Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika - e

advertisement
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 43-47
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL
SNOWBALL THROWING DISERTAI PETA KONSEP
DI KELAS VIII SMPN 1 PADANG
Werry Febrianti 1), Yarman2), dan Yerizon3)
1)
FMIPA UNP, email: [email protected]
Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP
2,3)
ABSTRACT
This action research concerning the implementation of active learning with Snowball Throwing
type by using concept map. It is based on the fact that teacher do not activate the students ability in
teaching and learning process. It can be found that the characteristic in teaching learning process still in
teacher centered. Therefore, this research wants to know the implementationt of active learning with
Snowball Throwing type by using concept map for students’ activities. The research uses the descriptive
reseach method. The result of the research describe that the implementation of active learning with
Snowball Throwing type by using concept map can increase students’ activities.
Keywords : active learning, Snowball Throwing, concept map
PENDAHULUAN
Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang
sangat penting dalam proses pembelajaran, karena
tidak akan ada proses belajar jika tidak ada
aktivitas (Hamalik, 2008: 171). Prinsip aktivitas
yang digunakan dalam belajar adalah prinsip
penggunaan sistem saraf yaitu : melihat,
mendengar, mencium, merasa, berpikir, fisik atau
aktivitas motorik. Seorang siswa harus aktif dalam
pembelajaran matematika, baik itu dari informasi
suatu keterampilan, pemahaman, kebiasaan, citacita, sikap, minat, atau tugas alam (Mehl-MillsDoughlass dalam Hamalik, 2008: 172). Setiap
orang yang belajar harus aktif karena tanpa adanya
aktivitas maka proses belajar tidak mungkin
terjadi. Aktivitas belajar matematika yang
dimaksud adalah aktivitas secara individu maupun
kelompok dalam menemukan suatu konsep atau
menyelesaikan masalah.
Paul B. Diedrich dalam Hamalik (2008: 172)
membagi kegiatan belajar dalam delapan
kelompok, yaitu : (a) kegiatan-kegiatan visual, (b)
kegiatan-kegiatan lisan, (c) kegiatan-kegiatan
mendengarkan, (d) kegiatan-kegiatan menulis, (e)
kegiatan-kegiatan menggambar, (f) kegiatan-
kegiatan metrik, (g) kegiatan-kegiatan mental, (h)
kegiatan-kegiatan emosional.
Jadi klasifikasi aktivitas seperti yang diuraikan
di atas dapat menunjukkan bahwa aktivitas di
sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Jika
berbagai macam kegiatan tersebut dapat diciptakan
di sekolah maka sekolah akan lebih dinamis, tidak
membosankan dan benar menjadi pusat aktivitas
belajar yang maksimal. Pelaksanaan aktivitas
pembelajaran dengan menitikberatkan pada
keaktifan siswa dan guru bertindak sebagai
fasilitator dan narasumber yang memberikan
kemudahan bagi siswa untuk belajar.
Penggunaan asas aktivitas ini besar nilainya
bagi pengajaran terhadap para siswa, oleh karena :
(1) para siswa mencari pengalaman sendiri dan
langsung mengalami sendiri, (2) berbuat sendiri
dan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa
secara integral, (3) memupuk kerja sama yang
harmonis dikalangan siswa, para siswa bekerja
menurut minat dan kemampuan sendiri, (4)
memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana
belajar menjadi demokratis, (5) pengajaran
diselenggarakan secara realistis dan konkret
sehingga
pengajaran
tersebut
dapat
mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis
siswa serta menghindarkan verbalistis, (6)
43
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 43-47
pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana
aktivitas dalam kehidupan di masyarakat
(Hamalik, 2008: 175). Pada penelitian ini, aktivitas
yang akan dilihat yaitu kegiatan lisan, kegiatan
melihat,
kegiatan
menulis,
kegiatan
mendengarkan, dan kegiatan mental.
