analisis terhadap upaya guru dalam meningkatkan mutu

advertisement
1
ANALISIS TERHADAP UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU
PEMBELAJARAN SAINS DI SD NEGERI 24/I
SUNGAI PUAR KECAMATAN MERSAM
KABUPATEN BATANGHARI
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian
OLEH
ANDRIAN PRANATA
A1D109156
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
JULI, 2014
2
ABSTRAK
Pranata Andrian. 2014. Analisis terhadap upaya guru dalam meningkatkan Mutu
Pembelajaran SAINS Di SD Negeri 24/I Sungai Puar Kecamatan
Mersam Kabupaten Batanghari. Pembimbing (I) Drs. Andi Suhandi,
S.Pd, M.Pd. I (II) Dra. Hj. Destrineli, M. Pd
Kata kunci: Analisis terhadap upaya Guru, Mutu pendidikan,Siswa SD
Pembelajaran merupakan istilah lain untuk proses belajar mengajar.
Pembelajaran diartikan sebagai usaha sadar guru untuk membantu peserta didik
atau anak didik, agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya.
Guru berfungsi sebagai fasilitator, yaitu orang yang menyediakan fasilitas dan
menciptakan situasi yang mendukung, agar peserta didik dapat mewujudkan
kemampuan belaMata pelajaran yang telah di ajarkan disekolah tersebut sangat
perlu pemahaman oleh guru sehingga dapat memberikan pembelajaran yang baik
pada siswa tersebut, analisis terhadap upaya guru guru terhadap mutu
pembelajaran sains memang sangat dibutuhkan dengan adanya penelitian ini
diharapkan guru dapat lebih baik dalam menyampaikan pembelajaran kepada
siswa yang diajarkan nantinya. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui
Analisis terhadap upaya guru dalam meningkatkan Mutu Pembelajaran SAINS Di
SD Negeri 24/I Sungai Puar Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 24/I Sungai Puar Kecamatan Mersam
Kabupaten Batanghari pada semester genap tahun ajaran 2013/2014, Instrumen penelitian
ini menggunakan angket tertutup dalam bentuk skala sikap dari Linkert, berupa
pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya berbentuk skala deskriptif. Angket tertutup
untuk mengungkap data tentang variabel terikat yaitu analisis terhadap upaya guru.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, adalah satu sama lain berbeda
penilaian sesuai dengan sudut pandang masing-masing guru. Dengan disiplin ilmu yang
dimiliki serta pola pikir yang berbeda akan dapat memberi warna yang berbeda pula
dalam penyampaian pelajaran sains. Persiapan dalam penyampaian materi sains perlu
untuk menunjang keberhasilan dalam pelajaran sains.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa analisis terhadap upaya
guru dalam meningkatkan Mutu Pembelajaran SAINS Di SD Negeri 24/I Sungai Puar
Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari terkategori sedang.
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan pendidikan di sekolah agar dapat berlangsung sesuai yang
diharapkan, perlu mendapatkan perhatian yang serius baik oleh pemerintah,
masyarakat, orang tua dan guru. Upaya untuk meningkatkan mutu atau
kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan pembaharuan peraturan
perundang-undangan pendidikan, rekonseptualisasi tujuan, pengembangan
kurikulum, perbaikan manajemen dan kepemimpinan sekolah. Hal yang dapat
ditempuh adalah pengadaan sarana prasarana, perbaikan kualitas guru dengan
penataran dan pelatihan. Peningkatan tenaga kependidikan yang dimaksud
adalah seorang guruharus dipersiapkan dengan baik agar berkemampuan
dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan.
Dalam rangka mempersiapkan para peserta didik menghadapi tantangan
masa
depan,
Departemen
Pendidikan
Nasional
“merespon
dengan
menerbitkan Kurikulum yang merupakan refleksi, pemikiran, atau pengkajian
ulang dan penilaian terhadap kurikulum beserta pelaksanaannya”. Kurikulum
ini disesuaikan dengan kemampuan sekolah, hasil analisis yang mendalam
terhadap keadaan dan kebutuhan peserta didik di masa sekarang dan yang
akan datang menunjukkan perlunya kurikulum yang dapat membekali peserta
didik untuk menghadapi tantangan kehidupan secara mandiri, cerdas, kritis,
rasional, dan kreatif.
