BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan (knowledge) a. Definisi Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di perolehmealui mata dan telinga(Notoatmodjo, 2007,p.143) b. Proses adopsi Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) dalam buku (A.Wawan,2010,p.15),perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung atau tidak. Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: 1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)perilaku 9 10 2) Inerest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul. 3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4) Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan yang dikehendaki oleh stimulus 5) Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Adapun penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran, sikap yang positif. Dan perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting), sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. c. Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat (Notoadmodjo,2007,p.144), yakni: 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab 11 itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. 2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus, metode, prinsi, dan konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitunganperhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. 12 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5) Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Pengetahuan seseorang termasuk pengetahuan mengenai kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan diantaranya oleh yustina (2004) dalam angka kematian 13 tertinggi ibu di Asia Tenggara secara garis besar factor-faktor tersebut adalah: 1. Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam member respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. 2. Paparan media masa (akses informasi) Melalui berbagai media cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat,sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamphlet, dan lain-lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. 3. Ekonomi (pendapatan) Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder. 14 4. Hubungan sosial Manusia adalah makhluk sosial dimana di dalam kehidupan berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar informasi. 5. Pengalaman Pengalaman individu berbagai hal bisa diperoleh dari tingkat kehidupan dalam proses perkembangannya, missal sering mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik misalnya seminar. 6. Akses layanan Kesehatan Mudah atau sulit dalam mengakses layanan kesehatan tentunya akan berpengaruh terhadap pengetahuan dalam hal kesehatan Pendidikan. Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang dating dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. e. Sumber mencari pengetahuan Menurut Yustina (2004) dalam Angka Kematian Ibu tertinggi di Asia Tenggara , sumber mencari pengetahuan bisa diperoleh melalui: 1) Buku 2) Jurnal 15 3) Internet 4) Paper 5) Seminar 6) Koran 7) Majalah 8) Iklan 9) Manusia f. Cara Mengukur Pengetahuan Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. 2. Remaja a. Konsep Remaja Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik. Bahkan prubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan psikologis muncul sebagai akibat dari perubahan. Diantara perubahanperuabahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi makin panjang dan 16 tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai denagn haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) (Sarlito,2011,p.62). b. Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada tiga tahap perkembangan remaja (Sarlito,2011.p.30): 1) Remaja Awal (early adolescence) 10-13 tahun Seorang remaja dalam tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebihlebihanan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego” menyebabkan para remaja awal ini sulit mengerti dan di mengerti orang dewasa. 2) Remaja Madya (middle adolescence) 14-16 tahun Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senangkalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai temanteman yang punya sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya. 17 3) Remaja akhir (late adolescence) 17-19 tahun Remaja ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu: a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru. c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public). 3. Seksual dan Seksualitas a. Definisi Seksual Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara hubungan intim antara laki-laki dan perempuan(Ns.Tarwoto,2010,p.86). Sedangkan seksualitas (boyke,2010,p.43) diartikan sebagai: 1) Bagaimana laki-laki dan perempuan berbeda (dan mirip) satu sama lain, secara fisik, psikologis, dan dalam istilah-istilah perilaku; 2) Aktivitas, perasaan,dan sikap yang dihubungkan dengan reproduksi; 18 3) Bagaimana laki-laki dan perempuan berinteraksi dalam berpasangan dan di dalam kelompok. Jadi seksualitas adalah bagaimana orang merasakan dan mengekspresikan sifat dasar dan ciri-ciri seksualnya yang khusus. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan seksual remaja Menurut Sarlito W. Sarwono (1994) dalam buku (Ns.Tarwoto,2010,p.86), faktor-faktor yang berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja yaitu: 1) Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk perilaku tertentu. 2) Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawian, adanya undang-undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain). 3) Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan melakukan hal tersebut. 4) Kecenderungn pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media massa yang 19 dengan teknologi yang canggih (contoh: VCD, buku porno,foto, majalah, internet, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat dan didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya. 5) Orang tua, baik karena ketidaktahuan maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini. 6) Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat dari perkembangannya peran dan pendidikan wanita, sehingga kedudukan wanita semakin sejajar dengan pria. c. Resiko hubungan seks bebas Kematangan organ seks dapat berpengaruh buruk bila remaja tidak mampu mengendalikan rangsangan seksualnya, sehingga tergoda untuk melakukan hubungan seks pranikah (Depkes RI, 2010). Hal ini akan menimbulkan akibat yang buruk, yaitu: 1) Bagi remaja a) Remaja pria menjadi tidak perjaka, dan remaja wanita tidak perawan 20 b) Menambah risiko tertular penyakit menular seksual (PMS), seperti: gonore (GO), sifilis, herpes simpleks (genitalis), HIV/AIDS. c) Remaja putri terancam kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran kandungan yang tidak aman, infeksi organ-organ reproduksi, anemia, kemandulan dan kematian karena perdarahan atau keracunan kehamilan. d) Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri, rasa berdosa, hilang harapan masa depan) e) Kemungkinan hilangnya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan kesempatan bekerja. f) Melahirkan bayi yang kurang/tidak sehat 2) Bagi Keluarga a) Menimbulkan aib keluarga. b) Menambah beban ekonomi keluarga. c) Pengaruh kejiwaan bagi anak yang dilahirkan akibat tekanan masyarakat di lingkungannya (ejekan) 3) Bagi masyarakat a) Meningkatkan remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat menurun. b) Meningkatkan angka kematian ibu dan bayi c) Menambah beban ekonomi masyarakat, kesejahteraan masyarakat menurun. sehingga derajat 21 d. Upaya pencegahan pada remaja agar tidak melakukan hubungan seks bebas yaitu(Ns.Tarwoto,2010,p.59) 1) Mengurangi besarnya dorongan biologis a) Menghindari membaca buku atau melihat film/majalah yang menampilkan gambar yang merangsang nafsu birahi. b) Membiasakan mengenakan pakaian yang sopan dan tidak merangsang. c) Membuat kelompok-kelompok kegiatan yang positif dan bermanfaat untuk mengembangkan diri, misalnya: teater, musik, olahraga, bahasa, pramuka, menjahit dan memasak. 2) Meningkatkan kemampuan dorongan biologis dengan cara: a) Pendidikan agama dan budi pekerti b) Penerapan hukum-hukum agama dalam kehidupan sehari-hari, misalnya sholat dan berpuasa, mengikuti kebaktian di gereja, dan lain-lain. c) Menghindari penggunaan narkoba, karena akan menghancurkan kemampuan remaja dalam mengendalikan diri. d) Orang tua dan guru menjadi model dalam kehidupan sehari-hari, artinya orang tua tidak melakukan hubungan seksual di luar pernikahan, selalu setia pada pasangan, dan tidak melakukan perselingkuhan. 22 3) Membuka informasi kesehatan reproduksi remaja Pendidikan kesehatan reproduksi jangan dilihat secara sempit sebagai sekedar hubungan seksual saja. Ini perlu dilaksanakan pada remaja, bahkan bisa dilakukan lebih dini. Penyampaian materi pendidikan seks di rumah sebaiknya dilakukan oleh orang tua. Sementara itu, di sekolah juga harus dibuka informasi kesehatan reproduksi, melalui penyuluhan secara klasikal atau individual oleh guru atau konseling (BK) sewaktu-waktu remaja membutuhkan. 4) Menghilangkan kesempatan melakukan hubungan seksual pranikah a) Orang tua memberikan perhatian pada remaja dalam arti tidak mengekang remaja, namun memberikan kebebasan yang terkendali. Misalnya, bila remaja mengadakan pesta, maka orang tua turut menghadiri pesta tersebut. b) Orang tua tidak memberikan fasilitas (termasuk uang saku) yang berlebihan. c) Dukungan dari pemerintah, misalnya pengawasan pasangan remaja di tempat wisata, persyaratan menunjukan surat nikah bagi pasangan yang menginap di hotel/motel, penegakkan hukum dalam pemberantasan narkoba. 23 4. Kesehatan Reproduksi a. Definisi kesehatan reproduksi Definisi kesehatan reproduksi yang ditetapkan dalam Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and Development/ ICPD) adalah kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam segala hal yang berhubungan dengan system reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya (Ns.Tarwoto,2010,p.48) b. Perubahan Fisik yang mulai menandai kematangan reproduksi Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi. Perubahan ini ditandai dengan munculnya tanda-tanda sebagai berikut. 1) Perubahan Seks Primer Perubahan seks primer ditandai dengan mulai berfungsinya alatalat reproduksi yaitu ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki (Sarlito,2011,p.62). 2) Perubahan Seks Sekunder Pada remaja putri yaitu pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar, tumbuh rambut di ketiak dan sekitar kemaluan atau pubis. Pada remaja laki-laki yaitu terjadi perubahan 24 suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih besar, badan berotot, tumbuhnya kumis, cabang dan rambut disekitar kemaluan dan ketiak. (Depkes RI,2001) c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi (dr. Taufan,2010,p.12) yaitu: 1) Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil). 2) Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain,dsb). 3) Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua dan remaja, depresi karena ketidak seimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita terhadap pria yang memberi kebebasan secara materi). 4) Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual). 25 d. Alat Reproduksi 1) Alat Reproduksi Wanita a) Ovarium Setiap wanita memiliki sepasang ovarium, yang setiap bulan secara bergantian mengeluarkan satu sel telur (ovum) yang matang. Ovarium juga menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. b) Tuba faloppi Sepasang tuba faloppi menghubungkan ovarium dengan ovarium pada sisi kiri dan kanan. c) Uterus Uterus (rahim) adalah tempat tertanamnya ovum yang telah dibuahi, yang selanjutnya akan tumbuh dan berkembang menjadi janin. Bila tidak terjadi pembuahan, maka ada lapisan dinding uterus yang terkelupas dan terjadi perdarahan yang disebut menstruasi. Bagian akhir dari uterus yang berhubungan dengan vagina disebut serviks. d) Vagina Vagina adalah saluran yang menghubungkan uterus dengan alat reproduksi bagian luar. Vagina merupakan tempat masuknya penis saat melakukan hubungan seksual. 26 2) Alat Reproduksi Pria a) Testis Pria memiliki dua buah testis untuk memproduksi sperma yang dibungkus oleh lipatan kulit kantung yang disebut skrotum. Dimulai sejak masa puber, sepanjang masa hidupnya pria akan memproduksi sperma. Selain itu, testis juga menghasilkan hormon testosteron. Di sisi belakang masing-masing testis terdapat epididimis, yaitu tempat sperma mengalami kematangan. Saluran selanjutnya adalah vas deferens, saluran ini dan masuk ke vesika seminalis sebagai tempat penampungan sperma. b) Penis Penis adalah alat reproduksi yang membawa cairan mani ke dalam vagina. Jika ada rangsangan seksual, maka darah di dalam penis ada saluran uretra. Jika ada rangsangan seksual, maka darah di dalam penis akan terpompa. Akibatnya, penis menjadi tegang dan mengeras, lalu cairan semen yang mengandung sperma keluar dari vesika seminalis dan melalui uretra terpancar keluar. Proses tersebut dikenal dengan istilah ejakulasi. e. Tujuan Kesehatan reproduksi 1) Tujuan Utama (dr. Taufan,2010,p.12) yaitu: 27 Sehubungan dengan fakta bahwa fungsi dan proses reproduksi harus didahului oleh hubungan seksual, maka tujuan utama program kesehatan reproduksi adalah meningkatkan kesadaran kemandirian wanita dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya, termasuk kehidupan seksualitasnya, sehingga hak-hak reproduksinya dapat terpenuhi yang pada akhirnya menuju peningkatan kualitas hidup. 2) Tujuan Khusus a) Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan fungsi reproduksinya. b) Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam menentukan kapan hamil, jumlah dan jarak kehamilan. c) Meningktnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat dari perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan pasangan dan anak-anaknya. d) Dukungan yang menunjang wanita untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan proses reproduksi, berupa pengadaan informasi dan pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesehatan reproduksi secara optimal. 28 B. Kerangka Teori Domain kognitif: - Tahu - Memahami - Aplikasi - Analisis - Sintesis - evaluasi Pengetahuan Pengaruh: - Pendidikan - Paparan media massa - Ekonomi - Hubungan social - Pengalaman - Akses layanan kesehatan Seks Bebas dan Kesehatan Reproduksi Sumber : Mahfoedz, I, dkk (2005) Gambar 2.1 : Kerangka Teori Gambaran Tingkat pengetahuan Remaja Putri tentang Seks Bebas terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja