konsep definisi dan metodologi - Pemerintah Provinsi Jawa Barat

advertisement
Konsep Definisi dan Metodologi
KONSEP DEFINISI
DAN METODOLOGI
BAB
II
II
PDRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan
barang dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam
masyarakat. Penggunaan PDRB tersebut secara garis besar ada dua
macam yaitu :
1. Konsumsi Antara yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan dalam proses produksi
2. Konsumsi Akhir untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
masyarakat
Pengeluaran akhir merupakan pembelian dari semua barang
dan jasa (barang konsumsi, output pemerintah dan lembaga swasta
non profit, barang modal, perubahan persediaan, semua barang yang
diekspor) yang disuplai dalam suatu perekonomian. Nilainya akan
melebihi dari output yang diproduksi oleh sektor-sektor produksi
domestik sebesar nilai impor barang dan jasa. Nilai produksi
domestik akan diperoleh dari selisih pengeluaran akhir dengan total
impor, yang persamaannya dapat ditulis :
Y = Ch + Cn + Cg + Ii + Is + X - M
Di mana
Ch :
………….. (1)
Konsumsi Rumah Tangga
Cn
:
Konsumsi Lembaga Swasta Non Profit
Cg
:
Konsumsi Pemerintah dan Pertahanan
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
8
Konsep Definisi dan Metodologi
Ii
:
Pembentukan Modal Tetap Bruto
Is
:
Perubahan Stok
X
:
Ekspor
M
:
Impor
Y
:
PDRB.
Dari persamaan (1) dapat disederhanakan menjadi :
Y=C+I+X–M
……..….…… (2)
di mana :
C :
Konsumsi Rumah Tangga, Lembaga Non Profit
Rumah
Tangga
(LNPRT),
Pemerintah
dan
Pertahanan
I
:
Investasi
X :
Ekspor
M :
Impor
Untuk melihat hubungan antara pendapatan dan permintaan
terhadap barang dan jasa dapat ditulis sebagai berikut :
PDRB = Σ PENGELUARAN AKHIR - IMPOR
PDRB sama dengan nilai seluruh pengeluaran akhir dikurangi
dengan nilai total impor.
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
9
Konsep Definisi dan Metodologi
2.1.
KONSEP DAN DEFINISI
2.1.1. PENGELUARAN KONSUMSI RUMAHTANGGA
Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri
dari
semua
pengeluaran atas pembelian barang dan jasa dikurangi dengan
hasil penjualan neto dari barang bekas atau apkiran. Pengeluaran
tersebut termasuk pembelian aktiva berwujud yang tidak
diproduksi kembali (kecuali tanah)
seperti
hasil
dapat
karya seni,
barang-barang koleksi dan barang antik. Termasuk juga pembelian
barang tahan lama seperti meubeler, sepeda motor, mobil
dan
barang elektronik (komputer, TV, radio) dan imputasi sewa rumah
sendiri. Pengeluaran konsumsi rumah tangga juga meliputi nilai
barang dan jasa yang dihasilkan untuk konsumsi sendiri seperti hasil
kebun, peternakan, kayu bakar dan biaya hidup lainnya serta barangbarang dan jasa.
Di samping itu pengeluaran untuk pemeliharaan kesehatan,
pendidikan, rekreasi, pengangkutan dan jasa-jasa lainnya termasuk
dalam konsumsi rumah tangga. Pembelian rumah tidak termasuk
pengeluaran konsumsi, tetapi pengeluaran atas rumah yang
ditempati seperti sewa rumah, perbaikan ringan, rekening air, listrik,
telepon dan lain-lain merupakan konsumsi rumah tangga.
2.1.2. PENGELUARAN
PROFIT YANG
(LNPRT)
KONSUMSI LEMBAGA NON
MELAYANI RUMAH TANGGA
Lembaga Non Profit yang melayani rumah tangga (LNPRT)
adalah lembaga formal maupun informal yang dibentuk atau
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
10
Konsep Definisi dan Metodologi
dibiayai oleh perorangan atau kelompok masyarakat dalam rangka
menyediakan jasa pelayanan yang bersifat non komersial khususnya
bagi anggota masyarakat umum tanpa adanya motivasi untuk meraih
keuntungan.
Bentuk Lembaga Non Profit yang melayani rumah tangga
adalah sebagai berikut :
1.
Organisasi Kemasyarakatan,
2.
Organisasi Sosial,
3.
Organisasi Profesi,
4.
Perkumpulan Sosial / Kebudayaan / Olah raga dan Hobi,
5.
Lembaga Swadaya Masyarakat,
6.
Lembaga Keagamaan,
7.
Organisasi Bantuan Kemanusiaan / Beasiswa.
2.1.3. PENGELUARAN KONSUMSI PEMERINTAH
Pengeluaran konsumsi pemerintah didefinisikan sebagai
jumlah seluruh pengeluaran pemerintah yang meliputi : pembelian
barang dan jasa (belanja barang), pembayaran balas jasa pegawai
(belanja pegawai) dan, penyusutan barang modal.
Dikurangi dengan :
Hasil penjualan barang dan jasa (Output pasar) pemerintah
yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pemerintah (yang bukan
dikonsumsi oleh pemerintah).
Kegiatan Pemerintah yang tidak dapat dipisahkan adalah
Memproduksi
barang
sejenis
dengan
barang
yang
dihasilkan oleh perusahaan swasta. Misal: Pencetakan publikasi,
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
11
Konsep Definisi dan Metodologi
reproduksi karya seni, pembibitan tanaman dsb.
Ciri pokok kegiatan : bersifat insidentil dari fungsi pokok lembaga.
Hasil penjualannya : disebut pendapatan dari barang yang
dihasilkan
Menghasilkan jasa : seperti jasa pendidikan, kesehatan, museum,
rekreasi dsj. yang dibiayai oleh keuangan pemerintah.
Ciri
pokok
:
pemerintah
memungut
pembayaran
tidak
mencapai/sesuai dengan besarnya biaya yang dikeluarkannya.
Hasil penjualannya : disebut pendapatan dari jasa yang diberikan
Output pemerintah utamanya adalah Output non pasar
lainnya yaitu output yang dihasilkan dan dipergunakan sendiri oleh
pemerintah atau disebut juga konsumsi pemerintah
Namun demikian, ada kemungkinan output pasar terjadi di
output pemerintah. Terjadinya output pasar menganut prinsip
dimana output tersebut harus terjual paling tidak senilai 50 % dari
ongkos produksi.
Contoh : Biaya di RS Pemerintah, tiket museum, pendapatan yang
diperoleh dari penjualan informasi cuaca oleh BMG.
RUANG LINGKUP PENGELUARAN KONSUMSI
PEMERINTAH
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah meliputi :
1. Konsumsi Pemerintah Pusat, yaitu pengeluaran konsumsi dari
seluruh instansi baik yang ada di pusat maupun kantor
wilayahnya (dinas vertikal) di daerah.
