Paper Title (use style: paper title)

advertisement
Hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif dan.…
HUBUNGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF
PADA PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE AND SOLVE DI SMA
Yusnaeni, Herawati Susilo, A.D. Corebima, Siti Zubaidah
Program Studi Pendidikan Biologi, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang 65145
[email protected]
ABSTRACT
The ability to think creatively is one of the high order thinking that play a role in cognitive learning outcomes
of students. The relationship between creative thinking ability with cognitive learning outcomes obtained
through the application of learning SSCS models. The study was conducted during one semester of three
senior high school at Kupang namely SMAN 3 Kupang, SMAN 4 Kupang and, SMA Katholik Giovanni
Kupang, Indonesia. Sample taking one class of each school. This study carried out in class X semester I. The
result showed that there was a significant correlation between creative thinking ability with cognitive
learning outcomes of biologi students. The regression equation based on the result of the data analysis is y =
0,682x + 18,268 with the realibility value of 0,790. This value is means donations creative thinking ability of
cognitive learning outcomes is 79,0%, while 21,0% are other factors besides creative thinking ability.
Conclusions based on these result that the students creative thinking ability associated with cognitive
learning outcomes on the use of learning of SSCS models.
Keywords: creative thinking ability, cognitive learning outcomes, SSCS models
PENDAHULUAN
Tantangan pendidikan abad-21 menuntut lahirnya
generasi unggul yang berpikir kritis dan kreatif. Abad-21
ditandai dengan kehadiran teknologi, informasi, dan
komunikasi (TIK). Era ini memberikan tantangan
tersendiri bagi dunia pendidikan pada umumnya dan guru
pada khususnya. Guru harus mampu membekali diri
dengan
berbagai
inovasi
pembelajaran
yang
memanfaatkan teknologi pembelajaran agar anak didik
lebih tertarik pada materi yang disampaikan. Pemikiran
kritis dan kreatif dapat diciptakan manakala seorang guru
mampu menciptakan lingkungan belajar yang menuntut
lahirnya keterampilan berpikir.
Keterampilan berpikir yang dikembangkan
sebaiknya sudah menjangkau keterampilan berpikir
tingkat tinggi (high order thinking skills) yang jika
dijangkau dengan ranah kognitif pada taksonomi bloom
berada pada level analisis, sintesis, evaluasi dan kreasi.
Kita perlu mencermati apa yang dengan yang
dikemukakan oleh Rotherdam & Willingham (2009
dalam Arifin, 2013) bahwa kesuksesan seorang siswa
tergantung pada kecakapan abad 21, sehingga siswa
harus belajar untuk memilikinya. Lebih lanjut Greenstein
(2012) menambahkan bahwa kecakapan abad-21
mencakup kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order
thinking skills), komunikasi dan kolaborasi. High order
thinking skills meliputi kemampuan berpikir kritis,
pemecahan masalah, dan kemampuan berpikir kreatif.
Menyikapi tantangan pendidikan di abad-21, siswa
dituntut mampu menyelesaikan masalah dalam kehidupan
sehari-hari melalui sains atau ilmu pengetahuan yang
diperolehnya. Untuk itulah paradigma pembelajaran di
kelas perlu diubah dari teacher centered ke arah student
centered. Guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar
bagi siswa. Peran guru lebih diarahkan sebagai fasilitator
untuk membimbing bagaimana siswa belajar dan
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
membangun sendiri pengetahuan dan kemampuan
berpikirnya termasuk berpikir kreatif.
Kreatif adalah suatu kegiatan yang menghasilkan
sesuatu yang baru, yang belum pernah dipikirkan oleh
orang lain. Seperti yang dikemukakan oleh Awang dan
Ramly (2008) bahwa kreatif adalah menjadikan ada
sesuatu yang belum ada sebelumnya. Kemampuan
berpikir kreatif sangat diperlukan dalam era globalisasi
agar kita tidak hanya mengikuti arus, melainkan harus
memiliki dan membuat keputusan pribadi sendiri.
Kemampuan berpikir kreatif ditandai dengan
kemampuan siswa dalam menghasilkan sejumlah ide
(fluency), kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru
dengan cara yang berbeda dan bervariasi (flexibility),
kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru dan tidak
biasanya (originality), kemampuan untuk memperkaya
ide-ide agar lebih menarik dan lebih kompleks
(elaboration), dan kemampuan untuk menggunakan
perbandingan atau analogi untuk membuat koneksi yang
baru (metaphorical thinking) (Treffinger et. al., 2002).
Selama ini, pembelajaran Biologi di Kota Kupang
masih sebatas untuk memperoleh kemampuan kognitif
saja, sehingga ketika siswa dihadapakan pada masalah
real di lingkungan masyarakat, siswa belum mampu
mengaitkan antara ilmu yang diperolehnya dengan
masalah di sekitarnya. Oleh karena itu, pembelajaran
sebaiknya tidak hanya memandang hasil belajar sebagai
tujuan akhir, namun proses pembelajaran juga sangat
penting dikaji dan tingkatkan kualitasnya. Penciptaan
kondisi pembelajaran yang melibatkan pengalaman
belajar siswa perlu diberdayakan demi terbudayakannya
kemampuan berpikir siswa khususnya kemampuan
berpikir kreatif.
Rendahnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran
diduga sebagai salah satu faktor yang menyebabkan
rendahnya hasil belajar siswa. Salah satu upaya dalam
443
Hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif dan.…
menciptakan lingkungan belajar yang mendukung
tumbuhnya peran serta dan merangsang kemampuan
berpikir pada diri siswa adalah melalui penerapan model
Search Solve Create and Share (SSCS). SSCS adalah
salah satu model pembelajaran yang terpusat pada siswa.
Model ini melibatkan siswa dalam mencari (fase Search),
menyelesaikan permasalahan (fase Solve), merancang
dan membuat sesuatu (fase Create) dan membagikan
hasil/solusi (fase Share) (Pizzini & Separdson, 1992;
Chin, 1997; Awang & Ramly, 2008).
Pentingnya
kemampuan
berpikir
kreatif
dikembangkan dalam pembelajaran di kelas telah
dilaporkan oleh Supardi (2015) yakni berpikir kreatif
berperan positif dalam meningkatkan hasil belajar
kognitif siswa. Sementara Kasih dkk (2015) juga
melaporkan bahwa terdapat hubungan positif kemampuan
berpikir kreatif dengan hasil belajar kognitif. Semakin
tinggi kemampuan berpikir kreatif maka semakin tinggi
pula hasil belajar siswa.
Hasil belajar merupakan dampak yang diperoleh
seseorang setelah melakukan sebuah aktivitas belajar
yang dapat berupa perubahan pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Dengan melibatkan siswa secara langsung
dalam proses pembelajaran melalui SSCS diharapkan
mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan
hasil belajar kognitif. Hasil penelitian ini sebagai
tambahan referensi bagi guru dalam penerapan modelmodel pembelajaran inovatif yang memberdayakan
kemampuan berpikir siswa.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang
ingin mengungkap hubungan keterampilan kemampuan
berpikir kreatif sebagai faktor yang berpengaruh dengan
hasil belajar kognitif siswa. Penelitian dilakukan selama
satu semester. Populasi penelitian adalah siswa kelas X
SMA 3 Kupang, SMA 4 Kupang dan SMK Katholik
Giovanni Kupang. Sampel diambil satu kelas tiap sekolah
dan diajar dengan menggunakan model pembelajaran
SSCS. Sintaks-sintaks model SSCS mengacu pada
Pizzini & Separdson (1992); Chin (1997); Awang &
Ramly (2008). Instrumen pengumpulan data berupa tes
terintegrasi dengan kemampuan berpikir kreatif dan hasil
belajar kognitif. Penilaian kemampuan berpikir kreatif
mengacu pada Treffinger et. al. (2002) yang telah
diadaptasi berdasarkan lima aspek berpikir kreatif.
