasurkes mendapat jatah uang transport hanya 6 bulan dalam
7
satu tahun dan diberikan tidak tepat waktu karena mengikuti kebijakan
masing-masing Puskesmas.
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE07/Men/1990 tidak tercantum peraturan yang lebih jelas mengenai
tunjangan transportasi. Sepanjang tidak melanggar prinsip kebijakan
pengupahan, besaran dan tolok ukur penentuan tunjangan merupakan
kebijakan para pihak pekerja dan perusahaan yang nantinya akan diatur
dan ditulis dalam perjanjian kerja.
Gasurkes menyatakan Fasilitas yang diberikan belum menunjang
kelancaran dalam bekerja seperti tensimeter yang terkadang rusak
sehingga mereka membawa alat sendiri untuk kunjungan. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Pulus Saweduling yaituMotivasi
Kerja, Kompensasi, Pelatihan Dan Pengembangan, Karakteristik
Pekerjaan Terhadap Prestasi Kerja Guru Smp di Kabupaten Kepulauan
Talaud yang menyatakan bahwa kompensasi berpengaruh signifikan
terhadap kinerja. Menurut Yoder yang dikutip dalam Hasibuan
pengertian kompensasi adalah the payment made to member of work
teams for their participation (Balas jasa membuat anggota tim dapat
bekerja sama dan berprestasi).12
Masalah yang timbul saat penelitian ini sama dengan penelitian
yang pernah dilakukan oleh Prisma Armaya tahun 2016 sebelumnya
yang hasilnya terdapat permasalahan dalam sistem pemberian
kompensasi berupa uang transport kepada Gasurkes KIA dan hal
tersebut mempengaruhi kinerja Gasurkes.
Pemberian kompensasi adalah sangat penting bagi pegawai guna
merangsang seseorang untuk melakukan pekerjaan melebihi apa yang
diinginkan oleh organisasi. Di samping itu, kompensasi juga berfungsi
sebagai penghargaan bagi pegawai yang telah melakukan suatu
pekerjaan yang telah ditetapkan oleh pimpinan. Pengaruh kompensasi
terhadap kinerja pegawai memang sangat tinggi. 10
Dengan kata lain, kompensasi adalah salah satu fungsi
operasional yang sangat penting. Pada fungsi ini menurut Notoatmodjo,
organisasi memberikan balas jasa yang memadai dan layak kepada
para pegawai, sebagai sumber daya manusia yang telah memberikan
jasanya terhadap pencapaian tujuan organisasi. 12
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Gasurkes KIA di Kota Semarang sebagian besar berumur 20-24
sebanyak 68,57%, sebagian besar berpendidikan D3 sebanyak 94,3%
dan berstatus belum kawin sebanyak 91.42%.
2. Sebagian besar Gasurkes KIA di Kota Semarang mempunyai tingkat
stress kerja tinggi (77,14%) dimana mereka berpendapat bahwa jam
bekerja yang berlebih dan peralatan kerja kurang memadai (31,42%)
3. Gasurkes KIA di Kota Semarang merasa kompensasi yang diberikan
kurang baik (51,4%) dimana mereka berpendapat bahwa pemberian
uang transport yang diberikan tidak tepat waktu (48,57%)
4. Gasurkes KIA di Kota Semarang sebagian besar mempunyai kinerja
yang baik (57,1%) namun juga tidak sedikit Gasurkes dengan kinerja
8
kurang baik.
5. Ada Hubungan stress kerja dengan kinerja Gasurkes KIA dalam
menurunkan Angka Kematian Ibu di Kota Semarang (p value 0,002 α
0,05).
6. Ada hubungan antara kompensasi dengan dengan kinerja Gasurkes
KIA dalam menurunkan Angka Kematian Ibu di Kota Semarang (p
value 0,003 α 0,05).
B. Saran
1. Gasurkes perlu memanfaatkan waktu saat monitoring untuk diskusi
mengenai informasi, masalah maupun kesulitan selama menjalankan
tugasnya di masyarakat.
2. Perlu adanya evaluasi kompensasi berdasarkan beban kerja
Gasurkes seperti pemberian uang transport yang sesuai dengan
tingkat pendidikannya.
3. Perlu adanya evaluasi kinerja Gasurkes dan memberikan reward
kepada Gasurkes yang berprestasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2008.
2. Depkes. Jadilah kartini Indonesia yang Tidak Mati Muda Pencanangan
Kampanye Peduli Kesehatan Ibu. Jakarta. 2014. www.depkes.go.id
Diakses pada 10 Desember 2016.
3. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2015. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
2015
4. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2015. Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2015
5. Gibson JL, Ivancevich JM, Donnelly JH.Organisasi Perilaku Struktur dan
Proses. Jakarta: Binapura Aksara Publisher. 2008
6. Arikunto S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta. 2010
7. Notoatmojo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
2010
8. Lindanur Sipatu. Pengaruh Motivasi, Lingkungan Kerja Dan Stres Kerja
Terhadap Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RSUD Undata Palu.
Palu : e-Jurnal Katalogis, 2013. Volume I Nomor 1:147-158
9. Winda J Kojongian, Bode Lumanauw2, Jacky Sumarauw. Pengaruh
Motivasi, Pengembangan Karir, Dan Kompensasi Terhadap Kinerja
Karyawan Pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sulutenggo). Manado: Jurnal
EMBA, 2016. Vol.4 No.4: 223-234
10. Arief Chaidir Abdillah, Farid Wajdi. Pengaruh Kepemimpinan, Stres Kerja,
Disiplin Kerja, Dan Kompensasi Dengan Kinerja Pegawai. Surakarta:
Daya Saing, 2014. Vol 12, No.1:1-11
11. Fathoni A. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
2006
12. Paulus Saweduling. Motivasi Kerja, Kompensasi, Pelatihan Dan
Pengembangan, Karakteristik Pekerjaan Terhadap Prestasi Kerja Guru
9
SMP di Kabupaten Kepulauan Talaud. Manado: Jurnal Emba, 2013.
Vol.1 No.4:582-595
13. Widyatmini, Luqman Hakim.Hubungan Kepemimpinan, Kompensasi dan
Kompetensi Terhadap Kinerja pegawai Dinas Kesehatan Kota Depok.
Depok: Jurnal Ekonomi Bisnis, 2008. Vol.13. No. 2
14. Fathoni A. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
2006
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Yulia Putrika Dewi
Tempat, tanggal lahir
: Semarang, 17 Juli 1990
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Karonsih Selatan VII No. 905 RT 04 RW 06
Ngaliyan Semarang
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri 03 Ngaliyan Semarang
Tahun 1996-2002
2. SMP Negeri 18 Semarang
Tahun 2002-2005
3. SMA Negeri 05 Semarang
Tahun 2005-2008
4. Kebidanan POLTEKKES KEMENKES Semarang Tahun 2008-2011
5. Diterima di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian
Nuswantoro Semarang tahun 2014
10
HALAMAN PENGESAHAN
ARTIKEL ILMIAH
HUBUNGAN STRESS KERJA DAN KOMPENSASI DENGAN KINERJA
PETUGAS SURVEILANS KESEHATAN (GASURKES) IBU DAN ANAK
DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DI KOTA
SEMARANG TAHUN 2016
Disusun Oleh:
Yulia Putrika Dewi
D11.2014.01923
Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan di sistem Informasi Tugas
Akhir (SIADIN)
Pembimbing
(Eti Rimawati, S.KM, M.Kes)
11
Download