Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011 PERBAIKAN SISTEM KESELAMATAN KERJA MENGGUNAKAN TAHAPAN DEFINE-MEASURE-ANALYZE-IMPROVE-CONTROL Yohanes A.H. Putra , Josef Hernawan Nudu*, DM. Ratna Tungga Dewa Program Studi Teknik Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jl. Babarsari 43, Yogyakarta 55281 E-mail: [email protected]* ABSTRAK Upaya perbaikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) semakin penting dan menyatu dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). Banyak metoda yang telah dikembangkan untuk mengurangi dampak aktivitas beresiko tinggi, misalnya FMEA dan HAZOP. SMK3 mensyaratkan adanya perbaikan berkesinambungan dalam bidang K3. Salah satu metoda perbaikan berkesinambungan adalah Metoda Six Sigma yang umumnya diterapkan dalam bidang perbaikan kualitas. Sebuah penelitian dilakukan untuk mengekspolarasi peluang penerapan Metoda Six Sigma dalam bidang K3. Penelitian dibatasi pada penerapan tahapan Define-Measure-Analyze-ImproveControl (DMAIC) yang merupakan tahapan-tahapan perbaikan dalam Metoda Six Sigma. Studi kasus tentang kecelakaan kerja dilakukan pada bagian produksi di sebuah perusahaan. Tahapan Define menunjukkan adanya permasalahan pada pencatatan jam kerja hilang akibat kecelakaan kerja. Langkah Measure-Analyze-Improve menunjukkan perlunya form pencatatan kecelakaan kerja. Analisis lebih lanjut menggunakan Diagram Ishikawa menunjukkan perilaku kerja sebagai salah satu penyebab kecelakaan kerja. Langkah Control sebagai bagian tahapan DMAIC dilakukan dalam bentuk program pelatihan dan modul pelatihan sederhana tentang keselamatan kerja. Hasil perbaikan menggunakan tahapan DMAIC adalah form pencatatan, program pelatihan keselamatan kerja, dan modul pelatihan keselamatan kerja. Hasil perbaikan dalam bentuk penurunan jumlah kecelakaan kerja dan akurasi pencatatan jam kerja yang hilang masih menunggu hasil penerapan usulan perbaikan di perusahaan. Keywords: perbaikan berkesinambungan, kecelakaan kerja, Six Sigma, DMAIC PENDAHULUAN Salah satu indikator keberhasilan upaya perlindungan kerja dan peningkatan keselamatan kerja adalah turunnya biaya produksi dan meningkatnya produktivitas (Suma’mur, 1993). Upaya pengurangan frekuensi dan akibat kecelakaan kerja telah banyak dilakukan [(Ng, et al., 2003), (Leclercq and Thouy, 2004) (Pratiwi, 2005), (Nugroho, 2006), (Sulistyarini, 2006)]. Penerapan Six Sigma dalam bidang keselamatan kerja telah banyak dilakukan dan memberikan hasil yang baik, khususnya dalam hal perbaikan berkesinambungan [(Ng, et al., 2003), (Williamsen, 2005)].Makalah ini memaparkan upaya menerapkan tahapan DMAIC untuk perbaikan sistem keselamatan kerja pada PT. XYZ. DMAIC adalah tahapan dalam metoda Six Sigma (Pyzdek, 2003). Latar Belakang Masalah PT XYZ merupakan perusahaan manufaktur dan memiliki dua kategori karyawan, yaitu karyawan tetap dan untuk karyawan harian. Karyawan tetap bertugas melakukan supervisi dan administrasi. Karyawan harian bekerja sebagai operator di bagian Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011 produksi. Sebagai bagian dari pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), PT XYZ telah menerapkan pencatatan waktu kerja yang hilang, namun hanya untuk karyawan tetap. Dalam kenyataannya, kecelakaan kerja juga dialami oleh karyawan harian. Kecelakaan kerja menyebabkan jam kerja hilang sehingga produktifitas terganggu. Perusahaan (atas kebijakan Direksi) menanggung biaya pengobatan. Kerugian yang dialami perusahaan akibat kecelakaan kerja pada tenaga harian adalah kerugian produktivitas dan finansial. Perumusan Masalah PT. XYZ belum melakukan pencatatan jam kerja yang hilang karena kecelakaan kerja pada karyawan harian. Data kecelakaan kerja menjadi tidak akurat yang menghambat perbaikan sistem manajemen keselamatan kerja. Tujuan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1. Untuk mengindentifikasi penyebab dan menentukan solusi pencatatan jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja oleh karyawan harian. 