hubungan tingkat pendidikan ibu dengan status kelengkapan

advertisement
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS
KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BALITA UMUR 1 – 5
TAHUN DI DESA GATAK SUKOHARJO
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh :
Muhammad Wahyu Hariyanto
NIM. ST14 041
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
1
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BALITA
UMUR 1 – 5
TAHUN DI DESA GATAK SUKOHARJO
Oleh :
Muhammad Wahyu Hariyanto
NIM. ST14 041
Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 09 Februari 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan
Pembimbing Utama,
bc. Yeti Nurhayati., M.Kes.
NIK. 201378115
Pembimbing Pendamping,
Sunardi, SKM., M.Kes.
NIP. 19730128199503 1 001
Penguji,
Ns. Atiek Murharyati., M.Kep.
NIK. 200680021
Surakarta, 25 Februari 2016
Ketua Program Studi S-1 Keperawatan,
Ns. Atiek Murharyati., M.Kep.
NIK. 200680021
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
dengan Judul “Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Status Kelengkapan
Imunisasi Pada Balita Umur 1 – 5 Tahun di Desa Gatak Sukoharjo”.
Dalam penyusunan Skipsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat :
1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ns. Atiek Murhayati, M.kep, selaku Ketua Program Studi S-1
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. bc. Yeti Nurhayati, M.Kes, selaku pembimbing I yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan - masukan, inspirasi, perasaan
nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi demi sempurnanya skripsi
ini.
4. Sunardi, SKM, M.Kes, selaku pembimbing II yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan - masukan, inspirasi, perasaan
nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi demi sempurnanya skripsi ini
5. Kedua orang tua saya, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan
semangat baik moral, material dan spiritual untuk menyelesaikan
pendidikan.
6. Teman-teman mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes
Kusuma Husada Surakarta, khususnya kelompok 6 dan berbagai pihak
yang
tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberikan
dukungan moril, materiil dan spiritual.
7. Responden penelitian yang sudah bersedia membantu dan meluangkan
waktunya.
iv
Semoga skripsi ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan
kesehatan, Amin.
Surakarta, 09 Januari 2016
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................
iii
SURAT PERNYATAAN .........................................................................
iv
KATA PENGANTAR ..............................................................................
v
DAFTAR ISI ............................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
x
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ...............................................................
1
1.2
Rumusam Masalah .........................................................
3
1.3
Tujuan Penelitian ............................................................
3
1.4
Manfaat Penelitian ..........................................................
4
LANDASAN TEORI
2.1
Balita ..............................................................................
6
2.1
Ibu ..................................................................................
9
2.2
Imunisasi ........................................................................
12
2.3
Keaslian penelitian .........................................................
35
2.5
Kerangka Teori ...............................................................
37
2.6
Kerangka Konsep ...........................................................
38
2.7
Hipotesis Penelitian ........................................................
38
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................
39
3.2
Populasi dan Sampel........................................................
39
3.3
Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................
41
3.4
Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran .....
41
3.5
Alat Penelitian dan Prosedur Pengumpulan Data .............
43
3.6
Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ......................
45
vi
3.7
Etika Penelitian ...............................................................
49
BAB 1V HASIL PENELITIAN
4.1
Analisa Univariat .............................................................
51
4.2
Analisa Bivariat ...............................................................
54
BAB V PEMBAHASAN
5.1
Karakteristik Responden ..................................................
56
5.2
Tingkat Pendidikan Ibu Balita di Desa Gatak Sukoharjo ..
58
5.3
Tingkat Kelengkapan Imunisasi Balita di Desa Gatak
Sukoharjo ........................................................................
5.4
61
Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan
Kelengkapan Imunisasi ....................................................
62
BAB VI PENUTUP
6.1
Simpulan ........................................................................
65
6.2
Saran ...............................................................................
66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Judul Tabel
Halaman
2.1
Program Imunisasi
20
2.2
Keaslian Penelitian
35
3.1
Variabel Definisi dan Skala Penelitian
42
3.2
Tingkat Pendidikan
45
3.3
Interpretasi Hasil Uji Hipotesis
48
4.1
Distribusi Frekuensi Usia Responden
52
4.2
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden
52
4.3
Gambaran Tingkat Pendidikan Responden
53
4.4
Kelengkapan Imunisasi Pada Balita
54
4.5
Hasil Uji Lamdha
55
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
Judul Gambar
ix
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
Keterangan
Lampiran 1
F.01 Usulan topik penelitian
Lampiran 2
F.02 Pernyataan Pengajuan Judul Skripsi
Lampiran 3
F.04 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4
F.05 Lembar Oponent
Lampiran 5
F.06 Lembar Audience
Lampiran 6
F.07 Lembar Pengajuan Ijin Penelitian
Lampiran 7
Surat Ijin Pra Penelitian
Lampiran 8
Balasan Ijin Penelitian
Lampiran 9
Tabel Lamdha
Lampiran 10
Lembar Konsultasi
Lampiran 11
Dokumentasi
x
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2016
Muhammad Wahyu Hariyanto
Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Status Kelengkapan
Imunisasi Pada Balita Umur 1 – 5 Tahun
di Desa Gatak Sukoharjo
Abstrak
Imunisasi merupakan suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap
suatu penyakit dengan cara memasukan kuman atau produk kuman yang sudah
dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh dan diharapkan tubuh dapat
menghasilkan zat anti yang pada saatnya digunakan tubuh untuk melawan kuman
atau bibit penyakit yang menyerang tubuh. Penetitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan status kelengkapan imunisasi
pada balita umur 1 – 5 tahun di Puskesmas Gatak Sukoharjo.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross
sectional. Sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita umur 1 – 5 tahun
sebanyak 126 orang dan data yang diperoleh menggunakan lembar obsevasi.
Analisa yang digunakan menggunakan analisa univariat dan bivariat.
Hasil analisa univariat menunjukkan dari 126 responden terdapat 16
(12,7%) responden tidak memberikan imunisasi dasar lengkap, 110 (87,3%)
responden memberikan imunisasi dasar lengkap 69 (54,8%) memiliki tingkat
pendidikan dasar, 48 (38,1) memiliki tingkat pendidikan menengah, 9 (7,1%)
memiliki tingkat pendidikan tinggi. Hasil analisa bivariat dengan uji stastistik
lamdha, menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan ibu (P value = 0.000 (0.000<0.05) dengan kelengkapan imunisasi.
Diharapkan agar dapat meningkatkan tingkat pengetahuan ibu mengenai
kelengkapan imunisasi dengan cara meningkatkan penyuluhan di setiap Desa /
Posyandu.
Kata Kunci : Imunisasi, pendidikan, balita umur 5 tahun.
xi
BACHELOR OF NURSING PROGRAM
SCHOOL OF HEALTH SCIENCES OF KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
Muhammad Wahyu Hariyanto
The Relationship between Mothers’ Levels of Education and Immunization
Completion Status in Children Aged 1 to 5 in Gatak Village, Sukoharjo
Regency
Abstract
Immunization is an attempt to develop immune system against diseases by
entering germs or germ products which have been attenuated or killed into human
bodies and the body is expected to obtain antibody which can be used to fight
against germs or disease-causing pathogens. This study aims at investigating the
relationship between mothers’ levels of education and immunization completion
status in children aged 1 to 5 years in Public Health Center of Gatak, Sukoharjo.
This is a quantitative research with cross-sectional design. The samples
included a total of 126 mothers having children aged 1 to 5 years. The data were
obtained using observation sheets. Univariate and bivariate analyses were applied
in this research for analyzing the data.
The results of univariate analysis reveal that out of 126 respondents, 16
(12.7%) respondents do not fulfill complete basic immunization, 110 (87.3%)
respondents fulfill complete basic immunization, 69 (54.8%) respondents are
elementary school graduates, 48 (38.1%) respondents are middle school
graduates, and 9 (7.1%) respondents are university graduates. The results of
bivariate analysis with Lamda statistical test indicate that there is a significant
relationship between mothers’ levels of education (p-value = 0.000 (0.000<0.05) and
the completion of immunization.
It is expected that healthcare workers and caretakers make an effort to improve mothers’
knowledge on the completion of immunization by providing counseling in all villages and
Integrated Service Post (Posyandu).
Keywords: immunization, education, children under 5 years old.
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Anak merupakan masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan
kesehatan secara individu. Anak adalah individu yang masih bergantung
pada orang dewasa dan lingkungannya. Selama dalam proses tumbuh
kembang, anak memerlukan asupan gizi yang baik, kasih sayang,
penanaman nilai agama dan budaya serta upaya pencegahan penyakit.
Imunisasi merupakan suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap
suatu penyakit dengan cara memasukan kuman atau produk kuman yang
sudah dilemahkan atau dimatikan ke dalam tubuh dan diharapkan tubuh
dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya digunakan tubuh untuk
melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh (Rochmah
K.M, 2011). Selain itu tujuan dari pemberian imunisasi pada bayi dan
balita diharapkan dapat menjadikan anak kebal terhadap penyakit sehingga
dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi
kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Aziz
Alimul, 2011).
Menurut WHO Imunisasi telah terbukti sebagai salah satu upaya
kesehatan masyarakat yang sangat penting. Program imunisasi telah
menunjukkan keberhasilan yang sangat luar biasa dan merupakan usaha
yang sangat hemat biaya dalam mencegah penyakit menular. The
1
2
Expended Progaram oleh WHO, cakupan imunisasi dasar anak
dari 50% mendekati 80% diseluruh dunia. WHO telah mencanangkan
program ini (Global Programme For Vaccines and Immunication)
organisasi pemerintah di seluruh dunia bersama UNICEF, WHO dan
World Bank. Menurut perhitungan Kementrian PPN / Bapenas 2015
mempunyai target di 2019 yaitu meningkatkan persentase Kab / Kota
yang mencapai 80% imunisasi dasar lengkap pada bayi dari 71,2%
menjadi 95%, target tersebut untuk menjawab ketimpangan imunisasi
dasar antara daerah yang terendah yaitu papua 29,2% dan tertinggi di
jogjakarta 83,2% dan sedangkan di Jawa Tengah sendiri yaitu 76,9%.
menjelaskan cakupan
imunisasi BCG,
Hepatitis,
DPT/Hb3
dan
Campak pada anak umur 12-59 bulan lebih tinggi di perkotaan
dibandingkan perdesaan. Untuk imunisasi Polio 3, DPT/Hb 3 dan
campak, perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Cakupan
imunisasi tertinggi (BCG
98,3%) pada Kepala Keluarga dengan
pendidikan tamat PT, pekerjaan lainnya dan pada tingkat pengeluaran per
kapiita 5. Cakupan imunisasi terendah pada KK dengan pendidikan tamat
SMP, pekerjaan lainnya dan tingkat pengeluaran per kapita (Depkes,
2007).
