Came to Die - Pdt. Budi Asali, M.Div.

advertisement
Came to die – Pdt. Budi Asali, M.Div.
CAME TO DIE
(Yoh 12:20-36)
Pdt. Budi Asali, M.Div.
Yoh 12:20-36 - “(20) Di antara mereka yang berangkat untuk beribadah pada hari
raya itu, terdapat beberapa orang Yunani. (21) Orang-orang itu pergi kepada
Filipus, yang berasal dari Betsaida di Galilea, lalu berkata kepadanya: ‘Tuan, kami
ingin bertemu dengan Yesus.’ (22) Filipus pergi memberitahukannya kepada
Andreas; Andreas dan Filipus menyampaikannya pula kepada Yesus. (23) Tetapi
Yesus menjawab mereka, kataNya: ‘Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.
(24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke
dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan
menghasilkan banyak buah. (25) Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan
kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini,
ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. (26) Barangsiapa melayani Aku,
ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayanKu akan
berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa. (27) Sekarang jiwaKu
terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat
ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini. (28) Bapa,
muliakanlah namaMu!’ Maka terdengarlah suara dari sorga: ‘Aku telah
memuliakanNya, dan Aku akan memuliakanNya lagi!’ (29) Orang banyak yang
berdiri di situ dan mendengarkannya berkata, bahwa itu bunyi guntur. Ada pula
yang berkata: ‘Seorang malaikat telah berbicara dengan Dia.’ (30) Jawab Yesus:
‘Suara itu telah terdengar bukan oleh karena Aku, melainkan oleh karena kamu.
(31) Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa
dunia ini akan dilemparkan ke luar; (32) dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari
bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu.’ (33) Ini dikatakanNya
untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati. (34) Lalu jawab orang
banyak itu: ‘Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup
selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia
harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?’ (35) Kata Yesus kepada mereka:
‘Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. Selama terang itu ada
padamu, percayalah kepadanya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu;
barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi. (36)
Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu
menjadi anak-anak terang.’ Sesudah berkata demikian, Yesus pergi bersembunyi
dari antara mereka”.
1
Came to die – Pdt. Budi Asali, M.Div.
I) Upah dosa adalah maut.
Kej 2:16-17 - “(16) Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia:
‘Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, (17)
tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah
kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau
mati.’”.
Kej 3:19 - “dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau
kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau
debu dan engkau akan kembali menjadi debu.’”.
Ro 6:23a - “Sebab upah dosa ialah maut”.
Yeh 18:4b - “Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati”.
Kalau Allah mau memikul upah dosa / hukuman dosa ini maka Allah harus mati.
Tetapi sebagai Allah Ia tidak bisa menderita ataupun mati. Karena itu, Ia harus lebih
dulu menjadi manusia, supaya Ia bisa menderita dan mati untuk memikul hukuman
dosa manusia.
II) Yesus datang untuk mati.
1) Aku datang.
Ay 27: “Sekarang jiwaKu terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa,
selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke
dalam saat ini”.
Kata-kata ‘Aku datang’ berulangkali keluar dari mulut Yesus, dan menunjuk
pada inkarnasiNya pada saat Ia menjadi manusia. Inkarnasi berbeda dengan
kelahiran karena:
a)
Inkarnasi menunjukkan tindakan aktif, sedangkan kelahiran menunjukkan
pada tindakan pasif.
Karena itu Yesus selalu berkata ‘Aku datang’ (misalnya: Luk 19:10
Yoh 9:39 Yoh 10:10 dsb) - yang menunjukkan tindakan aktif, bukannya ‘Aku
dilahirkan’ - yang menunjukkan tindakan pasif. Memang dalam Yoh 18:37b
2
Came to die – Pdt. Budi Asali, M.Div.
Yesus berkata: ‘Untuk itulah Aku lahir’, tetapi Ia langsung menyambung
dengan kata-kata ‘dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini’.
Ini menunjukkan bahwa Yesus bukan sekedar manusia biasa, tetapi juga
adalah Allah sendiri, karena tidak ada orang biasa yang kelahirannya
merupakan tindakan aktif.
b) Inkarnasi menunjukkan bahwa Yesus mempunyai Pre-existence / keberadaan
sebelumnya (Yoh 1:1 6:38 8:58 2Kor 8:9 Fil 2:6-7).
Kalau sekedar dikatakan bahwa Yesus dilahirkan, maka itu menunjukkan
bahwa sebelum Ia dilahirkan, Ia tidak ada. Tetapi kalau dikatakan bahwa
Yesus berinkarnasi, karena inkarnasi merupakan tindakan aktif, maka itu
menunjukkan bahwa Ia sudah ada sebelum saat itu.
Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa Yesus bukan hanya sekedar manusia biasa,
tetapi juga adalah Allah sendiri.
2) Aku datang untuk mati.
Dalam dongeng-dongeng sering diceritakan tentang dewa yang menjadi manusia.
Apa tujuannya? Biasanya tujuannya bersifat egois, yaitu demi kesenangan mereka
sendiri. Tetapi bagaimana dengan Kristus? Ia adalah Allah yang menjadi manusia.
Apa tujuannya?
Sebetulnya ada banyak tujuan dari kedatangan Yesus, seperti:
·
memberitakan Injil (Mark 1:38).
·
memberi kesaksian tentang kebenaran (Yoh 18:37).
·
Supaya Ia bisa menjadi teladan bagi manusia (Mat 11:29 Yoh 13:14-15
Fil 2:5-8 Ibr 12:2-4 1Pet 2:21).
Kalau Ia tetap sebagai Allah, maka bagaimanapun sucinya Ia hidup, Ia tidak
bisa menjadi teladan bagi manusia, karena manusia tidak bisa melihat Dia.
Tetapi dengan Ia sudah menjadi manusia, maka manusia bisa melihat
kehidupanNya yang suci dan meneladaninya.
3
Came to die – Pdt. Budi Asali, M.Div.
·
Supaya Ia bisa merasakan pencobaan dan penderitaan yang dialami oleh
manusia. Dengan demikian Ia bisa bersimpati terhadap manusia yang
menderita dan dicobai dan bisa menolong mereka (Ibr 2:17-18 Ibr 4:15).
Tetapi tujuan utama Yesus datang ke dunia adalah untuk mati. Benarkah
demikian? Mari kita perhatikan ayat-ayat di bawah ini dengan penjelasannya.
a) Ay 23-24: “(23) Tetapi Yesus menjawab mereka, kataNya: ‘Telah tiba
saatnya Anak Manusia dimuliakan. (24) Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati,
ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak
buah.”.
Dalam ay 23 Ia berbicara tentang ‘dimuliakan’, dan dalam ay 24 Ia berbicara
tentang kematian. Jadi jelas bahwa Yesus memaksudkan ‘dimuliakan melalui
salib / kematian’.
William Barclay (tentang Yoh 3:14-15): “There was a double lifting up in
Jesus’s life - the lifting on the Cross and the lifting into glory. And the two
are inextricably connected. The one could not have happened without the
other. For Jesus the Cross was the way to glory; had he refused it, had he
evaded it, had he taken steps to escape it, as he might so easily have done,
there would have been no glory for him” (= Ada peninggian dobel dalam
kehidupan Yesus - peninggian pada salib dan peninggian ke dalam
kemuliaan. Dan keduanya berhubungan secara tak bisa dilepaskan. Yang
satu tidak akan bisa terjadi tanpa yang lain. Untuk Yesus, salib adalah
jalan menuju kemuliaan; andaikata Ia menolaknya, andaikata ia
mengambil langkah untuk menghindarinya, yang dengan mudah bisa Ia
lakukan, maka tidak akan ada kemuliaan bagi Dia).
Bdk. Fil 2:5-11 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh
pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang
walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah
itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah
mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan
menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia,
Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati
di kayu salib. (9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan
mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, (10) supaya dalam
nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas
bumi dan yang ada di bawah bumi, (11) dan segala lidah mengaku:
‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!”.
Catatan: hati-hati dengan teori yang disebut teori Kenosis / teori pengosongan
diri, yang didasarkan pada penafsiran yang salah dari text ini. Teori itu
4
Came to die – Pdt. Budi Asali, M.Div.
mengatakan bahwa dalam pengosongan diri itu Yesus yang adalah Allah,
mengesampingkan sebagian / seluruh sifat-sifat ilahinya untuk bisa menjadi
manusia yang terbatas. Ini salah / sesat, karena Allah tidak bisa
mengesampingkan sebagian / seluruh sifat-sifatNya. Itu akan membuat Ia
berhenti menjadi Allah, dan Allah tidak bisa berhenti menjadi Allah.
Tetapi penekanan saya dengan kutipan dari Fil 2 ini adalah bahwa text ini
menunjukkan bahwa Yesus merendahkan diri menjadi manusia dengan tujuan
untuk mati, dan melalui kematian itu Ia dimuliakan!
b) Ay 27: “Sekarang jiwaKu terharu dan apakah yang akan Kukatakan?
Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku
datang ke dalam saat ini”.
1. ‘Apakah yang akan Kukatakan? Bapa selamatkanlah Aku dari saat
ini?’.
Bagian ini menunjukkan pergumulan Yesus, mirip dengan yang terjadi di
Taman Getsemani (Mat 26:39-42). Ia bergumul apakah harus meminta
supaya Bapa menyelamatkan Dia dari kematian yang harus segera terjadi.
2. ‘Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini’.
Kata ‘tidak’ sebetulnya tidak ada. Terjemahan yang benar adalah ‘Tetapi
untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini’.
Jadi ay 27 ini menunjukkan bahwa sekalipun Kristus mengalami
pergumulan, tetapi akhirnya Kristus berserah pada kehendak BapaNya.
Kata-kata ini menunjukkan bahwa Yesus datang untuk mati! Ini tujuan
utama kedatangan Yesus pada Natal!
Bdk. Mat 20:28 - “Anak manusia datang bukan untuk dilayani,
melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi
tebusan bagi banyak orang”.
Ada orang yang mengatakan:
5
Came to die – Pdt. Budi Asali, M.Div.
·
·
“Anak Allah menjadi manusia, supaya manusia bisa menjadi
anak Allah”.
“Yesus mati supaya kita bisa hidup”.
Jadi, Yesus datang ke dunia pada Natal yang pertama itu dengan tujuan utama
untuk mati. Untuk manusia yang lain: karena lahir, maka mereka harus mati.
Untuk Yesus: karena mau mati, maka Ia harus lahir. Natal harus ada supaya
Jum’at Agung bisa ada. Natal dan Jum’at Agung memang tidak terpisahkan.
3) Cara kematian Yesus.
Ay 32-33: “(32) dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan
menarik semua orang datang kepadaKu.’ (33) Ini dikatakanNya untuk
menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.”.
Text ini jelas menunjukkan bahwa istilah ‘ditinggikan dari bumi’ menunjuk
pada salib. Dan ay 32 menunjukkan bahwa melalui cara itulah Yesus menarik
semua orang datang kepadaNya.
Dalam Mat 4:8-10 Yesus menolak cara mudah (dengan menyembah setan) yang
ditawarkan setan untuk mendapatkan seluruh dunia, tetapi sekarang Ia memilih
cara yang sukar (melalui kematian di salib), melalui mana Ia akan menarik semua
orang datang kepadaNya.
4) Tujuan kematian Kristus.
Ay 24: Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak
jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia
akan menghasilkan banyak buah.”.
Ay 24 ini menunjuk kepada Kristus sendiri. Ia harus mati, supaya bisa
menghasilkan banyak buah (orang yang diselamatkan). Ini menunjukkan bahwa
kematian Yesus merupakan satu-satunya jalan melalui mana Yesus bisa
menyelamatkan kita, karena tanpa itu Ia akan tetap sendirian saja (tidak berbuah).
6
Came to die – Pdt. Budi Asali, M.Div.
Pulpit Commentary: “Over and over again our Lord has declared himself to be
‘the Life’ and ‘the Source of life’ for men; but he here lays down the principle
that this life-giving power of his is conditioned by his death” (= Berulangkali
Tuhan kita menyatakan diriNya sebagai ‘Hidup’ dan ‘Sumber kehidupan’
untuk manusia; tetapi di sini Ia memberikan suatu prinsip bahwa kuasa
memberi hidupNya ini disyaratkan oleh kematianNya).
Bdk. Yoh 10:10b - “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan
mempunyainya dalam segala kelimpahan”.
III) Tanggapan kita.
1) Datang kepada Yesus / percaya kepada Yesus.
Ay 35-36: “(35) Kata Yesus kepada mereka: ‘Hanya sedikit waktu lagi terang
ada di antara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya,
supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam
kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi. (36) Percayalah kepada terang itu,
selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang.’
Sesudah berkata demikian, Yesus pergi bersembunyi dari antara mereka”.
Catatan: ay 35 salah terjemahan. Seharusnya dalam ay 35 itu terjemahannya
bukan ‘percayalah kepadanya’ tetapi ‘berjalanlah’. NIV: ‘Walk, while you have
the light, before the darkness overtakes you’ (= Berjalanlah, sementara kamu
mempunyai terang, sebelum kegelapan itu menguasaimu).
a) Kata ‘percayalah’ (ay 36a) ada dalam bentuk present imperative (= kata
perintah bentuk present), dan menunjukkan bahwa kita harus terus menerus
percaya. Tetapi kata ‘menjadi’ (ay 36b) ada dalam bentuk aorist / lampau dan
menunjukkan kejadian sesaat.
Leon Morris (NICNT): “‘Believe’ in the present tense gives the thought of a
continuous belief, whereas ‘become’ in the aorist points us to a once-for all
becoming sons of light. While faith is an activity to be practised without
ceasing one does not become a son of light by degrees. One passes decisively
out of death into life (5:24)” [= ‘Percayalah’ dalam bentuk present
memberikan pemikiran tentang kepercayaan yang terus-menerus,
sedangkan ‘menjadi’ dalam bentuk lampau menunjukkan kita pada saat
menjadi anak terang yang terjadi sekali untuk selamanya. Sekalipun
iman adalah suatu aktifitas untuk dipraktekkan tanpa henti-hentinya,
7
Came to die – Pdt. Budi Asali, M.Div.
seseorang tidak menjadi anak terang secara bertahap. Seseorang
berpindah secara tegas dari maut ke dalam hidup (5:24)].
b) Ay 35-36 ini menunjukkan bahwa percaya kepada Yesus bukanlah sesuatu
yang bisa ditunda-tunda (bdk. Yes 55:6).
Ay 35-36: “(35) Kata Yesus kepada mereka: ‘Hanya sedikit waktu lagi
terang ada di antara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah
kepadanya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa
berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi. (36) Percayalah
kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi
anak-anak terang.’ Sesudah berkata demikian, Yesus pergi bersembunyi
dari antara mereka”.
Bdk. Yes 55:6 - “Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah
kepadaNya selama Ia dekat!”.
Leon Morris (NICNT): “The light is there only for ‘little while’. This applies
primarily to Jesus’ presence. He is about to be taken from the earth. But it
also points to the timeless truth that if we do not use the light we lose it” (=
Terang itu ada di sana hanya untuk ‘sedikit waktu’. Ini terutama
menunjuk pada kehadiran Yesus. Ia akan diambil dari dunia. Tetapi ini
juga menunjuk pada kebenaran kekal bahwa kalau kita tidak
menggunakan terang itu kita kehilangan terang itu).
William Barclay: “... this is an eternal truth. It is a statistical fact that there
is a steep rise in the number of conversion up to the age of seventeen and an
equally steep fall afterwards. The more a man lets himself become fixed in
his ways the harder it is to jerk himself out of them” (= ... ini adalah
kebenaran yang kekal. Merupakan fakta statistik bahwa ada kenaikan
yang curam dalam jumlah orang yang bertobat sampai pada usia 17
tahun dan lalu turun dengan kecuraman yang sama setelah itu. Makin
seseorang membiarkan dirinya menetap / menancap dalam jalannya
makin sukar untuk menarik ia keluar dari situ).
8
Came to die – Pdt. Budi Asali, M.Div.
2) Meneladani Yesus yang rela menderita dan mati.
Ay 24-25: “(24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum
tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia
mati, ia akan menghasilkan banyak buah. (25) Barangsiapa mencintai
nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai
nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal”.
a) Tanpa salib tidak ada makhkota.
Tadi saya katakan bahwa ay 24 itu menunjuk kepada Kristus sendiri. Tetapi
dari ay 25-26 terlihat bahwa ay 24 ini juga bisa diberlakukan untuk orang
Kristen.
Saya ingin mengulangi kata kata-kata William Barclay tadi, tetapi saya beri
sambungannya: “There was a double lifting up in Jesus’s life - the lifting on
the Cross and the lifting into glory. And the two are inextricably connected.