Kompetensi dasar mata pelajaran sains merupakan gambaran kompetensi
yang seharusnya dipahami, diketahui, dan dilakukan peserta didik sebagai
1
4
pembelajaran. Pelaksanaan pendidikan di sekolah agar dapat berlangsung
sesuai yang diharapkan, maka perlu mendapatkan perhatian yang serius. Mata
pelajaran sains yang sampai sekarang ini masih dianggap suatu hal yang sulit
seperti mata pelajaran yang lain, perlu usaha agar bisa melekat di hati peserta
didik dan bisa diterima sebagai hal yang menyenangkan. Atas dasar ini
peserta didik diharapkan dapat sejak dini suka pada pelajaran sains.
Kegiatan pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar.
Pembelajaran merupakan istilah baru sebagai pengganti kata mengajar.
Pergantian istilah ini mempunyai dasar yang kuat, yang menyangkut
perubahan filosofi pendidikan. Para ahli psikologi dan pendidikan
memberikan
batasan
atau
pengertian
mengajar
yang
berbeda-beda
rumusanya.
Sehubungan dengan masalah tersebut dalam kesempatan ini peneliti
ingin melakuakan penelitian dengan judul “Analisis terhadap upaya Guru
dalam meningkatkan mutu pembelajaran sains di SD Negeri 24/I Sungai Puar
Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari”
1.2 Identifikasi maslah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka identifikasi masalah
dalam penelitian ini ialah:
1) Analisis upaya guru terhadap Kurikulum Pendidikan
2) Analisis upaya guru terhadap kurikulum di sekolah mereka
3) Penguasaan materi sains
4) Uraian pengalaman mengajar SD.
5
1.3 Batasan Masalah
Agar dapat difokuskan pada masalah yang diteliti, maka perlu adanya
batasan masalah sebagai berikut: Analisis terhadap upaya Guru dalam
meningkatkan mutu pembelajaran sains di SD Negeri 24/I Sungai Puar
Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah maka rumusan
masalah dalam penelitian ini ialah : Bagaimana upaya Guru dalam
meningkatkan mutu pembelajaran sains di SD Negeri 24/I Sungai Puar
Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari?
1.5 TujuanPenelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini ialah :
untuk mengetahui Analisis terhadap upaya Guru dalam meningkatkan mutu
pembelajaran sains di SD Negeri 24/I Sungai Puar Kecamatan Mersam
Kabupaten Batanghari.
1.6 ManfaatPenelitian
Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.6.1 Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini akan menambah khasanah kajian pustaka
mengenai analisis terhadap upaya guru.
1.6.2
Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain
berikut ini.
6
a. Bagi peneliti, yaitu sebagai penambah pengetahuan dan memahami
pelajaran Sains.
b. Bagi mahasiswa, untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut dan dapat
diperbandingkan.
c. Bagi guru, memberikan masukan dalam memahami dan mengenal
pelajaran Sains yang lebih baik.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Mutu
Mutu berasal dari bahasa latin, quqlis, yang artinya “what kinal of
“(Usman, 2006:407). Mutu adalah “sebuah filosofis dan metodologis yang
membantu intitusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda
dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan”. (Sallis,
2006:33). Sedangkan KBBI (1991:67) menyatakan mutu adalah “(ukuran),
baiik buruk suatu benda: taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan)
kwalitas”.
Kemudian menurut Sukmadinata (2006:6) mengemukakan bahwa “mutu
pendidikan tertuju pada mutu lulusan”. Oleh karena itu pengunaan istilah
mutu pembelajaran secara sederhana dapat diartikan dengan kwalitas ataupun
keunggulan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru, ditandai
dengan kwalitas lulusan ataupun out put institusi pendidikan atau sekolah.
Menurut Tampubolon (2009:56) mutu adalah “panduan sipat-sipat
produk yang menunjukkan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
pelanggan, baik kebutuhan yang dinyatakan atau kebutuhan yang tersirat,
masa kini dan masa depan”.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat didefenisikan mutu adalah
perpaduan sifat-sifat barang atau jasa, yang menunjukkan kemampuannya
dalam memenuhi pebutuhan dan kepuasan serta segala sesuatu yang tersedia
karena dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu proses .