Agar siswa dapat melakukan aktivitas dan
menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran,
siswa harus melakukan berbagai kegiatan yang
menunjang pembelajaran. Siswa diarahkan untuk
berpikir, mengungkapkan ide, memecahkan
masalah, dan mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh. Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan agar dalam pembelajaran siswa menjadi
lebih aktif yaitu : (1) pembentukan tim, (2)
penilaian di tempat, dan (3) pelibatan belajar
secara langsung (Silberman, 2009: xxvi). Dalam
pembelajaran aktif tidak hanya materi pelajaran
yang terpenting, tetapi masih banyak aspek lain
yang diperhatikan seperti penilaian diri yang
dilakukan siswa dengan cara melakukan evaluasi
terhadap perubahan-perubahan keterampilan dan
sikapnya. Selain itu, siswa juga dibantu untuk
menyampaikan pikiran, perasaan, dan semua
persoalan yang dihadapinya. Karena belajar adalah
perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai
seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi
tersebut bukan diperoleh langsung dari proses
pertumbuhan seseorang secara alamiah. Cronbach
dalam Suprijono (2010: 2) menyatakan learning is
shown by a change in behavior as a result of
experience. Sejalan dengan Cronbach, Geoch
dalam Suprijono (2010: 2) juga mengatakan
learning is change in performance as result of
practice.
Berdasarkan definisi dari para ahli di atas
tentang pengertian belajar, dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku yang dipengaruhi oleh pengalaman,
lingkungan hidup dan pendidikan.
Pembelajaran merupakan suatu upaya untuk
menciptakan
kondisi siswa
untuk belajar.
“Pembelajaran adalah kegiatan guru secara
terpogram dalam desain instruksional untuk
membuat siswa belajar secara aktif yang
menekankan pada penyediaan sumber belajar”
(Dimyati dan Mudjiono, 2002: 3). Kemudian,
dalam
proses
pembelajaran,
komunikasi
berlangsung secara dua arah yaitu mengajar
dilakukan oleh pihak guru dan belajar dilakukan
oleh peserta didik atau siswa sehingga
pembelajaran yang dilakukan dapat efektif dan
efisien serta menyenangkan.
Berkaitan dengan pembelajaran matematika
Suherman dkk (2003: 62) menyatakan bahwa
“Dua hal penting yang merupakan bagian dari
tujuan
pembelajaran
matematika
adalah
pembentukan sifat yaitu pola pikir kritis dan
kreatif. Untuk pembinaan hal tersebut perlu
diperhatikan daya imajinasi dan rasa ingin tahu
dari anak didik”. Kutipan di atas telah menjelaskan
bahwa guru diharapkan mampu menggali dan
mengoptimalkan potensi siswa agar tujuan utama
pembelajaran dapat tercapai. Kemudian, senada
dengan hal itu, Depdiknas (2006: 346) menyatakan
tujuan dari pembelajaran matematika yaitu : (1)
memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan
konsep atau logaritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, (2)
menggunakan penalaran pada pola pikir dan sifat,
melakukan
manipulasi
matematika
dalam
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyatan matematika,
(3) memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) memiliki
sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,
perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri
dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan hal di atas, siswa dituntut aktif
selama proses pembelajaran agar mereka dapat
lebih memahami materi yang dipelajari. Karena
konsep-konsep
dasar
dalam
pembelajaran
matematika
sangat
diperlukan,
mengingat
pelajaran matematika itu saling terkait antara
materi satu dengan materi lainnya.
Pada pelaksanaanya, pembelajaran aktif dapat
dilaksanakan dengan pembentukan kelompok yang
langkah-langkahnya ada dalam Huda (2011 : 176),
penilaian sederhana oleh siswa, pengajaran sesama
siswa,
belajar
mandiri,
pengembangan
keterampilan, dan adanya berbagai tipe
44
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 43-47
pembelajaran yang membuatnya menjadi tidak
terlupakan (Silberman, 2009 : xxvi). Salah satu
tipe dari model pembelajaran aktif yang dapat
menjadikan siswa-siswa dari segi akademis dapat
lebih aktif, berpikir kritis, dan meningkatkan
kemampuan bertanya dalam proses pembelajaran
adalah model pembelajaran aktif tipe Snowball
Throwing.