Persentase cakupan imunisasi lengkap di Provinsi Jawa Tengah
sebesar 59,1%. Persentase cakupan imunisasi lengkap anak balita
tertinggi di kabupaten Wonogiri (86,8%) dan terendah di kabupaten
Brebes dan Purworejo masing-masing (40,6%) (DinKes, 2007).
3
Sukoharjo menduduki peringkat pertama dengan presentasi pelaksanaan
imunisasi tertinggi yaitu mencapai 70,1% (Dinkes Provinsi Jawa Tengah
2014). Presentase pelaksanaan imunisasi di Kecamatan Gatak telah
mencapai 80% (Dinkes Kabupaten Sukoharjo 2014). Presentase yang 80%
peneliti ingin mengetahui apakah tingkat pendidikan mempengaruhi
prosentase tersebut. Berdasarkan fenomena diatas maka penulis tertarik
untuk meneliti mengenai hubungan pendidikan ibu dengan status
kelengkapan imunisasi pada balita umur 1 – 5 tahun di Desa Gatak
Sukoharjo.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan cakupan imunisasi lengkap, Sukoharjo menduduki
peringkat pertama dengan presentasi pelaksanaan imunisasi tertinggi yaitu
mencapai 70,1% (Dinkes Provinsi Jawa Tengah 2014). Presentase
pelaksanaan imunisasi di Kecamatan Gatak telah mencapai 80% (Dinkes
Kabupaten Sukoharjo 2014).
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut yaitu “Adakah Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Status
Kelengkapan Imunisasi Pada Balita Umur 1 – 5 Tahun di Desa Gatak
Sukoharjo?”
4
1.3
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu dengan status
kelengkapan imunisasi pada balita di Desa Gatak Sukoharjo.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik responden.
b. Mengetahui tingkat pendidikan ibu di Desa Gatak Sukoharjo.
c. Mengetahui status kelengkapan imunisasi pada balita di Desa
Gatak Sukoharjo.
d. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kelengkapan
imunisasi pada balita di Desa Gatak Sukoharjo.
1.4
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1.
Bagi instansi puskesmas dan profesi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
Puskesmas Gatak Sukoharjo dalam membuat kebijakan selanjutnya
untuk meningkatkan presentase kelengkapan imunisasi dasar
dengan mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu dengan status
kelengkapan imunisasi pada balita umur 1 – 5 tahun di Desa Gatak
Sukoharjo. Sehingga menjadi acuan buat Puskesmas melalui
intervensi lebih lanjut.
5
2.
Bagi instansi pendidikan
Menjadi wacana dan bahan masukan dalam proses belajar
mengajar terhadap kelengkapan imunisasi berdasarkan tingkat
pendidikan ibu.
3.
Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
keilmuan serta dapat digunakan sebagai landasan untuk peneliti
yang akan datang mengenai aspek lain yang dapat dikembangkan
dalam penelitian imunisasi dasar lengkap.
4.
Bagi peneliti
Sebagai aplikasi metode penelitian berhubungan dengan
tingkat pendidikan ibu terhadap imunisasi pada balita.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Balita
2.1.1 Pengertian Balita
Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun
atau lebih populer dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun
(depkes 2015).
2.1.2 Tumbuh Kembang Balita
Cara mengukur pertumbuhan balita
a. Mengukur BB
b. Mengukur panjang bayi
a) Cara mengukur dengan posisi berbaring:
b) Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.
c) Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.
d) Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0.
e) Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap
menempel pada pembatas angka 0 (pembatas kepala).
f) Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan
kanan menekan batas kaki ke telapak kaki.
g) Petugas 2 membaca angka di tepi di luar pengukur.
6
7
2.1.3 Perkembangan
Bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek dalam
kemampuan :
a. Gerakan kasar / motorik kasar
Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak
melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot – otot
besar seperti duduk, berdiri dan sebagainya.
b. Gerakan halus atau motorik halus
Adalah kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan
dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi
yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan
sebagainya.
c. Kemampuan bicara dan bahasa
adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk
memberikan respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi,
mengikuti perintah dan sebagainya.
d. Sosialisasi dan kemandirian
adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak
(makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain), berpisah
dengan dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya, dan
sebagainya.
8
2.1.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang
balita
a. Faktor dalam
a) Ras etnik / suku bangsa
b) Keluarga / genetik / keturunan
c) Umur
d) Jenis Kelamin
b. Faktor luar
a) Gizi (pada saat dalam kandungan) dan gizi pada masa
pertumbuhan
b) Racun / zat kimia dan radiasi
c) Kekurangan hormon tertentu
Beberapa
hormon
yang
bisa
mengganggu
pertumbuhan
misalnya kekurangan hormon insulin yang menyebabkan ibu
pada saat hamil menderita diabetes, dan pada saat pertumbuhan
kekurangan
hormon tiroid pada
kelenjar gondok
menyebabkan pertumbuhan anak menjadi pendek.
d) Penyakit infeksi
e) Sosial ekonomi
f) Lingkungan pengasuhan
g) Stimulus atau rangsangan
(Kemenkes RI, 2010)
yang
9
2.2 Ibu
2.2.1 Pengertian Ibu
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut bahwa Ibu adalah seorang
perempuan yang telah mengandung selama sembilan bulan dan telah
melahirkan seorang anak serta merawat dengan penuh kasih sayang.
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas (Wikipedia,
2007: 1), Ibu adalah orang tua perempuan dari seorang anak, baik lakilaki maupun perempuan, baik melalui hubungan biologis maupun
sosial. Ibu memiliki peranan yang sangat penting dalam membesarkan
anak, mendidik dan panggilan ibu dapat diberikan untuk perempuan
yang bukan orang tua kandung (biologis) dari seseorang yang mengisi
peranan ini, contoh ibu angkat atau ibu asuh.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan ibu adalah orang tua
dan tempat pertama dimana anak mendapatkan pendidikan. Apabila
ibu memamahami dan ingin melaksanakan tugas serta tanggung jawab
dalam mendidik dan menjaga anak dengan baik, maka lahir generasi
yang baik, generasi yang unggul dan tumbuh menjadi seorang yang
berbudi luhur, bertanggung jawab, dan berbakti kapada orang tua.
Ibu orang tua yang paling memiliki ikatan batin yang erat dengan
anak, karena sejak dalam kandungan hingga menjadi seorang anak
yang dewasa ibu yang merawat dan membesarkan anak, ibu yang
sering bertemu dengan anak, perilaku anak dapat ditentukan oleh
sikap dan pola asuh ibu dalam lingkungan keluarga.
10
2.2.2 7 peran seorang ibu untuk keluarga adalah :
1. Ibu sebagai manager
Sebagai seorang manager, seorang ibu rumah tangga mampu
mengintegrasikan berbagai macam karakter, berbagai macam
keadaan/kondisi anggota keluarganya ke dalam satu tujuan rumah
tangga.
2. Ibu sebagai teacher
Sebagai seorang teacher (guru), seorang ibu mampu mendidik
putra-putrinya,
mengerjakan
sesuatu
yang
baru,
melatih,
membimbing mengarahkan serta memberikan penilaian baik berupa
reward maupun punisment serta yang mendidik. Menurut (Baqir
Sharif al – Qarashi, 2003) bahwa ibu merupakan sekolah yang paling
utama dalam pembentukan kepribadian anak, serta sarana untuk
memenuhi mereka dangan berbagai sifat mulia.
3. Ibu sebagai chef/cook
Sebagai seorang chef tentunya seorang ibu harus pandai memutar
otak untuk berkreasi menghasilkan menu-menu yang dapat diterima
semua anggota keluarga, baik menu sarapan, makan siang, maupun
makan malam.
4. Ibu sebagai nurse
Sebagai seorang nurse (perawat) seorang ibu bagaimana dengan
telatennya merawat putra-putrinya, dari mulai mengganti popok
ketika bayi, memandikan, menyuapi makan, sampai segala sesuatu
11
yang dibutuhkan oleh putra-putrinya sekecil apapun beliau
perhatikan, dan tidak bosan-bosannya mencurahkan kasih sayang
dan perhatiannya yang begitu tulus.
5. Ibu sebagai accountant
Sebagai seorang akuntan, seorang ibu mampu mengelola APBK
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Keluarga) dengan sebaikbaiknya, bagaimana mengatur pengeluaran belanja bulanan dari
mulai membayar listrik, telepon, PAM, kebutuhan anak sekolah, dan
kebutuhan-kebutuhan lainnya yang tak terduga. Dan bahkan
bagaimana
seorang
ibu
rumah
tangga
mampu
membantu
perekonomian keluarganya dengan tidak melupakan kodratnya
sebagai ibu.
6. Ibu sebagai design interior
Ibu sebagai seorang design interior seorang ibu harus mampu
menciptakan / menata berbagai furnitur yang ada di rumahnya untuk
menciptakan suasana baru, tidak membosankan anggota keluarganya
7. Ibu sebagai doctor
Ibu sebagai seorang doctor bagaimana seorang ibu harus mampu
mengupayakan kesembuhan dan menjaga putra-putrinya dari
berbagai hal yang mengancam kesehatan. Berbagai cara dilakukan
untuk menjaga anggota keluarganya tetap dalam keadaan sehat
(Diaf, 2013).
12
2.3 Imunisasi
Imunisasi sebagai upaya pencegahan yang utama dalam mencapai
kesejahteraan
anak,
senantiasa
berubah
sesuai
dengan
perubahan
epidemiologi dan pengadaan vaksin yang semakin lengkap. Untuk itu
diperlukan pedoman pelaksanaan imunisasi di Indonesia agar dicapai
keseragaman dalam rangka Universal Children Immunization (UCI).
Beberapa tahun ini Program Imunisasi Nasional di Indonesia telah berhasil
memenuhi kebutuhan anak – anak kita, yaitu pemberian vaksin kombinasi
DPT / Hepatitis B, Hib, Td untuk anak sekolah, dan pemberian vaksin
campak kedua. Puncaknya, WHO-SEARO (regional Asia Tenggara) pada
tanggal 27 Maret 2014 telah mendeklarasikan eradikasi polio di Asia
Tenggara, termasuk Indonesia (Ranuh, 2014). Imunisasi merupakan suatu
teknologi yang sangat berhasil dan merupakan sumbangan ilmu pengetahuan
yang terbaik yang diberikan oleh para ilmuan di dunia ini. Satu upaya
kesehatan yang paling efektif dan efisien dibandingkan dengan upaya
kesehatan lainnya, setiap tahun lahir 130 juta anak di dunia, 91 juta
diantaranya lahir di negara yang sedang berkembang. Pada tahun 1974
cakupan vaksinasi baru mencapai 50%, sehingga dilaksanakan imunisasi
global yang disebut extendend program immunization dan saat ini cakupan
meningkat hampir setiap tahun, minimal tiga juta anak terhindar dari
kematian dan sekitar 750000 terhindar dari cacat, namun demikian satu dari
empat orang anak masih belum mendapatkan vaksinasi dan dua juta
meninggal setiap tahunnya karena penyakit yang dapat dicegah dengan
13
imunisasi (Ranuh, 2005). Sejarah sendiri imunisasi telah dimulai lebih dari
200 tahun yang lalu, sejak Edward Yenner tahun 1798 pertama kali
menunjukkan bahwa dengan cara vaksinasi dapat mencegah penyakit Cacar.
