Jurnal Geografi Media Informasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian PERBANDINGAN INFILTRASI LAHAN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK TANAH, KONDISI PENUTUPAN TANAH DAN KONDISI TEGAKAN POHON PADA BERBAGAI JENIS PEMANFAATAN LAHAN Arif Sudarmanto¹, Imam Buchori², Sudarno³ ¹Mahasiswa Program Magister Ilmu Lingkungan, UNDIP, Semarang ²Staf Pengajar Program Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, UNDIP, Semarang ³Staf Pengajar Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, UNDIP, Semarang Info Artikel ________________ Sejarah Artikel: Diterima Oktober 2013 Disetujui Desember 2013 Dipublikasikan Januari 2014 ________________ Keywords: Infiltration capacity, soil physical characteristic and land utilization _____________________ Abstract This research was conducted in Kreo Sub-watershed in Semarang and aimed to examine the difference of soil physical characteristic in various land utilization typical and to examine the relationship among soil physical characteristic, soil cover and trees stand conditions to infiltration capacity. In this research, the picking out of the soil specimens and the test of infiltration was conducted in 10 (ten) kinds of land utilization in the same condition of slope, soil, land use, and distribution of precipitation. The result of this research showed that there is a significant difference among the condition of the texture, the porosity, and the permeability, whereas the organic matter and the early capacity of water have no significant difference. Whereas adequate correlation was found among the permeability, the early capacity of water and the soil cover condition, mean while the trees stand condition, the texture, the organic matter, and the porosity have no strong correlation with infiltration capacity. Abstrak Penelitian yang dilakukan pada Sub DAS Kreo Semarang bertujuan untuk mengkaji perbedaan sifat biofisik tanah pada berbagai jenis pemanfaatan lahan, serta mengkaji hubungan karakteristik fisik tanah, kondisi penutupan tanah dan kondisi tegakan pohon terhadap kapasitas infiltrasi. Dalam penelitian ini pengambilan contoh tanah dan uji infiltrasi di lapangan dilakukan pada 10 (sepuluh) jenis pemanfaatan lahan pada kondisi yang sama; baik lereng, tanah, penggunaan lahan, serta agihan curah hujan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan kondisi yang nyata pada variabel tekstur, porositas dan permeabilitas, sedangkan variabel bahan organik dan kadar air awal tidak ada perbedaan yang nyata. Sementara itu korelasi yang cukup kuat ditemukan pada variabel permeabilitas, kadar air awal dan kondisi penutupan tanah, sedangkan variabel kondisi tegakan pohon, bahan organik, tekstur dan porositas masingmasing tidak memiliki korelasi yang kuat terhadap kapasitas infiltrasi. © 2014 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: Gedung C1 Lantai 1 FIS Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: [email protected] 1 Jurnal Geografi Volume 11 No. 1 Januari 2014: 1-13 macam PENDAHULUAN pemanfaatan lahan berperan memperbesar infiltrasi, tetapi beberapa Proses infiltrasi merupakan bagian yang penting dalam siklus hidrologi maupun dalam proses pengalihragaman pemanfaatan lahan lain mungkin menghambatnya (Rohmat dkk., 2008). Lahan dapat diartikan suatu hujan menjadi aliran di sungai (Sri Harto, lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, 1993). Dengan adanya proses infiltrasi, relief, hidrologi dan vegetasi dimana maka kebutuhan vegetasi terhadap air faktor-faktor termasuk potensi transpirasi, menyediakan air tersebut mempengaruhi penggunaannya, termasuk untuk evaporasi, mengisi kembali reservoir didalamnya adalah akibat-akibat kegiatan tanah dan menyediakan aliran sungai pada manusia, baik masa lalu maupun sekarang saat musim kemarau akan dapat terpenuhi, (FAO 1976). Lahan merupakan salah satu selain itu manfaat dari infiltrasi adalah sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan dapat mengurangi terjadinya erosi tanah dengan cara diolah agar menghasilkan dan mengurangi terjadinya banjir (Seyhan, produk 1990). manusia. Tipe pemanfaatan lahan adalah Laju infiltrasi sangat berhubungan untuk memenuhi kebutuhan suatu macam penggunaan lahan yang dengan karakteristik fisik tanah meliputi didefinisikan tekstur, bahan organik, total ruang pori dan dibandingkan dengan tipe penggunaan kadar air. Karakteristik fisik tanah tersebut lahan. Suatu tipe penggunaan lahan terdiri dapat berkorelasi positif maupun negatif atas seperangkat spesifikasi teknis dalam terhadap konteks tatanan fisik, ekonomi dan sosial laju infiltrasi (Nurmegawati, 2011). Infiltrasi sangat bergantung pada secara lebih rinci yang tertentu. hujan, sifat fisik dan hidraulik kolom tanah, Sub DAS Kreo merupakan salah satu kondisi permukaan tanah dan pemanfaatan Sub DAS di bagian Hulu DAS Garang lahannya. Diketahui secara umum bahwa Jawa Tengah. Memiliki hulu pada lereng pemanfaatan berbagai Gunung Ungaran dan beroutlet di AWLR variasinya, sangat berpengaruh terhadap Kali Pancur. Curah hujan terbesar berasal infiltrasi. Besar kecilnya efek pemanfaatan dari Sub DAS Kreo berdasar data dari lahan terhadap infiltrasi sangat ditentukan stasiun hujan Mijen dan Gunung Pati oleh pemanfaatan lahan itu sendiri. Suatu (Suhandini, 2011). Menurut Setyowati, lahan dengan 2 Jurnal Geografi Volume 11 No. 1 Januari 2014: 1-13 2010, kenaikan limpasan permukaan yang dengan persentase luasan sebesar 47,16%. terjadi di Sub DAS Kreo dipengaruhi oleh Penggunaan adanya perubahan penggunaan lahan. ditampilkan pada Tabel. 1 dan Gambar. 1 Penggunaan lahan di Sub DAS Kreo lahan selengkapnya sebagai berikut. persentase terbesarnya yaitu kebun campur Tabel 1. Penggunaan Lahan Sub DAS Kreo No 1 2 3 4 5 6 7 8 Jenis Penggunaan Hutan Kebun Campur Semak Belukar Tegalan Rumput Sawah Permukiman Badan Sungai Jumlah Sumber: Analisis GIS, 2013 Kondisi berdasarkan banyak kebun campur pengamatan yang lebih dimanfaatkan Luas (ha) 755,96 3.233,47 66,64 227,80 69,40 1.850,14 637,64 15,20 6.786,25 tersebut detail, dengan % 11,02 47,16 0,97 3,32 1,02 26,98 9,31 0,22 100 permukiman untuk penutup tanah rumput dan tanpa penutup tanah. Penelitian ini bertujuan mempelajari berbagai macam jenis pemanfaatan lahan kapasitas baik dengan ditanami tegakan pohon karakteristik biofisik tanah pada masing- dengan kerapatan tinggi <5m dan kerapatan masing kondisi pemanfaatan lahan, dengan sedang >5m, sementara banyak