2. Untuk perbaikan SMK3 pada penekanan terjadinya jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja sehingga dapat meningkatkan produktifitas. Batasan Masalah Penelitian ini memiliki batasan masalah yaitu: 1. Penelitian ini hanya berfokus pada keselamatan kerja untuk tenaga harian yang merupakan operator di sebuah plant produksi. 2. Analisisi didasarkan data yang dapat bulan Januari sampai Agustus 2010. 3. Hasil Penelitian berupa usulan untuk perusahaan. METODA Penelitian dilakukan dalam beberapa tahapan; mulai dari penelitian pendahuluan, perumusan masalah, penentujuan tujuan, analisis, sampai penentuan solusi. Bagan aliran kegiatan penelitan ditampilkan pada Gambar 1. Analisis untuk perbaikan sistem dilakukan dengan menggunakan tahapan DMAIC. Gambar 1. Alur Penelitian ISBN : 978-602-97491-2-0 A-3-2 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011 HASIL DAN SOLUSI Sesuai dengan metoda yang dipilih, penelitian dimulai dari tahapan Define. Hasil dari tahapan Define adalah perumusan permasalahan yang akan diselesaikan di PT. XYZ. Tahapan berikutnya (Measure, Analyze, Improvement, Control) dilakukan sampai diperoleh solusi. Tahapan Define PT. XYZ telah menerapkan sistem manajemen K3 yang terdapat pada PERMENAKER No.5/1996, tetapi belum melakukan sertifikasi sistem manajemen K3 (SMK3). Pengamatan terhadap pelaksanaan SMK3 di perusahan memberi hasil pemetaan kondisi seperti disajikan pada Tabel 1. Tanda ‘X’ menunjukkan bahwa elemen SMK3 yang bersangkutan belum diterapkan di PT. XYZ. Komponen yang tidak ditampilkan diartikan bahwa elemen SMK3 yang bersangkutan telah diterapkan. Tabel 1 Daftar elemen-elemen SMK3 yang belum diterapkan Elemen SMK3 Cek Elemen 1 Pembangunan & Pemeliharaan Komitmen 1.3 Tinjauan Ulang & Evaluasi X Elemen 2 Strategi Pendokumentasian 2.2 Manual SMK3 X Elemen 4 Pengendalian Dokumen 4.1 Persetujuan dan Pengeluaran Dokumen – Menjamin peredaran dokumen versi terkini X Elemen 6 Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3 6.5 Pemeliharaan, Perbaikan dan Perbaikan Sarana Produksi – Jadual dan catatan hasil pemeliharaan sarana produksi X – Sistem permintaan perawatan/perbaikan sarana produksi X 6.6 Pelayanan X 6.7 Kesiapan untuk Menangani Keadaan Darurat X 6.8 Pertolongan Pertama pada Kecelakaan X Elemen 7 Standar Pemantauan 7.3 Peralatan Inspeksi, Pengukuran & Pengujian X Elemen 8 Pelaporan dan Perbaikan Kekurangan 8.4 Penanganan Masalah X Elemen 10 Pengumpulan dan Penggunaan Data 10.2 Data dan Laporan Keselamatan dan Kesehatan Kerja X Elemen 11 Audit Sistem Manajemen K3 X Elemen 12 Pengembangan Ketrampilan dan Kemampuan X Beberapa elemen, misalnya elemen 8 dan elemen 10, belum diterapkan secara baik, misal elemen 8.4. Mengacu pada elemen 8 yang belum sempurna penerapannya, maka pada sub-sub elemen 10 dan elemen berikutnya juga belum dapat terpenuhi. Hal ini disebabkan karena pencatatan keselamatan dan kesehatan kerja hanya diterapkan pada karyawan tetap. Hasil tahapan Define adalah diperlukan sistem pencatatan kecelakaan kerja yang meliputi seluruh karyawan. ISBN : 978-602-97491-2-0 A-3-3 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011 Tahapan Measure Selanjutnya dilakukan pengukuran untuk memperoleh