1 ANALISIS TERHADAP UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN SAINS DI SD NEGERI 24/I SUNGAI PUAR KECAMATAN MERSAM KABUPATEN BATANGHARI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian OLEH ANDRIAN PRANATA A1D109156 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI JULI, 2014 2 ABSTRAK Pranata Andrian. 2014. Analisis terhadap upaya guru dalam meningkatkan Mutu Pembelajaran SAINS Di SD Negeri 24/I Sungai Puar Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari. Pembimbing (I) Drs. Andi Suhandi, S.Pd, M.Pd. I (II) Dra. Hj. Destrineli, M. Pd Kata kunci: Analisis terhadap upaya Guru, Mutu pendidikan,Siswa SD Pembelajaran merupakan istilah lain untuk proses belajar mengajar. Pembelajaran diartikan sebagai usaha sadar guru untuk membantu peserta didik atau anak didik, agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Guru berfungsi sebagai fasilitator, yaitu orang yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung, agar peserta didik dapat mewujudkan kemampuan belaMata pelajaran yang telah di ajarkan disekolah tersebut sangat perlu pemahaman oleh guru sehingga dapat memberikan pembelajaran yang baik pada siswa tersebut, analisis terhadap upaya guru guru terhadap mutu pembelajaran sains memang sangat dibutuhkan dengan adanya penelitian ini diharapkan guru dapat lebih baik dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa yang diajarkan nantinya. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui Analisis terhadap upaya guru dalam meningkatkan Mutu Pembelajaran SAINS Di SD Negeri 24/I Sungai Puar Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 24/I Sungai Puar Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari pada semester genap tahun ajaran 2013/2014, Instrumen penelitian ini menggunakan angket tertutup dalam bentuk skala sikap dari Linkert, berupa pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya berbentuk skala deskriptif. Angket tertutup untuk mengungkap data tentang variabel terikat yaitu analisis terhadap upaya guru. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, adalah satu sama lain berbeda penilaian sesuai dengan sudut pandang masing-masing guru. Dengan disiplin ilmu yang dimiliki serta pola pikir yang berbeda akan dapat memberi warna yang berbeda pula dalam penyampaian pelajaran sains. Persiapan dalam penyampaian materi sains perlu untuk menunjang keberhasilan dalam pelajaran sains. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa analisis terhadap upaya guru dalam meningkatkan Mutu Pembelajaran SAINS Di SD Negeri 24/I Sungai Puar Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari terkategori sedang. 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pendidikan di sekolah agar dapat berlangsung sesuai yang diharapkan, perlu mendapatkan perhatian yang serius baik oleh pemerintah, masyarakat, orang tua dan guru. Upaya untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan pembaharuan peraturan perundang-undangan pendidikan, rekonseptualisasi tujuan, pengembangan kurikulum, perbaikan manajemen dan kepemimpinan sekolah. Hal yang dapat ditempuh adalah pengadaan sarana prasarana, perbaikan kualitas guru dengan penataran dan pelatihan. Peningkatan tenaga kependidikan yang dimaksud adalah seorang guruharus dipersiapkan dengan baik agar berkemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan. Dalam rangka mempersiapkan para peserta didik menghadapi tantangan masa depan, Departemen Pendidikan Nasional “merespon dengan menerbitkan Kurikulum yang merupakan refleksi, pemikiran, atau pengkajian ulang dan penilaian terhadap kurikulum beserta pelaksanaannya”. Kurikulum ini disesuaikan dengan kemampuan sekolah, hasil analisis yang mendalam terhadap keadaan dan kebutuhan peserta didik di masa sekarang dan yang akan datang menunjukkan perlunya kurikulum yang dapat membekali peserta didik untuk menghadapi tantangan kehidupan secara mandiri, cerdas, kritis, rasional, dan kreatif. Kompetensi dasar mata pelajaran sains merupakan gambaran kompetensi yang seharusnya dipahami, diketahui, dan dilakukan peserta didik sebagai 1 4 pembelajaran. Pelaksanaan pendidikan di