2. Konsumsi Pemerintah Daerah, yang mencakup :
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
12
Konsep Definisi dan Metodologi
Pemerintah daerah propinsi
Pemerintah daerah kabupaten/kota
Pemerintah daerah desa
Pengeluaran
Konsumsi
Pemerintah
Daerah
Propinsi
mencakup:
Konsumsi seluruh Pemerintah desa
Konsumsi pemerintah daerah kabupaten/kota yang terdapat
di wilayah propinsi
Konsumsi pemerintah daerah propinsi
Konsumsi pemerintah pusat yg merupakan bagian dari
konsumsi pemerintah daerah propinsi
Sejak tahun 2007 format pelaporan keuangan daerah sudah
mulai mengadopsi Standar Analisa Belanja (SAB), dengan
demikian kinerja keuangan pemerintah daerah akan lebih bisa
terukur. SAB adalah penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya
terhadap suatu kegiatan.
Sedangkan tujuan penyusunan SAB yang dilakukan pada
saat perencanaan anggaran Daerah, antara lain untuk :
1. Meningkatkan kemampuan Unit Kerja dalam menyusun
anggaran berdasarkan skala prioritas anggaran Daerah, tugas
pokok dan fungsi, tujuan, sasaran, serta indicator kinerja
pada setiap program dan kegiatan yang direncanakan;
2. Mencegah terjadinya duplikasi dan atau tumpang tindih
kegiatan dan anggaran belanjanya pada masing-masing dan
antar Unit Kerja;
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
13
Konsep Definisi dan Metodologi
3. Menjamin kesesuaian antara kegiatan dan anggaran dengan
arah, kebijakan, strategi dan prioritas penyelenggaran
pemerintahan dan pelayanan public, mengurangi tumpang
tindih belanja dalam kegiatan investasi dan non investasi;
dan
4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan
Keuangan Daerah.
Dalam rangka perhitungan SAB (Standar Analisa Belanja),
anggaran belanja unit kerja dikelompokkan menjadi belanja
langsung dan tidak langsung.
1. Belanja Langsung
Belanja yang dipengaruhi secara langsung oleh adanya
program atau kegiatan yang direncanakan. Jenis Belanja Langsung
dapat berupa Belanja Pegawai, Belanja Barang dan jasa, Belanja
Pemeliharaan dan Belanja Perjalanan Dinas.
Keberadaan
anggaran
belanja
langsung
merupakan
konsekuensi adanya program atau kegiatan. Karakteristik belanja
langsung adalah input (alokasi belanja) yang ditetapkan dapat diukur
dan diperbandingkan dengan output yang dihasilkan.
Variabilitas jumlah komponen belanja langsung sebagian
besar dipengaruhi oleh target kinerja (tingkat pencapaian program
atau kegiatan) yang diharapkan.
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
14
Konsep Definisi dan Metodologi
2. Belanja tidak langsung
Belanja yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh adanya
program atau kegiatan. Jenis belanja tidak langsung dapat berupa
belenja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan serta
belanja perjalanan dinas.
Keberadaan
anggaran
belanja
tidak
langsung
bukan
merupakan konsekuensi ada atau tidaknya suatu program kegiatan.
Belanja tidak langsung digunakan secara periodik (umumnya
bulanan) dalam rangka koordinasi penyelenggaraan kewenangan
pemerintah daerah yang bersifat umum.
2.1.4. PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) meliputi seluruh
pengeluaran untuk unit produksi yang menambah daya produksi
aktiva tetap dikurangi dengan penjualan dari barang-barang modal
bekas ditambah penjualan barang-barang lain yang berasal dari
daerah atau negara lain.
Secara rinci, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
terdiri dari :
a). Penambahan bersih (baru atau bekas) oleh produsen,
asset berwujud yang dapat diproduksi kembali yang
mempunyai umur satu tahun atau lebih dan digunakan
bukan untuk keperluan militer.
b). Pengeluaran atas peningkatan dan perubahan barangbarang modal yang diharapkan memperpanjang umur
barang
tersebut
atau
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
dapat
meningkatkan
15
Konsep Definisi dan Metodologi
produktivitasnya.
c). Pengeluaran atas reklamasi tanah dan perbaikannya,
pengembangan
dan
perluasan
perkebunan,
pertambangan, hutan, lahan pertanian dan perikanan.
d). Penambahan ternak yang dipelihara untuk diambil
tenaga, susu, bulu dan pembibitan ternak potong.
PEMBENTUKAN MODAL BRUTO
PMTB
Inventori
Barang Berharga
Lainnya
Intangible
Tangible
Pembelian Barang
Modal Baru
DN + LN
(+)
Pembelian Barang
Modal Bekas LN
Penjualan Barang
Modal Bekas
(+)
(-)
Perbaikan
Besar Barang
Modal
(+)
2.1.5. INVENTORY
Inventory adalah persediaan barang/jasa yang masih dikuasai
oleh unit-unt ekonomi yang dihasilkan pada waktu sebelumnya
untuk digunakan dalam proses lebih lanjut, dijual atau diberikan
pada pihak lain. Inventory juga berarti persediaan produk yang
berasal dari pihak lain yang tujuannya untuk digunakan sebagai
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
16
Konsep Definisi dan Metodologi
input antara atau dijual kembali tanpa mengalami proses lebih
lanjut.
PEMBENTUKAN MODAL BRUTO
Pembentukan Modal Tetap Bruto
(Tangible assets)
Pembelian Barang
Modal Baru
DN + LN (+)
Pembelian Barang
Modal Bekas LN
(+)
Stok
Penjualan Barang
Modal Bekas
(-)
Perbaikan
Besar Barang
Modal (+)
Investasi merupakan kegiatan penanaman modal pada
berbagai kegiatan ekonomi dengan harapan untuk memperoleh
keuntungan (benefit) pada masa-masa yg akan datang. Inventori
merupakan salah satu aset yang paling mahal di banyak perusahaan,
mencerminkan sebanyak 40 persen dari total modal yang
diinvestasikan. Definisi inventori secara umum merupakan hasil
produksi yang belum dikonsumsi atau terserap oleh berbagai
aktivitas ekonomi, juga merupakan bagian dari aktiva atau harta
(aset) lancar perusahaan.
Inventori pada Perusahaan
Fungsi persediaan/inventori pada perusahaan adalah sebagai
berikut:
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
17
Konsep Definisi dan Metodologi
Mengantisipasi permintaan yang timbul dari konsumen
Memasangkan produksi dengan distribusi
Mengambil keuntungan dari potongan jumlah
Melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga
Menghindari dari kekurangan stok yang terjadi karena cuaca,
kekurangan pasokan, masalah mutu atau pengiriman yang
tidak tepat
Menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik
Adapun jenis-jenis inventori pada perusahaan dapat berupa :
Barang jadi (finished goods)
Barang setengah jadi (semi finished goods)
Bahan baku (raw material)
Bahan penolong
Suku cadang (spare parts)
Inventori pada Pemerintahan
Inventori pada pemerintahan berupa persediaan barangbarang strategis yang dilakukan pemerintah. Tujuan adanya
inventori pada pemerintahan adalah untuk menjaga stabilitas
ekonomi-politik dalam negeri. Jenis komoditi strategis yang sering
menjadi persediaan adalah beras, gula, gandum, minyak dan kedelai.