juga yang sub-tujuan: (1) mengkaji perbedaan sifat membiarkan biofisik lahannya tanpa tegakan infiltrasi tanah terhadap pada pengaruh berbagai jenis pohon. Selain itu lantai lahan memiliki pemanfaatan lahan, dan (2) mengkaji kondisi penutup tanah berupa seresah, hubungan karakteristik fisik tanah, kondisi rumput, ataupun tanpa penutup tanah. Serta penutupan tanah dan kondisi tegakan pohon pada terhadap kapasitas infiltrasi. kondisi lahan pekarangan 3 Jurnal Geografi Volume 11 No. 1 Januari 2014: 1-13 Gambar 1. Peta Penggunaan Lahan di Lokasi Penelitian Mijen, METODE PENELITIAN Kota Semarang dengan pertimbangan kondisi yang sama baik Tempat dan Waktu Penelitian lereng, penggunaan lahan, jenis tanah, serta karakteristik hujan. latosol di Sub DAS Kreo DAS Garang meliputi pengukuran Jawa Tengah. Pemilihan sampel lokasi pengambilan contoh tanah dan analisis pengukuran infiltrasi dan contoh tanah laboratorium dilaksanakan pada bulan Juni dilakukan secara sengaja, yang didasarkan - Agustus 2013. Penelitian pada kondisi dilakukan pada pemanfaatan tanah Waktu penelitian infiltrasi, lahan. Pengukuran infiltrasi dan pengambilan contoh tanah dilakukan di Kelurahan Mijen Kapasitas Infiltrasi Kapasitas infiltrasi diukur secara Kecamatan langsung di lapangan dengan menggunakan alat single ring infiltrometer. Pengukuran pemanfaatan lahan yaitu (A) kondisi lahan kapasitas infiltrasi dilakukan pada 10 jenis dengan tegakan rapat dan berpenutup tanah dan Kelurahan Jatibarang, 4 Jurnal Geografi Volume 11 No. 1 Januari 2014: 1-13 seresah, (B) kondisi lahan dengan tegakan penutup tanah. Masing-masing jenis rapat dan berpenutup tanah rumput, (C) pemanfaatan lahan tersebut disebutkan kondisi lahan dengan tegakan rapat dan sesuai huruf yang ada sebagaimana tersaji tanpa penutup tanah, (D) kondisi lahan dalam Gambar 2. dengan tegakan jarang dan berpenutup Pengukuran kapasitas infiltrasi pada tanah seresah, (E) kondisi lahan dengan setiap pemanfaatan lahan dilakukan dengan tegakan jarang dan berpenutup tanah pengulangan sebanyak 2 kali. Pengukuran rumput, (F) kondisi lahan dengan tegakan infiltrasi jarang dan tanpa penutup tanah, (G) kondisi dengan rumus perhitungan: F = fc + (fo - lahan dengan tanpa tegakan dan berpenutup fc) e-kt , dimana F = Kapasitas infiltrasi tanah rumput, (H) kondisi lahan dengan (cm/jam), fc = laju infiltrasi setelah konstan kondisi tanpa tegakan dan tanpa penutup (cm/jam), fo = laju infiltrasi awal (cm/jam), tanah, (I) kondisi lahan pemukiman dengan konstanta (2,718), t = waktu awal konstan kondisi tanpa tegakan dan berpenutup tanah (jam), dan k = 1 / (m log e) dimana m rumput, (J) kondisi lahan permukiman adalah angka gradien. menggunakan rumus Horton dengan kondisi tanpa tegakan dan tanpa Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian. 5 Jurnal Geografi Volume 11 No. 1 Januari 2014: 1-13 kadar air awal menggunakan metode Sifat Biofisik Tanah. Sifat biofisik tanah yang dikaji dalam pengovenan. penelitian ini meliputi tekstur, bahan organik (C-organik), permeabilitas dan porositas, kadar air Analisis Statistika awal. Uji beda (dengan menggunakan one Identifikasi sifat biofisik tanah dilakukan way-ANOVA) secara sampling dengan jumlah sampel 10 menganalisis unit data yang diambil pada 10 jenis digunakan perbedaan karakteristik untuk masing-masing fisik tanah dengan pemanfaatan lahan. Pengambilan Sampel kapasitas infiltrasi. Analisis korelasi dan tanah regresi dalam bentuk tanah terganggu (disturb) dan tanah utuh (undisturb). penetapan menganalisis hubungan karakteristik fisik tanah (tekstur, bahan organik (C-organik), porositas, porositas, permeabilitas dan kadar air sedangkan sampel tanah utuh digunakan awal), kondisi penutupan tanah, kondisi untuk penetapan permeabilitas dan kadar tegakan pohon terhadap kapasitas infiltrasi. (C-organik), tekstur, dilakukan bahan organik nilai yang Bamutaze et.al., (2010) digunakan untuk Sampel tanah terganggu digunakan untuk sebagaimana dan air awal. Metode analisis sifat biofisik tanah HASIL PENELITIAN adalah sebagai berikut: (1) analisis tekstur dilakukan dengan metode hidrometer; (2) Kondisi Data dan Uji Beda Karakteristik analisis bahan organik total dilakukan Fisik Tanah dengan analisis spektrofotometer, dimana Berdasarkan data hasil analisis sampel tanah diambil pada permukaan laboratorium karakteristik fisik tanah pada tanah dengan kedalaman 0 - 5 cm; (3) berbagai analisis porositas tanah dihitung dengan memperoleh hasil sebagai berikut: (1) persamaan P = (1-(BV/BJ)) x 100%, Tekstur tanah tertinggi yaitu tekstur geluh dimana P = porositas (%), BV = bobot isi dan geluh lempung pasiran dengan skor 3 (gram/cm3), dan BJ = berat jenis butiran menurut Dulbahri (1992) yang terdapat (gram/cm3); dan (4) analisis permeabilitas pada pemanfaatan lahan tipe B, C, D, F, G, dilakukan dan I, kemudian tekstur geluh lempungan mengikuti cara De Boodt berdasarkan hukum Darcy; dan analisis dengan jenis skor 2 pemanfaatan yang terdapat lahan pada 6 Jurnal Geografi Volume 11 No. 1 Januari 2014: 1-13 pemanfaatan lahan tipe A, E dan J, terdapat pada pemanfaatan lahan tipe A sedangkan terendah yaitu tekstur lempung (11,76 dengan skor 1 pada pemanfaatan lahan tipe pemanfaatan lahan tipe J (1,98%); dan (5) H; (2) Bahan organik total (C-Organik) Kadar pada setiap jenis pemanfaatan lahan relatif menunjukkan banyak perbedaan, tetapi tidak menunjukkan banyak perbedaan, jumlah tetapi jumlah terbanyak terdapat pada pemanfaatan lahan tipe B (30,90%) dan pemanfaatan lahan tipe D (2,94%) dan terendah pada pemanfaatan lahan tipe A terendah pada pemanfaatan lahan tipe G (12,10%). (1,32%); (3) Porositas tertinggi terdapat selengkapmya tersaji pada Gambar 3. pada pemanfaatan lahan pada tipe G Karakteristik (60,50%), pada pemanfaatan lahan memiliki tingkat variasi pemanfaatan lahan tipe B (54,30%); (4) perbedaan yang dipertegas dengan hasil Permeabilitas tanah menunjukkan banyak analisis one-way ANOVA. sedangkan terendah cm/jam) air dan awal juga terbanyak Hasil terendah relatif terdapat sifat pada fisik pada tidak pada tanah masing-masing Skor Tekstur Bahan Corganik Tanah… perbedaan, yaitu permeabilitas tertinggi Jenis Pemanfaatan Lahan B Porositas Tanah (%) A A B Jenis Pemanfaatan Lahan BJenis Pemanfaatan Lahan Kadar Air Awal (%) Permeabilitas Tanah (cm/jam) A A Jenis Pemanfaatan Lahan B A Jenis Pemanfaatan Lahan B Gambar 3. Karakteristik Fisik Tanah pada Berbagai Jenis Pemanfaatan Lahan 7 Jurnal Geografi Volume 11 No. 1 Januari 2014: 1-13 Uji beda tekstur pada masing-masing kebun campur. unit pemanfaatan lahan memperoleh nilai t- Perbedaan porositas yang ditemukan hitung = -3,51; Oleh karena nilai t-tabel (α pada beberapa unit pemanfaatan lahan, = 5%) = ±1,86, maka t-hitung > t-tabel; menunjukkan bahwa perbedaan tekstur dan berarti tekstur pada berbagai pemanfaatan bahan lahan berbeda secara signifikan dengan porositas, taraf kepercayaan 95%. Hasil analisis uji organik tidak terbukti berbeda secara nyata, beda ini secara statistik menunjukkan namun dengan adanya perbedaan yang bahwa meskipun jenis tanahnya sama, nyata pada tekstur dapat mempengaruhi namun perbedaan yang nyata pada porositas. ternyata tekstur tanah dapat organik dapat sehingga meskipun Berdasarkan terjadi melalui proses yang kompleks. memperoleh nilai t-hitung 2,75, sedangkan Misalnya, adanya proses sedimentasi nilai t-tabel (α = 5%) = 1,86. Oleh karena partikel-partikel nilai t-hitung > t-tabel, maka dapat lempung halus terendapkan dan kemudian dikatakan bahwa porositas pada berbagai mendominasi unit pemanfaatan lahan berbeda secara erosi dimana terstur tanah di lokasi tersebut. porositas signifikan. Uji beda bahan organik total (Corganik) statistik, bahan berbeda. Perbedaan tersebut dimungkinkan akibat uji mempengaruhi pada masing-masing unit Hasil uji beda permeabilitas pada berbagai unit pemanfaatan pemanfaatan lahan memperoleh nilai t- memperoleh hitung = 1,47 yang lebih kecil dibanding t- sedangkan nilai t-tabel (α = 5%) = 1,86; tabel (α = 5%) = 1,86, maka t-hitung < t- Oleh karena nilai t-hitung > t-tabel, maka tabel. adanya dapat disimpulkan bahwa permeabilitas taraf pada berbagai jenis pemanfaatan lahan lain berbeda secara signifikan dengan taraf daerah kepercayaan 95%. Hal tersebut dikarenakan penelitian tidak ditentukan oleh perbedaan adanya besar pori total pada masing-masing unit unit Berarti perbedaan yang kepercayaan keberadaan tidak nyata, pada 95%. Dengan kata bahan organik di pemanfaatan dimungkinkan mengingat terbukti lahan, pengaruh lokasi hal tersebut variabel penelitian nilai pemanfaatan t-hitung lahan lahan = 4,66, menunjukkan lain adanya perbedaan, sehingga menentukan memiliki tingkat kesarangan air. Kemudian tingkat penggunaan lahan yang homogen, yaitu kesarangan air tersebut akan 8 Jurnal Geografi Volume 11 No. 1 Januari 2014: 1-13 mempengaruhi kelulusan air kedalam tanah pemanfaatan lahan disajikan pada gambar atau permeabilitasnya. 4. dan Tabel 2. Uji beda kadar air awal pada masingmasing unit pemanfaatan lahan Berdasarkan (1968; dalam klasifikasi Lee, 1990), Kohnke kapasitas memperoleh nilai t-hitung = 1,13 yang infiltrasi pada lahan tipe A dan D tergolong lebih kecil dibanding t-tabel (α = 5%) = cepat sedangkan kapasitas infiltrasi pada 1,86, maka t-hitung < t-tabel. Berarti tidak lahan tipe B, G, E, C tergolong sedang, dan terbukti adanya perbedaan yang nyata, pada kapasitas infiltrasi pada tipe F, H, J, dan I taraf kepercayaan 95%. Dengan kata lain tergolong sedang lambat. keberadaan kadar air awal di daerah penelitian tidak pemanfaatan ditentukan lahan, tetapi oleh unit mungkin dipengaruhi karena pada saat pengambilan sampel tanah menggunakan waktu yang relatif sama yaitu