Menkes Fokus Tangani HIV/AIDS dan Dampak Rokok Kementerian Kesehatan dalam tahun ini akan fokus pada penanganan penyakit mematikan HIV/AIDS dan penyakit-penyakit lain terkait rokok karena capaian dalam hal tersebut tahun lalu masih jauh dari harapan. Penanganan kesehatan di tanah air penting untuk dapat mencapai sasaran pembangunan milenium atau Millenium Development Goals (MDGs) yang mayoritas targetnya di bidang kesehatan. “Unsur kesehatan adalah unsur dominan dalam MDGs karena lima dari delapan agenda MDGs berkaitan langsung dengan kesehatan,” kata Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih dalam siaran persnya di Jakarta, Selasa. Lima agenda MDGs adalah Agenda ke-1 (Memberantas kemiskinan dan kelaparan), Agenda ke4 (Menurunkan angka kematian anak), Agenda ke-5 (Meningkatkan kesehatan ibu), Agenda ke-6 (Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan penyakit lainnya), serta Agenda ke-7 (Melestarikan lingkungan hidup). Sementara itu, jumlah penderita HIV/AIDS terus meningkat setiap tahunnya dengan proporsi kumulatif kasus AIDS tertinggi pada kelompok usia produktif (usia 20-29 tahun) sebanyak 49,07 persen. Sedangkan prevalensi perokok secara nasional berdasarkan hasil Riskesdas Tahun 2010 sebesar 34,7 persen. “Ini berarti lebih dari sepertiga penduduk berisiko mengalami gangguan kesehatan seperti kanker, penyakit jantung dan penyakit akibat gangguan pernapasan,” ujar Menkes. Prevalensi penduduk yang merokok pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar 32,2 persen dan pada penduduk laki-laki umur 15 tahun ke atas sebanyak 54,1 persen. Prevalensi tertinggi pertama kali merokok pada umur 15-19 tahun (43,3 persen) dan sebesar 1,7 persen penduduk bahkan mulai merokok pertama kali pada umur 5-9 tahun. Menkes menghimbau para Gubernur untuk segera mengeluarkan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di wilayah kerja masing-masing untuk bisa mengurangi jumlah perokok. Dalam rangka pencapaian MDGs, pada tahun 2011 Kemenkes meluncurkan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang diberikan kepada seluruh Puskesmas di Indonesia yang jumlahnya berkisar antara Rp75 juta sampai Rp250 juta pertahun. Mulai tahun 2011 ini juga mulai dilaksanakan Program Jaminan Persalinan (Jampersal) untuk memberikan jaminan persalinan bagi masyarakat yang belum mendapat jaminan kesehatan untuk persalinan dan mencakup pemeriksaan kehamilan, pelayanan persalinan, pelayanan nifas, pelayanan Keluarga Berencana, pelayanan neonatus dan promosi ASI. Mengenai penanganan HIV/AIDS, salah satu fokus program pengendalian HIV/AIDS 2010 dan 2011 adalah peningkatan jumlah orang yang berumur 15 tahun atau lebih yang menerima konseling dan testing HIV pada tahun 2010 sebanyak 300.000 orang dan tahun 2011 menjadi 400.000 orang. PEningkatan juga diharapkan terjadi pada persentase orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang mendapatkan obat anti retroviral (ARV) dari 70 persen pada 2010 menjadi 75 persen pada 2011serta peningkatan presentase kabupaten/kota yang melaksanakan pencegahan penularan HIV sesuai pedoman dari 50 persen tahun 2010 menjadi 60 persen pada 2011. Dalam rangka pencegahan penularan AIDS juga ditargetkan meningkatnya penggunaan kondom pada kelompok risiko tinggi di tahun 2011 yakni sebanyak 35 persen pada perempuan dan 20 persen pada laki-laki. “Berdasarkan hasil Riskesdas 2010, persentase penduduk umur diatas 15 tahun dengan pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS hanya sebesar 11,4 persen sehingga penting untuk meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi terhadap kelompok ini,” ujar Menkes.(Surya Online)