sekolah agar dapat berlangsung sesuai yang diharapkan, maka perlu mendapatkan perhatian yang serius. Mata pelajaran sains yang sampai sekarang ini masih dianggap suatu hal yang sulit seperti mata pelajaran yang lain, perlu usaha agar bisa melekat di hati peserta didik dan bisa diterima sebagai hal yang menyenangkan. Atas dasar ini peserta didik diharapkan dapat sejak dini suka pada pelajaran sains. Kegiatan pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar. Pembelajaran merupakan istilah baru sebagai pengganti kata mengajar. Pergantian istilah ini mempunyai dasar yang kuat, yang menyangkut perubahan filosofi pendidikan. Para ahli psikologi dan pendidikan memberikan batasan atau pengertian mengajar yang berbeda-beda rumusanya. Sehubungan dengan masalah tersebut dalam kesempatan ini peneliti ingin melakuakan penelitian dengan judul “Analisis terhadap upaya Guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran sains di SD Negeri 24/I Sungai Puar Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari” 1.2 Identifikasi maslah Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka identifikasi masalah dalam penelitian ini ialah: 1) Analisis upaya guru terhadap Kurikulum Pendidikan 2) Analisis upaya guru terhadap kurikulum di sekolah mereka 3) Penguasaan materi sains 4) Uraian pengalaman mengajar SD. 5 1.3 Batasan Masalah Agar dapat difokuskan pada masalah yang diteliti, maka perlu adanya batasan masalah sebagai berikut: Analisis terhadap upaya Guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran sains di SD Negeri 24/I Sungai Puar Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini ialah : Bagaimana upaya Guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran sains di SD Negeri 24/I Sungai Puar Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari? 1.5 TujuanPenelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini ialah : untuk mengetahui Analisis terhadap upaya Guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran sains di SD Negeri 24/I Sungai Puar Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari. 1.6 ManfaatPenelitian Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.6.1 Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini akan menambah khasanah kajian pustaka mengenai analisis terhadap upaya guru. 1.6.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain berikut ini. 6 a. Bagi peneliti, yaitu sebagai penambah pengetahuan dan memahami pelajaran Sains. b. Bagi mahasiswa, untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut dan dapat diperbandingkan. c. Bagi guru, memberikan masukan dalam memahami dan mengenal pelajaran Sains yang lebih baik. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mutu Mutu berasal dari bahasa latin, quqlis, yang artinya “what kinal of “(Usman, 2006:407). Mutu adalah “sebuah filosofis dan metodologis yang membantu intitusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan”. (Sallis, 2006:33). Sedangkan KBBI (1991:67) menyatakan mutu adalah “(ukuran), baiik buruk suatu benda: taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan) kwalitas”. Kemudian menurut Sukmadinata (2006:6) mengemukakan bahwa “mutu pendidikan tertuju pada mutu lulusan”. Oleh karena itu pengunaan istilah mutu pembelajaran secara sederhana dapat diartikan dengan kwalitas ataupun keunggulan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru, ditandai dengan kwalitas lulusan ataupun out put institusi pendidikan atau sekolah. Menurut Tampubolon (2009:56) mutu adalah “panduan sipat-sipat produk yang menunjukkan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, baik kebutuhan yang dinyatakan atau kebutuhan yang tersirat, masa kini dan masa depan”. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat didefenisikan mutu adalah perpaduan sifat-sifat barang atau jasa, yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi pebutuhan dan kepuasan serta segala sesuatu yang tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu proses . 