Siswa dituntut untuk selalu aktif agar dapat
mencapai pembelajaran yang optimal dan juga
efektif.
Dengan
siswa
aktif
bertanya,
mengemukakan
ide-ide,
banyak
berlatih
mengerjakan
soal-soal
matematika
dapat
mempermudah siswa menerima materi yang
diajarkan oleh guru.
Permasalahan yang dijumpai dalam kelas
adalah ditemukan pembelajaran yang berlangsung
di kelas internasional ini masih bersifat teacher
centered. Guru menjelaskan konsep dan
menyajikan rumus-rumus kepada siswa, kemudian
siswa diminta untuk mengerjakan latihan. Belum
tampak adanya proses menemukan sendiri dalam
proses pembelajaran tersebut.
Proses pembelajaran pun berlangsung secara
monoton sehingga menimbulkan kebosanan siswa
untuk mempelajari matematika. Hal ini juga
ditunjang dengan tidak adanya proses mencari,
menemukan, mempelajari sendiri tentang materi
yang mereka pelajari. Kemudian, para siswa juga
jarang melakukan diskusi tentang pelajaran yang
mereka pelajari apalagi membuat dan menjawab
pertanyaan yang mereka buat sendiri.
Dalam penelitian ini, kajian utama difokuskan
pada aktivitas siswa dalam pembelajaran
matematika. Aktivitas yang diteliti dibatasi pada
materi matematika yang diajarkan dengan model
pembelajaran aktif tipe Snowball Throwing yang
disertai penggunaan peta konsep.
Suprijono (2010: 128) mengungkapkan
langkah-langkah penerapan model pembelajaran
Snowball Throwing sebagai berikut : (1) guru
menyampaikan materi yang akan disajikan, (2)
guru membentuk kelompok-kelompok dan
memanggil masing-masing ketua kelompok untuk
memberikan penjelasan tentang materi, (3)
masing-masing ketua kelompok kembali ke
kelompoknya
masing-masing,
kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru
kepada temannya, (4) kemudian masing-masing
siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang
menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh
ketua kelompok, (5) kemudian kertas yang berisi
pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan
dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama
15 menit, (6) setelah siswa dapat satu bola/satu
pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam
kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian,
(7) evaluasi, (8) penutup.
Dari langkah-langkah tersebut di atas terlihat
bahwa Snowball Throwing merupakan salah satu
model
pembelajaran
aktif
yang
dapat
meningkatkan peran siswa di dalam proses
pembelajaran. Hal ini dikarenakan terdapat
pengajaran yang dilakukan oleh ketua kelompok
kepada teman-teman di kelompoknya atau dapat
dikatakan bahwa terjadi tutor sebaya untuk
memahami materi yang sedang mereka pelajari.
Aktivitas lainnya adalah membuat dan menjawab
soal serta melakukan permainan antar kelompok
sehingga dapat menghilangkan kebosanan siswa di
dalam belajar. Hal ini dapat meningkatkan antusias
siswa dalam belajar matematika.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam
pembelajaran matematika selama diterapkan
pembelajaran aktif tipe Snowball Throwing yang
disertai penggunaan peta konsep.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini digunakan penelitian
deskriptif untuk melihat aktivitas siswa
berdasarkan penerapan pembelajaran aktif tipe
Snowball Throwing yang disertai penggunaan peta
konsep. Penelitian dilakukan di SMPN 1 Padang
pada kelas VIII semester II tahun pelajaran
2011/2012.
Prosedur dalam penelitian ini adalah
melakukan skenario pembelajaran yang telah
dibuat pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Setelah itu melakukan evaluasi terhadap proses
pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan melakukan analisis terhadap hasil
yang diperoleh dari lembar observasi pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
45
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 43-47
Dari data yang diperoleh melalui lembar
observasi, dihitung persentase aktivitas belajar
siswa dalam setiap kali pertemuan. Persentase
aktivitas dihitung dengan rumus P = F/N x 100%
(Sudjana, 2009: 130). Setelah diperoleh persentase
aktivitas siswa, kemudian dilihat kriteria aktivitas
yaitu : (a) jika persentasenya berada pada 0% ≤ P
≤ 25 % diklasifikasikan sedikit sekali, (b) jika
persentasenya berada pada 25% ≤ P ≤ 50 %
diklasifikasikan sedikit, (c) jika persentasenya
berada pada 50% ≤ P ≤ 75 % diklasifikasikan
banyak, (d) jika persentasenya berada pada 75% ≤
P ≤ 100 %
diklasifikasikan banyak sekali
(Dimyati dan Mudijono, 2002: 125).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase aktivitas siswa pada setiap
pertemuan dari setiap jenis-jenis aktivitas yang
diamati dirangkum dalam Tabel 1.
Tabel 1
Jumlah dan Presentase Siswa yang Melakukan Aktivitas Belajar Selama Penerapan Model Pembelajaran
Aktif Tipe Snowball Throwing yang Disertai Penggunaan Peta Konsep
Aktivitas
Siswa
1
2
3
4
5
6
7
Jumlah
I
F
19
19
16
20
19
20
18
%
86,36
86,36
72,73
90,91
86,36
90,91
81,82
22
II
F
20
8
8
9
6
18
20
%
95,24
38,09
38,09
42,86
28,57
85,71
95,24
F
22
20
22
21
20
22
20
21
Keterangan :
1. Melakukan diskusi dengan anggota
kelompok untuk memahami materi yang
sedang dipelajari
2. Memperhatikan penjelasan ketua kelompok
pada saat diskusi kelompok
3. Memperhatikan penjelasan ketua kelompok
pada saat diskusi kelompok
4. Mengajukan atau membuat pertanyaan
kepada guru/teman
5. Menjawab pertanyaan yang diberikan
teman
6. Menyampaikan ide terhadap penyelesaian
masalah dalam kelompok
7. Memperhatikan presentasi yang diberikan
teman
8. Membuat atau melengkapi catatan sendiri
Berdasarkan Tabel 1 di atas terlihat bahwa
persentase aktivitas siswa selama pembelajaran
matematika
dengan
menggunakan
model
pembelajaran aktif tipe Snowball Throwing yang
Pertemuan KeIII
IV
%
F
%
100
23
100
90,91 22 95,65
100
22 95,65
95,45 23
100
90.91 21 91,30
100
21 91,30
90,91 20 86,96
22
23
V
F
23
23
10
20
21
22
13
%
100
100
43,47
86,96
91,30
95,65
56,52
23
VI
F
23
23
22
23
21
23
19
%
100
100
95,65
100
91,30
100
82,61
23
disertai dengan penggunaan peta konsep untuk
setiap
pertemuan
cenderung
mengalami
peningkatan. Aktivitas yang paling banyak
dilakukan adalah melakukan diskusi dengan
anggota kelompok untuk memahami materi yang
sedang dipelajari yang berkisar antara 86,36 – 100
dan aktivitas yang lebih rendah persentasenya
dari semua indikator aktivitas siswa adalah
membuat atau melengkapi catatan sendiri yang
berkisar antara 81,82 – 82,61 .
Dalam penerapan model pembelajaran aktif
tipe Snowball Throwing yang disertai dengan
penggunaan peta konsep ini siswa terlihat lebih
siap menghadapi pelajaran, mau berdiskusi dengan
teman dengan menggunakan bantuan peta konsep
dan lembar penuntun diskusi yang diberikan guru,
bersemangat mengerjakan soal-soal latihan, mau
bertanya dan berbagi pengetahuan dengan
yang lainnya, bersemangat untuk membuat
pertanyaan yang dibentuk menjadi bola kertas lalu
diberikan kepada kelompok lainnya untuk dijawab
pada saat diadakan permainan antar kelompok. Hal
46
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 43-47
lain yang diamati adalah siswa mampu
memanfaatkan waktu lebih efisien sehingga tidak
ada waktu yang terbuang sia-sia, karena setiap
kelompok berusaha untuk menjawab pertanyaan
lebih awal.