The one could not have happened without the other. For Jesus the Cross
was the way to glory; had he refused it, had he evaded it, had he taken steps
to escape it, as he might so easily have done, there would have been no glory
for him. It is the same for us. We can, if we like, choose the easy way; we
can, if we like, refuse the cross that every Christian is called to bear; but if
we do, we lose the glory. It is an unalterable law of life that if there is no
cross, there is no crown” (= Ada peninggian dobel dalam kehidupan Yesus
- peninggian pada salib dan peninggian ke dalam kemuliaan. Dan
keduanya berhubungan secara tak bisa dilepaskan. Yang satu tidak akan
bisa terjadi tanpa yang lain. Untuk Yesus, salib adalah jalan menuju
kemuliaan; andaikata Ia menolaknya, andaikata ia mengambil langkah
untuk menghindarinya, yang dengan mudah bisa Ia lakukan, maka tidak
akan ada kemuliaan bagi Dia. Sama halnya dengan kita. Kita bisa, kalau
kita mau, memilih jalan yang mudah; kita bisa, kalau kita mau, menolak
salib yang harus dipikul oleh setiap orang kristen; tetapi kalau kita
melakukan hal itu, kita kehilangan kemuliaan. Merupakan suatu hukum
kehidupan yang tidak bisa berubah bahwa kalau tidak ada salib, tidak
ada mahkota).
Penerapan: Adakah salib yang seharusnya saudara pikul, tetapi saudara
hindari? Misalnya harus menderita karena bekerja secara jujur, atau harus
menderita karena memberitakan Injil kepada orang kafir. Ingat bahwa kalau
tidak ada salib, tidak ada mahkota!
9
Came to die – Pdt. Budi Asali, M.Div.
b) Kematian orang Kristen bagi dirinya sendiri membuat dirinya bisa berguna
bagi Tuhan.
Pulpit Commentary menghubungkan ay 25 dengan ay 24, dan lalu
mengatakan: Jika hidup dianggap sebagai tujuan akhir, jika orang tidak mau
berkorban, jika orang takut mati untuk Tuhan, jika orang mati-matian
melindungi hidupnya, dan hidup itu menjadi berhala, maka hidup / nyawa itu
akan sendirian saja. Tetapi sebaliknya jika orangnya mau berkorban untuk
Tuhan, dan bahkan mau mati, maka hidup itu tidak akan sendirian, tetapi akan
berbuah banyak.
Pulpit Commentary: “The only true enrichment is through giving, the only
true gain is through loss, the only true victory is through suffering and
humiliation, the only true life is through death” (= Satu-satunya pengayaan
yang sejati adalah melalui memberi, satu-satunya keuntungan yang sejati
adalah melalui kerugian / kehilangan, satu-satunya kemenangan yang
sejati adalah melalui penderitaan dan perendahan, satu-satunya
kehidupan yang sejati adalah melalui kematian).
William Barclay: “It was by the death of the martyrs that the Church grew.
... But it becomes more personal than that. It is sometimes only when a man
buries his personal aims and ambitions that he begins to be of real use to
God. ... By the death of personal desire and personal ambition a man
becomes a servant of God” (= Oleh kematian dari para martirlah Gereja
bertumbuh. ... Tetapi hal itu menjadi bersifat lebih pribadi dari itu.
Kadang-kadang hanya pada saat seseorang mengubur tujuan dan ambisi
pribadinya barulah ia mulai betul-betul berguna bagi Allah. ... Melalui
kematian dari keinginan pribadi dan ambisi pribadi seseorang menjadi
seorang pelayan Allah).
Penerapan: Tujuan / keinginan / ambisi pribadi apa yang ada dalam diri
saudara? Untuk menjadi kaya / terkenal / berkedudukan tinggi? Untuk
dikagumi banyak orang? Untuk menjadi juara di kelas / sekolah? Untuk selalu
menjadi yang nomor satu dalam segala hal? Selama semua itu tidak saudara
kuburkan, saudara tidak bisa berbuah / berguna bagi Tuhan.
10
Came to die – Pdt. Budi Asali, M.Div.
Penutup.
Maukah saudara percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara?
Maukah saudara mati bagi diri saudara sendiri dan hidup untuk Tuhan? Tuhan
memberkati saudara.
-AMIN-
Pengutipan dari artikel ini harus mencantumkan:
Dikutip dari http://www.geocities.com/thisisreformedfaith/artikel/pi_cametodie.html
11
Download