ketika pada bulan-bulan tersebut masih terjadi hujan. Kapasitas Infiltrasi dan Sifat Biofisik Gambar 4. Kapasitas Infiltrasi pada Berbagai Pemanfaatan Lahan. Pengaruh karakteristik fisik tanah terhadap kapasitas infiltrasi ditunjukkan Tanah lapangan oleh hasil analisis korelasi masing-masing menunjukkan adanya perbedaan kapasitas karakteristik fisik tanah dengan kapasitas infiltrasi pada berbagai unit pemanfaatan infiltrasi. Variasi kapasitas infiltrasi pada lahan. Kapasitas infiltrasi tertinggi terdapat berbagai pada lahan dengan tipe A (25,98 cm/jam), mengindikasikan kemudian berturut-turut diikuti oleh lahan pengaruhnya terhadap infiltrasi. Diketahui dengan tipe D (15,50 cm/jam), tipe B (4,39 bahwa r-tabel (α = 5%) = 0,55. Hasil pengukuran cm/jam), Tipe G (3,19 cm/jam), tipe E pemanfaatan lahan tersebut seberapa besar Nilai korelasi permeabilitas terhadap (3,06 cm/jam), tipe C (3,03 cm/jam), tipe F infiltrasi sebesar 0,88, dan H (masing-masing 1,81 cm/jam), Tipe memiliki korelasi J (0,62 cm/jam), dan tipe I (0,61 cm/jam). terhadap kapasitas infiltrasi. Hasil ini Kapasitas infiltrasi pada berbagai jenis sesuai dengan penelitian Sudarman (2007) positif yang yang berarti kuat 9 Jurnal Geografi Volume 11 No. 1 Januari 2014: 1-13 bahwa permeabilitas merupakan variabel memiliki korelasi yang kuat terhadap yang infiltrasi. Nilai negatif menunjukkan bahwa memiliki hubungan yang kuat terhadap infiltrasi. porositas berbanding terbalik dengan laju Nilai korelasi kadar air awal terhadap infiltrasi. Hal tersebut sesuai dengan infiltrasi sebesar r = -0,56, yang berarti penelitian Bhineka (1990) bahwa laju memiliki korelasi cukup kuat terhadap infiltrasi kapasitas infiltrasi, namun tanda negatif porositas, sehingga laju infiltrasi justru menunjukkan bahwa semakin besar kadar lebih cepat pada porositas total lebih kecil air awal justru akan menurunkan kapasitas jika infiltrasi. Hasil ini sesuai dengan penelitian berporositas besar. Wirosoedarmo, dkk (2009) bahwa berbanding dibandingkan Nilai korelasi terbalik terhadap dengan tekstur tanah terhadap tingginya kadar air tanah akan diikuti laju infiltrasi sebesar r = -0,06, yang berarti infiltrasi yang lama karena kandungan air tidak memiliki korelasi yang kuat terhadap yang ada di dalam tanah sudah tinggi, kapasitas infiltrasi. Hasil tersebut sesuai sehingga pada suatu waktu tanah sudah dengan tidak mampu lagi memasukkan air dan bahwa tekstur tidak memiliki korelasi yang terjadi laju infiltrasi konstan. kuat Nilai korelasi bahan organik total (Corganik) terhadap infiltrasi sebesar r = 0,36, penelitian Sudarman, terhadap infiltrasi. (2007), Nilai negatif menyimpulkan semakin kasar tekstur, maka dapat menurunkan kapasitas infiltrasi. yang berarti memiliki korelasi yang lemah Nilai negatif pada variabel porositas terhadap kapasitas infiltrasi. Hasil tersebut dan tekstur dalam penelitian ini dijelaskan dikuatkan penelitian oleh Asdak (2010) bahwa infiltrasi juga bahwa dipengaruhi oleh gaya kapiler yang bekerja dengan Wirosoedarmo, dkk (2009) hubungan yang berbanding lurus, dengan tingginya bahan organik akan menyebabkan laju infiltrasi yang rendah. Nilai korelasi Nilai korelasi kondisi penutupan tanah terhadap infiltrasi sebesar 0,79, yang terhadap berarti berkorelasi kuat terhadap kapasitas infiltrasi sebesar r = -0,33, yang berarti infiltrasi. Sedangkan nilai korelasi kondisi berkorelasi kapasitas tegakan pohon terhadap infiltrasi sebesar r infiltrasi. Hasil ini sesuai dengan penelitian = 0,51, yang berarti berkorelasi tidak kuat Sudarman (2007) bahwa porositas tidak terhadap kapasitas infiltrasi. negatif porositas nyata pada pori-pori yang relatif kecil. terhadap 10 Jurnal Geografi Volume 11 No. 1 Januari 2014: 1-13 Berdasarkan hasil penelitian ini dapat yang tidak cukup kuat terhadap kapasitas dijelaskan bahwa permeabilitas, penutupan infiltrasi di lokasi penelitian (lihat Tabel 2). tanah dan kadar air awal memiliki tingkat Dengan demikian disimpulkan bahwa korelasi yang kapasitas cukup infiltrasi kuat terhadap sedangkan dalam upaya peningkatan kapasitas bahan infiltrasi perlu mempertimbangkan faktor organik (C-organik), porositas, tekstur dan permeabilitas, penutupan lahan dan kadar kondisi tegakan pohon memiliki korelasi air awal. Tabel 2. Hubungan Karakteristik Fisik Tanah, Kondisi Penutupan Tanah, dan Tegakan Pohon Terhadap Kapasitas Infiltrasi Infiltrasi Tekstur Organik Porositas Permeabilitas Kadarair Penutup Tegakan Pearson Infiltrasi Correlation Tekstur Organik Porositas Permeabilitas Kadarair Penutup Tegakan 1.000 -.063 .365 -.339 .880 -.565 .790 .511 -.063 1.000 .484 .177 .098 .378 .199 .269 .365 .484 1.000 -.432 .315 .284 .486 .363 -.339 .177 -.432 1.000 -.510 .358 -.321 -.593 .880 .098 .315 -.510 1.000 -.722 .716 .661 -.565 .378 .284 .358 -.722 1.000 -.318 -.245 .790 .199 .486 -.321 .716 -.318 1.000 .290 .511 .269 .363 -.593 .661 -.245 .290 1.000 Sumber: Pengolahan data Namun berdasarkan hasil analisis Hasil regresi tersebut menunjukkan regresi (stepwise) dari karakteristik fisik bahwa variabel permeabilitas merupakan tanah, kondisi penutup tanah dan kondisi faktor yang lebih berpengaruh terhadap tegakan pohon secara simultan terhadap kapasitas infiltrasi. Berarti setiap perubahan kapasitas infiltrasi ternyata menunjukkan nilai permeabilitas memberikan perubahan bahwa karakteristik fisik tanah berupa yang signifikan terhadap perubahan nilai variabel kapasitas infiltrasi. Dengan kata lain besar- permeabilitas dianggap satu- satunya yang berpengaruh kuat dengan kecilnya kapasitas nilai penelitian sangat ditentukan oleh variabel korelasi sebesar r = Sebagaimana disajikan pada Tabel 3. 0,74. infiltrasi di lokasi permeabilitas tanah. Tabel 3. Hasil Regresi Karakteristik Fisik Tanah, Kondisi Penutup Tanah dan Tegakan Pohon Terhadap Kapasitas Infiltrasi Model Summary Model 1 R R Square Adjusted R Square .880a .775 .747 a. Predictors: (Constant), Permeabilitas Std. Error of the Estimate 4.14236 11 Jurnal Geografi Volume 11 No. 1 Januari 2014: 1-13 ANOVAb 1 Model Regression Residual Total Sum of Squares 473.238 137.273 610.512 df 1 8 9 Mean Square 473.238 17.159 F 27.579 Sig. .001a a. Predictors: (Constant), Permeabilitas b. Dependent Variable: Infiltrasi Coefficientsa 1 Standardized Coefficients Beta Unstandardized Coefficients Model (Constant) Permeabilitas B Std. Error -6.312 2.615 2.686 .498 .880 t Sig. -2.350 5.252 .047 .001 a. Dependent Variable: Infiltrasi penutupan tanah (r = 79) dan