Berdasarkan penjelasan di atas terlihat bahwa
penerapan model
pembelajaran aktif tipe
Snowball Throwing yang disertai penggunaan peta
konsep memiliki peranan penting dalam
meningkatkan aktivitas siswa untuk memahami
materi yang mereka pelajari. Dengan demikian
diharapkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
Respon
siswa
terhadap
pelaksanaan
pembelajaran
yang
menggunakan
model
pembelajaran aktif tipe Snowball Throwing yang
disertai penggunaan peta konsep adalah sangat
positif. Para siswa menjadi lebih antusias dalam
proses pembelajaran karena adanya aktivitas
memberikan bola kertas yang berisikan pertanyaan
untuk dijawab. Kemudian setiap kelompok
melakukan aktivitas membuat pertanyaan beserta
jawabannya dengan menggunakan bantuan peta
konsep dan lembar penuntun diskusi yang
diberikan guru serta buku paket matematika yang
mereka punya. Aktivitas ini membuat setiap siswa
berusaha untuk membuat soal yang terbaik supaya
kelompoknya memperoleh nilai tertinggi di dalam
permainan antar kelompok ini karena setiap
kelompok yang memperoleh nilai tertinggi akan
memperoleh reward dari guru. Selain aktivitas
kerjasama yang dibiasakan melalui model
pembelajaran ini, siswa juga dibiasakan untuk
berbagi ilmu pengetahuan yang dimilikinya
terhadap teman dikelompoknya masing-masing.
Hal ini terlihat dengan adanya tutor sebaya yang
merupakan salah satu langkah dalam penerapan
Snowball Throwing di dalam kelas, di mana setiap
ketua kelompok menjelaskan materi yang telah
dijelaskan gurunya tadi kepada teman-teman
dikelompoknya masing-masing. Aktivitas ini juga
membiasakan siswa untuk bertanggung jawab
terhadap apa yang telah ditugaskan oleh guru
kepada mereka serta disiplin waktu. Nilai-nilai
yang terdapat dalam aktivitas ini dapat
meningkatkan hubungan kerjasama diantara siswa
yang dapat menunjang kelancaran proses
pembelajaran sehingga aktivitas-aktivitas positif
seperti di atas dapat terus berlangsung.
KESIMPULAN
Aktivitas
siswa
dalam
pembelajaran
matematika selama diterapkan pembelajaran aktif
tipe Snowball Throwing yang disertai penggunaan
peta konsep dapat disimpulkan cenderung
mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat di
mana melalui pembelajaran ini siswa yang aktif
untuk memahami materi dengan melakukan
diskusi melalui peta konsep dan lembar penuntun
diskusi yang diberikan guru. Kemudian, setiap
kelompok juga berdiskusi membuat soal beserta
jawabannya lalu melakukan permainan antar
kelompok dengan cara setiap kelompok saling
bertukar soal dan menjawab soal yang mereka
tukarkan tersebut.
Berdasarkan simpulan di atas, maka disarankan
kepada guru agar dapat menggunakan model
pembelajaran aktif tipe Snowball Throwing yang
disertai penggunaan peta konsep pada materi
matematika lain yang sesuai. Selain itu, guru
diharapkan dapat menjadikan model pembelajaran
aktif tipe Snowball Throwing yang disertai
penggunaan peta konsep sebagai salah satu
alternatif
untuk
meningkatkan
aktivitas
matematika siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, Tim. (2006). Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. (2008). Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Huda, Miftahul. (2011). Cooperative Learning
Metode, Teknik, Struktur dan Model
Penerapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Silberman, Mel. (2009). Active Learning 101
Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani.
Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.
Suherman, Erman dkk. (2003). Strategi
Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: UPI JICA.
Suprijono, Agus. (2010). Cooperative Learning
Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
47
Download