6 8 Dalam pengelolaan sekolah yang efektif dan berorientasi pada mutu pendidikan memerlukan suatu komitmen yang penuh kesungguhan dalam peningkatan mutu, berjangka panjang dan membutuhkan penggunaan peralatandan teknik-teknik tertentu. Komitmen tersebut harus didukung oleh dedikasi yang tinggi terhadap mutu melalui penyempurnaan proses yang berkelanjutan oleh semua pihak yang terlibat. Komariah (2008:132), menjelaskan bahwa mutu sekolah adalah “mutu semua komponen yang ada dalam sistem pendidikan, artinya efektivitas sekolah tidak hanya dinilai dari hasil semata, tetapi sinergitas berbagai komponen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan bermutu”. Dalam pandangan Zamroni (2007:69) dikatakan bahwa peningkatan mutu sekolah adalah “suatu proses yang sistematis yang terus menerus meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan dengan itu, dengan tujuan agar menjadi target sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien”. Peningkatan mutu berkaitan dengan target yang harus dicapai, proses untuk mencapai dan faktor-faktor yang terkait. Dalam peningkatan mutu ada dua aspek yang perlu mendapat perhatian, yakni aspek kualitas hasil dan aspek proses mencapai hasil tersebut. 2.2 Belajar dan pembelajaran 2.2.1 Belajar Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi belajar. Menurut Ma’mur (2010:63) “mengatakan belajar adalah proses membangun makna atau pemahaman oleh pembelajar terhadap pengalaman dan informasi yang 9 disaring dengan pandangan, pikiran pengetahuan yang dimiliki dan perasaan. Selaras dengan pendapat diatas”. Aswan (2010:10-11) berpendapat tentang kutipan sebagai berikut. “belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya , tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Dengan demikian, siswa harus aktif untuk mencari informasi, pengalaman, maupun keterampilan tersebut, dalam rangka membangun sebuah makna dari hasil proses belajar” Sedangkan Yamin (2007:7) mengemukakan belajar adalah “proses perubahan perilaku yang diakibatkan oleh interaksi dengan lingkungan”. Merujuk pendapat Abdillah (dalam Aunurrahman, 2009: 35) mengatakan bahwa belajar adalah “suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek aspek kognitif, psikomotorik,afektif untuk memperoleh tujuan tertentu”. Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan usaha yang dilakukan secara sadar oleh seseorang untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan yang dapat dipergunakan untuk diri sendiri maupun lingkungannya. Dalam belajar membutuhkan interaksi dari individu yang belajar dengan lingkungannya. Lingkungan tersebut bisa berupa lingkungan formal dan non formal. Sebagai contoh lingkungan formal adalah sekolah. Sedangkan lingkungan non formal bisa berupa lingkungan sekitar dan interaksi dengan orang lain. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan peningkatan pengetahuan, keterampilan serta perubahan perilaku, maka 10 sebenarnya belum mengalami proses belajar. “Faktor yang dapat mempengaruhi belajar yaitu factor intern dan ekstern. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah, psikologis dan kelelahan. Sedangkan faktor ekstern meliputi faktor keluarga, sekolah dan masyarakat”. (Yamin, 2007:9) 2.2.2 Pembelajaran Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas. Menurut beberapa ahli : 1. Duffy (1989). Pembelajaran adalah “suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum”. 2. Gagne (1979:3). Mengartikan “instruction atau pembelajaran ini adalah “suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal”. 3. Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS Pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. 11 Berdasarkan pendapat diatas makadapat disimpulkan pembelajaran ialah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan yang mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa. 12 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode adalah “suatu cara atau teknik yang dilakukan dalam proses penelitian”. Muhadjir, (2002: 5) Dengan demikian metode penelitian adalah cara seseorang merangkai dan melaksanakan kegiatan ilmiah dalam memecahkan suatu permasalahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan teknik deskriftif prosentase. Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, yaitu penelitian yang mendasarkan pada pertimbangan angka-angka atau statistik dari suatu variable untuk dapat dikaji. Dalam penelitian ini peneliti ingin menggali informasi tentang analisis terhadap upaya Guru dalam mengajar Sains di SD Negeri 24/I Sungai Puar Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari. 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif. Dalam penelitian ini peneliti bertujuan menggambarkan secara langsung tentang sesuatu seperti apa adanya dengan observasi. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SD Negeri 24/I Sungai Puar pada semester 2 tahun ajaran 2013/2014. Aktivitas penelitian ini secara keseluruhan dilaksanakan selama 1 bulan, pada bulan Juni 2014. 30 13 3.3 Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah guru SD Negeri 24/I Sungai Puar yang mengajar sains berjumlah 15 orang, dikarenakan guru yang mengajar Sains di sekolah tersebut hanya berjumlah 15 orang guru. 3.4 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Variasi jenis instrumen penelitian adalah, angket, ceklis (check-list), atau daftar centang, pedoman pengamatan. (Arikunto, 2006:160) 3.5 Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka diperlukan beberapa teknik atau metode pengumpulan data dengan cara sebagai berikut: a. Kuisioner Kuisioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menggunakan pertanyaan atau pernyataaan tertulis kepada responden untuk di jawabnya (sugiono, 2009:199) Kuisioner diartikan sebagai kumpulan instrument pribadi dimana setiap responden penelitian mengisinya sebagai bagian dari studi penelitian peneliti mengunakan kuisioner untuk mendapatkan data tentang pikiran, perasaan , sikap, keyakinan, nuilai, analisis terhadap upaya responden penelitian. b. Dokumentasi kepribadian dan sikap 14 Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Dalam teknik ini peneliti gunakan untuk memperoleh data tentang jumlah guru. 3.6 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis induksi. Analisis induksi dilakukan setelah data terkumpul. Dalam hal ini peneliti melakukan analisis terhadap setiap tema dari semua data yang masuk. 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian yang akan dijelaskan brikut ini adalah hasil penelitian dari analisis Guru dalam meningkatkan mengajar SAINS di SD Negeri 24/I Sungai Puar Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui analisis terhadap upaya guru. Berikut ini akan dijelaskan pemaparan masing-masing secara deskripsi, Untuk melihat tingkat analisis Guru dalam mengajar SAINS di SD Negeri 24/I Sungai Puar Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari, dapat dilihat pada jawaban dari daftar pertanyaan berikut ini. Berikut penjelasan menurut dimensi: 4.1.1 Dimensi perencanaan pembelajaran Dari tabel 4.1 dapat diketahui Guru bersemangat dalam menyampaikan setiap materi pelajaran sains mendapatkan skor sebesar 62,67% yang termasuk ke dalam kategori sedang, dimana guru yang menjawab sangat setuju ada 2 guru, yang menjawab setuju sebanyak 3 guru, yang menjawab kurang sebanyak 6 guru, yang menjawab tidak setuju sebanyak 3 guru dan yang menjawab sangat tidak setuju 1 guru. Rata-rata upaya guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran sains dimensi perencanaan adalah sebesar 64,81% artinya tingkat upaya guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran sains termasuk dalam kategori sedang. Berikut merupakan tabel dimensi perencanaan pembelajaran. 16 4.1.2 Dimensi Pelaksanaan pembelajaran Tabel 4.2 Dimensi Pelaksanaan pembelajaran Dari tabel 4.2 dapat diketahui Guru menyampaikan pelajaran sesuai dengan RPP dari pelajaran sains mendapatkan skor sebesar 53,33% yang termasuk dalam kategori rendah, dimana guru yang menjawab sangat setuju sebanyak 2 guru, yang menjawab setuju 2 guru, yang menjawab kurang setuju 3 guru, yang menjawab tidak setuju 5 guru dan yang menjawab sangat tidak setuju 3 guru. Rata-rata upaya guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran sains dimensi pelaksanaan adalah sebesar 62,17% artinya tingkat upaya guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran sains dimensi pelaksanaan termasuk dalam kategori sedang. 