SKRIPSI

advertisement
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA DENGAN MENGGUNAKAN
MEDIA PIAS-PIAS KATA PADA SISWA KELAS II SDN 2 SELODOKO
KEC. AMPEL, KABUPATEN BOYOLALI
TAHUN PEKAJARAN 2009/ 2010
SKRIPSI
Oleh :
SISWANTO
NIM. X 7108516
PROGRAM S1 PGSD KUALIFIKASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat cepat seperti sekarang
ini terasa sekali bahwa kegiatan membaca boleh dikatakan tidak terlepas dari
kehidupan manusia. Berbagai informasi sebagian besar disampaikan melalui media
cetak, dan bahkan yang melalui lisan pun bisa dilengkapi dengan tulisan, atau
sebaliknya. Di sisi lain keterbatasan waktu selalu dihadapi oleh manusia itu sendiri.
Hal itu didasarkan pada adanya arus informasi berjalan begitu cepat, kesibukan
manusia sangat banyak, sehingga waktu yang tersedia sangat terbatas. Kegiatan
membaca untuk dapat mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi tersebut mutlak
diperlukan.
Manusia kini, dihadapkan pada problema bagaimana mengatasi keterbatasan
waktu tersebut. Sehingga pada akhirnya dapat membaca dalam waktu yang relatif
singkat, namun dapat memperoleh informasi yang maksimal. Dengan pernyataan
lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif,
sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain.
Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang
bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca seseorang akan
memperoleh informasi, ilmu pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman baru. Semua
yang diperoleh melalui bacaan itu akan memungkinkan orang tersebut mampu
mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan memperluas
wawasannya. Dengan demikian maka kegiatan membaca merupakan kegiatan yang
sangat diperlukan oleh siapa saja yang ingin maju dan meningkatkan diri. Oleh
karena itu, pembelajaran membaca memang benar- benar mempunyai peranan yang
sangat penting. Sebab selain bermanfaat seperti yang telah disebut di atas, melalui
pembelajaran membaca, guru dapat berbuat banyak dalam proses pengindonesiaan
anak-anak Indonesia. Dalam pembelajaran membaca, guru dapat memilih wacanawacana yang berkaiatan dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Guru dapat
mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan nalar, dan kreativitas anak didik.
Pembelajaran membaca di kelas I dan II SD merupakan membaca tahap awal.
Kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat
berpengaruh terhadap kemampuan membaca berikutnya.
Kemampuan membaca di kelas I dan II SD benar-benar memerlukan
perhatian khusus dari guru karena jika dasar itu tidak kuat maka akan berpengaruh
pada tahap membaca lanjut, sebab siswa akan mengalami kesulitan untuk membaca
dengan mahir. Oleh sebab itu, guru kelas II SD harus berusaha sungguh-sungguh agar
ia dapat memberikan dasar kemampuan yang baik kepada anak didiknya. Hal itu akan
terwujud jika melalui pelaksanaan yang baik. Sebelum mengajar guru harus ada
perencanaan, baik mengenai materi, media, metode, dan yang lainnya.
Membaca permulaan sebagai salah satu keterampilan berbahasa yang
memungkinkan mampu menghasilkan siswa memiliki: (1) pengetahuan dasar yang
dapat digunakan sebagai dasar mendengarkan bahasa Indonesia; (2) pengetahuan
dasar untuk bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia; (3) pengetahuan dasar untuk
membaca bahasa Indonesia; (4) pengetahuan dasar untuk menulis bahasa Indonesia.
Hal ini membuktikan bahwa membaca permulaan adalah hal yang sangat penting.
Jelas bahwa membaca itu sangat penting dan mutlak ada dalam kurikulum Sekolah
Dasar.
Untuk meningkatkan prestasi belajar membaca siswa kelas II SD, guru
diharapkan mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam memilih serta
menggunakan pendekatan pembelajaran secara tepat. Pembelajaran bahasa lebih
ditekankan pada pendekatan komunikatif, yaitu keterampilan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar untuk berkomunikasi. Pendekatan komunikatif
sepenuhnya dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar di kelas apabila siswa
terlibat aktif. Siswa dilibatkan sejak awal dalam tahap memilih tema dan menentukan
topik sajian bahan pengajaran. Dengan demikian siswa dapat merasakan bahwa
kegiatan belajar yang dilakukan menjadi milik dan tanggungjawabnya. Tingkat
keaktifan siswa yang paling tinggi adalah kemandirian siswa dalam belajar,
keingintahuan yang tinggi, kehausan mencari informasi baru, dan kelincahan dalam
mencari pemecahan masalah.
Membaca permulaan sebagai kemampuan dasar membaca siswa merupakan
alat untuk mengetahui makna dari isi mata pelajaran yang dipelajari di sekolah.
Makin cepat siswa dapat membaca makin besar peluang untuk memahami makna isi
pelajaran di sekolah. Meskipun guru sudah bekerja keras mengajar membaca
permulaan pada siswa, namun pada akhir tahun pelajaran masih juga terdapat siswa
yang belum dapat membaca.
Masalah yang terjadi di kelas II SD Negeri 2 Selodoko ini adalah siswa sulit
membaca kalimat di tahap permulaan. Penyebabnya adalah siswa kesulitan
membedakan bentuk huruf dan sulit membaca huruf konsonan yang ada di belakang.
Siswa sering terbalik membedakan huruf “n” dan huruf “m”, huruf : “b” dan huruf
“d” , dan seterusnya.
Tahap awal sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan observasi
di kelas II. Hasil dari observasi sebelum diadakan penelitian adalah: keaktifan siswa
sedang, nilai yang dicapai siswa rendah, tingkat ketertarikan siswa terhadap pelajaran
rendah, tingkat keantusiasan rendah, keaktifan membaca permulaan rendah,
kemampuan membedakan huruf rendah, dan kemampuan membaca masih rendah.
Untuk mengetahui masalah kesulitan membaca permulaan dalam belajar mengajar,
sangat berhubungan dengan faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses
pembelajaran. Faktor-faktor yang berpengaruh yaitu faktor dari dalam diri siswa dan
faktor yang diperoleh dari luar siswa di antaranya adalah motivasi belajar. Faktor
yang berasal dari luar diri siswa di antaranya adalah kelengkapan/media dalam
pembelajaran.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan anak didik, sehingga dapat
mendorong terjadinya proses terjadinya belajar pada siswa (Miraso dalam Asep Herry
Hermawan, 2008: 11). Perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya
indera, hambatan jarak geografis dapat diatasi dengan pemanfaatan media
pembelajaran.
Berbagai cara mengatasi keterampilan membaca kalimat sederhana di kelas II
SD salah satunya menggunakan media pias-pias kata, proses pembelajaran dengan
menggunakan kartu huruf. Perhatian siswa akan tertarik dan terfokus pada mata
pelajaran, dan juga akan memberikan pengalaman yang nyata. Sehingga dapat
membantu para siswa untuk lebih mudah dan cepat dalam belajar membaca.
Kemampuan membaca kalimat sederhana merupakan dasar untuk menguasai
berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah tidak segera memiliki kemampuan
membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai
bidang studi pada kelas-kelas selanjutnya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan
prestasi belajar keterampilan membaca kalimat sederhana pada kelas II SD
diperlukan suatu bantuan media. Menurut peneliti media yang paling tepat digunakan
adalah media pias-pias kata. Media pias-pias kata merupakan media pandang dua
dimensi
yang
dirancang
secara
khusus
untuk
mengkomunikasikan
dalam
pembelajaran. Penggunaan media ini diharapkan dapat membantu siswa lebih mudah
dan berhasil dalam belajar membaca kalimat sederhana di kelas II SD.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian supaya
memperoleh data yang akurat, yang berguna untuk memberikan solusi yang terbaik
untuk mengatasi kesulitan belajar membaca kalimat sederhana siswa pada mata
pelajaran bahasa Indonesia. Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Meningkatkan Keterampilan Membaca dengan Menggunakan Media
Pias-pias Kata pada Siswa Kelas II SD Negeri 2 Selodoko Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1.
Guru Sekolah Dasar Negeri 2 Selodoko kurang tepat dalam menentukan strategi
pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam membaca, sehingga anak
kurang tertarik.
2.
Kurang tepatnya penggunaan metode dan media dalam pembelajaran bahasa
Indonesia, sehingga tidak tercapai tujuan yang diharapkan.
3.
Adanya siswa yang berkesulitan belajar membaca.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini masalah yang diidentifikasikan di atas tidak dapat
diteliti secara keseluruhan. Penelitian hanya membatasi pada masalah penggunaan
media (pias-pias kata/kartu huruf) untuk meningkatkan keterampilan membaca pada
siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri 2 Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten
Boyolali tahun pelajaran 2009/2010.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka dapat
disusun suatu rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apakah penggunaan media pias-pias kata dapat meningkatkan keterampilan
membaca pada siswa kelas II SD Negeri 2 Selodoko Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh informasi tentang
penggunaan media pias-pias kata (kartu huruf) untuk meningkatkan keterampilan
membaca siswa.
Tujuan penelitian ini adalah :
1.
Meningkatkan keterampilan membaca melalui penggunaan media pias-pias kata.
F.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebagai
alternatif dalam mengembangkan kemampuan bahasa Indonesia, khususnya membaca
kalimat sederhana. Secara rinci manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan
teknologi serta seni budaya, khususnya di bidang pendidikan, terfokus lagi dalam
bidang pengajaran Bahasa Indonesia.
2.
Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, yaitu :
1)
Dapat meminimalkan kesulitan belajar membaca, sehingga dapat
meningkatkan keterampilan membaca.
2)
Meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa, terutama dalam
keterampilan membaca.
3)
Meningkatkan motivasi belajar siswa.
b. Bagi Guru, yaitu :
1)
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan menghadapi dan
mengatasi siswa kelas II yang mengalami kesulitan belajar membaca
permulaan.
2)
Dapat memberikan wawasan bagi guru dalam menyiapkan media yang
sesuai dengan kebutuhan/materi pelajaran Bahasa Indonesia.
3)
Dapat mendorong guru dalam memberikan materi pelajaran dengan
memberikan kemampuan para siswa sebelumnya.
c. Bagi Sekolah/Lembaga
Penelitian ini bermanfaat bagi sekolah/lembaga sebagai bahan masukan bagi
pimpinan sekolah (Kepala Sekolah) untuk mengarahkan siswanya dalam
meningkatkan keterampilan berbicara.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1.
Tinjauan Tentang Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1984: 19), prestasi adalah hasil dari
suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun
kelompok. Sedangkan menurut Poerwadarminta (1985: 768), prestasi adalah
yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Menurut Masud
Khasan Abdul Qodir (dalam Syiful Bahri Djamarah (2003: 19)), prestasi
adalah sesuatu yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang
menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Senada
dengan pengertian tersebut di atas Sutartinah Tirtonegoro (1988: 43),
berpendapat bahwa prestasi adalah penilaian hasil usaha yang dapat
mencerminkan hasil yang dinyatakan dengan simbol, angka, huruf, maupun
kalimat yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan prestasi adalah hasil suatu atau bukti keberhasilan yang
dicapai dengan jalan keuletan dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan baik secara individu maupun kelompok melalui usaha belajar
dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat.
Menurut peneliti bahwa yang dimaksud prestasi adalah hasil yang
dicapai siswa dari usaha belajar yang dilakukan dengan jalan keuletan kerja
yang dikerjakan atau diciptakan secara individu atau kelompok dalam bentuk
simbol, angka, huruf maupun kalimat dalam periode tertentu.
b. Pengertian Belajar
Belajar dapat dipandang suatu perubahan pada diri individu yang
disebabkan dari hasil pengalaman, di mana guru terutama melihat siswa
dalam bentuk terakhir dari bebagai pengalaman interaksi belajar mengajar.
Dari situ terlihat sifat-sifat dan tanda-tanda tingkah laku yang dimilikinya.
Seorang siswa dinyatakan telah belajar apabila telah terjadi perubahan
tingkah laku pada diri siswa. Perubahan tingkah laku itu antara lain tentang :
1)
Penguasaan pengetahuan baru (kognitif)
2)
Penguasaan keterampilan baru (psikomotor)
3)
Pengembangan sikap dan minat baru (afektif)
Perubahan yang terjadi pada diri seseorang banyak sekali, baik dilihat
dari jenis maupun sifatnya. Karena itu tidak semua perubahan dalam diri
seseorang itu merupakan perubahan dalam arti belajar.
Menurut Oemar Hamalik (2003: 60), belajar (learning) adalah
merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan
latihan. Hal di atas sependapat dengan Skinner dalam Muhibbin Syah (1995:
89), bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah
laku yang berlangsung secara progresif. Skinner percaya bahwa proses
adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila diberi
penguatan. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar
adalah proses perubahan tingkah laku yang berlangsung secara progresif
sebagai hasil dari pengalaman dan latihan.
Menurut Suhaenah Suparno (2001: 2), belajar merupakan suatu
aktivitas yang menimbulkan suatu perubahan yang relatif permanen sebagai
akibat dari upaya-upaya yang dilakukan. Perubahan-perubahan tersebut tidak
disebabkan faktor kelelahan, (fatique), kematangan, ataupun karena
mengkosumsi obat tertentu.
Sejalan dengan perumusan di atas, menurut Hilgard dan Bower dalam
Ngalim Purwanto (1990: 84), mengemukakan bahwa belajar adalah
berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu
situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang
dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan
atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan
sesaat dari seseorang (kelelahan, kecelakaan).
Sedangkan menurut Slameto (1995: 2), berpendapat belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Senada dengan
pendapat Oemar Hamalik (2003: 327), belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.
Peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah
suatu proses kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman melalui interaksi
dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, psikomotor dan afektif.
Belajar adalah suatu usaha kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari pengalaman yang berulang-ulang. Sedangkan
menurut penulis yang dimaksud dengan belajar adalah suatu proses kegiatan
atau usaha dengan melalui latihan dan pengalaman yang berulang-ulang
dalam proses belajar agar mendapatkan perubahan tingkah laku yang bersifat
lebih baik dan tersimpan dalam jangka waktu yang lama.
Jadi jelas seseorang dikatakan telah melakukan kegiatan belajar
apabila terjadi adanya perubahan tingkah laku yang baru pada orang tersebut,
yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, yang sebelumnya belum bisa
menjadi bias, sehingga terjadi perubahan tingkah laku.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Untuk mencapai pestasi belajar yang optimal, perlu memperhatikan
faktor-faktor yang mempegaruhi prestasi belajar. Di bawah ini beberapa
faktor yang berkaitan dengan keberhasilan belajar yang dikemukakan oleh
para ahli.
Menurut Sumadi Suryabrata (1993: 249), menyatakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi belajar antara lain :
1) Faktor yang berasal dari individu.
Faktor ini digolongkan menjadi dua golongan yaitu :
a) Faktor-faktor Nasional, seperti :
(1) Suhu udara
(2) Cuaca
(3) Waktu
(4) Tempat (letak pergedungan)
(5) Alat-alat belajar (seperti alat tulis-menulis, buku-buku dan alat
peraga)
b) Faktor-faktor sosial adalah gangguan yang terjadi pada proses belajar,
seperti perhatian dan keadaan lingkungan kelas.
2) Faktor yang berasal dari dalam individu.
Faktor tersebut digolongkan menjadi dua golongan yaitu :
a) Faktor fisiologis, antara lain :
(1) Keadaan jasmani pada umumnya seperti lelah, lesu, ngantuk,
sakit.
(2) Keadaan fungsi jasmani terutama fungsi panca indera.
b) Faktor psikologis, yaitu :
(1) Sifat ingin tahu,
(2)
(3)
(4)
(5)
Kreativitas,
Simpati dariorang lain,
Memperbaiki kegagalan,
Rasa aman,
Muhibbin Syah (1995: 32), menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar adalah :
1) Faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa) meliputi dua
aspek, yakni :
a) Aspek fisiologi yaitu kondisi jasmani dan tonus (tegangan otot) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya,
dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
pelajaran.
b) Aspek psikologis yaitu faktor-faktor rohani siswa yang meliputi:
(1) Kecerdasan (intelegensi) siswa adalah kemampuan psikofisik
untuk merealisasi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat.
(2) Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif yang berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang
relatif tetap terhadap objek secara positif maupun negatif.
(3) Bakat siswa
Bakat adalah kemampuan potensi yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
(4) Minat siswa
Minat (interes) berati kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
(5) Motivasi siswa
Motivasi adalah keadaan internal organisme manusia yang
mendorong untuk berbuat sesuatu.
2) Faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri siswa) faktor tersebut
terdiri atas dua macam, yaitu :
a) Lingkungan sosial, yaitu :
(1) Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, staf administrasi,
dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar
siswa.
(2) Lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga
teman-teman sepermainan di sekitar tempat tinggal siswa.
(3) Lingkungan sosial yang lain adalah orang tua dan keluarga siswa
itu sendiri yang banyak mempengaruhi kegiatan siswa.
b) Lingkungan masyarakat
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan masyarakat ialah gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa, alat-alat belajar,
keadaan cuaca dan waktu yang digunakan.
3) Faktor pendekatan belajar
Pendekatan belajar meliputi beberapa tingkatan, pendekatan tinggi,
pendekatan sedang dan pendekatan rendah. Ada tiga faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor internal (faktor yang berasal
dari dalam diri individu), faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar
diri individu), dan faktor pendekatan belajar. Seseorang mengalami
proses belajar, agar belajar siswa dapat berhasil dengan tujuan yang
diharapkan, perlu memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi
hasil belajar.
Menurut Slameto (1995 : 54) faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar adalah sebagai berikut:
1) Faktor intern
Di dalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas menjadi tiga
faktor yaitu :
a) Faktor Jasmani
(1) Faktor kesehatan
Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap kegiatan belajar
orang tersebut. Seseorang akan terganggu jika kesehatannya
terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat,
mudah pusing, mengantuk jika badannya lemah, kurang darah
ataupun ada gangguan-gangguan fungsi alat inderanya serta
tubuhnya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah
mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara
selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja,
belajar, istirahat, tidur, makan, olah raga, rekreasi dan ibadah.
(2) Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah suatu yang menyebabkan kurang baik atau
kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat itu seperti
buta, setengah buta, atau gangguan mata, tuli, setengah tuli atau
gangguan pendengaran, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan
lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar.
Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi,
hendaknya siswa belajar pada lembaga khusus atau diusahakan
alat bantu.
b) Faktor psikologis
Ada beberapa faktor yang tergolong dalam faktor psikologis yang
dapat mempengaruhi belajar, antara lain adalah :
(1) Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis
kecakapan sebagai berikut : (1) kecakapan untuk menghadapi
dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan
efektif; (2) mengetahui atau menggu-nakan konsep-konsep yang
abstrak secara efektif; (3) mengetahui relasi dan mempelajarinya
dengan cepat.
(2) Perhatian
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, siswa harus
mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajari, jika bahan
pelajaran tidak menarik perhatian siswa akan bosan, sehingga
siswa tidak suka untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan
baik, bahan pelajaran harus menarik perhatian dengan cara
mengusahakan pelajaran sesuai dengan hobi atau bakatnya.
(3) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya
terhadap belajar, karena jika bahan pelajaran yang dipelajari
tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar
dengan baik, karena tidak ada daya tarik baginya. Sehingga
siswa tidak memperoleh kepuasan dalam belajar.
(4) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru
akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar
atau berlatih. Bakat akan mempengaruhi belajar jika bahan
pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil
belajar lebih baik karena siswa senang belajar dan selanjutnya
siswa akan lebih giat lagi belajarnya.
(5) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam petumbuhan
seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk
melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti anak
dapat
melaksanakan
kegiatan
terus-menerus,
untuk
itu
diperlukan latihan-latihan dan pelajaran.
(6) Kesiapan
Kesiapan adalah kesedian untuk memberi respons atau reaksi.
Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga
berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti
kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan perlu
diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan
sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
c) Faktor kelelahan
Kelelahan pada seseorang dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani
terlihat dalam lemahnya tubuh dan timbul kecenderungan untuk
membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan
substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah kurang
lancar pada bagian-bagian tertentu. Kelelahan rohani dapat dilihat
dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan
dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan rohani dapat
terjadi terus-menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa
istirahat, menghadapi hal-hal yang selalu sama/konstan tanpa ada
variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai
dengan bakat, minat dan perhatian. Dari uraian di atas dapatlah
dimengerti bahwa kelelahan itu mempengaruhi belajar. Agar siswa
dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi
kelelahan dalam dirinya.
2.
Tinjauan Tentang Media
a. Pengertian Media
Media merupakan alat peraga yang berasal dari kata peraga yang
artinya alat-alat, atau dalam bahasa sehari-hari sering digabungkan menjadi
alat peraga. Dalam dunia pendidikan media dikenal sebagai alat komunikasi
antara guru dan siswa untuk mencegah verbalisme.
Ada beberapa batasan tentang media, sebagai berikut : menurut
Heinich dalam Udin S Winataputra (2006 : 53) kata media berasal dari
bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara
harfiah berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima
pesan.
Menurut Wilbar Schramm dalam Asep Herry Hernawan (2008 : 11)
mengidentifikasikan media pembelajaran adalah sebagai teknologi pembawa
pesan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran.
Menurut Gagne dalam Ngadino Yustinus (2002 : 8) mengatakan
media adalah sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsang siswa untuk belajar.
Menurut
Briggs
dalam
Ngadino
Yustinus
(2002
:
8)
mengidentifikasikan media sebagai segala alat fisik yang dapat menyajikan
pesan serta merangsang siswa untuk belajar, misalnya: buku, film, kaset,
slide, dan sebagainya.
Sedangkan menurut Sri Anitah Wiryawan dan Noorhadi (1994 : 153)
mengidentifikasikan media pembelajaran sebagai setiap alat, baik hardware
maupun softwere yang dipergunakan sebagai media komunikasi dan yang
bertujuan untuk meningkatkan efektivitas proses belaja mengajar.
Pendapat jurnal internasional Rene Hobbs (Assoasiate Profesor Of
Comunication Temple University, Philadelphia). “Reading the media is a
shining beach of modern students need to be educated to better comprehend,
analyze, and evaluate eternally vociferous media meesages”. Maksudnya,
membaca media adalah sebuah rambu-rambu istimewa siswa modern yang
perlu
menjadikan pendidikan lebih dipahami, dianalisis, dan dievaluasi
secara terus-menerus sehingga maksud dari pembelajaran menjadi mudah
dimengerti.
Selain itu media baca juga merupakan sebuah sumber yang hebat
untuk ditemukan sebagai media acuan dalam kurikulum itu sendiri, sebagai
bahan media acuan membuat informasi pilihan, mengarang dari berbagai
ide/pendapat dengan menggunakan simbol sistem yang bervariasi/peralatan
dan teknologi yang sangat menarik dalam mempraktikkan bagi warga negara,
khususnya bagi para siswa.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas, maka peneliti
menyimpulkan bahwa media baca merupakan sebuah sumber yang
digunakan sebagai alat bantu dalam proses pendidikan dan pengajaran di
sekolah untuk menyalurkan pesan dari guru ke siswa, sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa
sehingga
proses
pembelajaran
dapat
berlangsung
pembelajaran dapat tercapai.
b.
Tujuan Penggunaan Media
Penggunaan media mempunyai tujuan, yaitu :
dan
tujuan
dari
1) Agar anak dapat mengamati langsung dan mendorong untuk bertanya dan
berdiskusi.
2) Untuk menarik perhatian anak agar memperhatikan materi pelajaran.
3) Untuk memberikan dasar yang konkrit dalam berfikir.
4) Untuk menghindari pengertian yang abstrak.
5) Untuk meletakkan dasar yang penting dalam perkembangan belajar,
sehingga apa yang dipelajari lebih tahan lama dalam ingatan.
Menurut Sri Anitah Wiryawan dan Noorhadi (1994: 153), secara
khusus media pembelajaran digunakan dengan tujuan sebagai berikut:
1) Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk memahami konsep,
prinsip, sikap, dan keterampilan tertentu dengan menggunakan media
paling tepat menurut karakteristik bahan.
2) Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga
lebih merangsang minat peserta didik untuk belajar.
3) Menumbuhkan sikap dan keterampilan tertentu dalam teknologi karena
peserta didik tertarik untuk menggunakan atau mengoperasikan media
tertentu.
4) Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan peserta didik.
c.
Manfaat Media Pembelajaran
Udin S. Winataputra (2006: 59), mengidentifikasi beberapa fungsi
media pembelajaran yaitu :
d.
1) Sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi belajar-mengajar
yang lebih efektif.
2) Dapat menciptakan situasi belajar yang diharapkan.
3) Mempermudah dan mempercepat daya tangkap siswa terhadap bahan ajar
dan meningkatkan kualitas proses belajar siswa.
4) Menjadikan hasil belajar siswa akan lebih tahan lama mengendap,
sehingga kualitas pembelajaran memiliki nilai yang tinggi.
Nilai Media dalam Pendidikan
Sebagaimana diuraikan di atas bahwa media merupakan alat yang
digunakan dalam rangka pencapain tujuan dalam pendidikan. Nilai media
dalam pendidikan adalah : (1) meletakkan dasar yang konkret dalam berpikir;
(2) meningkatkan perhatian para siswa pada pelajaran; (3) meletakkan dasar
yang penting untuk perkembangan daya fikir siswa; (4) memberikan
pengalaman yang nyata, yang dapat menumbuhkan keinginan siswa untuk
berusaha belajar mandiri.
Agar media bermanfaat, hendaknya memenuhi persyaratan sebagai
berikut : (1) otentik, artinya secara jujur melukiskan objek/peristiwa seperti
kalau orang melihatnya; (2) sederhana, harus menunjukkan dengan bagianbagian pokok yang jelas; (3) ukuran relatif, untuk mempermudah orang
membayangkan ukuran benda yang sebenarnya.
3. Tinjauan tentang Membaca Permulaan
a.
Pengertian Membaca
Dalam pelajaran bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan. Empat
keterampilan berbahasa yang disajikan dalam pelajaran bahasa Indonesia di
sekolah-sekolah meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Sebenarnya keterampilan tersebut dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar yaitu keterampilan yang bersifat menerima (reseptif) yang
meliputi keterampilan membaca dan menyimak, serta keterampilan yang
bersifat mengungkapkan (produktif) yang meliputi keterampilan menulis dan
membaca (Muchlisoh, 1992 : 119).
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang
diajarkan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Dalam
kehidupan sehari-hari peranan membaca tidak dapat dipungkiri lagi. Ada
beberapa peranan yang dapat disumbangkan oleh kegiatan membaca antara
lain : kegiatan membaca dapat membantu memecahkan masalah, dapat
memperkuat suatu keyakinan atau kepercayaan pembaca, sebagai suatu
pelatihan estetis, meningkatkan prestasi, memperluas pengetahuan dan
sebagainya.
Keterampilan membaca dan menulis, khususnya keterampilan
membaca harus segera dikuasai oleh para siswa di SD, karena keterampilan
ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di SD.
Keberhasilan siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar
di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan membaca mereka.
Siswa yang tidak mampu membaca dengan baik akan mengalami kesulitan
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Siswa
akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami informasi yang
disajikan dalam berbagai buku pelajaran, buku-buku bahan penunjang dan
sumber-sumber belajar tulis yang lain. Akibatnya kemajuan belajarnya juga
lamban jika dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak mengalami
kesulitan dalam membaca.
Pengertian membaca menurut Sabarti Akhadiah (1991 : 22) adalah
sutau kesatuan kegiatan yang terpadu dan mencakup beberapa kegiatan
seperti mengenali huruf dan kata-kata menghubungkannya dengan bunyi
serta maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan.
Menurut A.S. Broto dalam Abdurahman (2003 : 200) mengemukakan
bahwa membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan atau lambang
bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan.
Dengan demikian, membaca pada hakekatnya merupakan suatu bentuk
komunikasi tulis. Dalam Depdiknas (2002 : 21) menyatakan bahwa suatu
unsur (misalnya unsur huruf) dan mempunyai makna jika unsur tersebut
berhubungan dengan unsur lain (huruf lain), sehingga membentuk suatu arti.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
membaca permulaan merupakan aktivitas yang komplek yang mencakup
fisik dan mental. Aktivitas yang terkait dengan membaca adalah gerak mata
dan ketajaman penglihatan. Aktivitas mental yang mencakup ingatan dan
pemahaman. Orang akan dapat membaca dengan baik jika mampu melihat
huruf-huruf dengan jelas, mampu mengerakan mata secara lincah, mengingat
simbol-simbol bahasa dengan tepat, dan memiliki penalaran yang cukup
untuk memahami bacaan. Membaca dapat pula diartikan proses aktif dari
pikiran yang dilakukan melalui mata terhadap bacaan. Dalam kegiatan
membaca, pembaca memproses informasi dari teks yang dibaca untuk
memperoleh makna.
b.
Tujuan Membaca
Tujuan membaca dalam Depdikbud (1991 : 5) adalah :
1)
2)
3)
4)
5)
Memupuk dan mengembangkan kemampuan cara membaca siswa.
Mengembangkan kemampuan siswa dalam mengena huruf.
Melatih siswa untuk mengubah tulisan menjadi suara dan tulisan.
Melatih keterampilan siswa mampu membaca sesuai teknik tertentu.
Melatih siswa untuk memahami kata-kata yang dibaca dan
mengingatnya.
6) Melatih siswa dapat menetapkan arti dari sebuah kata dalam kalimat.
7) Mengungkapkan ide/pesan sederhana secara lisan atau tulis.
Tujuan membaca menurut Henry Guntur Tarigan (1995 : 9) adalah
sebagai berikut :
1) Bagi lingkungan masyarakat tertentu, membaca merupakan sebagian
kegiatan sehari-hari yang dilakukan sebagai kebiasaan atau bahkan
kebutuhan di samping kebutuhan pokok lainnya seperti : makan dan
minum. Lingkungan tersebut adalah lingkungan terpelajar seperti para
cendikiawan, para pejabat pemerintah, wartawan, guru, mahasiswa,
penulis dan sebagainya.
2) Bagi lingkungan masyarakat lain, kegiatan membaca mempunyai makna
yang berbeda. Makna ini bersangkutan dengan latar belakang pendidikan,
keadaan sosial, ekonomi, serta profesi. Selain tujuan membaca tersebut di
atas, ada juga tujuan membaca yang lain, yaitu:
a) Untuk mendapatkan informasi yang mencakup informasi tentang
fakta dan kegiatan sehari-hari sampai informasi tentang teori-teori,
serta penemuan para ilmiah yang canggih.
b) Ada orang-orang tertentu yang membaca dengan tujuan agar citra
dirinya meningkat.
c) Untuk melepaskan diri dari kenyataan, misalnya pada saat ia jenuh,
sedih, bahkan putus asa.
d) Rekreatif atau untuk mendapatkan kesenangan atau hiburan.
e) Untuk mencari nilai-nilai keindahan atau pengalaman estetis dan
nilai-nilai kehidupan lainnya.
c.
Pengertian Membaca Permulaan
Secara umum kegiatan membaca di Sekolah Dasar ada dua tahapan.
Pertama, belajar membaca yang diberikan pada tahun-tahun pertama Sekolah
Dasar yang dikenal dengan sebutan membaca permulaan. Kedua adalah
membaca untuk belajar atau membaca lanjut yang perlu dikuasai oleh anakanak di kelas atas.
Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi
siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh
kemampuan dan teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan
baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan
baik, sehingga mampu menumbuhkan kebiasaan membaca sebagai sesuatu
yang menyenangkan.
Membaca permulaan sering disebut membaca lugas atau membaca
dalam tingkat awal. Kegiatan dalam tingkat ini belum sampai pada
pemahaman secara komplek. Materi yang dibicarakan masih sangat
sederhana, meliputi sekitar pengalaman anak serta aktivitas kehidupan
sehari-hari dalam keluarga ataupun lingkungan keluarga dan sebagainya.
Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki
keterampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam
tahap belajar untuk memperoleh keterampilan/ kemampuan membaca.
Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa
tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambanglambang bunyi bahasa tersebut, untuk memperoleh kemampuan membaca
diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan: (a) lambanglambang tulis; (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti; (c) memasukkan
makna dalam kemahiran bahasa. Membaca permulaan merupakan proses
keterampilam kognitif. Proses keterampilan menunju pada pengenalan dan
penguasaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami
makna suatu kata atau kalimat.
Pembelajaran membaca permulaan di SD mempunyai nilai yang
strategis
bagi
pengembangan
kepribadian
dan
kemampuan
siswa.
Pengembangan kepribadian dapat ditanamkan melalui teks bacaan (wacana,
kalimat, kata, suku kata, huruf/bunyi bahasa) yang berisi pesan moral, nilai
pendidikan, nilai sosial, nilai emosional-spiritual, dan berbagai pesan lainnya
sebagai dasar pembentukan kepribadian yang baik bagi siswa. Arsito Rahadi,
(2003 : 49) menyatakan bahwa melalui pembelajaran membaca, guru dapat
mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar dan kreativitas anak
didik.
Menurut Ngalim Purwanto (1997: 29), disebut pengajaran membaca
permulaan jika maksud pengajaran membaca itu yang diutamakan adalah :
1) Memberikan kecakapan kepada para siswa untuk mengubah rangkaianrangkaian huruf menjadi rangkaian-rangkaian bunyi bermakna.
2) Melancarkan teknik membaca pada anak-anak.
Jadi sama halnya pada berhitung permulaan yang mengutamakan
penanaman pengertian bilangan dan pengajaran angka maka pada membaca
permulaan pun mengutamakan pengajaran huruf dan rangkaiannya, serta
melancarkan teknik membaca.
d.
Kategori Siswa Mampu Membaca Permulaan
Siswa dikategorikan mampu membaca permulaan jika :
1) Siswa mampu membedakan bentuk huruf-huruf.
2) Siswa dapat mengenali huruf, suku kata, dan kata dalam rangkaian
kalimat.
3) Siswa tidak merasa kesulitan untuk belajar membaca permulaan.
4) Kemampuan membaca permulaan siswa makin meningkat.
e.
Tujuan Pengajaran Membaca Permulaan
Menurut Djauzah Ahmad (1995 : 4) menyatakan tujuan membaca
permulaan adalah agar siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat
sederhana dengan lancar dan tepat. Tujuan membaca menurut Julie Salmons
yang tertuang dalam jurnal internasional menyatakan pendapat dalam bahasa
Inggris sebagai berikut : Julie Salmons (Booth Elementary Pust Reading
First, 2008), who coaches in reading and tutors struggling readers, believes
meetings spurred by Reading First helped to create and maintain a “sense of
urgency to in crease student achievement” which is why, she says, the
meatings are far from being merely a review of numbers. Maksud dari
pernyataan di atas adalah: bahwa Julie Salmons adalah seorang pelatih para
guru dalam membaca dan guru pribadi para pembaca yang berjuang,
mempercayai data dari pertemuan yang membahas tentang tujuan membaca
permulaan adalah dapat membantu untuk menciptakan dan mempertahankan
suatu pengertian atau pengetahuan yang didapat siswa yang berfungsi untuk
menambah atau meningkatkan prestasi siswa.
4. Tinjauan Materi Membaca Bahasa Indonesia di Kelas 2 SD
Sebelum guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar mengawali
berbagai kegiatan yang dapat merangsang dan menggali pengalaman
bahasa
anak. Percakapan-percakapan ringan antara guru dan siswa sebelum KBM
dimulai merupakan langkah awal yang bagus untuk membuka pintu komunikasi.
Sapaan-sapaan hangat dan berbagai pertanyaan ringan kepada mereka akan
membuat siswa termotivasi untuk betah dan belajar di sekolah. Membaca
permulaan bagi siswa kelas II SD dapat dibedakan ke dalam dua tahap, yakni
belajar tanpa buku dan belajar membaca dengan menggunakan buku.
Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Permulaan Tanpa Buku perlu ada:
a.
Menunjukan gambar
Guru memerlihatkan gambar keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan dua
anak (laki-laki dan perempuan), hal ini dimaksudkan untuk menarik minat
dan perhatian anak.
b.
Menceritakan gambar
Guru menceritakan gambar tersebut dengan memberi nama terhadap peranperan yang terdapat di dalam gambar tersebut. Penanaman tokoh-tokoh
hendaknya menggunakan huruf-huruf yang hendak diperkenalkan kepada
siswa.
c.
Memperkenalkan huruf, suku kata, kata, atau kalimat dengan bantuan kartu
huruf. Ada hal yang penting yang harus diperhatikan guru dalam
menguraikan suku kata menjadi bunyi huruf-huruf.
Langkah-langkah
Pembelajaran
Membaca
Permulaan
dengan
menggunakan buku setelah kita memastikan diri bahwa siswa-siswa telah
mengenal huruf-huruf dengan baik melalui pembelajaran membaca tanpa buku,
langkah selanjutnya siswa diperkenalkan lambang-lambang tulisan yang tertulis
dalam buku. Langkah awal yang paling penting di dalam pembelajaran membaca
di kelas II SD dengan buku adalah bagaimana menarik minat dan perhatian siswa
agar mereka merasa tertarik dengan buku (bacaan lain) dan mau belajar dengan
keinginannya sendiri tanpa merasa terpaksa untuk melakukannya. Ada beberapa
langkah pembelajaran membaca di kelas II SD antara lain sebagai berikut :
a.
Membaca buku pelajaran (buku paket)
Siswa diberi buku (paket) yang sama dan diberi kesempatan untuk melihatlihat buku tersebut. Mereka membuka-buka dan membolak-balik halaman
demi halaman dari buku tersebut hanya sekedar melihat-lihat gambar saja.
Selanjutnya pembelajaran membaca dimulai, diawalai dengan pemberian
contoh (membaca pola kalimat yang tersedia dengan lafal dan intonasi yang
baik dan benar). Untuk langkah awal, bacaan-bacaan sederhana hendaknya
menjadi pilihan utama. Kosa kata yang dipakai dalam bacan tersebut
hendaknya mengandung huruf-huruf yang sudah dikenal siswa.
b.
Menyalin, baik dari buku pelajaran maupun dari tulisan guru di papan tulis,
hendaknya diberikan setelah dipastikan bahwa semua siswa telah mengenal
huruf dengan baik.
c.
Menulis halus/indah, dapat dilakukan dengan menggunakan buku bergaris
untuk melakukan latihan menulis.
d.
Dikte/imla, dimaksudkan untuk melatih siswa dalam mengkoordinasi antara
ucapan, pendengaran, ingatan, sehingga ucapan seseorang itu dapat didengar,
diingat, dan dipindah ke dalam wujud tulisan dengan benar.
e.
Melengkapi tulisan (melengkapi huruf, suku kata, atau kata) yang sengaja
dihilangkan.
B. Kerangka Pemikiran
Aktivitas belajar merupakan inti dari kegiatan di sekolah, sebab semua
aktivitas belajar dimaksudkan untuk mencapai keberhasilan proses belajar bagi setiap
siswa yang sedang menjalani studi di sekolah tersebut. Namun aktivitas belajar bagi
siswa terkadang mengalami kesulitan, baik yang berasal dari dalam diri siswa
maupun yang berasal dari luar diri siswa.
Semula guru mengajar membaca permulaan hanyalah dengan tulisan di papan
tulis saja. Kegiatan siswa hanyalah membayangkan penjelasan guru. Akibat yang
terjadi siswa merasa bosan dan malas memperhatikan pelajaran, apalagi kegiatan
membaca. Dengan demikian keaktifan siswa rendah, belajar untuk membaca malas,
sehingga siswa mengalami kesulitan untuk membaca dengan lancar. Dengan adanya
kondisi yang semacam itu, guru termotivasi untuk mengubah strategi mengajarnya.
Guru mengambil langkah mengajar dengan menggunakan media, terutama media
pias-pias kata (kartu huruf). Media merupakan alat untuk mendorong belajar siswa,
sehingga pembelajaran lebih menarik. Penggunaan media pias-pias kata diharapkan
dapat mengatasi kesulitan belajar siswa, terutama membaca kalimat sederhana siswa
kelas II SD Negeri 2 Selodoko.
Dengan perubahan ini guru berharap siswa merasa tertarik dengan pelajaran
membaca khususnya pelajaran bahasa Indonesia. Sehingga keaktivwn siswa menjadi
lebih baik, siswa tidak merasa bosan dengan pelajaran membaca, dan siswa akan
dapat membaca dengan lancar. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat skema
kerangka pemikiran seperti gambar 1 :
1. Pembelajaran lebih berpusat pada
guru.
Kondisi
Awal
2. Siswa enggan atau malas belajar
membaca.
3. Prestasi belajar bahasa Indonesia
(membaca permulaan) rendah.
1.
Guru
menggunakan
alat
peraga
pias-pias kata.
Tindakan
2.
Guru memberi Motivasi belajar
kepada siswa.
3. Guru memberi penjelasan tentang
cara
belajar
membaca
dengan
pias-pias kata.
Kondisi
Akhir
1.
Prestasi
belajar
keterampilan
membaca permulaan siswa kelas
II meningkat.
2.
Siswa
terlatih
lebih
termotivasi
untuk
dan
belajar
keterampilan membaca permulaan.
Gambar 1 : Kerangka Pemikiran
C.
Perumusan Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
jika pembelajaran bahasa Indonesia
keterampilan membaca permulaan dengan menggunakan media pias-pias kata, maka
kesulitan belajar keterampilan membaca permulaan siswa kelas II SD Negeri 2
Selodoko dapat teratasi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Selodoko Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali. Pemilihan tempat penelitian dengan pertimbangan antara
lain karena menghemat waktu dan biaya, serta melihat kondisi siswa yang
banyak mengalami kesulitan belajar terutama membaca permulaan.
2.
Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010,
selama 5 bulan yaitu mulai bulan Juli sampai bulan November 2009. Pada bulan
Juli peneliti mulai menyusun proposal. Pada bulan Agustus, peneliti melakukan
kegiatan perbaikan proposal yang telah dikonsultasikan kepada dosen
pembimbing. Perijinan penelitian di Kampus UNS Pusat, penyusunan RPP, dan
pelaksanaan siklus I. Pelaksanaan siklus I ini memerlukan waktu dua minggu,
jadi dilaksanakan pada minggu ke dua dan minggu ke tiga bulan Oktober 2009.
Siklus II dilaksanakan satu minggu pada minggu ke empat pada bulan Oktober
dan pelaksanaan siklus III dilaksanakan pada minggu pertama bulan November
2009. Pelaksanaan penelitian sebanyak 3 siklus. Selanjutnya peneliti
menganalisis data yang diperoleh yang memerlukan waktu tiga minggu. Pada
pertengahan bulan November peneliti mulai menyusun hasil laporan selama tiga
minggu, dan pada awal bulan Desember peneliti meminta pengesahan laporan
dan dilanjutkan ujian. Dari uraian di atas, secara rinci dapat pada jadwal
penelitian.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri 2 Selodoko Kecamatan
Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010 pada Semester ganjil. Siswa
yang mengalami masalah kesulitan balajar keterampilan membaca permulaan, yaitu
10 dari 15 siswa. Siswa kelas II terdiri dari 8 anak laki-laki dan 7 anak perempuan.
Jadi jumlah siswa kelas II adalah 15 anak.
C. Sumber Data
Beragam informasi yang penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam
penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Informasi tersebut akan digali dari
berbagai sumber data yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi :
1.
Sumber data pokok (primer), yaitu dari para siswa, guru, kepala sekolah dan
orang tua siswa SD Negeri 2 Selodoko Kecamatan Apel Kabupaten Boyolali.
2.
Sumber data sekunder meliputi arsip/dokumen, tes hasil belajar, dan lembar
observasi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian dan sumber data yang dimanfaatkan, maka
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan
tes.
1.
Observasi
Observasi ini dilakukan untuk menjaring data keadaan siswa pada proses
pembelajaran di kelas. Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi
langsung. Maksud observasi langsung adalah tanpa perantara yang bertujuan
agar hasilnya lebih objektif. Peneliti menentukan metode untuk memperoleh data
dengan cara menyusun/membuat instrumen.
2.
Tes
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini selain observasi
adalah tes. Tes ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
membaca permulaan siswa. Tes yang dimaksud tes membaca permulaan.
a.
Pengertian Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 127) tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu
atau kelompok. Tes merupakan suatu cara untuk melakukan penelitian
dengan memberikan tugas yang harus dikerjakan siswa untuk mendapatkan
data tentang nilai dan prestasi siswa yang dapat dibandingkan dengan yang
dicapai temannya, apakah nilai tersebut sudah mencapai KKM (Kretiria
Ketuntasan Minimal) atau belum. Apabila belum mencapai KKM, maka
siswa tersebut perlu diremidi agar dapat tuntas. Dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia kelas II, batas KKM adalah 67 berdasarkan Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSPN).
b.
Syarat tes yang baik
Suatu tes yang digunakan sebagai instrumen pengukuran akan dapat
sesuai sasaran bila tes tersebut telah memenuhi syarat-syarat yang baik.
Ciri-ciri tes yang baik menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 57) yaitu
memiliki validitas, reliabilitas, objektivitas, praktibilitas dan ekonomis.
Penjelasan dari ciri-ciri tes yang baik adalah sebagai berikut :
1) Validitas
Tes dikatakan valid apabila tes itu dapat tepat menunjukkan apa yang
hendak diukur.
2) Reliabilitas
Tes dikatakan reliabel jika memiliki/memberikan hasil yang tetap
apabila diteskan berkali-kali.
3) Objektivitas
Tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu
tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi hasil tes.
4) Praktibilitas
Tes memiliki praktibilitas apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah
pengadministrasiannya.
5) Ekonomis
Tes dikatakan ekonomis apabila tes tersebut tidak membutuhkan
ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
E. Validitas Data
Untuk menjamin dan mengembangkan validitas data kualitatif yang akan
dikumpulakan dalam penelitian ini, digunakan teknik trianggulasi. Trianggulasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Trianggulasi data, yaitu memanfaatkan data-data sejenis dari data yang berbeda
dan data yang sudah ada.
2. Trianggulasi sumber, yaitu mengumpulkan data sejenis dari sumber yang berbeda.
F. Teknik Analisis Data
Agar hasil penelitian terwujud sesuai dengan tujuan maka dalam menganalisis
data ini digunakan teknik analisis data interaktif. Kegiatan pokok analisis model ini
adalah meliputi reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan yang terdiri dari
penarikan/verifikasi dilakukan dalam bentuk interaktif selama proses pengumpulan
data masih berlangsung.
1. Reduksi Data
Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi.
Reduksi yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengerahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulankesimpulan finalnya dapat ditarik kesimpulan/diverifikasi.
2. Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam
penyajian ini dapat dilakukan melalui berbagai macam cara visual misalnya
gambar, grafik, chart network, diagram, matrik dan sebagainya.
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Hasil dari data observasi dan tes yang telah didapatkan dari laporan
penelitian selanjutnya digabungkan dan disimpulkan serta diuji kebenarannya.
Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi
yang utuh sehingga kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar tidaknya hasil dari
laporan penelitian. Kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di
lapangan/kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna-makna yang muncul dari data
yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yaitu
merupakan validitasnya.
Secara lebih jelasnya kita dapat melihat siklus analisis data tersebut pada
gambar 2 :
Pengumpulan data
Reduksi data
Penyajian data
Kesimpulan-kesimpulan:
Penarikan / Verifikasi
Gambar 2. Sumber : (Milles dan Hubberman)
G. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil (1) tahun pelajaran
2009/2010, selama 5 bulan. Mulai bulan Juli sampai bulan November 2009. Dengan
rincian jadwal penelitian pada tabel 1.
Tabel 1 : Jadwal Penelitian
Bulan
No
1.
Kegiatan
Penyusunan dan
Juli
Agustus
September
Oktober
November
09
09
09
09
09
X XX X
Pengajuan Proposal
2.
Mengurus ijin
X XX X
Penelitian
3.
Pelaksanaan
X X XX
penelitian
4.
Analisis Data
5.
Penyusunan
X
X XX
Pelaporan
6.
Pelaksanaan Ujian
7.
Revisi
X X
X X
H. Prosedur penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari siklus-siklus. Tiap-tiap siklus terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Untuk mengetahui permasalahan
yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar bahasa Indonesia terutama dalam
penguasaan keterampilan membaca pada siswa kelas II SD Negeri 2 Selodoko
dilakukan terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sesuai dengan
pokok permasahan yang dirumuskan dalam judul penelitian ini, maka data yang
diperlukan dalam penelitian adalah mengenai penggunaan alat peraga pias-pias kata
yang dilakukan oleh guru dengan penanaman konsep melalui pengalaman langsung.
Data dikumpulkan melalui pengamatan pada saat peneliti melaksanakan tugas
mengajar dengan menggunakan alat peraga pias-pias kata.
Dengan berpedoman pada refleksi awal, maka prosedur pelaksanaan
penelitian melalui tahapan atau siklus, yang setiap siklus berisi empat langkah yaitu :
tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi.
1.
Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan mencakup kegiatan :
a) Guru yang sekaligus bertindak sebagai peneliti merancang skenario
pembelajaran dengan menggunakan media.
b) Guru yang sekaligus bertindak sebagai peneliti, menyusun RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) dengan indikator mampu mengucapkan huruf
vokal dan konsonan selama pengadaan penelitian.
c) Guru yang sekaligus bertidak sebagai peneliti memilih dan membuat media
pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran yang akan
disampaikan.
2.
Tahap Pelaksanaan
Dilaksanakan dengan mengadakan pembelajaran (ada 2 kali tatap muka)
sesuai RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yakni tentang kemampuan
mengucapkan huruf dan pemahaman pada siswa kelas II SD Negeri 2 Selodoko,
dengan menggunakan media kartu huruf, pembelajaran ini dilaksanakan oleh
guru kelas, sedangkan pengamat yaitu kepala sekolah melakukan observasi
terhadap proses berjalannya pembelajaran.
3.
Tahap Observasi
Dilaksanakan oleh kepala sekolah dan guru kelas II dengan instrumen
pengamatan (aktivitas guru dan siswa). Observasi diarahkan pada pedoman yang
telah diteliti.
4.
Tahap Refleksi
Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan 1, 2, 3 bila hasil refleksi
dan evaluasi siklus I menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar membaca
pada kelas II maka tidak perlu dilanjutkan dengan siklus II. Namun apabila
belum memperlihatkan adanya peningkatan kemampuan belajar membaca maka
dibuat siklus II. Demikian juga untuk siklus III, dan selanjutnya sampai
keterampilan membaca meningkat.
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dapat dilihat pada gambar 3.
Rencana 1
Rencana 2
Siklus n
Refleksi 1
Tindakan 1
Refleksi 2
Tindakan 2
Rekomendasi
Observasi 2
1
Observasi 1
Gambar 3 : Model Penelitian Kemmis dan Taggart
(Sumber : Kurt Lewin 2003 : 1)
Kalau hasilnya sudah cukup satu siklus, tidak usah dilanjutkan ke siklus yang
lain. Namun apabila belum adanya peningkatan prestasi membaca dalam
pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas II SD Negeri 2 Selodoko, maka dibuat
siklus II yang meliputi : tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap
observasi dan tahap refleksi. Demikian juga siklus II pembelajaran apabila belum ada
peningkatan maka dilanjutkan sampai prestasi membaca dalam pembelajaran bahasa
Indonesia menunjukkan adanya peningkatan.
Perencanaan siklus yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Rencana siklus 1
a. Perencanaan Tindakan
Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas II, yang mana masih ada
beberapa siswa yang mendapatkan nilai rendah atau kurang dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia. Ternyata setelah diteliti ada beberapa siswa yang
belum lancar membaca, sehingga dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru
perlu memilih dan menggunakan media (alat peraga) yang sesuai materi
pembelajaran yakni media pias-pias kata atau juga disebut kartu huruf.
b. Tahap Pelaksanaan
Dilaksanakan dengan mengadakan pembelajaran sesuai dengan RPP
(Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran)
yakni
tentang
kemampuan
menggunakan kartu huruf. Guru mengajak siswa membaca kalimat yang
dirangkai dari kartu huruf, ini dilakukan secara bergantian dan berulang-ulang
sampai siswa yang belum lancar membaca dapat membaca dengan benar.
Guru memberi motivasi kepada semua siswa dan membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam membaca. Guru selalu mengamati perkembangan
kemajuan siswa dalam belajar membaca.
c. Tahap Observasi
Pada tahap ini guru mengumpulkan data dan mengamati siswa pada
waktu proses pembelajaran membaca secara langsung, sehingga dapat
diketahui apakah siswa sudah dapat membaca dan menggabungkan kata
menjadi kalimat yang disampaikan guru dengan benar.
d. Tahap Analisis dan Refleksi
Dilaksanakan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa dan
hasil observasi. Dengan demikian analis dilaksanakan terhadap proses dan
hasil pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis tersebut akan diperoleh suatu
kesimpulan. Kualitas proses pembelajaran dinyatakan mengalami perbaikan
apabila semakin banyak siswa yang mampu dan tidak mengalami kesulitan
membaca lancar dengan lafal yang benar.
2. Rancangan Siklus II
Pada siklus II, perencanaan tindakan kelas dikaitkan dengan hasil yang
telah ada pada tindakan siklus 1 sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut
dengan materi pembelajaran yang sesuai denga kurikulum, sehingga pelaksanaan
penelitian ini tidak mengganggu jadwal pelajaran. Tujuan penelitian adalah untuk
mengatasi kesulitan belajar membaca kalimat sederhana pada siswa kelas II SD
Negeri 2 Selodoko, maka sebelum melaksanakan siklus II peneliti harus
mempersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan terutama media kartu huruf.
Media yang akan digunakan pada siklus II ini harus lebih menarik. Pada siklus II
guru mempersiapkan materi pelajaran, dan media yang digunakan adalah kartu
huruf. Setiap akhir pembelajaran selalu diadakan tes membaca dan hasilnya
dinilai oleh guru.
Untuk mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai siswa dalam pembelajar
bahasa Indonesia dengan menggunakan media pias-pias kata (kartu huruf).
Dinyatakan berhasil apabila telah mencapai target keberhasilan 41% – 60%
dengan kriteria cukup, 61% – 80% dengan kriteria baik, dan 81% – 100% dengan
kriteria sangat baik.
Tahapan pada siklus II adalah sebagai berikut :
a.
Perencanaan Tindakan (Planing )
Tindakan siklus II merupakan kelanjutan dari siklus I dengan
melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan kartu huruf dalam
belajar permulaan. Dalam tindakan sebelumnya, materi yang disampaikan
guru adalah membaca tulisan di bawah gambar dan menggabungkan huruf
menjadi suku kata. Guru selalu memantau dan mencatat perkembangan siswa
dalam belajar membaca yaitu membaca tulisan tanpa gambar dan
menggabungkan suku kata menjadi kata.
b.
Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Dari hasil membaca tulisan di bawah gambar dan menggabungkan
huruf menjadi suku kata, guru selalu memberikan penguatan kepada siswa
yang sudah dapat membaca atau menggabungkan suku kata menjadi kalimat
dan memberi bantuan serta motivasi kepada siswa yang belum bisa membaca
agar lebih giat lagi dalam belajar membaca untuk mencapai hasil yang lebih
baik. Langkah selanjutnya guru menunjukkan tulisan tanpa gambar. Guru
menunjuk siswa yang sudah lancar membaca untuk memberi contoh
membaca dan menggabungkan kata menjadi kalimat kepada siswa yang lain.
Selanjutnya siswa membaca bersama-sama dan berulang-ulang. menanam
jagung dieja sesuai abjad.
Contohnya :
em.e-me en.a-na en.a.em-nam je.a-ja ge.u-gu eng-ung,
menjadi suku kata me-na-nam ja-gung sehingga menjadi kata
menanam – jagung.
Guru selalu mengamati perkembangan dan kemajuan siswa dalam membaca
dan menggabungkan suku kata menjadi kata dari kata menjadi kalimat.
c.
Observasi ( Observing )
Pada tahapan ini guru melaksanakan proses pembelajaran dengan
menggunakan media pisa-pias kata (kartu huruf) yang sesuai dengan materi
atau kompetensi dasar. Setiap akhir pembelajaran diadakan evaluasi atau tes
membaca. Hasil atau nilai yang dicapai siswa dicatat oleh guru digunakan
untuk menganalisis perkembangan atau kemajuan proses belajar siswa
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
d.
Pengolahan Data ( Reflecting )
Guru melakukan pengolahan data berdasarkan observasi selama
pembelajaran untuk evaluasi tindakan yang telah dilakukan. Setiap akhir
pembelajaran selalu diadakan tes membaca dan hasilnya dinilai oleh guru
untuk mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai siswa dalam pembelajaran
bahasa Indonesia dengan menggunakan media pias-pias kata. Dalam
pengolahan data yang berasal dari observasi dinyatakan berhasil apabila telah
mencapai target keberhasilan 41% – 60% dengan kriteria cukup, 61% – 80%
dengan kriteria baik dan 81% – 100%
dengan kriteria sangat baik.
Berdasarkan refleksi tersebut, apabila kemampuan belajar membaca kelas II
SD belum menunjukkan peningkatan guru melaksanakan pertemuan
berikutnya yaitu siklus III. Tetapi apabila sudah mencapai KKM tidak
dilaksanakan siklus III.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Tindakan Siklus I
Tindakan siklus I dilaksnakan selama dua minggu mulai tanggal 5 sampai
17 Oktober 2009. Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu tanggal 26
Oktober 2009. Tindakan siklus III dilaksanakan selama satu minggu tanggal 7
November 2009. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam tiga
siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahapan yakni perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Adapun tahapan pada siklus I
sebagai berikut :
a. Perencana Tindakan
Pada tahapan ini dilakukan observasi tahap awal yang mendapatkan
informasi sebagai data awal. Subjek penelitian siswa kelas II sebanyak 15
siswa, terdapat 10 siswa (66,6%) yang belum lancar membaca kalimat dan
mencapai KKM (Kreteria Ketuntasan Minimal) dan 5 siswa (33,4%) yang
sudah lancar membaca kalimat dan mencapai KKM. Dalam pembelajaran
bahasa Indonesia guru perlu memilih dan menggunakan media (alat peraga)
yang sesuai dengan materi pelajaran. Dalam hal ini berupa media pias-pias
kata atau kartu huruf. Guru memperagakan kartu kata atau tulisan pada setiap
pembelajaran. Misalnya : ta-man in-dah, siswa disuruh mengamati tulisan
tersebut
kemudian
membacanya.
Apabila
terjadi
kesalahan
guru
membenarkan dengan memberi contoh membaca. Dari kartu kata atau tulisan
tersebut di atas, siswa disuruh menggabungkan suku kata menjadi kata.
Masing-masing siswa disuruh mendemonstrasikan dengan menggunakan
media pias-pias kata agar siswa terlibat langsung dan lebih jelas. Dari hasil
menggabungkan suku kata menjadi kata, hasilnya selalu dinilai oleh guru.
Siswa yang mengalami kesulitan guru memberikan bantuan. Sedangkan
siswa yang menggabungkan suku kata dengan benar guru memberi pujian,
sehingga siswa menjadi lebih senang dan bersemangat.
b.
Pelaksanaan Tindakan
Pada tahapan ini dilaksanakan tindakan kelas kepada 15 siswa dalam
pembelajaran keterampilan membaca permulaan dengan menggunakan
media pias-pias kata atau kartu huruf. Pembelajaran yang telah disusun pada
siklus I dengan menggunakan media pias-pias (kartu huruf) ini dilaksanakan
dua kali pertemuan. Pada pertemuan siklus I materi bahasa Indonesia yang
diajarkan tentang membaca permulaan dengan indikator mengucapkan vokal
dan konsonan sampai mampu mengucapkan huruf vokal dan konsonan dan
sampai mampu membaca suku kata. Pada penelitian siklus I ini, guru
memilih pokok bahasan rekreasi. Alasan memilih pokok bahasan tentang
rekreasi karena media yang digunakan guru sebagian besar berhubungan
dengan alam sekitar. Tujuannya agar siswa tertarik dengan pelajaran dan
aktif dalam mengikuti pembelajaran. Setelah kegiatan berdoa bersama dan
absensi selesai, kemudian guru mengawali pelajaran dengan appersepsi.
Guru memberi pertanyaan pada siswa yang ada hubungannya dengan
pelajaran, misalnya : Dimana kamu menanam bunga? Setelah appersepsi,
guru mulai memasuki materi dengan menggunakan media pias-pias kata atau
kartu huruf. Media pias-pias kata yang digunakan pada siklus I ini adalah
kartu huruf dari huruf A sampai Z. Siswa diberi tugas untuk mengucapkan
huruf secara berulang-ulang hingga indikatornya dapat tercapai, yaitu mampu
mengucapkan huruf vokal dan konsonan. Contoh taman indah terdiri dari
huruf t, a, m, a, n, i, n, d, a, h. Kemudian disusun menjadi suku kata dan
kata, t, a = ta, m, a, n = man, i, n = in, d, a, h = dah, digabungkan menjadi, ta
– man = taman, in- dah = indah.
Secara rinci jalannya kegiatan pada siklus 1 ini adalah sebagai berikut :
Sebagai kegiatan awal, guru menunjukkan media yang berupa bentuk-bentuk
huruf dari A sampai Z. Kemudian siswa disuruh mengucapkan semua
susunan huruf tersebut, dan juga hurufnya ditunjuk secara acak. Kegiatan ini
bertujuan supaya siswa ingat akan bentuk-bentuk huruf tersebut. Setelah
kegiatan ini selesai, guru menunjukkan media kata. Contoh :
t, a, m, a, n, i, n, d, a, h
ta
man
taman
in
dah
indah
Kegiatan semacam ini diulang-ulang dengan kartu huruf yang berbedabeda sampai siswa mengetahui betul tentang materi yang diajarkan. Untuk
mengetahui keberhasilan materi, guru menunjuk salah satu siswa untuk
membaca huruf atau kata yang ditunjukkan oleh guru, dan menulis di papan
tulis.
c.
Observasi
Selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas, guru melakukan
pencatan dengan menggunakan daftar observasi. Mendiagnosis keaktifan
siswa, nilai yang dicapai siswa, tingkat ketertarikan siswa terhadap pelajaran,
tingkat
keantusiasan,
keaktifan
membaca
permulaan,
kemampuan
membedakan huruf, aktivitas siswa, aktivitas guru, penilaian keterapilan
mebaca dan kemampuan membaca siswa. Pada pelaksanaan siklus I ini, hasil
observasi yang dilaksanakan oleh peneliti dan guru kelas lainnya adalah :
keaktifan siswa sedang, nilai yang dicapai sedang, tingkat ketertarikan siswa
terhadap pelajaran sedang, tingkat keantusiasan sedang, keaktifan membaca
sedang, kemampuan membedakan huruf rendah, dan kemampuan membaca
siswa rendah.
d.
Refleksi
Pada tahapan ini peneliti melakukan pengolahan data yang diperoleh
melalui observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan selama proses tindakan, baru lima siswa yang
sudah mulai menunjukkan adanya peningkatan. Kelima siswa tersebut sudah
mulai mampu membaca kalimat sederhana. Dari hasil pengamatan selama
proses pembelajaran berlangsung, siswa cukup aktif memperhatikan apa
yang disampaikan guru dan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan
guru. Kemampuan siswa dalam membaca pada siklus I sudah menunjukkan
perubahan yang belum berarti. Karena nilai rata-rata kelas hanya mencapai
62, namun siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 6 siswa atau
40% dari 15 siswa kelas II.
Pembelajaran berhasil apabila prestasi belajar siswa mencapai nilai
rata-rata kelas lebih dari KKM (67) dan siswa yang memperoleh nilai KKM
mencapai 90%. Dengan demikian nilai rata-rata kelas yang mencapai 62 dan
siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 40% menunjukkan
bahwa pembelajaran yang menggunakan media pias-pias kata atau kartu
huruf pada siklus I belum berhasil, jadi perlu dilakukan penelitian siklus II.
Persentase nilai tes kelompok eksperimen pada siklus I dapat dilihat pada
tabel 2.
Tabel 2. Persentase Hasil Belajar Siswa Pada Siklus 1.
Nilai
Jumlah
Siswa
Presentasi
70
6
40 %
60
6
40 %
50
3
20 %
Jumlah
15
100 %
Kegiatan belajarnya menekankan pada membaca huruf vokal dan
konsunan dengan media pias-pias kata (kartu huruf). Analisis data pada
siklus I dapat dilihat pada tebel 3
Tabel 3. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
No
Nilai
1
70
2
50
3
70
4
70
5
60
6
60
7
70
8
50
9
60
10
70
11
60
12
50
13
60
14
60
15
70
Rata-rata = 62
Dari rincian nilai pada siklus I dapat dibuat grafik pada gambar 5.
Grafik nilai siklus I
6
5
4
3
Jml Siswa
2
1
0
Nilai 50
Nilai 60
Nilai 70
Gambar 5. Grafik Nilai Membaca Permulaan pada Siklus I
2. Tindakan Siklus II
Siklus II dilaksanakan dalam waktu satu minggu mulai tanggal 26 Oktober
sampai dengan tanggal 31 Oktober 2009. Adapun tahapan kegiatannya meliputi :
a. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus I
diketahui bahwa belum menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar
yang memuaskan. Karena dari tiga indikator yang ditetapkan baru indikator
nomor 1 dan 2 yang berhasil (mampu mengucapkan huruf vokal dan
konsonan). Sedangkan indikator nomor 3, belum menunjukkan peningkatan
prestasi belajar yang diinginkan. Oleh karena itu peneliti dengan arahan
kepala sekolah dan pengawas kembali mengulang pembelajaran materi bahasa
Indonesia (membaca permulaan) dengan indikator membaca suku kata dan
kata dengan lafal yang tepat. Guru menunjukkan media pias-pias kata (kartu
huruf), setelah itu siswa menyebutkan suku katanya. Setelah siswa
menyebutkan suku kata tersebut, guru menyuruh siswa untuk membacanya.
ta
man
taman
in
dah
indah
taman indah
Bacalah dengan tepat dan nyaring !
Langkah-langkah penyusunan rencana pembelajaran seperti siklus I.
Indikator yang tepat untuk siklus II adalah siswa mampu mengucapankan
suku kata atau kata dengan lafal yang tepat. Adapun indikator yang dibuat
sebagai dasar penyusunan rencana pembelajaran yang tepat pada siklus II
adalah sebagai berikut :
1)
Memilih/menentukan kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator yang
hendak dicapai.
2)
Mempersiapkan alat-alat/media yang akan digunakan.
3)
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan
kesepakatan yang telah disepakati bersama. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) selengkapnya terlampir.
Mengingat hasil analisis siklus I, sebagian besar siswa masih
mengalami kesulitan membaca suku kata/kata dengan lafal yang tepat, maka
rencana penelitian pada siklus II ini adalah peneliti menggunakan media kartu
suku kata/kata. Presentasi nilai sebelum diadakan penelitian menggunakan
media pias-pias kata/kartu huruf dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Persentase hasil belajar siswa sebelum diadakan tindakan.
Nilai
Jumlah Siswa
Presentasi
70
3
20%
60
8
53,3%
50
4
26,7%
Jumlah
15
100 %
Anilisis data sebelum tindakan dapat dilihat pada tebel 5.
Tabel 5. Persentase hasil belajar siswa sebelum diadakan tindakan
No
Nilai
1
70
2
50
3
60
4
60
5
60
6
50
7
70
8
50
9
60
10
50
11
70
12
60
13
60
14
60
15
60
Rata-rata = 59,3
Dari rincian nilai sebelum diadakan tindakan dapat dilihat pada gambar 7.
Grafik nilai siklus II sebelum diadakan tindakan
8
7
6
5
4
Jml Siswa
3
2
1
0
Nilai 50
Nilai 60
Nilai 70
Gambar 7. Grafik nilai membaca permulaan sebelum diadakan tindakan
Jadi analisis data sebelum tindakan materi membaca permulaan ratarata nilai siswa hanya 59,3. Pada siklus I rata-rata nilai siswa meningkat
menjadi 62 dan pada siklus II rata-rata nilai siswa meningkat lagi menjadi
69,3. Hasil analisis dapat kita lihat pada tabel 6.
Tabel 6. Persentase hasil belajar siswa pada siklus II
Nilai
Jumlah Siswa
Presentasi
80
4
27,7%
70
6
40%
60
5
33,3%
Jumlah
15
100%
Kegiatan belajar menekankan pada membaca suku kata/kata yang
tepat dengan media pias-pias kata atau kartu huruf/kata. Analisis data pada
siklus II dapat dilihat pada tebel 7.
Tabel 7. Daftar nilai hasil belajar pada siklus II
No
Nilai
1
80
2
60
3
70
4
70
5
60
6
80
7
70
8
60
9
80
10
70
11
60
12
80
13
70
14
70
15
70
Rata-rata = 69,3
Dari rincian nilai pada siklus II dapat dilihat gambar 8.
Grafik nilai membaca permulaan pada siklus II
6
5
4
3
Jml Siswa
2
1
0
Nilai 60
Nilai 70
Nilai 80
Gambar 8. Grafik nilai membaca permulaan pada siklus II
Pada pelaksanaan siklus II ini, masih terdapat 5 siswa yang nilainya di
bawah batas KKM. Untuk menuntaskan 5 siswa tersebut agar nilainya mampu
di atas KKM, maka peneliti akan melanjutkan penelitian kembali pada siklus
III guna mengetahui bagian mana yang masih dianggap sulit oleh 5 siswa
tersebut.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media pias-pias
kata sesuai dengan pembelajaran 1 kali pertemuan (2 X 35’). Guru mengawali
dengan berdoa bersama, mengabsen siswa, kemudian untuk memusatkan
konsentrasi pada pembelajaran, guru melakukan kegiatan tanya jawab tentang
materi pelajaran yang lalu. Setelah apersepsi, guru mulai memasuki materi
pembelajaran dengan menggunakan media pias-pias kata/kartu huruf yang
digunakan pada siklus II ini. Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1)
Guru menyuruh siswa yang sudah lancar membaca untuk memberikan
contoh kepada teman yang lain cara merangkai suku kata menjadi kata,
kemudian siswa membaca bersama-sama.
2)
Misalnya “menanam jagung“ dieja menjadi me-na-nam ja-gung sehingga
menjadi menanam jagung.
3)
Guru selalu memberikan motivasi kepada semua siswa dalam belajar
membaca.
4)
Guru memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan
dalam membaca dan memberikan pemahaman agar lebih banyak latihan
membaca, sehingga mendapatkan nilai yang lebih baik.
5)
Guru selalu mengamati perkembangan dan kemajuan siswa dalam
membaca.
c. Observasi
Peneliti melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan media pias-pias kata. Observasi ini ditujukan pada
kegiatan siswa, yaitu mendiagnosis keaktifan siswa, nilai yang dicapai siswa,
tingkat ketertarikan siswa terhadap pelajaran, tingkat keantusiasan, keaktifan
kemampuan membaca permulaan, aktivitas guru, aktivitas siswa dan penilaian
keterampilan membaca permulaan. Keseluruhan data yang diperoleh dalam
kegiatan ini termasuk pencatatan hasil tes akan digunakan sebagai bahan
masukan untuk menganalisis perkembangan prestasi belajar membaca
permulaan siswa. Hasil observasi pada siklus II adalah sebagai berikut :
Keakifan siswa tinggi, nilai yang dicapai siswa sedang, tingkat ketertarikan
siswa terhadap pelajaran tinggi, tingkat keantusiasan sedang, keaktifan
membaca permulaan sedang, dan kemampuan membaca permulaan sedang.
d. Refleksi
Refleksi dilaksanakan oleh peneliti, dan Kepala Sekolah, hasil analisis
pada pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media pias-pias kata
pada siklus II, secara umum telah menunjukkan perubahan yang cukup baik.
Guru dalam melaksanakan pembelajaran semakin mantap dan luwes dengan
memahami kekurang-kekurangan kecil antara lain kurang kontrol waktu dan
belum memberikan tindak lanjut.
Persentase hasil belajar dan partisipasi siswa dalam pembelajaran
meningkat. Siswa banyak memperhatikan dan menjawab pertanyaan dari
guru, lebih bersemangat dan kreatif. Merangkai huruf menjadi suku kata dan
menjadi kata meningkat, yang tentunya berpengaruh terhadap kemampuan
dalam membaca permulaan. Dengan partisipasi siswa dalam pembelajaran
yang semakin meningkat, suasana kelas pun menjadi aktif dan menyenangkan.
Dari analisis hasil tes pada siklus II ini diketahui bahwa nilai rata-rata siswa
adalah 69,3 dan siswa yang memperoleh nilai di bawah batas KKM sebanyak
5 siswa atau 33,3%.
Dari penelitian ini pembelajaran dikatakan berhasil apabila partisipasi
siswa dalam pembelajaran meningkat. Selain itu hasil yang dicapai siswa
melalui tes akhir pembelajaran nilai rata-rata kelas 67 dan Persentase siswa
yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 90%. Atas dasar ketentuan
tersebut dan melihat hasil yang diperoleh pada masing-masing siklus, maka
pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan media pias-pias kata
yang dilaksanakan siklus II dikatakan belum berhasil, karena yang nilainya
mencapai KKM hanya 66,7%.
3. Tindakan Siklus III
Tindakan siklus III dilaksanakan dalam waktu satu minggu mulai tanggal 2
November sampai dengan 7 November 2009. Adapun tahapan yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada
siklus II dapat diketahui bahwa pada siklus I nilai rata-rata kelas 62 dan pada
siklus II nilai rata-rata 69,3 dan yang belum berhasil mencapai KKM terdapat
5 siswa. Oleh karena itu, peneliti dengan pertimbangan dari kepala sekolah
dan guru kelas yang lain kembali menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dengan lebih cermat dan lebih teliti untuk persiapan
melaksanakan penelitian siklus yang ke III. Langkah-langkah penyusunan
rencana pembelajaran seperti pada siklus II yang memilih/menentukan
kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator yang hendak dicapai,
mempersiapkan alat dan media pias-pias kata atau kartu huruf yang akan
digunakan. Contoh dari kegiatan tersebut adalah seperti di bawah ini :
KARTU KATA
ta
man
taman
in
dah
indah
taman indah
Mengingat hasil analisis hasil siklus II sebagian siswa masih
mengalami kesulitan dalam mengeja suatu kata, maka rencana kegiatan
balajar mengajar menekankan pada latihan mengeja suku kata. Hal ini
merupakan pengulangan dari siklus II yang sudah dilaksanakan guru dengan
mempertimbangkan agar siswa mampu membaca lancar tanpa mengeja.
Sehingga siswa mempunyai kemampuan untuk mengaplikasikannya dalam
mata pelajaran yang lain serta dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada pembelajaran bahasa Indonesia ini yang akan diajarkan adalah
kemampuan membaca permulaan dengan menggunakan media pias-pias kata
dengan indikator mampu membaca suku kata atau kata dengan lafal yang
tepat. Sebagai kegiatan awal atau pembukaan, guru memusatkan perhatian
dengan berdoa bersama, mengabsen siswa, kemudian untuk memusatkan
perhatian dan konsentrasi siswa diajak menyanyi bersama lagu “Lihat
Kebunku“ sambil mengadakan beberapa pertanyaan yang ada kaitannya
dengan tanaman di kebun.
Memasuki materi guru membagi kartu kata yang telah dipersiapan
untuk dibagikan pada siswa. Kegiatan selanjutnya siswa menunjukkan kartu
kata yang sesuai dengan materi pelajaran. Selanjutnya siswa diberi tugas
untuk membuat suatu kalimat pendek yang berhubungan dengan tanaman di
kebun atau halaman sekolah.
Presentase nilai pada siklus dapat diliaht pada table 8.
Tabel 8. Persentase hasil belajar pada siklus III
Nilai
Jumlah Siswa
Persentase
90
4
26,6 %
80
7
46,8 %
70
4
26,6 %
Jumlah
15
100 %
Kegiatan belajarnya menekankan pada membaca suku kata atau kata
dengan lafal yang tepat dengan media pias-pias kata. Analisis data pada siklus
III dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Daftar nilai hasil belajar siswa pada siklus III
N0
Nilai
1
90
2
90
3
70
4
80
5
80
6
90
7
70
8
80
9
80
10
80
11
70
12
80
13
70
14
90
15
80
Rata-rata = 80
Dari rincian nilai pada siklus III dapat dilihat pada gambar 10.
Grafik nilai hasil belajar siswa pada siklus III
7
6
5
4
Jml Siswa
3
2
1
0
Nilai 70
Nilai 80
Nilai 90
Gambar 10. Grafik nilai hasil belajar membaca permulaan siklus III
c. Observasi
Peneliti melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran
yang menggunakan media pias-pias kata atau kartu huruf. Obsevasi ini
ditujukan pada kegiatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, yaitu
mendiagnosis kegiatan siswa, nilai yang dicapai siswa, tingkat keaktifan
siswa, tingkat keantusiasa, keaktifan membaca permulaan, kemampuan
membedakan huruf, kemampuan membaca permulaan, aktivitas guru,
aktivitas siswa dan penilaian keterampilan membaca permulaan. Hasil
observasi pada siklus III adalah : keaktifan siswa tinggi, nilai yang dicapai
siswa sedang, tingkat ketertarikan siswa terhadap pelajaran tinggi, dan
kemampuan membaca siswa tinggi. Keseluruhan data yang diperoleh dalam
kegiatan ini termasuk pencatatan hasil tes akan digunakan sebagai bahan atau
masukan untuk menganalisis perkembangan prestasi belajar membaca
permulaan siswa.
d. Analisis dan Refleksi
Hasil analisis pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media
pias-pias kata pada siklus III, secara umum telah menunjukkan perubahan
yang cukup memuaskan, di mana dalam melaksanakan pembelajaran semakin
mantap dan luwes dengan kekurangan-kekurangan kecil antara lain kurang
kontrol waktu dan belum memberikan tindak lanjut. Persentase aktivitas atau
partisipasi
siswa
dalam
pembelajaran
meningkat.
Siswa
banyak
memperhatikan dan menjawab pertanyaan guru, lebih berinisiatif dan kreatif.
Kemampuan membaca siswa meningkat, yang tentunya berpengaruh terhadap
kemampuan dalam membaca kata dan mampu membuat kalimat sederhana
semakin meningkat, suasana kelas menjadi hidup dan menyenangkan.
Dari analisis hasil tes pada siklus III ini diketahui bahwa nilai rata-rata
kelas mencapai 80 dan siswa yang memperoleh nilai di atas batas KKM
adalah 15 siswa atau 100%. Hasil ini sangatlah memuaskan dan penelitian ini
dikatakan berhasil.
Dari penelitian ini pembelajaran dikatakan berhasil apabila partisipasi
siswa dalam pembelajaran meningkat. Selain itu hasil yang dicapai siswa
melalui tes akhir pembelajaran mencapai nilai di atas KKM, yaitu 80 dan nilai
batas KKM 67. Persentase siswa yang memperoleh nilai di atas KKM 100%.
Atas dasar ketentuan tersebut dan melihat hasil yang diperoleh pada masingmasing siklus, maka pembelajaran yang menggunakan media pias-pias kata
untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa yang dilaksanakan pada
siklus III dikatakan berhasil, sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus
berikutnya. Namun guru tetap melaksanakan bimbingan belajar untuk
perbaikan prestasi dan melaksanakan pengayaan maupun tindak lanjut.
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan peneliti membagi menjadi dua, yaitu pembahasan secara
kuantitatif berupa nilai sebelum penelitian, nilai siklus I, nilai siklus II dan nilai siklus
III, serta pembahasan secara kualitatif yang berupa temuan pada waktu pelaksanaan
penelitian. Pembahasan secara kuantitatif dengan cara membadingkan nilai yang
diperoleh sebelum penelitian dan sesudah diadakan penelitian seperti tabel di bawah
ini :
Hasil belajar kelas II sebelum dan sesudah penelitian
Tabel 10. Perbandingan Nilai pada Pembahasan Penelitian
No
Nilai Sebelum Tindakan
Nilai Siklus I
Nilai Siklus II
Nilai Siklus III
1
70
70
80
2
50
50
60
3
60
70
80
4
60
70
70
5
60
60
60
6
50
60
70
7
70
70
80
8
50
50
60
9
60
60
70
10
50
50
60
90
70
90
80
80
70
90
70
80
80
11
70
70
80
12
60
50
60
13
60
60
70
14
60
60
70
15
60
70
70
Rata- rata = 59,3
80
70
80
90
80
Rata-rata = 62 Rata-rata= 69,3
Rata-rata = 80
Berdasarkan hasil nilai membaca seperti tabel di atas, sesuai dengan nilai rata-ratanya
dapat dijelaskan dengan diagram dan dapat dilihat pada gambar 11.
Grafik Perbandingan Nilai pada Pembahasan Penelitian
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Sebelum
siklus
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Nilai Rata-rata
Gambar 11.
Grafik Perbandingan Nilai pada Pembahasan Penelitian dari
Sebelum Tindakan Sampai Siklus III
Pembahasan secara kualitatif
1. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi membaca permulaan sudah dapat
dikatakan berhasil. Hal tersebut terbukti nilai membaca permulaan siswa dari
sebelum tindakan sampai pelaksanaan siklus III terus meningkat, dan nilai ratarata kelas pun naik. Semula sebelum tindakan, nilai Bahasa Indonesia dengan
materi membaca permulaan rata-rata nilai kelasnya hanya 59,3. Setelah diadakan
tindakan, yaitu mengajar dengan menggunakan media pias-pias kata atau kartu
huruf pada siklus I. Nilai rata-ratanya naik menjadi 62. Pada siklus 1 terdapat 9
siswa yang nilainya belum mencapai KKM, maka peneliti melanjutkan penelitian
siklus II. Pada siklus II ini, nilai rata-rata kelas mencapai 69,3 keadaan tersebut
belum dikatakan berhasil, karena masih terdapat 5 siswa yang nilainya belum
mencapai KKM. Tahap selanjutnya peneliti melakukan siklus yang ke III. Pada
tahap ini peneliti bisa dikatakan berhasil. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila
sudah mencapi 90% siswa yang berhasil. Pada siklus III ini, Persentase siswa
yang sudah berhasil pembelajaran membaca permulaannya adalah 100 % dengan
nilai rata-rata 80.
2. Pada penelitian ini, seluruh siswa kelas 2 mencapai nilai pembelajaran
keterampilan membaca ≥ nilai KKM yang sudah ditetapkan yaitu 67. Hal ini
terjadi karena siswa merasa tertarik dan termotivasi untuk mengikuti
pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan media pias-pias kata.
3. Mengajar dengan menggunakan media pias-pias kata atau kartu huruf ini mampu
menumbuhkan siswa lebih mudah mengingat bentuk huruf, cara mengucapkan
huruf, cara mengeja suku kata dan cara membaca suatu kata sehingga siswa
menjadi lebih termotivasi dan tertarik dalam pelajaran bahasa Indonesia
khususnya pada materi membaca dan untuk meningkatkan keterampilan membaca
permulaan pada siswa kelas 2 Sekolah Dasar.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, penggunaan media pias-pias kata dalam
pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan membaca
permulaan pada siswa kelas II SD Negeri 2 Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten
Boyolali, dibandingkan dengan pembelajaran sebelum menggunakan media pias-pias
kata. Hal ini dapat diketahui dari rata-rata kemampuan keterampilan membaca siswa
yang relatif lebih tinggi bila proses pembelajarannya menggunakan media pias-pias
kata dibandingkan dengan nilai rata-rata siswa yang pembelajarannya sebelum
menggunakan media pias-pias kata. Nilai rata-rata siswa yang pembelajarannya
sebelum menggunakan media pias-pias kata nilainya ≥ 67 adalah 59,3. Nilai rata-rata
siswa yang pembelajarannya menggunakan media pias-pias kata pada siklus I
nilainya ≥ 67 adalah 62, pada pelaksanaan tindakan siklus II nilainya ≥ 67 adalah
69,3 dan pelaksanaan pada siklus III nilainya ≥ 67 adalah 80.
Dengan demikian berdasarkan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan
tindakan pada siklus I, siklus II dan siklus III, ternyata hipotesis yang dirumuskan
telah terbukti kebenarannya. Artinya, dengan menerapkan pembelajaran dengan
menggunakan media pias-pias kata dapat mengatasi kesulitan belajar keterampilan
membaca dan meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas II SD Negeri 2
Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan media pias-pias kata dapat
meningkatkan keterampilan membaca permulaan pada siswa kelas II SD Negeri 2
Selodoko.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka berikut ini dikemukakan
implikasi hasil penelitian sebagai berikut :
1.
Implikasi Teoretis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media pias-pias
kata dapat meningkatkan keterampilan membaca permulaan siswa kelas II SD
Negeri 2 Selodoko tahun pelajaran 2009/2010. Hasil penelitian ini dapat
dijadikan bahan pertimbangan bagi guru SD dalam menangani siswa
berkesulitan belajar keterampilan membaca permulaan. Penggunaan media
gambar dan pias-pias kata dalam pembelajaran akan lebih menarik dan
menyenangkan siswa. Bagi siswa yang berkesulitan belajar akan termotivasi
untuk meningkatkan kemampuan membaca.
2.
Implikasi Praktis
Penggunaan media pias-pias kata dapat mempermudah melafalkan atau
menyebutkan sebuah kata dan memperluas pemikiran dalam membuat kata atau
kalimat sederhana, serta berbicara atau bercerita. Media pias-pias kata juga untuk
melengkapi referensi mengenai masalah pelayanan siswa luar biasa, khususnya
untuk anak berkesulitan belajar membaca. Penggunaan media pias-pias sangat
efektif untuk meningkatkan keterampilan membaca permulaan terutama pada
siswa kelas rendah (kelas 2) Sekolah Dasar.
C. Saran
Sesuai dengan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian di atas, maka dapat
disampaikan saran-saran sebagai berikut :
1.
Bagi Sekolah
Oleh karena penggunaan media pias-pias kata dapat meningkatkan
keterampilan membaca permulaan siswa kelas II SD, maka sebaiknya kepala
sekolah sebagai penentu kebijakan di lingkungan sekolah untuk menganjurkan
para guru kelas rendah, khususnya guru kelas II SD menggunakan media piaspias kata dalam proses pembelajaran keterampilan membaca. Hal ini
dimaksudkan agar kemampuan belajar membaca siswa dapat maksimal dan
mengurangi jumlah siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca. Dengan
demikian keterampilan membaca siswa dapat meningkat.
2. Bagi Guru
Mengingat bahwa kelas rendah khususnya kelas II SD merupakan dasar
penentu keberhasilan pembelajaran kelas-kelas di atasnya, maka proses
pembelajaran harus matang dan lancar dalam membaca, menulis dan berhitung.
Untuk itu guru SD kelas II hendaknya lebih kreatif dalam memilih metode dan
media dalam pembelajaran membaca. Salah satunya adalah menggunakan media
pias-pias kata. Pada proses pembelajaran dengan menggunakan media pias-pias
kata memerlukan waktu pembelajaran yang cukup lama, membutuhkan banyak
tenaga, maupun biaya. Namun bila dilaksanakan dengan baik, maka proses
pembelajaran membaca khususnya kelas II SD akan berhasil dan mampu
mengurangi tingkat siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca.
3. Bagi Siswa
Bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca, hendaknya dalam
belajarnya menggunakan alat bantu yang konkret, contohnya seperti macammacam gambar, kartu huruf, kartu kata dan kartu kalimat. Karena dengan alat
bantu yang konkret, maka siswa akan lebih mudah dalam belajar membaca,
termotivasi dan dapat memusatkan perhatian dalam belajar karena tertarik oleh
bermacam-macam media atau alat bantu.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahman.1999. Kesulitan Siswa Membaca Permulaan. Jakarta : Rineka Cipta.
--------------------. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta :
Rineka Cipta.
Aristo Rahardi. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas Dirjen Dikti.
Asep Herry Hermawan. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta : Universitas Terbuka.
Darmiyati Zuchdidan Budiasih. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di
Kelas Rendah. Yogyakarta : PAS.
Depdikbud. 1991. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta : Depdikbud.
Depdiknas. 2002. Permainan Membaca dan Menulis di Taman Kanak-Kanak.
Jakarta : Depdiknas.
--------------------. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar.
Jakarta : Dirjen Menejemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Djauzah Ahmad. 1995. Metodik Khusus Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah
Dasar. Jakarta : Depdikbud.
Herry Guntur Tarigan. 1995. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas
Rendah. Jakarta : Universitas Terbuka.
Hobbs
Rence.
2007.
Reading
The
Media.
Internet
Bookwatch.
http://find.galegroup.com/ips/start.do?prodld=IPS>
http://find.galegroup.com/ips/retrieve.do?contentSet=IAC.
Document&resultListType=RESULTLIST&QrySerl=Locale(en%2C%
2C3AFQE%3D(KE%2Cnone%2C16)media+in+english%24&
sgHitCountTipy=None%inPS=True%sort=dateDescend&searchType=B
asicSearchForm&tabID=T003&prodld=IPS&search=R19&currentPosit
ion=4&userGroupName=iduns&doeId=A166240906&docType=IAC&co
ntentSet =IAC-Documents. 20 Oktober 2009.
Muchlisoh.1992. Materi Pokok Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud
Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru. Bandung :
Rosdya Karya.
Ngalim Purwanto. 1997. Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah
Dasar. Jakarta : Rosda Jayaputra.
Ngadino Yustinus. 2002. Media Pembelajaran. Surakarta : Universitas Sebelas
Maret.
Oemar Hamalik. 1987. Metodologi Pengajaran Ilmu Pendidikan. Jakarta : Mandar
Maju Ban.
--------------------. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Purwadarminto. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : PN Balai Pustaka.
Sabarti Akhadiah. 1991. Pengantar Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Liberty
Salmon Julie. 2008. Booth Elementary Pust ReadingFirst. The Achiever.
http://.galegroup.com/ips/start.do?prodld=IPS>. 20 Oktober 2009.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipto.
Sri Anitah Wiryawan dan Noorhadi. 1994. Strategi Belajar Mengajar Universitas
Terbuka. Jakarta : Universitas Terbuka.
Suhaenah Suparno. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti
Depdiknas.
Suharsimi Arikunto. 2002 . Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Sumadi Suryabrata.1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Surtatinah Tirtonegoro. 1988. Anak Super Normal dan Program Pendidikannya.
Jakarta : Bina Aksara.
Syaiful Bahri Djamarah. 1984. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru.
: Usaha Nasional.
Surabaya
Udin S. Winataputra. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Download