nilai kuantitatif tentang kecelakaan kerja dan pencatatan kecelakaan kerja. Dari hasil pengamatan di perusahaan diperoleh data kecelakaan kerja karyawan harian seperti pada Tabel 2. Data tersebut diperoleh dari jurnal satpam dan tidak tercatat di Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Tabel 2. Data Kecelakaan Kerja Tenaga Harian Lepas No Hari, Tanggal, Jam Kejadian Nama 1 Jumat, 19 Februari 2010, 15.30 WIB A Tenaga Harian 2 Kamis, 22 April, 04.30 WIB B Tenaga Harian C Tenaga Harian D Tenaga Harian 3 4 Kamis, 5 Agustus 2010, 08.30 WIB Jumat, 6 Agustus 2010, 10.30 WIB Akibat Jenis kecelakaa Pertolong n an Hari kerja yang hilang Hidung terluka dibawa ke RS 1 hari Telapak tangan dan dibawa ke kaki kiri RS julitnya melepuh 2 hari PT. XYZ Tangan kanan terkena Streping Bet Tangan kanan terluka ringan dibawa ke RS 1 hari PT. XYZ kedua mata terkena zat kimia Matanya perih dibawa ke RS 1 hari Tempat kecelakaan Bagian PT. XYZ PT. XYZ Uraian kejadian kecelakaan Ketika memukul Concrite Mixer, Martil yang digunakan untuk memukul molen mental mengenai Hidung Saat memperbaiki Heater Burner P5 yang mengalami kebuntuan, sdr tsb berusaha mengeluarkan kotoran yang ada melalui plug Heat Burner tiba-tiba ada tekanan dari dalam selang yang mendorong residu sehingga terjadi semburan panas Efek kecelakaan kerja dinyatakan dengan indikator tingkat kekerapan/frekuensi (Accident Frequency Rate) dan keparahan insiden (Severity Rate) (Ramli, 2010). Tingkat kekerapan kecelakaan dapat dihitung dengan sebagai berikut: FR FR jumlah kecelakaan x 512.200 jumlah jam ker ja 4 x 512 .200 530 .451 FR 3,86 kecelakaan dalam periode pengamatan Keterangan: 1. FR adalah tingkat kekerapan 2. Jumlah kecelakaan adalah jumlah kejadian kecelakaan yang menyebabkan kehilangan jam kerja 3. 512.200 adalah Jumlah jam kerja normal tiap bulannya dikali jumlah tenaga kerja dari bulan Januari hingga Agustus. 4. Jumlah jam kerja orang adalah total jam kerja aktual perusahaan dalam periode bulan Januari hingga bulan Agustus 2010 termasuk jam kerja lembur. ISBN : 978-602-97491-2-0 A-3-4 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011 Tingkat keparahan (Severity Rate) menyatakan jumlah hari kerja yang hilang akibat kecelakan kerja (cidera/kematian). Tingkat keparahan kecelakaan periode perhitungan bulan Januari hingga bulan Agustus 2010 dapat dihitung sebagai berikut: jumlah hari yang hilang x 512.200 jumlah jam ker ja 5 x 512.200 SR 530.451 SR 4,83 hari dalam rentang periode pengamatan SR Keterangan: 1. SR adalah Tingkat keparahan; 2. Jumlah hari hilang adalah jumlah hari yang hilang akibat kecelakaan kerja Perhitungan tingkat kekerapan kecelakaan kerja menunjukkan bahwa terdapat kecelakaan kerja di PT XYZ karena FR ≠ 0 dan hasilnya FR = 3,86. Sedangkan, tingkat keparahan menunjukkan kecelakaan ringan dengan SR = 4,83 dan SR < 5 (hari yang hilang). Seluruh kecelakaan kerja (100%) tidak tercatat di bagian K3 (hanya dicatat di bagian satpam, tidak dilaporkan ke bagian K3) Tahapan Analyze Analisis penyebab tidak tercatatnya kecelakaan kerja dilakukan menggunakan diagram tulang ikan (Fishbone diagram)seperti pada Gambar 2. Unsur metode menjadi bagian yang sangat berpengaruh pada tidak tercatatnya jam kerja yang hilang. Tidak adanya data yang akurat juga disebabkan karena tidak ada formulir untuk melakukan pencatatan kehilangan jam kerja tersebut. Meski satpam melakukan pencatatan, namun data yang diperoleh tidak mencukupi bagi bagian K3 untuk melakukan perbaikan. Penyebab terjadinya kecelakaan juga dianalisis untuk perbaikan system. Analisis dilakukan dengan diagram tulang ikan (Fishbone