Perubahan Inventori adalah perubahan kuantum inventori
pada satu periode.
Kuantum pada 31 Desember tahun n - kuantum pada 1 januari tahun n
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
18
Konsep Definisi dan Metodologi
Penyebab
terbentuknya
perubahan
inventori
adalah
pembelian, penjualan, digunakan dalam proses produksi, transfer,
hilang, rusak, penambahan berat pada ternak dan lain-lain.
2.1.6. EKSPOR DAN IMPOR
Ekspor barang dan jasa merupakan suatu komponen dari
permintaan akhir, tetapi impor merupakan sumber penyediaan
barang dan jasa, oleh karena impor bukan merupakan produksi
domestik jadi harus dikurangkan dari total penggunaan dalam
PDRB.
Ekspor adalah transaksi ekonomi (penjualan, barter, gifts
atau
grants)
yang
dilakukan
oleh
penduduk/residen
suatu
negara/region kepada non-residen atau pihak luar negeri/region lain,
baik barang maupun jasa.
Impor adalah transaksi ekonomi (pembelian, barter, atau
penerimaan
dari
gifts
atau
grants),
yang
dilakukan
oleh
penduduk/residen suatu negara/region dari non-residen atau pihak
luar negeri/region lain, baik barang maupun jasa.
Ekspor dan impor barang dan jasa meliputi angkutan dan
komunikasi, jasa asuransi serta barang dan jasa lain seperti jasa
perdagangan yang diterima pedagang suatu daerah karena
mengadakan transaksi penjualan di luar daerah dan pembayaran
biaya kantor pusat perusahaan induk oleh cabang dan anak
perusahaan di luar daerah.
Pembelian langsung di pasar suatu daerah oleh bukan
penduduk termasuk ekspor barang dan jasa, serta pembelian di luar
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
19
Konsep Definisi dan Metodologi
daerah oleh penduduk daerah tersebut dikatagorikan sebagai impor.
Pengeluaran untuk biaya perjalanan yang dibayar oleh majikan
diperlakukan sebagai ekspor dan impor barang dagangan dan bukan
sebagai pembelian langsung.
Yang tidak termasuk ekspor dan impor barang adalah barang
milik penduduk atau bukan penduduk suatu daerah yang melintasi
batas geografis suatu daerah karena merupakan tempat persinggahan, barang untuk peragaan, barang contoh dan barang untuk
keperluan sehari-hari wisatawan mancanegara/domestik.
Ekspor barang antar negara dinilai dengan harga f.o.b. (free
on board), sedangkan impor barang dinilai dengan harga c.i.f. (cost,
insurance and freight). Ekspor jasa dinilai pada saat jasa tersebut
diberikan ke bukan penduduk, sedangkan impor jasa dinilai pada
saat jasa diterima oleh penduduk.
Penduduk yang dimaksud di sini adalah lembaga pemerintah,
perorangan, perusahaan swasta, perusahaan negara serta lembaga
swasta non profit yang berada di daerah tersebut.
Residen Indonesia adalah setiap orang, unit usaha atau
organisasi yang menetap di Indonesia untuk jangka waktu 1 tahun
atau lebih. Termasuk dalam pengertian ini adalah :
Baru menetap di Indonesia kurang dari 1 tahun tapi
berencana untuk menetap selama lebih dari 1 tahun.
Kantor cabang dan anak perusahaan dari luar negeri yang
berada di Indonesia.
Selain itu yang tergolong sebagai Residen/Penduduk Indonesia
adalah :
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
20
Konsep Definisi dan Metodologi
WNA yang bekerja di Indonesia
Perusahaan milik asing yang berdomisili di Indonesia
Kedutaan/konsulat RI yang berada di luar negeri
Turis Indonesia yang berada di luar negeri
Siswa Indonesia yang berada di luar negeri
Pasien Indonesia yang berobat ke luar negeri
Non Residen Indonesia adalah setiap orang, unit usaha atau
organisasi yang menetap di luar negeri untuk jangka waktu 1 tahun
atau lebih. Termasuk dalam pengertian ini adalah :
Baru menetap di Indonesia kurang dari 1 tahun dan tidak
berencana untuk menetap selama lebih dari 1 tahun.
Kantor cabang dan anak perusahaan Indonesia yang berada
di luar negeri.
Ruang lingkup ekspor barang mencakup seluruh komoditi
baik migas maupun non migas. Komoditi migas terdiri dari minyak
mentah, hasil minyak dan gas. Sedangkan komoditi non migas
adalah komoditi pertanian, hasil industri, hasil tambang dan lain
sebagainya. Komoditi dirinci dua digit HS (Harmonized System)
yang terdiri dari 99 kelompok komoditi. Data komoditi ekspor untuk
digit HS yang lebih rinci sulit didapatkan.
Ruang lingkup impor barang meliputi seluruh barang
konsumsi, bahan baku serta barang modal. Komoditi barang impor
sirinci dua digit HS yang terdiri dari 99 kelompok komoditi. Data
komoditi impor untuk digit HS yang lebiih rinci sulit didapatkan.
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
21
Konsep Definisi dan Metodologi
Ekspor jasa adalah transaksi ekonomi yang dilakukan oleh
penduduk/residen suatu negara/region kepada non-residen atau
pihak luar negeri/region lain dalam bentuk jasa. Sedangkan impor
jasa
adalah
transaksi
ekonomi
yang
dilakukan
oleh
penduduk/residen suatu negara/region dari non-residen atau pihak
luar negeri/region lain dalam bentuk jasa.
Kegiatan ekspor dan impor jasa meliputi kegiatan sebagai
berikut :
1. Angkutan
2. Perjalanan
3. Komunikasi
4. Konstruksi
5. Asuransi
6. Finansial
7. Komputer dan Informasi
8. Royalti dan Lisensi
9. Perorangan, budaya dan rekreasi
10. Pemerintah
11. Jasa Perusahaan Lainnya
2.1.7. DISKREPANSI STATISTIK
Diskrepansi statistik merupakan data yang menggambarkan
selisih antara PDRB dengan total komponen-komponen permintaan
akhir.
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
22
Konsep Definisi dan Metodologi
2.2.
METODE PENGHITUNGAN DAN SUMBER DATA
2.2.1. KONSUMSI RUMAHTANGGA
Penghitungan pengeluaran konsumsi rumah tangga dapat
dilakukan dengan dua pendekatan yaitu:
1). Pengeluaran konsumsi rumah tangga di pasar suatu
daerah adalah pembelian langsung di pasar tersebut baik
oleh penduduk maupun rumah tangga bukan penduduk
daerah tersebut (staf kedutaan asing dan turis domestik
maupun asing).
2). Pengeluaran konsumsi rumah tangga meliputi butir satu
di atas, ditambah pembelian langsung penduduk daerah
ini yang dilakukan di luar negeri atau daerah lain,
dikurangi pembelian langsung di pasar domestik oleh
rumah tangga di luar penduduk daerah tersebut (staf
kedutaan asing dan turis domestik maupun asing).
Dalam kasus batas, pengeluaran konsumsi yang dilakukan
oleh penduduk yang sedang melakukan perjalanan ke daerah lain
(dalam atau luar negeri) baik dalam rangka bertugas, urusan bisnis
atau untuk keperluan lainnya sudah terhitung di rumah tangga yaitu
melalui konsumsi perkapita.
Sumber data utama perkiraan nilai konsumsi rumah tangga
adalah hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi
Jawa Barat. Dari hasil Susenas diperoleh data rata-rata konsumsi
perkapita seminggu untuk kelompok makanan dan rata-rata
konsumsi perkapita sebulan untuk kelompok bukan makanan. Harga
setiap jenis bahan yang dikonsumsi menggunakan rata-rata harga
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
23
Konsep Definisi dan Metodologi
eceran dari Statistik Harga Konsumen Provinsi Jawa Barat. Di
samping itu digunakan data lainnya seperti PDRB perkapita atas
dasar harga konstan, Indeks Harga Konsumen (IHK) dan jumlah
penduduk pertengahan tahun.
Pengeluaran konsumsi kelompok makanan terdiri dari
pengeluaran untuk :
1). Makanan, yang meliputi padi-padian, umbi-umbian, ikan
dan udang segar dan sejenisnya, ikan dan udang yang
diawetkan dan sejenisnya, daging segar, daging yang
diawetkan, hasil ikutan daging, telur dan susu, sayursayuran,
kacang-kacangan,
minuman,
bumbu-bumbuan
buah-buahan,
dan
konsumsi
bahan
bahan
makanan lainnya.
2). Makanan dan minuman jadi.
3). Tembakau dan sirih, yang meliputi rokok putih, rokok
kretek, cerutu dan tembakau.
Pengeluaran untuk kelompok bukan makanan terdiri dari
pengeluaran untuk :
a). Perumahan, bahan bakar, air dan penerangan.
b). Aneka barang dan jasa.
c). Pakaian, alas kaki dan tutup kepala.
d). Pajak dan asuransi.
e). Keperluan untuk pesta dan upacara.
Total pengeluaran konsumsi rumah tangga keseluruhan
diperoleh dari pengeluaran perkapita setahun dikalikan dengan
jumlah penduduk pertengahan tahun. Perkiraan pengeluaran
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
24
Konsep Definisi dan Metodologi
konsumsi rumah tangga untuk tahun-tahun yang tidak ada data
Susenasnya dihitung berdasarkan elastisitas pendapatan dari Susenas
yang ada.
a. Konsumsi Rumah Tangga Kelompok Makanan
Perkiraan konsumsi kelompok makanan digunakan model
fungsi eksponensial. Model ini dipilih berdasarkan asumsi bahwa
setiap penambahan pendapatan akan menyebabkan pertambahan
konsumsi, tetapi pada suatu saat (titik jenuh) konsumsi tersebut
mulai menurun, dengan bentuk kurva seperti parabola.
Fungsi eksponensial tersebut adalah:
Qi = a . Yi b
di mana :
Qi : Rata-rata konsumsi perkapita sebulan (kuantum)
Yi : Pendapatan perkapita sebulan
a : Konstanta
b : Koefisien elastisitas.
Koefisien elastisitas (b) yang telah diuji digunakan untuk
memperkirakan konsumsi perkapita tahun yang tidak ada data
Susenasnya. Konsumsi perkapita tahun lainnya dapat diperkirakan
dengan menggunakan peubah lain yaitu perubahan pendapatan
perkapita (atas dasar harga konstan), dan data konsumsi perkapita
(Susenas) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
25
Konsep Definisi dan Metodologi
C n+1 = C n + ( C n . dp . b )
di mana :
Cn+1
: Rata-rata konsumsi (kuantum) perkapita sebulan pada tahun
ke-(n+1)
Cn
: Rata-rata konsumsi (kuantum) perkapita sebulan pada tahun
dasar ke-(n)
dp
: Perubahan pendapatan perkapita harga konstan tahun ke-n
dengan tahun ke-(n+1)
b
: Koefisien elastisitas.
Nilai konsumsi atas dasar harga berlaku diperoleh dengan
mengalikan konsumsi dalam satuan kuantum dengan harga eceran
pada tahun yang bersangkutan. Harga konsumen atau harga eceran
merupakan harga yang dibayar oleh rumah tangga konsumen yang
tujuannya untuk dikonsumsi. Harga tersebut merupakan rata-rata
harga eceran di kota dan harga di pedesaan.
Konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan didapatkan
dengan metoda revaluasi artinya konsumsi dalam satuan kuantum
dikalikan dengan harga tahun dasar.
b. Konsumsi Rumah Tangga Kelompok Bukan Makanan
Perkiraan konsumsi rumah tangga untuk kelompok bukan
makanan menggunakan model regresi linier. Artinya setiap
kenaikan pendapatan akan selalu diikuti oleh penambahan
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
26
Konsep Definisi dan Metodologi
permintaan
konsumsi
kelompok
bukan
makanan
misalnya
permintaan akan pakaian, dsb. Model yang digunakan sebagai
berikut :
Q i = a + ( b . Yi )
di mana :
Qi
:
Rata-rata konsumsi perkapita sebulan (kuantum)
Yi
:
Pendapatan perkapita sebulan
a
:
Konstanta
b
:
Koefisien elastisitas
Konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan pada
tahun-tahun dimana data Susenas tersedia, diperoleh dengan cara
mendeflasi nilai konsumsi (nilai data Susenas) dengan IHK yang
sesuai dengan jenis pengeluaran barang dan jasa yang dikonsumsi.
Pada tahun-tahun dimana data Susenas tidak tersedia maka
nilai konsumsi rumah tangga atas dasar harga berlaku diperoleh
dengan metode model regresi linier yang menghasilkan koefisien
elastisitas permintaan yang dikalikan dengan pendapatan, kemudian
mengalikan total nilainya dengan IHK.
2.2.2 KONSUMSI LEMBAGA NON PROFIT YANG
MELAYANI RUMAHTANGGA
Perkiraan konsumsi LNPRT dilakukan dengan metoda
langsung dari hasil survei khusus yaitu diperoleh dari penjumlahan
output sub sektor jasa sosial dan kemasyarakatan dikurangi surplus
usahanya.
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
27
Konsep Definisi dan Metodologi
Penghitungan atas dasar harga konstan 2000 sesuai dengan
kegiatan
masing-masing
subsektornya,
seperti
penghitungan
menurut lapangan usaha yaitu metode deflasi dengan menggunakan
IHK yang sesuai dengan masing-masing kegiatan, atau ekstrapolasi
dengan menggunakan indeks jumlah unit kegiatan atau indeks
jumlah tenaga kerja.
2.2.3. KONSUMSI PEMERINTAH
Data yang digunakan
1.
Pemerintah Pusat, dari data realisasi APBN Sumber Dirjen
Perbendaharaan, Depkeu
1.
Pemerintah Daerah berupa :
- Data Statistik Keuangan Daerah Propinsi
- Data Statistik Keuangan Daerah Kabupaten/Kota
- Data Statsitik Keuangan Desa
Sumber dari BPS dan Dirjen Perimbangan Keuangan (DJPK),
Depkeu
2.
Jumlah PNS menurut status, golongan, departemen dan
propinsi. Sumber dari Badan Kepegawaian Negara (BKN)
Metode Estimasi
1. Atas Dasar Harga Berlaku
Disusun neraca produksi pemerintah.
INPUT : ( C ) = ( A ) + ( B )
1. Biaya Antara (Belanja barang)
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
(A)
28
Konsep Definisi dan Metodologi
2. NTB
( B ) = (B1 + B2)
2.1 Penyusutan
(B1)
2.2. Belanja Pegawai
(B2)
OUTPUT = INPUT = ( C )
1. Penjualan Barang & Jasa (Output Pasar)
(E)
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (Output Non Pasar
Lainnya)
(D)=(C)- (E)
Catatan : Neraca diatas dapat terisi dengan data APBN/APBD
Nilai penyusutan diperkirakan 20% dari belanja modal.
2. Atas Dasar Harga Konstan
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah adh konstan merupakan
hasil
penghitungan komponen-komponen neraca produksi adh.
konstan.
Belanja Barang (biaya antara) diperoleh dari nilai biaya antara harga
berlaku dideflate dengan IHPB tanpa ekspor.
NTB Pemerintah (Belanja Pegawai + Penyusutan) diperoleh
dengan mengekstrapolasi nilai NTB Pemerintah tahun dasar
dengan indeks jumlah PNS tertimbang menurut golongan
kepangkatan
Pendapatan dari penjualan barang dan jasa adh harga konstan
menggunakan presentase penj. brg & jasa terhadap output
pada harga berlaku
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
29
Konsep Definisi dan Metodologi
KONSUMSI PEMERINTAH DALAM KONSEP SYSTEM OF
NATIONAL ACCOUNT (SNA) 1993
1. Konsumsi pemerintah dibedakan antara konsumsi individu
dan konsumsi kolektif
2. Konsumsi individu merupakan pengeluaran pemerintah
untuk kepentingan rumah tangga individu antara lain:
Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan, kesehatan,
jaminan sosial, olah raga dan rekreasi, dan kebudayaan
3. Konsumsi kolektif merupakan pengeluaran pemerintah untuk
kepentingan masyarakat secara keseluruhan (umum)/semua
anggota masyarakat mendapatkan manfaat dari jasa seperti
ini.
Jasa kolektif yang diberikan oeh pemerintah antara lain
keamanan
dan
pertahanan,
peraturan-peraturan
yang
menyangkut kemasyarakatan, pemeliharaan undang-undang
dan peraturan, perlindungan lingkungan, penelitian dan
pengembangan, infrastruktur dan pembangunan ekonomi
4. Konsumsi akhir total ekonomi dapat didefinisikan sebagai
konsumsi akhir aktual seperti konsumsi rumah tangga,
LNPRT, dan konsumsi individu pemerintah ditambah
konsumsi kolektif pemerintah.
2.2.4. PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO
Pembentukan Modal Tetap Bruto dihitung berdasarkan
pengeluaran untuk pembelian barang modal oleh masing-masing
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
30
Konsep Definisi dan Metodologi
lapangan usaha. Di samping itu, pembentukan modal dapat juga
dihitung berdasarkan arus barang atau Commodity Flow.
Pembentukan
modal
tetap
menurut
lapangan
usaha
mencakup sembilan sektor, yaitu :
1). Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan,
2). Pertambangan dan Penggalian,
3). Industri Pengolahan,
4). Listrik, Gas dan Air Bersih,
5). Bangunan,
6). Perdagangan, Hotel dan Restoran,
7). Pengangkutan dan Komunikasi,
8). Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan,
9). Jasa-jasa.
2.2.5. INVENTORY
Ada dua macam cara perhitungan yaitu metode langsung dan
metode pendekatan arus barang.
a. Metode Langsung
Sesuai dengan ruang lingkup pada stok maka untuk
memperoleh data nilai stok dari setiap kegiatan dan jenis barang
dikumpulkan dari bermacam-macam sumber, seperti sensus dan
survei, survei khusus mengenai stok, laporan neraca keuangan dari
perusahaan, dan survei tahunan stok barang ekspor. Dalam penilaian
stok dipakai bermacam cara, akan tetapi metode yang disarankan
guna
keperluan
pendapatan
nasional
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
atau
regional
adalah
31
Konsep Definisi dan Metodologi
berdasarkan laporan stok pada awal tahun dan pada akhir tahun,
yang kemudian dinilai dengan rata-rata harga pasar pada periode
tahun perhitungan tersebut.
b. Metode Arus Barang
Metode arus barang ini memerlukan data yang lebih
terperinci mengenai stok awal dan stok akhir dari tiap jenis barang.
Data seperti ini mungkin tersedia hanya untuk beberapa jenis barang
saja. Metode ini bisa dipakai dalam perhitungan tabel input-output,
dimana estimasi perubahan stok dapat diperkirakan pada waktu
proses perhitungan berlangsung, sehingga dimana total penyediaan
dari tiap-tiap barang dapat dibandingkan dengan total permintaan
barang
tersebut.
Akan
tetapi
hasil
yang
diperoleh
tidak
memungkinkan untuk dialokir menurut aktivitas ekonomi.
Klasifikasi Stok menurut Sektor dan Jenis Barang dapat
dikelompokan sebagai berikut :
1. Sektor Penghasil Barang
2. Pedagang Besar dan Eceran
3. Sektor Penghasil Barang lainnya
4. Barang-barang Strategi Pemerintah
PENGHITUNGAN PERUBAHAN INVENTORI
a. Metode Revaluasi
Rumus :
Quantum x Harga
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
32
Konsep Definisi dan Metodologi
Data yang dibutuhkan adalah posisi inventori per komoditi
dalam satuan unit (quantum) dan harga rata-rata per tahun. Metode
ini digunakan pada sektor/subsektor perkebunan, peternakan,
kehutanan serta pertambangan.
Jenis-jenis komoditi :
1.
Subsektor perkebunan (sumber : statistik perkebunan)
Data yang tersedia yaitu data triwulanan beberapa komoditas
hasil perkebunan antara lain : karet kering, biji sawit, coklat,
kopi, teh, kulit kina, tembakau, rami.
2.
Subsektor peternakan (sumber : statistik peternakan &
publikasi Ditjen Peternakan)
Data yang diperoleh adalah jumlah dan harga dari beberapa
komoditas peternakan, antara lain : Sapi potong, kerbau,
kambing, domba, babi, kuda, ayam ras, pedaging, ayam
buras, itik.
3.
Subsektor kehutanan (sumber : statistik kehutanan)
Data yang tersedia antara lain :
Perusahaan pemegang HPH (70 jenis kayu: aghatis, adapt,
akasia, bakau, balam, cempaga, dahu, damar, durian, ebony,
jelutung, kapur, meranti, ramin, ulin dll)
Perusahaan Hutan Tanman Industri (9 komoditi : akasia,
leda, pinus, sengon, mahoni, dll)
Perum Perhutani dan perusahaan lainnya (19 komoditi :
akasia, bambu, damar, aucalyptus, kayu jati, leda, pinus,
puspa, sengon, dll)
4.
Subsektor pertambangan migas dan Non migas dan
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
33
Konsep Definisi dan Metodologi
penggalian (sumber : statistik pertambangan)
Data yang diperoleh dari statistik pertambangan adalah
kuantum dan harga beberapa komoditi dari subsektor ini,
antara lain : minyak mentah, kondensat, gas alam, LPG,
batubara, aspal, andesit, antrasit, bauxite, granit, bijih nikel,
ferronikel, batu kapur, emas, perak, tembaga, mangan,
bentonit, gips dan timah.
b. Metode Deflasi
Rumus :
Nilai adhb : Indeks Harga
Data yang diperlukan adalah nilai posisi inventori (dalam
Rp) dan IHPB. Digunakan untuk penghitungan perubahan inventori
industri besar sedang dan nilai inventori pada publikasi laporan
keuangan
perusahaan
perdagangan,
hotel
pada
dan
sektor/subsektor
restoran,
transportasi,
:
konstruksi,
komunikasi,
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan.
Data yang digunakan :
1. Sektor Industri Pengolahan (sumber : Statistik Industri Besar
Sedang)
Memiliki nilai inventori yang cukup besar setiap tahunnya.
Data yang pernah diperoleh adalah data industri besar sedang
dalam 5 digit KKI atas harga pasar. Kelengkapan data ini
membuat penghitungan perubahan inventori menjadi lebih
akurat dan memudahkan dalam pengkonversiannya ke dalam
kode IO 175 komoditi.
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
34
Konsep Definisi dan Metodologi
•
Subsektor Perdagangan
Data yang dibutuhkan adalah: nilai barang dagangan yang
pada saat pencatatan belum terjual serta bahan penolong
yang belum terpakai.
Jenis-jenis barang dagangan adalah barang jadi yang
diproduksi baik oleh sektor primer maupun sekunder.
Sumber data yang digunakan adalah Laporan Tahunan
Perusahaan Terbuka sektor perdagangan, antara lain: PT
Matahari, PT Hero Supermarket, PT Astra Graphia, PT
Bakrie & Brothers, dll.
Estimasi data inventori untuk beberapa sektor tersier
berdasarkan data laporan keuangan Perusahaan Terbuka.
Jenis data yang dimiliki sektor ini umumnya inventori bahan
penolong, perlengkapan kantor, bahan bakar, dan suku cadang.
Kecuali untuk subsektor restoran yang juga memiliki inventori
dalam bentuk bahan baku dan barang jadi.
•
Subsektor Hotel dan Restauran: PT Hotel Sahid Jaya
Internasional, PT Bumi Modern, PT Putra Sejahtera
Pioneerindo, PT Plaza Indonesia Reality, PT Fastfood
Indonesia
•
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi: Pt Steady Safe, PT
Telkom, PT Garuda, PT Berlian Laju Tanker, PT Centris
Multipersada Pratama.
•
Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan: PT
Kawasan Industri Jababeka, PT Bhuwanatala Indah Permai,
PT Indonesia Prima Property
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
35
Konsep Definisi dan Metodologi
•
Sektor Jasa-jasa: PT Indosiar Karya Mandiri, PT Anta
Express
c. Metode Ekstrapolasi
PENGHITUNGAN METODE EKSTRAPOLASI
•
Rumus :
Posisi Inv ADHK X Indeks Produksi
•
Data yang dibutuhkan : Posisi Inv adhk & Indeks produksi
triwulanan persektor perjenis komoditi
•
Digunakan untuk menghitung estimasi posisi inventori setiap
akhir periode
2.2.6. EKSPOR IMPOR
Data ekspor dan impor Jawa Barat masih sangat terbatas.
Data yang dapat diperoleh hanya transaksi dengan luar negeri. Data
transaksi dengan luar negeri diperoleh dari Statistik Ekspor Impor
terbitan Badan Pusat Statistik (BPS). Data ekspor impor antar
pulau/Provinsi diperoleh dari Statistik Bongkar Muat, Terminal Bis,
Angkasa Pura melalui Dinas Bea dan Cukai.
Data lain yang diperlukan adalah IHPB untuk ekspor dan
impor yang diperoleh dari Buletin Ringkas terbitan BPS dan juga
data Input-Output Jawa Barat.
Nilai ekspor dan impor yang diperoleh dari transaksi barang
dan jasa dengan luar negeri dan antar pulau/Provinsi merupakan
nilai ekspor impor atas dasar harga berlaku.
Ekspor dan impor antar negara dihitung dengan melihat
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
36
Konsep Definisi dan Metodologi
transaksi ekspor impor asal barang antara Jawa Barat dengan luar
negeri, sedangkan ekspor impor antar pulau/Provinsi menggunakan
ratio Input-Output Jawa Barat. Nilai ekspor impor atas dasar harga
konstan 2000 diperoleh dengan cara mendeflasikan nilai ekspor
impor atas dasar harga berlaku dengan IHPB untuk ekspor dan
impor.
Penilaian ekspor dan impor mencakup seluruh ekspor barang
yang dinilai dalam harga free on board (f.o.b), impor barang dalam
harga cost insurance and freight (c.i.f), ekspor dan impor jasa,
pembelian langsung (direct purchase), serta nilai transaksi yang
berasal dari perdagangan yang dilakukan secara ilegal (data tidak
tersedia).
Ekspor barang dinyatakan dalam harga free on board (f.o.b),
yaitu harga barang sampai di atas kapal. Harga ini meliputi:
Biaya pengangkutan sampai ke batas negara
Biaya asuransi pengangkutan sampai ke batas negara
Biaya asuransi pengangkutan sampai ke atas kapal
Komisi
Biaya pembuatan dokumen
Biaya kontainer
Biaya pengepakan
Biaya pemuatan barang ke kapal/pesawat udara/alat
transport lainnya
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
37
Konsep Definisi dan Metodologi
ILUSTRASI KONSEP
f .o .b
INDONESIA
REST OF THE WORLD
EKSPORTIR
)
f.o.b
IMPORTIR
Impor barang dinyatakan dalam harga cost insurance freight
(c.i.f), yaitu harga barang sampai di pelabuhan negara pengimpor.
Harga ini meliputi:
Biaya angkut dari batas negara pengekspor ke batas negara
pengimpor
Biaya bongkar barang
Biaya asuransi pengiriman
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
38
Konsep Definisi dan Metodologi
ILUSTRASI KONSEP c.i.f
REST OF THE WORLD
INDONESIA
EKSPORTIR
IMPORTIR
c.i.f
)
METODE PENGHITUNGAN
Ekspor Barang
Estimasi nilai ekspor barang atas dasar harga berlaku
dilakukan melalui data ekspor barang bulanan dari Statistik
Ekspor BPS yang nilainya disajikan dalam dolar AS menurut
dua digit HS (terinci dalam 99 komoditi).
Nilai ekspor barang dalam dolar AS tersebut disederhanakan
menjadi 18 sektor ekonomi. Kemudian dikonversikan ke
dalam rupiah melalui perkalian nilai dalam dolar AS tersebut
dengan kurs ekspor tertimbang. (Kurs dari Pusat)
Memperkirakan nilai ekspor pembelian langsung. Nilai
ekspor pembelian langsung ini juga dikonversikan ke dalam
nilai rupiah dengan cara mengalikannya dengan kurs ekspor
tertimbang. Kemudian nilai pembelian langsung tersebut
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
39
Konsep Definisi dan Metodologi
ditambahkan pada nilai ekspor barang, sehingga diperoleh
total ekspor barang atas dasar harga berlaku.
Nilai ekspor barang atas dasar harga konstan diperoleh
dengan mendeflate total nilai ekspor barang atas dasar harga
berlaku tersebut dengan indeks harga per unit (IHPU) ekspor
sebagai deflatornya.
Impor Barang
Estimasi nilai impor barang atas dasar harga berlaku, pada
dasarnya sama dengan cara yang digunakan dalam
mengestimasi nilai ekspor barang. Nilai impor barang
dinyatakan
dalam
c.i.f,
sehingga
komponen
biaya
asuransinya harus dikeluarkan karena sudah termasuk dalam
impor jasa. Seharusnya biaya pengangkutan juga dikeluarkan
sehingga diperoleh nilai impor dalam f.o.b (Sejak triwulan I
2008 biaya angkut akan dikeluarkan dari nilai impor
barang)
Impor barang kawasan berikat (dokumen BC 23) sejak
triwulan I 2008 akan dimasukkan dalam penghitungan PDB
Triwulanan.
Nilai impor barang dalam dolar AS dikonversikan ke dalam
rupiah melalui perkalian nilai impor barang dalam dolar
tersebut dengan kurs impor tertimbang. (Kurs dari Pusat)
Nilai impor barang atas dasar harga konstan diperoleh
dengan mendeflate total impor barang atas dasar harga
berlaku dengan indeks harga per unit (IHPU) impor.
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
40
Konsep Definisi dan Metodologi
Ekspor - Impor Jasa
Data dari BOP (Balance of Payment) time lag-nya lebih dari
1 triwulan, maka dilakukan 3 macam estimasi
dengan
menggunakan analisis time series, (decomposition, winter
method, Arima dan moving average) dengan software
Eview’s 5.0, untuk melihat range yaitu batas atas, tengah dan
batas bawah.
Untuk harga berlaku masih melihat share terhadap barang,
kalau ekspor 8-11 persen sedangkan impor 26-35 persen.
Untuk deflatornya menggunakan deflator yang digunakan
pada penghitungan ekspor impor barang, tapi biasanya lihat
kembali pertumbuhannya, untuk ekspor jasa kita melihat
perkembangan angka pariwisata, tapi kalau impor jasa belum
tersedia datanya, jadi melihat pertumbuhan barangnya.
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
41
Konsep Definisi dan Metodologi
PERBEDAAN KONSEP SNA 1968 DAN 1993
RINCIAN
KONSEP
1968
1993
Ekspor Barang
Transaksi ekonomi, meliputi :
- Penjualan
- Barter
- Gifts atau grants yang
dilakukan oleh residen suatu
negara/region dengan non
residen.
Dinilai dalam harga f.o.b.
Transaksi ekonomi, meliputi :
- Penjualan
- Barter, dlm basic price
- Gifts atau grants yang
dilakukan oleh residen suatu
negara/region dengan non residen.
-Termasuk ilegal.
Dinilai dalam harga f.o.b.
Impor Barang
Transaksi ekonomi, meliputi :
- Pembelian
- Barter
- Gifts atau grants yang
dilakukan oleh non residen
kepada residen suatu
negara/region.
Dinilai dalam harga c.i.f.
Transaksi ekonomi, meliputi :
- Pembelian
- Barter
- Gifts atau grants yang
dilakukan oleh non residen
kepada residen suatu
negara/region.
-Termasuk ilegal.
Dinilai dalam harga f.o.b.
Ekspor Jasa
Semua transaksi ekonomi dalam
bentuk jasa yang dihasilkan oleh
residen suatu negara/region
terhadap non residen
Semua transaksi ekonomi dalam
bentuk jasa yang dihasilkan oleh
residen suatu negara/region
terhadap non residen, termasuk
kegiatan illegal
Impor Jasa
Semua transaksi ekonomi dalam
bentuk jasa yang dihasilkan oleh
non residen terhadap residen
suatu negara/region
Semua transaksi ekonomi dalam
bentuk jasa yang dihasilkan oleh
non residen suatu negara/region
terhadap non residen, termasuk
kegiatan illegal
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
42
Konsep Definisi dan Metodologi
RINCIAN
KONSEP
1968
1993
Ekspor Barang
Ekspor barang meliputi:
a.Ekspor barang konsumsi
b. Ekspor bahan baku
c. Ekspor barang modal
d. Penjualan langsung
Ekspor barang meliputi:
a. Ekspor barang konsumsi
b. Ekspor bahan baku
c. Ekspor barang modal
d. Penjualan langsung
e. Ekspor barang ilegal
Impor Barang
Impor barang meliputi:
a. Impor barang konsumsi
b. Impor bahan baku
c. Impor barang modal
d. Pembelian langsung
Impor barang meliputi:
a. Impor barang konsumsi
b. Impor bahan baku
c. Impor barang modal
d. Pembelian langsung
e. Impor barang ilegal
Ekspor Jasa
Ekspor jasa meliputi:
a. Transportation
b. Travel
c. Communication
d. Insurance
c. Government services
f. Other business
Ekspor-impor jasa
meliputi:
a. Transportation
b. Travel
c. Communications
d. Construction
e. Insurance
f. Financial
g. Computer and inform.
h. Royalties and license
i. Other business
j. Personal
k. Government
1. Ekspor & Impor jasa
ilegal
Impor Jasa
Impor jasa meliputi:
a. Transportation
b Travel
c. Communication
d. Insurance
e. Other business
f. Government
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
43
Konsep Definisi dan Metodologi
KONSEP EKSPOR IMPOR JASA
(TRANSAKSI INTERNASIONAL JASA-JASA)
1. Jasa Angkutan
Seluruh transaksi jasa transportasi baik laut, udara dan darat,
termasuk sungai serta melalui pipa, yang terdiri dari:
a. Jasa angkutan penumpang (passenger services)
Seluruh biaya transportasi penumpang secara internasional,
mencakup pula:
Biaya transportasi bagian dari paket wisata
Biaya pengangkutan kendaraan
Biaya lain: makan, minum, dan belanja selama perjalanan/di
atas kendaraan
b. Jasa angkutan barang (freight)
Seluruh biaya pengangkutan barang dari batas pabean negara asal ke
tempat tujuan; mencakup pula:
Biaya pemuatan & pembongkaran di pelabuhan yg dipersyaratkan
dalam kontrak, sehubungan dengan ekspor (freight inflows) dan
sehubungan dengan impor (freight outflows) migas & non migas,
sbb :
Angkutan dengan kapal laut, lihat bendera kapal, bukan
kepemilikan.
Kapal milik residen Indonesia berbendera Panama,
mengangkut barang milik residen Indonesia dari Tj. Priok ke
Belawan, maka terjadi IMPOR JASA ANGKUTAN.
Kapal milik residen Indonesia berbendera Indonesia,
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
44
Konsep Definisi dan Metodologi
mengangkut barang milik non residen Indonesia dari Batam
ke Singapura, maka terjadi EKSPOR JASA ANGKUTAN
c. Jasa pendukung transportasi (other transport services)
termasuk sewa alat transport beserta awaknya
Mencakup:
a. Jasa pelabuhan laut/udara :
komponen airport charge: handling, overflying, route
charges, fuel dst
komponen harbour dues: biaya labuh, tambat, pandu, tunda,
air kapal
b. Sewa kapal/pesawat dengan awak
c. Pemeliharaan alat transportasi
2. Jasa Perjalanan
Cakupan :
Seluruh barang dan jasa yang diperoleh wisatawan selama
kunjungannya di suatu negara kurang dari satu tahun, seperti
penginapan, makanan-minuman, hiburan, transportasi dalam negara
yg dikunjungi, hadiah/souvenir yang digunakan sendiri dan dibawa
pulang.
Termasuk:
Seluruh pengeluaran oleh pekerja musiman dan lintas batas
serta pelajar dan pasien berobat.
3. Jasa Komunikasi
Cakupan :
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
45
Konsep Definisi dan Metodologi
a. Jasa Telekomunikasi :
Transmisi suara, gambar dan informasi lain melalui telepon,
telex, telegram, kabel, siaran, satelit, surat elektronik, faksimile,
jaringan, teleconference, dan alat pendukung lainnya.
b. Jasa Pos dan Kurir :
Pengambilan, pengangkutan, dan pengiriman surat, koran,
majalah, brosur, parcel, barang cetakan, paket, kantor pos, dan sewa
kotak surat.
4. Jasa Konstruksi
Cakupan :
Pekerjaan konstruksi dan instalasi yang dikerjakan oleh
kontraktor dari suatu perusahaan serta dikerjakan oleh pekerja dari
perusahaan tersebut, sedangkan lokasi yang dikerjakan berada di
luar wilayah ekonomi perusahaan tersebut. (waktu pengerjaannya
kurang dari 1 tahun).
5. Jasa Asuransi
Cakupan :
Provisi berbagai jasa suransi yang dibayarkan oleh
perusahaan asuransi Indonesia kepada bukan penduduk, dan
sebaliknya.
Meliputi freight insurances, direct insurances (life, pension,
asuransi umum, marine & aviation ins, dsb), dan reasuransi.
6. Jasa Keuangan
Cakupan :
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
46
Konsep Definisi dan Metodologi
Jasa intermediasi (perantara) dan penunjang (auxiliary)
dalam bidang keuangan (kecuali asuransi dan dana pensiun) yang
dilakukan antara penduduk dan bukan penduduk.
Lembaga penyedia jasa keuangan, a.l.:
Bank, stock exchange, perusahaan anjak piutang, perusahaan
penerbit kartu kredit, lembaga keuangan lainnya.
Bentuk jasa keuangan, a.l.:
Komisi & fee d/r pembukaan LC, transaksi surat berharga,
pemberian kredit, financial leasing, transaksi forex, transaksi
komoditi
Komisi manajemen aset
Komisi kustodian
Jasa penasehat keuangan
7. Jasa Komputer dan Informasi
Cakupan :
Transaksi jasa yang berkaitan dengan data komputer dan
informasi, antara penduduk dan bukan penduduk, a.l.:
Data-base storage & on-line time series
Pemrosesan data: tabulasi dan jasa pemrosesan
Konsultasi hardware
Implementasi software: desain & pemrograman sistem
Pemeliharaan dan perbaikan komputer
Jasa agen berita: penyediaan berita, photo dan artikel untuk
media
Langganan surat kabar dan majalah, serta terbitan reguler
lainnya
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
47
Konsep Definisi dan Metodologi
8. Jasa Royalti dan Lisensi
Cakupan :
Penerimaan dan pembayaran antara penduduk dan bukan
penduduk untuk penggunaan:
Aset tidak berwujud
Aset tidak berproduksi
Aset bukan finansial
Hak milik intelektual (hak paten, merek dagang, waralaba,
dll)
barang asli atau contoh (manuskrip dan film)
9. Jasa Perorangan, Budaya dan Rekreasi
Cakupan :
Penerimaan
dan
pengeluaran
devisa
terkait
dengan
penggunaan jasa-jasa seni, budaya dan rekreasi dalam kegiatan
ekonomi di Indonesia atau di LN, antara penduduk dan bukan
penduduk.
Termasuk :
Jasa yg berkaitan dgn rental, uang jasa aktor/produser, jasa
penjualan hak cipta, even olah raga, sirkus, dll
10. Jasa Pemerintah
Cakupan :
Penerimaan devisa dari pembelanjaan kedutaan/perwakilan
negara asing. Termasuk lembaga internasional, atase militer di
Indonesia,
dan
pengeluaran
devisa
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
dari
pembelanjaan
48
Konsep Definisi dan Metodologi
kedutaan/perwakilan Indonesia di LN
Termasuk :
Pengeluaran
pribadi
untuk
keperluan
ekonomi
yang
dilakukan oleh staf diplomat dan konsulat beserta keluarga
dimana mereka berada.
Transaksi yang berkaitan dengan penyediaan perlengkapan
untuk pasukan penjaga perdamaian yang ada pada UN.
11. Jasa Perusahaan Lainnya
Cakupan :
Jasa perdagangan ; pembelian barang oleh residen kemudian
barang tersebut dijual kembali ke non residen lainnya,
barang tersebut tidak melalui compiling economy.
Komisi dalam rangka transaksi barang dan jasa antara
pedagang residen, pialang komoditi dengan non residen.
Leasing kapal laut, pesawat udara, peralatan transportasi
lainnya TANPA OPERATOR.
Jasa konsultasi hukum, jasa akuntansi, jasa konsultasi
manajemen.
Jasa advertising, riset pemasaran
Jasa pertanian, pertambangan, dan pengolahan tanah. Seperti
; penyediaan mesin pertanian beserta operator, pembukaan
ladang minyak, pengeboran, jasa eksplorasi dan pencarian
mineral, survei geologi.
Jasa keamanan dan investigasi, jasa penterjemah, dll
PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007
49
Download