6
8
Dalam pengelolaan sekolah yang efektif dan berorientasi pada mutu
pendidikan memerlukan suatu komitmen yang penuh kesungguhan dalam
peningkatan mutu, berjangka panjang dan membutuhkan penggunaan
peralatandan teknik-teknik tertentu. Komitmen tersebut harus didukung oleh
dedikasi yang tinggi terhadap mutu melalui penyempurnaan proses yang
berkelanjutan oleh semua pihak yang terlibat. Komariah (2008:132),
menjelaskan bahwa mutu sekolah adalah “mutu semua komponen yang ada
dalam sistem pendidikan, artinya efektivitas sekolah tidak hanya dinilai dari
hasil semata, tetapi sinergitas berbagai komponen dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dengan bermutu”.
Dalam pandangan Zamroni (2007:69) dikatakan bahwa peningkatan
mutu sekolah adalah “suatu proses yang sistematis yang terus menerus
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang
berkaitan dengan itu, dengan tujuan agar menjadi target sekolah dapat dicapai
dengan lebih efektif dan efisien”. Peningkatan mutu berkaitan dengan target
yang harus dicapai, proses untuk mencapai dan faktor-faktor yang terkait.
Dalam peningkatan mutu ada dua aspek yang perlu mendapat perhatian, yakni
aspek kualitas hasil dan aspek proses mencapai hasil tersebut.
2.2 Belajar dan pembelajaran
2.2.1 Belajar
Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi belajar. Menurut
Ma’mur (2010:63) “mengatakan belajar adalah proses membangun makna
atau pemahaman oleh pembelajar terhadap pengalaman dan informasi yang
9
disaring dengan pandangan, pikiran pengetahuan yang dimiliki dan perasaan.
Selaras dengan pendapat diatas”.
Aswan (2010:10-11) berpendapat tentang kutipan sebagai berikut.
“belajar adalah proses perubahan perilaku berkat
pengalaman dan latihan. Artinya , tujuan kegiatan adalah
perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi
segenap aspek organisme atau pribadi. Dengan demikian,
siswa harus aktif untuk mencari informasi, pengalaman,
maupun keterampilan tersebut, dalam rangka membangun
sebuah makna dari hasil proses belajar”
Sedangkan Yamin (2007:7) mengemukakan belajar adalah “proses
perubahan perilaku yang diakibatkan oleh interaksi dengan lingkungan”.
Merujuk pendapat Abdillah (dalam Aunurrahman, 2009: 35) mengatakan
bahwa belajar adalah “suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam
perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang
menyangkut aspek aspek kognitif, psikomotorik,afektif untuk memperoleh
tujuan tertentu”.
Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar
merupakan usaha yang dilakukan secara sadar oleh seseorang untuk
menambah pengetahuan dan ketrampilan yang dapat dipergunakan untuk diri
sendiri maupun lingkungannya.
Dalam belajar membutuhkan interaksi dari individu yang belajar dengan
lingkungannya. Lingkungan tersebut bisa berupa lingkungan formal dan non
formal. Sebagai contoh lingkungan formal adalah sekolah. Sedangkan
lingkungan non formal bisa berupa lingkungan sekitar dan interaksi dengan
orang lain. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan
peningkatan pengetahuan, keterampilan serta perubahan perilaku, maka
10
sebenarnya
belum
mengalami
proses
belajar.
“Faktor
yang
dapat
mempengaruhi belajar yaitu factor intern dan ekstern. Faktor intern meliputi
faktor jasmaniah, psikologis dan kelelahan. Sedangkan faktor ekstern
meliputi faktor keluarga, sekolah dan masyarakat”. (Yamin, 2007:9)
2.2.2 Pembelajaran
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan
mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar
dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran
formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di
dalam kelas.
Menurut beberapa ahli :
1. Duffy (1989). Pembelajaran adalah “suatu usaha yang sengaja
melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki
guru untuk mencapai tujuan kurikulum”.
2. Gagne (1979:3). Mengartikan “instruction atau pembelajaran ini
adalah “suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar
siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya
proses belajar siswa yang bersifat internal”.
3. Undang-Undang No. 23 Tahun 2003
Tentang SISDIKNAS
Pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
11
Berdasarkan pendapat diatas makadapat disimpulkan pembelajaran ialah
suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan yang
mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa.
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode adalah “suatu cara atau teknik yang dilakukan dalam proses
penelitian”. Muhadjir, (2002: 5) Dengan demikian metode penelitian adalah
cara seseorang merangkai dan melaksanakan kegiatan ilmiah dalam
memecahkan suatu permasalahan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey
dengan teknik deskriftif prosentase. Adapun pendekatan penelitian yang
digunakan adalah kuantitatif, yaitu penelitian yang mendasarkan pada
pertimbangan angka-angka atau statistik dari suatu variable untuk dapat
dikaji.