4.1.3 Dimensi Evaluasi Pembelajaran Tabel 4.3 Evaluasi pembeljaran Dari tabel 4.3 dapat diketahui Siswa diminta untuk menyimak dengan baik penjelasan guru dan sesekali guru memberikan pertanyaan seputar materi yang dijelaskan, mendapatkan skor sebesar 72% yang termasuk dalam kategori sedang, dimana guru yang menjawab sangat setuju 4 guru, yang menjawab setuju 5 guru, yang menjawab kurang setuju 3 guru, yang menjawab tidak setuju 2 guru dan yang menjawab sangat tidak setuju 1 guru. Rata-rata analisis terhadap upaya guru dalam mengajar sains dimensi evaluasi pembelajaran adalah sebesar 61% artinya tingkat analisis terhadap 17 upaya guru dalam mengajar sains dimensi evaluasi belajar termasuk dalam kategori sedang. Berikut ini merupakan analisis terhadap upaya guru terhadap pelajaran sains menurut secara keseluruhan Dari tabel 4.4 dapat diketahui rata-rata upaya guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran sains adalah sebesar 62,93% artinya tingkat analisis terhadap upaya guru dalam mengajar sains termasuk dalam kategori sedang. 4.2 Pembahasan Analisis terhadap upaya merupakan proses pemberian arti atau interpretasi dari seseorang terhadap masukan (informasi) atau objek yang berasal dari lingkungannya sehingga diperoleh suatu makna tertentu yang berarti bagi dirinya. Dalam konteks analisis terhadap upaya guru terhadap mutu pembelajaran Sains, yang dapat memberikan suatu pemaparan mutu pembelajaran sains disekolah, Kriteria yang dimaksud adalah: 18 BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Analisis Guru terhadap peningkatan mutu pembelajaran SAINS di SD Negeri 24/I Sungai Puar Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari adalah satu sama lain berbeda penilaian sesuai dengan sudut pandang masing-masing guru. Dengan disiplin ilmu yang dimiliki serta pola pikir yang berbeda akan dapat memberi warna yang berbeda pula dalam penyampaian pelajaran sains. 2. Persiapan dalam penyampaian materi sains perlu untuk menunjang keberhasilan dalam pelajaran sains. 1.1 Saran Berdasarkan kesimpulan yang didapat maka dapat disarankan kepada: 1. Sekolah prasarana sekolah lebih ditingkatkan lagi khususnya mutu pendidikan, Perlu dilakukan pertemuan-pertemuan pihak terkain guna meningkatkan mutu pendidikan. 2. Bagi Guru, hendaknya lebih kreatif lagi dalam meningkatkan mutu pendidikan. 19 DAFTRR PUSTAKA Ahmad Sabari,2005. Strategi Belajar dan Mengajar, Jakarta: Quantum Teaching. Arifin, Zaenal,1991. Evaluasi Intruksional Prinsip teknik Prosedur, Bandung: Remaja Rosdakarya. Annurahman. 2009. Belajar dan pembelajaran. Alfabeta. Irwanto. (2002). Psikologi Umum: Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: PT Prenhallindo. Gagne, Robert. 1979. The Condition Of Learning. New Yort holt. Rinehard And Winston. Lefrancois. (1985). Manajemen Pemasaran. Edisi 12. Jilid I. Jakarta: Indeks. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991) Ma’mur. Jamal. 2011. Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung: Pustaka Setia. Nana Sudjana, 1991. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensido. Nurliana. 2006.Faktor-faktor utama belajar. Rakhmat, J. (2005). Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sutomo, 1998. Internasionalisasi Pendidikan, Sketsa Perbandingan Pendidikan di Negara-negara Islam dan Barat. Yogyakarta: Gema Media. Suharsini Arikunto, 2006, 2010 Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta. Sukamadinata. 2006 psikologi Belajar. http://asboelismu_blogspot.com/2014/05 diakses tanggal 14 mei 2014. Suparman (1974) Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dalam http//blogspot.pembelajaran.co. diakses tanggal 13 mei 2014 Sallis, 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya Vemina, 2010. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Rosdakarya.. Usman. Uzer, 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Yamin. Martinis. 2007. Interaksi Belajar Mengajar, Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Dikdasmen. Depdiknas Zamroni. 2007.Peningkatan Mutu pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta