Penerapan Metode Social Impact Assessment dalam Pelaksanaan

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
Penerapan Metode Social Impact Assessment dalam Pelaksanaan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(Studi Kasus Pelaksanaan CSR di Artha Graha Peduli)
TESIS
DYAH ASRI GITA PRATIWI
1006796992
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM PASCASARJANA ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
DEPOK
DESEMBER 2012
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
Penerapan Metode Social Impact Assessment dalam Pelaksanaan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(Studi Kasus Pelaksanaan CSR di Artha Graha Peduli)
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Kesejahteraan Sosial (M.Kesos)
DYAH ASRI GITA PRATIWI
1006796992
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM PASCASARJANA ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
KEKHUSUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT, CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY DAN KEMISKINAN
DEPOK
DESEMBER 2012
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
iii
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
KATA PENGANTAR
Bissmillahirahmanirrahim, dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah
Subhanahuwata’ala, atas berkat, rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Kesejahteraan Sosial
(M.Kesos) Program Peminatan Pengembangan Masyarakat, Kemiskinan dan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia.
Tema yang diangkat pada penulisan tesis ini berkaitan dengan Penerapan
Metode Social Impact Assessment dalam Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan (Studi Kasus Pelaksanaan CSR di Artha Graha Peduli) yang
memfokuskan pada bagaimana menerapkan hasil sebuah kajian yang dilakukan
dengan metode Social Impact Assessment ke dalam program Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan sehingga keberadaan Perusahaan dapat dirasakan manfaatnya
oleh masyarakat sekitar perusahaan beroperasi.
Pada penyusunan tesis ini tidak terlepas oleh bantuan dan kerjasama
berbagai pihak, khususnya dosen pembimbing. Berkaitan dengan hal tersebut,
maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak dan sebesarbesarnya kepada Rissalwan Habdy Lubis, S.Sos, M.Si yang telah banyak
membantu dan meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan kepada penulis
secara intensif dan sabar. Dan tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada :
1.
Kedua orang tuaku yang tercinta Bapak Sukabdi, S.Pd., Ibu Sri Ningsih, S.Pd.
yang telah membantu dan mendukung secara moral dan material sehingga
penulisan tesis ini dapat selesai. Kakakku Absony Rio Furqon, S.Kom beserta
istri, Syaidina dan keponakanku terkasih Davina Charisya yang senantiasa
mendoakan penulis sehingga bisa menggapai cita-cita.
2.
Bapak Bagus Aryo Ph.D dan Arif Wibowo, S.Sos., S.S., M.Hum. sebagai
Ketua dan Sekretaris Program Pascasarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP
Universitas Indonesia yang telah memberikan kesempatan penulis untuk
belajar
dan
mendalami
kajian
bidang
Pengembangan
Kemiskinan dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
iv
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
Masyarakat,
3.
Seluruh staf pengajar program pascasarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial yang
telah memberikan banyak ilmu dan pengetahuan selama diperkuliahan
sehingga penulis dapat mengerti dan memahami kajian bidang kesejahteraan
sosial secara komperhensif. Dan juga staf Kesekretariatan Pascasarjana
Kesejahteraan Sosial yang telah membantu kelancaran administrasi dan
mengingatkan penulis selama menjalani perkuliahan.
4.
Bapak Heru Dharsono, selaku Direktur Eksekutif Artha Graha Peduli, Mba
Enie, Mba Yessica, juga seluruh pihak Artha Graha Network dan Yayasan
Artha Graha Peduli yang telah membantu jalannya proses penelitian tesis ini.
5.
Kepada teman, sahabat, saudara seperjuangan bunda Lenni Nurliana beserta
soulmatenya Panda, Kak M. Christina Nainggolan, kak Taajun Nisail Huluq
dan Shaomi Safitri yang telah memberikan motivasi penulis untuk segera
menyelesaikan tesis ini. Semoga kekompakan dan kebersamaan kita tetap
terjalin baik selamanya.
6.
Teman-teman kuliah angkatan tahun 2010 yang tidak bisa disebutkan satu
persatu, terima kasih banyak telah memberikan dukungan sehingga penulis
tetap bersemangat dalam menyelesaikan studi dan tugas akhir dengan baik;
especially to Didit Susiyanto atas semua bantuan yang selama ini diberikan.
7.
Mas Eko Satriyo Prabowo, terima kasih untuk semangat dan doanya.
8.
Dr. Mohammad Kemal Dermawan M.Si. dan Mohammad Irvan Olii S.Sos.,
M.Si. terimakasih banyak atas pengertian dan keringanan yang diberikan
kepada penulis selama menyusun tesis ini. Ira, Rinta, Mba Bani, Mba Maria,
Mba Yeni, dan Mba Trully terima kasih untuk semangat dan supportnya.
9.
Semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam menyelesaikan
penulisan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dengan banyaknya kekurangan dan keterbatasan pada
diri penulis secara keilmuan dan pengetahuan membuat penelitian ini belum
sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan
penelitian ini sehingga bermanfaat.
Depok, 28 Desember 2012
Penulis
Dyah Asri Gita Pratiwi
v
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
: Dyah Asri Gita Pratiwi
: Program Pascasarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial
: Penerapan Metode Social Impact Assessment
dalam Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan (Studi Kasus Pelaksanaan CSR di
Artha Graha Peduli)
Tesis ini membahas tentang proses kajian dampak sosial yang dilakukan Artha
Graha Network guna untuk mengantisipasi dan mencegah dampak negatif dan
mengoptimalkan dampak positif dari setiap kegiatan bisnis yang dilakukan
perusahaan di lingkungan masyarakat serta latar belakang dari pelaksanaan
tanggung jawab sosial di Artha Graha. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Hasil penelitian ini menujukkan
bahwa pihak Artha Graha menggunakan gambaran yang diperoleh dari kajian
dampak sosial menjadi rekomendasi dan guidance bagi mereka dalam
melaksanakan aktifitas tanggung jawab sosial perusahaannya.
Kata kunci:
Kajian Dampak Sosial, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
ABSTRACT
Name
Study Program
Title
: Dyah Asri Gita Pratiwi
: Social Welfare Postgraduate Program
: Analyzing the Application of Social Impact
Assessment Methods in the Implementation of
Corporate Social Responsibility: A Case Study
of Artha Graha Peduli
This thesis discusses about the social impact assessment process conducted by
Artha Graha Network in order to anticipate and prevent negative impacts and
optimize the positive impacts of any company's business activity in the
community as well as the background of the implementation of social
responsibility in Artha Graha. This research used a qualitative approach with the
type of research is case study. The findings of this research showed that Artha
Graha uses images obtained from the social impact assessment to be the
recommendation and guidance for them to implement corporate social
responsibility activities.
Keywords:
social impact assessment, corporate social responsibility.
vii
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...............................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................
iii
KATA PENGATAR ................................................................................
iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................
vi
ABSTRAK ..............................................................................................
vii
DAFTAR ISI ...........................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
xii
1.
PENDAHULUAN ...........................................................................
1
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
Latar Belakang .........................................................................
Pokok Permasalahan ................................................................
Tujuan Penelitian .....................................................................
Manfaat Penelitian ...................................................................
Metode Penelitian ....................................................................
1.5.1 Pendekatan Penelitian ...................................................
1.5.2 Jenis Penelitian .............................................................
1.5.3 Teknik Pemilihan Informan ..........................................
1.5.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................
1.5.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...........................
1.5.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................
Sistematika Penulisan ..............................................................
1
9
13
13
14
14
15
15
17
18
19
21
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................
22
2.1
22
25
26
28
31
1.6
2.
2.2
2.3
Pembangunan Sosial ................................................................
2.1.1 Tinjauan Pembangunan Berkelanjutan ............................
2.1.2 Dampak Pembangunan ...................................................
Tinjauan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan...........................
2.2.1 Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ..................
2.2.2 Pendekatan dan Motif Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan ......................................................................
2.2.3 Manfaat Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan ......................................................................
2.2.4 Tanggung Jawab Sosial dan Keberlanjutan .....................
Tinjauan Sosial Impact Assessment ..........................................
2.3.1 Pengertian Sosial Impact Assessment ..............................
2.3.2 Kegunaan dan Tujuan Sosial Impact Assessment ............
2.3.3 Langkah-langkah Sosial Impact Assessment ...................
2.3.3.1 Pelingkupan (Scoping) ................................................
2.3.3.2 Prakiraan Dampak .......................................................
2.3.3.3 Mitigasi.......................................................................
2.3.3.4 Evaluasi dan Monitoring .............................................
viii
33
34
37
38
42
43
45
47
48
52
56
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
3.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................
58
3.1
58
59
59
59
60
3.2
3.3
3.4
4.
5.
Artha Graha Peduli ..................................................................
3.1.1 Visi dan Misi ..................................................................
Deskripsi Umum Program CSR Artha Graha ...........................
3.2.1 Artha Graha Peduli Lingkungan Hidup ...........................
3.2.1.1 Tambling Wildlife Nature Conservation ......................
3.2.2 Artha Graha Peduli Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan
Masyarakat .....................................................................
3.2.3 Artha Graha Peduli Sosial, Budaya, dan pendidikan ........
3.2.4 Artha Graha Peduli Kesehatan .........................................
3.2.5 Artha Graha Peduli Penangan Bencana............................
3.2.6 Artha Graha Peduli Bantuan Hukum bagi Masyarkat Kurang
Mampu ........................................................................
Kawasan Niaga Terpadu Sudirman ..........................................
PT Danayasa Arthatama Tbk....................................................
63
64
64
64
65
65
66
TEMUAN LAPANGAN..................................................................
4.1 Pelaksanaan Proyek Pembangunan oleh Artha Graha Network .
4.1.1 Latar Belakang dan Tujuan Proyek SCBD ......................
4.1.2 Keadaan Sebelum dan Sesudah Ada Proyek ...................
4.1.3 Dampak yang Ditimbulkan dari Proyek SCBD ...............
4.1.4 Dasar Pertimbangan Melakukan Kajian Dampak Sosial..
4.2 Pelaksanaan Kajian Dampak Sosial (Social Impact Assessment)
4.2.1 Pelingkupan (Scoping)....................................................
4.2.2 Proses Prakiraan Dampak yang Ditimbulkan ..................
4.2.3 Pelaksanaan Mitiasi ........................................................
4.2.4 Program Monitoring dan Evaluasi ..................................
4.3 Faktor Penghambat dan Pendukung .........................................
4.4 Pandangan Masyarakat Mengenai Aktivitas Artha Graha
Network ...................................................................................
4.4.1 Pandangan Masyarakat Mengenai Kondisi Lingkungan ..
4.4.2 Pandangan Masyarakat Mengenai Kondisi Lingkungan
di Sekitar Daerah Artha Graha Network Beroperasi.........
4.4.3 Pandangan Masyarakat Mengenai Lingkungan Baru dan
Masalah yang Muncul .....................................................
4.5 Pandangan Masyarakat Mengenai Aktivitas Artha Graha Peduli
4.5.1 Pandangan Masyarakat Mengenai Program Artha Graha
Peduli ............................................................................
4.5.2 Pandangan Masyarakat Mengenai Manfaat Program Artha
Graha Peduli ...................................................................
68
68
68
69
70
72
74
74
78
79
82
83
PEMBAHASAN ..............................................................................
95
5.1
5.2
95
96
98
99
101
Pelaksanaan Proyek Pembangunan (SCBD) .............................
Pelaksanaan Kajian Dampak Sosial (Social Impact Assessment)
5.2.1 Pelingkupan (Scoping)....................................................
5.2.2 Proses Prakiraan Dampak ...............................................
5.2.3 Pelaksanaan Mitiasi ........................................................
ix
86
86
87
91
93
93
93
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
5.2.4 Program Monitoring dan Evaluasi ..................................
Faktor Penghambat dan pendukung ..........................................
Implementasi dari Kajian Dampak Sosial (Social Impact
Assessment) dalam Kegiatan CSR ............................................
102
106
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI........................................
6.1 Kesimpulan ..............................................................................
6.2 Rekomendasi ...........................................................................
107
107
110
DAFTAR REFERENSI .........................................................................
LAMPIRAN
111
5.3
5.4
6.
x
106
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Halaman
Laju Pertumbuhan Industri di Indonesia Tahun 2011 ........... 1
Tabel 1.2
Kerangka Sampling ..............................................................
16
Tabel 1.3
Jadwal Penelitian..................................................................
20
Tabel 2.1
Langkah-Langkah Pelaksanaan Social Impact Assessment
Menurut Ahli .......................................................................
56
Tabel 4.1
Dampak Kegiatan dan Tata Cara Mitigasi ............................
81
Tabel 4.2
Faktor Penghambat dan Pendukung Proses Kajian Dampak .
85
Tabel 5.1
Langkah-langkah Pelaksanaan Social Impact Assessment
yang Dilakukan Artha Graha ................................................
xi
104
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1
Hasil dari Pelaksanaan Social Impact Assessment sebagai
Salah Satu Pedoman Kegiatan CSR Perusahaan ................
Gambar 1.2
12
Peta Distribusi Kegiatan Artha Graha Peduli di
Jabodetabek ......................................................................
20
Gambar 2.1
Domain CSR dalam Pembangunan ...................................
29
Gambar 2.2
Tahapan dalam Kajian Dampak Sosial ..............................
46
Gambar 2.3
Langkah-Langkah Social Impact Assessment menurut Wolf 46
Gambar 2.4
Proses Kajian Dampak Sosial menurut Branch et al ..........
47
Gambar 2.5
Kerangka Pemikiran Teori ................................................
57
Gambar 3.1
Forum Diskusi dengan Masyarakat sekitar Tambling Wildlife
Nature Conservation .........................................................
Gambar 3.2
61
Desa Konservasi yang Ada di sekitar Tambling Wildlife
Nature Conservation .........................................................
62
Gambar 3.3
Kegiatan Artha Graha Peduli Kesehatan ...........................
64
Gambar 5.1
Langkah-Langkah Pelaksanaan Social Impact
Assessment dalam Penelitian .............................................
xii
97
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Permasalahan
Sepanjang
sejarah
kemerdekaannya,
Indonesia
telah
mengalami
pertumbuhan dan pembangunan di segala sektor. Bermula hanya dari sebuah
negara yang perekonomiannya berbasis kegiatan pertanian tradisional, saat ini
Indonesia telah menjadi negara dengan proporsi industri manufaktur dan jasa yang
lebih besar. Tantangan bagi negara besar seperti Indonesia adalah penyediaan
infrastruktur untuk mendukung segala aktivitas industri. Infrastruktur itu sendiri
memiliki spektrum yang sangat luas. Satu hal yang harus mendapatkan perhatian
utama adalah infrastruktur yang mendorong konektivitas antar wilayah sehingga
dapat mempercepat dan memperluas pembangunan di Indonesia. Selama tahun
2011, semua sektor industri mengalami pertumbuhan. Mulai dari industri di sektor
pengangkutan dan komunikasi sampai dengan industri di sektor konstruksi. Hal
ini dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Industri di Indonesia Tahun 2011
No
Laju Pertumbuhan
Sektor
2011 (Persen)
1.
Pegangkutan dan Komunikasi
10,7
2.
Perdagangan, Hotel dan Restoran
9,2
3.
Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan
6,8
4.
Konstruksi
6,7
5.
Jasa-jasa
6,7
6.
Industri Pengolahan
6,2
7.
Listrik, Gas, dan Air Bersih
4,8
8
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
3,0
9.
Pertambangan dan Penggalian
1,4
Sumber : Badan Pusat Statistika (2012, hal.2)
Data di atas menunjukkan peningkatan pertumbuhan industri ini
menandakan pertumbuhan ekonomi dan iklim usaha di Indonesia semakin
1
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
2
membaik, hal ini tentu juga meningkatkan keuntungan bisnis bagi para pelaku
bisnis. Dengan demikian korporasi, baik yang bersifat multinasional, nasional,
maupun lokal mulai marak melakukan kegiatan investasi pada berbagai jenis
kegiatan usaha.
Perkembangan industri pada dasarnya ditujukan untuk memberikan
manfaat bagi kesejahteraan masyarakat baik melalui pembukaan lapangan
pekerjaan,
tersedianya
jaringan
berkomunikasi
yang
berkualitas
baik,
mendatangkan devisa negara, pembayaran pajak, maupun peningkatan kualitas
pendidikan. Namun, pada kenyataannya selain dampak positif di atas,
perkembangan industri juga berdampak negatif. Dampak negatif itu antara lain
berupa kerusakan lingkungan hidup serta menimbulkan permasalahan sosial, yaitu
konflik antara perusahaan dengan penduduk setempat akibat adanya kesenjangan
secara sosial maupun ekonomi antara pelaku usaha (korporat) dengan masyarakat
sekitar perusahaan. Beberapa kasus berskala nasional dan internasional, seperti
global warming, pencemaran lingkungan, radiasi serta munculnya berbagai
penyakit mematikan akibat infeksi bahan kimia dari industrialisasi adalah
sederetan excess negative externalities industrialisasi. (Ambadar, 2008, hal. 67).
Korporat sebagai pelaku dalam proses industri harus memperhatikan
dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan industri. Untuk mencegah agar
tidak meluasnya dampak yang ditimbulkan maka perlu pendekatan dalam
menangani masalah tersebut seperti kompromi, adaptasi, dan respon mitigasi.
Pendekatan ini dilakukan agar kegiatan usaha dari korporasi dapat berkelanjutan
(sustainable). Sehingga keberadaan korporasi terlindungi dari aspek hukum, dan
diterima oleh masyarakat sekitarnya. Kompleksitas dampak yang dihasilkan di
dunia industri memunculkan usaha untuk mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkan dari kegiatan perusahaan atau bisa disebut dengan mitigasi respon
korporasi. Secara umum mitigasi adalah segala bentuk upaya yang dilakukan
untuk mencegah dampak negatif yang diperkirakan akan terjadi ataupun kalau
telah terjadi karena adanya rencana kegiatan yaitu dengan cara menanggulangi
dampak negatif yang timbul tersebut sehingga kerugian yang ditimbulkan dapat
diminimalisir.
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
3
Dengan
melakukan
mitigasi
tersebut
diharapkan dapat
menjalin
kesepahaman dengan para stakeholder melalui pembangunan relasi antara
korporasi dengan masyarakat sekitar. Tujuan dari pembangunan relasi
dimaksudkan agar keberdaaan korporasi dapat bermanfaat dan memberikan
kontribusi
bagi
kesejahteraan
masyarakat.
Sehingga
perusahaan
dapat
menjalankan kegiatan dengan aman dan tidak menimbulkan masalahan bagi
masyarakat di sekitar perusahaan. Dengan demikian usaha mitigasi yang
dilakukan untuk mencegah agar kegiatan perusahaan tidak menimbulkan dampak
maka dibutuhkan penanggulangan secara preventif. Arief dan Widjanarko (2012,
par. 3), menjelaskan bahwa usaha mitigasi secara preventif untuk mengatisipasi
dampak yang ditimbulkan dari kegiatan korporasi dilakukan melalui tiga cara
yaitu: Environmental Impact Assessment, Social Impact Assessment, dan Peace
and Conflict Impact Assessment.
Ketiga cara diatas dilakukan sebagai usaha mitigasi terkait dampak yang
ditimbulkan akibat kegiatan oprasional perusahaan di masyarakat. Melalui
kegiatan pengkajian terhadap dampak lingkungan, sosial dan potensi konflik dapat
mendeteksi permasalahan yang akan terjadi jika perusahaan melakukan kegiatan
operasionalnya di sebuah wilayah. Sehingga usaha mitigasi yang dilakukan
dengan ketiga cara di atas harus mulai tahap pra-operasi, eksplorasi, ataupun
pasca eksplorasi untuk mengidentifikasi dan memitigasi dampak yang mungkin
timbul akibat operasi perusahaan, termasuk standar akuntabilitas, respek terhadap
hak asasi manusia dan tanggung jawab terhadap lingkungan. Dengan demikian,
korporasi diharapkan dapat menunjukkan tanggung jawab, kepedulian, dan
menjalin relasi yang baik dengan lingkungan di sekitarnya.
Terkait dengan kegiatan mitigasi di atas, keberadaan korporasi di suatu
wilayah sering menimbulkan permasalahan sosial di masyarakat. Bahkan
permasalahan sosial yang ditimbulkan membuat korporasi mengeluarkan biaya
yang besar sebagai bentuk tanggung jawab terkait kegiatan operasionalnya di
suatu daerah. Melalui pemenuhan tanggung jawab pada masyarakat terkait
kegiatan operasionanya maka kegiatan korporasi dapat berjalan lancar dan dapat
diterima masyarakat sekitar. Untuk mengurangi terjadinya permasalahan tersebut,
maka dibutuhkan pengkajian dampak yang ditimbulkan akibat munculnya
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
4
masalah sosial jika korporasi tersebut akan memulai usahanya di sebuah wilayah.
Salah satu cara untuk mengidentifikasi terkait dampak sosial dari kegiatan
operasional korporasi dilakukan dengan cara Social Impact Assessment.
Melakukan tahapan SIA (Social Impact Assessment) atau kajian dampak
sosial merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian bagi korporat yang
memiliki kepedulian dan visi mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan dan
biasanya dilakukan sebelum menyatakan akan melanjutkan kegiatan usahanya
atau menghentikannya. Hal ini sangat berkaitan ketika korporat sudah memulai
kegiatan operasionalnya, maka di kemudian hari tidak akan menimbulkan konflik
yang berujung korporat harus mengeluarkan biaya sosial lebih tinggi dibanding
dengan keuntungan yang didapatkan.
Menurut International Association for Impact Assessment (IAIA) (2003, p.
1) Social Impact Assessment adalah metodologi atau instrumen yang terdiri dari
proses analisis, pemantauan, dan manajemen konsekuensi sosial yang diinginkan
dan tidak diinginkan yang hasilnya merupakan indikator dan perkiraan-perkiraan
yang akan menggambarkan bagaimana respon lingkungan sekitar terhadap
keberadaan korporat. Menurut Rahmatullah (2012, p. 7) aspek yang dikaji dalam
Social Impact Assessment yaitu, mengenai aspek demografis, morfologis dan
sosiologis, sehingga akan diperoleh gambaran yang utuh mengenai lokasi dimana
korporat akan beroperasi. Dengan demikian gambaran yag diperoleh ini akan
menjadi rekomendasi bagi korporat apakah layak atau tidak untuk melakukan
kegiatan operasional atau investasi di daerah tersebut. Secara jangka panjang, SIA
ini akan menjadi guidance bagi korporat dalam melaksanakan aktifitasnya jangka
panjangnya, termasuk salah satunya menjadi data awal mengenai tanggung jawab
sosial atau CSR apa yang paling tepat dilakukan oleh korporat.
Bila ditelusuri, pada umumnya tujuan dari mendirikan korporasi adalah
mencari laba (profit oriented), tetapi seiring dengan perkembangan zaman tujuan
tersebut mengalami pergeseran. Menurut Maynard Jr dan Mehrtens (1993)
sebagaimana yang dikutip Fajar (2010, hal. 8) bahwa korporasi pada gelombang
ke-empat (fourth wave) harus memiliki agenda yang lebih luas, yaitu bertujuan
untuk melayani urusan dunia (global). Dengan memberikan nilai-nilai untuk
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
5
warisan generasi masa depan ukuran yang digunakan adalah bertanggung jawab
terhadap keseluruhan, termasuk kelestarian alam dan menciptakan keadilan sosial.
Saat ini di Indonesia, semakin banyak korporasi yang sadar bahwa profit
oriented bukan lagi menjadi tujuan satu-satunya tetapi sudah mulai memasukan
tujuan lain yaitu bagaimana membangun kesejahteraan bagi para stakeholdernya
maupun kesehatan lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Public Interest Research and Advocacy Center (PIRAC) mengenai Sumbangan
Sosial Perusahaan terdapat 180 perusahaan di Indonesia dengan jenis sektor usaha
yang berbeda, telah melaksanakan kegiatan CSR dengan alokasi dana minimal
115,3 miliar setiap tahunnya (Abidin, 2003, hal. 53). Hal ini menandai bahwa
sudah banyak korporasi besar yang terlibat dalam kegiatan non-bisnis atau
kegiatan sosial. Kegiatan ini lebih dikenal dengan istilah program tanggung jawab
sosial perusahaan, yang selanjutnya akan disebut sebagai corporate social
responsibility (CSR). Pada era informasi dan teknologi serta desakan globalisasi,
tuntutan menjalankan CSR merupakan bagian dari good corporate governance
(GCG), yakni fairness, transparan, akuntabilitas, dan responsibilitas, termasuk
tanggung jawab terhadap lingkungan fisik dan sosial. Hal ini sejalan dengan
pendapat Wibisono (2007, hal. 12) bahwa penerapan CSR merupakan salah satu
bentuk implementasi dari konsep GCG.
Sektor korporasi merupakan bagian dari masyarakat. Sebagai bagian dari
anggota masyarakat, korporasi mempunyai tanggung jawab memberikan
kontribusi dalam pembangunan yang berkelanjutan serta mengintegrasikan faktor
sosial dan masalah lingkungan hidup dalam mengoperasikan bisnisnya sebagai
bentuk interaksi dengan stakeholdernya. Pembangunan berkelanjutan yang
menjadi perhatian utama dari CSR dapat terhambat apabila terjadi suatu konflik
dengan masyarakat sekitar. Korporasi melihat pembangunan berkelanjutan
tersebut selalu terkait dengan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan.
CSR merupakan suatu konsep yang menjelaskan bahwa organisasi memiliki suatu
tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan
lingkungan dalam segala aspek operasional korporat, dengan demikian CSR dapat
didefinisikan sebagai strategi korporasi untuk meminimumkan dampak negatif
serta memaksimumkan dampak positif bagi para pemangku kepentingannya.
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
6
Peran aktif korporasi yang diimplementasikan dalam program-program CSR dapat
dimanfaatkan sebagai sinergi kekuatan bersama dalam memberikan sumber daya
dalam pengembangan masyarakat.
Salah satu korporasi besar yang ada di Indonesia yang terlibat di dalam
kegiatan pembangunan serta terlibat pula dalam kegiatan sosial adalah Artha
Graha. Pada umumnya Artha Graha dikenal sebagai perusahaan yang hanya
bergerak di bidang perbankan, namun sebenarnya Artha Graha adalah sebuah
himpunan dari beberapa perusahaan, lembaga maupun individu, baik afiliasi
maupun non-afiliasi yang terikat oleh visi bersama dan tergabung dalam sebuah
jaringan yang disebut dengan Artha Graha Network (AG Network). Ruang lingkup
bisnisnya yaitu memperluas jaringan di berbagai industri di seluruh Indonesia.
Keuangan, Properti, Pertanian dan Sektor Sumber Daya merupakan empat pilar
utama bisnis inti dari AG Network. Selain empat bisnis inti tersebut, AG Network
juga diversifikasi ke lini bisnis lainnya termasuk pariwisata, manufaktur,
komunikasi, transportasi, ritel, energi dan lainnya.
Selama bertahun-tahun AG Network telah sukses membangun bisnisnya
dengan mengandalkan teknologi dan pengembangan sumber daya manusia
sebagai dasar utamanya. Kesuksesan ini tidak terlepas dari fungsi pengawasan
yang dilakukan dalam melaksanakan strategi bisnis dan peluang-peluang usaha
yang baru dengan memperhatikan faktor pengelolaan risiko dan berlandaskan
prinsip tata kelola yang baik (annual report SCBD, 2010, hal. 50). Kesuksesan
ditandai dengan berhasilnya beberapa perusahaan yang tergabung di dalam Artha
Graha Network mendapatkan beberapa penghargaan seperti, penghargaan
Walikotamadya Jakarta Selatan atas partisipasi dan bantuan yang diberikan selaku
wajib pajak pembayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terbesar di Wilayah
Kotamadya Jakarta Selatan pada tahun 2000 dan tahun 2008, penghargaan
terhadap kepatuhan dalam tertib kepersertaan program Jamsostek serta normanorma keselamatan dan kesehatan kerja, serta atas dukungan pada acara "Rayakan
Birunya Bumi bersama BIRU Voice" dalam rangka memperingati Hari Bumi di
Auditorium Fakultas Psikologi UI, April 2010. Selain itu kesuksesan lainnya
ditandai dengan tidak adanya pemberitaan mengenai perusahaan berkonflik
dengan masyarakat hingga berdampak pada timbulnya korban jiwa.
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
7
Sebagai bagian dari tanggung jawab sosialnya, selain melaksanakan
program tanggung jawab sosial perusahaan di setiap perusahaan dalam jaringan,
Artha Graha Network mendirikan Artha Graha Peduli Foundation, yaitu sebuah
lengan non-profit dari AG Network yang secara aktif terlibat dalam program
kemanusiaan dan sosial di seluruh Indonesia. Untuk itu, Artha Graha Peduli
memiliki 6 pilar program yang menjadi fondasi utama kepedulian Artha Graha
yaitu Artha Graha Peduli Lingkungan Hidup, Artha Graha Peduli Ketahanan
Pangan dan Pemberdayaan Masyarakat, Artha Graha Peduli Sosial, Budaya dan
Pendidikan, Artha Graha Peduli Kesehatan, Artha Graha Peduli Penanganan
Bencana serta Artha Graha Peduli Bantuan Hukum bagi masyarakat kurang
mampu. Keenam pilar ini dibentuk dari hasil observasi yang dilakukan oleh pihak
Artha Graha Peduli terhadap permasalahan yang dialami oleh masyarakat.
Masyarakat dewasa ini semakin kritis dalam mengamati proses bisnis
suatu perusahaan agar lebih memperhatikan keadaan alam dan lingkungan
sosialnya dan tidak hanya mencari keuntungan ekonomi saja. Sebagaimana yang
dijelaskan
Sitorus
(2012)
pada
penelitiannya
yang
berjudul
“Analisis
Implementasi Corporate Social Responsibility dalam Supply Chain pada PT.
SidoMuncul”, bahwa korporat dapat mengimplementasi CSR yang berkelanjutan
tidak hanya dengan menjaga kelestarian lingkungan dan melakukan kegiatan
sosial saja tetapi dengan mengimplementasikan CSR dalam supply chain
perusahaan. Supply chain yang dilakukan oleh salah satu perusahaan manufaktur
dalam industri jamu dan obat tradisional yaitu PT. SidoMuncul terbagi menjadi
tiga bagian yaitu, aktivitas R&D, aktivitas produksi, dan dalam hubungannya
dengan
konsumen.
Dari
penelitian
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
implementasi CSR dalam supply chain pada PT. SidoMuncul telah dijalankan
dengan baik dan memberikan value added yang salah satunya adalah peningkatan
penjualan.
Realita kontradiktif, dimana di satu pihak ada perusahaan besar yang
aktivitas usahanya banyak diwarnai dengan konflik sosial, tetapi di sisi lain ada
perusahaan besar yang berkinerja baik tanpa harus mengalami konflik sosial
menjadi fakta empiris yang melatarbelakangi penelitian yang dilakukan oleh
Wahjoedi (2004). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan deskripsi tentang
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
8
kasus wujud implementasi tanggung jawab sosial perusahaan pada seting
perusahan Tjiwi Kimia, yang diduga telah berkinerja baik tanpa banyak
mengalami konflik sosial. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Tjiwi Kimia
memberi makna implementasi tanggung jawab sosial perusahaan sebagai suatu
bentuk tanggung jawab perusahaan untuk mempertemukan berbagai kepentingan
yang terkait dengan aktivitas perusahaan. Tidak saja bagi kepentingan internal,
tetapi juga kepentingan eksternal (sesuai dengan pendekatan stakeholders).
Perusahan juga memaknai beberapa aspek penting implementasi tanggung jawab
sosial perusahaan, diantaranya aspek-aspek ekonomi ketenaga-kerjaan, sosialbudaya masyarakat, dan aspek lingkungan. Terbentuknya nilai-nilai tanggung
jawab sosial perusahaan tersebut kemudian diwujud-konkritkan menjadi visi,
misi, dan strategi perusahaan.
Nurrokhim (2005) berusaha mendiskripsikan proses perusahaan dalam
merespon perubahan lingkungan bisnis dan sosialnya dalam perspektif
stakeholder. Upaya perusahaan dalam merespon perubahan dan kepentingan
stakeholder terutama masyarakat sekitar dilihat sebagai proses adaptasi Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan dalam kegiatan bisnisnya. Studi kasus diangkat dari
proses
dan
pengalaman
perusahaan
pengembang
(developer)
dalam
mengembangkan kebijakan kelembagaan dan strategi Community Development
yang dilaksanakannya. Temuan dan analisa hasil studi kasus PT. SA sebagai
perusahaan pengembang dalam mengadaptasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
dalam kegiatan bisnisnya menunjukkan beberapa hal penting, yaitu: a) perusahaan
dalam menjalankan kegiatan bisnisnya di sektor properti nampaknya telah
berusaha untuk melaksanakan tanggung jawab sosialnya terhadap lingkungan
masyarakat
sekitar; b) perusahaan melakukan pengembangan kebijakan
kelembagaan dan melaksanakan sejumlah pendekatan dan strategi untuk turut
serta memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi oleh masyarakat sekitar; c)
PT. SA memiliki pengalaman dan kompetensi yang khas sebagai pengembang
dalam mengelola lingkungan fisik dan sosial,
serta berpotensi untuk
mengembangkan strategi community development yang efektif sebagai bentuk
tanggung jawab sosial perusahaan bagi masyarakat sekitar.
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
9
Penelitian normatif yang dilakukan Midonal (2011), mengutarakan bahwa
kegiatan konservasi lingkungan pada tanggung jawab perusahaan berdasarkan UU
N0.25 tahun 2007 tentang penanaman modal menyarankan agar pemerintah tidak
menambah biaya birokrasi yang rumit agar pelayanan penanaman modal menjadi
lebih baik.
Telah banyak penelitian yang dilakukan sebelumnya atas kajian tentang
Corporate Social Responsibility (CSR). Namun belum ada penelitian sebelumnya
yang mengkaji mengenai hasil dari pelaksanaan Social Impact Assessment (SIA)
menjadi pedoman atau guidance bagi korporat dalam melaksanakan tanggung
jawab sosial. Padahal SIA merupakan salah satu dari prinsip CSR yang harus
diimplementasikan oleh korporat yang mempunyai kesadaran untuk menjaga
kelestarian lingkungan dan memelihara harmonisasi dengan masyarakat setempat.
Maka tesis ini akan meneliti dan mendeskripsikan secara khusus hasil dari Social
Impact Assessment yang diimplementasikan ke dalam kegiatan CSR Artha Graha.
1.2
Pokok Permasalahan
Perhatian terhadap praktik corporate social responsibility sangat penting
karena memiliki koherensi dengan pembangunan berkelanjutan dan mengajarkan
untuk berperilaku seimbang, selaras dan serasi, sehingga eksploitasi yang
mengarah pada ancaman kerusakan lingkungan dapat dihindari. Dalam sejarah
industrialnya, corporate social responsibility merupakan skema ‘jalan tengah’
untuk mencegah gerakan anti bisnis yang muncul karena menguatnya kesadaran
masyarakat atas dampak negatif industri.
Menurut Warhurst (1998) sebagaimana yang dikutip oleh Wibisono (2007,
hal. 39) bahwa CSR harus menganut prinsip-prinsip sebagai berikut :
1.
Prioritas korporat. Mengakui tanggung jawab sosial sebagai prioritas
tertinggi korporat dan penentu utama pembangunan berkelanjutan. Dengan
begitu korporat bisa membuat kebijakan, program, dan praktek dalam
menjalankan operasi bisnisnya dengan cara yang bertanggung jawab
secara sosial.
2.
Manajemen terpadu. Mengintregasikan kebijakan, program dan praktek ke
dalam setiap kegiatan bisnis sebagai satu unsur manajemen dalam semua
fungsi manajemen.
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
10
3.
Proses perbaikan. Secara berkesinambungan memperbaiki kebijakan,
program dan kinerja sosial korporat, berdasarkan temuan riset mutakhir
dan memahami kebutuhan sosial serta menerapkan kriteria sosial tersebut
secara internasional.
4.
Pendidikan karyawan. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta
memotivasi karyawan.
5.
Pengkajian. Melakukan kajian dampak sosial sebelum memulai kegiatan
atau proyek baru dan sebelum menutup satu fasilitas atau meninggalkan
lokasi pabrik.
6.
Produk dan jasa. Mengembangkan produk dan jasa yang tak berdampak
negatif secara sosial.
7.
Informasi publik. Memberikan informasi dan (bila diperlukan) mendidik
pelanggan, distributor dan publik tentang penggunaan yang aman,
transportasi, penyimpanan dan pembuangan produk, dan begitu pula
dengan jasa.
8.
Fasilitas dan operasi. Mengembangkan, merancang dan mengoperasikan
fasilitas serta menjalankan kegiatan yang mempertimbangkan temuan
kajian dampak sosial.
9.
Penelitian. Melakukan atau mendukung penelitian dampak sosial bahan
baku, produk, proses, emisi dan limbah yang terkait dengan kegiatan usaha
dan penelitian yang menjadi sarana untuk mengurangi dampak negatif.
10. Prinsip
pencegahan.
Memodifikasi
manufaktur,
pemasaran
atau
penggunaaan produk dan jasa, sejalan dengan penelitian mutakhir, untuk
mencegah dampak sosial yang bersifat negatif.
11. Kontraktor
dan
pemasok.
Mendorong
penggunaan
prinsip-prinsip
tanggung jawab sosial korporat yang dijalankan kalangan kontraktor dan
pemasok, disamping itu bila diperlukan mensyaratkan perbaikan dalam
praktik bisnis yang dilakukan kontraktor dan pemasok.
12. Siaga
menghadapi darurat.
Menyusun dan
merumuskan rencana
menghadapi keadaan darurat, dan bila terjadi keadaan berbahaya bekerja
sama dengan layanan keadaan darurat, instansi berwenang dan komunitas
lokal. Sekaligus mengenali potensi bahaya yang muncul.
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
11
13. Transfer best practice. Berkontribusi pada pengembangan dan transfer
praktik bisnis yang bertanggung jawab secara sosial pada semua industri
dan sektor publik.
14. Memberi sumbangan. Sumbangan untuk usaha bersama, pengembangan
kebijakan publik dan bisnis, lembaga pemerintah dan lintas departemen
pemerintah serta lembaga pendidikan yang akan meningkatkan kesadaran
tentang tanggung jawab sosial.
15. Keterbukaan. Menumbuhkembangkan ketebukaan dan dialog dengan
pekerja dan publik, mengantisispasi dan memberi respons terhadap
potencial hazard, dan dampak dari operasi, prosuk, limbah atau jasa.
16. Pencapaian dan pelaporan. Mengevalusi kinerja sosial, melaksanakan audit
sosial secara berkala dan mengkaji pencapaian berdasarkan kriteria
korporat dan peraturan perundang-undangan dan menyampaikan informasi
tersebut pada dewan direksi, pemegang saham, pekerja dan publik.
Perusahaan tidak hanya sekedar bertanggung jawab terhadap para pemilik
(shareholders), tetapi bergeser menjadi lebih luas, yaitu sampai pada ranah sosial
kemasyarakatan (stakeholders). Fenomena seperti itu terjadi karena adanya
tuntutan dari masyarakat akibat negative externalities yang timbul serta
ketimpangan
sosial
yang
terjadi.
Perusahaan
hendaknya
memerhatikan
stakeholders karena mereka adalah pihak yang memengaruhi dan dipengaruhi
baik secara langsung maupun tidak langsung atas aktivitas serta kebijakan yang
diambil dan dilakukan oleh perusahaan. Jika perusahaan tidak memerhatikan
stakeholders, bukan tidak mungkin akan menuai protes dan membuat konflik di
masyarakat sekitar.
Untuk
memperjelas
pemahaman
terhadap
landasan
teoritis
dan
pembahasan masalah, maka kerangka pemikiran peneliti rumuskan dalam bagan
berikut ini :
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
12
Kegiatan Operasional
Perusahaan
Dampak
Social Impact Assessment
Identifikasi
data dasar
dari proyek
Inventarisasi
Kondisi
Sosial Awal
Prakiraan
dan Evaluasi
Mitigasi
Desain
Mitigasi dan
Program
Monitoring
Kegiatan CSR
Perusahaan
Gambar 1.1 Hasil dari Pelaksanaan Social Impact Assessment sebagai Salah Satu
Pedoman Kegiatan CSR Perusahaan
Sumber : diolah kembali
Dengan memperhatikan latar belakang diatas, bahwa segala dampak, baik
yang bersifat positif ataupun negatif yang ditimbulkan dari kegiatan operasional
atau kegiatan usaha yang dilakukan oleh perusahaan/korporat dapat diidentifikasi
dengan melakukan proses Social Impact Assessment. Suksesnya kegiatan usaha
yang dilakukan Artha Graha Network dengan mengandalkan teknologi dan
pengembangan sumber daya manusia serta dapat berkinerja dengan baik tanpa
harus mengalami konflik sosial yang berujung pada timbulnya korban jiwa
merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Hal ini juga tidak terlepas dari
keputusan yang diambil oleh Artha Graha Network untuk mendirikan Yayasan
Artha Graha Peduli dalam menjalankan kegiatan tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR). Penelitian ini menyederhanakan latar belakang di atas kedalam
rumusan permasalahan sebagai berikut:
1) Bagaimanakah proses kajian dampak sosial (Social Impact Assessment)
yang dilakukan Artha Graha Network guna untuk mengantisipasi dan
mencegah dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positif dari setiap
kegiatan bisnis yang dilakukan perusahaan di lingkungan masyarakat?
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
13
2) Apakah faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan
proses kajian dampak sosial (Social Impact Assessment) yang dilakukan
Artha Graha Network?
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Mendeskripsikan proses kajian dampak sosial (Social Impact
Assessment) yang dilakukan Artha Graha Network guna untuk
mengantisipasi dan mencegah dampak negatif dan mengoptimalkan
dampak positif dari setiap kegiatan bisnis yang dilakukan perusahaan
di lingkungan masyarakat.
2) Mendeskripsikan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
pelaksanaan proses kajian dampak sosial (Social Impact Assessment)
yang dilakukan Artha Graha Network.
1.4
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Akademik

Memperluas wawasan dan menjadikan bahan informasi,
referensi dan kajian bagi para pemerhati, akademisi dan pihakpihak yang berkepentingan untuk memahami dan mempelajari
korporat dalam melaksanakan tanggung jawab sosial.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
bagi penelitian lebih lanjut pada berbagai disiplin ilmu lain yang
berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan.
2. Manfaat Praktis

Menjadi bahan masukan dan informasi bagi korporat yang
akan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.

Memberikan masukan bagi praktisi yang menjadi pelaksana
dari kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan.
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
14
1.5
Metodologi Penelitian
Menurut Koentjaraningrat (1991, hal. 122), metode penelitian merupakan
cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu pengetahuan.
Metode penelitian menunjukkan prosedur dan proses suatu penelitian dikerjakan
untuk dapat memperoleh suatu hasil yang objektif. Dengan adanya metode
penelitian maka suatu penelitian dapat dilakukan secara sistematis dan teratur.
1.5.1 Pendekatan Penelitian
Pada ilmu-ilmu sosial, pendekatan penelitian dibagi menjadi dua
pendekatan yaitu kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan latar belakang dan tujuan
penelitian maka pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif. Tujuan digunakan pendekatan kualitatif untuk memahami situasi,
peristiwa, atau interaksi sosial tertentu khususnya pengembangan terhadap
pemahaman yang mendalam terhadap kegiatan yang dilakukan Artha Graha
Network terhadap pelaksanaan mitigasi dalam kerangka Social Impact Assessment
sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sosial perusahaannya. Hal ini seperti
yang dijelaskan Creswell (2002, hal. 1) terkait penelitian kualitatif yang
penyelidikannya bertujuan untuk memahami masalah sosial atau masalah
manusia, berdasarkan pada penciptaan gambaran holistik lengkap yang dibentuk
dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun
dalam sebuah latar alamiah . Pada penelitian kualitatif, pengetahuan dibangun
melalui interprestasi terhadap multi perspektif yang berbagai dari masukan
segenap partisipan yang terlibat di dalam penelitian, tidak hanya dari penelitinya
semata.
Lebih lanjut Creswell (2002, hal. 95) menjelaskan bahwa dalam penelitian
kualitatif peneliti tidak memposisikan teori dalam posisi sentral ketika merancang
penelitian dan melakukan penafsiran data. Penempatan teori dalam penelitian
kualitatif tidak hanya digunakan untuk verifikasi, tetapi digunakan untuk
menganalisis ketika turun lapangan. Selain itu pendekatan kualitatif bersifat
idiografik, yang tidak hanya memperhatikan aspek krusial saja tetapi seluruh
aspek yang berkaitan dengan objek penelitian. Oleh karena itu dengan
menggunakan
pendekatan
kualitatif,
peneliti
dapat
menganalisis
permasalahan secara lebih luas dan mendalam.
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
pokok
15
1.5.2 Jenis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan sebelumnya, jenis
penelitian
yang
digunakan
adalah
deskriptif
yang
bertujuan
untuk
menggambarkan secara sistematis, faktual, akurat mengenai proses mitigasi dalam
social impact assessment dan juga pola dari mitigasi dalam social impact
assessment. Penelitian ini akan menghasilkan data deskriftif yang berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan para pelaku yang diamati. Menurut
Babbie (1995, hal. 85-86) bahwa jenis penelitian deskriptif bertujuan untuk
“to describe situations and events. The researcher observes andthen
describes what was observed. Because scientific observation is careful and
deliberate, however, scientific descriptions are tipically more accurate and
precise than casual descriptions”. (menggambarkan keadaan-keadaan dan
peristiwa-peristiwa. Peneliti mengamati dan kemudian menggambarkan
apa yang telah diamati tersebut. Oleh karena pengamatan ilmiah dilakukan
secara cermat dan hati-hati, maka bagaimanapun, penjelasan secara ilmiah
biasanya lebih tepat dan sesuai daripada penjelasan secara sederhana)
Sedangkan teknik penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
studi kasus. Menurut Stake (2005, hal 443), studi kasus bertujuan untuk
menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau
sekelompok individu. Sehingga kasus yang terjadi pada penelitian ini lebih
berfokus pada pengamatan secara cermat terhadap pelaksanaan program CSR di
Artha Graha Peduli sebagai bentuk implementasi dari hasil kajian dampak sosial
(social impact assessment). Sedangkan Creswell (2002, hal. 20) menerangkan
bahwa kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan
informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan
data berdasarkan waktu yang telah ditentukan.
1.5.3 Teknik Pemilihan Informan
Untuk memperoleh informasi dan data yang diperlukan, maka dalam
penelitian ini diperlukan orang-orang yang dapat memberikan informasi terkait
permasalahan penelitian (informan). Pemilihan informan ditentukan secara
purposive sampling, dipilih oleh peneliti dengan maksud atau tujuan tertentu serta
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
16
berdasarkan pemikiran yang logis dan sesuai dengan informasi yang akan dicari
dan memiliki relevansi dengan topik penelitian. Menurut Sugiyono (2010, hal.
218-219) teknik pemilihan informan secara purposive sampling berupa
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan
tertentu, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita
harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan
peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti.
Mengenai informasi yang ingin diperoleh dapat terpenuhi, maka informan
yang dipilih adalah orang-orang yang benar-benar mengetahui serta memahami
situasi dan kondisi masalah penelitian, baik yang terlibat langsung atau tidak
langsung dalam proses dan pelaksanaan Social Impact Assessment. Agar sesuai
dengan tujuan penelitian maka informasi yang ingin diketahui dibagi menjadi tiga.
(1) informan yang terlibat dalam pembuatan kebijakan terkait implementasi SIA
pada kegiatan CSR Artha Graha Peduli yang antara lain Direktur Ekskutif,
Pimpinan Perusahaan dan Koordinator Kegiatan; (2) informan yang
terlibat
langsung pelaksanaan social impact assessment yang dijalankan oleh Artha Graha
antara lain Direktur Ekskutif dan relawan; (3) Informan yang mendapatkan
manfaat dari program Artha Graha Peduli dan tinggal di sekitar SCBD yaitu
Masyarakat. Untuk memperjelas pemilihan informan dan informasi yang
dibutuhkan pada penelitian ini dapat dilihat dalam kerangka sampling di tabel 1.2
Tabel 1.2 Kerangka Sampling
No.
1
2
Informasi yang Ingin Diperoleh
Gambaran tentang implementasi
hasil kajian dampak sosial Social
Impact Assessment (SIA) didalam
kegiatan CSR Artha Graha.
Latar Belakang Pendirian Yayasan
Artha Graha Peduli.
Informan
Pelaksana Program di
Artha Graha :

Direktur
eksekutif Artha
Graha Peduli

Pimpinan
Perusahaan

Penanggung
jawab (koordinator
lapangan) kegiatan
Artha Graha Peduli

Relawan aktif
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
Jumlah
1
1
1
2
1
17

3
Gambaran tentang pandangan
masyarakat terhadap pelaksanaan
kegiatan CSR Artha Graha.
Gambaran tentang pandangan
masyarakat sekitar perusahaan
tentang adanya kegiatan bisnis AG
Network.
4
Relawan tidak
aktif
Unsur Masyarakat:

Masyarakat
yang menerima
manfaat program
CSR Artha Graha

Masyarakat di
sekitar perusahaan
beroperasi
Jumlah
1
2
9
1.5.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.
Studi kepustakaan, adalah suatu teknik dengan cara memperoleh data
termasuk data sekunder, dengan mempelajari literatur-literatur sebagai
sumber rujukan yang dapat menunjang penelitian dan membantu dalam
penulisan dan analisis. Data sekunder ini diperoleh antara lain dari
penelusuran pustaka seperti buku, artikel, laporan penelitian, dan dokumen
yang relevan dengan kajian penelitian serta berasal dari dokumendokumen yang terkait dengan Artha Graha dalam melakukan tanggung
jawab sosial perusahaan, seperti data profil perusahaan, arsip kegiatan
tanggung jawab sosial perusahaan, serta dokumen kebijakan perusahaan.
2.
Wawancara mendalam (indepth interview), tujuannya yaitu mendapat
informasi maupun pengumpulan data yang berkaitan dengan permasalah
penelitian. Teknik wawancara ini dimaksudkan untuk menggali informasi
secara langsung yang tepat dan akurat mengenai data yang dibutuhkan.
Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara. Wawancara
mendalam melalui guide interview, bersifat menggali (probing) dan
berdiskusi secara mendalam. Kesemuanya didasarkan atas masalah dalam
desain
penelitian.
Wawancara
mendalam
dilakukan
untuk
memperkenalkan peneliti, mengenal subjek peneliti, mendapatkan data
tentang program tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan.
Wawancara mendalam juga dilakukan untuk mengetahui strategi yang
digunakan perusahaan dalam mewujudkan tanggung jawab sosial
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
18
perusahaan. Wawancara mendalam dilakukan dengan berkunjung secara
resmi ke perusahaan yang ditujukan kepada pihak manajemen perusahaan.
3.
Observasi non partisipasi, suatu prosedur yang dengannya peneliti
mengamati tingkah laku orang lain dalam keadaan alamiah, tetapi peneliti
tidak melakukan partisipasi terhadap kegiatan di lingkungan yang diamati.
Kegiatan observasi yang dilakukan pada penelitian ini berupa observasi
kegiatan CSR berbentuk penjualan sembako murah di masyarakat.
1.5.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Proses pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengumpulkan data di lapangan, yaitu data yang berasal dari catatan
lapangan dan alat pengumpulan data lainnya di lapangan. Menelaah hasil
data yang terkumpul.
2.
Kategorisasi, yaitu memilah-milah, mengklasifikasikan data yang telah
dikumpulkan.
3.
Penafsiran data, yaitu membuat kategorisasi data tersebut mempunyai
makna, mencari pola hubungan.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif, yaitu
menganalisis data dengan cara menjelaskan dalam bentuk kata-kata atau kalimat
yang terstruktur dan logis yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk
memperoleh kesimpulan. Analisis data menurut Patton (1990, hal. 268) adalah
proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,
kategori, dan satuan uraian dasar. Untuk data kualitatif, teknik dan analisis data
dilakukan melalui tiga jalur analisis data kualitatif yaitu:
1.
Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan dan berlangsung selama
penelitian berlangsung. Reduksi data dilakukan dengan menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu serta
mengorganisasikan data sedemikian rupa hingga dapat ditarik kesimpulankesimpulan akhir. Peneliti melakukan reduksi data dengan cara membuat
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
19
catatan lapangan berdasarkan hasil wawancara dengan informan maupun
responden.
Pemusatan
perhatian
dilakukan
dengan
memfokuskan
pertanyaan pada pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian.
2.
Penyajian data
Penyajian data dalam hal ini digambarkan dengan sekumpulan informasi
tersusun yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penyajian data dalam penelitian ini disajikan dalam
bentuk teks naratif berupa catatan lapangan yang kemudian diperkuat dan
atau dilengkapi dengan bentuk lainnya yaitu matriks dan bagan. Bentuk
matriks dan bagan merupakan hasil dari gabungan informasi yang tersusun
dalam suatu bentuk yang terpadu, sehingga memudahkan untuk melihat
kejadian yang terjadi.
3.
Penarikan kesimpulan.
Penarikan kesimpulan yang mencakup verifikasi atas kesimpulan terhadap
data yang dianalisis agar menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh.
Kesimpulan-kesimpulan yang didapatkan selama penelitian dihasilkan
dengan cara memikirkan ulang selama penulisan, meninjau kembali dan
bertukar dengan teman dan pembimbing tesis.
1.5.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SCBD dan Artha Graha Peduli Foundation,
yaitu sebuah lembaga non-profit dari Artha Graha Network yang dibentuk guna
menjalankan kewajiban tanggung jawab sosial perusahaan. Besarnya ruang
lingkup bisnis dari jaringan Artha Graha yang tersebar hampir di seluruh
Indonesia maka membuat ruang lingkup kegiatan tanggung jawab sosialnya pun
sangat luas dan hampir tersebar pula di seluruh Indonesia. Dari beberapa wilayah
di Indonesia yang memiliki cakupan program CSR Artha Graha dengan
cakupannya yang luas dan menuai keberhasilan pada pelaksanaan programnya
berada di wilayah JABODETABEK, sehingga penelitian ini lebih difokuskan
pada kegiatan CSR Artha Graha yang dilakukan di sekitar Jabodetabek.
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
20
Gambar 1.2. Peta Distribusi Kegiatan Artha Graha Peduli di Jabodetabek
Sumber: Artha Graha Peduli
Penelitian ini dimulai pada akhir bulan April 2012, yang diawali dengan
proses pengumpulan data sekunder yaitu melakukan studi literatur dan
dokumentasi yang kemudian dilanjut dengan penyusunan atau penulisan proposal
penelitian. Untuk lebih jelasnya rencana kegiatan penelitian dapat dilihat pada
tabel 1.3.
Tabel 1.3. Jadwal Penelitian
Uraian
Bulan Tahun 2012
Apr
Mei
Juni
Juli
Agustus
Sept
Penyusunan
Proposal
Seminar
Proposal
Perbaikan
Proposal
Pengumpulan
Data
Pengolahan
Data
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
Okt
Nov
Des
Jan
21
Bimbingan
Tesis
Penulisan
Laporan
Ujian Tesis
Revisi Tesis
1.6
Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, pokok
permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan laporan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini memuat secara relatif komprehensif tinjauan tentang
mitigasi, tinjauan tentang Social Impact Assessment (SIA), dan tinjauan tentang
Corporate Social Responsibility.
BAB III GAMBARAN UMUM LAPANGAN
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum yang ada di
lapangan, antara lain meliputi gambaran tempat penelitian dan program-program
Corporate Social Responsibility yang dilakukan.
BAB IV TEMUAN LAPANGAN
Dalam bab ini akan dijelaskan hasil temuan di lapangan, mendeskripsikan
hasil-hasil wawancara dengan para informan dan hasil observasi, sesuai dengan
tujuan penelitian.
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini akan dijelaskan analisis dari hasil temuan lapangan dengan
menggunakan metode kualitatif dan berupaya mengeloborasi hasil temuan
tersebut dengan teori yang telah dibahas pada tinjauan pustaka.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini akan dijelaskan substansi tentang kesimpulan dari hasil
kajian ini dan beberapa rekomendasi penting yang sebaiknya dilaksanakan.
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pembangunan Sosial
Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan
derajat kesejahteraan. Pembangunan memiliki dimensi yang beragam dalam
pendekatnya guna menyelesaikan permasalahan yang terjadi di masyarakat.
Sehingga dalam pelaksanaanya harus dapat menggabungkan dimensi ekonomi
sebagai upaya pendistribusian dan pemerataan dari hasil-hasil pembangunan.
Namun kenyataanya pembangunan selalu dipahami sebagai pembangunan fisik
dan ekonomi semata. Dalam banyak kasus yang terjadi di negara-negara
berkembang khususnya Indonesia, pembangunan ekonomi dan fisik menjadi
prioritas utama kebijakan pemerintah hingga saat ini. Dibukanya investasi di
bidang
ekonomi
dan
pembangunan
infrastruktur
penunjang
kegiatan
perekonomian membuat perusahaan-perusahaan yang telah menanamkan investasi
semakin gencar untuk mengeksplorasi sumber daya alam dan manusia. Sehingga
kegiatan ekplorasi tersebut tidak seimbang dengan kegiatan recovery sumber daya
alam yang telah digunakan dan upaya pengembangan kapasitas manusia untuk
meningkatakan derajat hidupnya.
Benturan pembangunan tersebut perlu penyelesaian masalahan agar dalam
pelaksanaanya dapat bersinergi dengan dimensi pembangunan lain yang
menunjang
kegiatan
dari
pembangunan
ekonomi.
Dengan
demikian,
pembangunan harus dapat memusatkan pada peran serta manusia sebagai pelaku
pembangunan dan upaya konservasi sumber daya akibat aktivitas dari kegiatan
pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh perusahaan. Melalui kesinergian
pembangunan yang berpusat pada manusia sebagai dari sistem sosial, maka
pembangunan pada dimensi sosial menjadi pendekatan baru untuk menyelasaikan
permasalahan akibat distorsi pembangunan ekonomi yang telah dilakukan.
Menurut Midgley (2005, hal. 37) bahwa pembangunan sosial adalah suatu proses
perubahan sosial yang terencana yang didesain untuk mengangkat kesejahteraan
penduduk secara menyeluruh, dengan menggabungkannya dengan proses
pembangunan ekonomi yang dinamis. Penjelasan lebih lanjut diberikan oleh
22
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
23
Midgley (2005, hal. 38-41) bahwa ada delapan aspek yang perlu diperhatikan
dalam pembangunan sosial, antara lain:
1. Proses pembangunan sosial sangat terkait dengan pembangunan
ekonomi. Aspek ini yang membuat pembangunan sosial berbeda ketika
dibandingkan dengan pendekatan lain dalam mengangkat kesejahteraan
orang banyak. Pembangunan sosial mencoba untuk mengaplikasikan
kebijakan-kebijakan dan program-program sosial untuk mengangkat
kesejahteraan sosial, pembangunan sosial melakukannya dengan konteks
proses pembangunan.
2. Pembangunan sosial mempunyai fokus berbagai macam disiplin ilmu
(interdisciplinary) berdasarkan berbagai ilmu sosial yang berbeda.
Pembangunan sosial secara khusus terinspirasi dari politik dan ekonomi.
Pembangunan sosial juga menyentuh nilai, kepercayaan dan ideologi
secara
eksplisit.
Dengan
isu-isu
ideologis,
pembagunan
sosial
diharapkan dapat lebih baik menciptakan intervensi dalam menganalisa
dan mengahadapi masalah sosial dalam mengangkat kesejahteraan
masyarakat.
3. Konsep
pembangunan
sosial
lebih
menekankan
pada
proses.
Pembangunan sosial sebagai konsep dinamis memiliki ide-ide tentang
pertumbuhan dan perubahan yang bersifat eksplisit dimana istilah
pembangunan itu sendiri lebih berkonotasi pada semangat akan
perubahan yang positif. Secara literal, pembangunan adalah satu proses
pertumbuhan, perubahan, evolusi dan pergerakan. Pembangunan sosial
memiliki tiga aspek, pertama, kondisi sosial awal yang akan diubah
dengan pembangunan sosial; kedua, proses perubahan itu sendiri; dan
yang ketiga, keadaan akhir ketika tujuan-tujuan pembangunan sosial
telah tercapai.
4. Proses perubahan yang progresif. Perubahan yang dilakukan berusaha
untuk perbaikan bagi seluruh manusia. Ide-ide akan perbaikan dan
peningkatan sosial sangat dibutuhkan dalam pembangunan sosial.
5. Proses pembangunan sosial bersifat intervensi. Peningkatan perubahan
dalam kesejahteraan sosial terjadi karena adanya usaha-usaha yang
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
24
terencana yang dilakukan oleh para pelaku perubahan, bukan terjadi
secara natural karena bekerjanya sistem ekonomi pasar atau dengan
dorongan historis. Proses pembangunan sosial lebih tertuju pada manusia
yang dapat mengimplementasikan rencana dan strategi yang spesifik
untuk mencapai tujuan pembangunan sosial.
6. Tujuan pembangunan sosial didukung dengan beberapa macam strategi,
baik secara langsung maupun tidak langsung, akan menghubungkan
intervensi sosial dengan usaha pembangunan ekonomi. Keduanya
didasari oleh keyakinan dan ideologi yang berbeda tetapi hal ini dapat
diharmonisasikan meskipun masih ditemui kesulitan untuk merangkum
semuanya dalam sebuah sintesa.
7. Pembangunan sosial lebih terkait dengan rakyat secara menyeluruh serta
ruang lingkupnya lebih bersifat inklusif atau universal. Pembangunan
sosial fokus makronya menargetkan perhatian pada komunitas, daerah
dan masyarakat. Pembangunan sosial lebih tertuju pada mereka yang
terlantar karena pertumbuhan ekonomi atau tidak diikutsertakan dalam
pembangunan (orang miskin dalam kota, penduduk desa yang miskin,
etnis minoritas dan wanita). Pembangunan sosial fokusnya bersifat
pembagian daerah (spasial) seperti dalam kota, masyarakat pedesaan,
perkotaan, daerah-daerah atau negara.
8. Tujuan pembangunan sosial adalah mengangkat kesejahteraan sosial.
Kesejahteraan sosial menurut Midgley disini berkonotasi pada suatu
kondisi sosial di mana masalah-masalah sosial diatur, kebutuhan sosial
dipenuhi dan terciptanya kesempatan sosial. Bukan sekedar kegiatan
amal ataupun bantuan publik yang diberikan oleh pemerintah.
Berbeda dengan pendapat Midgley, menurut Cox (2001) seperti yang
dikutip oleh Adi (2002, hal. 122-123) ada enam domain di dalam masyarakat yang
saling berinteraksi dan mempengaruhi pembangunan sosial. Keenam domain
tersebut adalah (1) faktor sosial; (2) faktor ekonomi; (3) faktor politik; (4) faktor
hukum; (5) faktor budaya; dan (6) faktor ekologi. Lebih lanjut Cox (2001)
menjelaskan bahwa salah satu faktor, yaitu faktor ekologi yang terkait dengan
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
25
pembangunan bidang lingkungan atau ekologi juga dikenal dengan pembangunan
berkelanjutan (sustainable development).
2.1.1 Tinjauan Pembangunan Berkelanjutan
Sebagai mana yang telah dijelaskan Cox diatas terkait faktor ekologi yang
terkait dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Paradigma
pembangunan berkelanjutan adalah upaya untuk dapat memenuhi kebutuhan pada
saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi
kebutuhannya. Salah satu yang menjadi sasaran utama dari pembangunan
berkelanjutan adalah upaya dalam meningkatkan taraf hidup manusia. Kemudian
hasil ini dimatangkan dalam pertemuan yang dilakukan di Johannesburg pada
tahun 2002 dengan mengacu pada keberlanjutan di sektor manusia, sosial,
lingkungan, dan ekonomi.
Rudito, et al (2004, hal. 7-8) berpendapat bahwa dimensi dari
keberlanjutan adalah bagian dari keberlanjutan itu sendiri, yaitu manusia (human),
sosial, lingkungan, dan ekonomi. Keberlanjutan manusia diartikan adanya
pemeliharaan terhadap modal manusia (human capital) secara individual yang
terdiri dari kesehatan, pendidikan, keterampilan, pengetahuan, kepemimpinan, dan
akses terhadap jasa modal manusia. Keberlanjutan sosial diartikan sebagai adanya
modal sosial, biaya untuk kebersamaan dan fasilitas kerjasama. Hal ini dapat
dicapai melalui partisipasi secara sistematis dan kekuatan masyarakat sipil
termasuk didalamnya pemerintah, kerjasama antar komuniti, hubungan antar
kelompok dalam masyarakat, pertukaran, toleransi, etika, pertemanan, kejujuran.
Yang tercermin pada aturan-aturan, hukum dan disiplin menuju kearah
kebersamaan. Keberlajutan di bidang lingkungan hidup diartikan dengan sesuatu
yang dibutuhkan oleh umat manusia dan kepedulian sosial. Manusia harus belajar
untuk tinggal dan hidup dalam keterbatasan sehingga modal alam harus dipelihara
agar menjamin kebutuhan yang dapat dipenuhi bagi genersi masa depan.
Keberlanjutan ekonomi diartikan sebagai pengguna modal secara efisien dan
menjamin produktivitas investasi dan pertumbuhan yang wajar dari seluruh
sektor.
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
26
Dalam perspektif korporat, keberlanjutan merupakan suatu program
sebagai dampak dari usaha-usaha yang telah dirintis, berdasarkan konsep
kemitraan dan rekanan dari masing-masing stakeholder. Menurut Collins dan
Poras (1994) sebagaimana yang uraikan oleh Daniri (2008, hal. 2) bahwa terdapat
lima elemen sehingga konsep keberlanjutan menjadi penting bagi perusahaan.
Kelima elemen tersebut adalah (1) ketersediaan dana; (2) misi lingkungan; (3)
tanggung jawab sosial; (4) terimplementasi dalam kebijakan (masyarakat,
korporat, dan pemerintah); (5) mempunyai nilai keuntungan atau manfaat.
2.1.2 Dampak Pembangunan
Adanya kegiatan pembangunan di suatu lingkungan tertentu, dipastikan
akan mendapat reaksi atau dampak positif (manfaat) maupun negatif (kerugian).
Dampak positif yang ditimbulkan tentunya perlu ditingkatkan sedangkan untuk
dampak negatifnya harus dikurangi atau bahkan dihilangkan sehingga manfaat
kegiatan manjadi lebih optimal.
Dampak adalah besar perubahan yang terjadi antara dua keadaan yaitu
kondisi sebelum ada kegiatan dengan sesudah ada kegiatan. Secara etimologis,
dampak berarti pelanggaran, tubrukan atau benturan. Menurut Suratmo (2004, hal.
2) bahwa dampak dapat diartikan sebagai adanya suatu benturan antara dua
kepentingan yaitu, kepentingan membangun proyek dan kepentingan usaha
melestarikan kualitas lingkungan yang baik.
Dari kedua benturan tersebut belum tepat karena dampak hanya dipahami
dari sisi negatif (merugikan). Dalam perkembangan kemudian yang dianalisis
bukan hanya dampak negatif saja, melainkan juga dampak positif. Dengan
demikian maka dapat disimpulkan bahwa dampak adalah setiap perubahan yang
terjadi dalam lingkungan akibat adanya aktivitas manusia, yang dalam hal ini
berupa pembangunan proyek dan beroperasinya unit hasil proyek. Menurut
Afrizal (2010, hal. 1-2) dampak terdiri dari:
a. Dampak positif, yaitu dampak yang dianggap baik oleh penyelenggara
pembangunan maupun oleh orang lain.
b. Dampak negatif, yaitu dampak yang dianggap tidak baik oleh
penyelenggara pembangunan maupun oleh orang lain.
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
27
c. Dampak yang disadari (intended consequences), yaitu dampak yang
direncanakan oleh penyelenggara pembangunan. Dampak ini adalah
dampak yang diketahui dan disadari akan terjadi. Dampak yang disadari
pada dasarnya tergolong dampak positif paling kurang menurut
pandangan penyelenggara pembangunan. Dampak seperti ini biasanya
mudah diketahui karena disadari keberadaanya atau sering telah ditulis
oleh penyelanggara pembangunan dalam proposal pembangunannya.
d. Dampak yang tidak disadari (unintended consequences), yaitu dampak
yang tidak direncanakan oleh penyelenggara pembangunan. Oleh sebab
itu, dampak ini adalah dampak yang tidak diketahui dan tidak disadari.
Dampak seperti ini biasanya sulit diketahui karena tidak disadari atau
tidak pernah dapat ditemukan dalam proposal pembangunan oleh
penyelanggara pembangunan. Dampak yang tidak disadari sering
tergolong dampak negaif.
Sebuah
perencanaan
pembangunan
yang
seimbang
akan
mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan pada pembangunan ekonomi,
lingkungan,
sosial dan keanekaragaman
hayati. Untuk
mencegah atau
mengendalikan dampak negatif terhadap lingkungan dari suatu rencana kegiatan
dapat yang dilakukan melalui proses analisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan/atau Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL).
Apabila ditinjau dari berbagai peraturan dan keputusan administratif
mengenai Amdal, menurut Siahaan (2004, hal. 252) sistem Amdal dapat
digolongkan ke dalam beberapa jenis antara lain:
1. Amdal secara tunggal;
2. Amdal sektor atau sektoral;
3. Amdal terpadu atau multisektor;
4. Amdal regional atau disebut juga Amdal kegiatan kawasan;
5. Amdal yang beraspek kajian sosial.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis mengenai
dampak lingkungan (AMDAL) dapat dilihat dari kajian bidang sosial yang lebih
memfokuskan pada dinamikan sosial yang terdapat dimasyarakat antara lain
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
28
melihat potensi konflik di masyarakat, kontribusi perusahaan bagi masyarakat dan
adanya partisipasi perempuan pada kegiatan di perusahaan. Sehingga dari kajian
tersebut dapat dijelaskan melalui pendekatan Social Impact Assessment (SIA).
2.2
Tinjauan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Dalam berbagai kegiatan usahanya pihak korporat hendaknya tidak hanya
berorientasi memaksimalkan keuntungan sesuai dengan tujuan didirikannya
korporat namun juga memperhatikan tanggung jawab sosial kepada masyarakat
sekitarnya agar kegiatan usahanya bisa memenuhi kebutuhan dasar (basic needs)
dan kebutuhan sosial (social needs). Dengan diperhatikannya kedua aspek
tersebut, maka masyarakat bisa merasakan manfaat baik secara ekonomi maupun
sosial dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh korporat. Sehingga kemungkinan
timbulnya konflik antara pihak korporat dengan masyarakat dapat dihindarkan.
Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang sering disebut dengan
Corporate Sosial Responsibility, CSR, sering dipahami sebagai tanggung jawab
korporat dalam menjalankan usaha ekonomi yang menguntungkan tetapi masih
dan tetap pula melakukan usaha menegakkan kelestarian sosial dan lingkungan.
Karena berhubungan dengan masalah lingkungan dan sosial, maka kualitas
hubungan lingkungan alam (planet), manusia (people), dan usaha untuk mencari
keuntungan (profit) menjadi pusat atau fokus perhatian dari setiap kegiatan
corporate social responsibility. Dengan berpijak pada 3P (planet, people, profit)
atau yang lebih dikenal dengan istilah triple bottom line maka perusahaan tidak
hanya dihadapkan pada tanggung jawab yang hanya berpijak pada single bottom
line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi
keuangannya saja. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan
tumbuh secara berkelanjutan (sustainable), tetapi juga harus memperhatikan
dimensi sosial dan lingkungan hidup. Penjelasan tersebut juga menjadi pijakan
bagi Elkington (1997) untuk mengembangkan konsep triple bottom line dalam
istilah economic prosperity, environmental quality, dan social justice (Untung,
2008, hal. 32).
Sedangkan Lubis (n.d) melihat CSR dalam ranah pembangunan yang
terbagi menjadi 3 domain antara lain ekonomi, lingkungan dan sosial. Lebih lanjut
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
29
Lubis menjelaskan bahwa sebuah pembangunan ekonomi tidak hanya
menfokuskan pada keuntungan semata tetapi perusahaan harus bekerjasama
dengan masyarakat dalam memberikan kontribusi pada pengelolaan lingkungan
alam (environment) akibat aktivitas dan keberadaan perusahaan. Selain itu,
perusahaan harus memberikan kontribusi dalam upaya pemberdayaan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar perusahaan. Dengan demikian
koflik antara perusahaan dan masyarakat dapat diminimalisir melalui bentuk
kegiatan CSR.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa domain dari kegiatan
CSR yang dilakukan oleh perusahaan harus dilakukan melalui pendekatan
pembangunan yang berpusat pada manusia, dimana pembangunan ekonomi, dan
lingkungan memunculkan partisipasi aktif di masyarakat dengan media
perusahaan sebagai penggerak pembangunan berkelanjutan.
DEVELOPMENT
PHYSICAL
MODIFICATION
PEOPLE CENTERED
Economic setting
Environment
setting
Social setting
Cost
VS
Benefit
Scarcity
VS
Conservation
Conflict
VS
Consensus
DOMAIN of
CSR
Gambar 2.1 Domain CSR dalam Pembangunan
Sumber: Lubis (n.d)
CSR juga merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep GCG
(good corporate governance). Menurut Wibisono (2007, hal. 11-12) bahwa CSR
sebagai suatu entitas bisnis yang bertanggungjawab terhadap masyarakat dan
lingkungannya, perusahaan memang mesti bertindak sebagai good citizen yang
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
30
merupakan tuntutan dari good bussiness ethics. Lebih lanjut Wibisono (2007, hal.
11-12) menyebutkan bahwa terdapat lima prinsip GCG yang dijadikan pedoman
bagi para pelaku bisnis,
Accountability
yaitu Transparency (Keterbukaan Informasi),
(Akuntabilitas),
Responsibility
(Pertanggungjawaban),
Independency (Kemandirian) dan Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran). Dari
kelima prinsip di atas prinsip responsibility merupakan prinsip yang mempunyai
kekerabatan paling dekat dengan CSR. Dalam prinsip ini, penekanan yang
signifikan diberikan kepada stakeholders perusahaan. Melalui penerapan prinsip
ini diharapkan perusahaan dapat menyadari bahwa dalam kegiatan operasionalnya
seringkali menghasilkan dampak eksternal yang harus ditanggung oleh
stakeholders. Karena itu, wajar bila perusahaan juga memperhatikan kepentingan
dan nilai tambah bagi stakeholders-nya.
CSR juga dapat dilihat dari pendekatan reflexive law theory. Menurut Hess
(1999, hal. 42) pendekatan reflexive law theory dapat menjadi pilihan untuk
mengatasi kebuntuan atas pendekatan formal terhadap kewajiban perusahaan
dalam sistem hukum. Hukum formal yang dimaksud adalah bentuk intervensi
negara dalam mengatur persoalan privat melalui aturan perundang-undangan,
seperti Undang-undang Ketenagakerjaan, Undang-undang Lingkungan Hidup,
Undang-undang Perlindungan Konsumen dan sebagainya. Dalam mengkaji CSR,
reflexive law theory adalah teori hukum yang berupaya mendorong korporasi
untuk menilai kembali praktek-praktek yang telah mereka lakukan dengan
memberikan informasi yang mutakhir. Dalam mengontrol perilaku korporasi,
reflexive law theory menghendaki adanya social accounting, auditing, dan
reporting yang disebut sebagai laporan sosial. Laporan sosial adalah bentuk
laporan singkat mengenai dampak sosial dari perilaku korporasi secara etika
terhadap kepentingan masyarakat atau stakeholder.
Kotler (2005, hal. 47) berpendapat bahwa aktivitas tanggung jawab sosial
perusahaan haruslah berada dalam koridor strategi perusahaan yang diarahkan
untuk mencapai bottom line bussines goal seperti mendongkrak penjualan dan
pangsa pasar, membangun positioning merek, membangun, menarik, memotivasi
loyalitas karyawan, mengurangi biaya operasional hingga membangun citra
korporasi di pasar modal. Dengan argumentasi tersebut, dapat dilihat bahwa
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
31
tanggung jawab sosial perusahaan bukan merupakan aktivitas tempelan atau
aktivitas terpinggirkan, melainkan menjadi denyut nadi perusahaan.
Dengan
demikian,
dapat
dikatakan
bahwa
program
CSR
yang
dilaksanakan perusahaan dilakukan agar terjalin hubungan baik antara masyarakat
dengan perusahaan. Ini bisa dikatakan sebagai modal sosial yang dimiliki
perusahaan agar tetap beroperasi. Selain itu, masyarakat juga mendapatkan
keuntungan dari program CSR ini. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa kedua
belah pihak saling menguntungkan satu sama lain dan saling mendapatkan
manfaat dari hubungan yang mereka jalani dengan baik.
2.2.1 Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Secara umum, definisi dari CSR masih kerap disikapi secara berbeda dan
ganda. Berbeda karena masing-masing individu, asosiasi, institusi, korporasi,
organisasi, serta bahkan negara mempunyai definisi, pemahaman, dan kriteria
yang satu dan lainnya berbeda. Menurut Visser (2007) sebagaimana yang kutip
oleh Serad (2007), menyebutkan bahwa secara keseluruhan terdapat kurang lebih
250 istilah definisi, 85 istilah kunci (key terms), dan 10 istilah inti (core terms)
berkaitan dengan CSR. Ganda, karena oleh sebagian pihak CSR diterima sekedar
memenuhi kewajiban yang ditetapkan undang-undang dan sebagian lainnya
mengggunakan sebagai alat marketing dan strategi branding perusahaan (Prajarto,
2012, hal. 1). Menurut The World Business Council For Sustainable Development
(WBCSD) (2002), definisi CSR adalah:
Corporate social responsibility is the continuing commitment by business
to be have ethically and contribute to economic development while
improving the quality of life of the workforce and their families as well as
of the local community and society at large. (Tanggung jawab sosial
perusahaan
adalah
komitmen
bisnis
untuk
berkontribusi
dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan
perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komuniti-komuniti
setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan dalam rangka
meningkatkan kualitas kehidupan). (Wibisono, 2005, hal.7)
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
32
Sedangkan Barth & Wolff (2009, hal. 6), berpendapat bahwa:
CSR as a ‘beyond compliance’ strategy is not only a voluntary instrument
of corporate management, but also a tool for wider societal governance.
This means that stakeholders can use their influence to support or put
pressure on businesses to become more sustainable. Thus, CSR
instruments not only comprise reporting tools, codes and management
systems but also socially responsible investment and sustainable
consumption tools such as product labels.
CSR sebagai sebuah konsep sukarela perusahaan dengan mengintegrasikan
nilai kepedulian sosial dan lingkungannya ke dalam aktifitas bisnis serta interaksi
dengan para stakeholder. Dalam hal ini tanggung jawab sosial tidak berhenti
sekedar untuk memenuhi persyaratan legal, akan tetapi untuk melakukan sesuatu
yang lebih dari itu (beyond compliance).
Menurut ISO 26000 seperti yang dikutip oleh Wibisono (2007, hal. 37),
CSR adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari
keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan
yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan
pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan
harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan
norma-norma perilaku internasional; serta terintegrasi dengan organisasi secara
menyeluruh.
Subjek inti tanggung jawab sosial itu sangat luas. Ia merentang mulai dari
tata kelola (perusahaan), HAM, ketenagakerjaan, lingkungan, praktik operasi yang
adil, konsumen serta pelibatan dan pengembangan masyarakat. Seluruh subjek inti
juga harus dipenuhi harapan-harapan yang ada di dalamnya. Hanya saja, pada
tingkat isu - persis satu tingkat di bawah subjek inti - perusahaan dapat memilih
mana yang relevan baginya. Sebagai misal, dalam subjek inti lingkungan ada isu
mengenai perubahan iklim, di mana di dalamnya terdapat berbagai hal terkait
dengan mitigasi dan adaptasi.
Makna dari corporate social responsibility dapat disimpulkan dengan
tujuan untuk memperkecil protes dan dampak sosial yang bersifat negatif di
masyarakat sekitar korporasi beroperasi pada khususnya dan masyarakat luas pada
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
33
umumnya. Dengan demikian, corporate social responsibility kemudian dapat
dianggap penting tidak hanya oleh masyarakat tetapi oleh pihak korporat itu
sendiri.
2.2.2 Pendekatan dan Motif Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Menurut Saidi dan Abidin (2004, hal. 64-65) wujud pelaksanaan tanggung
jawab sosial perusahaan oleh sejumlah korporat khususnya di Indonesia dilakukan
dalam empat bentuk antara lain:
1.
Keterlibatan langsung atau menjalankan sendiri
Korporasi yang menerapkan model ini adalah korporasi yang secara
langsung melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan-nya tanpa
perantara
atau
kerjasama
dengan
pihak
ketiga.
Model
ini
memungkinkan korporasi untuk dapat berinteraksi dan berkomunikasi
secara langsung dengan masyarakat yang menjadi target. Korporasi
yang menerapkan model ini biasanya adalah korporasi besar yang
sudah menempatkan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai bagian
dari kebijakan strategi komunikasi pemasaran perusahaan. Selain itu,
korporasi yang menerapkan model ini biasanya sudah memiliki divisi
penanganan tanggung jawab sosial perusahaan secara khusus.
2.
Melalui yayasan atau organisasi perusahaan
Model ini biasanya dijalankan oleh korporasi-korporasi besar yang
kemudian mendirikan yayasan di bawah naungannya. Yayasan ini
merupakan yayasan sosial non-profit yang memperoleh dana
operasional dari korporasi yang menaunginya dan yang kemudian
melaksanakan kebijakan dan program tanggung jawab sosial
perusahaan. Yayasan-yayasan ini kemudian memfokuskan kebijakan
dan program tanggung jawab sosial perusahaannya di beberapa bidang
seperti pendidikan, kewirausahaan, olahraga, lingkungan, dan budaya.
3.
Bermitra dengan pihak lain
Sejumlah korporasi menjalin kerjasama dengan pihak-pihak lain
seperti universitas, lembaga pemerintah, lembaga non-pemerintah,
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
34
atau media massa untuk melaksanakan program-program tanggung
jawab sosial perusahaan mereka.
4.
Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorium
Korporasi yang menerapkan model ini adalah korporasi-korporasi
yang menjadi anggota dari suatu lembaga sosial atau konsorium
tertentu yang bergerak di bidang sosial. Dibanding dengan model
lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan
yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga
semacam itu yang dipercaya oleh perusahaan-perusahaan yang
mendukungnya secara pro aktif mencari mitra kerjasama dari
kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan
program yang disepakati bersama.
Keempat pola tersebut ada kecenderungan mempengaruhi motivasi
pelaksanaan CSR sebuah korporat. Sehingga akan terlihat kesungguhan korporat
dalam melaksanakan dan mengelola setiap program CSR. Keterlibatan perusahaan
dalam program CSR dilatarbelakangi dengan beberapa kepentingan. Menurut
Mulyadi (2003, hal. 4) setidaknya bisa diidentifikasi tiga motif keterlibatan
perusahaan, yaitu: motif menjaga keamanan fasilitas produksi, motif mematuhi
kesepakatan kontrak kerja, dan motif moral untuk memberikan pelayanan sosial
pada masyarakat lokal.
Sedangkan Prince of Wales Fondation seperti yang dikutip Untung (2008,
hal.11-12) terdapat lima hal penting yang dapat mempengaruhi implementasi
CSR. Pertama, menyangkut human capital atau pemberdayaan manusia; kedua,
Environments yang berbicara tentang lingkungan; ketiga adalah Good
Governance; keempat, social cohesion. Artinya, dalam melaksanakan CSR jangan
sampai menimbulkan kecemburuan sosial. Dan kelima adalah economic strength
atau memberdayakan lingkungan menuju kemandirian di bidang ekonomi.
2.2.3 Manfaat Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Wibisono (2007) menyebutkan bahwa manfaat yang akan diperoleh
perusahaan dengan menerapkan program CSR terdiri dari sepuluh manfaat. Lebih
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
35
lanjut Wibisono (2007, hal. 78-81) menjelaskan bahwa kesepuluh manfaat
tersebut antara lain:
1.
Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan branch image
perusahaan. Kontribusi positif pasti akan mendongkrak reputasi dan
image positif perusahaan. Inilah yang menjadi modal non finansial
utama bagi perusahaan dan stakeholdernya yang menjadi nilai tambah
bagi perusahaanuntuk dapat tumbuh secara berkelanjutan.
2.
Layak mendapatkan social licence to operate. Ketika masyarakat
mendapatkan benefit dari keberadaan perusahaan, maka pasti dengan
sendirinya masyarakat ikut merasa memiliki perusahaan. Sehingga
imbalan yang diberikan ke perusahaan paling tidak adalah keleluasaan
perusahaan untuk menjalankan roda bisnisnya di wilayah tersebut.
Jadi program CSR diharapkan menjadi bagian dari asuransi sosial
(social insurance) yang akan menghasilkan harmoni dan persepsi
positif dari masyarakat terhadap eksistensi perusahaan.
3.
Mereduksi risiko bisnis perusahaan. Mengelola risiko di tengah
kompleksnya permasalahan perusahaan merupakan hal yang esensial
untuk suksesnya usaha. Perusahaan mesti menyadari bahwa kegagalan
untuk memenuhi ekspektasi stakeholders pasti akan menjadi bom
waktu yang dapat memicu risiko yang tidak diharapkan. Sehingga
untuk menempuh langkah antisipasi dan preventif melalui penerapan
CSR merupakan upaya investatif yang dapat menurunkan risiko bisnis
perusahaan.
4.
Melebarkan akses sumber daya. Track record yang baik dalam
pengelolaan CSR merupakan keunggulan bersaing bagi perusahaan
yang dapat membantu untuk memuluskan jalan menuju sumber daya
yang diperlukan perusahaan.
5.
Membentangkan akses menuju market. Investasi yang ditanamkan
untuk program CSR ini dapat menjadikan tiket bagi perusahaan
menuju peluang pasar yang terbuka lebar. Termasuk didalamnya akan
memupuk loyalitas konsumen dn menembus pangsa pasar baru. Sudah
banyak bukti akan resistensi konsumen terhadap produk-produk yang
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
36
tidak comply pada aturan dan idak tanggap terhadap isu sosial dan
lingkungan.
6.
Mereduksi biaya. Banyak contoh yang dapat menggambarkan
keuntungan perusahaan yang didapat dari penghematan biaya yang
merupakan buah dari implementasi dari penerapan program tanggung
jawab sosialnya. Yang mudah dipahami adalah upaya untuk
mereduksi limbah melalui proses recycle/daur ulang kedalam siklus
produksi. Disamping mereduksi biaya, proses ini tentu juga mereduksi
buangan ke luar sehingga menjadi lebih aman.
7.
Meperbaiki hubungan dengan stakeholders. Implementasi program
CSR tentunya akan menambah frekuensi komunikasi dengan
stakeholders. Nuansa seperti itu dapat membentangkan karpet merah
bagi terbentuknya trust kepada perusahaan.
8.
Memperbaiki
hubungan
dengan
regulator.
Perusahaan
yang
menerapkan program CSR pada dasarnya merupakan upaya untuk
meringankan
beban
pemerintah
sebagai
regulator.
Sebab
pemerintahlah yang menjadi penanggung jawab utma untuk
mensejahterakan masyarakat dan melestarikan lingkungan. Tanpa
bantuan dari perusahaan, umumnya terlalu berat bagi pemerintah
untuk menanggung beban tersebut.
9.
Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan. Kesejahteraan
yang diberikan para pelaku CSR umumnya sudah jauh melebihi
standar normatif kewajiban yang dibebankan kepada perusahaan. Oleh
karenany wajar bila karyawan menjadi terpacu untuk meningkatkan
kinerjanya. Disamping itu reputasi perusahaan yang baik dimata
stakeholder juga merupakan vitamin tersendiri bagi karyawan untuk
meningkatkan motivasi dalam berkarya.
10. Peluang mendapatkan penghargaan. Banyak reward ditawarkan bagi
penggiat CSR. Sehingga kesempatan untuk mendapatkan penghargaan
mempunyai kans yang cukup tinggi.
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
37
Ambadar (2008, hal. 21) mengemukakan beberapa motivasi dan manfaat
yang diharapkan perusahaan dengan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan
meliputi:
1)
Perusahaan terhindar dari reputasi negatif perusak lingkungan yang
hanya mengejar keuntungan jangka pendek tanpa memperdulikan
akibat dari perilaku buruk perusahaan;
2)
Kerangka kerja etis yang kokoh dapat membantu para manajer dan
karyawan menghadapi masalah seperti permintaan lapangan kerja di
lingkungan dimana perusahaan bekerja;
3)
Perusahaan mendapat rasa hormat dari kelompok inti masyarakat
yang membutuhkan keberadaan perusahaan khususnya dalam hal
penyediaan lapangan pekerjaan;
4)
Perilaku etis perusahaan aman dari gangguan lingkungan sekitar
sehingga dapat beroperasi secara lancar.
2.2.4 Tanggung Jawab Sosial dan Keberlanjutan
Perdebatan mengenai potensi kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh
aktivitas korporasi dan adanya dampak negatif dari keberadaan korporasi di
tengah masyarakat gencar dibicarakan di forum dunia. Potensi kerusakan dan
dampak negatif tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi kondisi sosial di masyarakat. Berangkat dari pemikiran ini
Henriques (2010) seperti yang dikutip oleh Perbawani (2012) berpendapat
mengenai manusia sebagai makhluk yang terus menerus melakukan adaptasi
dengan lingkungannya terbangun sebuah argumen bahwa perubahan yang terjadi
di lingkungan karena aktivitas industri akan mempengaruhi manusia yang hidup
di lingkungan ini. Menyadari pula akan hal tersebut, World Commission of
Environment and Development (2008) atau yang lebih dikenal dengan Bruntland
Commission merumuskan konsep mengenai sustainable development, sebagai
aktivitas pertumbuhan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini tanpa
mempengaruhi kemampuan generasi yang akan datang untuk dapat memenuhi
kebutuhannya (Prajarto, 2012, hal. 35-36). Lebih lanjut, mereka mengelaborasi
konsep ini dan membaginya ke dalam tiga faktor, yaitu :
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
38
1.
Aktivitas korporasi tidak tidak mengabaikan batasan-batasan yang bersifat
ekologis.
2.
Kesamarataan dalam membuat prioritas distribusi kebutuhan, terutama bagi
mereka yang tidak mampu.
3.
Keadilan yang berlaku lintas generasi, sehingga pembangunan tidak
didasarkan pada spekulasi dan pemikiran yang mendahulukan masa kini akan
tetapi juga memperhitungkan kondisi di masa yang akan datang.
Konsep sustainable development kemudian mengalami perkembangan dan
tidak lagi hanya berfokus penanganan antar generasi tetapi mulai memikirkan
tentang lingkungan, sosial budaya dan ekonomi merupakan satu kesatuan yang
tidak boleh terputus.
2.3
Tinjauan Social Impact Assessment
Secara umum Social Impact Assessment (SIA) dikenal sebagai sebuah
studi tentang dampak sosial dari suatu rencana kegiatan. Dampak sosial
merupakan perubahan yang terjadi pada individu dan masyarakat akibat dari
aktivitas pembangunan. Dampak sosial itu sendiri sangat tergantung pada dua hal
yakni, karateristik rencana usaha atau kegiatan dan karateristik masyarakat
dimana rencana usaha atau kegiatan ini akan dilaksanakan. Jadi meskipun usaha
atau kegiatannya sama tetapi apabila diterapkan di tempat lain dampak yang
ditimbulkan akan berbeda.
Social Impact Assessment awalnya merupakan komponen sosial ekonomi
yang menjadi bagian dalam pengkajian dampak lingkungan (environmental
impact assessment/EIA) meskipun sudah diperluas dan dikembangkan secara
besar-besaran di negara-negara berkembang dan negara-negara maju. Pengkajian
dampak sosial dilakukan pada tahap pengembangan proyek dan kebijakan yang
berbeda, mulai dari perencanaan awal sampai pelaksanaan dan evaluasi pasca
pelaksanaan. Dalam pengkajian tingkat proyek, penerapan yang khas mencakup
pertimbangan dampak-dampak yang mungkin timbul sebagai akibat dari kegiatankegiatan industri yang baru, pembangunan, penggunaan lahan atau praktik-praktik
pengelolaan sumber daya.
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
39
Social Impact Assessment merupakan proses analisis, monitoring dan
pengelolaan konsekuensi-konsekuensi sosial dari kebijakan, program dan proyek
yang ada. Konsekuensi ini bisa positif atau negatif, disengaja maupun tidak
disengaja, langsung atau tidak langsung; bisa juga merupakan dampak jangka
pendek atau perubahan jangka panjang. Selain itu juga membantu dalam
menjelaskan bagaimana suatu tindakan yang diusulkan itu akan mengubah hidup
warga masyarakat, SIA menunjukkan bagaimana tindakan-tindakan alternatif
mungkin meredam perubahan-perubahan yang merugikan atau melaksanakan
perubahan-perubahan yang menguntungkan.
Menurut Wolf (1983) Social Impact Asssessment atau kajian dampak
sosial memfokuskan perhatian tentang dampak pada manusia sebagai akibat dari
diterapkannya
suatu
kebijakan,
program,
atau
proyek
dengan
tujuan
memperkirakan dan mengevaluasi dampak sebelum kebijakan, program, dan
proyek dilaksanakan. Wolf menambahkan kajian dampak sosial ini bukanlah
penelitian evaluasi (evaluation research) yang mengidentifikasi efektivitas dari
sebuah kebijakan, proyek atau suatu program yang telah berjalan tetapi
merupakan suatu bentuk kajian awal (anticipatory research) guna meningkatkan
dampak positif dan meminimalisasi dampak negatif. Jika perlu hasil yang
didapatkan dari studi dapat memberikan rekomendasi untuk menunjuk lokasi lain
atau untuk tidak meneruskan suatu proyek. Karena apabila terus dilakukan, maka
akan terjadi dampak penting yang tidak bisa ditanggulangi. Social impact
assessment berorientsi pada pengambilan keputusan (decision making oriented).
Jadi temuan dari social impact assessment ini harus bisa dengan mudah
diterjemahkan oleh para pengambil keputusan/kebijakan (Siahaan, 2004, hal.
264).
Salah satu konsep tentang kajian dampak sosial ini berawal dari pemikiran
bahwa masyarakat merupakan suatu bagian dari ekosistem. Perubahan pada salah
satu subsistem akan mempengaruhi subsistem yang lain. Daerah yang terkena
dampak (impacted area) dinilai sebagai suatu bentuk ekosistem dengan berbagai
macam komponen yang saling berhubungan dan yang menjadi pusat perhatiannya
adalah bagaimana ekosistem itu berfungsi, bagaimana keterkaitan antara
subsistem, dan dampak apa yang akan terjadi dan untuk berapa lama.
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
40
Menurut Hadi (1997, hal. 23) bahwa di masyarakat terdapat tiga subsistem
yang saling interaktif yaitu, sistem sosial, sistem ekonomi, dan sistem fisik
(lingkungan fisik). Namun jika terjadi perubahan pada ketiga subsistem yang ada
di masyarakat maka perubahan tersebut terdiri dari 3 aspek. Menurut Armour
(n.d) sebagaimana yang dijelaskan oleh Hadi (1997, hal. 25) bahwa aspek-aspek
tersebut meliputi:
1. Cara hidup (way of life) termasuk di dalamnya bagaimana manusia dan
masyarakat itu hidup, bekerja, bermain dan berinteraksi satu dengan
yang lain. Cara hidup ini disebut sebagai “day to day activities” atau
aktivitas keseharian.
2. Budaya termasuk di dalamnya sistem nilai, norma dan kepercayaan.
Sebagai contoh, dengan adanya aktivitas proyek atau industri, apakah
irama kerja penduduk menjadi rigid dan tidak memiliki kesempatan
untuk turut dalam kegiatan-kegiatan sebagaimana sebelumnya pernah
dilakukan.
3. Komunitas meliputi struktur penduduk, kohesi sosial, stabilitas
masyarakat, estetika, saran dan prasarana yang diakui sebagai “public
facilities”, seperti gedung sekolah, mushola, balai desa. Sarana umum ini
seringkali menjadi korban penggusuran jika aktivitas proyek telah
berjalan.
Pengkajian dan analisis dampak sosial secara luas dipergunakan dalam
proses pembangunan dan inisiatif penanggulangan kemiskinan untuk mengkaji
apakah sebuah proyek atau program cenderung mencapai tujuan sosialnya dan
merekomendasikan tindakan-tindakan yang menjamin bahwa tujuan itu tercapai.
Hal ini dilakukan dengan menguji peluang-peluang, rintangan dan dampak sosial
yang mungkin timbul; mengevaluasi peranan penerima bantuan dalam
perancangan dan pelaksanaan proyek; dan dengan membantu pelaksana atau
penyandang dana untuk mengidentifikasi dan memonitor hasil pembangunan
sosial dan risiko sosial yang diharapkan.
Penerapan dapat dilakukan pada setiap tahapan, dengan menggunakan
instrumen yang berbeda, misalnya:
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
41
a.
Analisis makro sosial terhadap konteks sosial budaya, kelembagaan, sejarah
dan politik, yang dilaksanakan sebagai masukan bagi strategi tingkat negara
dan pemrograman atau untuk mendorong perumusan kebijakan dan strategi
sektoral.
b.
Penilaian sosiologis terhadap peluang-peluang, rintangan-rintangan, dan
dampak yang mungkin timbul, yang dilakukan sebagai bagian dari penilaian
proyek.
c.
Pengkajian sosial, tempat pendapat pemangku kepentingan diperoleh dalam
rangka memperbaiki perancangan proyek dan membentuk proses partisipatori
bagi pelaksanaan dan monitoring.
Semua ini biasanya akan dilakukan pada tahap awal pembangunan proyek
atau program meskipun penilaian atau pengkajian lebih lanjut dapat dilakukan
pada waktunya jika diperlukan. Metode pengkajian yang digunakan berbeda,
mulai dari penelitian resmi skala besar sampai pada riset partisipatoris. Pemilihan
perangkat dan metode penelitian tergantung pada konteks dan sumber daya, tetapi
biasanya melibatkan pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif.
Pengkajian dampak sosial menurut Hadi (1997, hal. 6) bukan merupakan
metode tunggal, tetapi merupakan kumpulan dari perangkat dan pendekatan.
Berbagai macam metode ilmu sosial dapat digunakan untuk melaksanakan
pengkajian dampak sosial dengan beragam teknik pengumpulan data yang
digunakan, tergantung tujuan dan konteksnya. Sebagian besar bukti merupakan
data primer yang diambil dari wilayah yang terkena dampak (misalnya, riset
survei, wawancara dengan narasumber, sejarah lisan, kegiatan kelompok
partisipatori). Sumber data sekunder lain yang dapat digunakan termasuk data
sensus, data geografis (termasuk peta), data statistik pemerintah pusat dan daerah,
dokumentasi dari organisasi nonpemerintah dan organisasi berbasis masyarakat,
sejarah setempat, berita di surat kabar dan riset ilmu sosial yang seandainya
pernah dilakukan. Pengkajian dampak sosial yang baik seyogianya memberikan
indikator kualitatif dan kuantitatif tentang dampak-dampak sosial yang dapat
dimengerti oleh para pengambil keputusan dan juga oleh masyarakat awam.
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
42
2.3.1 Pengertian Social Impact Assessment
Social Impact Assessment (SIA) secara umum adalah proses menganalisis,
memantau, dan mengelola/memanajemen konsekuensi sosial yang diinginkan dan
tidak diinginkan dari segala bentuk intervensi terencana. Interorganizational
Committee on Guidelines and Principles for SIA (Social Impact Assessment)
(1994), mengatakan :
Social impact assessment can be defined as the process of assessing or
estimating, in advance, the social consequences that are likely to follow
from specific policy actions or project development, particularly in the
context of appropriate national, state or provincial environmental policy
legislation. (Becker, 2003, hal. 1) (Penilaian dampak sosial dapat
didefinisikan sebagai proses menilai atau memperkirakan di awal,
konsekuensi sosial yang kemungkinan besar mengikuti dari tindakan
kebijakan tertentu atau pengembangan proyek, khususnya dalam konteks
nasional yang sesuai dengan kebijakan peraturan perundang-undangan
lingkungan negara atau provinsi).
Definisi ini menunjukkan bahwa dampak sosial dari sebuah kebijakan
pasti mendapatkan perhatian, namun pada prakteknya biasanya hanya fokus pada
proyek-proyek saja. Dengan demikian, dalam pengertian seperti ini, SIA telah
dibatasi hanya berperan untuk mendefinisikan dampak negatif dari proyek. Para
praktisi SIA menganggap bahwa Social Impact Assessment sebagai suatu disiplin,
lebih dari sekedar memprediksikan dampak negatif dan lebih condong kepada
filosofi tentang pembangunan dan demokrasi. Maka dengan demikian pemahaman
baru tentang SIA dirumuskan oleh Vanclay (2002), sebagai berikut :
SIA is the process of analyzing (predicting, evaluating and reflecting) and
managing the intended and unintended consequences on the human
environment of planned interventions (policies, programs, plans, projects)
and any social change processes invoked by those interventions so as to
bring about a more sustainable and equitable biophysical and human
environment. (Ibid, hal. 2) (SIA adalah proses menganalisis (memprediksi,
mengevaluasi dan merefleksikan) dan mengelola konsekuensi yang
diinginkan dan tidak diinginkan pada lingkungan manusia dari intervensi
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
43
yang direncanakan (kebijakan, program, rencana, proyek) dan setiap
bentuk perubahan sosial yang melibatkan proses intervensi untuk
membawa keberlanjutan dan keadilan biofisik, manusia dan lingkungan.
2.3.2 Kegunaan dan Tujuan Sosial Impact Assessment
Semua praktek penilaian dampak (impact assessment) memiliki komitmen
yang sama untuk sebuah keberlanjutan dan integritas ilmiah, selain itu juga harus
juga harus menjunjung tinggi etika yang menganjurkan keterbukaan dan
akuntabilitas, keadilan dan pemerataan, dan membela hak asasi manusia. Peran
dari SIA itu sendiri jauh dari sekedar memprediksikan dampak negatif dan
melampaui
komitmen
penilaian
dampak,
karena
SIA
juga
mencakup
pemberdayaan dari masyarakat setempat; peningkatan posisi perempuan,
minoritas kelompok dan anggota masyarakat lainnya yang kurang beruntung;
pengembangan peningkatan kapasitas; pengentasan semua bentuk ketergantungan;
peningkatan ekuitas; dan fokus pada pengurangan kemiskinan. Nilai-nilai inti SIA
diidentifikasi oleh Vanclay (2003, hal. 4) sebagai berikut :
1.
Adanya hak asasi manusia yang dibagi sama rata antar lintas budaya, serta
antara pria dan wanita.
2.
Adanya hak untuk memiliki hak-hak asasi manusia yang dilindungi oleh
aturan hukum, dengan menerapkan keadilan yang sama dan adil untuk semua,
serta tersedia untuk semua.
3.
Orang-orang memiliki hak untuk hidup dan bekerja di lingkungan yang
kondusif untuk kesehatan dan kualitas hidup yang baik yang memungkinkan
terciptanya pembangunan manusia dan sosial yang potensial.
4.
Sosial dimensi lingkungan (khusus tetapi tidak eksklusif seperti perdamaian,
kualitas hubungan sosial, kebebasan dari rasa takut, dan keterlibatan)
merupakan aspek penting dari kesehatan dan kualitas hidup.
5.
Orang-orang memiliki hak untuk terlibat dalam pengambilan keputusan
tentang rencana intervensi yang akan mempengaruhi kehidupan mereka.
6.
Pengetahuan lokal dan pengalaman berharga dapat digunakan untuk
meningkatkan intervensi yang direncanakan.
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
44
Dari nilai-nilai SIA di atas, kemudian dapat diterjemahkan ke dalam
beberapa prinsip kunci yang berkaitan dengan praktek SIA secara khusus, yaitu :
1.
Pertimbangan keadilan harus menjadi elemen dasar dari penilaian dampak
dan perencanaan pembangunan.
2.
Banyak dampak sosial dari intervensi yang direncanakan dapat diprediksi.
3.
Intervensi yang direncanakan dapat dimodifikasi untuk mengurangi dampak
sosial negatif dan meningkatkan dampak positif.
4.
SIA harus menjadi bagian integral dari proses pembangunan, terlibat dalam
semua tahap dari awal untuk menindaklanjuti audit.
5.
Harus ada fokus pada pembangunan sosial yang berkelanjutan, dengan SIA
berkontribusi untuk penentuan alternatif pengembangan terbaik. SIA (dan
Environmental Impact Assessment/EIA – AMDAL –) lebih daripada sekedar
menjadi penengah antara manfaat ekonomi dan biaya sosial.
6.
Dalam semua intervensi yang direncanakan dilakukan kegiatan penilaian
(assessment) yang kemudian dikembangkan untuk membangun modal sosial
dan manusia dari masyarakat lokal dan untuk memperkuat proses demokrasi.
Menurut Barrow (2000, hal. 2) tujuan dari SIA adalah untuk membantu
individu, kelompok, organisasi dan masyarakat dalam memahami kemungkinan
dari perubahan dampak sosial, budaya, atau ekonomi. selain itu dasar tujuan dari
melakukan SIA adalah untuk mendapatkan informasi tentang:
1.
Kondisi sosial dan ekonomi di wilayah proyek.
2.
Dampak potensial dari proyek serta karakteristik, besaran, distribusi, dan
durasi dampak.
3.
Siapa saja yang akan menjadi kelompok terkena dampak, apakah dampak
yang terjadi itu positif atau negatif.
4.
Persepsi masyarakat yang terkena dampak tentang proyek dan dampaknya.
5.
Potensi mitigasi sebagai langkah-langkah untuk meminimalkan dampak.
6.
Kapasitas kelembagaan untuk melaksanakan langkah-langkah mitigasi.
SIA harus dapat melampaui dan mengantisipasi dampak yang mungkin
ditimbulkan sehingga SIA bisa untuk menyarankan alternatif pengembangan
dalam rangka menghindari dan mengurangi masalah serta memaksimalkan
manfaat. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan perusahaan melakukan SIA atau
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
45
kajian dampak sosial sebelum menempati wilayah baru dan memulai kegiatan
operasionalnya adalah untuk memetakan potensi dan resistensi masyarakat dan
lingkungan, termasuk memetakan kondisi masyarakat di wilayah yang akan
ditempati.
Pada umumnya, pengkajian dampak sosial dapat dimengerti sebagai
kerangka kerja bagi evaluasi semua dampak pada manusia serta pada cara
manusia dan masyarakat saling berinteraksi dengan lingkungan sosial budaya,
ekonomi dan
lingkungannya.
Dengan
memberikan pemahaman tentang
masyarakat dan proses sosialnya, pengkajian dampak sosial memungkinkan
untuk:
1. Mengidentifikasi konsekuensi risiko yang langsung maupun tidak langsung
(misalnya, dampak sosial yang dapat timbul dari kejadian bahaya); dan
2. Mengembangkan mekanisme mitigasi yang tepat dan efektif bagi bahaya yang
mempergunakan sumber daya masyarakat dan mengakui reaksi masyarakat
terhadap kejadian yang berlangsung.
Teori pengkajian dampak sosial menerima bahwa dampak-dampak sosial,
ekonomi, dan biofisik saling terkait dan bahwa perubahan dalam salah satu ranah
ini akan mengarah pada perubahan pada ranah yang lainnya. Idealnya, pengkajian
dampak sosial, pengkajian dampak lingkungan, dan pengkajian dampak kesehatan
digabungkan melalui pendekatan lintas disiplin. Pengkajian dampak sosial secara
khusus diterapkan pada konsekuensi dari intervensi yang direncanakan. Teknikteknik ini mungkin juga digunakan untuk mempertimbangkan dampak sosial dari
jenis kejadian lain, misalnya, bencana, perubahan iklim, perubahan kependudukan
dan epidemi.
2.3.3 Langkah-langkah Social Impact Assessment
Pendekatan dalam kajian dampak sosial, yang pada awalnya berangkat dari
kajian-kajian mengenai Analisa Dampak Lingkungan (Andal), kemudian secara
khusus dikembangkan dengan pendekatan studi dampak sosial. Beberapa pakar
memberikan pendekatan yang berbeda-beda, namun tetap dalam kerangka
mengidentifikasi berbagai dampak yang ditimbulkan baik yang bersifat negatif
maupun yang bersifat positif.
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
46
Deskripsikan tentang gambaran
Mengembangkan rencana publik yang
masyarakat/lingkungan yang
efektif untuk melibatkan semua masyarakat
terpengaruh dan kondisi awal
yang berpotensi terkena dampak
Jelaskan tindakan yang diusulkan
atau perubahan kebijakan dan
alternatif yang masuk akal
Penyaringan untuk
Pelingkupan untuk
menentukan batas-batas
mengidentifikasi berbagai
Social Impact Assessment
kemungkinan dampak sosial
Memprediksi tanggapan
atas dampak
Monitoring terhadap
rencana dan tindakan
mitigasi
Gambar 2.2 Tahapan dalam Kajian Dampak Sosial
Sumber: Diadaptasi dari Vivek Misra
C.P. Wolf (1983) mengemukakan beberapa langkah dalam kajian dampak
sosial, yaitu meliputi pelingkupan, identifikasi masalah, pembuatan rona
lingkungan, proyeksi, analisa, evaluasi, mitigasi dampak dan monitoring (Hadi,
1997, 2008). Pendekatan yang dikemukakan oleh Wolf ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
Pelingkupan
Identifikasi
Masalah
Penyusunan
Rona
Lingkungan
Prakiraan
Dampak
Evaluasi
Mitigasi
Monitoring
Gambar 2.3 Langkah-Langkah Social Impact Assessmen menurut Wolf
Sumber: Diadaptasi dari Wolf (1983)
Armour (1986) seorang ahli SIA dari Kanada dalam tujuan yang sama
berpendapat bahwa langkah dalam kajian dampak sosial meliputi pelingkupan,
penyusunan rona lingkungan, proyeksi, analisa (evaluasi) dan penyusunan
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
47
rekomendasi. Sedangkan menurut Branch dkk (1985) langkah-langkah kajian
dampak sosial terdiri dari tiga hal pokok yakni pelingkupan, analisa dan mitigasi,
serta monitoring atau pemantauan (Hadi, 1997, hal. 28). Pendapat Branch et al ini
dapat dilihat pada gambar 2.4.
Identifikasi data
dasar dari proyek
Prakiraan dan Evaluasi
Mitigasi
Inventarisasi
Kondisi Sosial
Awal
 Mitigasi 
D esain
dan Program
Monitoring
Gambar 2.4 Proses Kajian Dampak Sosial menurut Branch et al.
Sumber : Hadi, 1997, hal. 30
Dari beberapa pandangan ahli mengenai langkah-langkah dalam
melakukan Social Impact Assessment secara garis besar langkah-langkah tersebut
dapat disimpulkan dan dielaborasikan pada penjelasan sebagai berikut.
2.3.3.1 Pelingkupan (Scoping)
Langkah kajian dampak sosial dimulai dari identifikasi data dasar dan
kajian dari proyek sebagai faktor penyebab perubahan. Identifikasi data dasar dan
kajian atas suatu rencana ini disebut dengan pelingkupan (scoping). Tujuan
pelingkupan adalah untuk mengidentifikasi secara hakiki (the nature) dari
konsekuensi sosial yang harus dipertimbangkan dalam studi. Menurut Branch
(1985) langkah kajian dimulai dari identifikasi data dasar dan kajian dari proyek
sebagai faktot penyebab perubahan. Langkah pelingkupan ini lalu diteruskan
dengan informasi awal tentang lingkungan sosial dan gambaran tentang kondisi
geografis calon lokasi proyek (Hadi, 1997, hal. 29-30). Amour (1986)
berpendapat bahwa pelingkupan merupakan proses konsultasi dengan semua
pihak terkait seperti penduduk yang akan terkena dampak, pemrakarsa proyek,
ahli teknis, dan perencana untuk mengidentifikasi concern dan isuue. Couch
(1982) menambahkan bahwa pelingkupan memberikan masukan tentang aspek
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
48
mana yang harus dikaji dengan mendalam dan aspek mana yang tidak perlu
memperoleh perhatian seksama. Menurut Wolf (1983) terdapat tiga aspek dalam
pelingkupan, yaitu (a) mengidentifikasi isu utama yang akan menjadi dasar untuk
menentukan komponen-komponen yang akan terkena dampak dan kemudian
menjadi komponen yang akan dikaji; (b) menentukan area yang akan dikaji; serta
(c) waktu berlangsungnya dampak, yaitu perkiraan tentang berapa lama dampak
akan berlangsung. (Hadi, 1997, hal.31)
Menurut Gunawan (1998) sebagaimana yang dikutip oleh Hadi (1997, hal.
32) pelingkupan ditujukan untuk memformulasikan faktor-faktor sosial di dalam
studi desain. Ini didasarkan pada deskripsi proyek, penilaian para ahli, dan input
dari masyarakat. Input dari masyarakat diambil dari kondisi sosial sekarang yang
didasarkan pada data sekunder.
Hadi (1997, hal. 35) mengungkapkan pada kegiatan pelingkupan ini juga
dilakukan penentuan atau membatasi wilayah yang akan menjadi daerah studi.
Hadi (1997) menambahkan untuk menentukan daerah atau zone yang akan diteliti
dapat didasarkan pada dampak yang akan mempengaruhi. Pada dasarnya studi
zone ini dikelompokkan menjadi tiga kategori yakni daerah dampak primer,
sekunder, dan tertier. Hadi (1997) menjelaskan bahwa daerah dampak primer
adalah daerah yang penduduknya diperkirakan paling terkena dampak atau
diperkirakan akan mengalami perubahan sosial yang paling besar sebagai akibat
adanya proyek. Daerah dampak sekunder adalah daerah yang terkena dampak
tetapi tidak begitu besar seperti pada daerah primer. Dan yang terakhir adalah
daerah dampak tertier secara teoritis adalah daerah yang tidak termasuk dalam
kategori primer dan sekunder, dan penduduk di daerah ini akan terkena dampak
tidak langsung.
2.3.3.2 Prakiraan Dampak
Setelah langkah pelingkupan selesai, maka langkah prakiraan dampak bisa
mulai dijalankan. Penyelidikan dampak sosial yang diidentifikasi selama proses
pelingkupan (scoping) merupakan komponen paling penting dalam pengkajian
dampak sosial. Dampak sosial timbul bukan hanya akibat dari aktivitas proyek
tetapi juga buah dari persepsi dan sikap masyarakat yang membentuk interpretasi
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
49
masyarakat terhadap proyek. Menurut Lang dan Armour (1981) dalam prakiraan
dampak hal yang bisa dilakukan dengan mengkaji tiga hal, yaitu siapa saja yang
terkena dampak, dampak yang ditimbulkan dalam bentu apa, dan berapa lama
dampak itu berlangsung. Wolf (1983) mengatakan bahwa langkah prakiraan
dampak difokuskan pada perubahan yang bersifat kuantitatif jika proyek
dilaksanakan. Perubahan ini dibandingkan dengan keadaan lingkungan sebelum
proyek dilakukan (Hadi, 1997, hal. 42).
Menurut Branch (1985) langkah dalam prakiraan dampak dimulai dengan
mengkaji interaksi antara kegiatan proyek dengan informasi tentang rona
lingkungan (kondisi sosial yang ada). Setelah prakiraan dampak dilakukan,
langkah berikutnya adalah memberi penilaian dan pentingnya masing-masing
dampak (Hadi, 1997, hal. 30). Interorganizational Committee on Principles and
Guidelines for Social Impact Assessment (2003, hal. 231) mendefinisikan dampak
sosial sebagai konsekuensi bagi penduduk akibat tindakan yang dilakukan oleh
kelompok maupun perseorangan yang mengubah cara hidup masyarakat, bekerja,
bermain, dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya, berserikat untuk
memenuhi kebutuhannya dan secara umum mengatasinya sebagai anggota
masyarakat. Istilah ini juga mencakup dampak-dampak yang melibatkan
perubahan norma, nilai-nilai, dan kepercayaan yang mendampingi dan
merasionalisasi pemikiran mereka dan masyarakat mereka.
Menurut Homenuck (1988), dampak sosial dapat dikategorikan dalam dua
kelompok yaitu, (a) real impact atau standard impact, adalah dampak yang timbul
sebagai akibat aktivitas proyek; (b) perceived impact atau special impact adalah
dampak yang timbul dari persepsi masyarakat terhadap risiko adanya proyek
(dapat dalam bentuk stress, takut, atau bentuk “concern” lainnya). (Hadi, 1997,
hal.27)
Hadi (1997, hal. 43) menjelaskan sejumlah metode, termasuk pemodelan
dan skenario, dapat digunakan untuk menyelidiki dampak-dampak masa depan
yang mungkin muncul. Kejadian bahaya (sebagai faktor dan konsekuensi
eksternal proyek) dan risikonya atau ketidakpastian sebaiknya dimasukkan ke
dalam analisis tren dan skenario. Skenario sebaiknya dikembangkan dari
konsekuensi sosial dari paparan terhadap bahaya yang sudah teridentifikasi.
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
50
Catatan pengalaman sebelumnya (termasuk kejadian bahaya) menyediakan data
yang bermanfaat bagi proses ini. Prakiraan dampak-dampak sekunder (tidak
langsung; muncul akibat dampak primer) dan kumulatif dikaji meskipun sangat
tidak mungkin untuk mengidentifikasi semua dimensi dampak sosial karena satu
perubahan menyebabkan perubahan lainnya. Pola masa datang dari kerentanan,
baik sebagai akibat jangka panjang proyek dan karena faktor lainnya (misalnya,
perubahan iklim).
Dalam memperkirakan dampak yang akan terjadi, penentuannya dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa kriteria seperti yang telah ditentukan di
dalam Peraturan Pemerintah No. 56 tahun 1994, antara lain:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
Setiap rencana usaha atau kegiatan akan mempunyai sasaran menyangkut
jumlah manusia yang diperkirakan akan menikmati manfaat bila nanti
usaha atau kegiatan tersebut telah dilaksanakan. Namun demikian, dampak
yang bersikap negatif maupun positif yang mungkin ditimbulkan oleh
suatu usaha atau kegiatan, dapat dialami oleh sejumlah manusia yang
termasuk maupun yang tak termasuk dalam sasaran rencana usaha atau
kegiatan tersebut. Jumlah manusia bisa menunjuk pada berapa orang yang
terkena, ciri-ciri bagaimana (umur, pekerjaan, tingkat kerentanan dan
sebagainya). Bisa juga menunjukkan satuan analisa seperti individu,
keluarga atau masyarakat.
2. Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak merupakan salah satu faktor yang dapat
menentukannya pentingnya dampak yang dihasilkan. Semakin luas
wilayah persebarannya maka butuh penanganan dampak yang lebih besar
lagi.
3. Lama dampak berlangsung
Dampak suatu rencana usaha atau kegiatan dapat berlangsung pada suatu
tahap tertentu atau pada berbagai tahap dari kelangsungan usaha atau
kegiatan. Dengan kata lain dampak suatu usaha atau kegiatan ada yang
berlangsung relatif singkat, yakni hanya pada tahap tertentu dari siklus
usaha atau kegiatan (tahap perencanaan, tahap konstruksi, tahap
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
51
operasional, dan tahap pasca operasional); namun ada pula yang
berlangsung relatif lama, yaitu terjadi sejak tahap konstruksi hingga masa
pasca operasional usaha atau kegiatan.
4. Intensitas dampak berlangsung
Intensitas dampak mempunyai pengertian yaitu perubahan yang timbul
akibat adanya kegiatan atau usaha bersifat hebat dan berlangsung relatif
sangat luas dalam kurun waktu yang relatif singkat.
5. Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak
Mengingat bahwa suatu komponen hidup pada dasarnya tidak ada yang
berdiri sendiri, satu sama lain saling terkait dan mempengaruhi, maka
dampak yang terjadi pada suatu komponen pada umumnya akan
berdampak lanjut pada komponen lainnya.
6. Sifat kumulatif dampak
Kumulatif mengandung pengertian yaitu bersifat bertambah, bertumpuk,
atau bertimbun. Dampak suatu usaha atau kegiatan dikatakan bersifat
kumulatif bila pada awalnya dampak tersebut tidak tampak atau tidak
dianggap penting, tetapi karena aktivitas tersebut bekerja berulang kali
atau terus menerus, maka lama kelamaan dampaknya bersifat kumulatif.
Dampak kumulatif mempunyai batasan ruang dan waktu yang lebih luas,
seperti kemungkinan terjadinya hujan asam, perubahan iklim, pemanasan
global, kelestarian keanekaragaman hayati dan dampak terhadap
pembangunan yang berkelanjutan.
7. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dampak kegiatan ada yang bersifat dapat dipulihkan, namun ada pula
yang tidak dapat dipulihkan walau dengan intervensi manusia sekalipun.
Oleh sebab itu harus diperhatikan kemampuan untuk dapat dipulihkan atau
tidak.
Pertimbangan sebaiknya diberikan pada dampak-dampak tidak langsung
jangka panjang atau kumulatif yang melibatkan interaksi antara masyarakat dan
lingkungan. Misalnya, perpindahan atau pertumbuhan penduduk setempat dalam
jangka pendek bisa mengarah kepada pengurangan peluang penghidupan dan
sebagai akibatnya, dalam periode waktu yang lebih lama, memberi tekanan yang
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
52
berlebihan pada sumber daya alam atau praktik-praktik manajemen lingkungan
yang tidak berkelanjutan, yang pada gilirannya bisa berakibat pada kerusakan
lingkungan dan risiko bahaya yang menyertainya.
2.3.3.3 Mitigasi
Secara umum mitigasi didefinisikan sebagai upaya berkelanjutan yang
dilakukan untuk mengurangi risiko bahaya melalui pengurangan kemungkinan
dan atau komponen konsekuensi dari risiko bahaya tersebut. Sejalan dengan
pendapat tersebut, Coppola (2007, hal.175) menyatakan bahwa mitigasi berusaha
baik untuk membuat bahaya kurang mungkin terjadi atau mengurangi efek negatif
jika hal itu terjadi. Istilah mitigasi berlaku untuk cakupan yang luas dari aktivitasaktivitas dan tindakan-tindakan perlindungan yang mungkin diawali, dari yang
fisik, seperti membangun bangunan-bangunan yang lebih kuat, sampai dengan
yang prosedural, seperti teknik-teknik yang baku untuk menggabungkan penilaian
bahaya di dalam rencana penggunaan lahan.
Terkait pelaksanaan mitigasi di dalam kajian dampak sosial (Social Impact
Assessment), Wolf (1983) berpendapat bahwa langkah-langkah yang dapat
dilakukan terdiri dari dua hal yaitu, melakukan telaah terhadap dampak negatif
yang tidak bisa dihindari, dan melakukan identifikasi tindakan mitigasi terhadap
dampak yang ditimbulkan (Hadi, 1997, hal. 29). Adapun tujuan utama (ultimate
goal) dari mitigasi adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi risiko/dampak yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan/proyek
khususnya bagi penduduk, seperti korban jiwa, kerugian ekonomi
(economy costs) dan kerusakan sumber daya alam.
b. Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan.
c. Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam
menghadapi serta mengurangi dampak/risiko, sehingga masyarakat dapat
hidup dan bekerja dengan aman (safe).
Mitigasi
dampak
kegiatan
merupakan
upaya
mengurangi
dan
menghilangkan dampak negatif yang sudah dipastikan terjadi. Mitigasi dampak
kegiatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan lingkungan.
Upaya-upaya dalam mencegah dampak negatif yang diperkirakan akan terjadi
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
53
atau telah terjadi karena adanya rencana kegiatan atau menanggulangi dampak
negatif yang timbul sebagai akibat adanya suatu kegiatan/usaha disebut dengan
mitigasi lingkungan. Sesuai dengan hal ini Branch (1985) berpendapat apakah
dampak-dampak yang telah diprakirakan dan dievaluasi pada proses pengkajian
dampak sosial (Social Impact Assessment) dapat dilakukan tindakan mitigasi
(Hadi, 1997, hal. 59).
Untuk mendefenisikan rencana atau srategi mitigasi yang tepat dan akurat,
perlu dilakukan kajian risiko (risk assessment). Mitigasi adalah strategi
penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang
ditimbulkan oleh risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang
memiliki dampak yang sangat besar. Empat strategi mitigasi risiko menurut
COSO Integrated Framework 2004 maupun ISO 31000:2009, yaitu:
1.
Hindari (avoid), yaitu menghindari aktivitas yang mengandung risiko. Opsi
ini diberlakukan apabila dampak risiko lebih besar dari dampak tercapainya
tujuan, opportunity loss, dan biaya untuk menghindari risiko.
2.
Kurangi (reduce), yaitu tindakan yang diambil untuk mengurangi baik
kemungkinan maupun dampaknya, ataupun keduanya. Opsi ini dilakukan
dengan membuat analisis biaya manfaat terlebih dahulu.
3.
Berbagi (share), yaitu melakukan transfer risiko dengan pihak ketiga. Opsi ini
berlaku apabila kemampuan pemilik risiko dalam mengelola risiko lebih kecil
daripada kemampuan pihak ketiga yang akan dibagi risikonya. Selain itu,
biaya untuk membagi risiko lebih kecil daripada dampak risiko yang akan
diterima. Contoh dari berbagi risiko adalah asuransi, hedging, atau
outsourcing.
4.
Terima (accept), yaitu menerima risiko dengan tidak melakukan tindakan apa
pun untuk memengaruhi dampak dan kemungkinan risiko. Opsi ini berlaku
apabila kapasitas untuk menerima risiko lebih besar daripada dampak risiko
yang diterima.
Adapun
langkah-langkah
dalam
menjalankan
mitigasi
menurut
Depnakertrans (n.d, par. 14) dapat dilakukan melalui hal-hal sebagai berikut :
1.
Menghindarkan impak suatu kegiatan dengan melakukan pembatalan,
modifikasi atau menghilangkan beberapa tahapan tertentu.
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
54
2.
Memperkecil impak dengan membatasi skala kegiatan.
3.
Memperbaiki suatu yang merusak lingkungan dengan melakukan restorasi,
repairing atau rehabilitasi.
4.
Mengurangi atau menghilangkan impak yang sedang terjadi dengan
pengelolaan yang tepat dan effisien.
5.
Memberikan kompensasi suatu impak melalui relokasi, pembangunan
fasilitas baru, pembuktian yang masuk akal (sound proofing), penyejukan
(airconditioning).
6.
Memberikan perlakuan yang sebaik-baiknya terhadap semua yang terkena
dampak.
7.
Melakukan daur ulang material.
8.
Memanfaatkan teknologi yang paling minimal menghasilkan limbah.
Depnakertrans (n.d., par. 20) menambahkan bahwa prosedur mitigasi
dilakukan melalui serangkaian proses sebagai berikut :
a.
Indentifikasi Dampak. Kegiatan ini dimaksud untuk mengidentifikasikan
segenap dampak (primer, sekunder, tersier) yang timbul sebagai akibat
adanya kegiatan intervensi. Identifikasi dampak ini dapat dilakukan dengan
menggunakan data sekunder, wawancara maupun pengamatan di lapangan.
b.
Evaluasi Dampak. Kegiatan evaluasi dampak ini bertujuan untuk menentukan
dampak yang relevan untuk segera ditangani.
c.
Perumusan Program. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyusun dan
menentukan prioritas program mitigasi yang akan dilaksanakan.
d.
Perumusan Parameter Keberhasilan Program Mitigasi. Berdasarkan program
Mitigasi yang telah disusun perlu juga dirumuskan suatu parameter
keberhasilan yang sangat spesifik untuk mempermudah proses evaluasi
terhadap pelaksanaan Mitigasi.
e.
Pelaksanaan
Mitigasi.
Kegiatan
ini
mencakup
aspek
teknis
dan
pengorganisasian pelaksanaan program serta pelaporan.
Secara umum, dalam prakteknya mitigasi dapat dikelompokkan ke dalam
mitigasi struktural dan mitigasi non struktural (Coppola, 2007, hal. 178). Mitigasi
struktural berhubungan dengan usaha-usaha pembangunan konstruksi fisik,
sementara mitigasi non struktural antara lain meliputi perencanaan tata guna lahan
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
55
disesuaikan dengan kerentanan wilayahnya dan memberlakukan peraturan (law
enforcement) pembangunan.
1. Mitigasi Struktural
Mitigsasi struktural merupakan upaya untuk meminimalkan dampak yang
dilakukan
melalui
pembangunan
berbagai
prasarana
fisik
dan
menggunakan pendekatan teknologi. Mitigasi struktural adalah upaya
untuk mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap dampak dengan
cara rekayasa teknis bangunan. Rekayasa teknis adalah prosedur
perancangan struktur bangunan yang telah memperhitungkan karakteristik
aksi dari berbagai dampak yang akan timbul.
2. Mitigasi non Struktural
Mitigasi non-struktural adalah upaya mengurangi dampak selain dari
upaya tersebut di atas. Bisa dalam lingkup upaya pembuatan kebijakan
seperti pembuatan suatu peraturan. Contohnya adalah pembuatan tata
ruang kota, capacity building masyarakat, bahkan sampai menghidupkan
berbagai aktivitas lain yang berguna bagi penguatan kapasitas masyarakat.
Ini semua dilakukan untuk, oleh dan di masyarakat yang hidup di sekitar
daerah kegiatan/proyek dilakukan.
Kebijakan non struktural meliputi legislasi, perencanaan wilayah, dan
asuransi. Kebijakan non struktural lebih berkaitan dengan kebijakan yang
bertujuan untuk menghindari risiko yang tidak perlu dan merusak. Tentu,
sebelum perlu dilakukan identifikasi risiko terlebih dahulu. Penilaian
risiko fisik meliputi proses identifikasi dan evaluasi tentang kemungkinan
terjadinya dampak yang mungkin ditimbulkannya.
Kebijakan mitigasi baik yang bersifat struktural maupun yang bersifat non
struktural harus saling mendukung antara satu dengan yang lainnya. Pemanfaatan
teknologi untuk memprediksi, mengantisipasi dan mengurangi risiko terjadinya
suatu dampak harus diimbangi dengan penciptaan dan penegakan perangkat
peraturan yang memadai yang didukung oleh rencana tata ruang yang sesuai.
Teknologi yang digunakan untuk memprediksi, mengantisipasi dan mengurangi
risiko terjadinya suatu dampak pun harus diusahakan agar tidak mengganggu
keseimbangan lingkungan di masa depan.
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
56
2.3.3.4 Evaluasi dan Monitoring
Evaluasi dapat dilakukan beberapa kali sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan. Wolf (1983) berpendapat bahwa dalam evaluasi para pelaku
pengkajian dampak sosial melakukan proses penilaian terhadap potensi dampak
yang ada dari semua alternatif lokasi yang akan digunakan utuk operasional
proyek. Evaluasi juga dilakukan untuk menganalisa apakah pemilihan desain
mitigasi yang telah ditentukan sudah tepat dan apakah penerapannya sudah efektif
dan efisien. Itu mengetahui keefektifan dan keefisienan tersebut dilakukan melalui
sekarangkaian proses monitoring. Wolf menambahkan bahwa monitoring juga
dilakukan guna mengetahui seberapa tepat prediksi yang telah dilakukan dengan
cara menginventarisasi dampak nyata dengan dampak yang telah diprakirakan
(Hadi, 1997, hal. 58).
Menurut pendapat Branch langkah terakhir dalam kajian dampak sosial
(Social Impact Assessment) adalah mitigasi untuk masing-masing dampak
diformulasikan dalam desain pelaksanaan mitigasi. Disamping itu perlu juga perlu
dilakukan analisa apakah ada dampak yang tersisa setelah adanya mitigasi. Untuk
mengkaji apakahmitigasi berjalan dengan baik, maka perlu dilengkapi dengan
proses monitoring (Hadi, 1997, hal. 30)
Ringkasan dari beberapa uraian mengenai langkah-langkah yang
dilakukan dalam pelaksanaan Social Impact Assessment menurut para ahli dapat
dilihat pada tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pelaksanaan Social Impact Assessment Menurut Ahli
Langkah-Langkah Social Impact
Langkah-Langkah Social Impact
Assessment Menurut Wolf
Assessment Menurut Branch et al
1. Pelingkupan (hal. 47)
1. Pelingkupan yang terdiri dari proses
identifikasi data dasar dari proyek dan
inventarisasi kondisi sosial awal (hal. 47)
2. Prakiraan Dampak (hal. 49)
2. Prakiraan dan Evaluasi (hal. 49)
3. Mitigasi (hal. 52)
3. Mitigasi (hal. 53)
4. Evaluasi dan Monitoring (hal. 56)
4. Desain Mitigasi dan Program Monitoring
(hal. 56)
Sumber: diolah kembali
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
57
Dan berdasarkan uraikan yang dilakukan secara menyeluruh dan
terperinci sesuai dengan kerangka pemikiran diatas untuk menganalisa data
penelitian. Maka penelitian ini akan menguraikan secara singkat mengenai
penerapan metode Social Impact Assessment dalam pelaksanaan tanggung jawab
sosial perusahaan pada gambaran alur pikir penelitian seperti yang tertera pada
gambar 2.5 berikut:
Pembangunan Sosial
Menurut Midgley : suatu
proses perubahan sosial yang
terencana yang didesain untuk
mengangkat kesejahteraan
penduduk secara menyeluruh,
dengan menggabungkannya
dengan proses pembangunan
ekonomi yang dinamis.
Kebijakan CSR
Dalam berbagai kegiatan usahanya pihak
korporat hendaknya tidak hanya berorientasi
memaksimalkan keuntungan namun juga
memperhatikan tanggung jawab sosial
kepada masyarakat. Dengan diperhatikannya
kedua aspek tersebut, maka masyarakat bisa
merasakan manfaat baik secara ekonomi
Pembangunan Berkelanjutan
Paradigma pembangunan
berkelanjutan adalah upaya
untuk dapat memenuhi
kebutuhan pada saat ini tanpa
mengurangi kemampuan
generasi masa depan untuk
memenuhi kebutuhannya.
maupun sosial dari kegiatan usaha yang
dilakukan oleh korporat.
Social Impact Assessment
proses menganalisis & mengelola konsekuensi dari
intervensi yang direncanakan untuk tujuan
keberlanjutan dan keadilan biofisik, manusia dan
lingkungan, dan terdiri dari tahapan berikut:
Pelingkupan
Prakiraan
Dampak
Evaluasi dan
Mitigasi
Monitoring
Implementasi CSR
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran Teori
Sumber: diolah kembali
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
BAB 3
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1
Artha Graha Peduli
Bagi Artha Graha Network, pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan
atau corporate social responsibility (CSR) merupakan upaya untuk menciptakan
suasana kegiatan operasi yang harmonis dan menyelaraskan strategi bisnis
perusahaan dengan program-program berkesinambungan yang mengacu pada
kebutuhan masyarakat. Sebagai bagian dari tanggung jawab sosialnya, selain
melaksanakan program corporate social responsibility di setiap perusahaan dalam
jaringan, Artha Graha Network mendirikan Artha Graha Peduli.
Artha Graha Peduli adalah lembaga nirlaba berbentuk yayasan yang
merupakan wujud kepedulian dan komitmen pelaksana corporate social
responsibility dari perusahaan yang tergabung dalam Artha Graha Network.
Aktivitas CSR yang telah dilakukan oleh Artha Graha Network dalam berbagai
kegiatan diselenggarakan bersama maupun melalui Artha Graha Peduli (AGP)
dengan fokus kepada bantuan terhadap korban bencana alam, pendidikan,
pengembangan kesejahteraan sosial dan ekonomi, lingkungan hidup, kesehatan,
dan olah raga. Artha Graha Network juga sangat tegas berkomitmen untuk
meningkatkan
kesejahteraan
karyawannya
dan
ini
ditunjukkan
melalui
pembentukan IKAJIH (Ikatan Karyawan Grup Artha Graha & JIHD), yaitu
organisasi pekerja Artha Graha yang berfokus untuk memastikan bahwa karyawan
Artha Graha Network menerima perlakuan yang adil dan kompensasi, serta
dilengkapi dengan keterampilan dan pengetahuan yang cukup agar dapat
mewujudkan tujuan kedua belah pihak yaitu pribadi karyawan dan perusahaan.
3.1.1 Visi dan Misi
Visi dan Misi yang menjadi panduan dalam menjalankan aktivitas dan
kegiatan Artha Graha Peduli adalah :
a. Visi Artha Graha Peduli
Membangun kepedulian sosial, kemanusian, tanggap bencana alam, pendidikan
dan olahraga serta pelestarian lingkungan hidup yang berkelanjutan.
58
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
59
b. Misi Artha Graha Peduli
Mewujudkan
kepedulian
tersebut
dalam
berbagai
kegiatan
berbasis
kemasyarakatan guna mendukung terciptanya kemandirian bangsa dan negara
melalui peningkatan kesejahteraan masyarakat.
3.2
Deskripsi Umum Program CSR Artha Graha
Keberhasilan korporat tentu tidak saja diukur dari keberhasilan secara
finansial ataupun kemampuan meningkatkan dan mengelola keuangan korporat,
namun juga diukur dari pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan
tanggung jawab sosial perusahaan. Selama ini Artha Graha Peduli telah secara
aktif berpartisipasi dalam beragam kegiatan aksi sosial yang bertujuan untuk
membangun hubungan baik dengan berbagai kelompok masyarakat di sekitar
kawasan korporat beroperasi. Artha Graha Peduli percaya bahwa kegiatan sosial
tersebut akan menciptakan dampak positif dalam menjalin hubungan yang
harmonis dengan masyarakat sekitarnya. Untuk itu, Artha Graha Peduli memiliki
enam pilar program yang menjadi fondasi utama kepedulian Artha Graha.
3.2.1 Artha Graha Peduli Lingkungan Hidup
Dalam aktivitas pelestarian lingkungan hidup, Artha Graha Network mulai
mengupayakan kegiatan penghijauan di lingkungan kantor (green office).
Penerapan praktik-praktik penghijauan di lingkungan kantor, antara lain dengan
efisiensi penggunaan listrik dan kertas dalam operasional sehari-hari. Gerakan
efisiensi lainnya, seperti mematikan lampu dan komputer bila ruangan tidak
digunakan, menggunakan kertas bekas untuk memo yang sifatnya nonpersetujuan, serta menggunakan amplop bekas untuk pengiriman memo atau surat
di lingkungan internal. Selain itu, karyawan juga didorong untuk menggunakan
email secara optimal dalam berkomunikasi dan mengirimkan memo, mencetak
dokumen sesuai keperluan, dan mengurangi penggunaan telepon dengan
mengoptimalkan penggunaan telepon seluler kantor untuk kemudahan dan
jangkauan berkomunikasi. Penerapan green office di lingkungan Artha Graha
Network akan memberikan dua keuntungan, yaitu keuntungan tangible berupa
peningkatan pendapatan, pengurangan biaya dan peningkatan efisiensi, serta
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
60
keuntungan intangible berupa peningkatan citra, penerapan CSR dan tata kelola
perusahaan.
Artha Graha Network sadar bahwa korporat memiliki fungsi strategis
dalam mendorong dunia usaha untuk turut menjaga kelestarian lingkungan dan
alam. Untuk itu, Artha Graha Network bersama Artha Graha Peduli telah
melakukan berbagai aktivitas sejalan dengan azas green corporate serta upaya
mengantisipasi pemanasan global. Salah satunya dengan turut berpartisipasi
melalui Tambling Wildlife Nature Conservation, kawasan hutan konservasi untuk
perlindungan keanekaragaman hayati flora dan fauna di Kabupaten Lampung
Barat dan Kabupaten Tanggamus, Propinsi Lampung.
3.2.1.1 Tambling Wildlife Nature Conservation
Artha Graha menyatakan komitmennya dalam dalam menjaga keselamatan
bumi dengan berpatisipasi dalam mengurangi pemanasan global yang diwujudkan
dalam bentuk kolaborasi aksi memelihara, meningkatkan, pelestarian dan
pengelolaan kawasan konservasi seluas 45.000 ha melalui Tambling Wildlife
Nature Conservation (TWNC) termasuk ± 15.000 ha berupa cagar alam laut dan
bagian lainnya berupa daratan berhutan di Kabupaten Lampung Barat dan
Kabupaten
Tanggamus,
Provinsi
Lampung.
Tambling
Wildlife
Nature
Conservation (TWNC) merupakan bagian dari Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan (TNBBS). Secara administrasi termasuk dalam wilayah Kabupaten
Tanggamus (Tampang) dan Kabupaten Lampung Barat (Belimbing), sementara
menurut administrasi pengelolaan termasuk dalam wilayah Seksi Pengelolaan
Taman Nasional (SPTN) III Sukaraja Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Secara geografis, TWNC terletak pada 50 43’ 5”-50 58’ 2” LS dan 1040 27’ 9”1040 46’ 4”BT. Kawasan TWNC terletak di ujung selatan dari TNBBS, sehingga
memiliki topografi yang cukup datar, landai, bergelombang, beberapa bukit-bukit
bergelombang dan agak curam dengan ketinggian berkisar antara (-25-175) m dpl.
Kawasan ini menyimpan spesies langka dan pemandangan yang alami.
Hutan yang ada di kawasan tersebut dikategorikan sebagai hutan hujan tropika
dataran rendah yang terdiri dari hutan pantai, hutan mangrove, dan rawa gambut.
Sebagian besar kawasan itu merupakan zona inti dan cagar alam yang dijaga
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
61
kelestariannya. Hutan primer dan sekundernya menjadi habitat sekitar 50 jenis
burung dari 11 familia. Sementara hutan mangrovenya menjadi tempat hidup tak
kurang dari 41 spesies burung. Kawasan ini juga menjadi lokasi yang mendukung
untuk populasi mamalia. Bagian pantainya merupakan tempat hidup penyu hijau,
penyu belimbing, dan penyu sisik.
Untuk mengelola kawasan tersebut, Artha Graha Peduli sejak tahun 1996
telah mengantongi SK Menteri Kehutanan Nomor 415/Kpts-II/1992. Nama
Tambling sendiri merupakan kependekan dari Tampang-Belimbing. Visi dari
TWNC ini adalah membuat sebuah konservasi alam sebagai partisipasi nyata bagi
Indonesia dalam mengurangi efek pemanasan global dan juga mengelola dan
melestarikan ekosistem hutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Misinya yaitu menjadi hutan konservasi dan reboisasi serta konservasi alam bagi
satwa liar di Indonesia di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Visi
dan misi tersebut kemudian kedalam program-program sebagai berikut:
a.
Konservasi
b.
Keselamatan dan keamanan dalam mencegah terjadinya kegiatan perburuan
liar, aktivitas pembalakan liar, illegal fishing, dan kebakaran hutan.
c.
Pengembangan Masyarakat, melalui:

Sosialisasi program untuk masyarakat sekitar, termasuk anak-anak,
tentang hutan dan konservasi biota laut (Forum dan diskusi dilakukan
seminggu sekali dengan masyarakat desa)
Gambar 3.1 Forum Diskusi dengan Masyarakat Sekitar Tambling Wildlife Nature
Conservation
Sumber : Artha Graha Peduli

Membangun sekolah dasar bagi anak-anak

Limbah manajemen
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
62

Desa Konservasi Mandiri
(a) Pengembangan masyarakat dan penduduk asli.
(b) Perbaikan jalan disekitar desa konservasi untuk memberikan
kemudahan dalam beraktivitas.
(a)
(b)
Gambar 3.2 Desa Konservasi yang Ada di Sekitar Tambling Wildlife Nature
Conservation
Sumber : Artha Graha Peduli
Desember tahun 2011 Artha Graha Peduli menandatangi perjanjian
kerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam rangka Program
Kemitraan dan Pengembangan Sistem Pelayanan Pasca Rehabilitasi Korban
Penyalahgunaan Narkoba. Program ini adalah upaya dalam mendukung dan
memberikan
kontribusi
pelaksanaan
Pencegahan
dan
Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) sesuai Intruksi Presiden
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional P4GN serta
membentuk mentalitas positif dan peningkatan hidup para korban penyalahgunaan
Narkoba. Sebagaimana diamanatkan Presiden melalui Inpres tersebut, ini
merupakan bentuk dari perwujudan komitmen institusi negara dan sektor swasta
sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing.
Penandatanganan nota kerjasama yang ditandatangani itu meliputi
Program Kemitraan dan Pengembangan Sistem Pelayanan Pasca Rehabilitasi
Korban Penyalahgunaan Narkoba dengan mengikuti program aftercare yang
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
63
menggunakan metode berbasis kinerja dan konservasi alam di wilayah hutan
konservasi Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) dengan area hutan
konservasi yang dikelilingi laut serta memiliki beragam kekayaan alam serta
keanekaragaman hayati. Melalui program aftercare ini, diharapkan dapat
mengurangi terjadinya kekambuhan (relapse) para residen, dengan cara diberikan
berbagai keterampilan dan pelatihan kerja sebagai bekal pada saat kembali ke
masyarakat, dengan demikian para residen yang mengikuti program ini dapat
menjadi pribadi mandiri dan mampu mengoptimalkan kemampuan sesuai yang
dimilikinya sehinggabisa berintegrasi dan bersosialisasi dengan baik di
lingkungan masyarakat, karenanya keterlibatan sosial kemasyarakatan sangat
diperlukan untuk mengakomodasi kebutuhan residen mengaktualisasikan diri
secara nyata.
Kerjasama yang dilakukan BNN dengan Yayasan Artha Graha Peduli ini
merupakan bentuk dukungan sekaligus untuk memberikan kontribusi aktif dalam
hal P4GN dan juga bertujuan agar dapat mengembangkan sistem pelayanan
rehabilitasi korban penyalahgunaan Narkoba melalui metode Therapeutic
Community (TC).
Selain di Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC), kemitraan
untuk tempat rehabilitasi dan paska rehabilitasi narkoba juga dilakukan di Pulau
Sebaru, Kabupaten Pulau Seribu, Jakarta. Disini Artha Graha Peduli berkontribusi
dengan menyediakan fasilitas terkait rehabilitasi narkoba.
3.2.2 Artha Graha Peduli Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan Artha Graha Peduli ketahanan pangan biasa dilakukan dengan
memberikan bantuan Paket sembako kepada masyarakat yang kurang mampu.
Melalui kegiatan ini Artha Graha Peduli senantiasa ingin berbagi dengan
masyarakat yang tergolong kurang mampu di sekitar korporat beroperasi,
terutama menjelang hari besar keagamaan seperti Idul Fitri, Imlek, Natal, Idul
Adha, dan hari besar keagamaan lainnya. Program ini juga diharapkan dapat
mendorong tumbuhnya kepedulian sosial nasional dalam rangka mengentaskan
kemiskinan dan memperkuat ketahanan pangan dengan cara sederhana, sekaligus
menyentuh masyarakat hingga ke strata paling bawah. Kegiatan rutin dari Artha
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
64
Graha Peduli ketahanan pangan, yaitu dilaksanakannya pemberian bantuan beras
setiap hari jumat disetiap pekannya.
3.2.3 Artha Graha Peduli Sosial, Budaya dan Pendidikan
Komitmen untuk terus berperan dalam peningkatan kualitas pendidikan
tidak hanya diwujudkan dalam bentuk bantuan fisik, tetapi juga pada non-fisik.
Untuk itu, Artha Graha Network secara konsisten berperan aktif dalam upaya
pengembangan pengetahuan masyarakat.
3.2.4 Artha Graha Peduli Kesehatan
Sebagai bentuk kepeduliannya di bidang kesehatan, Artha Graha Network
sering mengadakan kegiatan seperti Bakti Sosial Kesehatan, Donor Darah,
menyelenggarakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) untuk penyakit campak dan
polio untuk masyarakat di sekitar korporat beroperasi, dan membantu
memfasilitasi fasilitas kesehatan di beberapa RSUD.
Gambar 3.3 Kegiatan Artha Graha Peduli Kesehatan
Sumber : Artha Graha Peduli
3.2.5 Artha Graha Peduli Penanganan Bencana
Dilandasi dengan pemikiran bahwa korporat merupakan bagian dari suatu
masyarakat, Artha Graha Network menyadari bahwa setiap korporat memiliki
tanggung jawab sosial untuk membantu dan mengembangkan masyarakat di
sekitarnya, khususnya masyarakat yang mengalami musibah. Artha Graha
Network bersama dengan Artha Graha Peduli berusaha untuk mengurangi beban
dengan menyalurkan bantuan secara nasional baik secara langsung kepada
masyarakat maupun melalui kantor cabang-kantor cabang. Selanjutnya, sebagai
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
65
bentuk manifestasi apresiasi perusahaan terhadap kontribusi yang diberikan,
perhatian juga ditujukan kepada karyawan yang mengalami musibah.
3.2.6 Artha Graha Peduli Bantuan Hukum bagi masyarakat kurang mampu.
Belum ada kasus yang ditangani secara khusus terkait masalah bantuan
hukum ini. Pihak Artha Graha Peduli telah mempersiapkan tim legal dari
perusahaan yang tergabung di Artha Graha Network apabila ada pihak yang
membutuhkan bantuan khususnya bagi masyarakat yang tidak mampu.
3.3
Kawasan Niaga Terpadu Sudirman
Kawasan Niaga Terpadu Sudirman atau yang biasa disebut dengan
Sudirman Central Business District merupakan pusat perdagangan, jasa, dan
perkantoran di kawasan Sudirman, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kawasan
yang lebih dikenal dengan sebutan SCBD ini memiliki beberapa high rise
building yang berfungsi sebagai perkantoran dan perdagangan. Di antaranya
adalah Bursa Efek Jakarta, Electronic City, Ritz Carlton Hotel, Menara Artha
Graha, dan The Pacific Place. Keberadaan mix use building mall dan apartemen di
SCBD memberikan kontribusi yang besar bagi kawasan ini. Baik dari segi
akomodasi permukiman bagi mereka yang bekerja di SCBD, maupun dari segi
peningkatan nilai investasi kawasan ini. Keberadaannya yang dekat dengan
kawasan permukiman elite Kebayoran Baru, juga memberi kemudahan bagi
warga kelas atas untuk berbelanja dan berinvestasi di SCBD.
Sudirman Central Business District (SCBD) terletak di ujung selatan
kawasan Sudirman, lokasi bisnis yang paling prima dan menjanjikan di CBD
Jakarta. Sekitar 500 meter dari Semanggi Interchange, SCBD adalah satu satunya
kawasan dengan konsep pengembangan yang terintegrasi yang berada di
Sudirman dengan akses langsung ke Jl. Jend Sudirman, Jl. Jend Gatot Subroto,
dan Jl. Senopati, yang merupakan jalur utama Jakarta. Kawasan Sudirman Central
Business District (SCBD) secara administratif, berada di wilayah Kelurahan
Senayan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kawasan terpadu ini
dikelola oleh sebuah perusahaan pengembang, yaitu PT Danayasa Arthatama
Tbk.
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
66
3.4
PT Danayasa Arthatama Tbk
PT Danayasa Arthatama Tbk (Perusahaan) didirikan pada tanggal 1 April
1987 berdasarkan akta notaris No. 9 tanggal 1 April 1987 yang dibuat dihadapan
Misahardi Wilamarta, S.H., notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh
Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.C27255.HT.01.01.TH.87 tanggal 13 November 1987 serta diumumkan dalam Berita
Negara No. 27 tanggal 3 April 1990, Tambahan No. 1260. Anggaran dasar
Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No. 6
tanggal 18 Januari 2002 yang dibuat dihadapan notaris di Jakarta, diantaranya
mengenai perubahan status perseroan dari Perseroan Tertutup menjadi Perseroan
Terbuka, serta menyetujui penawaran umum kepada masyarakat melalui Pasar
Modal. Perubahan anggaran dasar tersebut telah disahkan oleh Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan
No. C- 02363 HT.01.04.TH.2002 tanggal 12 Februari 2002, dan telah diumumkan
dalam Berita Negara No. 40 tanggal 17 Mei 2002, Tambahan No. 4839. Anggaran
Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta
No. 83 tanggal 23 Juni 2008 dari notaris di Jakarta, sehubungan dengan
penyesuaian Anggaran Dasar Perusahaan terhadap Undang–Undang Republik
Indonesia No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perubahan Anggaran
Dasar tersebut telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-85013.AH.01.02. Tahun
2008 12 November 2008.
Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan
Perusahaan meliputi usaha pembangunan perumahan (real-estate), perkantoran,
pertokoan dan pusat niaga beserta fasilitas-fasilitasnya, menyewakan bangunanbangunan, ruangan-ruangan kantor dan ruangan-ruangan pertokoan beserta
fasilitas-fasilitasnya, menyediakan sarana dan prasarana dan melaksanakan
pembangunan, pengusahaan dan pengembangan pembangunan kawasan niaga
terpadu. Saat ini, Perusahaan sedang mengembangkan area sekitar 45 hektar yang
terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, yang dikenal dengan nama
Kawasan Niaga Terpadu Sudirman (SCBD). Perusahaan memulai kegiatan
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
67
operasionalnya sejak tahun 1989. Kantor pusat perusahaan berkedudukan di
Gedung Artha Graha Lantai 12, Kawasan Niaga Terpadu Sudirman, Jalan
Jenderal Sudirman Kavling 52 - 53, Jakarta Selatan.
Dalam rangka mendorong PT Danayasa Arthatama Tbk tumbuh dan
berkembang serta mampu bersaing di dunia Internasional, maka PT Danayasa
Arthatama Tbk harus memiliki visi dan misi. Adapun visi dari perusahaan, yaitu
mewujudkan kawasan SCBD menjadi kawasan bisnis terbaik di Indonesia yang
berkualitas internasional. Dan yang menjadi misi perusahaan, adalah:

Menciptakan keseimbangan optimum antara perkembangan potensi lahan
dengan aspek sosial, budaya dan lingkungan.

Menciptakan citra SCBD sebagai landmark Jakarta yang memiliki
identitas sendiri.

Mengembangkan lahan berdasarkan jaringan infrastruktur dan kondisi
lingkungan yang tertata dengan baik.

Memperkuat identitas melalui pengembangan pintu gerbang kawasan.

Memungkinkan modifikasi dan ekspansi sewaktuwaktu
perubahan kondisi.
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
bila terjadi
BAB 4
TEMUAN LAPANGAN
Berikut diuraikan hasil pengumpulan data di lapangan yang dilakukan
melalui proses studi dokumentasi dan wawancara. Dari hasil tersebut diperoleh
beberapa informasi penting terkait dengan penerapan metode Social Impact
Assessment dalam tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan oleh Artha
Graha.
4.1
Pelaksanaan Proyek Pembangunan oleh Artha Graha Network
4.1.1 Latar Belakang dan Tujuan Proyek SCBD
Setiap perencanaan kegiatan proyek yang dibuat oleh sebuah perusahaan
pasti memiliki latar belakang dan tujuan. Adapun hal yang melatarbelakangi
adanya kegiatan proyek di Artha Graha Network adalah untuk menjawab
tantangan global dalam hal pembangunan dan bertujuan dalam melakukan
investasi untuk memperoleh berbagai manfaat baik secara komersial ataupun
secara non komersial. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh perwakilan dari Artha
Graha Network yang mempunyai peran aktif didalam kegiatan Artha Graha Peduli
bahwa:
“Guna menjawab tantangan global mengenai pembangunan, maka kami
mengembangkanlah berbagai macam kegiatan proyek pembangunan.
Adapun tujuan dari pelaksanaan proyek yang dilakukan oleh Artha Graha
Network secara global adalah investasi untuk memperoleh berbagai
manfaat baik secara komersial ataupun secara non komersial”. (Informan
HD, November 2012)
Meningkatnya iklim investasi yang terjadi di kota Jakarta membuat
kebutuhan akan ruang semakin meningkat. Terkait dengan itu maka akan
berimbas pada semakin banyaknya pembangunan dan pengalihfungsian kawasan
permukiman menjadi kawasan perdagangan, membuat lahan untuk perumahan
semakin sempit, harga tanah menjadi semakin mahal, dan kesulitan pencapaian
pusat kota oleh masyarakat karena kawasan permukiman dialihkan ke pinggiran
kota Jakarta. Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi Artha Graha Network
68
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
69
mengadakan sebuah proyek kawasan terpadu di daerah Sudirman dengan tujuan
untuk mengakomodasi berbagai jenis aktivitas di dalam satu jaringan kota. Hal
tersebut seperti yang diungkapkan oleh salah satu pimpinan perusahaan yang
tergabung didalam Artha Graha Network berikut:
“Adanya kebutuhan ruang yang selalu meningkat terutama di pusat kota
seperti Jakarta, baik untuk keperluan sebagai ruang kerja kantor maupun
tempat tinggal hal ini yang menyebabkan para investor tertarik untuk
berinvestasi pada sektor property. Namun disatu sisi lahan yang digunakan
untuk membangun mulai berkurang maka dari itu tujuan proyek kawasan
niaga terpadu ini untuk menyiasati kurangnya lahan tersebut dengan
memanfaatkan keterbatasan lahan semaksimal mungkin dengan konsep
mix use building, yaitu dimana kami mengakomodasi berbagai jenis
aktivitas perdagangan, perkantoran,
jasa, dan permukiman,
yang
terintegrasi dalam satu wilayah.” (Informan AR, Desember 2012)
Keberadaan mix use building di kawasan Sudirman memberikan kontribusi
yang besar bagi kawasan ini. Baik dari segi akomodasi permukiman bagi mereka
yang bekerja di Sudirman, maupun dari segi peningkatan nilai investasi kawasan
ini. Dengan demikian keadaan ini tentu memberikan perubahan di masyarakat.
4.1.2 Keadaan Sebelum Ada dan Sesudah Ada Proyek
Kondisi suatu daerah sebelum dan pasca dilakukannya kegiatan usaha
sudah pasti ada perubahan. Tidak sedikit orang yang mengharapkan perubahan
terjadi mempunyai bentuk lebih baik bahkan sempurna dari keadaan yang
sebelumnya. Perubahan yang terjadi meliputi aspek sosial, budaya, kesehatan dan
ekonomi masyarakat. Dengan adanya kegiatan usaha atau proyek ini diharapkan
akan memberi banyak manfaat untuk masyarakat Indonesia secara luas dengan
terjadinya pertumbuhan ekonomi yang efeknya dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat karena terciptanya lapangan pekerjaan. Hal tersebut tercermin dalam
pernyataan di bawah ini:
“Tentu saja ada perbedaan sebelum proyek dilakukan dan setelah proyek
dilaksanakan. Perbedaan ini meliputi berbagai aspek, seperti aspek sosial,
budaya, kesehatan, dan tentu saja aspek ekonomi karena kegiatan proyek
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
70
yang kami lakukan diharapkan bisa untuk memacu pertumbuhan ekonomi,
baik di tingkat nasional maupun daerah, serta mengurangi pengangguran,
mengentaskan kemiskinan dan tentunya meningkatkan kesejahteraan
rakyat.” (Informan HD, November 2012)
Perubahan yang terjadi menurut satu kondisi dianggap lebih baik, namun
dari sisi yang lain memberikan dampak yang kurang diharapkan. Pesatnya
perkembangan yang terjadi di ibukota menjadi daya tarik tersendiri bagi warga di
daerah/pedesaan untuk datang dan mengadu nasib di Jakarta. Hal ini
menyebabkan pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi dan tidak merata
penyebarannya, seperti hal berikut yang dikemukakan oleh informan:
“Pesatnya pembangunan yang terjadi khususnya di ibukota tentu saja
menimbulkan perubahan yang sangat signifikan. Kita bisa lihat bagaimana
padatnya penduduk disini yang setiap tahunnya selalu terjadi penambahan
penduduk, masalah urbanisasi yang terus meningkat tiap tahunnya dan
nantinya akan menimbulkan polemik tersendiri lagi.” (Informan ES,
Desember 2012)
Berdasarkan pernyataan informan diatas, bahwa perusahaan menyadari
dari segala kegiatan proyek yang dilakukan pasti akan menimbulkan berbagai
perubahan di masyarakat. Dengan perubahan yang terjadi ini, perusahaan berharap
bahwa segala kegiatan usahanya dapat memberikan manfaat yang besar bagi
masyarakat di sekitar proyek beroperasi pada khususnya.
4.1.3 Dampak yang Ditimbulkan dari Proyek SCBD
Setiap kegiatan pembangunan atau proyek yang dilaksanakan pasti
menimbulkan dampak terhadap lingkungan dan masyarakat sekitarnya baik
dampak positif maupun dampak negatif. Beragamnya ruang lingkup usaha yang
dilakukan oleh Artha Graha Network tentu akan menimbulkan dampak yang
beragam pula. Kegiatan usaha tentunya akan membawa dampak yang positif di
masyarakat, seperti terciptanya lapangan pekerjaan, menambah penghasilan
penduduk, menghasilkan aneka barang dan jasa yang dibutuhkan oeh masyarakat,
merangsang masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan, dan meningkatnya
infrastruktur di sekitar wilayah beroperasinya usaha, seperti perbaikan jalan,
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
71
lengkapnya sarana dan prasarana umum seperti pasar, rumah sakit, sekolah, dan
lain-lain.
“Sektor bisnis yang dilakukan Artha Graha Network itu kan sangat luas,
mulai dari sektor keuangan, properti, pertanian, sampai dengan sektor
sumber daya. Tentunya dampak yang ditimbulkan dari kegiatan bisnis ini
juga akan beragam, demikian pula dengan besaran dampak yang
ditimbulkannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain yaitu
faktor lingkungan dan ruang lingkup dari kegiatan bisnis tersebut. Dengan
melakukan kegiatan bisnis, kami berharap dapat memberikan manfaat
untuk sekitar masyarakat yang berada di sekitar perusahaan kami
beroperasi. Mulai dari membuka lapangan pekerjaan, menambah
penghasilan penduduk, menghasilkan aneka barang yang dibutuhkan oeh
masyarakat, merangsang masyarakat utuk meningkatkan pengetahuan,
meningkatkan infrastruktur di sekitar wilayah beroperasinya usaha, seperti
perbaikan jalan, melengkapi sarana dan prasarana demi menunjang
kebutuhan karyawan kami pada khususnya dan masyarakat sekitar pada
umumnya.” (Informan HD, November 2012)
Informan JS, sebagai koordinator lapangan di salah satu perusahaan yang
tergabung dalam Artha Graha Network secara lebih terperinci memberikan
gambaran mengenai dampak yang ditimbulkan dari kegiatan proyek. Informan JS.
Tahapan itu meliputi tahap pra kontrusksi, tahap kontruksi dan tahap pasca
kontruksi. Informan JS menjelaskan bahwa kegiatan yang dilakukan pada setiap
tahapan tersebut berbeda sehingga dampak yang nantinya akan ditimbulkannya
pun akan beragam. Penjelasan yang diberikan sebagai berikut:
“Dari setiap proyek yang kami lakukan itu ada tahapan yang harus selalu
membagi menjadi tiga bagian dampak yang ditimbulkan dari setiap
tahapan kegiatan didalam proyek kami laksanakan. Kami membaginya
kedalam tiga tahapan, yaitu tahap pra kontruksi, tahap kontruksi, dan tahap
pasca kontruksi. Jenis kegiatan yang dilakukan dari setiap tahapan
berbeda-beda jadi dampak yang ditimbulkannya pun akan berbeda.
Contohnya, untuk kegiatan pra kontruksi, yang kami lakukan itu mulai dari
survey lokasi dimana kami akan menjalankan proyek tersebut. Setelah itu
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
72
kami biasanya akan melakukan pengadaan dan pembebasan lahan, yang
dampaknya itu bisa berupa pemindahan penduduk atau bahkan tidak
jarang akan muncul para spekulan tanah. Tahap kontruksi kegiatan yang
kami lakukan lebih banyak lagi karena disinilah tahapan krusialnya.
Kegiatan tersebut meliputi, pertama mobilisasi tenaga kerja, yang
dampaknya itu bisa berupa kecemburuan sosial antara penduduk lokal
dengan para pekerja yang berasal dari luar daerah atau sebenarnya dengan
adanya proyek ini akan meningkatan kesempatan kerja bagi para penduduk
lokal. Kedua, mobilisasi peralatan berat yang bisa merusak sarana jalan.
Ketiga, kontruksi jalan akses ke lokasi proyek yang bisa menyebabkan
meningkatnya gangguan kemacetan dan tercecernya tanah dan material
bangunan. Dan terakhir yaitu, pelaksanaan pekerjaan kontruksi di
lapangan, seperti penyiapan dan pembersihan lahan, penggalian tanah
untuk pondasi, pembuatan sistem drainase, pemasangan tiang pancang,
pengoperasian base camp untuk para pekerja serta kegiatan kontruksi
lainnya yang biasanya akan menimbulkan kerusakan prasarana jalan,
pencemaran udara, pencemaran air permukaan, timbulnya genangan air
atau banjir lokal, banyaknya debu, adanya getaran dari alat-alat berat dan
suara bising, serta kecemburuan sosial. Untuk pasca kontruksi yaitu tahap
dimana kegiatan dari pengoperasian dan pemeliharaan dilakukan ya agar
dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan.” (Informan JS,
November 2012)
4.1.4 Dasar Pertimbangan Melakukan Kajian Dampak Sosial
Setiap kegiatan pembangunan yang dilaksanakan pasti menimbulkan
dampak terhadap lingkungan dan masyarakat baik dampak positif maupun
dampak negatif, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana melaksanakan
pembangunan untuk mendapatkan hasil dan manfaat yang maksimum dengan
dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat yang minimum. Melakukan
studi kelayakan sebelum melaksanakan suatu kegiatan pembangunan sangat
diperlukan, karena dokumen hasil studi tersebut bisa dijadikan acuan dalam
rangka mewujudkan hasil dan nilai guna pembangunan secara maksimal dan
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
73
untuk menghindari ketidakefisienan. Hal tersebut diutarakan oleh salah satu
karyawan yang bekerja di Artha Graha Network:
“Dari hasil studi pastinya akan menghasilkan sebuah dokumen yang bisa
dijadikan acuan untuk melakukan pengelolaan yang baik selama proses
dari proyek berlangsung. Dokumen yang dijadikan acuan ini harus mampu
meningkatkan hasil dan nilai guna serta dapat menghindari semua
pengaruh yang mengarah pada bentuk ketidakefisienan.” (Informan YM,
Oktober 2012)
Agar kegiatan usaha yang dilakukan oleh Artha Graha Network dapat
berjalan dengan efisien dan sesuai dengan visinya untuk tumbuh dan berkembang
bersama masyarakat dengan mengedepankan kepedulian pada masyarakat dan
lingkungan maka Artha Graha Network berupaya bahwa semua dampak negatif
yang ditimbulkan terkait
dengan kegiatan proyek pembangunan untuk
mewujudkan tujuan tersebut harus bisa diminimalkan atau bahkan bilamana
memungkinkan harus dihilangkan sama sekali. Hal ini dikemukakan oleh
informan sebagai berikut:
“Secara garis besar visi dari perusahaan yang tergabung di dalam Artha
Graha Network itu kan tumbuh dan berkembang bersama masyarakat
dengan mengedepankan kepedulian pada masyarakat dan lingkungan serta
mewujudkan cita-cita menjadi jaringan bisnis yang dimiliki oleh pihak
swasta namun secara penuh harus bisa pula menjalankan fungsi
pengabdian untuk kepentingan masyarakat. Hal ini berarti bahwa semua
dampak negatif yang ditimbulkan terkait dengan kegiatan proyek
pembangunan untuk mewujudkan tujuan tersebut harus bisa diminimalkan
atau bahkan bilamana memungkinkan harus dihilangkan sama sekali, kami
menganggap ini adalah sebagai bentuk kepedulian kami terhadap
lingkungan dan masyarakat sekitar perusahaan beroperasi.” (Informan HD,
November 2012)
Dalam
mengelola
dampak
yang
ditimbulkan,
perusahaan
sudah
mengantisipasinya dengan menyusun sebuah pedoman operasional yang akan
dijadikan sebagai rekomendasi. Hal senada diungkapkan oleh informan berikut:
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
74
“Kita itu mempunyai pedoman operasional dalam setiap melaksanakan
kegiatan atau proyek yang disusun pada saat tahap perencanaan. Pedoman
operasional ini yang selalu kita jadikan rekomendasi dalam mengelola
berbagai dampak yang ditimbulkan. Pengelolaan dampak ini adalah salah
satu bentuk tanggung jawab kami selain tanggung jawab yang lain
tentunya terhadap pembangunan.” (Informan AR, Desember 2012)
Dari semua pernyataan di atas, dasar dari perusahaan melakukan tindakan
mitigasi adalah karena perusahaan menyadari bahwa itu merupakan tanggung
jawab yang harus mereka lakukan.
4.2
Pelaksanaan Kajian Dampak Sosial (Social Impact Assessment)
Adapun penyajian hasil temuan lapangan disesuaikan dengan pertanyaan
dan tujuan penelitian berdasarkan pada langkah-langkah dalam Social Impact
Assessment dalam penelitian sebagai berikut:
4.2.1 Pelingkupan (Scoping)
Langkah dalam melakukan kajian dampak sosial (Social Impact
Assessment) dimulai pihak Artha Graha dengan melakukan identifikasi data dasar
mengenai keadaan lingkungan di sekitar wilayah tempat akan didirikannya usaha.
Kegiatan ini akan memberikan informasi awal tentang gambaran kondisi geografis
lokasi dimana kegiatan usaha tersebut akan berlangsung dan juga gambaran
kondisi sosial serta budaya yang ada di masyarakat sekitar lokasi. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan informan AR berikut:
“…Kami juga melakukan kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan
fakta mengenai sumber daya yang ada di sekitar wilayah tempat kami akan
mendirikan kegiatan usaha. Kegiatan ini meliputi survei mengenai status
dan keadaan fisik lahan yang akan digunakan dalam kegiatan usaha,
sumber daya yang ada baik dari alam maupun sumber daya manusianya,
serta kondisi sosial-budaya masyarakat yang ada di sekitar daerah
tersebut.” (Informan AR, Desember 2012)
Informan ES menambahkan bahwa proses kajian dampak yang mereka
lakukan terdiri dari serangkaian proses. Proses tersebut dimulai dengan dengan
mengumpulkan data dan informasi berupa gambaran tentang keadaan lingkungan
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
75
sekitar perusahaan beroperasi. Keadaan lingkungan yang dimaksud adalah
keadaan lingkungan baik secara fisik (alam) ataupun lingkungan sosialnya, selain
itu juga keadaan geografisnya. Setelah semua data yang dibutuhkan didapat maka
langakah selanjutnya yang mereka lakukan adalah melakukan proses triangulasi
dengan terjun ke lapangan dan melihat keadaan di sekitar wilayah perusahaan
beroparasi. Berikut pernyataan yang diberikan oleh informan ES:
“Langkah yang kami lakukan dalam rangkaian mengkaji dampak, yang
pertama adalah pengumpulan informasi tentang lingkungan baik
lingkungan alamnya ataupun lingkungan sosialnya dan juga keadaan
geografis sekitar Sudirman ini. Secara operasional kegiatan yang
dilakukan itu dengan melakukan penentuan seberapa luas daerah yang
akan terkena dampak dari kegiatan usaha kami. Luas daerahnya biasanya
kami bagi menjadi 3 ring utama, yaitu ring 1 yang meliputi daerah yang
jaraknya antara 500 meter sampai dengan 1 km dari lokasi usaha kami.
Ring 2, yaitu daerah yang jaraknya 1 km sampai dengan 5 km dari lokasi
usaha kami, dan yang terakhir ring 3 adalah daerah di luar ring 1 dan ring
2 yang kami gambarkan bisa saja sampai dengan Jakarta dan sekitarnya
(Jabodetabek). Kemudian langkah selanjutnya setelah gambaran mengenai
informasi lingkungan sekitar kami dapatkan, ada tim kami yang akan turun
lapangan untuk mengecek keabsahan dari informasi yang kami peroleh
tersebut serta untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kondisi
lingkungan sekitar baik secara demografis (komposisi penduduk yang
dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, seperti umur, jenis
kelamin, agama, pendidikan, dll.; pola perkembangan penduduk; dan
tingkat kepadatan serta sebaran penduduk), ekonomi (tingkat pendapatan,
kesempatan untuk melakukan usaha atau kesempatan kerja), sosial dan
budaya (bagaimana sikap dan pandangan masyarakat sekitar dengan
kegiatan usaha dan juga rencana usaha yang kami lakukan; pola kebiasaan
dan adat masyarakat sekitar; perubahan sosial dan budaya), dan juga
keadaan kesehatan masyarakat sekitar. Hasil dari penelitian di lapangan ini
harus sedetail mungkin karena data-data tersebut akan menjadi data dasar
untuk berbagai keperluan kami kedepannya untuk melakukan prakiraan
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
76
serta untuk kegiatan sosial yang akan dilakukan perusahaan.” (Informan
ES, Desember 2012)
Agar tujuan perusahaan dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang
diinginkan, maka apapun tujuan perusahaan (baik profit, sosial maupun gabungan
dari keduanya profit dan sosial), hendaknya apabila ingin melakukan investasi
sebaiknya didahului dengan satu studi. Hal ini seperti yang diutarakan oleh
informan sebagai berikut:
“Setiap akan memulai suatu kegiatan usaha, kami sudah pasti menyusun
yang namanya dokumen rencana kegiatan yang didalamnya menerangkan
dan menjelaskan data-data terkait dengan kegiatan usaha tersebut. Data
tersebut pada umumnya terdiri dari nama dan alamat perusahaan, nama
dari kegiatan usahanya, seberapa besar skala kegiatan usaha tersebut, serta
lokasi dimana kegiatan usaha tersebut akan dilakukan. Dari dokumen
rencana kegiatan inilah yang nantinya akan menjadi bahan acuan dalam
melakukan studi sebelum kegiatan usaha tersebut direalisasikan. Studi
yang kami lakukan adalah studi kelayakan usaha. Studi ini kami
kategorikan kedalam tiga bagian, yaitu kelayakan secara ekonomi,
kelayakan lingkungan, dan kelayakan teknis.” (Informan YM, Oktober
2012)
Informan HD menambahkan bahwa aspek hukum, aspek pasar, dan aspek
manajemen juga diperlukan dalam melakukan sebuah studi apakah kegiatan
proyek tersebut layak untuk dilakukan atau tidak. hal senada ini ia ungkapkan
sebagai berikut:
“Kita tentunya melakukan studi kelayakan apabila akan melakukan sebuah
kegiatan usaha. Ukuran kelayakan masing-masing usaha sangat berbeda,
misalnya antara usaha jasa dan nonjasa. Seperti pendirian hotel dengan
usaha pertambangan, akan tetapi aspek-aspek yang digunakan untuk
menyatakan layak atau tidaknya sama. Untuk aspeknya sendiri meliputi
aspek hukum, aspek pasar, aspek finansial, aspek teknik, aspek manajemen
dan aspek lingkungan.” (Informan HD, November 2012)
Dewasa ini kesadaran terhadap lingkungan hidup semakin membaik
dikalangan perusahaan, walaupun masih rendah bila dibandingkan dengan negara-
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
77
negara maju. Kesadaran ini ditandai dengan gencarnya isu lingkungan didalam
pelaksanaan kegiatan proyek, selain itu kondisi sosial masyarakat yang ada di
sekitar wilayah proyek juga mendapatkan perhatian khusus. Berikut pernyataan
dari informan AR:
“Studi dampak lingkungan untuk saat sekarang ini merupakan hal yang
wajib dilakukan oleh perusahaan yang akan melakukan kegiatan usaha
atau bisnis, jadi sudah dapat dipastikan bahwa kami juga melakukan hal
tersebut agar kegiatan usaha kami mendapatkan ijin usaha tentunya,
terlebih kegiatan usaha yang sifatnya mengekploitasi sumber daya yang
berasal dari alam.” (Informan AR, Desember 2012)
Hal senada juga diungkapkan oleh informan JS bahwa sebelum kegiatan
operasional proyek dilakukan hal utama yang harus dilakukan adalah membuat
perencanaan serta memprediksi segala kemungkinan yang akan terjadi yang
didalamnya itu memetakan resistensi dan potensi yang ada di masyarakat sekitar
dan juga lingkungan. Berikut pernyataannya:
“Sebelum kita memulai menempati wilayah baru dan memulai kegiatan
operasional, sebelumnya itu kita membuat perencanaan dan memprediksi
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Kita juga melakukan yang
namanya pemetaan mengenai resistensi dan potensi yang ada di
masyarakat sekitar juga lingkungan dimana kegiatan operasional kita akan
dilakukan.” (Informan JS, November 2012)
Dari informasi yang diberikan para informan diatas, mereka dari pihak
perusahaan menyadari pentingnya melakukan suatu studi kelayakan yang tujuanya
adalah untuk menilai apakah investasi yang akan ditanamkan layak atau tidak
untuk dijalankan (dalam arti sesuai dengan tujuan perusahaan) atau dengan kata
lain jika usaha tersebut dijalankan akan memberikan suatu manfaat atau tidak.
Selain itu studi kelayakan ini juga dilakukan demi untuk mencari jalan keluar agar
dapat meminimalkan hambatan dan resiko yang mungkin timbul di masa yang
akan datang.
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
78
4.2.2 Proses Prakiraan Dampak yang Ditimbulkan
Kegiatan proyek atau pembangunan yang dilakukan oleh Artha Graha
Network umumnya berskala besar dan sudah dapat dipastikan akan menimbulkan
dampak yang signifikan terhadap lingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu, setiap
akan melakukan kegiatan proyek Artha Graha Network selalu membuat prakiraan
dampak yang akan timbul agar ketika dampak yang dikhawatirkan terjadi telah
benar-benar terjadi maka pihak Artha Graha telah siap akan mengambil tindakan
apa yang harus diperbuat. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh
informan HD berikut:
“Studi yang kami lakukan sebelum kegiatan proyek dilakukan isinya itu
salah satunya mencakup tentang prakiraan dampak yang akan ditimbulkan
dari kegiatan proyek. Jadi sebelum dampak itu benar-benar terjadi, kami
sudah memikirkan tindakan apa yang akan kami ambil dan lakukan.”
(Informan HD, November 2012)
Dalam melakukan kajian dampak ada beberapa metode yang dapat
dilakukan mulai dari kajian dokumen, melakukan observasi lapangan, dan
wawancara secara mendalam serta kegiatan Focus Group Disscusion (FGD). Hal
ini senada dengan yang diutarakan oleh informan berikut:
“Untuk melakukan kajian dampak dari pelaksanaan proyek ada beberapa
langkah yang kami lakukan. Pertama, kami melakukan yang namanya
kajian dokumen yakni dengan cara mempelajari dokumen perencanaan
pembangunan yang telah disusun. Studi ini sangat perlu untuk dilakukan
terutama dalam melihat berbagai potensi isu-isu lingkungan yang
dimungkinkan muncul pada saat implementasi pembangunan. Kedua,
kami melakukan observasi lapangan yang dilakukan dengan cara melihat
secara langsung obyek yang menjadi lahan dimana proses pembangunan
dilakukan. Cara ini juga untuk memastikan secara visual sejauh mana
dampak yang diperkirakan akan muncul dan seberapa besar dampak yang
akan mempengaruhi lingkungan sekitar. Tahap terakhir yaitu kami
melakukan wawancara dan diskusi dengan masyarakat sekitar lingkungan
proyek. Disini kami sangat mengharapkan sekali adanya masukan,
pendapat dan pandangan dari masyarakat terkait dengan dampak yang
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
79
diperkirakan akan muncul saat implementasi pembangunan.” (Informan
AR, Desember 2012)
Secara lebih jelas proses kajian dampak dijelasakan oleh informan AR.
Secara teknis proses kajian tersebut terdiri dari tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap pelaporan. Pada tahap persiapan pelaksana kegiatan
melakukan kajian terhadap masalah lingkungan yang dianggap penting dan
kemungkinan menimbulkan dampak negatif bersama-sama. Kemudian tahap
selanjutnya adalah kunjungan ke lapangan dengan membawa hasil kajian untuk
kemudian hasil kajian tersebut dibahas atau dikonsultasikan kepada masyarakat
agar selanjutnya dibuat usulan kegiatan untuk pengurangan dampak lingkungan
dan sosial yang akan timbul. Berikut pemaparan informan AR:
“Jadi untuk proses kajian dampaknya itu kami juga bagi menjadi tiga
tahap ya. Pertama, yaitu tahap persiapan. Pada tahap persiapan ini, kami
menyiapkan semacam SOP kajian dampak. Setelah tahap persiapan ok,
maka tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan. Disini kami berkoordinasi
dengan pihak-pihak yang terkait yang terlibat dalam kegiatan proyek untuk
menyelenggarakan pertemuan dalam rangka kegiatan kajian dampak.
Setelah itu secara bersama-sama kami akan mengunjungi lapangan untuk
melihat dari dekat tentang dampak yang mungkin akan timbul dalam
pelaksanaan kegiatan yang telah diverifikasi, selama turun lapangan ini
kami juga mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh lokal dan aparat
setempat serta pihak-pihak lain yang dianggap berkompeten untuk
mendapatkan input secara lebih mendalam guna merumuskan kajian
dampak. Tahap terakhir adalah tahap pelaporan dari masing-masing
kegiatan yang telah dilakukan.” (Informan JS, November 2012)
4.2.3 Pelaksanaan Mitigasi
Pelaksanaan pembangunan proyek yang baik adalah yang memperhatikan
kelestarian
lingkungan sekitarnya. Korporat
sebagai pelaksana kegiatan
pembangunan proyek harus menyadari dan melakukan pengelolaan lingkungan
dengan baik agar proses pembangunan dapat berkelanjutan, keutuhan lingkungan
hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan kualitas hidup
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
80
manusianya juga dapat terjamin. Oleh sebab itu pelaksana proyek harus
menerapkan kebijakan pembangunan yang berwawasan lingkungan serta
memanfaatkan
sumber
daya
hayati
yang
tidak
melebihi
kemampuan
regenerasinya, dan atau memanfaatkan sumber daya non hayati yang tidak
melebihi laju inovasi substitusinya agar tidak mengorbankan kebutuhan generasi
yang akan datang. Hal ini dikemukakan oleh informan YM dan AR sebagai
berikut:
“Untuk mengurangi dampak negatif yang diperkirakan akan timbul maka
dalam melaksanakan proyek kami berusaha sekali untuk menggunakan dan
memanfaatkan sumberdaya alam tidak secara berlebihan khususnya
sumber daya alam yang tidak terbaharui agar para penerus kita nantinya
masih bisa ikut menikmati. Kami juga berusaha memanfaatkan sumber
daya secara hati-hati serta didukung oleh penelitian ilmiah yang
memadai.” (Informan YM, Oktober 2012)
“Kami menyadari bahwa pembangunan yang kami lakukan selama ini
dilaksanakan pada dasarnya merubah ekosistem alami yang bersifat stabil
menjadi ekosistem buatan/binaan yang tidak stabil. Kondisi ini yang
kemudian menuntut kami untuk melakukan upaya pengelolaan lingkungan
agar fungsi lingkungan di kawasan proyek pembangunan dilakukan bisa
tetap lestari. Oleh sebab itu menetapkan kami selalu mencoba untuk
menerapkan kebijakan pembangunan kawasan yang berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan.” (Informan AR, Desember 2012)
Pandangan serupa dikemukakan informan JS, dalam melakukan proses
pembangunan agar berkelanjutan dan diterima oleh masyarakat sekitar wilayah
proyek maka harus dilakukan beberapa langkah untuk mengantisipasi dampak
berbagai negatif. Berikut penuturan informan JS:
“Agar tidak timbul keluhan dan protes dari masyarakat sekitar wilayah
proyek dilaksanakan pada tahap pra kontruksi kami melakukan sosialisasi,
komunikasi
dan
konsultasi
kepada
masyarakat
sekitar
wilayah
beroperasinya proyek untuk menjelaskan tentang manfaat kegiatan bagi
kepentingan umum dan juga menjelaskan tentang kerugian yang terjadi
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
81
akibat terhambatnya proses pengerjaan proyek bila tidak adanya dukungan
dari masyarakat. Untuk mengantisipasi para spekulan tanah, kami
melibatkan masyarakat dan aparat pemerintah daerah setempat untuk
mencegah terjadinya spekulasi tanah. Kami juga melakukan sosialisasi
pada penduduk lokal dan pemberian informasi kepada penduduk tentang
tenaga kerja yang diperlukan. Mendata sarana dan prasarana umum yang
akan terkena dampak kegiatan proyek, melindunginya dari kemungkinan
kerusakan atau kalaupun rusak yang diakibatkan terkena proses dari
proyek maka kami akan mengganti ataupun memperbaiki. Untuk
menghindari kemacetan kami akan mengatur jadwal kerja agar
pengoperasian kendaraan proyek tidak dilakukan saat jam-jam sibuk.”
(Informan JS, November 2012)
Secara ringkas, dampak kegiatan dan tata cara mitigasinya, disajikan
dalam tabel berikut.
Tabel 4.1 Dampak Kegiatan dan Tata Cara Mitigasi
Tahapan
Proyek
Pra
Kontruksi
Jenis Kegiatan

Survei
kesesuaian lokasi

Pengadaan
atau pembebasan
lahan

Penyiapan
base camp untuk
para pekerja
Mitigasi dalam
Jenis Dampak
Social Impact
Assessment
a. Melakukan

Munculnya para
sosialisasi dan
spekulan tanah
konsultasi dengan

Ketidaksepahama
masyarakat untuk
n mengenai harga sewa
menjelaskan
(untuk base camp)
tentang manfaat
maupun harga jual
kegiatan bagi
lahan (untuk
kepentingan
infrastruktur) yang
umum dan
diajukan pemilik
kerugian yang
dengan calon pembeli.
terjadi akibat
terhambatnya
pembangunan
oleh adanya
spekulan tanah.
b. Melibatkan
masyarakat dan
pemerintah daerah
setempat untuk
mencegah
terjadinya
spekulasi tanah
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
82
Kontruksi

Mobilisasi
Tenaga kerja

Mobilisasi
Peralatan berat

Kontruksi
jalan akses ke
lokasi proyek

Pembersihan
dan penyiapan
lahan

Penggalian
tanah pondasi dan
pemasangan tiang
pancang

Pengoperasia
n base camp

Kegiatan
kontruksi lain
Pasca
Kontruksi

Pembuangan
limbah dan
sampak domestik

Menghasilka
n kebutuhan yang
dibutuhkan oleh
masyarakat
Sosialisasi pada
penduduk lokal dan
memprioritaskan
tenaga kerja lokal
Pemberian informasi

Peningkatan
tentang tenaga kerja
kesempatan kerja
yang diperlukan dan
memberikan
pelatihan pada
tenaga lokal
Kerusakan Prasarana
Membatasi tonase
Jalan
(kapasitas muatan)
a. Mengatur jadwal

Macet
kerja agar

Kerusakan sarana
pengoperasian
dan prasarana umum
kendaraan proyek
seperti jalan umum,
tidak dilakukan
pipa air minum, pipa
saat jam-jam
gas, saluran drainase
sibuk
dan lain sebagainya.
b. Penyiraman jalan

Pencemaran
secara berkala
udara (banyak debu),
c. Mendata sarana
pencemaran air
dan prasarana
permukaan.
yang terkena

Timbulnya
dampak serta
genangan air atau
mengganti dan
banjir lokal
memperbaiki

Adanya getaran
yang rusak
dari alat-alat berat dan
d. Melengkapi
suara bising
daerah proyek
dengan sistem
drainase yang
baik
pencemaran dan
Pengelolaan limbah
lingkungan yang tidak
dan sampah
sehat
domestik dengan
baik salah satunya
dengan cara mendaur
ulang.
Pemasaran hasil
Pemberian informasi
produksi
tentang produk
kepada masyarakat.

Kecemburuan
Sosial
Sumber : diolah kembali oleh peneliti
4.2.4 Program monitoring dan evaluasi
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
83
Monitoring dan evaluasi merupakan bagian dari sebuah siklus program
atau proyek. Keduanya memberikan kesempatan untuk membuktikan dampak dari
kebijakan atau program yang dijalankan. Monitoring dan Evaluasi dilakukan
dengan maksud agar pelaksanaan proyek dapat berjalan sesuai dengan rencana,
tepat waktu, dan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Evaluasi
membandingkan hasil yang telah dicapai dengan target yang telah ditentukan
sehingga dapat diketahui apakah tujuan masih dapat dicapai, serta apakah progres
proyek lebih cepat atau terlambat dari jadwal. Berdasarkan hasil evaluasi yang
dilakukan, lalu disusun rencana tindak lanjut dan rekomendasi untuk memperbaiki
kinerja yang ada. Seperti apa yang diungkapkan oleh YM berikut:
“Kami melakukan kegiatan evaluasi pada saat proses perencanaan selesai
dibuat, pada saat selama proses proyek berlangsung itu biasanya kami
lakukan per triwulan ya, dan pada saat akhir proyek selesai dikerjakan.
Kalau untuk kegiatan monitoring itu kami lakukan secara sistematis dan
continue agar kami bisa melakukan tindakan koreksi.” (Informan YM,
Oktober 2012)
Hal senada diungkapkan oleh informan AR. Menurutnya monitoring
dilakukan dengan tujuan agar kegiatan pelaksanaan dapat memenuhi standar dan
agar kinerja proyek menjadi efektif dan efisien.
“Untuk mengkaji apakah kegiatan yang dilaksanakan sudah sesuai dengan
rencana, masalah apa yang timbul selama proses pengerjaan proyek,
apakah pola kerja yang dilakukan dan manajemen yang diterapkan sudah
sesuai dengan tujuan proyek, dan sebagainya itu tentu harus dilakukan
sebuah proses monitoring ya. Kalau itu evaluasi dari awal pasti kami
lakukan, pada awal kegiatan kami lakukan evaluasi untuk mendeteksi
kelayakan dari proyek tersebut, selama proses kegiatan evaluasi juga harus
rutin dilakukan agar semuanya berjalan dengan lancar, setelah proyek
selesai dikerjakanpun kami terus melakukan evaluasi untuk melihat
dampak yang ditimbulkan dalam jangka panjang.” (Informan AR,
Desember 2012)
4.3 Faktor Penghambat dan Pendukung
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
84
Pelaksanaan suatu kegiatan tidak akan terlepas dari hambatan dan masalah.
Apa yang sudah disusun dan rencanakan terkadang tidak sesuai dengan keadaan di
lapangan. rendahnya kinerja ataupun produktiftas para tenaga kerja dan juga
perencanaan proyek yang kurang matang. jika berlangsung dengan intensitas yang
besar dan terus-menerus maka kegagalan tersebut dapat terakumulasi dan
dampaknya akan terlihat pada akhir proyek, misalnya saja keterlambatan
pengerjaan proyek dari jadwal yang direncanakan dan penambahan anggaran
biaya dari yang semula direncanakan. hal ini tercermin dari pernyataan yang
diutarakan oleh informan JS dan AR berikut:
“Dalam pelaksanaan proyek pembangunan ada kalanya kondisi di
lapangan tidak sesuai dengan apa yang sudah kami rencanakan sehingga
perencanaan ulang tidak dapat terhindari. Perencanaannya sudah kami
susun dengan baik, tetapi kadang dalam fakta pelaksanaannya tidak seperti
seharusnya tertera dalam acuan yang ada secara sistematis.” (Informan JS,
November 2012)
“Pernah ada pengalaman sewaktu mengerjakan suatu proyek timbul
kejadian yang tidak diprediksi sebelumnya karena rendahnya kinerja dan
produktifitas
dari
pekerja.
Hal
ini
menyebabkan
kerterlambatan
penyelesaian pembangunan.” (Informan AR, Desember 2012)
Hambatan atau masalah non-teknis juga tidak terlepas dari pelaksanaan
proyek. Apabila proyek tidak disosialisasikan kepada masyarakat sekitar pasti
akan mendapatkan pertentangan. Dibutuhkan solusi yang tepat dari pelaksana
proyek untuk memecahkan permasalah tersebut agar tidak menimbulkan masalah
yang baru. Hal ini seperti apa yang diungkapkan oleh informan berikut:
“Pertentangan dengan masyarakat sekitar proyek kadang tidak terhindari,
mereka merasa lahan yang akan digunakan dalam proses pembangunan
merupakan lahan mereka untuk tempat tinggal selama ini. Dengan kata
lain mereka akan tempat tinggal. Untuk menghindari protes kami kadang
memberikan ganti rugi kepada masyarakat tersebut atas lahan yang akan
digunakan dalam proyek proyek, namun lagi-lagi masalah timbul ketika
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
85
besaran ganti rugi yang kami berikan tersebut ternyata tidak cocok.”
(Informan YM, Oktober 2012)
Lebih lanjut terkadang masyarakat sekitar proyek enggan untuk direlokasi
karena beberapa alasan. Berikut dikemukakan oleh informan ES:
“Kadang masyarakat yang lahannya akan digunakan untuk kegiatan
proyek enggan untuk pindah ketempat lain karena beberapa alasan, seperti
sudah nyaman tinggal di tempat itu, takut kehilangan akses ke tempat
kerja, tempat belanja dll.” (Informan ES, Desember 2012)
Selain faktor-faktor yang menghambat proses kegiatan adapula faktorfaktor yang sifatnya sebagai pendukung dari proses kegiatan. Adapun faktor yang
menjadi pendukung adalah tersedianya sumberdaya manusia yang profesional dan
berpengalaman dalam pelaksanaan proyek. Selain itu keprofesionalan dan
pengalaman dari banyak orang apabila digabungkan dalam sebuah tim kerja juga
akan menjadi faktor pendukung. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari
informan JS berikut:
“Kami terbantu karena memiliki tenaga pendukung yang memang
berpengalaman. Dalam melakukan kegiatan usaha mulai dari perencanaan,
melakukan studi sampai dengan tahap implementasi kami terbiasa bekerja
secara tim. Dan kami disini memiliki tim yang sangat solid sekali.”
(Informan JS, November 2012)
Faktor pendukung lainnya adalah adanya pengalaman perusahaan di dalam
melakukan berbagai proyek, sehingga upaya perbaikan dan penyempurnaan dalam
melakukan serangkaian kajian dapat dilakukan. Hal ini senada dengan apa yang
diutarakan oleh informan ES berikut:
“Dengan memiliki pengalaman sebelumnya dalam melakukan proyek,
membantu kami untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam
melakukan serangkaian kajian yang akan dilakukan.” (Informan ES,
Desember 2012)
Adapun faktor pendukung dan faktor penghambat jalannya proses kegiatan
kajian dampak dapat dirangkum dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.2 Faktor Penghambat dan Pendukung Proses Kajian Dampak
Faktor Penghambat
Faktor Pendukung
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
86
1. Pelaksanaan kajian terkadang tidak
1. Tersedianya sumber daya manusia
terlaksana secara sistematis karena
yang professional dan berpengalaman
apa yang sudah direncanakan
dalam pelaksanaan kajian dampak
kadang tidak didukung dengan
serta tergabungnya SDM tersebut di
dalam sebuah tim yang solid.
keadaan di lapangan.
2. Adanya pertentangan dari
2. Pengalaman perusahaan di dalam
melakukan berbagai proyek,
masyarakat karena kurang setuju
sehingga upaya perbaikan dan
dengan ketetapan dari perusahaan.
penyempurnaan dalam melakukan
serangkaian kajian dapat dilakukan
Sumber: diolah kembali
4.4 Pandangan Masyarakat Mengenai Aktivitas Artha Graha Network
4.4.1 Pandangan Masyarakat Mengenai Proyek yang Dilakukan oleh Artha
Graha Network
Masyarakat
berpendapat,
bahwa
sangat
mendukung
segala
kegiatan/proyek yang dilakukan oleh pihak perusahaan yang tergabung di dalam
Artha Graha Network selama dalam menjalankan kegiatan usahanya tersebut
masih memperhatikan aspek pengelolaan dan pelestarian lingkungan. Dengan
memperhatikan hal-hal ini maka dipercaya tujuan utama dari kegiatan/proyek
untuk kemajuan bersama dapat diwujudkan dan manfaatnya dapat dirasakan
seperti terciptanya lapangan pekerjaan. Hal tersebut diungkapkan informan EJ
selaku tokoh masyarakat :
“Saya mendukung setiap rencana pembangunan yang dilakukan oleh
perusahaan yang ada di artha graha network. Semuanya demi kemajuan
bersama asal proyek yang akan dilaksanakan ataupun yang sedang
dilaksakan memperhatikan hal-hal sesuai peraturan yang ada. Kalau
membangun sesuatu jangan asal bangun, diperhatikan juga lingkungan
sekitarnya. Dan dengan semua proyek yang dilakukan oleh Artha Graha
Network masyarakat bisa terbantu dengan terciptanya lapangan pekerjaan.”
(Informan EJ, Oktober 2012)
Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh Artha
Graha salah satunya adalah banyak terdapat gedung-gedung pencakar langit yang
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
87
ada di Jakarta. Dari keberadaan gedung pencakar langit ini dampak lain yang
ditimbulkannya
adalah
pemukiman
penduduk
menjadi
tidak
terlihat
keberadaannya. Tapi hal tesebut tidak terlalu menjadi hal yang bermasalah bagi
warga sekitar karena baginya kepemilikan tempat tinggal dan pemenuhan
kebutuhan makan sehari-hari dapat terpenuhi.
“Jakarta jadi banyak gedung bertingkatnya ya. Pemukiman kami jadi
tertutup oleh gedung-gedung pencakar langit, tapi ya ga ada pengaruh
yang bagaimana juga yang penting masih punya tempat tinggal, masih bisa
kerja, jadi masih bisa makan.” (Informan CN, Desember 2012)
4.4.2 Pandangan Masyarakat Mengenai Kondisi Lingkungan di sekitar daerah
Artha Graha Network Beroperasi
Kegiatan usaha ataupun proyek yang dilakukan oleh Perusahaan yang
tergabung di dalam Artha Graha Network, menurut masyarakat banyak dirasakan
manfaatnya. Salah satunya adalah kondisi jalan yang baik di sekitar daerah
perusahaan beroperasi. Informan EJ mengungkapkan, dalam rangka mendukung
kegiatan usaha kondisi jalan yang baik akan sangat diperlukan. Penanganan jalan
juga perlu diarahkan agar tercipta kondisi pelayanan lalu lintas yang tertib, teratur,
aman dan memberi kenyamanan bagi penggunaan jasa prasarana dan sarana jalan
tersebut. Namun untuk mewujudkan kenyamanan dalam menggunakan jalan di
Jakarta sangat sulit diwujudkan karena jumlah kendaraannya sangat banyak.
Berikut pernyataan informan EJ:
“Banyak perubahan memang yang terjadi setelah proyek pembangunan
yang dilakukan oleh perusahaan Artha Graha. Untuk kondisi jalan saya
rasa bagus, karena itu juga buat kepentingan mereka. Kegiatan bisnis yang
padat pasti membutuhkan akses yang sangat mendukung kelancaran.
Inginya lancar, tapi namanya juga Jakarta pasti macet dimana-mana.
Apalagi Sudirman ini pusat bisnis ya, banyak kantor, banyak pegawai, jadi
kendaraan juga butuh banyak biar semuanya bisa keangkut. Kalau sudah
begini biar kondisi jalan baik tapi macet rasanya ya tidak nyaman.”
(Informan EJ, Oktober 2012)
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
88
Hal senada diutarakan oleh informan CN mengenai kondisi jalan utama
yang keadaannya bagus. Namun CN menyayangkan akses jalan yang menuju
pemukiman penduduk sulit diketahui oleh masyarakat yang tidak tinggal di daerah
tersebut karena ada pagar pemisah yang tinggi. Berikut pernyataan informan CN:
“Kalau jalan-jalan utama di sekitar daerah sini ya bagus. Hanya saja jalan
untuk akses masuk ke daerah pemukiman yang agak kurang, mungkin
orang yang belum tahu dan terbiasa akan kesulitan untuk sampai daerah
sini. Jalannya ketutup sama gedung terus kan ada pemisah pagar tinggi
antara daerah pemukiman sama daerah perkantoran.” (Informan CN,
Desember 2012)
Informan SP mengungkapkan, kondisi jalan di sekitar lingkungan tempat
tinggalnya keadaannya lebih baik bila dibandingkan dengan dulu. Jalan tersebut
sempat beberapa kali diperbaiki namun informan SP mengaku bahwa ia tidak
mengetahui bahwa pihak siapa yang memperbaiki kondisi jalan tersebut. Berikut
informasi yang diberikan oleh informan SP:
“Kondisi jalan disini dulu parah, banyak lubang, aspalnya juga jelek.
Sempat beberapa kali diperbaiki namun rusak lagi, tapi sekarang
kondisinya lumayan dibanding dulu, lubangnya sudah banyak berkurang.
Saya ga tahu yang memperbaiki siapa, sepertinya sih pemerintah. Harapan
ke depannya mudah-mudahan kondisi jalan disini tidak rusak lagi.”
(Informan SP, November 2012)
Kondisi jalan yang baik akan semakin terasa manfaatnya apabila didukung
oleh jaringan transportasi yang memadai. Tersedianya transportasi umum yang
baik merupakan modal yang mampu memberikan kapasitas yang besar bagi
penggunaan angkutan umum di Ibukota sebagai pusat keramaian.
“Untuk transportasi umum banyak ya, mulai dari bus kopaja, trans Jakarta,
ojeg sampai taksi mudah ditemui. Apalagi Sudirman ini kan pusat
keramaian, pasti moda transportasi umum seperti itu sangat dibutuhkan.”
(Informan EJ, Oktober 2012)
Pendapat informan EJ didukung oleh pernyataan informan CN sebagai
berikut:
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
89
“Banyak kendaraan umum disini, beragam soalnya penduduknya juga
beragam. Kalau punya dana lebih bisa naik taksi, kalau tidak ada ya naik
kopaja atau busway.” (Informan CN, Desember 2012)
Namun ketersediaan transportasi umum di daerah tempat tinggal informan
SP agak berbeda. Jumlah angkutan umum yang tersedia sangat terbatas begitu
pula dengan waktu operasinya. Oleh karena itu, masyarakat di sekitar daerah
tempat tinggal SP sangat mengandalkan sepeda motor untuk mempermudah
melakukan kegiatan sehari-hari.
“Di sini angkutan umum ada tapi jumlahnya terbatas ya, untuk waktu
operasinya juga. Masyarakat di sini rata-rata punya sepeda motor untuk
mempermudah kegiatan mereka sehari-harinya.” (Informan SP, November
2012)
Kawasan Sudirman yang berada di pusat Ibukota sudah dapat dipastikan
memiliki kelengkapan fasilitas umum seperti tersedianya saran pendidikan, tempat
ibadah, pusat perbelanjaan, maupun sarana kesehatan.
“Kalau masalah fasilitas umum seperti sekolah, tempat ibadah, rumah
sakit, sampai tempat berbelanja tidak perlu dikhawatirkan lagi ya, ini
daerah pusat bisnis dan jalan utama di Jakarta yang secara tidak langsung
pasti juga menyediakan berbagai keperluan warganya dengan kelengkapan
berbagai fasilitas.” (Informan EJ, Oktober 2012)
Pendapat informan EJ juga diakui oleh informan CN bahwa fasilitas umum
di sekitar SCBD sangat lengkap. Hanya saja CN mengungkapkan untuk
keberadaan pasar tradisional agak jauh dari pemukiman penduduk. Berikut
pernyataan dari informan CN:
“Sekolah ada ya yang dekat dari sini, madrasah “Darul Rahman”. Untuk
puskesmas ada di jalan Tulodong. Kalau pasar tradisional agak jauh dari
sini, paling ya ada warga yang buka warung terus jualan kebutuhan seharihari termasuk sayur-mayur, atau ada juga pedagang keliling. Disini
banyaknya mall.” (Informan CN, Desember 2012)
Kelengkapan fasilitas umum juga dirasakan di sekitar tempat tinggal SP,
hanya saja jaraknya yang relatif cukup jauh antara fasilitas umum yang satu
dengan yang lainnya membuat warga membutuhkan kendaraan untuk dapat
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
90
mencapainya. Dan perbedaan dapat dirasakan oleh warga di sekitar tempat SP
tinggal setelah adanya bantuan untuk memperbaiki kualitas dari fasilitas-fasilitas
umum yang ada.
“Dari dulu fasilitas umum di sini sudah lumayan lengkap. Sekolah ada,
masjid, puskesmas sudah ada dari dulu tapi ya jaraknya memang jauh.
Paling tidak butuh kendaraan untuk bisa menuju ke sana. Kalau mau jalan
bisa tapi makan waktu. Yang beda mungkin sekarang di sekolah sudah
agak lengkap buku-bukunya, surau yang rusak mendapat bantuan dana
untuk perbaikan, kegiatan di puskesmas bertambah seperti bantuan
pengobatan gratis, kegiatan imunisasi, dan lain-lain.” (Informan SP,
November 2012)
Pesatnya perkembangan kawasan perkotaan tentu harus didukung oleh
penanganan pembuangan sampah/limbah yang baik. Kawasan Sudirman sebagai
salah satu jalan utama di Jakarta yang juga merupakan pusat bisnis sangat
diperhatikan sekali kebersihan dan keindahannya. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh informan EJ, namun untuk penanganan sampah selanjutnya EJ
mengaku tidak begitu paham
“Sepertinya sangat diperhatikan sekali ya masalah sampah di sini.
Penyediaan tempat pembuangan sampah hampir tersedia di setiap sudut,
untuk petugas yang stand by juga ada, untuk pengangkutan sampah ke
tempat pembuangan juga cukup rutin dilakukan, belum lagi petugas yang
selalu menyapu bersih jalan. Ini mungkin karena di sini kawasan utama
Jakarta yang masalah kerapihan sangat diperhatikan sekali. Tapi untuk
selanjutnya penanganan sampah itu seperti apa saya juga kurang paham
ya.” (Informan EJ, Oktober 2012)
CN mengungkapkan bahwa untuk masalah pembuangan sampah di
lingkungan tempat tinggalnya ada petugas kebersihan yang rutin untuk
mengambil sampah. Dan tidak ada masalah pembuangan sampah yang berasal
dari lingkungan proyek SCBD di sekitar pemukiman warga karena sampah yang
yang ada di sekitar pemukiman memang hanya berasal dari warga setempat yang
membuangnya. Berikut pernyataan CN:
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
91
“Kalau di lingkungan tempat tinggal saya itu petugas kebersihan rutin
untuk mengambil sampah di pagi hari. Kalau sampah dari sekitar gedunggedung di SCBD saya kurang paham, kalau nanti lewat di ujung gang sana
ada pembuangan sampah, ya sampah-sampah itu berasal dari pemukiman
sini.” (Informan CN, Desember 2012)
Penanganan sampah yang dilakukan di sekitar daerah tempat informan SP
tinggal agak sedikit berbeda bila dibandingkan dengan yang dilakukan di daerah
perkotaan seperti kawasan Sudirman, Jakarta. Penangan sampah yang dilakukan
di sekitar daerah tempat SP tinggal masih dilakukan dengan cara yang sederhana
seperti membuang sampahnya dengan cara membuat lubang yang kemudian
sampahnya dibakar, ataupun langsung ditimbun. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi tumpukan sampah karena jumlah petugas yang mengangkut sampah
serta sarana pendukung lainnya masih sangat kurang.
“Kalau masalah limbah seperti sampah, di sini memang agak banyak ya
jumlah sampahnya. Untuk cara pembuangannya biasanya masyarakat
membuangnya di tempat
sampah lalu nanti ada petugas yang
mengambilnya, tapi itu jarang sekali paling hanya dua minggu sekali
soalnya jumlah petugasnya sedikit jadi biar sampah tidak menumpuk
biasanya masih banyak juga masyarakat di sini yang membuang
sampahnya dengan cara membuat lubang lalu nanti sampahnya di bakar,
ada juga yang tidak dibakar tapi langsung ditimbun.” (Informan SP,
November 2012)
4.4.3 Pandangan Masyarakat Mengenai Lingkungan Baru dan Masalah yang
Muncul karena Adanya Proyek Artha Graha Network
Perubahan yang terjadi karena adanya proses pembangunan yang
dilakukan oleh perusahaan yang tergabung di dalam Artha Graha Network sangat
disambut positif oleh masyarakat. Masyarakat sangat bangga dengan kemegahan
yang berhasil diciptakan di kawasan Sudirman, meskipun dulu kawasan ini
sempat mengalami permasalahan lingkungan berupa genangan air yang terjadi
saat hujan dan menyebabkan kemacetan tapi saat ini di kawasan tersebut terus
dilakukan perbaikan dan penataan sehingga permasalahan tersebut dapat
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
92
diselesaikan. Untuk kedepannya masyarakat sangat berharap proses perbaikan dan
penataan ini terus berlanjut sehingga pembangunan ke arah yang kebih baik dapat
diwujudkan. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh informan EJ berikut:
“Sangat membanggakan saat ibukota boleh menjadi lebih baik dan bersih
khususnya daerah Sudirman menjadi pusat dan kemegahan kota Jakarta.
Jakarta itu kan identik sama banjir, dulu di Sudirman sini kalau hujan pasti
terjadi genangan air dan macet sudah pasti tidak terelakan. Sejak adanya
goron-gorong Sudirman yang tidak diketahui PT apa yang membangunnya
jalan Sudirman sudah tidak ada genangan air, kecuali di jalan yang tidak
rata. Semoga ini bisa terus berlanjut, pembangunan ke arah yang lebih baik
lagi.” (Informan EJ, Oktober 2012)
Selain memberikan dampak positif berupa perubahan, pada sisi lainnya
ternyata ada permasalahan lain selain permasalahan lingkungan seperti yang telah
diungkapkan sebelumnya. Penduduk asli makin terpinggirkan karena adanya
peralihan lahan. Banyak pendatang baru yang menggantikan para penduduk asli,
dan menjadi pesaing dalam memperoleh pekerjaan. Di sisi lain masyarakat sadar
bahwa untuk memenangkan persaingan harus meningkatkan kapasitas serta
kemampuan dirinya. Dan masyarakat juga mengharapakan adanya penambahan
ruang terbuka hijau di sekitar kawasan Sudirman ini.
“Warga asli sini makin terpinggirkan ya, disini kan jadi pusat perkantoran
dan pemukiman memang. Banyak pendatang yang kini tinggal disini dan
bekerja. Jadi banyak saingan untuk mendapatkan pekerjaan bagi warga.
Tapi justru itu yang kemudian membuat sebagian warga sadar untuk
meningkatkan kemampuan dirinya agar mampu untuk bersaing. Selain itu
mungkin karena banyak dibangun gedung-gedung di kawasan ini, ruang
buka hijaunya agak kurang ya.” (Informan EJ, Oktober 2012)
Hampir senada dengan pendapat EJ, CN mengungkapkan akibat proyek
SCBD banyak pekerja yang menjadi pendatang di sekitar lingkungan tempat
tinggalnya. Permasalah muncul ketika para pendatang tersebut mempunyai
kebiasaan yang sedikit berbeda dengan masyarakat asli yang tinggal di sekitar
SCBD. Berikut pernyataan CN:
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
93
“Banyak para pekerja yang kerja di SCBD terus ngontrak atau ngekost di
sekitar sini, butuh penyesuaian dengan para pendatang tersebut. Ada
beberapa perbedaan kebiasaan, misalnya cara bicara orang Jakarta/betawi
yang suka ceplas-ceplos. Kalau pendatangnya dari daerah yang tidak
terbiasa dengan kebiasaan ini tentu akan kaget. Atau kadang masyarakat
sekitar sini suka kesal bila ada pendatang yang ngontrak atau ngekost tapi
suka pasang musik kencang-kencang.” (Informan CN, Desember 2012)
4.5 Pandangan Masyarakat Mengenai Aktivitas Artha Graha Peduli
4.5.1 Pandangan Masyarakat Mengenai Program Artha Graha Peduli
Masyarakat menyambut positif setiap kegiatan yang diadakan oleh Artha
Graha Peduli. Masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan yang tergabung di
dalam Artha Graha Network pada umumnya telah mendapatkan bantuan dari
perusahaan, baik berupa sumbangan barang, pembangunan sarana dan prasarana,
pelatihan maupun bentuk lainnya. Masyarakat menginginkan, agar bantuan yang
diberikan bisa dilakukan secara rutin. Hal tersebut diungkapkan oleh informan SP:
“Masyarakat senang sekali dengan adanya kegiatan-kegiatan sosial yang
dilakukan oleh artha graha peduli. Warga sangat antusias mengikuti
kegiatan artha graha peduli seperti penjualan sembako murah dan
pengobatan gratis. Kegiatan seperti ini bagus saya rasa, karena harga yang
dijual itu setengah dari harga aslinya jadi ya kita tertarik dan sangat merasa
terbantu sekali, mudah - mudahan tahun depan ada lagi dan bisa gratis.”
(Informan SP, November 2012)
Hal serupa juga diungkapkan informan CN yang tinggal di sekitar daerah
SCBD bahwa kegiatan sosial yang dilakukan oleh Artha Graha dirasakan
membantu masyarakat. Berikut pernyataannya:
“Kalau kegiatan pemberian bantuan ya membantu masyarakat ya tentunya.
Kalau mau mendekati lebaran, sering ada bantuan pemberian atau
penjualan sembako gratis. Madrasah juga suka dapat bantuan pendidikan
seperti beasiswa sepertinya. Pengobatan gratis juga pernah diadakan di
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
94
puskesmas. Anak saya di sekolah pernah cerita bahwa ada semacam
kegiatan pelestarian lingkungan dari Artha Graha supaya anak-anak ikut
berperan aktif menjaga lingkungan sekitar.” (Informan CN, Desember
2012)
4.5.2 Pandangan Masyarakat Mengenai Manfaat Program Artha Graha Peduli
Masyarakat sangat terbantu sekali dengan adanya program dari Artha
Graha Peduli. Di saat harga kebutuhan pokok melonjak, Artha Graha Peduli
membagikan paket sembako murah pada warga kurang mampu di sekitar
lingkungan korporat beroperasi. Kedepannya masyarakat mengharapkan agar
tidak hanya paket sembako saja yang dijual dengan harga murah tapi juga
diadakan kegiatan paket murah untuk keperluan sekolah. Hal ini seperti yang
dipaparkan oleh salah satu informan sebagai berikut:
Sangat bermanfaat sekali, soalnya sekarang harga kebutuhan sedang
melonjak. Kedepannya mungkin bisa dibantu juga untuk program
pendidikan seperti bantuan buku-buku pelajaran atau alat sekolah. Dan
masyarakat yang mendapat bantuan juga lebih banyak lagi. (Informan SP,
November 2012)
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1
Pelaksanaan Proyek Pembangunan (SCBD)
Kegiatan
operasional
perusahaan
harus
dapat
mempertimbangkan
lingkungan dimana kegiatan perusahaan itu dilakukan. Terkait kegiatan tersebut,
upaya yang dilakukan untuk menangani permasalahan lingkungan harus dilakukan
melalui pengkajian terhadap dampak yang ditimbulkan sehingga terjadi
kesinambungan. Terkait kegiatan operasional perusahaan dalam menjalankan
proyek internalnya maka bentuk pengkajian lingkungan dibagi menjadi dua yaitu
lingkungan alam dan sosial. Pengkajian lingkungan alam dilakukan guna
mendapatkan gambaran mengenai keadaan demografis wilayah dan potensi
sumber daya alam. Dengan melakukan pengkajian lingkungan alam dan sosial ini
diharapkan kegiatan operasional yang dilakukan perusahaan memperhatikan
dampak yang akan ditimbulkan sehingga proses pembangunan keberlajutan dapat
diwujudkan.
Dalam perspektif korporat, keberlanjutan merupakan suatu program
sebagai dampak dari usaha-usaha yang telah dirintis, berdasarkan konsep
kemitraan dan rekanan dari masing-masing stakeholder. Menurut Poras terdapat
lima elemen sehingga konsep keberlanjutan menjadi penting bagi perusahaan
antara lain ketersediaan dana, misi lingkungan, tanggung jawab sosial
terimplementasi dalam kebijakan (masyarakat, korporat, dan pemerintah) dan
mempunyai nilai keuntungan atau manfaat (Bab 2, hal. 26).
Kegiatan operasional Artha Graha dibidang usaha pembangunan properti
memiliki tantangan tersendiri dalam menyelesaikan permasalahannya seperti
mahalnya harga tanah, pengalifungsian lahan terbuka hijau dan relokasi wilayah
masyarakat ke daerah luar proyek (Bab 4, hal. 72). Untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut khususnya lingkungan alam akibat pembangunan properti
maka kegiatan proyeknya harus dilakukan proses pengkajian agar terjadi
pembangunan yang berkelanjutan.
Berdasarkan penjelasan Poras dengan temuan di lapangan dapat
disimpulkan bahwa sebelum melakukan kegiatan operasionalnya, pihak Artha
95
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
96
Graha terlebih dahulu melakukan proses pengkajian yang bertujuan untuk melihat
kelayakan dari kegiatan proyek tersebut. Sehingga terjadi keberlanjutan dari usaha
properti yang dilakukan dengan mempertimbangkan ketersediaan dana, tanggung
jawab sosial terimplementasi dalam kebijakan (masyarakat, korporat, dan
pemerintah) dan mempunyai nilai keuntungan atau manfaat. Dan terlebih utama
lagi yaitu terjalankannya misi pembangunan lingkungan yang berkelanjutan
(sustainable development). Untuk mewujudkan misi tersebut maka terlebih dahulu
dilakukan pengkajian pada aspek sosial dari keberadaan pembangunan properti
dengan pendekatan social impact assessment.
5.2
Pelaksanaan Kajian Dampak Sosial (Social Impact Assessment)
Menurut Wolf Social Impact Asssessment atau kajian dampak sosial
memfokuskan perhatian tentang dampak pada manusia sebagai akibat dari
diterapkannya
suatu
kebijakan,
program,
atau
proyek
dengan
tujuan
memperkirakan dan mengevaluasi dampak sebelum kebijakan, program, dan
proyek dilaksanakan. Wolf menambahkan kajian dampak sosial ini bukanlah
penelitian evaluasi (evaluation research) yang mengidentifikasi efektivitas dari
sebuah kebijakan, proyek atau suatu program yang telah berjalan tetapi
merupakan suatu bentuk kajian awal (anticipatory research) karena Social impact
assessment berorientsi pada pengambilan keputusan (Bab 2, hal. 39).
Setiap akan memulai suatu kegiatan usaha, Artha Graha melakukan
penyusunan dokumen rencana kegiatan yang didalamnya menerangkan dan
menjelaskan data-data terkait dengan kegiatan usaha tersebut, dalam hal ini
kegiatan usaha tersebut adalah pelaksanaan proyek di SCBD. Data tersebut terdiri
dari nama dan alamat perusahaan, nama dari kegiatan usahanya, seberapa besar
skala kegiatan usaha tersebut, serta lokasi dimana kegiatan usaha tersebut akan
dilakukan. Dari dokumen rencana kegiatan ini yang nantinya akan menjadi bahan
acuan bagi perusahaan dalam melakukan studi sebelum kegiatan usaha tersebut
direalisasikan. Untuk aspek yang akan dikaji dalam studi meliputi aspek hukum,
aspek pasar, aspek finansial, aspek teknik, aspek manajemen dan aspek
lingkungan (Bab 2, hal. 76). Pihak Artha Graha sebelum memulai kegiatan
operasional melakukan prediksi kemungkinan-kemungkinan dampak apa saja
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
97
yang akan terjadi, pemetaan mengenai resistensi dan potensi yang ada di
masyarakat sekitar juga lingkungan dimana kegiatan proyek SCBD dilakukan.
Berdasarkan penjelasan Wolf dengan temuan di lapangan dapat
disimpulkan bahwa pihak Artha Graha melakukan perhatian terhadap lingkungan
sekitarnya baik itu lingkungan alam maupun lingkungan sosialnya pada saat akan
melakukan pelaksanaan proyek SCBD dengan tujuan memperkirakan dan
mengevaluasi dampak yang merupakan bentuk kajian awal dalam proyek.
Pengkajian dampak sosial menurut Hadi bukanlah merupakan metode
yang tunggal, tetapi merupakan kumpulan dari perangkat dan pendekatan.
Berbagai macam metode ilmu sosial dapat digunakan untuk melaksanakan
pengkajian dampak sosial dengan beragam teknik pengumpulan data yang
digunakan (Bab 2, hal.41). Dalam melakukan kajian dampak ada beberapa metode
yang dilakukan oleh pihak Artha Graha yaitu, mulai dari kajian dokumen,
melakukan observasi lapangan, dan wawancara secara mendalam serta kegiatan
Focus Group Disscusion (FGD) (Bab 2, hal.78).
Idealnya memang ketika perusahaan akan mulai melaksanakan kegiatan
usaha, terlebih dahulu melakukan sebuah proses kajian dampak baik secara
lingkungan alam atau kajian secara sosial. Dimana dalam proses tersebut,
perusahaan dapat memadukan kepentingan shareholders dan stakeholders. Oleh
karena itu, ada beberapa tahap yang dapat dilakukan oleh perusahaan di dalam
proses kajian dampak soaial (Social Impact Assessment). Adapun tahap-tahap
proses perencanaan strategis di dalam melaksanakan kegiatan CSR adalah sebagai
berikut:
Pelingkupan
(Scoping)
Prakiraan
Dampak
Evaluasi dan
Monitoring
Mitigasi
Gambar 5.1 Langkah-Langkah Pelaksanaan Social Impact Assessment dalam
Penelitian
Sumber: diolah kembali
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
98
5.2.1 Pelingkupan
Pelingkupan merupakan tahapan awal dari SIA yang menfokuskan pada
pemetaaan wilayah yang terkena dampak dengan melihat element luas wilayah
dan waktu dari dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan proyek perusahaan.
Menurut Wolf terdapat tiga aspek dalam pelingkupan, yaitu (a) mengidentifikasi
isu utama yang akan menjadi dasar untuk menentukan komponen-komponen yang
akan terkena dampak dan kemudian menjadi komponen yang akan dikaji; (b)
menentukan area yang akan dikaji; serta (c) waktu berlangsungnya dampak, yaitu
perkiraan tentang berapa lama dampak akan berlangsung (Bab 2, hal. 48).
Pelingkupan yang dilakukan oleh Artha Graha hanya menentukan luas
wilayah yang akan terkena dampak dari kegiatan usaha properti. Pembagian luas
wilayah yang terkena dampak dibagi menjadi tiga ring antara lain, ring 1 yaitu
wilayah yang berada sekitar 500 meter sampai 1 km, ring 2 yaitu wilayah yang
berada sekitar 1 km sampai 5 km, dan ring 3 adalah wilayah yang berada di luar
ring 1 dan ring 2 dari kegiatan operasi perusahaan (Bab 4, hal. 75).
Berdasarkan konsep Wolf terkait pelingkupan dengan pelaksanaan
pelingkupan yang dilakukan oleh Artha Graha dapat disimpulkan bahwa kegiatan
pelingkupan ini dilaksanakan guna mendapatkan gambaran kewilayahan yang
akan terkena dampak. Dengan pemetaan tersebut, diperoleh aspek wilayah mana
yang perlu mendapatkan perhatian secara mendalam dan aspek wilayah mana saja
yang tidak perlu memperoleh perhatian. Penetapan dan pembagian luas wilayah
dalam proses pelingkupan dapat diperoleh dengan melakukan kajian dokumentasi.
Menurut Hadi kajian dokumentasi diperoleh dari kumpulan perangkat dan
pendekatan melalui metode ilmu sosial yang digunakan untuk melaksanakan
pengkajian dampak sosial dengan beragam teknik pengumpulan data yang
digunakan, tergantung tujuan dan konteksnya. Sebagian besar bukti merupakan
data primer yang diambil dari wilayah yang terkena dampak (Bab 2, hal. 41).
Proses pemetaan kewilayahan yang dilakukan oleh Artha Graha didukung
oleh data dari hasil kajian studi. Data tersebut berupa dokumen rencana kegiatan
usaha yang akan dilakukan. Dari data tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga
bentuk yaitu kelayakan secara ekonomi, kelayakan lingkungan, dan kelayakan
teknis. Hal ini bertujuan untuk memprediksi segala kemungkinan yang akan
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
99
terjadi yang didalamnya dan memetakan resistensi, serta potensi yang ada di
masyarakat sekitar dan juga lingkungan. (Bab 4, hal. 77).
Berdasarkan penjelasan Hadi terkait kajian dokumentasi pada tahap
pelingkupan dengan kegiatan yang dilakukan oleh Artha Graha dapat disimpulkan
bahwa pengkajian harus dilakukan melalui teknik pengumpulan data sesuai
dengan tujuan yang diharapkan perusahaan. Namun pengkajian melalui hasil studi
harus sesuai dengan konteks yang dibutuhkan untuk melihat dampak agar tidak
memunculkan permasalahan sebelum kegiatan proyek Artha Graha dibuat.
Dengan demikian maka stakeholder perusahaan dengan masyarakat yang
wilayahnya terkena dampak dapat berkomunikasi terkait pelaksanaan proyek
Artha Graha.
Setelah tahapan persiapan pendataan selesai upaya selanjutnya yaitu
dengan melakukan penyajian berupa gambaran kondisi sosial sekarang (saat ini
yang ada pada daerah sekitar perusahaan beroperasi. Penyajian gambaran kondisi
sosial saat ini yang dilakukan oleh pihak Artha Graha terdiri dari kondisi
demografis (komposisi penduduk yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa
kategori, seperti umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, dll.; pola perkembangan
penduduk; dan tingkat kepadatan serta sebaran penduduk), ekonomi (tingkat
pendapatan, kesempatan untuk melakukan usaha atau kesempatan kerja), sosial
dan budaya (bagaimana sikap dan pandangan masyarakat sekitar dengan kegiatan
usaha dan juga rencana usaha yang kami lakukan; pola kebiasaan dan adat
masyarakat sekitar; perubahan sosial dan budaya), dan juga keadaan kesehatan
masyarakat sekitar (Bab 4, hal. 75).
Berdasarkan tahapan pelingkupan di SIA dapat disimpulkan bahwa
pelingkupan merupakan bentuk persiapan yang terdiri dari pendataan data secara
sosial dan pemetaaan geografis guna melihat besarnya dampak yang ditimbulkan
dan luasnya dari sebaran dampak operasional proyek perusahaan melalui bentuk
pengkajian yang sesuai dengan analisis dampak lingkungan geograsif dan sosial.
5.2.2 Prakiraan Dampak
Tahap yang dilakukan setelah pelingkupan di dalam pelaksanaan Social
Impact Assessment adalah tahapan prakiraan dampak. Prakiraan dampak menurut
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
100
Wolf difokuskan pada perubahan yang bersifat kuantitatif jika proyek
dilaksanakan. Perubahan ini dibandingkan dengan keadaan lingkungan sebelum
proyek dilakukan. Menurut Lang dan Armour dalam prakiraan dampak peneliti
harus dapat menyajikan tiga hal, yaitu siapa saja yang terkena dampak, dampak
yang ditimbulkan dalam bentuk apa, dan berapa lama dampak itu berlangsung.
(Bab 2, hal. 49).
Proses pelaksanaan prakiraan dampak yang dilakukan oleh Artha Graha
dimaksudkan untuk mempersiapkan tindakan apa yang akan dilakukan jika
kegiatan usahanya menimbulkan dampak (Bab 4, hal. 78). Dan dalam membuat
prakiraan dampak yang akan terjadi, pihak Artha Graha membagi menjadi tiga
bagian dampak yang ditimbulkan dari setiap tahapan kegiatan di dalam proyek
SCBD. Tahapan itu meliputi tahap pra kontrusksi, tahap kontruksi dan tahap
pasca kontruksi (Bab 4, hal. 71-72). Pihak Artha Graha juga melakukan observasi
lapangan yang dilakukan dengan cara melihat secara langsung obyek yang
menjadi lahan dimana proses pembangunan dilakukan. Cara ini untuk memastikan
secara visual sejauh mana dampak yang diperkirakan akan muncul dan seberapa
besar dampak yang akan mempengaruhi lingkungan sekitar (Bab 4, hal. 87)
Menurut Homenuck, dampak sosial dapat dikategorikan dalam dua
kelompok yaitu, (a) real impact atau standard impact, adalah dampak yang timbul
sebagai akibat aktivitas proyek; (b) perceived impact atau special impact adalah
dampak yang timbul dari persepsi masyarakat terhadap risiko adanya proyek (Bab
2, hal. 49).
Berdasarkan konsep Homenuck terkait dampak sosial dengan pelaksanaan
prakiraan dampak yang dilakukan oleh Artha Graha dapat disimpulkan bahwa
kegiatan prakiraan dampak ini merupakan memperkiraan dampak yang termasuk
ke dalam kategori real impact atau standard impact yaitu, dampak yang timbul
sebagai akibat aktivitas proyek SCBD.
Berdasarkan tahapan prakiraan dampak pada pelaksanaan Social Impact
Assessment dapat disimpulkan bahwa prakiraan dampak merupakan langkah
dalam menentukan dampak baik secara sosial maupun secara nature yang akan
terjadi selama kegiatan proyek berlangsung.
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
101
5.2.3 Mitigasi
Ditinjau dari serangkaian proses mitigasi menurut Depnakertrans (bab 2,
hal 54), terdapat lima proses. Pertama, indentifikasi dampak. Kedua, evaluasi
dampak.
Ketiga,
perumusan
program.
Keempat,
perumusan
parameter
keberhasilan program mitigasi. Kelima, pelaksanaan mitigasi. Kegiatan mitigasi
yang dilakukan oleh Artha Graha antara lain dengan berusaha memanfaatkan
sumber daya secara hati-hati, melakukan upaya pengelolaan lingkungan agar
fungsi lingkungan di kawasan proyek bisa tetap lestari, menerapkan kebijakan
pembangunan kawasan yang berkelanjutan yang berwawasan lingkungan,
sosialisasi, komunikasi dan konsultasi kepada masyarakat sekitar wilayah
beroperasinya proyek, Mendata sarana dan prasarana umum yang akan terkena
dampak kegiatan proyek, melindunginya dari kemungkinan kerusakan atau
kalaupun rusak yang diakibatkan terkena proses dari proyek maka kami akan
mengganti ataupun memperbaiki (Bab 4, hal. 81).
Berdasarkan konsep dari Depnakertrans terkait serangkaian proses mitigasi
dengan pelaksanaan mitigasi yang dilakukan oleh Artha Graha dapat disimpulkan
bahwa kegiatan mitigasi ini dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu pertama,
identifikasi dampak, dilakukan melalui indentifikasi segenap dampak yang
diperkirakan akan timbul sebagai akibat adanya kegiatan proyek atau
pembangunan yang dilakukan oleh Artha Graha. Identifikasi ini dilakukan pada
tahap pra kontruksi dengan cara melakukan kajian dokumen, melakukan observasi
lapangan, dan wawancara secara mendalam serta kegiatan Focus Group
Disscusion (FGD).
Kedua, evaluasi dampak, yaitu melakukan kajian terhadap masalah
lingkungan yang dianggap penting dan kemungkinan menimbulkan dampak
negatif bersama-sama. Kegiatan kajian ini bertujuan juga untuk menentukan
dampak yang relevan untuk segera ditangani.
Ketiga, perumusan program. Setelah proses identifikasi dan evaluasi maka
kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh Artha Graha adalah melakukan
perumusan program dengan tujuan untuk menentukan prioritas program mitigasi
dan jenis mitigasi apa yang akan dilakukan.
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
102
Keempat, selain melakukan perumusan program mitigasi juga dilakukan
perumusan parameter keberhasilan program mitigasi. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah pihak Artha Graha Network untuk melakukan proses evaluasi
terhadap pelaksanaan mitigasi.
Kelima, pelaksanaan mitigasi. Kegiatan ini dilakukan oleh Artha Graha
ketika prakiraan dampak yang telah diidentifikasi benar-benar terjadi.
Berdasarkan tahapan mitigasi pada Social Impact Assessment dapat
disimpulkan bahwa mitigasi merupakan bentuk ativitas dan tindakan-tindakan
perlindungan secara prosedural, dengan menggabungkan teknik-teknik yang baku
ke dalam penilaian bahaya pada rencana penggunaan lahan.
5.2.4 Evaluasi dan Monitoring
Dalam proses evaluasi para pelaku yang mengkaji dengan menggunakan
metode Social Impact Assessment dapat melakukan proses penilaian terhadap
potensi dampak yang berasal dari proses kegiatan usaha dan lokasi kegiatan. Hal
ini senada dengan pendapat Hadi yang mengatakan bahwa dalam evaluasi para
pelaku pengkajian dampak sosial melakukan proses penilaian terhadap potensi
dampak yang ada dari semua alternatif lokasi yang akan digunakan utuk
operasional proyek. Evaluasi juga dilakukan untuk menganalisa apakah pemilihan
desain mitigasi yang telah ditentukan sudah tepat dan apakah penerapannya sudah
efektif dan efisien. Untuk mengetahui keefektifan dan keefisienan tersebut
dilakukan melalui sekarangkaian proses monitoring (Bab 2, hal. 56).
Monitoring dan evaluasi merupakan bagian dari sebuah siklus program
bagi Artha Graha atau dalam hal ini adalah proyek properti di SCBD. Keduanya
memberikan kesempatan untuk membuktikan dampak dari kebijakan atau
program yang dijalankan. Monitoring dan Evaluasi dilakukan oleh Artha Graha
memiliki maksud agar pelaksanaan proyek dapat berjalan sesuai dengan rencana,
tepat waktu, dan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Evaluasi
membandingkan hasil yang telah dicapai dengan target yang telah ditentukan
sehingga dapat diketahui apakah tujuan masih dapat dicapai, serta apakah progres
proyek lebih cepat atau terlambat dari jadwal. Berdasarkan hasil evaluasi yang
dilakukan, lalu disusun rencana tindak lanjut dan rekomendasi untuk memperbaiki
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
103
kinerja yang ada (Bab 4, hal. 83). Proses evaluasi dilakukan hampir di setiap
proses kegiatan, mulai dari awal kegiatan proyek SCBD, evaluasi dilakukan untuk
mendeteksi kelayakan dari proyek. Selama proses kegiatan proyek SCBD,
evaluasi rutin dilakukan agar semuanya berjalan dengan lancer. Dan setelah
proyek SCBD selesai dikerjakan (pembangunan gedung selesai) pihak Artha
Graha terus melakukan evaluasi untuk melihat dampak yang ditimbulkan dalam
jangka panjang. Adapun aspek yang menjadi fokus kajian monitoring oleh Artha
Graha yaitu kegiatan yang dilaksanakan sudah sesuai dengan rencana kegiatan
atau tidak, masalah yang timbul selama proses pengerjaan proyek, dan pola kerja
yang dilakukan dan manajemen yang diterapkan sudah sesuai dengan tujuan
proyek (Bab 2, hal. 83).
Berdasarkan tahapan evaluasi dan monitoring pada Social Impact
Assessment menurut Hadi dengan penemuan di lapangan dapat disimpulkan
bahwa proses evaluasi yang dilakukan Artha Graha adalah proses mengevaluasi
keefektifan dan keefisienan dari pelaksanaan proyek belum menyentuh pada
tahapan menganalisis proses pemilihan desain mitigasi yang telah ditentukan
sudah tepat serta berjalan dengan efektif dan efisien.
Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah bahwa ternyata
Artha Graha telah menjalankan tahap ataupun langkah-langkah yang dibutuhkan
dalam melakukan proses kajian dampak sosial (Social Impact Assessment)
sebelum akhirnya menjalankan proyek atau kegiatan usahanya yang dalam hal ini
adalah pelaksanaan proyek properti Sudirman Central Business District (SCBD).
Langkah-langkah tersebut hampir bahkan sama dengan langkah-langkah ideal
proses kajian dampak sosial (Social Impact Assessment) menurut para ahli.
Meskipun dalam setiap tahapnya, perusahaan memiliki konsepnya tersendiri
berdasarkan pengalaman organisasinya sebagai sebuah perusahaan properti tanpa
mengacu secara khusus pada teori-teori kajian dampak sosial (Social Impact
Assessment). Berikut perbandingan langkah-langkah dari proses tahapan Social
Impact Assessment dibandingkan dengan konsep pelaksanaan kajian dampak
sosial pada Bab 2, akan disajikan dalam rangkuman pada tabel 5.1 sebagai
berikut:
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
104
Tabel 5.1 Langkah-langkah Pelaksanaan Social Impact Assessment yang
Dilakukan Artha Graha
No
1.
Langkah-langkah Pelaksanaan
Langkah-langkah Pelaksanaan
Social Impact Assessment
Social Impact Assessment yang
(Kesimpulan dari Teori Wolf)
Dilakukan Artha Graha
Pelingkupan (Scoping) menurut
Tahap awal kegiatan yang dilakukan
Wolf terdapat tiga aspek dalam
terdiri dari :
pelingkupan (hal. 47-48), yaitu:
1) Penyajian gambaran kondisi
a) Mengidentifikasi isu utama
sosial saat ini untuk
yang akan menjadi dasar untuk
mengidentifikasi bagian yang
menentukan komponen-
akan dikaji (hal. 74).
komponen yang akan terkena
2) Menentukan luas lingkup wilayah
dampak dan kemudian menjadi
yang terkena dampak dengan
komponen yang akan dikaji;
membaginya ke dalam tiga ring
b) Menentukan area yang akan
dikaji;
c) Waktu berlangsungnya dampak,
wilayah. Ring tersebut terdiri dari
Ring 1 (jarak 500 meter sampai 1
km); ring 2 (jarak 1 km sampai 5
yaitu perkiraan tentang berapa
km); dan ring 3 (jarak di luar ring
lama dampak akan berlangsung
1 dan ring 2) (hal. 75).
Pada tahap ini belum dilakukan
perkiraan berapa lama dampak akan
berlangsung.
2.
Prakiraan Dampak Wolf (1983)
Tahap kedua yang dilakukan adalah:
mengatakan bahwa langkah
1) Mengkaji kecenderungan dampak
prakiraan dampak difokuskan pada
dengan mengelompokkan dampak
perubahan yang bersifat kuantitatif
yang ditimbulkan berdasarkan
jika proyek dilaksanakan.
tahapan proyek, yaitu tahapan pra
Perubahan ini dibandingkan dengan
kontrusksi, tahapan kontruksi dan
keadaan lingkungan sebelum
tahapan pasca kontruksi (hal. 79).
proyek dilakukan (hal. 48-49)
2) Memastikan secara visual dengan
cara observasi ke sekitar
lingkungan untuk mengetahui
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
105
siapa yang terkena dampak,
sejauh mana dampak yang
diperkirakan akan muncul dan
seberapa besar dampak yang
muncul (hal. 78).
3.
Mitigasi Wolf (1983) berpendapat
Pada Tahap Ketiga kegiatan yang
bahwa langkah-langkah yang dapat
dilakukan yaitu melakukan telaah dari
dilakukan terdiri dari dua hal yaitu
prakiraan dampak yang telah
(hal. 52):
dilakukan dan menyusun tindakan
a. melakukan telaah terhadap
mitigasi apa yang bisa diterapkan (hal.
dampak negatif yang tidak bisa
80-81).
dihindari, dan
b. melakukan identifikasi tindakan
mitigasi terhadap dampak yang
ditimbulkan
4.
Evaluasi dan Monitoring menurut
Tahap Keempat yang dilakukan adalah
Wolf ada beberapa aspek yang
membandingkan hasil yang telah
menjadi unit analisis dalam
dicapai dengan target yang telah
evaluasi dan monitoring, yaitu:
ditentukan sehingga dapat ditarik
a) Evaluasi dilakukan untuk
kesimpulan apakah proyek yang
menganalisa apakah pemilihan
dilakukan sudah berjalan dengan
desain mitigasi yang telah
efektif dan efisien (hal 83).
ditentukan sudah tepat dan
apakah penerapannya sudah
efektif dan efisien.
b) Monitoring dilakukan guna
mengetahui seberapa tepat
prediksi yang telah dilakukan
dengan cara menginventarisasi
dampak nyata dengan dampak
yang telah diprakirakan.
Dalam melakukan evaluasi dan
monitoring Artha Graha belum
menyentuh pada tahapan menganalisis
keefektifan dan keefisienan proses
pemilihan desain mitigasi serta
ketepatan dari prediksi. Mereka baru
menganalisis keefektifan dan
keefisienan proyek.
Sumber: Hasil Penelitian Diolah
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
106
5.3
Faktor Penghambat dan Pendukung
Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh beberapa informan, peneliti
menilai bahwa faktor-faktor yang menghambat jalannya proses studi atau kajian
dampak yang dilakukan khususnya pengkajian dampak sosial terjadi karena faktor
teknis. Dengan pengalaman dan kerja tim solid yang menjadi faktor pendukung
dari proses melakukan kajian dampak sosial, peniliti melihat bahwa segala faktor
penghambat ini bisa diatasi oleh para pengkaji dari perusahaan Artha Graha. Dan
dengan pengalaman
serta kemampuan
sumber
daya
manusianya
yang
berkompeten, pihak Artha Graha dapat mencari solusi untuk meminimalisir
kemungkinan resiko yang ditimbulkan oleh faktor penghambat tersebut di masa
yang akan datang.
5.4
Implementasi dari Kajian Dampak Sosial (Social Impact Assessment)
dalam kegiatan CSR
Perusahaan dalam melakukan aktivitasnya harus dapat memadukan antara
kegiatan ekonomi yang berorientasi pada profit dengan kegiatan lainnya yang
berhubungan dengan aktivitas operasional di lingkungan sekitar perusahaan.
Upaya untuk melaksanakan kegiatan tersebut membutuhkan paradigma baru
sehingga kegiatan perusahaan mengalami keberlanjutan dan peka terhadap
lingkungan sekitar. Terkait dengan lingkungan yang menjadi bagian dari
perusahaan, lingkungan sosial merupakan bagian yang sangat erat dari kegiatan
operasional
perusahaan
karena
lingkungan
ini
menjadi
pendukung
berkembangnya dinamika di perusahaan. Manusia sebagai komponen lingkungan
sosial harus diperhatikan terkait kehidupan dan kesejahteraanya. Sehingga tidak
memunculkan konflik dengan perusahaan yang berdampak negatif bagi
kegiatannya. Upaya tersebut perlu sebuah pendekatan pembangunan dalam
memberikan kesempatan bagi masyarakat agar ikut serta dalam kegiatan
diperusahaan tersebut
Terkait penjelasan di atas Midgley memberikan pemahaman terkait konsep
pembangunan yang memfokuskan pada peran serta manusia dalam kegiatan
ekonomi yang dilakukan oleh perusahaan. Menurut Midgley bahwa pembangunan
sosial adalah suatu proses perubahan sosial yang terencana yang didesain untuk
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
107
mengangkat
kesejahteraan
penduduk
secara
menyeluruh,
dengan
menggabungkannya dengan proses pembangunan ekonomi yang dinamis (Bab 2,
hal. 22). Terkait dengan penjelasan pembangunan sosial, kegiatan proyek yang
dilakukan oleh Artha Graha tidak hanya ditujukan untuk mencari keuntungan
semata tetapi juga menjalankan tanggung jawabnya terhadap lingkungan di sekitar
perusahaan sehingga terjadi perubahan sosial guna terwujudnya kesejahteraan
bagi masyarakat. Bentuk tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh Artha Graha
meliputi kegiatan peduli lingkungan; ketahanan pangan dan pemberdayaan
masyarakat; sosial, budaya, dan pendidikan; kesehatan; penanganan bencana; dan
bantuan hukum bagi masyarakat yang kurang mampu (Bab 3, hal. 59-65). Dari
pelaksanaan kegiatan CSR tersebut maka dampak yang ditimbulkan antara lain,
Tanggung jawab terhadap lingkungan (baik yang secara sosial maupun
secara nature) yang dilakukan oleh Artha Graha bertujuan guna membantu usaha
meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat yang ada di sekitar wilayah
perusahaan beroperasi. Menurut Wibisono salah satu keuntungan yang diperoleh
perusahaan bila melaksanakan program tanggung jawab sosial adalah layak
mendapatkan social licence to operate. Ketika masyarakat mendapatkan benefit
dari keberadaan perusahaan, maka pasti dengan sendirinya masyarakat ikut
merasa memiliki perusahaan. Sehingga imbalan yang diberikan ke perusahaan
paling tidak adalah keleluasaan perusahaan untuk menjalankan roda bisnisnya di
wilayah tersebut (Bab 2, hal. 37).
Dalam melakukan studi atau kajian dampak secara sosial sekarang ini
merupakan hal yang wajib dilakukan oleh perusahaan yang akan melakukan
kegiatan usaha atau bisnis, jadi pihak Artha Graha juga melakukan proses
pengkajian dampak agar kegiatan usahanya mendapatkan ijin (Bab 4, hal. 77).
Pengelolaan dampak juga merupakan salah satu bentuk tanggung jawab Artha
Graha selain tanggung jawab yang lain tentunya terhadap pembangunan. Dan dari
pengelolaan dampak ini hasilnya akan diperoleh sebuah dokumen yang
memberikan gambaran tentang keadaan lingkungan sekitar yang akan membantu
proses peyusunan rencana kegiatan dalam jangka panjang.
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
BAB 6
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1.
Kesimpulan
Dalam
rangka
meningkatkan
kesejahteraan
dengan
melakukan
pembangunan, menjaga kelestarian lingkungan baik lingkungan nature atau
lingkungan sosial harus mendapatkan perhatian yang sangat serius. Kelestarian
lingkungan sering menjadi dampak yang ditimbulkan dari kegiatan pembangunan,
yaitu berupa kegiatan usaha atau bisnis serta beroperasinya unit hasil suatu
proyek. Segala kegiatan usaha ini akan membawa perubahan yang positif maupun
yang negatif terhadap lingkungan. Oleh sebab itu, agar pembangunan dapat
berkelanjutan,
maka
harus
dilaksanakan
dengan
berdasarkan
wawasan
lingkungan, yaitu dengan cara memperbesar dampak positifnya dan memperkecil
dampak negatifnya.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses kajian dampak sosial
(Social Impact Assessment) yang dilakukan Artha Graha Network guna untuk
mengantisipasi dan mencegah dampak negatif dan mengoptimalkan dampak
positif dari setiap kegiatan bisnis yang dilakukan perusahaan di lingkungan
masyarakat serta mendeskripsikan faktor penghambat dan pendukung proses
kajian dampak sosial. Adapun kesimpulan ini disampaikan berdasarkan tujuan
penelitian sebagai berikut:
1.
Proses penerapan kajian dampak sosial (Social Impact Assessment) yang
dilakukan Artha Graha Network.
Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai proses kajian dampak sosial
(Social Impact Assessment) menunjukkan bahwa pada setiap akan melakukan
investasi Artha Graha mendahuluinya dengan melakukan suatu studi. Studi yang
dilakukan dengan memperhatikan beberapa aspek seperti meliputi aspek hukum,
aspek pasar, aspek finansial, aspek teknik, aspek manajemen, aspek sosial dan
aspek lingkungan. Proses studi yang dilakukan ini merupakan suatu mekanisme
pengkajian yang dilakukan Artha Graha guna mencapai tujuan pelaksanaan
pembangunan yang berkelanjutan dan mempunyai wawasan lingkungan. Pihak
107
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
108
Artha Graha sendiri belum terlalu familiar dengan istilah Social Impact
Assessment, tapi menurut mereka aspek sosial menjadi salah satu aspek penting
yang harus dikaji sebelum memulai mengimplementasikan suatu kegiatan usaha.
Pihak Artha Graha menyadari bahwa setiap kegiatan usahanya akan
membawa dampak atau perubahan. Seringkali dampak yang ditimbulkan ini
berlanjut karena perubahan yang ditimbulkan lebih luas jangkauannya, tidak
hanya terbatas pada yang direncanakan. Misalnya, tujuan proyek membangun
kawasan niaga terpadu yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan pemukiman dan
kawasan niaga, namun hasil pembangunannya bukan hanya tersedianya fasilitas
yang dimaksud tetapi juga mengurangi daerah serapan air di tempat-tempat yang
tanahnya dipadatkan dan serta berkurangnya lahan hijau terbuka. Hal ini bila
terus-menerus tidak dilakukan suatu tindakan maka akan ikut menyumbangkan
penyebab terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim.
Oleh sebab itu untuk mengantisipasi meluasnya dampak negatif maka
dilakukanlah proses kajian dampak sosial. Adapun proses kajian dampak sosial
(Social Impact Assessment) yang dilakukan Artha Graha meliputi:
a. Pelingkupan (scoping), pada tahap pelingkupan ini pihak Artha Graha belum
melakukan perkiraan berapa lama dampak akan berlangsung.
b. Prakiraan dampak, pada tahap ini pihak perusahaan mengkaji kecenderungan
dampak dengan mengelompokkan dampak yang ditimbulkan berdasarkan
tahapan proyek, yaitu tahapan pra kontrusksi, tahapan kontruksi dan tahapan
pasca kontruksi dan juga memastikan secara visual dengan cara observasi ke
sekitar lingkungan untuk mengetahui siapa yang terkena dampak, sejauh mana
dampak yang diperkirakan akan muncul dan seberapa besar dampak yang
muncul hal ini serupa dengan pendapat Wolf yang mengatakan bahwa
prakiraan dampak difokuskan pada perubahan yang bersifat kuantitatif jika
proyek dilaksanakan. Perubahan ini dibandingkan dengan keadaan lingkungan
sebelum proyek dilakukan.
c. Mitigasi, pada tahap ini langkah yang dilakukan oleh perusahaan mirip dengan
pendapat Wolf mengenai langkah-langkah Social Impct Assessment.
d. Evaluasi dan monitoring, Dalam melakukan evaluasi dan monitoring Artha
Graha belum menyentuh pada tahapan menganalisis keefektifan dan
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
109
keefisienan proses pemilihan desain mitigasi serta ketepatan dari prediksi.
Mereka baru menganalisis keefektifan dan keefisienan proyek.
Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah bahwa
ternyata Artha Graha telah menjalankan tahap ataupun langkah-langkah yang
dibutuhkan dalam melakukan proses kajian dampak sosial (Social Impact
Assessment) sebelum akhirnya menjalankan proyek atau kegiatan usahanya yang
dalam hal ini adalah pelaksanaan proyek properti Sudirman Central Business
District (SCBD). Langkah-langkah tersebut hampir sama dengan langkah-langkah
ideal proses kajian dampak sosial (Social Impact Assessment) menurut para ahli
namun masih ada beberapa hal atau aspek yang memang belum dijalankan oleh
pihak Artha Graha. Hal ini disebabkan karena dalam setiap tahapnya, perusahaan
memiliki konsepnya tersendiri berdasarkan pengalaman organisasinya sebagai
sebuah perusahaan properti tanpa mengacu secara khusus pada teori-teori kajian
dampak sosial (Social Impact Assessment).
Dalam melakukan studi atau kajian dampak secara sosial sekarang ini
merupakan hal yang wajib dilakukan oleh perusahaan yang akan melakukan
kegiatan usaha atau bisnis, jadi pihak Artha Graha juga melakukan proses
pengkajian dampak agar kegiatan usahanya mendapatkan ijin. Pengelolaan
dampak juga merupakan salah satu bentuk tanggung jawab Artha Graha selain
tanggung jawab yang lain tentunya terhadap pembangunan. Dan dari pengelolaan
dampak ini hasilnya akan diperoleh sebuah dokumen yang memberikan gambaran
tentang keadaan lingkungan sekitar yang akan membantu proses peyusunan
rencana kegiata dalam jangka panjang.
2.
Faktor Penghambat dan Pendukung
Faktor-faktor yang menjadi penghambat jalannya proses studi atau kajian
dampak yang dilakukan khususnya pengkajian dampak sosial terjadi karena faktor
teknis. Dengan pengalaman dan kerja tim solid yang menjadi faktor pendukung
dari proses melakukan kajian dampak sosial, peniliti melihat bahwa segala faktor
penghambat ini bisa diatasi oleh para pengkaji dari perusahaan Artha Graha. Dan
dengan pengalaman
serta kemampuan
sumber
daya
manusianya
yang
berkompeten, pihak Artha Graha dapat mencari solusi untuk meminimalisir
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
110
kemungkinan resiko yang ditimbulkan oleh faktor penghambat tersebut di masa
yang akan dating
6.2
Rekomendasi
Berdasarakan kesimpulan di atas, hasil penelitian ini merekomendasikan
kepada setiap perusahaan pada umumnya dan secara khusus kepada Artha Graha
untuk memperhatikan konsep dari kajian dampak sosial (Social Impact
Assessment) sebelum memulai kegiatan operasional atau investasinya. Karena
akan banyak sekali manfaat yang diperoleh dengan melakukan hal tersebut, salah
satunya yaitu dapat menentukan secara tepat, efektif dan ideal dalam menerapkan
program dan kegiatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di sekitar daerah
perusahaan beroperasi.
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
DAFTAR REFERENSI
Buku
Abidin, Hamid. (2003). Sumbangan Sosial Perusahaan; Profil dan Pola
Distribusinya di Indonesia. Jakarta: Piramedia.
Adi, Isbandi Rukminto. (2002). Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan
Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Ambadar, J. (2008). Corporate Social Responsibility dalam Praktik di Indonesia
(Ed 1). Jakarta: Elex Media Computindo.
Babbie, Earl. (1995). “The Practice of Social Research” (7th Edition). Belmont,
CA: Wads Worth Publishing Company.
Barrow, C.J. (2000). Social Impact Assessment: An Introduction. New York:
Oxford University Press Inc.
Barth, Regine., & Wolff, Franziska. (2009). Corporate Social Responsibility in
Europe: Rhetoric and Realities. USA: Edward Elgar Publishing, Inc.
Becker, Henk A., & Vanclay, Frank. (2003). The International Handbook of
Social Impact Assessment: Conceptual and Methodological Advances. USA:
Edward Elgar Publishing, Inc.
Coppola, Damon P. (2007). Introduction to International Disaster Management.
USA: Elsevier Inc.
Cresswell, John W. (2002). Desain Penelitian Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif. Jakarta: KIK Press.
Effendi, Muh. Arief (2009). The Power of Good Corporate Governance: Teori
dan Implementasi. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Fajar ND., Mukti. (2010). Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia:
Studi tentang Penerapan Ketentuan CSR pada Perusahaan Multinasional,
Swasta Nasional & BUMN di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hadi, Sudharto P. (1997). Aspek Sosial AMDAL Sejarah, Teori dan Metode.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Koentjaraningrat. (1991). Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.
Kotler, Philip and Lee, Nancy. (2005). Corporate Social Responsibility: Doing the
Most Good for Your Company and Your Cause. New Jersey: John Wiley and
Sons, Inc.
110
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
112
Midgley, James. (2005). Pembangunan Sosial Perspektif Pembangunan Dalam
Kesejahteraan Sosial. (Dorita Setiawan dan Sirojudin Abbas, Penerjemah).
Jakarta: Diperta Islam Departemen Agama Republik Indonesia.
Neuman, William Lawrence. (2006). “Social Research Methods : Qualitative and
Quantitative Approaches” (Sixth Edition). Australia: Pearson International
Edition.
Nusahid, Fajar. (2006). Tanggungjawab Sosial BUMN, Analisis Model
Kedermawanan Sosial. Jakarta: Pirac Media.
Patton, M.Q. (1990). Qualitative Evaluation and Research Methods (2nd ed.).
Newbury Park. CA: Sage.
Prajarto, Nunung. (Ed.). (2012). CSR Indonesia Sinergi Pemerintah, Perusahaan
dan Publik. Yogyakarta: Fisipol UGM.
Rudito, B., Budimanta, A., & Prasetijo, A. (2004). Corporate Social
Responsibility: Jawaban bagi Model Pembangunan Indonesia Masa Kini.
Jakarta: ICSD.
Saidi, Zaim., dan Hamid Abidin. (2004). Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan
Praktek Kedermawanan Sosial di Indonesia. Jakarta: Piramedia.
Sarwono, Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Siahaan, N.H.T. (2004). Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan (edisi
kedua). Jakarta: Erlangga.
Stake, R. E. (2005). “Qualitative case studies.” In Denzin, Norman K. & Lincoln,
Yvonna S.(eds). The sage handbook of qualitative research. (3rd ed). Thousand
Oaks, CA: SAGE.
Sugiyono, (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R & D.
Bandung: Alfabeta CV.
Suratmo, Gunawan. (2004). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Untung, Hendrik Budi (2007). Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar
Grafika.
Wibisono, Yusuf. (2007) Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Gresik: Fascho
Publishing.
Makalah dan Jurnal:
A Comprehensive Guide for Social Impact. (2006). Centre for Good Governance.
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
113
Afrizal.
(2010).
Menganalisis
Dampak
repository.unand.ac.id, Universitas Andalas.
Sosial
Pembangunan.
Daniri, Mas Achmad. (2008). Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
Ray Indonesia.
Federal Emergency Management Agency. (1995). National Mitigation Strategy:
Partnership for Building Safer Communities.
Hess, David. (1999). Social Reporting: A Reflexive Law Approach to Corporate
Social Responsiveness. Journal of Corporation Law.
Mulyadi. (2003). Pengelolan Program Corporate Social Responsibility:
Pendekatan, Keberpihakan dan Keberlanjutannya. Center for Population
Studies, UGM.
Suharto, Edi. (2006). Pekerjaan Sosial Industri, CSR dan Comdev.
The Business Watch Indonesia. (2007). Sumbangan Pemikiran BWI pada
Penyusunan Peraturan Pemerintah Perihal Tanggung Jawab Sosial Korporasi.
The Interorganizational Committee on Principles and Guidelines for Social Impact
Assessment. (2003). Principles and guidelines for social impact assessment in
the USA. Impact Assessment and Project Appraisal, volume 21, number 3,
September 2003, pages 231–250, Beech Tree Publishing, 10 Watford Close,
Guildford, Surrey GU1 2EP, UK.
The Rockefeller Foundation. (2003). Social Impact Assessment: A Discussion
Among Grantmakers.
Vanclay, Frank. (2003). International Principles For Social Impact Assessment.
Impact Assessment and Project Appraisal, volume 21, number 1, March 2003,
pages 5–11. Beech Tree Publishing, 10 Watford Close, Guildford, Surrey GU1
2EP, UK.
Dokumen:
Badan Pusat Statistik. (Febuari, 2012). Berita Resmi Statistik: Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistika.
Sudirman Central Business District. (2009). Laporan Tahunan 2009 (Annual
Report). Jakarta: PT. Danayasa Arthatama Tbk.
Sudirman Central Business District. (2010). Laporan Tahunan 2010 (Annual
Report). Jakarta: PT. Danayasa Arthatama Tbk.
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
114
Publikasi Elektronik:
Arief dan Widjanarko. (2012). Tanggung Jawab social Perusahaan: Tangkap dan
Optimalkan untuk Pembangunan AMPL. Diakses tanggal 4 Agustus 2012, dari
web: http://www.web.waspola.org/index.php/id/artikel/263-tanggung-jawabsosial-perusahaan-tangkap-dan-optimalkan-untuk-pembangunan-ampl
Artha Graha. (n.d). Artha Graha Peduli AG Foundation Indonesia. Diakses
tanggal 8 Mei, dari web: http://www.scribd.com/doc/64057275/Artha-GrahaFoundation-Artha-Graha-Peduli
Depnakertrans. (n.d). Prosedur Mitigasi Lingkungan. Diakses tanggal 12 Juli
2012,
dari
web:
bto.depnakertrans.go.id/.../Prosedur%20Mitigasi%20Lingkungan.doc
International Association for Impact Assessment. (2003). Social Impact
Assessment International Principles. Diakses tanggal 28 April 2012, dari:
http://www.iaia.org/publicdocuments/special-publications/SP2.pdf
Rahmatullah. (2012). Pentingnya Social Impact Assessment (SIA) bagi
Perusahaan.
Diakses
tanggal
12
Juli
2012,
dari
web:
http://www.rahmatullah.net/2012/01/pentingnya-social-impact-assessmentsia.html
Social impact assessment of resource projects, diakses tanggal 28 April 2012,
dari:
http://im4dc.org/wp-content/uploads/2012/01/UWA_1698_Paper02_Social-impact-assessment-of-resource-projects1.pdf
Skripsi/Tesis
Midonal. (2011). Konservasi Lingkungan pada Tanggung Jawab Perusahaan
Berdasarkan UU N0.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Program
Pascasarjana Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Nurrokhim, Wakhid. (2005). Perspektif Stakeholder dalam Upaya Adaptasi
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan: Studi Kasus pada Perusahaan
Pengembang PT. SA Jakarta. Program Pascasarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial
FISIP Universitas Indonesia.
Sitorus, Dewi Nova. (2012). Analisis Implementasi Corporate Social
Responsibility dalam Supply Chain pada PT. SidoMuncul. Skripsi. Program
Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Wahjoedi. (2004). Tanggung jawab sosial perusahaan implementasi dan makna
ekonomisnya bagi perusahaan dan masyarakat sekitar : Studi kasus pada PT.
Pabrik Kertas Tjiwi Kimia. Program Pascasarjana Perencanaan dan Kebijakan
Publik Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
UniversitasPenerapan
Indonesiametode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
Pedoman Wawancara
1.
Pedoman wawancara untuk pelaksana proyek
a. Latar belakang dan tujuan proyek
b. Studi-studi yang telah dan akan dilaksanakan
c. Dampak yang ditimbulkan dari setiap proyek
d. Proses kajian dari dampak yang ditimbulkan
e. Keadaan sebelum ada proyek dan setelah proyek ada
f. Pelaksanaan mitigasi disetiap proyek
g. Dasar pertimbangan melakukan mitigasi
h. Masukan dari masyarakat sekitar daerah proyek
i. Masalah yang dihadapi
j. Program evaluasi dan monitoring
k. Tentang Artha Graha Peduli

Latar Belakang Pembentukan

Ruang lingkup penerapan

Kegiatan dan Program
2.
Pedoman wawancara untuk masyarakat yang terkena dampak proyek
dan kegiatan Artha Graha Peduli
a. Pandangan dan persepsi masyarakat terhadap proyek Artha Graha Network
b. Kondisi lingkungan baru

Kondisi jalan

Fasilitas umum (sekolah, tempat ibadah, pasar, puskesmas, dll.)

Transportasi umum

Pembuangan sampah/limbah
c. Persepsi terhadap lingkungan baru

Lebih menyenangkan, kenapa?

Tidak menyenangkan, kenapa?
d. Masalah-masalah yang dihadapi masyarakat dengan adanya proyek
e. Pandangan dan persepsi masyarakat terhadap kegiatan/program Artha
Graha Peduli
f. Manfaat program Artha Graha Peduli
Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas
2012
RINGKASAN HASIL WAWANCARA
A. Pemrakarsa/Pelaksana Proyek
No
Pertanyaan
1
Latar belakang dan tujuan proyek
2
Jawaban
Guna menjawab tantangan global mengenai pembangunan, maka kami
mengembangkanlah berbagai macam kegiatan proyek pembangunan. Adapun tujuan
dari pelaksanaan proyek yang dilakukan oleh Artha Graha Network secara global
adalah investasi untuk memperoleh berbagai manfaat baik secara komersial ataupun
secara non komersial. (HD)

Adanya kebutuhan ruang yang selalu meningkat terutama di pusat kota seperti
Jakarta,baik untuk keperluan sebagai ruang kerja kantor maupun tempat tinggal hal ini
yang menyebabkan para investor tertarik untuk berinvestasi pada sektor property.
Namun disatu sisi lahan yang digunakan untuk membangun mulai berkurang maka
dari itu tujuan proyek kawasan niaga terpadu ini untuk menyiasati kurangnya lahan
tersebut dengan memanfaatkan keterbatasan lahan semaksimal mungkin dengan
konsep mix use building, yaitu dimana kami mengakomodasi berbagai jenis aktivitas
perdagangan, perkantoran, jasa, dan permukiman, yang terintegrasi dalam satu
wilayah. (AR)

Setiap akan memulai suatu kegiatan usaha, kami sudah pasti menyusun yang
namanya dokumen rencana kegiatan yang didalamnya menerangkan dan menjelaskan
data-data terkait dengan kegiatan usaha tersebut. Data tersebut pada umumnya terdiri
dari nama dan alamat perusahaan, nama dari kegiatan usahanya, seberapa besar skala
kegiatan usaha tersebut, serta lokasi dimana kegiatan usaha tersebut akan dilakukan.
Dari dokumen rencana kegiatan inilah yang nantinya akan menjadi bahan acuan dalam
melakukan studi sebelum kegiatan usaha tersebut direalisasikan. Studi yang kami
lakukan adalah studi kelayakan usaha. Studi ini kami kategorikan kedalam tiga

Studi-studi yang telah dan akan dilaksanakan
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
Universitas Indonesia



3
Dampak yang ditimbulkan dari setiap proyek

bagian, yaitu kelayakan secara ekonomi, kelayakan lingkungan, dan kelayakan teknis.
(YM)
Kita tentunya melakukan studi kelayakan apabila akan melakukan sebuah
kegiatan usaha. Ukuran kelayakan masing-masing usaha sangat berbeda, misalnya
antara usaha jasa dan nonjasa. Seperti pendirian hotel dengan usaha pertambangan,
akan tetapi aspek-aspek yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya sama.
Untuk aspeknya sendiri meliputi aspek hukum, aspek pasar, aspek finansial, aspek
teknik, aspek manajemen dan aspek lingkungan. (HD)
Studi dampak lingkungan untuk saat sekarang ini merupakan hal yang wajib
dilakukan oleh perusahaan yang akan melakukan kegiatan usaha atau bisnis, jadi
sudah dapat dipastikan bahwa kami juga melakukan hal tersebut agar kegiatan usaha
kami mendapatkan ijin usaha tentunya, terlebih kegiatan usaha yang sifatnya
mengekploitasi sumber daya yang berasal dari alam. Kami juga melakukan kegiatan
pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumber daya yang ada di
sekitar wilayah tempat kami akan mendirikan kegiatan usaha. Kegiatan ini meliputi
survei mengenai status dan keadaan fisik lahan yang akan digunakan dalam kegiatan
usaha, sumber daya yang ada baik dari alam maupun sumber daya manusianya, serta
kondisi sosial-budaya masyarakat yang ada di sekitar daerah tersebut. (AR)
Sebelum kita memulai menempati wilayah baru dan memulai kegiatan
operasional, sebelumnya itu kita membuat perencanaan dan memprediksi
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Kita juga melakukan yang namanya
pemetaan mengenai resistensi dan potensi yang ada di masyarakat sekitar juga
lingkungan dimana kegiatan operasional kita akan dilakukan. (JS)
Sektor bisnis yang dilakukan Artha Graha Network itu kan sangat luas, mulai
dari sektor keuangan, properti, pertanian, sampai dengan sektor sumber daya.
Tentunya dampak yang ditimbulkan dari kegiatan bisnis ini juga akan beragam,
demikian pula dengan besaran dampak yang ditimbulkannya. Hal ini disebabkan oleh
beberapa hal antara lain yaitu faktor lingkungan dan ruang lingkup dari kegiatan bisnis
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
Universitas Indonesia
tersebut. Dengan melakukan kegiatan bisnis, kami berharap dapat memberikan
manfaat untuk sekitar masyarakat yang berada di sekitar perusahaan kami beroperasi.
Mulai dari membuka lapangan pekerjaan, menambah penghasilan penduduk,
menghasilkan aneka barang yang dibutuhkan oeh masyarakat, merangsang masyarakat
utuk meningkatkan pengetahuan, meningkatkan infrastruktur di sekitar wilayah
beroperasinya usaha, seperti perbaikan jalan, melengkapi sarana dan prasarana demi
menunjang kebutuhan karyawan kami pada khususnya dan masyarakat sekitar pada
umumnya. (HD)

Dari setiap proyek yang kami lakukan itu ada tahapan yang harus selalu kami
laksanakan. Kami membaginya kedalam tiga tahapan, yaitu tahap pra kontruksi, tahap
kontruksi, dan tahap pasca kontruksi. Jenis kegiatan yang dilakukan dari setiap
tahapan berbeda-beda jadi dampak yang ditimbulkannya pun akan berbeda.
Contohnya, untuk kegiatan pra kontruksi, yang kami lakukan itu mulai dari survey
lokasi dimana kami akan menjalankan proyek tersebut. Setelah itu kami biasanya akan
melakukan pengadaan dan pembebasan lahan, yang dampaknya itu bisa berupa
pemindahan penduduk atau bahkan tidak jarang akan muncul para spekulan tanah.
Tahap kontruksi kegiatan yang kami lakukan lebih banyak lagi karena disinilah
tahapan krusialnya. Kegiatan tersebut meliputi, pertama mobilisasi tenaga kerja, yang
dampaknya itu bisa berupa kecemburuan sosial antara penduduk lokal dengan para
pekerja yang berasal dari luar daerah atau sebenarnya dengan adanya proyek ini akan
meningkatan kesempatan kerjabagi para penduduk lokal. Kedua, mobilisasi peralatan
berat yang bisa merusak sarana jalan. Ketiga, kontruksi jalan akses ke lokasi proyek
yang bisa menyebabkan meningkatnya gangguan kemacetan dan tercecernya tanah
dan material bangunan. Dan terakhir yaitu, pelaksanaan pekerjaan kontruksi di
lapangan, seperti penyiapan dan pembersihan lahan, penggalian tanah untuk pondasi,
pembuatan sistem drainase, pemasangan tiang pancang, pengoperasian base camp
untuk para pekerja serta kegiatan kontruksi lainnya yang biasanya akan menimbulkan
kerusakan prasarana jalan, pencemaran udara, pencemaran air permukaan, timbulnya
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
Universitas Indonesia
4
Proses kajian dari dampak yang ditimbulkan
genangan air atau banjir lokal, banyaknya debu, adanya getaran dari alat-alat berat dan
suara bising, serta kecemburuan sosial.
Untuk pasca kontruksi yaitu tahap dimana kegiatan dari pengoperasian dan
pemeliharaan dilakukan ya agar dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan.
(JS)

Studi yang kami lakukan sebelum kegiatan proyek dilakukan isinya itu salah
satunya mencakup tentang prakiraan dampak yang akan ditimbulkan dari kegiatan
proyek. Jadi sebelum dampak itu benar-benar terjadi, kami sudah memikirkan
tindakan apa yang akan kami ambil dan lakukan. (HD)

Untuk melakukan kajian dampak dari pelaksanaan proyek ada beberapa langkah
yang kami lakukan. Pertama, kami melakukan yang namanya kajian dokumen yakni
dengan cara mempelajari dokumen perencanaan pembangunan yang telah disusun.
Studi ini sangat perlu untuk dilakukan terutama dalam melihat berbagai potensi isu-isu
lingkungan yang dimungkinkan muncul pada saat implementasi pembangunan.
Kedua, kami melakukan observasi lapangan yang dilakukan dengan cara melihat
secara langsung obyek yang menjadi lahan dimana proses pembangunan dilakukan.
Cara ini juga untuk memastikan secara visual sejauh mana dampak yang diperkirakan
akan muncul dan seberapa besar dampak yang akan mempengaruhi lingkungan
sekitar. Tahap terakhir yaitu kami melakukan wawancara dan diskusi dengan
masyarakat sekitar lingkungan proyek. Disini kami sangat mengharapkan sekali
adanya masukan, pendapat dan pandangan dari masyarakat terkait dengan dampak
yang diperkirakan akan muncul saat implementasi pembangunan. (AR)

Jadi untuk proses kajian dampaknya itu kami juga bagi menjadi tiga tahap ya.
Pertama, yaitu tahap persiapan. Pada tahap persiapan ini, kami menyiapkan semacam
SOP kajian dampak. Setelah tahap persiapan ok, maka tahap kedua yaitu tahap
pelaksanaan. Disini kami berkoordinasi dengan pihak-pihak yang terkait yang terlibat
dalam kegiatan proyek untuk menyelenggarakan pertemuan dalam rangka kegiatan
kajian dampak. Setelah itu secara bersama-sama kami akan mengunjungi lapangan
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
Universitas Indonesia
untuk melihat dari dekat tentang dampak yang mungkin akan timbul dalam
pelaksanaan kegiatan yang telah diverifikasi, selama turun lapangan ini kami juga
mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh lokal dan aparat setempat serta pihakpihak lain yang dianggap berkompeten untuk mendapatkan input secara lebih
mendalam guna merumuskan kajian dampak. Tahap terakhir adalah tahap pelaporan
dari masing-masing kegiatan yang telah dilakukan. (JS)

Langkah yang kami lakukan dalam rangkaian mengkaji dampak, yang pertama
adalah pengumpulan informasi tentang lingkungan baik lingkungan alamnya ataupun
lingkungan sosialnya dan juga keadaan geografis sekitar Sudirman ini. Secara
operasional kegiatan yang dilakukan itu dengan melakukan penentuan seberapa luas
daerah yang akan terkena dampak dari kegiatan usaha kami. Luas daerahnya biasanya
kami bagi menjadi 3 ring utama, yaitu ring 1 yang meliputi daerah yang jaraknya
antara 500 meter sampai dengan 1 km dari lokasi usaha kami. Ring 2, yaitu daerah
yang jaraknya 1 km sampai dengan 5 km dari lokasi usaha kami, dan yang terakhir
ring 3 adalah daerah di luar ring 1 dan ring 2 yang kami gambarkan bisa saja sampai
dengan Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek). Kemudian langkah selanjutnya setelah
gambaran mengenai informasi lingkungan sekitar kami dapatkan, ada tim kami yang
akan turun lapangan untuk mengecek keabsahan dari informasi yang kami peroleh
tersebut serta untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kondisi lingkungan
sekitar baik secara demografis (komposisi penduduk yang dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kategori, seperti umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, dll.; pola
perkembangan penduduk; dan tingkat kepadatan serta sebaran penduduk), ekonomi
(tingkat pendapatan, kesempatan untuk melakukan usaha atau kesempatan kerja),
sosial dan budaya (bagaimana sikap dan pandangan masyarakat sekitar dengan
kegiatan usaha dan juga rencana usaha yang kami lakukan; pola kebiasaan dan adat
masyarakat sekitar; perubahan sosial dan budaya), dan juga keadaan kesehatan
masyarakat sekitar. Hasil dari penelitian di lapangan ini harus sedetail mungkin karena
data-data tersebut akan menjadi data dasar untuk berbagai keperluan kami kedepannya
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
Universitas Indonesia
5
Keadaan sebelum ada proyek dan setelah 
proyek ada

6
Pelaksanaan mitigasi disetiap proyek



untuk melakukan prakiraan serta untuk kegiatan sosial yang akan dilakukan
perusahaan. (ES)
Tentu saja ada perbedaan sebelum proyek dilakukan dan setelah proyek
dilaksanakan. Perbedaan ini meliputi berbagai aspek, seperti aspek sosial, budaya,
kesehatan, dan tentu saja aspek ekonomi karena kegiatan proyek yang kami lakukan
diharapkan bisa untuk memacu pertumbuhan ekonomi, baik di tingkat nasional
maupun daerah, serta mengurangi pengangguran, mengentaskan kemiskinan dan
tentunya meningkatkan kesejahteraan rakyat. (HD)
Pesatnya pembangunan yang terjadi khususnya di ibukota tentu saja
menimbulkan perubahan yang sangat signifikan. Kita bisa lihat bagaimana padatnya
penduduk disini yang setiap tahunnya selalu terjadi penambahan penduduk, masalah
urbanisasi yang terus meningkat tiap tahunnya dan nantinya akan menimbulkan
polemik tersendiri lagi. (ES)
Untuk mengurangi dampak negatif yang diperkirakan akan timbul maka dalam
melaksanakan proyek kami berusaha sekali untuk menggunakan dan memanfaatkan
sumberdaya alam tidak secara berlebihan khususnya sumber daya alam yang tidak
terbaharui agar para penerus kita nantinya masih bisa ikut menikmati. Kami juga
berusaha memanfaatkan sumber daya secara hati-hati serta didukung oleh penelitian
ilmiah yang memadai. (YM)
Kami menyadari bahwa pembangunan yang kami lakukan selama ini
dilaksanakan pada dasarnya merubah ekosistem alami yang bersifat stabil menjadi
ekosistem buatan/binaan yang tidak stabil. Kondisi ini yang kemudian menuntut kami
untuk melakukan upaya pengelolaan lingkungan agar fungsi lingkungan di kawasan
proyek pembangunan dilakukan bisa tetap lestari. Oleh sebab itu menetapkan kami
selalu mencoba untuk menerapkan kebijakan pembangunan kawasan yang
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. (AR)
Agar tidak timbul keluhan dan protes dari masyarakat sekitar wilayah proyek
dilaksanakan pada tahap pra kontruksi kami melakukan sosialisasi, komunikasi dan
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
Universitas Indonesia
7
Dasar pertimbangan melakukan mitigasi
konsultasi kepada masyarakat sekitar wilayah beroperasinya proyek untuk
menjelaskan tentang manfaat kegiatan bagi kepentingan umum dan juga menjelaskan
tentang kerugian yang terjadi akibat terhambatnya proses pengerjaan proyek bila tidak
adanya dukungan dari masyarakat. Untuk mengantisipasi para spekulan tanah, kami
melibatkan masyarakat dan aparat pemerintah daerah setempat untuk mencegah
terjadinya spekulasi tanah. Kami juga melakukan sosialisasi pada penduduk lokal dan
pemberian informasi kepada penduduk tentang tenaga kerja yang diperlukan. Mendata
sarana dan prasarana umum yang akan terkena dampak kegiatan proyek,
melindunginya dari kemungkinan kerusakan atau kalaupun rusak yang diakibatkan
terkena proses dari proyek maka kami akan mengganti ataupun memperbaiki. Untuk
menghindari kemacetan kami akan mengatur jadwal kerja agar pengoperasian
kendaraan proyek tidak dilakukan saat jam-jam sibuk. (JS)

Secara garis besar visi dari perusahaan yang tergabung di dalam Artha Graha
Network itu kan tumbuh dan berkembang bersama masyarakat dengan
mengedepankan kepedulian pada masyarakat dan lingkungan serta mewujudkan citacita menjadi jaringan bisnis yang dimiliki oleh pihak swasta namun secara penuh
harus bisa pula menjalankan fungsi pengabdian untuk kepentingan masyarakat. Hal ini
berarti bahwa semua dampak negatif yang ditimbulkan terkait dengan kegiatan proyek
pembangunan untuk mewujudkan tujuan tersebut harus bisa diminimalkan atau
bahkan bilamana memungkinkan harus dihilangkan sama sekali, kami menganggap ini
adalah sebagai bentuk kepedulian kami terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar
perusahaan beroperasi. (HD)

Dari hasil studi pastinya akan menghasilkan sebuah dokumen yang bisa
dijadikan acuan untuk melakukan pengelolaan yang baik selama proses dari proyek
berlangsung. Dokumen yang dijadikan acuan ini harus mampu meningkatkan hasil
dan nilai guna serta dapat menghindari semua pengaruh yang mengarah pada bentuk
ketidakefisienan. (YM)

Kita itu mempunyai pedoman operasional dalam setiap melaksanakan kegiatan
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
Universitas Indonesia
8
Faktor penghambat dan Pendukung






atau proyek yang disusun pada saat tahap perencanaan. Pedoman operasional ini yang
selalu kita jadikan rekomendasi dalam mengelola berbagai dampak yang ditimbulkan.
Pengelolaan dampak ini adalah salah satu bentuk tanggung jawab kami selain
tanggung jawab yang lain tentunya terhadap pembangunan. (AR)
Kadang masyarakat yang lahannya akan digunakan untuk kegiatan proyek
enggan untuk pindah ketempat lain karena beberapa alasan, seperti sudah nyaman
tinggal di tempat itu, takut kehilangan akses ke tempat kerja, tempat belanja dll. (ES)
Dalam pelaksanaan proyek pembangunan ada kalanya kondisi di lapangan tidak
sesuai dengan apa yang sudah kami rencanakan sehingga perencanaan ulang tidak
dapat terhindari. Perencanaannya sudah kami susun dengan baik,tetapi kadang dalam
fakta pelaksanaannya tidak seperti seharusnya tertera dalam acuan yang ada secara
sistematis. (JS)
Pertentangan dengan masyarakat sekitar proyek kadang tidak terhindari, mereka
merasa lahan yang akan digunakan dalam proses pembangunan merupakan lahan
mereka untuk tempat tinggal selama ini. Dengan kata lain mereka akan tempat tinggal.
Untuk menghindari protes kami kadang memberikan ganti rugi kepada masyarakat
tersebut atas lahan yang akan digunakan dalam proyek proyek, namun lagi-lagi
masalah timbul ketika besaran ganti rugi yang kami berikan tersebut ternyata tidak
cocok. (YM)
Pernah ada pengalaman sewaktu mengerjakan suatu proyek timbul kejadian
yang tidak diprediksi sebelumnya karena rendahnya kinerja dan produktifitas dari
pekerja. Hal ini menyebabkan kerterlambatan penyelesaian pembangunan. (AR)
Kami terbantu karena memiliki tenaga pendukung yang memang
berpengalaman. Dalam melakukan kegiatan usaha mulai dari perencanaan, melakukan
studi sampai dengan tahap implementasi kami terbiasa bekerja secara tim. Dan kami
disini memiliki tim yang sangat solid sekali. (JS)
Dengan memiliki pengalaman sebelumnya dalam melakukan proyek, membantu
kami untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam melakukan serangkaian
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
Universitas Indonesia
9
Program evaluasi dan monitoring
10
Tentang Artha Graha Peduli
kajian yang akan dilakukan. (ES)
Kami melakukan kegiatan evaluasi pada saat proses perencanaan selesai dibuat,
pada saat selama proses proyek berlangsung itu biasanya kami lakukan per triwulan
ya, dan pada saat akhir proyek selesai dikerjakan. Kalau untuk kegiatan monitoring itu
kami lakukan secara sistematis dan continue agar kami bisa melakukan tindakan
koreksi. (YM)

Untuk mengkaji apakah kegiatan yang dilaksanakan sudah sesuai dengan
rencana, masalah apa yang tombul selama proses pengerjaan proyek, apakah pola
kerja yang dilakukan dan manajemen yang diterapkan sudah sesuai dengan tujuan
proyek, dan sebagainya itu tentu harus dilakukan sebuah proses monitoring ya. Kalau
itu evaluasi dari awal pasti kami lakukan, pada awal kegiatan kami lakukan evaluasi
untuk mendeteksi kelayakan dari proyek tersebut, selama proses kegiatan evaluasi
juga harus rutin dilakukan agar semuanya berjalan dengan lancar, setelah proyek
selesai dikerjakanpun kami terus melakukan evaluasi untuk melihat dampak yang
ditimbulkan dalam jangka panjang. (AR)
a. Latar belakang pembentukan

Artha Graha Peduli sendiri itu adalah yayasan atau lembaga sosial.
Terbentuknya secara badan hukum itu baru dua tahun yang lalu, tapi kalau
kegiatannya sendiri Artha Graha Network ini sudah melakukan berbagai
kegiatan sosial dari tahun 1997. Kegiatan kita ini baru fokus dan intens itu pada
saat terjadinya tsunami di Aceh. Artha Graha sendiri itu kan grup bentuknya
atau network yang terdiri dari banyak perusahaan dan pada tahun 2004 dibikin
menjadi satu pintu, itulah yang dinamakan Artha Graha Peduli. Kegiatan di
tahun 2004 itu cukup banyak, kita sampai merekrut dan mefasilitasi relawan
untuk berangkat ke Aceh membantu para korban bencana disamping kita juga
memberangkatkan karyawan Artha Graha sendiri. Para relawannya itu berasal
dari para pecinta alam dan organisasi di berbagai daerah, kita berangkatkan
mereka baik melalui jalan laut maupun udara. Setelah itu kegiatan berkembang

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
Universitas Indonesia
dan terbentuklah struktur Artha Graha Peduli tapi belum ada lembaganya secara
hukum. (H)

Artha Graha itukan sebuah jaringan ya atau Network yang terdiri dari
banyak perusahaan di dalamnya. Untuk mempermudah koordinasi antar
perusahaan tersebut untuk melakukan kewajiban atau tanggung jawab sosialnya
maka dibentuklah satu yayasan yang dinamakan Artha Graha Peduli. (ES)

Kan sekarang sudah ada peraturan yang mengatur tentang tanggung
jawab sosial dan lingkungan untuk perusahaan. Dengan adanya Undang-Undang
Republik Indonesia No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pada pasal 1
ayat 3 dan pasal 74 yang kemudian menjadi dasar bagi Artha Graha dalam
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan atau dalam tataran global
disebut sebagai Corporate Social Responsibility. Untuk melaksanakan kegiatan
CSR ini kan butuh wadah secara khusus yang menanganinya, kemudian
dibentuklah Artha Graha Peduli sebagai wadah tersebut agar semua kegiatan
berjalan efektif dan manfaatnya pun dapat dirasakan secara merata. (HD)
b. Ruang lingkup penerapan

Kami mempunyai enam pilar yang menjadi ruang lingkup dalam
penerapan kegiatan Artha Graha Peduli, yaitu Artha Graha Peduli Lingkungan
Hidup, Artha Graha Peduli Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan Masyarakat,
Artha Graha Peduli Sosial, Budaya dan Pendidikan, Artha Graha Peduli
Kesehatan, Artha Graha Peduli Penanganan Bencana serta Artha Graha Peduli
Bantuan Hukum bagi masyarakat kurang mampu. Kebijakan dalam usaha untuk
turut menjaga kelestarian lingkungan dan alam kami wujudkan dalam partisipasi
melalui Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC), yaitu kawasan hutan
konservasi untuk perlindungan keanekaragaman hayati flora dan fauna di
Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Tanggamus, Propinsi Lampung.
TWNC ini bisa dikatakan sebagai program unggulan CSR kami karena ini
adalah sebuah program khusus yang berkelanjutan untuk mencegah dampak
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
Universitas Indonesia
kumulatif dari pembangunan seperti pemanasan global. Konservasi ini sangat
berguna sekali untuk kepentingan manusia karena dapat berfungsi sebagai
tempat berbagai spesies yang berguna untuk kehidupan manusia mulai dari
penyediaan pangan, sandang dan papan. Keadaan di sana agak kacau ya sebelum
ada Tambling Wildlife Nature Conservation. Jadi kegiatan seperti penebangan
liar, perburuan binatang yang tidak terkendali, dan juga penangkapan ikan di
laut dengan menggunakan potassium serta pengeksploitasi laut itu masih marak.
Keadaan sekitar laut juga kotor, banyak sampah yang bukan berasal dari alam
yang berserakan. Makanya setelah kami datang, kami konservasi wilayah
tersebut dan berupaya melakukan perbaikan-perbaikan di sana demi terciptanya
lingkungan yang baik juga untuk kesejahteraan masyarakat sekitar sana. (HR)
c. Kegiatan dan Program

Kegiatan kita sendiri meliputi bantuan-bantuan yang bersifat relawan,
bantuan tenaga, logistik, bahkan sampai infrastruktur. Kegiatan sosial lainnya,
untuk masalah lingkungan kita melakukan penanaman pohon baik pohon untuk
di hutan maupun di bakau (perairan). Untuk penanamannya sendiri kita sudah
melakukannya ke beberapa wilayah di Indonesia, kita juga mengadakannya itu
dengan bekerjasama dengan pihak lain. Sebetulnya kalau untuk konservasi alam,
kita ada hutan konservasi di daerah Lampung yang namanya Tambling Wildlife
Nature Conservation yang fokusnya memang untuk konservasi alam. Tambling
Wildlife Nature Conservation ini istilahnya proyek CSR yang juga termasuk
proyek besar karena nilainya ratusan milyar. Kegiatan sosial yang sudah kita
lakukan itu fokus untuk membantu pemerintah dalam menangani bencana alam
yang sifatnya bencana nasional ataupun bencana yang sifatnya skala kabupaten.
Mengenai program yang rutin yang kita lakukan adalah program pemberian
bantuan berupa beras. Artha Graha telah melakukan bantuan program pemberian
beras ini dari tahun 1997 dan dilakukan setiap hari jumat. (H)

Kami melakukan sosialisasi kepada warga juga anak-anak, menanam
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
Universitas Indonesia
kembali tanaman endemik, membersihkan pantai dari sampah, perkebunan
pembibitan, terus juga ngumpulin data terkait sumber daya alam yang ada. (HD)
B. Perwakilan Masyarakat
No
Pertanyaan
1.
Pandangan dan persepsi masyarakat terhadap
proyek Artha Graha Network
2
Kondisi lingkungan baru
a. Kondisi Jalan
Jawaban
Saya mendukung setiap rencana pembangunan yang dilakukan oleh perusahaan
yang ada di artha graha network. Semuanya demi kemajuan bersama asal proyek yang
akan dilaksanakan ataupun yang sedang dilaksakan memperhatikan hal-hal sesuai
peraturan yang ada. Kalau membangun sesuatu jangan asal bangun, diperhatikan juga
lingkungan sekitarnya. Dan dengan semua proyek yang dilakukan oleh Artha Graha
Network masyarakat bisa terbantu dengan terciptanya lapangan pekerjaan. (EJ)

Jakarta jadi banyak gedung bertingkatnya ya. Pemukiman kami jadi tertutup
oleh gedung-gedung pencakar langit, tapi ya ga ada pengaruh yang bagaimana juga
yang penting masih punya tempat tinggal, masih bisa kerja, jadi masih bisa makan.
(CN)


Banyak perubahan memang yang terjadi setelah proyek pembangunan yang
dilakukan oleh perusahaan Artha Graha. Untuk kondisi jalan saya rasa bagus, karena
itu juga buat kepentingan mereka. Kegiatan bisnis yang padat pasti membutuhkan
akses yang sangat mendukung kelancaran. Inginya lancar, tapi namanya juga Jakarta
pasti macet dimana-mana. Apalagi Sudirman ini pusat bisnis ya, banyak kantor,
banyak pegawai, jadi kendaraan juga butuh banyak biar semuanya bisa keangkut.
Kalau sudah begini biar kondisi jalan baik tapi macet rasanya ya tidak nyaman. (EJ)

Kalau jalan-jalan utama di sekitar daerah sini ya bagus. Hanya saja jalan untuk
akses masuk ke daerah pemukiman yang agak kurang, mungkin orang yang belum
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
Universitas Indonesia

b. Fasilitas umum (sekolah, tempat ibadah,
pasar, puskesmas, dll.)



c. Transportasi umum


tahu dan terbiasa akan kesulitan untuk sampai daerah sini. Jalannya ketutup sama
gedung terus kan ada pemisah pagar tinggi antara daerah pemukiman sama daerah
perkantoran. (CN)
Kondisi jalan disini dulu parah, banyak lubang, aspalnya juga jelek. Sempat
beberapa kali diperbaiki namun rusak lagi, tapi sekarang kondisinya lumayan
dibanding dulu, lubangnya sudah banyak berkurang. Saya ga tahu yang memperbaiki
siapa, sepertinya sih pemerintah. Harapan ke depannya mudah-mudahan kondisi jalan
disini tidak rusak lagi. (SP)
Kalau masalah fasilitas umum seperti sekolah, tempat ibadah, rumah sakit,
sampai tempat berbelanja tidak perlu dikhawatirkan lagi ya, ini daerah pusat bisnis
dan jalan utama di Jakarta yang secara tidak langsung pasti juga menyediakan
berbagai keperluan warganya dengan kelengkapan berbagai fasilitas. (EJ)
Sekolah ada ya yang dekat dari sini, madrasah “Darul Rahman”. Untuk
puskesmas ada di jalan Tulodong. Kalau pasar tradisional agak jauh dari sini, paling
ya ada warga yang buka warung terus jualan kebutuhan sehari-hari termasuk sayurmayur, atau ada juga pedagang keliling. Disini banyaknya mall. (CN)
Dari dulu fasilitas umum di sini sudah lumayan lengkap. Sekolah ada, masjid,
puskesmas sudah ada dari dulu tapi ya jaraknya memang jauh. Paling tidak butuh
kendaraan untuk bisa menuju ke sana. Kalau mau jalan bisa tapi makan waktu. Yang
beda mungkin sekarang di sekolah sudah agak lengkap buku-bukunya, surau yang
rusak mendapat bantuan dana untuk perbaikan, kegiatan di puskesmas bertambah
seperti bantuan pengobatan gratis, kegiatan imunisasi, dan lain-lain. (SP)
Untuk transportasi umum banyak ya, mulai dari bus kopaja, trans Jakarta, ojeg
sampai taksi mudah ditemui. Apalagi Sudirman ini kan pusat keramaian, pasti moda
transportasi umum seperti itu sangat dibutuhkan. (EJ)
Banyak kendaraan umum disini, beragam soalnya penduduknya juga beragam.
Kalau punya dana lebih bisa naik taksi, kalau tidak ada ya naik kopaja atau busway.
(CN)
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
Universitas Indonesia

d. Pembuangan sampah/limbah



3
Persepsi terhadap lingkungan baru

Di sini angkutan umum ada tapi jumlahnya terbatas ya, untuk waktu operasinya
juga. Masyarakat di sini rata-rata punya sepeda motor untuk mempermudah kegiatan
mereka sehari-harinya. (SP)
Sepertinya sangat diperhatikan sekali ya masalah sampah di sini. Penyediaan
tempat pembuangan sampah hampir tersedia di setiap sudut, untuk petugas yang stand
by juga ada, untuk pengangkutan sampah ke tempat pembuangan juga cukup rutin
dilakukan, belum lagi petugas yang selalu menyapu bersih jalan. Ini mungkin karena
di sini kawasan utama Jakarta yang masalah kerapihan sangat diperhatikan sekali.
Tapi untuk selanjutnya penanganan sampah itu seperti apa saya juga kurang paham
ya. (EJ)
Kalau di lingkungan tempat tinggal saya itu petugas kebersihan rutin untuk
mengambil sampah di pagi hari. Kalau sampah dari sekitar gedung-gedung di SCBD
saya kurang paham, kalau nanti lewat di ujung gang sana ada pembuangan sampah, ya
sampah-sampah itu berasal dari pemukiman sini. (CN)
Kalau masalah limbah seperti sampah, di sini memang agak banyak ya jumlah
sampahnya. Untuk cara pembuangannya biasanya masyarakat membuangnya di
tempat sampah lalu nanti ada petugas yang mengambilnya, tapi itu jarang sekali
paling hanya dua minggu sekali soalnya jumlah petugasnya sedikit jadi biar sampah
tidak menumpuk biasanya masih banyak juga masyarakat di sini yang membuang
sampahnya dengan cara membuat lubang lalu nanti sampahnya di bakar, ada juga
yang tidak dibakar tapi langsung ditimbun. (SP)
Sangat membanggakan saat ibukota boleh menjadi lebih baik dan bersih
khususnya daerah Sudirman menjadi pusat dan kemegahan kota Jakarta. Jakarta itu
kan identik sama banjir, dulu di Sudirman sini kalau hujan pasti terjadi genangan air
dan macet sudah pasti tidak terelakan. Sejak adanya gorong – gorong Sudirman yang
tidak diketahui PT apa yang membangunnya jalan Sudirman sudah tidak ada
genangan air, kecuali di jalan yang tidak rata. Semoga ini bisa terus berlanjut,
pembangunan ke arah yang lebih baik lagi. (EJ)
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
Universitas Indonesia
4
Masalah-masalah yang dihadapi masyarakat
dengan adanya proyek


5
Pandangan dan persepsi masyarakat terhadap
kegiatan/program Artha Graha Peduli


6
Manfaat program Artha Graha Peduli

Warga asli sini makin terpinggirkan ya, disini kan jadi pusat perkantoran dan
pemukiman memang. Banyak pendatang yang kini tinggal disini dan bekerja. Jadi
banyak saingan untuk mendapatkan pekerjaan bagi warga. Tapi justru itu
yangkemudian membuat sebagian warga sadar untuk meningkatkan kemampuan
dirinya agar mampu untuk bersaing. Selain itu mungkin karena banyak dibangun
gedung-gedung di kawasan ini, ruang buka hijaunya agak kurang ya. (EJ)
Banyak para pekerja yang kerja di SCBD terus ngontrak atau ngekost di sekitar
sini, butuh penyesuaian dengan para pendatang tersebut. Ada beberapa perbedaan
kebiasaan, misalnya cara bicara orang Jakarta/betawi yang suka ceplas-ceplos. Kalau
pendatangnya dari daerah yang tidak terbiasa dengan kebiasaan ini tentu akan kaget.
Atau kadang masyarakat sekitar sini suka kesal bila ada pendatang yang ngontrak atau
ngekost tapi suka pasang musik kencang-kencang. (CN)
Masyarakat senang sekali dengan adanya kegiatan-kegiatan sosial yang
dilakukan oleh artha graha peduli. Warga sangat antusias mengikuti kegiatan artha
graha peduli seperti penjualan sembako murah dan pengobatan gratis. Kegiatan seperti
ini bagus saya rasa, karena harga yang dijual itu setengah dari harga aslinya jadi ya
kita tertarik dan sangat merasa terbantu sekali, mudah - mudahan tahun depan ada lagi
dan bisa gratis. (SP)
Kalau kegiatan pemberian bantuan ya membantu masyarakat ya tentunya. Kalau
mau mendekati lebaran, sering ada bantuan pemberian atau penjualan sembako gratis.
Madrasah juga suka dapat bantuan pendidikan seperti beasiswa sepertinya.
Pengobatan gratis juga pernah diadakan di puskesmas. Anak saya di sekolah pernah
cerita bahwa ada semacam kegiatan pelestarian lingkungan dari Artha Graha supaya
anak-anak ikut berperan aktif menjaga lingkungan sekitar. (CN)
Sangat bermanfaat sekali, soalnya sekarang harga kebutuhan sedang melonjak.
Kedepannya mungkin bisa dibantu juga untuk program pendidikan seperti bantuan
buku-buku pelajaran atau alat sekolah. Dan masyarakat yang mendapat bantuan juga
lebih banyak lagi. (SP)
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
Universitas Indonesia
Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012
Universitas Indonesia
Download