Sejarah imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1956. Saat itu digelar
imunisasi Cacar sekitar 17 tahun berselang, pemerintah mulai melakukan
imunisasi BCG untuk Tuberkulosis, disusul imunisasi TT pada ibu hamil
setahun kemudian. Pada tahun 1976, diadakan imunisasi DPT (Difteri,
Pertusis, Tetanus) pada bayi. Pada tahun 1977, WHO mulai menetapkan
program imunisasi sebagai upaya global dengan Expanded Program on
Immunization. Sejak tahun 1981, mulai dilakukan imunisasi Polio, Campak,
dan Hepatitis (Ranuh, 2008).
2.3.1 Pengertian Imunisasi
Pengertian imunisasi itu sendiri adalah suatu pemindahan atau
transfer secara pasif atau imunisasi adalah suatu cara untuk
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen,
sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi
penyakit (Marimbi, 2010). Sedangkan menurut Tawi (2008), Imunisasi
adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara
memasukkan vaksin ke dalam tubuh manusia. mendapatkan kekebalan
terhadap suatu penyakit dengan cara memasukan kuman atau produk
kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh dan
diharapkan tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya
14
digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang
menyerang tubuh (Rochmah K.M, 2011).
2.3.2 Imunisasi sebagai upaya pencegahan
1. Pencegahan primer
Upaya
menghindari
pencegahan
terjadinya
primer
sakit
adalah
atau
semua
upaya
untuk
kejadian
yang
dapat
mengakibatkan seseorang sakit atau menderita cedera dan cacat.
Memperhatikan gizi dengan sanitasi lingkungan yang baik,
pengamanan terhadap segala macam cedara dan keracunan serta
vaksinasi atau imunisasi terhadap penyakit.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah deteksi dini, bila diketahui adanya
penyimpangan kesehatan seorang bayi atau anak maka intervesi atau
pengobatan perlu segera diberikan untuk koreksi secepatnya.
Memberi pengobatan yang sesuai diagnosis yang tepat adalah suatu
upaya pencegahan sekunder agar tidak terjadi komplikasi yang tidak
diinginkan, yaitu meninggal atau meninggalkan gejala sisa, cacat
maupun cacat lainnya.
3. Pencegahan tersier
Sedangkan pencegahan tersier adalah membetasi berlanjutnya
gejala sisa tersebut dengan upaya pemulihan seorang anak agar dapat
hidup mandiri tanpa bantuan orang lain. Contoh pada terapi
15
rehabilitasi medik pada seorang anak dengan kelumpuhan maupun
cacat lainnya (Ranuh, 2014).
2.3.3 Jenis Imunisasi
Ada dua jenis imunisasi, yaitu:
a) Imunisasi aktif, tubuh sendiri secara aktif akan menghasilkan zat
anti setelah adanya rangsangan vaksin dari luar tubuh.
b) Imunisasi pasif, kadar zat anti yang meningkat dalam tubuh
bukan sebagai hasil produksi tubuh sendiri, tetapi secara pasif
diperoleh karena suntikan atau pemberian dari luar tubuh (Wahab,
2004).
2.3.4 Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada
sekelompok mayarakat (populasi). Untuk memberikan kekebalan
kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak
yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit (Marimbi, 2010).
2.3.5 Manfaat Imunisasi
1. Untuk Anak : mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit,
dan kemungkinan cacat atau kematian.
2. Untuk Keluarga : menghilangkan kecemasan dan psikologi
pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga
apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak
– kanak yang nyaman.
16
3. Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa
yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan bangsa
(Marimbi, 2010).
Sedangkan menurut Yusrianto (2010), imunisasi bertujuan agar
zat kekebalan tubuh balita terbentuk sehingga resiko untuk
mengalami penyakit yang bersangkutan lebih kecil. Tujuan diberikan
imunisasi adalah diharapkan untuk menjadi kebal terhadap penyakit
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas dan
mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu (Hidayat, 2008).
2.3.6 Macam – macam Imunisasi
Macam – macam Imunisasi itu ada dua macam, diantaranya adalah :
1. Imunisasi aktif :
Merupakan
imunisasi
yang
dilakukan
dengan
cara
menyuntikan antigen kedalam tubuh sehingga tubuh anak sendiri
yang akan membuat zat antibodi yang akan bertahan bertahun –
tahun lamanya. Imunisasi ini akan lebih bertahan lama dari pada
imunisasi pasif (Riyadi & Sukarmin, 2009).
Menurut Marimbi (2010), imunisasi aktif adalah pemberian
kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan
dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi
sendiri. Contohnya imunisasi campak atau polio.
Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen
yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan
17
sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan
menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya sel
memori, sehingga apabila benar – benar terjadi infeksi maka
tubuh secara cepat dapat merespon (Hidayat, 2008). Dalam
imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap
vaksin antara lain :
a) Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi
sebagai zat antara mikroba guna terjadinya semacam infeksi
buatan dapat berupa poli sakarida, toksoid atau virus
dilemahkan atau bakteri dimatikan.
b) Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur
jaringan.
c) Preservative, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk
menghindari tumbuhnya mikroba dan sekaligus agar vaksin
dalam keadaan lemah atau stabilisasi antigen.
d) Adjuvant yang terdiri dari gram alumunium yang berfungsi
untuk meningkatkan imunisasi antigen (Proverawati, 2010).
2. Imunisasi pasif :
Pada imunisasi pasif tubuh tidak membuat sendiri zat anti
akan tetapi tubuh mendapatkannya dari luar dengan cara
penyuntikan bahan atau serum yang telah mengandung zat anti.
18
Atau anak tersebut mendapatkannya dari ibu saat dalam
kandungan (Riyadi & Sukarminm, 2009).
Menurut Ranuh (2014), imunisasi pasif adalah pemberian
antibodi kepada resipien, dimaksudkan untuk memberikan
imunitas secara langsung tanpa harus memproduksi sendiri zat
aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya. Anti bodi yang diberikan
ditujukan untuk upaya pencegahan atau pengobatan terhadap
infeksi, baik untuk infeksi bakteri maupun virus.
Sedangkan menurut Marimbi (2010), imunisasi pasif adalah
penyuntikan sejumlah antibodi sehingga kadar antibodi dalam
tubuh meningkat. Contohnya dalam penyuntikan ATS (Anti
Tetanus Serum) pada orang yang mengalami kecelakaan. Contoh
lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi
tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui
darah plasenta selama masa kehamilan, misalnya antibodi
terhadap campak.
Menurut
Hidayat
(2008),
imunisasi
pasif
merupakan
pemberian zat (imunoglobin) yaitu suatu zat yang dihasilkan
melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma
manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba
yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Jenis
19
imunisasi pasif tergantung cara pemberian dan jenis antibodi yang
diinginkan,yaitu :
a) Imunolobulin
b) Imunolobulin
yang
yang
diberikan
diberikan
secara
intramuskuler.
secara
intravena.
c) Imunolobulin spesifik (hyperimmune)
d) Plasma manusia.
e) Antiserum (anti bodi dari binatang).
2.3.7 Imunisasi dasar
Imunisasi adalah sarana untuk mencegah penyakit berbahaya,
yang dapat menimbulkan kematian pada bayi. Imunisasi bisa
melindungi anak – anak dari penyakit melalui vaksinasi yang bisa
berupa suntikan atau melalui mulut. Keberhasilan pemberian
imunisasi pada anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, antaranya
terdapat tingginya kadar antibodi pada saat dilakukan imunisasi,
potensi antigen yang disuntikan, waktu antara pemberian imunisasi,
dan status nutrisi terutama kecukupan protein karena protein
diperlukan untuk menyintesis antibodi (Hidayat, 2009).
20
2.3.8 Program Imunisasi Tahun 2010.
Tabel 2.1 Program Imunisasi
Jenis
Imunisasi
Umur pemberian Imunisasi
Bulan
Tahun
Lah 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 2 3 5 6 10 12
ir
BCG
0
Polio
0
Hepatitis
B
1
DPT
1
2
3
4
5
3
4
5
3
1
Campak
2
2
1
6
2
Sumber : (Proverawati, 2010).
Berikut beberapa imunisasi dasar yang diwajibkan pemerintah :
1. BCG
Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya
penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun
sudah dilakukan imunisasi BCG. TBC yang berat contohnya adalah
TBC pada selaput otak, TBC milier pada seluruh lapangan paru, atau
TBC tulang. Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung
kuman TBC yang telah dilemahkan. Menurut Hidayat (2008),
Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk
21
mencegah terjadinya penyakit TBC primer atau yang ringan dapat
terjadi walau sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi
BCG untuk TBC yang berat seperti TBC pada selaput otak, TBC
Milier (pada seluruh lapang paru) atau TBC tulang.
Efek samping pemberian imunisasi BCG adalah terjadinya ulkus
pada daerah suntikan, limfadenitis regionalis, dan reaksi panas
(Hidayat, 2009). Efeksamping lainnya adalah terjadinya ulkus lokal
yang superfisial pada 3 minggu setelah penyuntikan. Ulkus tertutup
krusta, akan sembuh dalam 2 – 3 bulan, dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4 – 8 mm. Frekuensi pemberian imunisasi BCG
adalah 1 dosis sejak lahir sebelum umur kurang dari 3 bulan atau pada
anak dengan uji Mantoux (tuberkulin) negatif (Ranuh, 2014).
2. Hepatitis B
Vaksin hepatitis B diberikan untuk melindungi bayi dengan
memberikan kekebalan terhadap penyakit hepetitits B. Yaitu penyakit
infeksi lever yang dapat menyebabkan sirosis hati, kanker, dan
kematian (Surirah, 2009).
Sedangkan
menurut Ranuh
(2014),
sebenarnya
imunisasi
hepatitits B sangat fleksibel sehingga tersedia beberapa pilihan untuk
menyatukannya kedalam program imunisasi terpadu. Imunisasi
diberikan 3 kali, imunisasi pertama diberikan segera setelah lahir.
