Tingkat kanker pada orang HIV-positif di era ART Oleh: Liz Highleyman, hivandhepatitis.com, 19 Juni 2007 Penelitian terdahulu memberi data yang bertentangan mengenai tingkat kejadian kanker pada orang HIVpositif sejak ART ditemukan. Sementara terapi yang efektif telah mengurangi beberapa kejadian kanker oportunistik, mungkin kanker jenis lain lebih umum karena sekarang orang dengan HIV hidup lebih lama. Peinjauan tentang kanker pada Odha Dalam jurnal Oncology Reports edisi Mei 2007, G. Barbaro dan G. Barbarini dari Universitas La Sapienza di Roma, Italia menyampaikan penelitian tentang kanker di era ART. Para penulis mencatat bahwa sebagian besar kanker yang berdampak pada orang HIV-positif adalah kanker terdefinisi AIDS termasuk sarkoma Kaposi (KS), limfoma non-Hodgkin (NHL), dan kanker mulut rahim (invasive cervical cancer/ICC). Tetapi, mereka menambahkan, kanker jenis lain – misalnya penyakit Hodgkin, kanker dubur, kanker paru, dan tumor buah zakar – tampak lebih umum di antara orang HIV-positif dibandingkan dengan masyarakat umum. Walau tidak digolongkan sebagai kanker terdefinisi AIDS, kanker ini sudah dianggap sebagai kanker terkait dengan AIDS. Beberapa ahli berpendapat kanker dubur invasif, sama seperti ICC, harus dianggap sebagai kanker terdefinisi AIDS. Mekanisme penekanan kekebalan meningkatkan risiko terhadap kanker belum jelas, penulis menulis, kecuali untuk KS dan kebanyakan subtipe NHL, yang terkait erat dengan jumlah CD4 yang rendah. Walaupun masih belum jelas apakah HIV berperan langsung sebagai unsur onkogenik (penyebab kanker), virus ini mungkin berperan terhadap perkembangan kanker melalui berbagai mekanisme, termasuk kerusakan surveilans kekebalan dan/atau ketidakseimbangan antara proliferasi dan pembedaan sel. Sementara penurunan kejadian KS secara bermakna sudah diamati setelah memakai terapi antiretroviral (ART) dipakai secara luas, mereka melanjutkan, ART tidak mempunyai dampak yang bermakna terhadap kejadian NHL (terutama NHL sistemik), penyakit Hodgkin, ICC, kanker dubur, atau kanker lain yang tidak terdefinisi AIDS. Barbaro dan Barbarini menyimpulkan bahwa terlepas apakah kanker ini secara langsung terkait dengan kerusakan kekebalan akibat HIV, “mengobati kanker pada pasien terinfeksi HIV tetap menjadi tantangan karena interaksi obat, efek samping yang tumpang tindih, dan kemungkinan adanya dampak kemoterapi pada jumlah CD4 dan viral load HIV.” “Pengetahuan yang lebih baik tentang mekanisme penyerangan dan manipulasi kekebalan oleh virus akan menyediakan dasar untuk penanganan dan pengobatan yang lebih baik terhadap kanker yang terkait dengan infeksi virus yang kronis,” mereka menambahkan. Tingkat kanker di California, AS Para peneliti California mengkaji hasil penelitian angka kanker pada orang HIV-positif dalam American Journal of Epidemiology edisi 15 Mei 2007. Para peneliti menganalisis data orang dewasa yang tercatat dalam catatan surveilans AIDS di San Francisco dan pasien kanker di California yang dicocokan berdasarkan usia, jenis kelamin dan ras. Rasio kejadian yang dibakukan (standardized incidence ratio/SIR) yang disesuaikan dihitung, dan model proporsional hazard mengukur dampak penggunaan ART terhadap kejadian kanker dan masa ketahanan hidup. Hasil • Di antara 14.210 orang dewasa dengan AIDS yang didiagnosis antara 1990-2000, ada 482 kanker nonAIDS yang terdiagnosis. Dokumen ini didownload dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/ Tingkat kanker pada orang HIV-positif di era ART • Secara keseluruhan, risiko pengembangan kanker tidak terkait AIDS agak lebih tinggi di antara semua orang HIV-positif pada era ART (peningkatan risiko 43%), tetapi sedikit lebih rendah untuk mereka yang memakai ART (penurunan risiko 21%). • Dibandingkan dengan angka kanker pada masyarakat umum, angka kejadian yang lebih tinggi secara bermakna diamati terhadap: - kanker dubur (SIR 13,4); - limfoma Hodgkin (SIR 11,5); - kanker hati (SIR 3,6); - kanker mulut dan tenggorokkan (SIR 2,6); - kanker saluran pernapasan (SIR 2,6); - leukemia (SIR 2,4); - kanker kulit (SIR 2,4); - kanker prostat (SIR 1,7). • risiko kanker hati lebih rendah bila memakai ART (relatif hazard [RH] 0,32). • risiko kanker dubur meningkat setelah 1995 (RH 2,9). • kanker saluran pernapasan (RH 0.40) dan limfoma Hodgkin (RH 0,17) menunjukkan peningkatan pada waktu ketahanan hidup setelah kanker pada pemakai ART. • ketahanan hidup dengan kanker dubur mungkin sedikit menurun (RH 1,4). Kesimpulan Sebagai kesimpulannya, para penulis menulis, “Dampak ART terhadap tingkat kejadian kanker tidak terdefinisi AIDS dan ketahanan hidup tidak seragam, dan mekanisme yang bertanggung jawab terhadap perbedaan ini perlu diteliti lebih lanjut.” “Kami menemukan bahwa penggunaan ART tampak tidak mengurangi risiko kanker non-AIDS secara bermakna,” pemimpin penulis Nancy Hessol mengatakan pada Reuters Health. “Etiologi yang mendasari setiap jenis kanker berperan terhadap perbedaan yang diamati ini, bersamaan dengan perubahan dalam pengobatan HIV dan kanker.” Hessol menyarankan skrining dan pencegahan kanker secara lebih baik pada orang dengan HIV. Contohnya, dia mengatakan, “dengan tingginya tingkat kanker dubur pada Odha laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki, tes Pap dubur perlu digiatkan untuk deteksi dini dan pengobatan lesi pra-kanker dan lesi kanker.” Ringkasan: Cancer Rates in HIV Positive People in the HAART Era http://www.hivandhepatitis.com/recent/2007/061907_e.html Sumber: G Barbaro and G Barbini. HIV infection and cancer in the era of highly active antiretroviral therapy (Review). Oncology Reports 17(5): 1121-1126. May 2007. NA Hessol, S Pipkin, S Schwarcz, and others. The Impact of Highly Active Antiretroviral Therapy on Non-AIDS-Defining AIDS Cancers among Adults with AIDS. American Journal of Epidemiology 165(10): 1143-1153. May 15, 2007. –2–