karakteristik perumahan

advertisement
KARAKTERISTIK PERUMAHAN
DI KAWASAN TEPI SUNGAI MAHAKAM
KASUS KELURAHAN SELILI KECAMATAN SAMARINDA ILIR
KOTA SAMARINDA
Dwi Suci Sri Lestari
Abstrak
Kawasan tepi sungai merupakan kawasan tempat bertemunya daratan dan air
sungai. Kawasan dimaksud merupakan kawasan dinamis dan unik dari suatu kota,
selain itu juga sangat strategis karena mudah dicapai dari daratan maupun sungai.
Kawasan ini difungsikan antara lain untuk perdagangan, rekreasi, perkantoran,
pergudangan, pelabuhan, maupun perumahan. Khusus untuk kajian akan dibahas
perumahan.
Sebagai studi kasus, dilakukan kajian pada kelurahan Selili kecamatan
Samarinda Ilir kota Samarinda. Kota Samarinda merupakan kota yang unik, dengan
bagian tengahnya mengalir Sungai Mahakam yang berfungsi untuk transportasi air
berhubungan langsung dengan laut Selat Makasar. Di sepanjang tepi sungai banyak
ditempati masyarakat sebagai permukiman.
Dari kajian yang dilakukan, disimpulkan tentang karakteristik perumahan di
kawasan tepi sungai Mahakam kota Samarinda, yaitu : lokasi perumahan menempati
daerah tepi sungai, baik di darat maupun di atas permukaan air sungai. Masa
bangunan yang berada di darat berbentuk teratur,dan yang berada di atas
permukaan air sungai juga berbentuk teratur. Penampilan bangunan sederhana
berbentuk panggung, struktur bangunan dibuat dari konstruksi rangka dari bahan
kayu, untuk mencapai bangunan satu dengan lainnya dilengkapi dengan jembatan
kayu.
Kata kunci
panggung,
:
karakter
arsitektur,
1. PENDAHULUAN
Rumah merupakan kebutuhan
dasar manusia dalam meningkatkan
harkat, martabat, mutu kehidupan dan
penghidupan, serta sebagai pencerminan
diri pribadi dalam upaya peningkatan
taraf hidup, serta pembentukan watak,
karakter dan kepribadian bangsa. Hal
inilah yang menjadi dasar pokok
pembangunan perumahan, termasuk
perumahan di kawasan tepi sungai.
Pengembangan
perumahan
dan
permukiman di kawasan tepi sungai
merupakan bagian penting dalam
kawasan
tepi
sungai,
bangunan
menunjang
pembangunan
yang
berkelanjutan,
dan
meningkatkan
kesejahteraan bangsa Indonesia, serta
masyarakat tepi sungai pada khususnya.
Kawasan tepi sungai memiliki potensi
yang besar dan merupakan faktor penting
yang dapat meningkatkan perekonomian
bangsa.
Pada negara-negara maju maupun
berkembang, aktivitas perekonomian di
wilayah tepi sungai sangat dominan
dan diikuti dengan pertumbuhan
jumlah
penduduknya.
Hal
ini
berdampak langsung pada sektor
perumahan dan permukiman. Namun
25
sayangnya masih banyak daerah
perumahan dan permukiman penduduk
yang berada pada wilayah tepi sungai
di Indonesia memiliki kondisi yang
tidak tertata dengan baik, terlampau
padat, kumuh dan tidak layak huni.
Untuk itulah
perlu dilakukan
identikasi karakteristik perumahan di
kawasan tepi sungai, guna dikenali
tentang ciri-cirinya dan permasalahan
yang ditimbulkan. Dalam hal ini, akan
dilakukan studi kasus di tepi sungai
Mahakam kota Samarinda. Materi
yang akan dibahas mengenai lokasi
perumahan,
masa
bangunan,
penampilan bangunan, struktur, bahan
bangunan, dan fasilitas lingkungan.
2. GAMBARAN UMUM KOTA
SAMARINDA
Kota
Samarinda
merupakan
ibukota provinsi Kalimantan Timur
yang terletak antara 00º 19’ 02”-00º
42’ 34” Lintang Selatan dan 117º 03’
00”-117º 18’ 14” Bujur Timur.