Jadwal imunisasi yang paling di anjurkan adalah 0,1,6 bulan karena
respons antibodi paling optimal.
22
Efek samping pemberian imunisasi hepatitis B yang terjadi pada
umumnya berupa reaksi lokal yang ringan dan bersifat sementara.
Kadang – kadang dapat menimbulkan demam ringan untuk 1-2 hari
(Ranuh, 2014).
3. Polio
Imunisasi polio yaitu proses pembentukan kekebalan tubuh
terhadap penyakit polio dengan mempergunakan vaksin polio oral
(OPV) maupun bisa juga dengan suntikan (IPV) (Ranuh, 2014).
Imunisasi
polio
diberikan
untuk
mencegah
penyakit
poliomylitis. Polio adalah penyakit yang dapat menyebabkan
kelumpuhan pada anak (Hidayat, 2008).
4. DPT
Difteri adalah suatu penyakit akut yang bersifat toxin-mediated
disease dan disebabkan oleh kuman corynebacterium diphatare.
Pertusis atau batuk rejan adalah suatu penyakit akut yang disebabkan
oleh bakteri Bordetella pertusis. Sedangkan Tetanus itu sendiri adalah
penyakit akut, bersifat fatal, gejala klinis disebabkan oleh eksotoksin
yang di produksi bakteri Clostridium tetani (Ranuh, 2014).
Pemberian imunisasi DPT untuk melindungi tubuh terhadap
penyakit difteri, pertusis, dan tetanus yang berakibat fatal pada bayi
dan anak. Adapun efek samping vaksin DPT ini adalah reaksi lokal
adalah kemerahan, bengkak, dan nyeri pada lokasi injeksi. Demam
ringan, anak gelisah, menangis, yang biasanya dapat diatasi dengan
23
obat penurun panas. Bila setelah imunisasi DPT terjadi demam 400 C,
demam lebih dari tiga hari, atau reaksi kejang, segera beritahukan
dokter anda (Ranuh, 2014).
Menurut Hidayat (2009), imunisasi DPT merupakan imunisasi
untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis, dan tetanus.
Pemberian DPT dapat berefek samping ringan atau berat. Efek ringan
misalnya terjadi pembengkakannyeri pada tempat penyuntikan, dan
demam. Efek samping berat misalnya terjadi menangis berat,
kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang,
ensefalopati, dam syok. Upaya pencegahan penyakit difteri, pertusis,
dan tetanus perlu dilakukan sejak dini melalui imunisasi karena
penyakit tersebut sangat cepat serta dapat meningkatkan kematian
bayi dan balita
Frekuensi pemberian imuisasi DPT adalah 3 dosis. Pemberian
pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan)
terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat
anti. Pada pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup.
Imunisasi DPT diberikan melalui intramuscular.
5. Campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang di gunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini
sangat menular. Imunisasi campak di berikan melalui subkutan.
Imunisasi ini memiliki efek samping seperti terjadinya ruam pada
24
tempat suntikan dan panas (Hidayat, 2008). Menurut Ranuh (2014),
telah di keluarkan Permenkes no 24 tahun 2013 mengenai pemberian
imunisasi untuk campak di berikan 2 kali, yaitu pada umur 9 bulan
sebagai imunisasi dasar dan pada umur 2 tahun sebagai imunisai
lanjutan. Kemudian pada anak sekolah diberikan imunisasi campak
yang ke tiga pada bulan imunisasi anak sekolah (BIAS).
Imunisasi tidak di lanjutkan pada ibu hamil, anak dengan
imunodefisiensi primer, pasien TB yang tidak di obati, pasien
keganasan atau transplantasi organ, mereka yang mendapatkan
pengobatan
imunosupresif
jangka
panjang
atau
anak
imunokompromais yang terinfeksi HIV (Ranuh, 2014).
2.3.9 Faktor – faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi
Seorang bayi dikatakan telah menerima imunisasi lengkap apabila
sebelum berumur 1 tahun bayi sudah mendapatkan imunisasi dasar
lengkap seperti satu kali imunisasi BCG diberikan ketika bayi berumur
kurang dari 3 bulan, imunisasi DPT – HB diberikan ketika bayi
berumur 2,3,4 bulan dengan interval minimal 4 minggu, imunisasi polio
diberikan pada bayi baru lahir dan tigakali berikutnya di berikan dengan
jarak paling cepat 4 minggu. Dan untuk imunisasi campak diberikan
pada bayi berumur 9 bulan. Idealnya seorang anak mendapatkan seluruh
imunisasi dasar sesuai umurnya sehingga kekebalan tubuh terhadap
penyakit – penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat optimal
(Depkes, 2010).
25
Faktor penentu yang mempengaruhi pemberian imunisasi pada
masyarakat adalah perilaku masyarakat itu tersebut. Menurut Soekidjo
Notoatmodjo (2003 : 96) terdapat teori yang mengungkapkan
determinan perilaku berdasarkan analisis dari faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku khususnya perilaku kesehatan. Diantara teori
tersebut adalah teori Lawrence Green (1980), yang menyatakan bahwa
perilaku seseorang ditentukan oleh tiga faktor :
1. Faktor Pemudah (Presdiposing Factors)
Faktor – faktor ini mencangkup tingkat pendidikan ibu,
pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak,
dan dukungan dari pihak keluarga.
a. Tingkat Pendidikan
Menurut UU No. 20 Tahun 2003, tentang sistem pendidikan
nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan
adalah pimpinan yang di berikan dengan sengaja oleh orang
dewasa kepada anak – anak dalam pertumbuhan (jasmani dan
rohani) agar berguna bagi diri sendiri maupun masyarakat
(Notoatmojo,
2003).
Pendidikan
merupakan
pengalaman
26
seseorang mengikuti pendidikan formal yang dinilai berdasarkan
ijazah tertinggi yang di miliki, sehingga pendidikan terbagi
menjadi tiga yaitu pendidikan dasar (tingkat SD dan SLTP),
menengah (SMU / Sederajat) dan pendidikan tinggi (Perguruan
Tinggi / Sederajat) (UU NO 20 tahun 2003).
Tingkat pendidikan ibu sangat menentukan kemudahan dalam
menerima setiap pembaharuan. Makin tinggi pendidikan ibu,
maka akan semakin cepat tanggap dengan perubahan kondisi
lingkungan, dengan demikian lebih cepat menyesuaikan diri dan
selanjutnya akan mengikuti perubahan itu (Notoatmojo, 2007).
Disamping itu, semakin tinggi pendidikan akan semakin luas
pengetahuan sehingga akan termotivasi menerima perubahan
baru. Adanya perbedaan tingkat pendidikan akan mempengaruhi
pengetahuan dan ini menyebabkan perbedaan dalam tanggapan
terhadap suatu masalah. Selain itu akan berbeda pula tingkat
pemahaman terhadap penerimaan pesan yang di sampaikan dalam
hal imunisasi. Demikian pula halnya makin tinggi tingkat
pendidikan ibu maka akan semakin mudah pula menerima inovasi
–
inovasi
baru
yang
dihadapannya
termasuk
imunisasi
(Notoatmojo, 2007).
Pendidikan terjadi melalui kegiatan atau proses belajar yang
dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja.
Kegiatan belajar mempunyai ciri – ciri : belajar adalah kegiatan
27
yang sedang belajar baik aktual maupun potensial. Ciri kedua dari
hasil belajar bahwa perubahan tersebut di dapatkan karena
kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relatif lama.
Ciri yang ketiga bahwa perubahan itu terjadi karena usaha, dan
didasari bukan karena kebetulan (Notoatmojo, 2007).
Pendidikan
adalah
proses
seseorang
mengembangkan
kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku manusia di
dalam masyarakat tempat ia hidup, proses sosial, yakni orang
dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan
terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia
dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan
sosial, dan kemampuan individu yang optimal (Achmad Munib,
dkk, 2006 : 32).
Wanita sangat berperan dalam pendidikan di dalam rumah
tangga. Mereka menanamkan kebiasaan dan menjadi panutan
bagi generasi yang akan datang tentang perlakuan terhadap
lingkungannya. Dengan demikian, wanita ikut menentukan
kualitas lingkungan hidup ini. Untuk dapat melaksanakan
pendidikan ini dengan baik, para wanita juga perlu berpendidikan
baik formal maupun tidak formal. Akan tetapi pada kenyataan
taraf, pendidikan wanita masih jauh lebih rendah daripada
kaum pria. Seseorang ibu dapat memelihara dan mendidik
28
anaknya dengan baik apabila ia sendiri berpendidikan (Juli
Soemirat Slamet, 2000 : 208).
b. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan itu terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek
tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over
behavior). Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku
baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,
yakni : awareness (kesadaran), interest (tertarik), evaluation
(menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya). Trial (orang telah mulai mencoba prilaku baru),
adoption (subyek telah berperilaku
pengetahuan, kesadaran,
dan
baru
sesuai dengan
sikapnya terhadap stimulus)
(Soekidjo Notoatmodjo, 2003 : 127 -128).
Pengetahuan
diperoleh
dari
pengalaman
sendiri
atau
pengalaman orang lain. Seseorang ibu akan mengimunisasikan
anaknya setelah melihat anak tetangganya kena penyakit polio
sehingga cacat karena anak tersebut belum pernah memperoleh
imunisasi polio.
29
c. Status Pekerjaan Ibu
Pekerjaan menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah
mata pencaharian, apa yang dijadikan pokok kehidupan, sesuatu
yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah (Pandji Anoraga, 2005
: 11).
Ibu yang bekerja mempunyai waktu kerja sama seperti
dengan pekerja lainnya. Adapun waktu kerja bagi pekerja yang
dikerjakan yaitu waktu siang 7 jam satu hari dan 40 jam satu
minggu untuk 6 hari kerja dalam satu minggu, atau dengan 8 jam
satu hari dan 40 jam satu minggu untuk 5 hari kerja dalam satu
minggu. Sedangkan waktu malam hari yaitu 6 jam satu hari dan
35 jam satu minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu (Pandji
Anoraga, 2005 : 60).
Bertambah luasnya lapangan kerja, semakin mendorong
banyaknya kaum wanita yang bekerja, terutama di sektor swasta.
Di satu sisi berdampak positif bagi pertambahan pendapatan,
namun di sisi lain berdampak negatif terhadap pembinaan dan
pemeliharaan anak (Panji Anoraga, 2005 : 120).