diagram). Faktor yang cukup mempengaruhi terjadinya jam kerja yang hilang adalah faktor metode dan manusia. Dari analisis tersebut selanjutnya dilakukan tahapan perbaikan. Gambar 2 Diagram Ishikawa Analisis Jam Hilang yang Tidak Tercatat Tahapan Improve Berdasarkan hasil analisa bahwa permasalahan kehilangan jam kerja dan pencatatan jam kerja diakibatkan oleh rendahnya kesadaran tentang keselamatan kerja dan tidak ada ISBN : 978-602-97491-2-0 A-3-5 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011 prosedur pencatatan, maka solusi yang diusulkan adalah pelatihan tentan keselamatan kerja, serta prosedur dan formulir pencatatan kecelakaan kerja untuk karyawan harian. Usulan improvement telah ditindaklanjuti dengan membuat modul pelatihan dan formulir pencatatan. Kedua usul tersebut diterima baik oleh perusahaan. Kolom-kolom pada formulir pencatatan disesuaikan dengan butir-butir K3 yang harus dipenuhi. Dalam formulir usulan terdapat kolom identitas penderita dan kolom bagian/seksi untuk mengetahui identitas korban kecelakaan dan membantu untuk urusan administrasi. Kolom tempat dan hari/tanggal/jam kecelakaan digunakan untuk membuat berita acara kejadian. Kolom uraian kejadian kecelakaan, Jenis pekerjaan waktu kejadian, Saksi kecelakaan, penyebab/sumber kecelakaan dan akibat kecelakaan berfungsi sebagai data untuk melakukan penyelidikan kecelakaan atau evaluasi kecelakaan/sistem. Kolom jenis pertolongan pertama untuk mengetahui pertolongan medis yang telah dilakukan agar pertolongan selanjutnya bisa efektif dan effisien. Kolom hari yang hilang berguna untuk menghitung hari yang hilang akibat kecelakaan. Tahapan Control Tahapan Control berbentuk bagaimana melaksanakan pengendalian hasil perbaikan di tahapan Improve. Manajemen merupakan tonggak utama dalam pelaksanaan perbaikan sistem manajemen K3, sebab komitmen manajemen yang baik membuat sistem tetap berjalan. Pengendalian tingkat/frekuensi kecelakaan kerja dilakukan dengan pelatihan K3 pada tenaga harian lepas. Pelatihan bertujuan memberikan pengetahuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya keselamatan kerja. Pelatihan harus dilaksanakan secara bertahap untuk meningkatkan pengetahuan para tenaga harian lepas. Pengetahuan yang didapat dari pelatihan akan diimplementasikan dalam pekerjaan. Pengendalian keberlangsungan proses perbaikan dilakukan oleh bagian K3 perusahaan. Bentuk pengendalian antara lain Pengawasan di lapangan sebagai bentuk penerapan dari pelatihan terhadap tenaga harian lepas. Kesadaran setiap tenaga harian lepas perlu dikontrol sebagai bentuk konsistensi perbaikan sistem manajeman K3. Pembahasan Selama ini tidak dilakukan pencatatan jam kerja yang hilang terjadi pada tenaga harian lepas. Di sisi lain, perhitungan tingkat kecelakaan kerja yang terjadi pada tenaga harian menunjukan FR = 3.86. Nilai FR tersebut menyatakan bahwa terdapat kecelakaan yang terjadi pada tenaga harian. Perhitungan tingkat keparahan kecelakaan menunjukan SR = 4,83 yang berarti kecelakaan terjadi adalah kecelakaan ringan. Pencatatan jam kerja yang hilang memberikan bahan untuk melakukan evaluasi sistem yang ada. Selama ini, pencatatan jam kerja yang hilang pada tenaga harian belum dilakukan. Hal tersebut membuat perusahaan mengalami kesulitan untuk melakukan Improvement. Jika dalam pencatatan tersebut jam kerja yang hilang banyak terjadi dan tercatat sebagai data maka perusahaan dapat dengan segera mengusahakan perbaikan pada sistem. Metoda DMAIC memberikan tahapan terstruktur untuk memperoleh solusi bagi permasalahan di PT. XYZ. Perbaikan yang diperoleh merupakan bagian dari perbaikan