kadar air awal KESIMPULAN (r Perbedaan pemanfaatan lahan di = -0,56). peningkatan Sehingga dalam kapasitas upaya infiltrasi lokasi penelitian memberikan pengaruh membutuhkan peningkatan nilai variabel terhadap tanah; permeabilitas, penutupan tanah dan kadar dan air awal. Sementara nilai negatif pada permeabilitas. Sedangkan bahan organik porositas dan tekstur merupakan adanya (C-organik) dan kadar air awal tidak gaya kapiler yang bekerja nyata justru pada dipengaruhi pori-pori mikro. khususnya karakteristik fisik tekstur, porositas, oleh perbedaan jenis pemanfaatan lahan. Pengaruh yang paling kuat terhadap Variabel bahan organik (C-organik) kapasitas infiltrasi berdasarkan uji regresi (r = 0,36), kondisi tegakan pohon (r = (stepwise) dalam penelitian ini adalah 0,51), porositas (r = -0,33) dan tekstur (r = - permeabilitas tanah. Dengan demikian 0,06) dalam penelitian ini tidak memiliki faktor permeabilitas tanah dapat digunakan sebagai pertimbangan utama dalam korelasi yang kuat terhadap kapasitas mengarahkan pemanfaatan lahan, dalam infiltrasi. Sedangkan besarnya kapasitas upaya infiltrasi di lokasi penelitian dipengaruhi lahan. peningkatan kapasitas infiltrasi kuat oleh variabel permeabilitas (r = 0,88), 12 Jurnal Geografi Volume 11 No. 1 Januari 2014: 1-13 DAFTAR PUSTAKA Asdak, C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Bamutaze, Y., Tenywa, M. M., Majaliwa, M. J. G., Vanacker, V., Bagoora, F., Magunda, M., Obando, J.,Wasige, J. E., 2010. Infiltration Characteristics of Volcanic Sloping Soils on Mt. Elgon, Eastern Uganda. Catena 80 (2010) 122–130. Bhineka, M. 1990. Karakteristik Infiltrasi. Bogor: Fakultas Pertanian IPB. Dulbahri. 1992. Kemampuan Teknik Penginderaan Jauh untuk Kajian Agihan dan Pemetaan Airtanah di Daerah Aliran Sungai Progo. Disertasi. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM. FAO. 1976. Framework for evaluation. ILRI Publ No. 27. land Lee, R. 1990. Hidrologi Hutan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. dan Limpasan pada Berbagai Dinamika Spasial Penggunaan Lahan di DAS Kreo Jawa Tengah. Disertasi. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM. Seyhan. E. 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sri Harto. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Sudarman, G. G., 2007. Laju Infiltrasi pada Lahan Sawah di Mikro DAS Cibojong, Sukabumi. Bogor: Fakultas MIPA IPB. Suhandini, P. 2011. Banjir Bandang di DAS Garang Jawa Tengah (Penyebab dan Implikasinya). Disertasi. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM. Wirosoedarmo, R. Suharto, B. Hijriyati, W. R. 2009. Evaluasi Laju Infiltrasi pada Beberapa Penggunaan Lahan Menggunakan Metode Infiltrasi Horton Di Sub DAS Coban Rondo Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No. 2 (Agustus 2009) Hal. 88– 96. Nurmegawati, 2011. Infiltrasi pada Hutan di Sub DAS Sumani Bagian Hulu Kayu Aro Kabupaten Solok. Jurnal Hidrolitan, Vol 2 : 2 : Halaman 8795. Rohmat, D., Soekarno, I., Darsiharjo. 2008. Hubungan Empiris antara Ketebalan Hujan dengan Infiltrasi Kumulatif pada Beberapa Macam Penggunaan Lahan di Daerah Aliran Sungai Bagian Hulu. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Setyowati, D. L. 2010. Hubungan Hujan 13