Hubungan
antara
pekerjaan
ibu
dengan
kelengkapan
imunisasi dasar bayi adalah jika ibu bekerja untuk mencari
nafkah maka akan berkurang kesempatan waktu dan perhatian
untuk membawa bayinya ke tempat pelayanan imunisasi,
30
sehingga akan mengakibatkan bayinya tidak mendapatkan
pelayanan imunisasi.
d. Pendapatan Keluarga
Pendapatan adalah hasil pencarian atau perolehan usaha
(Depertemen Pendidikan Nasional, 2002:236). Menurut Mulyanto
Sumardi dan Hans Dieter Evers (1982:20), pendapatan yaitu
keseluruhan penerimaan baik berupa uang maupun barang baik
dari pihak lain maupun dari hasil sendiri. Jadi yang dimaksud
pendapatan dalam penelitian ini adalah suatu tingkat penghasilan
yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan
dari orang tua dan anggota keluarga lainya.
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh
kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua
kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder
(Soetjiningsih, 1995 : 10).
2. Faktor Pendukung (Enabling Factors)
Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah
fasilitas, sarana dan prasarana atau sumber daya atau fasilitas
kesehatan yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau
masyarakat, termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti
pukesmas, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan
swasta, dan sebagainya, serta kelengkapan alat imunisasi, uang,
waktu, tenaga, dan sebagainya (Soekidjo Notoatmodjo, 2005: 27).
31
a. Ketersediaan sarana dan prasarana
Ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas bagi
masyarakat, termasuk
juga
fasilitas
pelayanan
kesehatan
seperti pukesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes,
pos obat desa, dokter, atau bidan praktek desa. Fasilitas ini pada
hakikatnya
mendukung
atau
memungkinkan
terwujudnya
perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor
pendukung atau faktor pemungkinan.
b. Keterjangkauan Tempat Pelayanan Imunisasi
Salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian derajat
kesehatan, termasuk status kelengkapan imunisasi dasar adalah
adanya
keterjangkauan
tempat
pelayanan
kesehatan
oleh
masyarakat. Kemudahan untuk mencapai pelayanan kesehatan
ini antara lain ditentukan oleh adanya transportasi yang tersedia
sehingga dapat memperkecil jarak tempuh, hal ini akan
menimbulkan motivasi ibu untuk datang ketempat pelayanan
imunisasi.
Menurut Lawrence W. Green (1980), Ketersediaan dan
keterjangkauan
sumber
daya
kesehatan
termasuk
tenaga
kesehatan yang ada dan mudah dijangkau merupakan salah satu
faktor yang member kontribusi terhadap perilaku dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan.
32
Faktor pendukung lain menurut Djoko Wiyono (1997 : 236)
adalah akses terhadap pelayanan kesehatan yang berarti bahwa
pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis,
keadaan geografis ini dapat diukur dengan jenis transportasi,
jarak, waktu perjalanan dan hambatan fisik lain yang dapat
menghalangi seseorang mendapat pelayanan kesehatan.
Semakin kecil jarak jangkauan masyarakat terhadap suatu
tempat pelayanan kesehatan, maka akan semakin sedikit pula
waktu yang diperlukan sehingga tingkat pemanfaatan pelayanan
kesehatan meningkat.
3. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku para petugas
termasuk petugas kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo, 2003 : 13).
Menurut Lawrence W. Green, ketersediaan dan keterjangkauan
sumber daya kesehatan termasuk tenaga kesehatan yang ada dan
mudah dijangkau merupakan salah
satu
faktor yang member
kontribusi terhadap perilaku sehat dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan.
a. Petugas Imunisasi
Petugas kesehatan untuk program imunisasi biasanya
dikirim dari pihak puskesmas, biasanya dokter atau bidan, lebih
khususnya bidan desa.
33
Menurut Djoko Wiyono (2000:33) pasien atau masyarakat
menilai mutu pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan
kesehatan
yang
empati,
respek
dan
tanggap
terhadap
kebutuhannya, pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, diberikan dengan cara yang ramah pada
waktu berkunjung.
Dalam melaksanakan tugasnya petugas kesehatan harus
sesuai dengan mutu pelayanan. Pengertian mutu pelayanan
untuk petugas kesehatan berarti bebas melakukan segala sesuatu
secara professional untuk meningkatkan derajat
kesehatan
pasien dan masyarakat sesuai dengan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang maju, mutu peralatan yang baik dan
memenuhi standar yang baik, komitmen dan motivasi petugas
tergantung dari kemampuan mereka untuk melaksanakan tugas
mereka dengan cara yang optimal (Djoko Wiyono, 2000 : 34).
Perilaku seseorang atau masyarakat tentaang kesehatan
ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan
sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di
samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para
petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya perilaku (Soekidjo Notoatmodjo,
2003 : 165).
34
b. Kader Kesehatan
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita
yang dipilih oleh masyarakat untuk menangani masalah masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta
untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempattempat pemberian pelayanan kesehatan (The Community Health
Worker, 1995 : 1).
Secara umum peran kader kesehatan adalah melaksanakan
kegiatan pelayanan kesehatan terpadu bersama masyarakat
dalam rangka pengembangan PKMD.
35
2.3 Keaslian penelitian
Tabel 2.2 Keaslian Penelitian
Nama Peneliti
Endah
(2008)
Prasetya
Judul Penelitian
Ningrum Faktor – faktor yang
mempengaruhi
kelengkapan imunisasi
dasar pada bayi.
Tati S. Ponidjan (2012)
Hubungan tingkat
pendidikan ibu dengan
status imunisasi bayi.
Metode yang digunakan
Penelitian ini merupakan
penelitian dengan metode
observasi analitik dengan
pendekatan studi potong lintang
atau Cross Sectional. Penelitian
ini untuk mengetahui faktor- faktor
yang dapat mempengaruhi
kelengkapan imunisasi dasar.
Jenis penelitian yang dipakai
adalah penelitian observasional
analitik. Desain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah CrossSectional, yakni rancangan yang
mengkaji dinamika hubungan
variabel tingkat Pendidikan ibu
dengan status imunisasi bayi
Hasil penelitian
Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan ibu
adakecenderungan semakin
lengkap imunisasinya.
Pendidikan ibu yang tinggi
akan membuat akses ke
pelayanan kesehatan anak
semakin baik.
Hasil penelitian Status
imunisasi bayi menurut
umur di wilayah kerja
puskesmas Bahu masih
kurang, karena berdasarkan
hasil penelitian mencakup
57,9% dari bayi yang lengkap
status imunisasinya. Tingkat
pendidikan ibu di wilayah
kerja
puskesmas Bahu sudah cukup
baik, sebagian besar responden
36
sudah memiliki tingkat
pendidikan menengah. Hasil
penelitian menunjukkan tidak
ada hubungan antara tingkat
pendidikan ibu
dengan status imunisasi bayi
di wilayah kerja puskesmas
Bahu. Tingkat pendidikan ibu
yang sudah cukup baik
tetapi status imunisasi masih
kurang.
37
2.2.2 Kerangka teori
Tingkat Pendidikan
Pengetahuan
Faktor Pemudah
(Presdiposing factor)
Status pekerjaan
Pendapatan Keluarga
Faktor Pemungkin
Sarana Kesehatan
(Enabling factors)
Keterjangkauan Tempat
Kelengkapan Imunisasi
pada balita
Petugas Kesehatan
Faktor Penguat
(Reinforcing factors)
Kader Kesehatan
: Yang diteliti
: Yang tidak diteliti
Sumber : Modifikasi Lawrence W. Green (1980), Soekidjo
Notoatmodjo (2003:13).
38
2.2.3 Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Tingkat pendidikan ibu
Kelengkapan imunisasi
pada balita 1-5 tahun
2.2.4 Hipotesis
Ha :
Ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan status kelengkapan
imunisasi pada balita di Desa Gatak Sukoharjo.
Ho :
Tidak ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan status
kelengkapan imunisasi pada balita di Desa Gatak Sukoharjo.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian
3.1.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif korelasional
dengan rancangan cross sectional. Penelitian cross sectional adalah
penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat
bersamaan (sekali waktu) (Hidayat AA, 2009). Tentunya tidak semua
subjek penelitian harus di observasi pada hari itu atau waktu yang sama,
akan tetapi baik variabel independen maupun variabel dependen dinilai
hanya satu kali saja. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi
adanya hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kelengkapan imunisasi
pada anak. Dalam penelitian ini kerangka konsep terdiri dari Variabel
Idependen (tingkat pendidikan ibu) variabel dependen (kelengkapan
imunisasi pada balita).
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri
dari manusia, hewan, tumbuhan, peristiwa, sebagai sumber data yang
memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian (Siswanto A, 2012).
Menurut Sugiyono 2010 populasi adalah wilayah generalisasi yang
39
40
terdiri atas : obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu
– ibu yang memiliki anak sampai usia 5 tahun atau balita yang
berjumlah 126 di Desa Gatak Sukoharjo.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang di ambil dari populasi itu tetapi harus bisa
representatif atau mewakili dari populasi tersebut (Sugiyono, 2010).
Sebagian populasi yang diteliti, dinamakan penelitian sampel apabila
kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel.
Yang di maksud dengan menggeneralisasikan adalah mengangkat
kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi
(Arikunto S, 2010). Menurut Hidayat sampel adalah bagian populasi
yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki
oleh populasi.
3.2.3 Tehnik Sampling
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan teknik
total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel
dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Cara
41
ini dipakai apabila pengambilan sampel di lakukan dengan cara
mengambil seluruh sampel yang ada.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1
Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gatak Sukoharjo.
3.3.2
Waktu penelitian
Waktu penelitian dibagi menjadi 3 tahap yang meliputi
penyusunan proposal, pengumpulan data bulan September sampai
Oktober tahun 2015.
3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
3.4.1
Variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Secara teoritis
dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang
mempunyai variasi antara satu orang dengan orang yang lain atau satu
obyek dengan obyek yang lain (Sugiyono, 2010).
1.
Jenis variabel penelitian
a. Variabel bebas (independen) adalah merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat).
42
b. Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Tabel 3.1 Variabel, definisi dan skala penelitian
Variabel
Kelengkapan
Imunisasi
Tingkat
Pendidikan
Devinisi
Suatu kegiatan
yang dilakukan
ibu untuk
memenuni semua
jenis imunisasi
yang didapatkan
oleh balita.
Pendidikan yang
ditempuh oleh
responden yang
memiliki balita
sampai penelitian
ini dilakukan
Alat Ukur
KMS / buku
KIA
Lembar
observasi
Indikator
Skala Data
Penelitian
1. Tidak
Nominal.
lengkap
2. Lengkap
1. Pendidikan Ordinal.
dasar.
Apabila
tamat SD,
SMP
/
sederajat
2. Pendidikan
Menengah.
Apabila
tamat SMA
/ sederajat
3. Pendidikan
Tinggi.
Apabila
tamat
perguruan
tinggi
/
sederajat
(UU no 20
Tahun
2003).
43
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1
Alat Penelitian
1. Lembar Observasi
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari
perubahan atau hal – hal yang akan diteliti. Dalam metode observasi ini,
instrumen yang dapat digunakan adalah lembar observasi atau lembar
checlist.
3.5.2
Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah menjelaskan bagaimana peneliti
melakukan pengamatan, partisipasi, wawancara terbuka melalui alat
penyalin atau tulisan lainnya, observasi, dokumentasi berupa surat.
Pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder
(Siswanto A, 2012).
Prosedur pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahap
yaitu :
a. Peneliti datang ketempat penelitian dan memperkenalkan diri.
b. Peneliti mengidentifikasi responden yang memenuhi kriteria
penelitian.
c. Meminta calon yang terpilih agar bersedia menjadi responden
setelah melakuakan pendekatan dan menjelaskan kepada calon
responden tentang tujuan, manfaat, prosedur penelitian serta hak
dan kewajiban selama menjadi responden.
44
d. Memasukkan data berat badan dan tinggi badan balita kedalam
buku KMS responden.
e. Memberikan penjelasan kepada responden untuk apa peneliti
meminjam buku KMS responden.
f. Memasukkan data kelengkapan imunisasi responden ke dalam
lember observasi peneliti.
g. Peneliti menyerahkan kembali buku KMS yang tadi di pinjam
peneliti untuk memasukkan data dan peneliti mengucapkan
terimakasih kepada responden.
3.5.3 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar
observasi. Lembar observasi diberikan langsung kepada responden
untuk diisi tanpa melalui proses wawancara. Lembar observasi yang
telah dibuat mencangkup variabel independen yaitu tingkat pendidikan
dan variabel dependennya kelengkapan imunisasi balita. Pertanyaan
terdiri dari tiga bagian yaitu, bagian A berisi tentang karakteristik
responden yang meliputi inisial ibu, tingkat pendidikan ibu. Bagian B
berkaitan dengan tingkat pendidikan ibu terhadap kelengkapan
imunisasi dalam bentuk pertanyaan tertutup tentang imunisasi.
Skala pengukuran tentang imunisasi pada anak mengenai skala
Guttman, skala yang bersifat tegasdan konsisten dengan memberikan
jawaban yang tegas. Skor penilaiannya jika jawaban pertanyaan benar
maka nilainya 1, sedangkan jika pertanyaannya salah maka nilainya 0.
45
Penilaian untuk pertanyaan positif tentang tingkat pendidikan yaitu:
Kuliah / Perguruan tinggi
:3
SMA / Sederajat
:2
SD, SMP / Sederajat
:1
Tidak sekolah
:0
Sedangkan penilaian pertanyaan negatif tentang kelengkapan
imunisasi pada anak yaitu :
Lengkap
:2
Tidak lengkap
:1
Tabel 3.2 Tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan
Pendidikan Dasar
Pendidikan Menengah
Pendidikan Tinggi
Pendidikan
SD / Sederajat, SMP / Sederajat
SMA / Sederajat
Perguruan Tinggi / Sederajat
3.6 Pengolahan Data dan Analisa Data
3.6.1 Pengolahan Data
Ada 3 kegiatan yang dilakukan dalam pengolahan data menurut
siswanto 2012.
46
1.
Penyuntingan (editing)
Kegiatan dilakukan dengan maksud untuk memeriksa semua
jawaban responden yang telah kembali, karena kadang terjadi
kecacatan dalam kuesioner misalnya : responden sengaja salah
menjawab.
2.
Pengkodean (Coding)
Pengkodean ini di lakukan untuk menyederhanakan jawaban
responden, juga untuk memudahkan mengolah data melalui
sofware pengolahan data statistik.
3.
Tabulasi (Tabulating)
Tabulasi dilakukan dengan menyusun dan menghiting data
hasil pengkodean, kemudian dibuat tabel agar mudah terbaca.
4.
Entri data
Entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer,
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga
dengan membuat tabel kontigensi (Hidayat A, 2009).
5.
Melakukan teknik analisis
Yaitu
menggunakan
ilmu
stastistik
terapan
yang
disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis (Hidayat A,
2009).
47
3.6.2 Analisa Data
Analisa data merupakan kegiatan setelah data seluruh responden
atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisa data adalah
mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden,
menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan
untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk
menguji hipotesis yang telah dilakukan (Sugiyono, 2010).
1.
Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisa tiap variabel yang dinyatakan
dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah
dalam bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Analisa univariat
ini digunakan untuk memperjelas bagaimana distribusi dan
presentase serta untuk mengetahui proporsi masing – masing
variabel independen dan dependen. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah tingkat pendidikan ibu. Sedangkan variabel
dependen yaitu kelengkapan imunisasi balita.
2.
Analisa Bivariat
Analisa bivariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmojo,
2005). Dengan tujuan untuk melihat hubungan antara variabel
independen dengan dependen, yaitu tingkat pendidikan ibu dan
kelengkapan imunisasi di Desa Gatak Sukoharjo.
48
Penelitian
ini analisis bivariat di
lakukan untuk
mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu dengan status
kelengkapan imunisasi pada balita di Desa Gatak Sukoharjo.
Karena data berskala nominal dan ordinal, maka uji stastitik yang
digunakan adalah Lambda. Langkah – langkah dalam uji Lambda
yaitu :
Menentukan variabel yang di hubungkan
a.
Menentukan
b.
Jenis hipotesis
c.
Menentukan masalah skala variabel
Keputusan uji lambda adalah :
Ho : Ada hubungan X dan Y, bila diperoleh nilai 5% (0,05).
Tabel 3.3 Interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan
korelasi, nilai p dan arah korelasi.
Parameter
Nilai
Kekuatan Korelasi 0,00 – 0,199
(r)
Interpretasi
Sangat Lemah
0,20 – 0,399
Lemah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat Kuat
Sumber : Sopiyudin (2009)
49
3.7 Etika Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subjek
peneliti adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia.
Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian
yang akan dilaksanakan benar – benar menjunjung tinggi kebebasan manusia
(Hidayat A, 2009). Masalah etika yang harus di perhatikan antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian
dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
Informed consent adalah agar subjek mengerti maksut dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka
harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia,
maka peneliti harus menghormati hak pasien.
2. Anonimiti (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan adalah masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan.
50
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, hak informasi maupun masalah – masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Desa Gatak Kabupaten Sukoharjo pada tanggal
9 September – 9 Desember 2015. Data yang diperoleh dalam penelitian ini
merupakan data primer, yaitu menggunakan lembar observasi. Penelitian ini
bertujuan
untuk
mengetahui hubungan
tingkat
pendidikan
ibu dengan
kelengkapan imunisasi pada balita umur 1 – 5 tahun yang berjumlah 126 ibu dan
balita di Desa Gatak Sukoharjo tahun 2015. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :
4.1 Analisis Univariat
Analisis univariat adalah suatu kegiatan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan suatu karakteristik masing – masing variabel yang diteliti
dengan menggunakan angka ataupun nilai jumlah dan presentase masing –
masing kategorik ditiap variabel dengan mengeluarkan distribusi frekuensi,
sehingga dapat menjadi informasi yang berguna. Dari hasil univariat
penelitian ini dapat dilihat data mengenai hubungan tingkat pendidikan ibu
dengan kelengkapan imunisasi di Desa Gatak Sukoharjo, yaitu :
4.1.1 Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah ibu balita 1 – 5 tahun di
Desa Gatak Sukoharjo, dengan uraian sebagai berikut:
4.1.1.1 Usia Responden
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden Ibu Balita 1 – 5
tahun di Desa Gatak Sukoharjo ( n=126 )
51
52
Usia Responden
Frekuensi
Presentase (%)
20-25 tahun
53
42.1
26-30 tahun
65
51.6
31-35 tahun
8
6.3
Total
126
100
Pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa responden yang
berusia antara 20-25 tahun adalah sebanyak 53 orang atau
42.1%, sementara untuk responden yang berusia antara 26-30
tahun sebanyak 65 orang atau memiliki prosentase sebesar
51.6% dan responden yang berusia 31-35 tahun sebanyak 8
orang atau 6,3%. Dari data yang diperoleh maka dapat diketahui
bahwa sebagian besar responden berusia 26-30 tahun atau
memiliki prosentase sebesar 51.6%.
4.1.1.2 Pekerjaan Responden
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden Ibu Balita
1 – 5 tahun di Desa Gatak Sukoharjo ( n=126 )
Pekerjaan Responden
Frekuensi
Presentase (%)
Swasta
68
54
Wiraswasta
53
42
PNS
5
4
Total
126
100
Pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa responden sebagai
karyawan swasta adalah sebesar 68 orang atau 54%, untuk
responden yang berprofesi sebagai Wiraswasta sebanyak 53 atau
53
42% dan responden yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri
Sipil sebesar 5 orang atau 4%. Berdasarkan data yang diperoleh
maka sebagian besar responden memiliki pekerjaan swasta atau
memiliki jumlah terbesar yaitu 68 atau prosentase sebesar 54%.
4.1.2 Tingkat Pendidikan Ibu
Tabel 4.3 Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu Balita 1 – 5 tahun di Desa
Gatak Sukoharjo ( n=126 )
Tingkat pendidikan
Frekuensi
Presentase (%)
Pendidikan Dasar
69
54.8
Pendidikan Menengah
48
38.1
Pendidikan Tinggi
9
7.1
Total
126
100%
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa (54.8%) atau 69 ibu
yang memiliki Balita usia 1 – 5 tahun di Desa Gatak Sukoharjo
memiliki tingkat pendidikan dasar, (38.1%) atau 48 ibu memiliki balita
1-5 tahun berpendidikan menengah, (7.1%) atau 9 ibu memiliki balita
1-5 tahun berpendidikan tinggi. Dari data di atas diketahui bahwa ibu
yang memiliki pendidikan dasar adalah responden terbanyak yaitu
berjumlah 69 atau 54.8%.
54
4.1.3 Kelengkapan Imunisasi Pada Balita Usia 1-5 Tahun
Tabel 4.4 Kelengkapan Imunisasi Pada Balita Usia 1-5 Tahun di Desa
Gatak Sukoharjo ( n=126 )
Presentase
Kelengkapan Imunisasi
Frekuensi
Tidak Lengkap
16
12.7
lengkap
110
87.3
Total
126
100%
(%)
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa status kelengkapan
imunisasi tidak lengkap sebesar 16 balita atau 12,7%, untuk status
lengkap sebesar 110 balita atau 87,3% atau dapat diketahui bahwa
sebagian besar (87.3%) atau 110 ibu memberikan imunisasi dasar
lengkap.