berkesinambungan yang harus dilakukan. Salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah kurangnya pengetahuan tenaga harian akan keselamatan kerja. Jika ISBN : 978-602-97491-2-0 A-3-6 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011 penyebab tersebut dapat diperkecil maka kecelakaan dan jam kerja yang hilang dapat dikurangi. Solusi dalam memecahkan permasalahan yang ada adalah dengan melakukan pelatihan dan melakukan pencatatan jam kerja yang hilang. Solusi tersebut tidak banyak membutuhkan perngeluaran biaya untuk menerapkannya. Pelatihan interen tidak membutuhkan biaya anggaran yang besar namun membutuhkan waktu. Agar tidak mengganggu produksi, pelatihan sederhana dilakukan sambil pekerja menggunakan jam istirahat. Penerapan perbaikan tersebut membutuhkan komitmen dari semua bagian dari perusahaan. Manajemen harus terus mengontrol pelaksanaan perbaikan tersebut. KESIMPULAN Beberapa kesimpulan yang diperoleh dari penelitian adalah: 1. PT. XYZ telah menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja tetapi belum melakukan sertifikasi SMK3. 2. Mengacu pada PERMENAKER no.5/1996 bahwa beberapa elemen telah dicapai oleh perusahaan namun ada beberapa elemen pula yang belum dipenuhi oleh perusahaan. Elemen yang belum diterapkan dengan baik adalah mengenai pelaporan dan pencatatan yang sangat penting dalam perbaikan sistem. 3. Tiadanya pencatatan kecelakaan kerja pada karyawan harian menutupi masalah kehilangan jam kerja yang selama ini terjadi. 4. Jenis kecelakaan yang terjadi adalah kecelakaan ringan. 5. Solusi yang diusulkan adalah pencatatan jam kerja hilang bagi karyawan harian, pembuatan formulir bagi kecelakaan kerja di bagian satpam, dan pelatihan keselamatan kerja bagi karyawan harian. 6. Perlu komitmen manajemen agar program yang sudah dirancang dapat berjalan dengan baik dan berkesinambungan. 7. Perlu keterlibatan semua bagian dari perusahaan tersebut untuk perbaikan keselamatan kerja. DAFTAR PUSTAKA Leclercq, S., Thouy, S., 2004, Systemic analysis of so-called ‘accidents on the level’ in a multi trade company, Ergonomics, Vol. 47, No. 12, p.1282 – 1300 Ng. T.Y., Tsung. F., So. R.H.Y., Li. T.S and Lam. K.Y., 2003, An application of Six Sigma approach to reduce fall hazards among cargo handlers working on top of cargo containers, World Class Applications of Six Sigma, Elsevier, Oxford. Nugroho, N., 2006, Analisis Perbaikan Sistem Kecelakaan Kerja dengan Pendekatan Analytical hierarchy Process (studi kasus: PT. Perwita Karya, Yogyakarta), Skripsi Jurusan Teknik Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta. Pratiwi, P.W. 2005, Analisis Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja di PT. Indonesia Power unit Bisnis Pembangkit mrica, Skripsi Jurusan Teknik Industri universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta Pyzdek, T., 2003, The Six Sigma Handsbook, Mc-Graw-Hill, New York. Ramli, S, 2010, Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS 18001, Dian rakyat, Jakarta ISBN : 978-602-97491-2-0 A-3-7 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011 Sulistyarini, W.R., 2006, Pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan kerja terhadap Produktifitas Kerja Karyawan pada CV Sahabat di Klaten, Skripsi Jurusan Ekonomi Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Surakarta Suma’mur, P.K, 1993, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, CV Haji Masagung, Jakarta. Williamsen, M., 2005, Six Sigma Safety: Applying quality management principles to foster a zero-injury safety culture, Professional Safety, June 2005, p.41-49 ISBN : 978-602-97491-2-0 A-3-8