Wilayah Kota Samarinda dikelilingi
oleh Kabupaten Kutai Kertanegara.
Penduduk Kota Samarinda pada tahun
2005 berjumlah 611.491 jiwa. Laju
pertumbuhan penduduk pada tahun
2004 mencapai angka 3,29%, dan
mengalami peningkatan yang cukup
tajam (65,35%) pada tahun 2005
menjadi 5,44%. Luas wilayah Kota
Samarinda adalah 71.800 hektar
(Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun
1987) yang terdiri dari 51 Kelurahan
dan 6 Kecamatan. Sebagian besar
lahan yang ada dipergunakan oleh
masyarakat
sebagai
pekarangan
bangunan dan halaman yaitu sebesar
28.666 hektar (39,92%).
Berdasarkan data statistik tahun
2005 maka kepadatan penduduk Kota
Samarinda sebesar 853 jiwa/km2,
Kecamatan
Samarinda
Seberang
merupakan kecamatan yang berkepadatan
penduduk tertinggi yaitu 2.335 jiwa/Km2,
kemudian diikuti oleh Kecamatan Sungai
Kunjang. Kecamatan Samarinda Utara
dan Palaran merupakan kecamatan yang
berkepadatan
penduduk
terendah
dibandingkan
Kecamatan
lainnya,
sehingga
Samarinda
Utara
dan
Kecamatan Palaran menjadi salah satu
alternatif untuk menampung pertambahan
jumlah penduduk.
Untuk lebih jelasnya tentang wilayah
kota Samarinda divisualisasikan dalam
gambar 2.1. berikut :
Gambar 2.1. Peta Kota Samarinda
3.
KARAKTERISTIK
KAWASAN PESISIR DAN
TEPI AIR
3.1. Pesisir dan Tepi Air di
Indonesia
Indonesia dikenal sebagai negara
perairan terluas, yaitu berwilayah laut
teritorial pesisir dan laut seluas 5,7 juta
km2; ditambah luas lautan dari
kesepakatan Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE) yang mencapai 2,7 juta km2 dan
memiliki banyak pulau. Selain itu, juga
merupakan pusat keanekaragaman
hayati laut tropis terkaya di dunia. Ini
26
disebabkan hampir 30 % hutan bakau
dan 30 % terumbu karang hidup di
perairan Indonesia.
Indonesia juga terkenal dengan
banyaknya pulau yang dimiliki.
Hingga kini tercatat terdapat 17.508
pulau dengan garis pantai sepanjang
kurang lebih 81.000 km. Dengan garis
pantai sepanjang itu, maka banyak
orang Indonesia memilih bermukim di
daerah pesisir. Hingga kini tercatat 140
juta atau sekitar 60 % penduduk
Indonesia tinggal di wilayah dimaksud,
yaitu di pesisir lautan dan tepi air.
Bermukim di antara mangrove dan
terumbu karang. Bahkan di pesisir
utara Jawa, terdapat 600.000 nelayan
yang menggantungkan hidupnya dari
laut di sekitar tempat dimaksud.
Berkaitan dengan hal dimaksud,
pengembangan
perumahan
dan
permukiman di kawasan pesisir dan
tepi air, merupakan bagian penting
dalam
menunjang
pembangunan
kawasan pesisir dan tepi air yang
berkelanjutan; dan
meningkatkan
kesejahteraan bangsa Indonesia, serta
masyarakat pesisir dan tepi air pada
khususnya. Kawasan pesisir dan tepi
air berpotensi besar merupakan faktor
penting yang dapat meningkatkan
perekonomian bangsa. Pada negaranegara maju maupun berkembang,
aktivitas perkonomian di wilayah
pesisir dan tepi air sangat dominan
dan diikuti dengan pertumbuhan
jumlah
penduduknya.
Hal
ini
berdampak langsung pada sektor
perumahan dan permukiman. Di
Indonesia masih banyak daerah
perumahan dan permukiman penduduk
yang berada pada wilayah pesisir dan
tepi air, yang berkondisi tidak tertata
dengan baik, terlampau padat, kumuh
dan tidak layak huni.
3.2.
Pengembangan
Kawasan
Pesisir dan Tepi Air
Pengembangan perumahan dan
permukiman di kawasan pesisir dan
tepi air sebagai bagian dari kawasan
kota pesisir dan tepi air, tidak dapat
terlepas dari pengembangan kawasan
kota pesisir dan tepi air. Kawasan kota
pesisir dan tepi air di Indonesia
merupakan salah satu kawasan yang
potensial
untuk
dikembangkan,
terutama berkaitan dengan aspek
fungsi dan aksesibilitas.
Pengembangan kota pesisir dan
tepi air di Indonesia merupakan pokok
masalah yang potensial ditangani
secara lebih seksama, karena Indonesia
bergaris pantai terpanjang di dunia dan
berdasarkan PP 47/97 (Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional) terdapat 516
kota andalan di Indonesia dengan 216
kota di antaranya merupakan kota tepi
air yang berada di tepi laut (pantai),
sungai atau danau.
Pengembangan kawasan kota
pesisir dan tepi air dapat diarahkan
pada pengembangan fungsi pariwisata,
perekonomian, budaya, pendidikan,
industri, pergudangan dan pertahanan
dan keamanan (HANKAM). Namun
dalam
pengembangannya,
perlu
mengidentifikasi
secara
spesifik
karakteristik fisik lingkungan beserta
kegiatan yang sedang dan akan
dikembangkan di kawasan dimaksud.
Kawasan ini pada dasarnya
berakar pada faktor-faktor geografi dan
sejarah Nusantara yang telah berabadabad, bahkan perkembangan beberapa
kota di antaranya diawali oleh
keberadaan permukiman ini. Pada
perkembangan selanjutnya kawasan
tepi air ini menjadi tempat menarik
untuk permukiman dan berbagai
kegiatan lain karena berbagai alasan.
Namun, pengembangan kawasan ini
sering
mengabaikan
keberadaan
masyarakat setempat, sehingga pada
akhirnya harus menanggung beban
akibat perubahan pemanfaatan lahan.
27
Alasan-alasan difungsikannya kawasan
tepi
air
ini
sebagai
tempat
permukiman, antara lain:
a. merupakan kawasan alternatif
permukiman kota bagi kaum
urbanis miskin,
b. merupakan
peluang
bagi
kemudahan transportasi, dan
c. menjadi pintu gerbang alami untuk
perdagangan antar tempat yang
terpisahkan oleh laut.
Kondisi
dimaksud
menyebabkan
tingginya laju pertumbuhan perkotaan,
dimana kawasan kota pesisir dan tepi
air cenderung tumbuh lebih cepat, baik
secara demografis maupun ekonomis
daripada kota-kota di wilayah lain.
Namun karena pesatnya perkembangan
transportasi darat dan pusat-pusat
kegiatan baru di luar kawasan tepi air,
maka kawasan kota tepi air mulai
kehilangan keunggulannya. Sebagian
besar pemanfaatan ruang kawasannya
hanya digunakan untuk kegiatan
pelabuhan,
pergudangan
dan
perikanan.
Dengan adanya berbagai kepentingan
yang berbeda, pengembangan kota tepi
air dapat mengakibatkan terjadinya
konflik/friksi, antara lain:
a. kepentingan
antar
institusi
pemerintah, baik pusat, daerah
maupun pengelola pelabuhan,
b. antara kepentingan komersial
dan sosial, dan
c. antara kepentingan publik dan
individu.
3.3. Fungsi Kawasan Pesisir dan
Tepi Air
Kawasan pesisir dan tepi air di
Indonesia menunjukkan kawasan yang
memiliki fungsi sebagai:
a. kawasan
komersial
(perdagangan),
b. kawasan budaya, pendidikan dan
lingkungan hidup,
c. kawasan peninggalan bersejarah,
d. kawasan permukiman,
e. kawasan wisata (rekreasi),
f. kawasan
pelabuhan
dan
transportasi, dan
g. kawasan
pertahanan
keamanan.
4.
PENGENALAN LOKASI
Obyek kajian dalam tulisan ini
adalah Kelurahan Selili Kecamatan
Samarinda Ilir Kota Samarinda.
4.1. Dasar Pertimbangan Pemilihan
Kelurahan Selili sebagai Lokasi
Kasus
Dasar pertimbangan pemilihan
Kelurahan Selili sebagai obyek kajian
sebagai berikut :
1. Kelurahan Selili dapat mewakili
kondisi perumahan di kawasan tepi
sungai karena terletak di tepian
Sungai Mahakam.
2. Dalam satu Kelurahan Selili,
terdapat
2
macam
karakter
perumahan berbeda, sebagaimana
disebutkan di bawah ini.
a. Kawasan perumahan yang
dibangun di atas permukaan air
sungai, dan
b. Kawasan perumahan yang
dibangun di atas tanah dengan
kemiringan
tanahnya
(kelerengan) mencapai >45°.
Untuk lebih jelasnya, tentang lokasi
Kelurahan Selili Kecamatan Samarinda Ilir
Kota Samarinda, diilustrasikan dalam
gambar 2.1. dan foto udaran
pada gambar 2.3. berikut :
:::.
28
LOKASI KELURAHAN SELILI
SUNGAI MAHAKAM
Lokasi kelurahan
Gambar 2.2.
Selili
Lokasi Kelurahan Selili Kecamatan Samarinda Ilir
Kota Samarinda.
LOKASI PERUMAHAN KELURAHAN SELILI
KECAMATAN SAMARINDA ILIR KOTA SAMARINDA.
Gambar 3.
Foto Udara Lokasi Kelurahan Selili
Terhadap Sungai Mahakam Kota Samarinda
29
Gambar 4.
Sungai Mahakam Samarinda dengan Jembatannya
4.2.
Profil Kelurahan Selili
Ditinjau
dari
pengamatan
lapangan terhadap Kondisi Perumahan
dan Permukiman, terdapat dua macam
karakter letak perumahan di Kelurahan
Selili, yaitu : sebagian di pinggir tepian
Sungai Mahakam yang dibangun di atas
permukaan air sungai, dan sebagian lagi
di kawasan yang berkelerengan tanah
cukup tinggi, yaitu di atas 45 derajat.
Ditinjau dari kondisi rumahnya,
maka bangunan tempat tinggal di
Kelurahan Selili sebagian besar berupa
rumah
panggung,
terutama
yang
menempati tepi sungai. Bangunannya
berdiri langsung di atas tanah untuk
rumah yang dibangun di daratan pada
tanah yang miring/lereng. Jarak antar
rumah sangat rapat, sehingga sirkulasi
udara sangat kurang.
Ditinjau
dari
aspek
sarana,
masyarakat sudah memiliki Tempat
Pembuangan Sampah (TPS), namun di
beberapa RT sebagian di antaranya masih
membuang sampah secara sembarangan
di atas sungai atau permukaan daratan
yang sudah tergerus air laut. Dalam
pemanfaatan fasilitas mandi-cuci-kakus
(MCK),
masyarakat
membangun
bangunan panggung non permanen dan
kotoran langsung dibuang ke permukaan
air. Sumber air bagi masyarakat di
kelurahan ini berasal dari sumur gali dan
dari air
permukaan yang berasal dari hulu
sejauh 7 km. Dari aspek sarana
pendidikan, lingkungan kelurahan
ini
belum
memiliki
sarana
pendidikan setingkat Sekolah Dasar
(SD), sedangkan dari aspek
perekonomian
masyarakat,
penduduk di lingkungan ini
mengembangkan budidaya rumput
laut.
5. KARAKTERISTIK
PERUMAHAN DI
KELURAHAN SELILI PADA
KAWASAN TEPI SUNGAI
MAHAKAM KOTA
SAMARINDA
5.1. Masa Bangunan
Masa bangunan terdiri dari
dua macam, sebagai berikut :
a. Bangunan di tanah lereng
Bangunan yang terletak di tanah
lereng dengan kemiringan lebih
besar dari 45 derajat, ditata
mengikuti bentuk kontur tanah
dan badan sungai Mahakam.
Bangunan berbentuk panggung
disusun dengan bentuk linier.
b. Bangunan di atas air sungai
Bangunan yang terletak di atas
permukaan air sungai, ditata
dengan bentuk linier dengan dua
30
deretan bangunan panggung, bagian
tengah terdapat jalan lingkungan yang
dibuat
dari
jembatan
kayu.
TPS (TEMPAT
PEMBUANGAN
SAMPAH)
PELABUHAN
S
U
N
G
A
I
M
A
H
A
K
A
M
BUKIT STELING
BANGUNAN/
RUMAH TINGGAL
TEPI AIR
INDUSTRI/PABRIK
KAYU LAPIS
Gambar 2.5.
Peta Kelurahan
Selili
Kecamatan
Samarinda Ilir
Kota Samarinda
BANGUNAN/
RUMAH TINGGAL
TEPI AIR
5.2. Penampilan Bangunan
Penampilan bangunan terdiri dari 2
(dua) macam, sebagai berikut.
a. Bangunan panggung langsung berdiri
di atas tanah, jenis ini kebanyakan
berada di tanah lereng berkemiringan
lebih besar dari 45 derajat.
b. Bangunan panggung berada di atas
permukaan air sungai.
Gambar 2.6.
Kawasan perumahan tepi sungai Mahakam di
Kelurahan Selili Kecamatan Samarinda Ilir
berlatar depan Sungai Mahakam
Kebanyakan
atap
bangunan
berbentuk pelana, dinding luarnya
dilengkapi dengan bukaan seperti
pintu dan jendela. Untuk mencapai
rumah panggung satu dengan
lainnya yang berada di atas
permukaan air sungai, melalui
jembatan yang dibuat dari bahan
kayu. Visualisasi rumah-rumah
dimaksud di atas, disajikan dalam
gambar 2.6 s/d. 2.29 berikut :
Gambar 2.7.
Tengah Kawasan perumahan di tepi Sungai Mahakam di
tanah lereng, yang padat dengan bangunan rumah penduduk
langsung di atas tanah
31
Gambar 2.8.
Rumah-rumah di tepi
Sungai Mahakam dengan latar depan kapal kecil
nelayan.
Gambar 2.9.
Rumah-rumah di tepi Sungai Mahakam dengan
latar depan kapal nelayan lebih besar
Gambar 2.10.
Rumah panggung yang menempati lereng
berkemiringan lebih besar dari 45 derajat.
Gambar 2.11.
Rumah panggung lain di lereng berkemiringan
lebih besar dari 45 derajat.
Gambar 2.12.
Rumah panggung lain yang memiliki overstek
di lereng berkemiringan lebih besar dari 45
derajat.
Gambar 2.13.
Rumah panggung di lereng berkemiringan lebih besar
dari 45 derajat, dengan jalan lingkungan dibuat dari
kayu di depannya.
32
Gambar 2.14.
Rumah panggung terletak di tepi sungai
Mahakam dan dibangun di atas permukaan air
sungai, berpenutup atap seng, bertiang kayu
dan berdinding kayu.
Gambar 2.15.
Rumah panggung lain di tepi sungai
Mahakam dan dibangun di atas permukaan
air sungai, dengan dermaga di samping
rumah dan berlatar depan sampan.
Gambar 2.16.
Rumah panggung di tepi Sungai Mahakam dan
dibangun di atas permukaan air sungai, berteras
depan cukup luas
Gambar 2.17.
Dua deret rumah panggung di tepi sungai
Mahakam yang dibangun di atas permukaan
air sungai dengan sampan-sampan nelayan.
Gambar 2.18.
Dua deret rumah panggung di atas permukaan air
sungai di tepi sungai Mahakam berlatar depan
sampan dan anak-anak sedang mandi.
Gambar 2.20.
Dua deret rumah panggung terletak dipinggir
sungai Mahakam, dengan jalan lingkungan
kayu di antara fungsi ibadah dan fungsi rumah
tinggal di kanan.
Gambar 2.19.
Dua deret rumah panggung di atas
permukaan air sungai di tepi Sungai
Mahakam, dengan jalan lingkungan
dibuat dari kayu bagian tengahnya.
Gambar 2.21.
Dua deret rumah panggung terletak dipinggir
sungai Mahakam, dengan jalan lingkungan
kayu di antara fungsi pasar di kiri dan fungsi
rumah tinggal di kanan.
33
Untuk visualisasi potongan lingkungan
perumahan di Kelurahan Selili Kecamatan
Samarinda Ilir kota Samarinda pada tepi
Sungai Mahakam yang berlokasi pada
tanah berkemiringan lebih besar dari 45º
disajikan dalam gambar 2.24. Bagi
lingkungan perumahan yang bertempat
di atas permukaan air sungai, disajikan
dalam gambar 2.25. berikut :
BANGUNAN
RUMAH TINGGAL
BUKIT
BANGUNAN
RUMAH TINGGAL
SUNGAI MAHAKAM
JALAN
KENDARAAN
BUKIT
BANGUNAN
RUMAH TINGGAL
BANGUNAN
RUMAH TINGGAL
BANGUNAN
RUMAH
TINGGAL
JALAN
KENDARAAN
Gambar 2.22.
Sketsa potongan
Jl. Lumba-lumba
di lingkungan
perumahan di
kelurahan Selili
pada tepi Sungai
Mahakam yang
berlokasi pada
tanah
berkemiringan
lebih besar dari
45º.
SUNGAI MAHAKAM
JALAN
SETAPAK
BANGUNAN
RUMAH TINGGAL
BANGUNAN
RUMAH TINGGAL
SUNGAI MAHAKAM
JALAN SETAPAK
DARI KAYU
Gambar 2.23.
Sketsa potongan lingkungan perumahan di Kelurahan Selili pada tepi Sungai Mahakam yang
bertempat di atas permukaan air sungai
5.2.1. Struktur dan bahan bangunan
Struktur
bangunan
terdiri
sebagaimana diuraikan berikut :
1) Struktur bawah/pondasi
Bangunan yang berada di darat
menggunakan pondasi langsung berupa
pondasi
batu kali,
untuk
visualisasinya, dapat dilihat lagi
dalam gambar 2.11. yang lalu.
Untuk bangunan yang berada di
atas
permukaan
air
sungai
menggunakan
tiang
kayu;
sebagaimana telah terlihat dalam
34
gambar 2.14. s/d 2.17. dan 2.20. yang
lalu, serta gambar 2.24. berikut
.
BANGUNAN BDEFRKUDAKUDA KAYU DAN
BERPENUTUP ATAP SENG.
TIANG-TIANG KAYU
DALAM STRUKTUR
BAWAH UNTUK
PENDUKUNG
BANGUNAN
Gambar 2.24.
Rumah panggung
berdiri di atas
permukaan air
sungai dengan
ditunjang tiang
kayu.
2) Struktur atas
Struktur atas dibuat dari rangka kuda-kuda dari bahan kayu. Visualisasinya disajikan
dalam gambar 2.14. s/d. 2.19.dan 2.24. yang lalu
gambar 2.14. s/d. 2.19. serta 2.24.
1) Dinding
Dinding dibuat dari bahan kayu,
yang lalu serta gambar 2.25. dan 2.26.
sebagaimana terlihat dalam
berikut :
DERMAGA LANGSUNG DI
SAMPING RUMAH
DINDING BANGUNAN
DARI KAYU
Gambar 2.34.
Dinding dibuat dari papan kayu
2) Lantai
Bahan lantai sebagai berikut :
a. Bangunan yang berada di tanah
lereng menggunakan lantai kayu.
b. Bangunan yang berada di atas
permukaan air laut menggunakan
bahan kayu.
Visualisasinya tersaji dalam gambar
2.16, 2.19 s/d. 2.21. yang lalu.
5.2.2. Dermaga
Gambar 2.35.
Dinding dibuat dari papan kayu.
Untuk kegiatan nelayan bongkar
muat dari perahu, disediakan
fasilitas dermaga langsung pada
DERMAGA LANGSUNG DI
DINDING BANGUNAN
rumahnya, sebagaimana
terlihat
SAMPING RUMAH
DARI KAYU
dalam gambar 2.34 dan 2.35
yang lalu.
6. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah
dilakukan tentang karakreristik
35
perumahan di kawasan tepi sungai
Mahakam kelurahan Selili Kecamatan
Samarinda
Ilir
kota
Samarinda,
disimpulkan sebagai berikut :
a. Lokasi perumahan
Lokasi perumahan menempati daerah
tepi sungai, yaitu kawasan dimana
daratan dan air sungai bertemu,
kawasan
dimaksud
merupakan
kawasan dinamis dan unik dari suatu
kota, disamping itu juga sangat
strategis karena mudah dicapai dari
daratan dan sungai.
b. Tapak Bangunan
Tapak Bangunan menempati di daratan
tepi sungai dan di atas permukaan air
Sungai Mahakam.
c. Masa Bangunan
Terdapat macam masa bangunan
sebagai berikut :
a. Masa bangunan yang berada di
daratan/ lereng dengan kemiringan
lebih besar 45 derajat, berbentuk
linier mengikuti kontur tanah dan
badan sungai dengan bentuk
susunan masa teratur,
b. Masa bangunan di atas permukaan
air sungai berbentuk linier, masa
terdiri dari dua deretan bangunan,
pada bagian tengah terdapat jalan
lingkungan yang dibuat dari
jembatan kayu.
d. Penampilan Bangunan
Penampilan bangunan terdiri dari 2
(dua) macam, sebagai berikut.
a. Bangunan panggung
langsung
berdiri di atas tanah, jenis ini
kebanyakan berada di darat/tepi
sungai dengan kemiringan tanah
lebih besar 45 derajat.
b. Bangunan
panggung langsung
berdiri di atas permukaan air
sungai; untuk pencapaian antara
bangunan satu dengan lainnya
dihubungkan dengan jembatan yang
dibuat dari kayu.
c. Kebanyakan
atap
bangunan
berbentuk pelana dengan penutup
atap dari bahan seng, dinding luar
dilengkapi dengan bukaan
seperti pintu dan jendela.
e. Struktur
Struktur
bangunan
terdiri
sebagaimana dijelaskan di
bawah.
1) Struktur bawah/pondasi
Bangunan yang berada di
darat menggunakan pondasi
langsung berupa pondasi
batu kali. Bagi bangunan
yang bertempat di atas
permukaan
air
sungai
menggunakan tiang kayu.
2) Struktur atas
Dibuat dari rangka kuda-kuda
dari bahan kayu, penutup atap
menggunakan bahan seng.
3) Dinding
Dibuat dari bahan kayu.
4) Lantai
Bangunan yang berada di
darat pada tanah yang miring/
lereng menggunakan lantai
kayu; dan bangunan yang
berada di atas permukaan air
sungai menggunakan bahan
kayu.
f) Dermaga
Untuk kegiatan nelayan bongkar
muat barang dengan perahu
disediakan fasilitas dermaga
yang menyatu dengan rumah
tinggalnya.
7. DAFTAR PUSTAKA
Broadbent, Geoffrey, Design In
Architecture, John Wiley
& Sons Ltd, 1973.
Francis D.K.Ching, Arsitektur:
Bentuk,
Ruang
dan
Susunannya,
Penerbit
Erlangga, 1984.
James C. Snyder dan Anthony
J.Catanese,
Pengantar
Arsitektur,
Penerbit
Erlangga, 1985.
36
Rob Krier, Komposisi Arsitektur,
Penerbit Erlangga, 2001.
Badan Pusat Statistik Kota Samarinda,
Samarinda dalam Angka 2008,
Biodata Penulis :
Dwi Suci Sri Lestari S-1 Jurusan Teknik
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro Semarang (1985), S-2 Teknik
Arsitektur pada alur Sejarah dan Teori
Arsitektur Program Pasca Sarjana Institut
Teknologi Bandung (1994), dan pengajar
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Tunas Pembangunan (FT.
UTP) Surakarta (1987- sekarang).
37
Download