jurnal ekonomi dan bisnis volume 11, no. 2, agst 2011 issn 1693

advertisement
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS
ISSN 1693-8852
VOLUME 11, NO. 2, AGST 2011
NILAI INSTRINSIK SAHAM SERTA INFORMASI FUNDAMENTAL
YANG MEMPENGARUHINYA
(KAJIAN EMPIRIS DI BURSA EFEK INDONESIA)
SAFARUDDIN
Dosen Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect of fundamental information that consists of
company size, revenues, capital structure and dividend policy of the intrinsic value of the stock on the Indonesia
Stock Exchange. Sampling was conducted using purposive sampling method. Data were analyzed using multiple
regression analysis, and hypothesis testing is done by using a statistical test that consists of F-test and T-test.
The results show that the fundamental information which consists of company size, revenues, capital structure
and dividend policy has a significant effect on the intrinsic value of the stock on the Indonesia Stock Exchange
either jointly or partially.
Keywords: company size, revenues, capital structure, dividend policy, and intrinsic value of the stock
prospek investasi di masa yang akan datang. Untuk
melakukan pengamatan dan analisis secara aktif
tentang penilaian saham, ada berbagai pendekatan
yang dapat dilakukan. Salah satu dari pendekatan
tersebut adalah analisis pasar yang terdiri dari
analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis
teknikal cenderung digunakan untuk transaksitransaksi jangka pendek. Pemikiran yang
mendasari analisis teknikal adalah harga saham
mencerminkan informasi yang relevan, informasi
tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga di
waktu yang lalu, dan perubahan harga saham akan
mempunyai pola tertentu serta berulang.
Sedangkan analisis fundamental lebih umum
digunakan dalam
penilaian investasi jangka
panjang dengan cara mengestimasi nilai faktorfaktor fundamental yang mempengaruhi nilai
perusahaan di masa yang akan datang dan
menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut
sehingga diperoleh taksiran nilai perusahaan.
Penelitian ini difokuskan pada analisis fundamental
perusahaan.
Menurut para ahli, pendekatan analisis
fundamental yang biasanya digunakan untuk
menentukan nilai instrinsik saham adalah Devidend
Discount Model (DDM) dan Price Earnings Ratio
(PER) model. Akan tetapi, model PER lebih
popular digunakan di kalangan analis. Tandelilin
(2001) menyatakan bahwa PER merupakan
pendekatan yang lebih populer dipakai di kalangan
analis saham dan para praktisi. Analisis PER dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi
kebijakan strategis perusahaan terutama yang
berhubungan dengan faktor-faktor fundamental
perusahaan. Oleh karena itu, salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk memperkirakan PER adalah
dengan menghubungkan PER dengan berbagai
faktor yang diperkirakan mempengaruhinya.
PENDAHULUAN
Ketersediaan berbagai alternatif instrumen
investasi hendaknya dipelajari serta dicermati guna
mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan.
Setiap instrumen investasi apapun bentuknya
memiliki kelemahan dan kelebihannya tersendiri.
Setiap instrumen investasi memiliki karakteristik
yang berbeda dengan tingkat risiko yang berbeda
pula. Untuk melakukan investasi pada salah
satu atau beberapa instrumen tersebut maka
tersedia berbagai wahana investasi, diantaranya
adalah pasar modal.
Saham biasa (common stock) merupakan
salah satu surat berharga yang diperdagangkan di
pasar modal. Sebagaimana halnya investasi pada
alternatif lainnya, investasi pada saham juga
membutuhkan pertimbangan dan analisis yang
cermat terutama tentang tingkat keuntungan
(return) dan risikonya. Investor harus memiliki
dasar yang jelas dalam memutuskan untuk membeli
atau menjual saham tertentu. Ada dua potensi
keuntungan yang diharapkan untuk melakukan
investasi pada saham yaitu dividen dan capital
gain. Di samping potensi keuntungan, investasi
pada saham juga memiliki potensi kerugian yang
cukup
besar,
sehingga
investor
harus
menganalisisnya dengan cermat saham-saham yang
layak untuk dibeli atau dijual.
Analisis untuk membuat keputusan dalam
berinvestasi pada saham harus didukung oleh
informasi yang berkualitas. Salah satu informasi
yang dijadikan bahan pertimbangan dalam
membuat keputusan berasal dari laporan keuangan
emiten. Berdasarkan laporan ini investor dapat
menilai kewajaran harga suatu saham dengan
mengunakan pendekatan-pendekatan tertentu.
Penilaian kondisi keuangan emiten oleh
investor akan dapat memberikan gambaran tentang
52
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS
ISSN 1693-8852
VOLUME 11, NO. 2, AGST 2011
Analisis terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi PER dapat dilakukan dengan
menggunakan model persamaan regresi dengan
data cross section. Model-model persamaan PER
dapat diketahui dengan mempelajari hasil
penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian
ini. Penelitian awal yang mendasari model regresi
PER dilakukan oleh Whitebeck-Kisor (1963)
dalam Husnan (2001).
Mereka berhasil
mendokumentasikan bahwa tingkat pertumbuhan
laba dan devidend payout ratio berpengaruhi positif
terhadap PER, sedangkan standar deviasi tingkat
pertumbuhan laba berpengaruh negatif terhadap
PER.
Penelitian empiris tentang pengaruh faktor
fundamental terhadap nilai nilai instrinsik saham
dengan PER sebagai proksinya kemudian
dilanjutkan oleh beberapa peneliti lain baik di
dalam maupun di luar negeri dengan menggunakan
faktor fundamental yang lebih variatif. Akan tetapi,
berbagai penelitian yang pernah dilakukan
memberikan kesimpulan yang beragam dan
terkadang cenderung bertentangan sehingga belum
mengarah pada universalitas. Untuk itu, diperlukan
penelitian lebih lanjut tentang hal ini. Sehubungan
dengan ini, maka penulis tertarik untuk meneliti
kembali tentang pengaruh informasi fundamental
yang terdiri dari ukuran perusahaan, revenues,
struktur modal, dan kebijakan dividen terhadap
nilai instrinsik saham di Bursa Efek Indonesia
khususnya pada emiten non keuangan. Emiten
keuangan tidak diikutsertakan karena adanya
perbedaan karakteristik laporan keuangan terutama
pada struktur aktiva dan pasivanya sehingga
beberapa rasio keuangan yang terdapat pada kedua
jenis emiten ini memiliki makna yang berbeda.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh informasi fundamental yang terdiri dari
ukuran perusahaan, revenues, struktur modal, dan
kebijakan dividen terhadap nilai instrinsik saham di
Bursa Efek Indonesia baik secara bersama-sama
maupun secara parsial. Penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
berarti baik secara praktis maupun secara
akademis. Bagi investor, diharapkan hasil
penelitian ini dapat berguna sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan di
bidang investasi terutama yang berhubungan
informasi fundamental yang mempengaruhi nilai
instrinsik saham. Bagi emiten, diharapkan hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai kajian untuk
memperbaiki kinerja perusahaan di masa yang akan
datang. Secara akademis, hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan
ilmu pengetahuan terutama tentang pasar modal di
Indonesia,
khususnya
tentang
informasi
fundamental yang mempengaruhi nilai instrinsik
saham.
TINJAUAN PUSTAKA
Nilai Instrinsik Saham
Nilai saham biasa lebih sulit diketahui
dibandingkan dengan nilai obligasi maupun saham
preferen. Menurut Ross et.al. (2002:217), hal ini
disebabkan oleh minimal tiga alasan yaitu karena
aliran kas yang dihasilkan oleh saham biasa tidak
dapat diketahui secara pasti, saham biasa tidak
memiliki masa jatuh tempo, dan tingkat
keuntungan yang diharapkan tidak mudah untuk
dicari.
Pertanyaan mendasar
yang sering
dikemukakan tentang nilai suatu saham adalah
apakah harga saham di pasar mencerminkan nilai
sebenarnya dari perusahaan. Jika tidak, berapa nilai
sebenarnya dari saham yang diperdagangkan
tersebut. Nilai sebenarnya ini dinamakan nilai
instrinsik. Dua jenis analisis yang banyak
digunakan untuk menentukan nilai instrinsik saham
adalah analisis teknikal dan analisis fundamental.
Menurut
Jogiyanto
(2000:89),
analisis
fundamental mencoba menghitung nilai instrinsik
dari suatu saham dengan menggunakan data
keuangan perusahaan sehingga dinamakan pula
dengan analisis perusahaan. Untuk
membuat
model peramalan harga saham dalam analisis ini
maka hal penting yang harus dilakukan adalah
mengidentifikasi faktor-faktor fundamental yang
diperkirakan akan mempengaruhi nilai instrinsik
saham. Kemudian membuat suatu model yang
memasukkan faktor-faktor tersebut dalam analisis.
Para praktisi cenderung menyukai model yang
tidak terlalu rumit, mudah dipahami, dan
mendasarkan diri pada informasi yang berasal dari
laporan keuangan dan model tersebut adalah Price
Earnings Ratio.
Jones (2004) menyatakan bahwa PER
merupakan salah satu aspek finansial menarik bagi
para analis saham dan manajer keuangan.
Walaupun secara konseptual PER tidak sesolid
Devidend Discount Model, tetapi PER konsisten
dengan Present Value Analysis karena PER
berhubungan dengan nilai instrinsik suatu saham
atau agregat pasar. Sementara Haugen (1993)
menganggap bahwa DDM tidak realistis karena
tidak seorang pun dapat melakukan forecasting
terhadap dividen dalam jangka panjang dengan
tepat. Oleh karena alasan inilah maka para peneliti
tertarik untuk mencari pendekatan alternatif. Bodie,
et.al. (2004:428) menyatakan bahwa penggunaan
PER sebagai metode penilaian saham lebih banyak
digunakan di berbagai belahan dunia dibandingkan
dengan metode lainnya. Hal yang sama juga
dikemukakan oleh Mayo (2004 : 228) yang
menyatakan bahwa metode penilaian saham yang
paling sering dan populer adalah PER.
Menurut Asri dan Heveadi (1999), salah
satu cara untuk menghitung PER dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
53
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS
ISSN 1693-8852
PER =
VOLUME 11, NO. 2, AGST 2011
P
EPS
faktor yang diperkirakan mempengaruhinya (Elton
et.al., 2003:457).
Model analisis PER secara cross section
dikemukakan oleh Whitebeck-Kisor (1963) dalam
Husnan
(2001).
Mereka
berhasil
mendokumentasikan bahwa tingkat pertumbuhan
laba dan dividend payout ratio berpengaruhi positif
terhadap PER, sedangkan standar deviasi tingkat
pertumbuhan berpengaruh negatif terhadap PER.
Model PER lainnya dikembangkan oleh beberapa
peneliti seperti Reinganum (1981), Cook dan
Rozeff (1984). Mereka mengatakan bahwa PER
berhubungan dengan firm size dan unsystematic
risk. Keown, et.al. (1987) menyimpulkan bahwa
pemilihan portofolio dapat didasarkan pada PER.
Elton dan Gruber (1991) menghubungkan antara
PER dengan tingkat pertumbuhan laba. Adapun
Constand, et.al. (1991) menemukan beberapa
faktor lain yang mempengaruhi PER pada
perusahaan-perusahaan di Jepang. Faktor-faktor
tersebut yaitu perubahan nilai aset seperti tanah,
perubahan kepemilikan individu Jepang dan
investor asing, perubahan expected earnings
growth dan earnings risk, dan perubahan pada
dividends per share serta dividends payout secara
signifikan berhubungan dengan perubahan PER.
Informasi Fundamenfal Perusahaan
a. Ukuran Perusahaan
Skala/ukuran perusahaan (firm size) dapat
diketahui dari jumlah tenaga kerja, nilai aset, nilai
bersih kekayaan dan tingkat penjualannya. Menurut
Indriani dalam Daniati dan Suhairi (2006), ukuran
perusahaan dapat diukur dengan menggunakan
total aktiva, penjualan, atau modal dari perusahaan
tersebut.
Penelitian ini akan menggunakan
logaritma natural (Ln) dari total aset (aktiva) pada
akhir tahun sebagai proksi dari ukuran perusahaan.
Penggunaan logaritma natural dimaksudkan agar
koefisien regresi dari ukuran perusahaan tidak
memiliki angka desimal yang terlalu besar karena
nilai dari variabel ini memiliki satuan dalam jutaan
rupiah sedangkan variabel dependennya relatif
kecil sehingga pengguanaan Ln akan lebih
memiliki arti untuk diinterpretasikan.
Ukuran perusahaan secara umum ikut
menentukan
tingkat
kepercayaan
investor.
Perusahaan berskala besar, biasanya memiliki
akses informasi yang lebih lengkap sehingga lebih
dikenal oleh masyarakat. Perusahaan besar
biasanya juga berada dalam tahap maturity
sehingga diharapkan memiliki arus kas yang
positif. Perusahaan besar biasanya juga memiliki
prospek yang baik dalam waktu yang relatif lama
dan seharusnya lebih mampu dalam menghasilkan
laba dibandingkan dengan perusahaan kecil. Di
samping itu, perusahaan besar biasanya juga lebih
mudah mendapatkan dana baik dari sumber internal
maupun eksternal sehingga secara umum dapat
dikatakan bahwa ada hubungan yang searah antara
ukuran perusahaan dengan nilai instrinsik saham.
Dimana :
PERt
= Price Earnings Ratio pada akhir
tahun t
Pt
= Harga penutupan saham pada akhir
tahun t
EPSt
= Earnings Per Share pada akhir tahun t
Penggunaan rumus PER di atas juga
sejalan dengan pendapat Sawir (2003:21) yang
mengemukakan
bahwa
investor
biasanya
menghubungkan laba tahun berjalan terhadap
current price dengan menggunakan hubungan
rasio harga terhadap laba.
Penggunaan model PER sebagai salah
satu pendekatan dalam penilaian saham dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Hal ini sesuai
dengan pendapat Huang dalam Asri dan Heveadi
(1999) yang menyatakan bahwa penggunaan PER
sebagai dasar penilaian saham dapat dikategorikan
sebagai berikut :
 Metode 1
Membagi harga saham dengan
normal
earnings atau rata-rata earnings untuk
menghitung PER. Rasio ini kemudian
dibandingkan dengan normal PER dari saham
tersebut.
 Metode 2
Membagi harga saham dengan
estimasi
earnings (satu sampai tiga tahun) untuk
menentukan PER. Rasio ini kemudian
dibandingkan dengan normal PER dari saham
tersebut.
 Metode 3
Membandingkan PER dan earnings growth
dari setiap saham dengan PER dan rata-rata
pertumbuhan industri.
Metode 1 dan 2 menggunakan konsep
normal PER saham. Normal PER ini diperoleh
dengan menentukan faktor yang mempengaruhi
harga saham seperti earnings, growth, risk, time
value of money, dan sebagainya. Selanjutnya
diformulasikan persamaan model PER beserta
faktor-faktor yang mempengaruhinya tersebut.
Model ini kemudian digunakan untuk menilai dan
menyesuaikan PER perusahaan di masa yang akan
datang.
Penilaian saham secara cross sectional
juga dapat dilakukan dengan menggunakan analisis
PER. Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui
bagaimana posisi suatu saham relatif terhadap
saham-saham lainnya dengan menggunakan
variabel PER. Apabila diketahui suatu saham
mempunyai nilai PER sebesar tertentu, apakah
saham tersebut sebaiknya dibeli kalau sahamsaham lainnya mempunyai PER yang lebih tinggi.
Untuk menjawab hal tersebut maka perlu
mengaitkan besar kecilnya PER dengan faktor-
54
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS
ISSN 1693-8852
VOLUME 11, NO. 2, AGST 2011
Hubungan antara
ukuran perusahaan
dengan nilai instrinsik saham dengan PER sebagai
proksinya juga dapat diketahui dari hasil penelitian
terdahulu. Reinganum (1981) menemukan bahwa
penggunaan PER berhubungan dengan terjadinya
abnormal return dan adanya kecenderungan pada
perusahaan kecil untuk memiliki PER yang
ekstrim.
Badrinanth
dan
Kini
(1994)
menyimpulkan bahwa terdapat interaksi yang
penting antara skala perusahaan dengan PER.
Perusahaan berskala kecil dengan PER yang tinggi
dapat memperoleh laba yang lebih banyak tiap
bulannya dibandingkan dengan perusahaan
berskala besar, didasarkan pada risiko yang telah
disesuaikan (adjusted risk).
Hasil penelitian Mpaata dan Sartono
(1997) menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan
mempengaruhi PER untuk seluruh industri yang
diteliti. Pada service, clothing and retail, serta raw
material industry, size memiliki pengaruh positif
yang signifikan terhadap PER. Sebaliknya, pada
electronic,
food
and
beverage,
serta
pharmaceutical industry, ukuran perusahaan
memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap
PER.
Penelitian di Indonesia oleh Suryaputri
dan Astuti (2003) mendokumentasikan bahwa skala
perusahaan memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap PER pada industri food &
beverage serta paper & allied. Di samping itu,
pada industri metal & allied, size memiliki
pengaruh negatif yang signifikan terhadap PER
sedangkan pada industri lainnya yang berada dalam
sektor manufaktur di BEJ, ukuran perusahaan tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PER.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Amaliah
(2003) pada sektor property dan real estate. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa size tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap PER.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di
atas ternyata menghasilkan kesimpulan yang
beragam sehingga perlu untuk diteliti lebih lanjut
pada objek, periode atau metode yang lebih
beragam pula.
diharapkan EPS juga akan tinggi. Akan tetapi, hal
ini tidak serta merta terjadi, karena dalam
perhitungan laba komponen biaya sangat
menentukan pula. Apabila perusahaan dapat
meningkatkan revenues dengan biaya yang sama
atau bahkan biaya yang lebih rendah melalui
berbagai upaya efisiensi maka laba perusahaan
akan meningkat sehingga EPS akan meningkat
pula. Hal ini diharapkan akan mempengaruhi
pandangan investor terhadap prospek perusahaan
di masa yang akan sehingga kemungkinan akan
diikuti oleh kenaikan harga saham dengan porsi
yang lebih tinggi daripada kenaikan EPS.
Penelitian tentang keterkaitan revenues
terhadap nilai instrinsik saham masih sangat jarang
dilakukan. Salah satu penelitian tentang hal ini
dilakukan oleh Mpaata dan Sartono (1997). Hasil
penelitian mereka menyimpulkan bahwa revenues
mempengaruhi PER untuk seluruh industri yang
diteliti. Revenues memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap PER hanya pada satu industri
dari enam industri yang diteliti, sedangkan pada
lima industri lainnya pengaruhnya negatif. Menurut
mereka, hubungan negatif pada lima industri
tersebut kemungkinan disebabkan oleh kurang
berhasilnya upaya pengendalian biaya sehingga
meskipun revenues tinggi, perusahaan belum tentu
dapat menghasilkan laba. Penelitian Amaliah
(2003), menyimpulkan bahwa revenues memiliki
pengaruh positif yang signifikan terhadap PER
hanya pada tahun 2000. Sedangkan pada tahun
1998 dan 1999, revenues tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap PER.
Mengingat nilai dari variabel ini memiliki
satuan dalam jutaan rupiah sedangkan variabel
dependennya relatif kecil, maka akan digunakan
logaritma natural (Ln) dari total revenues pada
akhir tahun sebagai proksi dari revenues.
c. Struktur Modal
Struktur Modal dapat diketahui dengan
melihat rasio leverage perusahaan. Struktur Modal
menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang
untuk membiayai investasi perusahaan. Karnadi
(1993) dalam Suharli dan Oktorina (2005)
menyatakan bahwa rasio leverage yang paling
umum digunakan adalah rasio hutang terhadap
modal atau Debt Equity Ratio. Adapun rumus yang
digunakan untuk mengukur Debt Equity Ratio
menurut
Sartono (2001:121) adalah sebagai
berikut:
b. Revenues
Penjualan
(revenues)
merupakan
kemampuan perusahaan untuk mengkonversi
ouput yang dihasilkannya menjadi kas. Perusahaan
dengan revenue yang tinggi berpotensi untuk
memiliki laba yang tinggi pula sehingga
=
Total Hutang
Total Modal Sendiri
Terkait dengan struktur modal maka
Miller and Rock (1985) menyarankan agar
pembelanjaan baru sebaiknya
lebih rendah
dibandingkan dengan laba yang diharapkan,
sehingga berlawanan dengan efek pengumuman
dividen.
Pengeluaran
modal
baru
akan
menggambarkan kenaikan pembiayaan eksternal,
yang berarti menurunkan efek perubahan dividen.
Variabel
pembelanjaan
modal
baru
diidentifikasikan sebagai persentase perubahan
55
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS
ISSN 1693-8852
VOLUME 11, NO. 2, AGST 2011
nilai per lembar saham biasa dengan rasio hutang
terhadap modal (debt equity ratio) sebagai ukuran
leverage.
Hansen and Crutchley (1990) menjelaskan
bahwa rata-rata harga saham terpengaruh pada
waktu perusahaan mengumumkan penerbitan suratsurat berharga yang baru. Terdapat bukti yang
mengidentifikasikan bahwa terjadi penurunan
harga saham secara signifikan selama pengumuman
dari pembelanjaan modal yang baru atau hutang
yang dipertukarkan (convertible bond). Penawaran
hutang secara terbuka atau saham preferen
menghasilkan reaksi harga saham yang negatif. Hal
ini mengindikasikan adanya hubungan antara
leverage dengan nilai instrinsik saham.
Hasil penelitian Mpaata dan Sartono
(1997) menyimpulkan bahwa faktor leverage
memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap
PER pada lima industri yang diteliti dan hanya
berpengaruh positif pada satu industri. Sedangkan
hasil penelitian Suryaputri dan Astuti (2003) hanya
menemukan adanya pengaruh negatif dari leverage
terhadap PER pada satu industri sedangkan pada
lima industri lainnya hal ini tidak terjadi.
searah antara DPR dengan PER. Akan tetapi,
penelitian Kelay (1982) menyimpulkan adanya
respon yang berlawanan antara harga saham
terhadap perubahan dividen yang tidak terduga.
Sementara itu, Mpaata dan Sartono (1997),
menemukan pengaruh positif dari DPR terhadap
PER pada empat kelompok industri sedangkan
pada satu industri lain pengaruhnya negatif dan
satu industri lagi tidak signifikan. Selanjtunya,
Suryaputri dan Astuti (2003) menemukan pengaruh
positif dari DPR terhadap PER hanya pada dua
kelompok industri sedangkan pada sepuluh industri
lain pengaruhnya tidak signifikan dan arah
koefisiennya juga bervariasi.
Hipotesis
Berdasarkan permasalahan dan kajian
pustaka yang telah dikemukakan sebelumnya maka
hipotesis yang diajukan dalam usulan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Ukuran perusahaan, revenues, struktur modal,
dan dividen secara bersama-sama memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap nilai
instrinsik saham di Bursa Efek Indonesia (Ha).
2. Hipotesis parsial dapat dirinci sebagai berikut:
a. Ukuran perusahaan memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap nilai instrinsik
saham di Bursa Efek Indonesia (Ha1).
b. Revenue memiliki
pengaruh yang
signifikan terhadap nilai instrinsik saham
di Bursa Efek Indonesia (Ha2).
c. Struktur modal memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap nilai instrinsik saham
di Bursa Efek Indonesia (Ha3).
d. Kebijakan dividen memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap nilai instrinsik
saham di Bursa Efek Indonesia (Ha4).
d. Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan hal yang
relatif kompleks karena melibatkan kepentingan
beberapa stakeholders. Bagi pemegang saham dan
calon investor, investasi pada saham dimaksudkan
untuk meningkatkan kesejahteraan mereka melalui
perolehan return dari dana yang diinvestasikannya,
dimana return yang diterimanya dapat berupa
dividen dan atau capital gain. Sedangkan,
manajemen perusahaan lebih berorientasi pada
pengembangan perusahaan dan berusaha menahan
sebahagian laba sebagai sumber dana internal
perusahaan. Sementara itu, para kreditur
membutuhkan informasi dividen untuk menilai dan
menganalisa kemungkinan memberikan pinjaman
kepada perusahaan terutama terkait dengan
solvabilitas debiturnya.
Kebijakan
dividen
pada
dasarnya
berhubungan besarnya porsi laba yang akan
dibagikan kepada para pemegang saham.
Pembayaran dividen adalah hal penting yang
menyangkut pilihan besarnya bagian laba yang
akan dibagikan kepada pemegang saham atau akan
ditahan untuk diinvestasikan kembali dalam rangka
mengembangkan perusahaan. Besarnya dividen
yang dibagikan oleh perusahaan dapat diketahui
dari Dividend Payout Ratio (DPR) masing-masing
perusahaan.
Miller dan Rock (1985) menyatakan
bahwa pembagian dividen yang tidak terduga
memberikan informasi penting tentang laba
perusahaan sehingga diapresiasi secara positif oleh
investor yang cenderung meningkatkan nilai
instrinsik saham. Whitbeck-Kissor (1993) dalam
Husnan (2001) menemukan adanya hubungan yang
METODE PENELITIAN
Objek yang diamati dalam penelitian ini
adalah informasi fundamental emiten di Bursa Efek
Indonesia yang terdiri dari ukuran perusahaan,
revenues, struktur modal, dan kebijakan dividen
serta nilai instrinsik saham yang dihitung dengan
PER. Periode penelitian dimulai sejak 1 Januari
s.d. 31 Desember 2010. Sesuai dengan tujuan
penelitian yang telah dirumuskan maka penelitian
ini termasuk dalam jenis verificative/explanative
research yaitu penelitian yang hendak menguji
lebih lanjut hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya (Supardi : 2005).
Berdasarkan kerangka pemikiran dan
hipotesis yang telah diajukan, maka variabel yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel dependen (terikat)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
nilai instrinsik saham yang dihitung dengan
menggunakan Price Earnings Ratio.
2. Variabel independen (bebas)
56
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS
ISSN 1693-8852
VOLUME 11, NO. 2, AGST 2011
Penelitian ini menggunakan empat informasi
fundamental perusahaan sebagai variabel
independen yaitu ukuran perusahaan, revenues,
struktur modal, dan kebijakan dividen.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh emiten yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2010.
Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan
metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel
dengan menggunakan kriteria tertentu. Kriteria
yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Emiten non keuangan yang terdaftar di BEI
sebelum 1 Januari 2010 dan tidak delisting
hingga 31 Desember 2010. Emiten keuangan
tidak
diikutsertakan
karena
memiliki
karakteristik laporan dan rasio keuangan yang
berbeda sehingga interpretasinya juga akan
berbeda.
2. Saham dari emiten yang dimaksud laku atau
aktif ditransaksikan setiap hari bursa dalam
tahun 2010 yaitu selama 245 hari bursa.
3. Data dari emiten yang dipilih tidak memiliki
nilai ekstrim (outlier).
Dari hasil pengumpulan data, diperoleh
sampel sebanyak 82 emiten dengan dasar
penentuan sebagaimana tabel berikut ini.
Tabel 1: Penentuan Sampel
Keterangan
Jumlah
Emiten per 1 Januari 2010
Emiten keuangan
Emiten non keuangan
Emiten non keuangan yang transaksinya kurang dari satu tahun bursa
Emiten non keuangan yang transaksinya selama satu tahun bursa
Emiten non keuangan yang transaksinya satu tahun bursa namun memiliki
nilai ekstrem
Jumlah sampel
Model analisis yang digunakan adalah
analisis linear berganda (multiple linear regression)
dengan metode pangkat dua terkecil biasa atau
disebut juga dengan metode Ordinary Least Square
(OLS). Bentuk persamaan regresinya adalah
sebagai berikut :
11
82
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis,
terlebih dahulu akan dilakukan pengujian terhadap
asumsi-asumsi yang seharusnya dipenuhi dalam
metode OLS agar koefisien regresi yang dihasilkan
tidak bias dan dapat mendeteksi keadaan yang
sesungguhnya (Best Linear Unbiases Estimator
atau BLUE). Pengujian ini meliputi uji normalitas,
multikolinieritas,
heterokedastisitas,
dan
autokorelasi. Setelah dilakukan uji asumsi klasik
terhadap model yang digunakan, maka selanjutnya
dilakukan pengujian terhadap hipotesis.
Yi = a + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 X3 + b4X4
dimana :
Y
=
a
=
b1 s.d. b4 =
X1
=
X2
=
X3
=
X4
=
Ln
=
i
=
398
69
329
236
93
Nilai perusahaan
Intersep
Koefisien regresi
Ukuran perusahaan
Revenues
Struktur modal
Kebijaka dividen
Logaritma natural
Nama emiten
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Asumsi Klasik
Hasil uji asumsi klasik yang meliputi uji
normalitas, multikolinieritas, heterokedastisitas,
dan autokorelasi disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 2: Pengujian Asumsi Klasik
No.
Uji
1.
Normalitas
2.
Multikolinearitas
3.
Heterokedastisitas
Hasil
Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) dari Uji
Kolgomorov Smirnov sebesar 0,767;
artinya lebih besar dari α (0,05)
Nilai VIF untuk masing-masing variabel
bebas lebih kecil dari 10
(X1 =2,136; X2
=2,537; X3=1,119; X4=1,326)
P-value untuk masing-masing variabel
bebas lebih besar daripada alpha (α)
(X1 = 0,118; X2 =0,390; X3=0,607;
57
Kesimpulan
Data berdistribusi
normal
Tidak terjadi
multikolinieritas
Lolos dari gejala
heterokedastisitas
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS
ISSN 1693-8852
4.
VOLUME 11, NO. 2, AGST 2011
X4=0,858)
Nilai Statistik Durbin-Watsonnya berada
diantara dU s.d. 4-dU
(1,743 < 2,001 < 2,257).
Autokorelasi
Berdasarkan hasil tabel di atas maka dapat
dinyatakan bahwa tidak terjadi pelanggaran
terhadap asumsi-asumsi klasik dari model regresi
dalam penelitian ini sehingga model penelitian ini
dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan
Tidak ada gejala
autokorelasi
keputusan. Selanjutnya, hasil perhitungan dengan
menggunakan program SPSS diperoleh nilai
koefisien regresi untuk masing-masing variabel
bebas sebagaimana tertera pada Tabel 3.
Tabel 3: Hasil Perhitungan Koefisien Regresi
Coefficientsa
Standardized
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
Beta
(Constant)
9.042
11.192
X1
7.478
1.005
X2
-7.543
X3
X4
a. Dependent Variable: Y
T
Sig.
.808
.422
.813
7.444
.000
.942
-.952
-8.006
.000
-2.258
1.073
-.166
-2.105
.039
.257
.048
.464
5.399
.000
Dari tabel di atas, maka model taksiran
persamaan regresi untuk penelitian ini dapat ditulis
sebagai berikut :
Y = 9,042 + 7,478 Ln X1 -7,543 Ln X2 – 2,258 X3 +
0,257 X4
modal, dan kebijakan dividen secara bersama-sama
terhadap nilai instrinsik saham di Bursa Efek
Indonesia tahun 2010 dapat diketahui dengan
melakukan uji F dengan cara membandingkan
antara F-hitung dengan F-tabel. Pada level of
significant 5% diperoleh diperoleh F- tabel sebesar
2,49.
F-hitung
yang diperoleh dengan
menggunakan program SPSS tertera pada tabel
anova berikut ini
Pengujian Hipotesis
Pengaruh informasi fundamental yang
terdiri dari ukuran perusahaan, revenues, struktur
Tabel 4: Hasil Perhitungan Nilai F Statistik
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
8119.148
4
2029.787
Residual
6115.842
77
79.427
14234.990
81
Total
F
25.556
Sig.
.000a
a. Predictors: (Constant), X1, X2, X3, X4
b. Dependent Variable: Y
Nilai F-hitung dalam penelitian ini adalah
25,556 yang berarti lebih besar daripada
Ftabel dan p-value (Sig. F = 0,00) lebih kecil
daripada alpha, sehingga H0 ditolak. Hal ini
menunjukkan bahwa pada tingkat keyakinan 95%,
informasi fundamental yang terdiri dari ukuran
perusahaan, revenues, struktur modal, dan
kebijakan dividen secara bersama-sama memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap nilai instrinsik
saham di Bursa Efek Indonesia.
58
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS
ISSN 1693-8852
VOLUME 11, NO. 2, AGST 2011
Tabel 5 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi dan Determinasi
Model Summaryb
Model
1
R
.755a
Adjusted R
Square
R Square
.570
.548
Std. Error of the
Estimate
8.91216
a. Predictors: (Constant), X1, X2, X3, X4
b. Dependent Variable: Y
Kemampuan model untuk menerangkan
variasi dari nilai instrinsik saham yang dapat
dijelaskan oleh informasi fundamental secara
bersama-sama diperlihatkan oleh koefisien
determinasi dari model penelitian ini (R2) yaitu
sebesar 57%. Hal ini mengindikasikan bahwa
perubahan dari nilai
instrinsik saham yang
dipengaruhi oleh informasi fundamental yang
terdiri dari ukuran perusahaan, revenues, struktur
modal, dan kebijakan dividen adalah sebesar 57%,
sedangkan selebihnya sebesar 43% dipengaruhi
oleh variabel lain di luar model penelitian ini.
Variabel ini dapat berasal dari informasi
fundamental perusahaan, fundamental industri dan
fundamental ekonomi. Hal ini sesuai dengan
kerangka analisis fundamental yang dikemukakan
oleh Husnan (2001:318) bahwa pada dasarnya nilai
instrinsik saham dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang berasal dari fundamental perusahaan,
fundamental industri dan fundamental ekonomi.
Sementara itu, keeratan hubungan antara informasi
fundamental terhadap nilai
instrinsik saham
menunjukkan hubungan yang sedang sebagaimana
ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasinya (R)
sebesar 75,50%.
Selanjutnya untuk menguji signifikansi
koefisien regresi secara parsial dilakukan dengan
menggunakan uji T dengan cara membandingkan
antara T-hitung dengan T-tabel atau dengan cara
melihat nilai P-value (sig. t). Hipotesis nol dari
setiap variabel akan ditolak jika T-hitung lebih
besar daripada T-tabel atau P-value lebih kecil
daripada alpha. Merujuk pada Tabel 3, maka hasil
pengujian
hipotesis
secara
parsial
merekomendasikan bukti empiris sebagai berikut:
1. Ukuran perusahaan
berpengaruh
secara
signifikan terhadap nilai instrinsik saham di
Bursa Efek Indonesia.
2. Revenues berpengaruh
secara signifikan
terhadap nilai instrinsik saham di Bursa Efek
Indonesia.
3. Struktur modal berpengaruh secara signifikan
terhadap nilai instrinsik saham di Bursa Efek
Indonesia.
4. Kebijakan dividen berpengaruh
secara
signifikan terhadap nilai instrinsik saham di
Bursa Efek Indonesia.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai instrinsik saham dengan
arah koefisien regresi yang positif. Hal ini berarti
bahwa ukuran perusahaan turut mempengaruhi
kepercayaan investor, semakin besar ukuran
perusahaan maka nilai instrinsik saham juga akan
semakin tinggi. Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh harapan investor terhadap prospek perusahaan.
Investor berharap bahwa perusahaan berskala besar
cenderung lebih mudah mendapatkan dana baik
dari sumber internal maupun eksternal, arus kasnya
positif, serta memiliki prospek yang baik di masa
yang akan datang dan seharusnya lebih mampu
dalam menghasilkan laba dibandingkan dengan
perusahaan kecil. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh
Mpaata dan Sartono (1997) pada dua kelompok
industri, serta Suryaputri dan Astuti (2003) pada
dua kelompok industri pula.
Pengujian
hipotesis
berikutnya
menghasilkan kesimpulan bahwa revenues
berpengaruh
secara signifikan terhadap nilai
instrinsik saham di Bursa Efek Indonesia namun
arah koefisien regresinya negatif. Hasil ini
mengindikasikan bahwa perusahaan dengan
revenues yang tinggi tidak serta merta diyakini oleh
investor mampu menghasilkan laba yang tinggi
pula. Hal ini dapat disebabkan antara oleh
rendahnya tingkat efisiensi perusahaan dalam
mengelola sumber dayanya sehingga biaya relatif
tinggi dan berpotensi menurunkan laba. Temuan
ini sesuai Mpaata dan Sartono (1997) yang
menyimpulkan bahwa revenues mempengaruhi
nilai saham dengan arah koefisien yang negatif
pada lima industri dan berpengaruh secara positif
hanya pada satu industri.
Pengujian terhadap struktur modal
berhasil membuktikan adanya pengaruh yang
signifikan dari variabel ini terhadap nilai instrinsik
saham di Bursa Efek Indonesia dengan arah
koefisien yang negatif. Hubungan negatif antara
struktur modal dengan nilai instrinsik saham
menunjukkan bahwa perusahaan dengan rasio
hutang yang tinggi relatif kurang diminati oleh
investor karena memiliki risiko yang tinggi pula
sehingga probabilitas perusahaan untuk membagi
dividen juga rendah dengan maksud untuk
mengurangi ketergantungan akan pendanaan secara
eksternal. Struktur permodalan perusahaan akan
membandingkan antara permodalan dari kreditur
dan pemegang saham. Struktur permodalan dengan
jumlah hutang yang lebih tinggi akan mendorong
59
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS
ISSN 1693-8852
VOLUME 11, NO. 2, AGST 2011
pihak manajemen untuk
memprioritaskan
pelunasan kewajiban terlebih dahulu sebelum
membagikan dividen. Dengan demikian investor
akan mempelajari kewajiban perusahaan untuk
memperkirakan pendapatan dari investasinya
berupa deviden di masa yang akan datang.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
yang telah dikemukakan oleh Hansen & Crutchley
(1990) bahwa struktur modal berhubungan negatif
dengan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini juga
memberikan kesimpulan yang serupa dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Mpata & Sartono
(1997) pada lima industri yang diteliti, serta
Suryaputri & Astuti (2003) pada satu industri.
Selanjutnya, kebijakan dividen juga
berpengaruh
secara signifikan terhadap nilai
instrinsik saham di Bursa Efek Indonesia dengan
arah koefisien regresi yang positif. Dalam hal ini
investor meyakini bahwa jumlah dividen yang
relatif tinggi dibagikan kepada para pemegang
saham merupakan salah satu wujud keberhasilan
manajemen dalam mengelola perusahaan sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan mereka dan
berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Hal
ini juga sejalan dengan pendapat dan hasil
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Miller
dan Rock (1985), Whitbeck-Kissor (1993) dalam
Husnan (2001), Mpaata dan Sartono (1997) pada
empat kelompok industri, serta Suryaputri dan
Astuti (2003) pada dua kelompok industri.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka
dapat dikemukakan beberapa saran kepada
berbagai pihak sebagai berikut :
1. Keputusan investor dalam berinvestasi
hendaknya
mempertimbangkan
informasfundamental perusahaan yang telah
dikemukakan dalam penelitian ini. Di samping
itu, investor juga perlu mempertimbangkan
informasi lainnya yang tidak terdapat pada
penelitian ini baik yang berasal dari
fundamental perusahaan, industri maupun
perekonomian.
2. Bagi emiten, diharapkan hasil penelitian ini
dapat dijadikan sebagai salah satu masukan
dalam mengelola perusahaan terutama yang
berkaitan dengan informasi fundamental
perusahaan, mengingat faktor ini bersifat
controlable. Pengelolaan terhadap hal ini yang
dilakukan secara optimal diharapkan dapat
mempengaruhi image
investor terhadap
perusahaan.
3. Bagi peneliti berikutnya yang tertarik untuk
meneliti nilai instrinsik saham memiliki
peluang untuk menambah jumlah variabel
bebas lainnya yang secara konseptual
diperkirakan mempengaruhinya sehingga dapat
meningkatkan kemampuan model dalam
menjelaskan variasi dari nilai instrinsik saham.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Informasi fundamental yang terdiri dari ukuran
perusahaan, revenues, struktur modal, dan
kebijakan dividen secara bersama-sama
berpengaruh
signifikan
terhadap
nilai
instrinsik saham di Bursa Efek Indonesia.
2. Ukuran perusahaan berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai instrinsik saham di
Bursa Efek Indonesia dengan arah hubungan
yang searah.
3. Revenues berpengaruh secara signifikan
terhadap nilai instrinsik saham di Bursa Efek
Indonesia dengan arah hubungan yang
berlawanan.
4. Struktur modal berpengaruh secara signifikan
terhadap nilai instrinsik saham di Bursa Efek
Indonesia dengan arah hubungan yang
berlawanan.
5. Kebijakan dividen berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai instrinsik saham di
Bursa Efek Indonesia dengan arah hubungan
yang searah.
Saran
Amaliah,
Lies (2003), “Analisis Pengaruh
Beberapa Faktor Fundamental terhadap
Price Earning Ratio (PER) pada
Perusahaan Property dan Real Estate di
Bursa Efek Jakarta”, Tesis Magister
Manajemen Unpad.
Asri S.W., Marwan dan Anton N. Heveadi (1999),
“Price Earning
Ratio (PER) Model
Consistency: Evidence From Jakarta
Stock
Exchange”,
Gajah
Mada
International Journal of Business, Vol.1
No.2, p.85-97.
Badrinanth, S. and Omesh Kini (1994), “The
Relationship Between Securities Yields,
Firm Size, Earning Price Ratio and
Tobin’s Q”, Journal of Business Finance
and Accounting, p.109-131.
Bodie, Zvi, Alex Kane, Alan J. Markus (2004),
“Essential of Investment” Mc.Grawhill/Irwin, New York.
Constand, Richard L., L.P. Freitas, and M.J.
Sulivan (1991), “Factors Affecting Price
Earnings Ratios and Market Values of
60
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS
ISSN 1693-8852
VOLUME 11, NO. 2, AGST 2011
Japanese Firms”, Journal of Financial
Management, p. 68-78.
Mayo, Herbert B. (2004), “Financial Institution,
Investment and Mangement : An
Introduction”, 8th Edition, Thomson
South-Western, Ohio.
Cook, T. and M.S. Rozeff (1984), “Size and
Earning Price Ratio Anomalie : One of
Effect or Two?”, Journal of Finance
Quantitative Analysis, p.449-466.
Miller, M. and Rock, K. (1985), “Deviden Policy
Growth and Asymetric Information”,
Journal of Finance, p. 1031-1051.
Daniati, Nina dan Suhairi. 2006. Pengaruh
Kandungan Informasi Komponen Arus
Kas, Laba Kotor, dan Size Perusahaan
terhadap Expected Return Saham (Survey
pada Industri Textile dan Automotive yang
terdaftar di BEJ) . Simposium Nasional
Akuntansi IX, Padang, hlm. 1-20.
Reinganum, M. (1981), “Mis-specification of
Capital Assets Pricing : Empirical
Anomalies Based on Earning Yields and
Market Values”, Journal of Finacial
Economics, p.19-41.
Elton, Edwin J., Marthin J. Gruber, Stephen J.
Brown, and William N.Goetman (2003),
“Modern Portfolio Theory and Investment
Analysis”, Sixth Edition, John Willey &
Sons, Inc., New Jersey.
Ross, Stephen A., Radolph W. Westerfield and
Bradford D. Jordan (2002), “Fundamental
of Corporate Finance”, Fifth Edition, Mc
Graw-hill Higher Education, New York.
Sawir, Agnes, (2003), “Analisis Kinerja Keuangan
dan
Perencanaan
Keuangan
Perusahaan”, PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Haugen A., Robert (1993),”Modern Investment
Theory”, Prentice-Hall Inc., New York.
Husnan,
Suad, (2001), “Dasar-dasar Teori
Portofolio dan Analisis Sekuritas”, Edisi
Ketiga, UPP AMP YKPN, Yokyakarta.
Sartono, Agus, (2001), “Manajemen Keuangan :
Teori dan Aplikasi”, Edisi Keempat,
BPFE-UGM, Yokyakarta.
Indonesia Stock Exchange (2011), “Indonesian
Capital Market Direcory”, Jakarta.
Suharli,
Jogiyanto H.M. (2000), “Teori Portofolio dan
Analisis Investasi”, Edisi Kedua, BPFEUGM, Yokyakarta.
Jones, Charles P. (2004), “ Investment : Analysis
and Management”, Fifth Edition, John
Wiley & Sons, Inc. New York.
Michell dan Megawati Oktorina
(2005),”Memprediksi
Tingkat
Pengembalian Investasi pada Equity
Securities Melalui Rasio Profitabilitas,
Likuiditas, dan Hutang pada Perusahaan
Publik di Jakarta”, Seminar Nasional
Akuntansi VIII, Solo.
Suryaputri, Rossje V. dan C.D. Astuti (2003),
“Pengaruh Faktor Leverage, Devidend
Payout, Size, Earning Growth And Coutry
Risk terhadap Price Earning Ratio”,
Jurnal Media Riset Akuntansi, Auditing
dan Informasi Vol.3, hlm. 1-23.
Keown, A.J., Pinkerton J.M. dan Chen S.N. (1987),
“Portfolio Selection Based Upon P/E
Ratio
:
Diversification,
Risk
Decomposition and Implication”, Jounal
of Bussiness Finance and Accounting,
p.187-198.
Supardi (2005),”Metodologi Penelitian Ekonomi &
Bisnis”, UII Press, Yogyakarta.
Mpaata, Kaziba A. dan Agus Sartono (1997) ,
“Factor Determining Price-Earning (P/E)
Ratio”, Jurnal Kelola No.15/VI, hlm. 133150.
Tandelilin, Eduardus, (2001), “Analisis Investasi
dan Manajemen Portofolio”, Edisi
Pertama, BPFE-UGM, Yokyakarta.
61
Download