4.2 Hasil Analisa Bivariat
Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Kelengkapan Imunisasi
Pada Balita di Desa Gatak Sukoharjo
Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan
yang signifikan antara dua variabel atau bisa juga digunakan untuk
mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara dua atau lebih
kelompok (sampel). Hasil analisis bivariat pada penelitian ini dapat dilihat
sebagai berikut :
55
Tabel 4.5 Hasil Uji Lambda tentang hubungan tingkat pendidikan ibu dengan
status kelengkapan imunisasi pada balita umur 1 – 5 tahun di desa gatak
sukoharjo
Kelengkapan
Imunisasi
Wilks'
Lambda
.428
F
df1
df2
Sig.
82.173
2
123
.000
Diketahui bahwa nilai Wilks' Lambda sebesar 0,428. didukung nilai signifikansi
sebesar 0.000 (0.000<0.05) hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara hubungan tingkat pendidikan ibu dengan status
kelengkapan imunisasi pada balita umur 1 – 5 tahun di Desa Gatak Sukoharjo.
Kekuatan hubungan tingkat pendidikan ibu dengan status kelengkapan imunisasi
termasuk dalam kategori sedang, yang mempunyai arah korelasi positif yaitu nilai
korelasi berada di antara 0,40 – 0,599 (Sopiyudin, 2009). Mayoritas responden
memiliki pendidikan SD dan telah mengimunisasikan balitanya dengan lengkap,
menurut peneliti hal tersebut di karenakan waktu ibu yang cukup untuk
mendampingi balitanya imunisasi secara lengkap dan rutin, jadi mayoritas balita
sudah mendapatkan imunisasi dengan lengkap.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada
ibu-ibu yang memeiliki balita 1 - 5 tahun di Desa Gatak Sukoharjo. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan
ibu dengan kelengkapan imunisasi.
Penelitian ini seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya yaitu
untuk menganalisis hubungan antara tingkat pendidikan ibu dan tingkat
kelengkapan imunisasi di Desa Gatak Sukoharjo. Penelitian ini telah dilaksanakan
pada tanggal 9 September – 9 Desember 2015. Data yang diperoleh dalam
penelitian ini merupakan data primer, yaitu menggunakan lembar observasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu
dengan kelengkapan imunisasi pada balita umur 1 – 5 tahun yang berjumlah 126
ibu dan balita di Desa Gatak Sukoharjo tahun 2015. Hasil penelitian ini
menguraikan tingkat karakteristik responden yaitu tingkat pendidikan ibu, tingkat
kelengkapan imunisasi dan hubungan antara tingkat pendidikan ibu dan tingkat
kelengkapan imunisasi pada balita umur 1 – 5 tahun di Desa Gatak Sukoharjo.
Pembahasan hasil penelitian dapat kita lihat dibawah ini :
5.1 Karakteristik Responden
5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Hasil penelitian diketahui bahwa responden yang berusia antara
20-25 tahun adalah sebanyak 53 orang atau 42.1%, sementara untuk
56
57
responden yang berusia antara 26-30 tahun sebanyak 65 orang atau
memiliki prosentase sebesar 51.6% dan responden yang berusia 31-35
tahun sebanyak 8 orang atau 6,3%. Dari data yang diperoleh maka
dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berusia 26-30 tahun
atau memiliki prosentase sebesar 51.6%. Menurut Mubarak (2011),
semakin dewasa usia seseorang, maka tingkat berpikirnya akan semakin
matang. Semakin matang seseorang, maka semakin banyak pula
pengalaman tentang imunisasi untuk anaknya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian tentang hubungan tingkat
pengetahuan, usia dan pekerjaan ibu dengan status imunisasi dasar bayi
yang di lakukan oleh Pratamadhita (2012), dengan hasil yang di
dapatkan bahwa karakteristik usia responden paling banyak berusia
muda yaitu usia di bawah 30 tahun sebanyak 50 responden (59,5%).
5.1.2 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Hasil penelitian diketahui bahwa responden yang bekerja sebagai
karyawan swasta adalah sebesar 68 orang atau 54%, untuk responden
yang berprofesi sebagai Wiraswasta sebanyak 53 atau 42% dan
responden yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil sebesar 5
orang atau 4%. Berdasarkan data yang diperoleh maka sebagian besar
responden memiliki pekerjaan swasta atau memiliki jumlah terbesar
yaitu 68 atau prosentase sebesar 54%.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian tentang faktor – faktor
yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi yang
58
di lakukan oleh Elly Istriyati (2011), dengan hasil p value = 0,000 (p
value < 0,05). Perhitungan risk estimate, di peroleh nilai odd ratio (OR)
= 7,667, kesimpulan dari penelitian tersebut ibu yang tidak bekerja
cenderung memberikan imunisasi dasar lengkap kepada anaknya,
sebaliknya ibu yang bekerja memiliki ratio 7,667 tidak memberikan
imunisasi tidak lengkap.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh
Pandji Anoraga (2005) yang menyatakan bahwa bertambah luasnya
lapangan kerja, semakin mendorong banyaknya kaum wanita yang
bekerja, terutama di sektor swasta. Di satu sisi berdampak positif
dengan bertambahnya pendapatan, namun di sisi lain berdampak negatif
terhadap pembinaan dan pemeliharaan anak.
5.2 Tingkat Pendidikan Ibu Balita di Desa Gatak Sukoharjo
Tingkat pendidikan ibu balita di Puskesmas Gatak Sukoharjo dijelaskan
sebesar (54.8%) atau 69 ibu yang memiliki Balita usia 1 – 5 tahun di
Puskesmas Gatak Sukoharjo memiliki tingkat pendidikan dasar, (38.1%) atau
48 ibu memiliki balita 1-5 tahun berpendidikan menengah, (7.1%) atau 9 ibu
memiliki balita 1-5 tahun berpendidikan tinggi. Responden yang memiliki
tingkat pendidikan dasar merupakan responden terbanyak dalam penelitian
ini. Sementara tingkat pendidikan menengah dan tinggi memiliki prosentase
dibawah responden yang berpendidikan rendah. Hal tersebut disebabkan
59
karena kesadaran akan pentingnya menempuh pendidikan yang lebih tinggi
belum sepenuhnya disadari oleh para responden.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian tentang hubungan pengetahuan
dan pendidikan ibu dengan status kelengkapan imunisasi pada anak balita
yang di lakukan oleh Alifiah (2013), dengan hasil 17 (56,7%) responden
memiliki pendidikan tinggi terhadap status imunisasi, sedangkan 3 (10,0%)
responden memiliki status imunisasi yang tidak lengkap.
Menurut Notoatmodjo (2010), pendidikan seseorang merupakan salah
satu proses perubahan tingkah laku, semakin tinggi pendidikan seseorang
maka
dalam
memilih
tempat-tempat
pelayanan
kesehatan
semakin
diperhitungkan. Selain itu juga konsep dasar pendidikan adalah suatu proses
belajar yang berarti perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan
lebih matang pada diri individu, keluarga dan masyarakat. Pendidikan
menjadi hal yang sangat penting dalam mempengaruhi pengetahuan ibu yang
mempunyai tingkat pendidikan tinggi cenderung lebih mudah menerima
informasi tentang imunisasi yang diberikan oleh petugas kesehatan,
sebaliknya ibu yang tingkat pendidikannya rendah akan mendapat kesulitan
untuk menerima informasi yang ada sehingga mereka kurang memahami
tentang kelengkapan imunisasi.
Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian Yustifa (2008) di
Surakarta, yang menyatakan bahwa pendidikan seseorang berbeda-beda akan
mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan, pada ibu yang
berpendidikan tinggi lebih mudah menerima suatu ide baru dibandingkan ibu
60
yang berpendidikan rendah sehingga informasi lebih mudah dapat diterima
dan dilaksanakan. Tingkat pendidikan yang diperoleh seseorang dari bangku
sekolah formal dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Makin tinggi
pendidikan seseorang, makin tinggi pengetahuannya tentang kesehatan.
Pendidikan kesehatan dapat membantu ibu atau kelompok masyarakat
disamping dapat meningkatkan pengetahuan juga untuk meningkatkan
kemampuan (perilakunya) untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu sangat mempengaruhi terlaksananya
kegiatan pelaksanaan imunisasi balita, baik itu pendidikan formal maupun
non formal.
Kegiatan pendidikan formal maupun informal berfokus pada proses
belajar mengajar, dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku, yaitu dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti dan dari tidak dapat menjadi
dapat. Tingkat pendidikan yang diperoleh seseorang dari bangku sekolah
formal dapat mempengaruhi pengetahuannya, juga memiliki pemahaman yang
baik tentang pentingnya imunisasi dan status imunisasi lengkap pada balita.
Sedangkan yang melalui informal yaitu media massa seperti TV dan radio
juga dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang pentingnya imunisasi.
Responden harus memiliki kesadaran untuk pengembangan diri harus
berorientasi pada kesuksesan, baik kesuksesan di lingkungan kerja, maupun
kesuksesan di luar lingkungan kerja, seperti di dalam rumah tangga, atau
lingkungan sebaya (Notoatmodjo,2007:240).
61
5.3 Tingkat Kelengkapan Imunisasi Balita di Puskesmas Gatak Sukoharjo
Tingkat kelengkapan imuniasasi pada balita sebagian besar (12.7%)
atau 16 ibu yang memiliki Balita usia 1 – 5 tahun di Desa Gatak Sukoharjo
memberikan imunisasi dasar dengan tidak lengkap, (87.3%) atau 110 ibu
memberikan imunisasi dasar lengkap.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Alfiah (2013) yang berjudul
hubungan pengetahuan dan pendidikan ibu dengan status imunisasi pada anak
balita, dalam penelitian ini di temukan hasil bahwa sebagian besar balita
sudah memiliki status imunisasi lengkap yaitu 18 responden (60,0%) dan 12
responden (40%) yang memiliki status imunisasi tidak lengkap.
Penelitian ini serupa juga dengan penelitian yang dilakukan oleh
Yusnidar (2012) yang berjudul hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi
dasar dengan kelengkapan imunisasi dasar bayi umur 0 – 12 bulan, hasil yang
didapatkan adalah bahwa mayoritas responden sudah mengimunisasikan
anaknya dengan lengkap, yaitu 30 orang (76,9%) hal tersebut menunjukan
bahwa sudah banyak responden yang mengerti tentang pentingnya imunisasi.
Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer secara pasif atau
imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen
yang serupa tidak terjadi penyakit (Marimbi, 2010). Mendapatkan kekebalan
terhadap suatu penyakit dengan cara memasukan kuman atau produk kuman
yang sudah dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh dan diharapkan tubuh
dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya digunakan tubuh untuk
62
melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh (Rochmah K.M,
2011). Jenis – jenis imunisasi dasar yang di wajibkan pemerintah yaitu BCG,
Hepatitis B, Polio, DPT dan Campak. Faktor pendukung kelengkapan
imunisasi antara lain fasilitas, sarana dan prasarana, sumber daya atau
fasilitas kesehatan yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau
masyarakat, termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti pukesmas,
posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan swasta, dan
sebagainya, serta kelengkapan alat imunisasi, uang, waktu, tenaga, dan
sebagainya (Soekidjo Notoatmodjo, 2005: 27).
5.4 Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Balita dengan Kelengkapan
Imunisasi di Puskesmas Gatak Sukoharjo
Analisa bivariat pada penelitian ini, yaitu menghubungkan tingkat
pendidikan ibu dengan kelengkapan imunisasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada hubungan anatara tingkat pendidikan ibu terhadap kelengkapan
imunisasi balita umur 1-5 tahun di Desa Gatak Sukoharjo. Adanya hubungan
antara dua variabel ditunjukkan dari perhitungan dengan menggunakan
bantuan program SPSS v.19 diketahui nilai Wilks' Lambda sebesar 0,428.
didukung nilai signifikansi sebesar 0.000 (0.000<0.05) hasil tersebut
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
pendidikan ibu dengan status kelengkapan imunisasi pada balita umur 1 – 5
tahun di Desa Gatak Sukoharjo.
63
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan
upaya kesehatan bagi setiap penduduk agar dapat terwujudkan kesehatan
masyarakat yang optimal. Salah satu upaya untuk mencapai keadaan tersebut
adalah dengan menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi dan balita
(Depkes RI. Sistem Kesehatan Nasional Jakarta: Depkes RI : 2002).
Kesehatan atau hidup sehat adalah hak setiap orang. Oleh sebab itu
kesehatan, baik individu, kelompok, maupun masyarakat, merupakan aset
yang harus dijaga, dilindungi, bahkan harus ditingkatkan. Semua orang baik
secara individu, kelompok maupun masyarakat dimana saja dan kapan saja,
mempunyai hak untuk hidup sehat atau memperoleh perlindungan kesehatan.
Sebaliknya, setiap orang baik individu, kelompok, maupun masyarakat,
mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan
menjaga kesehatan dirinya sendiri dari segala ancaman penyakit dan masalah
kesehatan yang lain (Notoatmodjo, 2007).
Penelitian sejenis dilakukan oleh Deni Adinegoro Mardiansyah (2009)
dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar
Dengan Kepatuhan Pemberian Imunisasi Pada Bayi Di Posyandu Desa
Tonjong Brebes Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan adanya
hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar terhadap kepatuhan
pemberian imunisasi pada bayi dengan nilai koefisien kontingensi 0,556
dengan taraf signifikan p=0,01 (p<0,05). Dengan demikian sangat diperlukan
pendidikan kesehatan dalam perawatan kesehatan anak khususnya tentang
64
imunisasi sehingga ibu mengetahui kapan bayi harus diimunisasi dengan
tepat.
Penelitian Selanjutnya Dilakukan Oleh Delan Astrianzah (2011)
Dengan mengambil judul Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu,
Tingkat Sosial Ekonomi Dengan Status Imunisasi Dasar Lengkap Pada
Balita. Dalam penelitian ini ditemukan hasil analisis bivariat tidak terdapat
hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan status imunisasi dasar
lengkap pada balita (p = 1.000) dan tidak ada hubungan antara tingkat sosial
ekonomi dengan status imunisasi dasar lengkap pada balita (p = 1,368).
Hasil dalam penelitian ini mendukung pandangan Notoatmodjo
mengenai hidup sehat adalah hak setiap orang. Oleh sebab itu kesehatan, baik
individu, kelompok, maupun masyarakat, merupakan aset yang harus dijaga,
dilindungi, bahkan harus ditingkatkan khusnya melalui kelengkapan
imunisasi bagi balita. Dengan imunisasi yang lengkap maka memperkuat
daya tahan (imun) pada balita dalam menghindari panyakit antara lain polio,
campak, BCG pada balita.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Deni
Adinegoro Mardiansyah yang hasil penelitiannya menyebutkan bahwa
terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar terhadap
kepatuhan pemberian imunisasi pada bayi. Disisi lain penelitian ini tidak
mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Delan Astrianzah yang
menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu,
tingkat sosial ekonomi dengan status imunisasi dasar lengkap pada balita.
BAB VI
PENUTUP
Hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan tingkat pendidikan ibu
dengan status kelengkapan imunisasi pada balita umur 1 – 5 tahun di Desa Gatak
Sukoharjo, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
6.1 Simpulan
1. Usia responden dalam penelitian ini mayoritas berusia 26 – 30 tahun, yaitu
sebanyak 65 responden (51,6%).
2. Sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta /
bekerja di bidang swasta, yaitu sebanyak 68 orang (54%).
3. Tingkat pendidikan ibu dalam pemberian imunisasi untuk balita usia 1 – 5
tahun
diketahui bahwa
mayoritas
responden
mempunyai
tingkat
pendidikan dasar, yaitu sebanyak 48 responden (38,1%).
4. Tingkat kelengkapan imunisasi balita usia 1 – 5 tahun di Desa Gatak
Sukoharjo mayoritas responden sudah mengimunisasikan balitanya dengan
lengkap, yaitu sebanyak 110 ibu memberikan imunisasi dasar lengkap
(87,3%).
5. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan status
kelengkapan imunisasi pada balita umur 1 – 5 tahun di Desa Gatak
Sukoharjo, dengan nilai Wilks’ Lambda yaitu sebesar 0,428 yang berarti
65
6. terdapat hubungan yang sedang, dan nilai signifikansi sebesar 0,000 <
0,05.
6.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan
beberapa saran, yaitu sebagai berikut :
1. Bagi Instansi Puskesmas dan Profesi
Diharapkan agar dapat meningkatkan tingkat pengetahuan ibu
mengenai kelengkapan imunisasi dengan cara meningkatkan penyuluhan
di setiap desa dan memberikan pendidikan kesehatan kepada para kader
posyandu agar dapat membantu petugas kesehatan dalam peningkatan
pengetahuan masyarakat mengenai imunisasi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan adanya hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan bacaan
dan acuan belajar tentang pentingnya kelengkapan imunisasi untuk balita.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya hendaknya dapat mengembangkan penelitian ini,
misalnya dengan melakukan penelitian tentang faktor – faktor lain yang
berpengaruh terhadap kelengkapan imunisasi.
4. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menambah pengalaman, pengetahuan tentang
hubungan tingkat pendidikan ibu dengan status kelengkapan imunisasi
pada balita umur 1 – 5 tahun di Desa Gatak Sukoharjo dengan metode
kuantitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
Cipta : Jakarta.
Dahlan, Sopiyudin M. 2008. Stastistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan
Diskriptif, Bivariat dan Multifariat Dilengkapi Aplikasi dengan
Menggunakan SPSS, Edisi 4. Salemba Medika. Jakarta.
Diaf,
2013. http://www.diaf.web.id/2013/06/7-peran-penting-ibu-dalamkeluarga.html. Tanggal akses 18 November 2015.
Depkes. 2010. Kemenkes Target tahun 2014 Seluruh Desa / kelurahan 100%
UCI. http : // depkes. Go. Id / index. Php / component/ content/
article / 43 – uci. Html. Tanggal akses 27 November 2015.
Dinkes Kabupaten Sukoharjo. 2014. Profil kesehatan Kabupaten Sukoharjo.
2014 : Sukoharjo Jawa Tengah.
Dinkes Jawa Tengah. 2014. Buku Saku Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
http://www.dinkesjatengprov.go.id/v2010/dokumen/2014/SDK/Mi
bangkes/BUKU_SAKU_TH2014.pdf. Diakses pada 15 Juni 2015.
Elly. S., 2011. Faktor – Faktor Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi
Dasar Pada Bayi di Desa Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo Kota
Salatiga. UNNES, 27 : 198 – 2010.
Hidayat A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk
Pendidikan Kebidanan. Salemba Medika : Jakarta.
Hidayat A. Aziz Alimul. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisa Data. Salemba Medika : Jakarta.
Hidayat A. Aziz Alimul. 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk
Pendidikan Kebidanan. Salemba Medika : Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak :
Jakarta.
Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No 482 / Menkes / SK / IV
/ 2010. Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Marimbi, H., 2010. Tumbuh Kembang Status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada
Balita. Nuha Medika : Yogyakarta.
Notoatmojo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta :
Jakarta.
Notoatmojo, S., 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta :
Jakarta.
Notoatmojo, S., 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta :
Jakarta.
Pratamadhita, J.N., 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Usia dan
Pekerjaan Ibu Dengan Status Imunisasi Dasar Bayi di Desa
Japanan Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Tahun 2012. UMS.
Proverawati, A., 2010. Imunisasi dan Vaksin. Nuha Medika : Yogyakarta.
Ranuh, G. Hadinegoro S. R. S., Suyitno H,. Kartasasmita C. B., Ismoedijanto,
Soedjatmiko. 2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Ranuh, G. Hadinegoro S. R. S., Suyitno H,. Kartasasmita C. B., Ismoedijanto,
Soedjatmiko. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Ranuh, G. Hadinegoro S. R. S., Suyitno H,. Kartasasmita C. B., Ismoedijanto,
Soedjatmiko. 2014. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Riskesdas. 2007. Riset Kesehatan Dasar. 2007. Badan Penelitian dan
Pengembangan : Jakarta.
Riyadi, Sujono dan Sukarmin., 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak.
Graha Ilmu : Yogyakarta.
Rochmah, K.M., Varsah, E., Dahliana dan Sumastri, H., 2011. Asuhan
Neonatus, Bayi dan Balita. EGC : Jakarta.
Setiadi., 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Siswanto, S.A., 2012. Strategi dan Langkah – Langkah Penelitian. Graha
Ilmu : Yogyakarta.
Sugiyono., 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Cv Alvabeta : Bandung.
Sumarni, W.O. dan Alfiah., 2013. Hubungan Pengetahuan dan Pendidikan
Ibu Dengan Status Imunisasi Pada Anak Balita di Puskesmas UN
Kota Tual. Makasar, 2302 - 1721.
Suririnah., 2009. Buku Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor
Pendidikan Nasional.
20 Tahun 2003. Sistem
Wahab, A.Samik dan Madarina., 2002. Sistem Imun,Imunisasi dan Penyakit
Imun. Jakarta: Widya Medika.
WHO., 2012. http://www.who.int/gho/immunization/en/index.html. Tanggal
akses 27 November 2015.
Yusrianto., 2010. 100 Tanya Jawab Kesehatan Harian Untuk Balita.
Jogjakarta : Power Books.
Download