Dalam penelitian ini peneliti ingin menggali informasi tentang analisis
terhadap upaya Guru dalam mengajar Sains di SD Negeri 24/I Sungai Puar
Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif.
Dalam penelitian ini peneliti bertujuan menggambarkan secara langsung
tentang sesuatu seperti apa adanya dengan observasi.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SD Negeri 24/I Sungai Puar
pada semester 2 tahun ajaran 2013/2014. Aktivitas penelitian ini secara
keseluruhan dilaksanakan selama 1 bulan, pada bulan Juni 2014.
30
13
3.3 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah guru SD Negeri 24/I Sungai Puar
yang mengajar sains berjumlah 15 orang, dikarenakan guru yang mengajar
Sains di sekolah tersebut hanya berjumlah 15 orang guru.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah. Variasi jenis instrumen penelitian adalah, angket, ceklis (check-list),
atau daftar centang, pedoman pengamatan. (Arikunto, 2006:160)
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka diperlukan beberapa
teknik atau metode pengumpulan data dengan cara sebagai berikut:
a. Kuisioner
Kuisioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara menggunakan pertanyaan atau pernyataaan tertulis kepada responden
untuk di jawabnya (sugiono, 2009:199)
Kuisioner diartikan sebagai kumpulan instrument pribadi dimana setiap
responden penelitian mengisinya sebagai bagian dari studi penelitian peneliti
mengunakan kuisioner untuk mendapatkan data tentang pikiran, perasaan ,
sikap, keyakinan, nuilai, analisis terhadap upaya
responden penelitian.
b. Dokumentasi
kepribadian dan sikap
14
Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Dalam
teknik ini peneliti gunakan untuk memperoleh data tentang jumlah guru.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis induksi. Analisis induksi dilakukan setelah data terkumpul. Dalam hal
ini peneliti melakukan analisis terhadap setiap tema dari semua data yang
masuk.
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang akan dijelaskan brikut ini adalah hasil penelitian
dari analisis Guru dalam meningkatkan mengajar SAINS di SD Negeri 24/I
Sungai Puar Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari, penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui analisis terhadap upaya guru. Berikut ini akan
dijelaskan pemaparan masing-masing secara deskripsi,
Untuk melihat tingkat analisis Guru dalam mengajar SAINS di SD
Negeri 24/I Sungai Puar Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari, dapat
dilihat pada jawaban dari daftar pertanyaan berikut ini. Berikut penjelasan
menurut dimensi:
4.1.1 Dimensi perencanaan pembelajaran
Dari
tabel
4.1
dapat
diketahui
Guru
bersemangat
dalam
menyampaikan setiap materi pelajaran sains mendapatkan skor sebesar
62,67%
yang termasuk ke dalam kategori
sedang, dimana guru yang
menjawab sangat setuju ada 2 guru, yang menjawab setuju sebanyak 3 guru,
yang menjawab kurang sebanyak 6 guru, yang menjawab tidak setuju
sebanyak 3 guru dan yang menjawab sangat tidak setuju 1 guru.
Rata-rata upaya guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran sains
dimensi perencanaan adalah sebesar
64,81%
artinya tingkat upaya guru dalam
meningkatkan mutu pembelajaran sains termasuk dalam kategori sedang.
Berikut merupakan tabel dimensi perencanaan pembelajaran.
16
4.1.2
Dimensi Pelaksanaan pembelajaran
Tabel 4.2 Dimensi Pelaksanaan pembelajaran
Dari tabel 4.2 dapat diketahui Guru menyampaikan
pelajaran sesuai
dengan RPP dari pelajaran sains mendapatkan skor sebesar 53,33% yang
termasuk dalam kategori rendah, dimana guru yang menjawab sangat setuju
sebanyak 2 guru, yang menjawab setuju 2 guru, yang menjawab kurang setuju
3 guru, yang menjawab tidak setuju 5 guru dan yang menjawab sangat tidak
setuju 3 guru.
Rata-rata upaya guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran sains
dimensi pelaksanaan adalah sebesar
62,17% artinya tingkat upaya guru dalam
meningkatkan mutu pembelajaran sains dimensi pelaksanaan termasuk dalam
kategori sedang.
4.1.3
Dimensi Evaluasi Pembelajaran
Tabel 4.3 Evaluasi pembeljaran
Dari tabel 4.3 dapat diketahui Siswa diminta untuk menyimak dengan
baik penjelasan
guru dan sesekali guru memberikan pertanyaan seputar
materi yang dijelaskan, mendapatkan skor sebesar 72% yang termasuk dalam
kategori sedang, dimana guru yang menjawab sangat setuju 4 guru, yang
menjawab setuju 5 guru, yang menjawab kurang setuju 3 guru, yang
menjawab tidak setuju 2 guru dan yang menjawab sangat tidak setuju 1 guru.
Rata-rata analisis terhadap upaya guru dalam mengajar sains dimensi
evaluasi pembelajaran adalah sebesar
61% artinya tingkat analisis terhadap
17
upaya guru dalam mengajar sains dimensi evaluasi belajar termasuk dalam
kategori sedang.
Berikut ini merupakan analisis terhadap upaya guru terhadap pelajaran
sains menurut secara keseluruhan
Dari tabel 4.4 dapat diketahui rata-rata upaya guru dalam meningkatkan
mutu pembelajaran sains adalah sebesar
62,93%
artinya tingkat analisis
terhadap upaya guru dalam mengajar sains termasuk dalam kategori sedang.
4.2 Pembahasan
Analisis terhadap upaya
merupakan proses pemberian arti atau
interpretasi dari seseorang terhadap masukan (informasi) atau objek yang
berasal dari lingkungannya sehingga diperoleh suatu makna tertentu yang
berarti bagi dirinya. Dalam konteks analisis terhadap upaya guru terhadap
mutu pembelajaran Sains, yang dapat memberikan suatu pemaparan mutu
pembelajaran sains disekolah, Kriteria yang dimaksud adalah:
18
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Analisis Guru terhadap peningkatan mutu pembelajaran SAINS di SD
Negeri 24/I Sungai Puar Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari
adalah satu sama lain berbeda penilaian sesuai dengan sudut pandang
masing-masing guru. Dengan disiplin ilmu yang dimiliki serta pola
pikir yang berbeda akan dapat memberi warna yang berbeda pula
dalam penyampaian pelajaran sains.
2. Persiapan dalam penyampaian materi sains perlu untuk menunjang
keberhasilan dalam pelajaran sains.
1.1 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang didapat maka dapat disarankan kepada:
1. Sekolah prasarana sekolah lebih ditingkatkan lagi khususnya mutu
pendidikan, Perlu dilakukan pertemuan-pertemuan pihak terkain guna
meningkatkan mutu pendidikan.
2. Bagi Guru, hendaknya lebih kreatif lagi dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
19
DAFTRR PUSTAKA
Ahmad Sabari,2005. Strategi Belajar dan Mengajar, Jakarta: Quantum Teaching.
Arifin, Zaenal,1991. Evaluasi Intruksional Prinsip teknik Prosedur, Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Annurahman. 2009. Belajar dan pembelajaran. Alfabeta.
Irwanto. (2002). Psikologi Umum: Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: PT
Prenhallindo.
Gagne, Robert. 1979. The Condition Of Learning. New Yort holt. Rinehard And
Winston.
Lefrancois. (1985). Manajemen Pemasaran. Edisi 12. Jilid I. Jakarta: Indeks.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991)
Ma’mur. Jamal. 2011. Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung: Pustaka Setia.
Nana Sudjana, 1991. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar,
Bandung: Sinar Baru Algensido.
Nurliana. 2006.Faktor-faktor utama belajar.
Rakhmat, J. (2005). Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sutomo, 1998. Internasionalisasi Pendidikan, Sketsa Perbandingan Pendidikan di
Negara-negara Islam dan Barat. Yogyakarta: Gema Media.
Suharsini Arikunto, 2006, 2010 Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: Rineka Cipta.
Sukamadinata. 2006 psikologi Belajar. http://asboelismu_blogspot.com/2014/05
diakses tanggal 14 mei 2014.
Suparman (1974) Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dalam
http//blogspot.pembelajaran.co. diakses tanggal 13 mei 2014
Sallis, 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya
Vemina, 2010. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung : Rosdakarya..
Usman. Uzer, 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Yamin. Martinis. 2007. Interaksi Belajar Mengajar, Direktorat Tenaga
Kependidikan Dirjen Dikdasmen. Depdiknas
Zamroni. 2007.Peningkatan Mutu pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta: Rineka
Cipta
Download