Instrumen tersebut sebelumnya sudah divalidasi.
Uji hipotesis diawali dengan uji prasyarat berupa
uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas
menggunakan Skewness & Kurtosis dan Uji homogenitas
menggunakan Levene Test of Equality of Error
Variances. Analisis data hubungan kemampuan berpikir
kreatif dengan hasil belajar kognitif menggunakan regresi
sederhana.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji normalitas data untuk kemampuan
berpikir kreatif dan hasil belajar kognitif selengkapnya
dirangkum pada Tabel 1 dan 2.
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Berpikir
Kreatif
N
Valid
Mising
Mean
Std. Error of Mean
Skewness
Std. Error of Skewness
Kurtosis
Std. Error of Kurtosis
-
76
0
67,63157895
1,76335427
-0,256546561
0,275637489
-0,216661637
0,54480406
t test
Result
-0,931
normal
-0,398
normal
Ket: Bila t test diantara -1,96 dan +1,96 data berdistribusi
normal.
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar
Kognitif Siswa
N
Mean
Std. Error of Mean
Skewness
Valid
Mising
-
Std. Error of Skewness
Kurtosis
Std. Error of Kurtosis
-
76
0
64,42105263
1,354040498
-0,701118293
0,275637489
0,133491807
0,54480406
t test
Result
-2,544
tdk
normal
0,245
normal
Ket: Bila t test diantara -1,96 dan +1,96 data berdistribusi
normal
Tabel 1 dan 2 di atas menunjukkan bahwa data
kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar kognitif
siswa terdistribusi normal. Selanjutnya uji homogenitas
data untuk kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar
kognitif siswa disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Data Kemampuan Ber
pikir Kreatif dan Hasil Belajar Kognitif
Ujian
Kemampuan Berpikir Kreatif
Hasil Belajar Kognitif Siswa
F
1.132
1.096
df1
14
8
df2
57
66
Sig.
0,352
0,377
Ket: Homogen bila nilai p level Sig. > 0,05
Hasil uji homogenitas pada Tabel 3 di atas
diperoleh nilai sig. > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
data kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar
kognitif siswa memiliki varian homogen.
Selanjutnya ringkasan hasil analisis regresi
hubungan antara kemampuan berpikir kreatif dengan
hasil belajar kognitif siswa pada model pembelajaran
SSCS dapat dilihat pada Tabel 4, 5 dan 6.
Tabel 4. Ringkasan Regresi Hubungan Kemampuan
Berpikir Kreatif dengan Hasil Belajar Kognitif
Siswa pada Model Pembelajaran SSCS
Model
R
1
0,889(a)
R
Square
0,790
Adjusted R
Square
0,787
Std. Error of
Estimate
5,447
Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil analisis
regresi hubungan kemampuan berpikir kreatif dengan
hasil belajar kognitif siswa diperoleh nilai R square
sebesar 0,790. Nilai ini menunjukkan bahwa keterandalan
kemampuan berpikir kreatif dalam hasil belajar kognitif
444
Hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif dan.…
siswa sebesar 79,0%. Sedangkan sisanya, sebesar 21,0%
disebabkan oleh faktor luar dari kemampuan berpikir
kreatif. Selanjutnya ringkasan anova hubungan
kemampuan berpikir kreatif dengan hasil belajar kognitif
siswa dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Ringkasan Anova Hubungan Kemampuan
Berpikir Kreatif dengan Hasil Belajar Kognitif
Siswa pada Model Pembelajaran SSCS
Tabel 5 tersebut menunjukkan bahwa nilai
signifikan sebesar 0,000 dengan F sebesar 278.226. Hasil
ini mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang
sangat signifikan antara kemampuan berpikir kreatif
dengan hasil belajar kognitif karena nilai signifikan
(0,000) lebih kecil dari 0,05 (sig. level < 0,05).
Sedangkan Tabel 6, merupakan koefisien regresi
hubungan kemampuan berpikir kreatif dengan hasil
belajar kognitif siswa pada model pembelajaran SSCS.
Tabel 6. Koefisien Regresi Hubungan Kemampuan
Berpikir
Kreatif
dan
Keterampilan
Metakognitif dengan Hasil Belajar Kognitif
Siswa pada Model Pembelajaran SSCS.
Berdasarkan Tabel 6 dapat dibuat persamaan
regresi untuk hubungan tersebut yaitu Y = 18,268 +
0,682x. Grafik hubungan kemampuan berpikir kreatif
dengan hasil belajar kognitif siswa pada model
pembelajaran SSCS dapat divisualisasikan seperti pada
Gambar 1.
Gambar 1. Hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif
dengan Hasil Belajar Kognitif Siswa pada
Model Pembelajaran SSCS.
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
Berdasarkan hasil analisis data terlihat bahwa
terdapat korelasi yang positif antara kemampuan berpikir
kreatif dengan hasil belajar kognitif siswa. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai persamaan regresi yang
menunjukkan angka positif. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh kemampuan berpikir kreatif dalam peningkatan hasil
belajar siswa (Kasih dkk, 2015 dan Supardi, 2015).
Kemampuan berpikir kreatif ketika dihubungkan
dalam kondisi pembelajaran menggunakan model SSCS
dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Hal ini
bisa saja terjadi mengingat model pembelajaran SSCS
adalah salah satu model pembelajaran yang memang
dirancang untuk mengembangkan kemampuan berpikir
kritis dan kreatif siswa yang terlihat pada fase search dan
solve. Manakala lingkungan belajar siswa senantiasa
dihadapkan pada kondisi yang menuntut pemecahan
masalah, maka siswa sudah terlatih dengan situasi
tersebut. Kemampuan berpikir siswa dapat berkembang
dengan adanya pengalaman bermakna yang dialami.
Seperti yang diungkap oleh Tyler (1986) bahwa
pengalaman atau pembelajaran yang memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
memperoleh
keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah
akan mewujudkan kemampuan berpikir. Pendapat lain
juga dikemukakan oleh Nickerson, et. al. (1985) yakni
kemampuan berpikir selalu berkembang dan dapat
dipelajari. Oleh karena itu penulis menyimpulkan bahwa
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, siswa perlu
dilibatkan dalam pengalaman belajar yang bermakna
dalam pembelajaran melalui pemecahan masalah.
Kemampuan berpikir kreatif dapat muncul pada
siswa ketika mereka dilibatkan dan diberi tanggungjawab
dalam tugas. Kepercayaan diri mereka muncul sehingga
mereka dapat membuat cara baru atas inisiatifnya sendiri
untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi.
Ketika siswa dibiasakan dalam berpikir kreatif, maka
mereka dapat memperluas sudut pandang terhadap
masalah yang dihadapi. Dalam arti bahwa siswa mencoba
menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang
yang pada akhirnya melahirkan pemikiran fleksibel dan
pemikiran lancar. Dari kedua pemikiran tersebut akhirnya
melatih siswa siswa untuk mampu mengelaborasi setiap
jawaban yang terkadang bisa melahirkan ide-ide orisinal.
Pemikiran-pemikiran inilah yang menjadi tolak ukur
dalam berpikir kreatif. Seperti yang diungkap oleh
Treffinger, et. al. (2002) Kemampuan berpikir kreatif
ditandai dengan kemampuan siswa dalam menghasilkan
sejumlah ide (fluency), kemampuan untuk menghasilkan
ide-ide baru dengan cara yang berbeda dan bervariasi
(flexibility), kemampuan untuk menghasilkan ide-ide
baru dan tidak biasanya (originality), kemampuan untuk
memperkaya ide-ide agar lebih menarik dan lebih
kompleks (elaboration), dan kemampuan untuk
menggunakan perbandingan atau analogi untuk membuat
koneksi yang baru (metaphorical thinking).
Greenstein (2012) juga mengungkap bahwa rasa
ingin tahu, brainstorming dan aktivitas pemecahan
masalah adalah keterampilan dasar yang kuat untuk
mengembangkan kreativitas, sehingga ditambahkan
bahwa karakteristik kreativitas mencakup; (1) Curiosity/
445
Hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif dan.…
rasa ingin tahu (menyelidiki, mengajukan pertanyaan dan
mencari makna yang lebih dalam, (2) Fluency/kefasihan
(menghasilkan sejumlah ide), (3) Originality/orisinil (ideidenya baru, segar, unik, dan tidak biasanya), (4)
Elaboration/elaborasi
(ide-ide
yang
dihasilkan
menambah yang sudah ada, detail dan intensif), (5)
Imagination/imajinasi (memimpikan atau menciptakan
ide-ide baru untuk produk dan cerdik), dan (6)
Flexibility/fleksibel (ide-ide yang dihasilkan mungkin
dan bervariasi).
Feldhusen & Treffinger (1985) dan Parnes (1992)
menambahkan bahwa manfaat yang dapat diperoleh
dalam berpikir kreatif adalah membangun kemampuan
untuk berani mengambil resiko, mengembangkan
kemampuan untuk menangani masalah yang tidak
terstruktur dan ambigu, membantu siswa menghargai
berbagai perspektif, mempromosikan inovasi dan
mendorong belajar mandiri.
Penciptaan lingkungan belajar yang memberi
peluang bagi siswa untuk berpikir terbuka dan fleksibel
mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Hal ini sangat nampak terlihat ketika penelitian ini
berlangsung. Sangat terlihat perbedaan dalam aktivitas
pembelajaran pada kelas yang menggunakan model
pembelajaran SSCS dengan kelas lain yang diajar dengan
pola konvensional. Temuan ini mendukung betapa
pentingnya penciptaan lingkungan belajar dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Kemampuan
berpikir kreatif yang tinggi akan meningkatkan hasil
belajar siswa.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil peneltian dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara
kemampuan berpikir kreatif dengan hasil belajar kognitif
siswa dengan penggunaan model pembelajaran SSCS
pada mata pelajaran biologi di SMA.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, disarankan dan
direkomendasikan
untuk
menggunakan
model
pembelajaran SSCS sebagai salah satu alternatif model
pembelajaran inovatif dalam rangka meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar belajar
siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. 2013. Penggunaan Information Communication
and
Technology
dalam
Pendidikan:
Persiapan Menghadapi Abad Ke- 21. Artikel.
Program Pengembangan Kurikulum. UPI
Bandung.
Chin, C. 1997. Promoting Higher Cognitive Learning in
Science Through a Problem Solving
Approach. REACT (1). 7 – 11. Published by
National Intitute of Education. Singapore.
(Online).
http://www.
Repository.
Nie.edu.sg/jspu/bitstream/10497/
3767/1/REACT – 1997 – 1 – 7 pdf, diunduh
tanggal 2 Oktober 2013.
Feldhusen, J.F. & Treffinger, D.J. 1985. Creative
thinking and problem solving in gifted
education, 3rd ed. Dubuque, IA: Kendall
Hunt Publishing.
Greenstein, L. 2012. Assesing Skill 21st Century. A Guide
to Evaluating Mastery and Authentic
Learning. U.S.A: Crowin A SAGE
Company.
Kasih, Ajeng Nuansa., D. Priatna., L. Halima. 2015.
Model Search Solve Create and Share
(SSCS) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar.
Antologi UPI. Volume 1. Edisi 1. 1-8.
Parnes, S.J. 1992. Source book for creative problem
solving. Buffalo, New York: Creative
Foundation Press.
Pizzini, E. L.& Separdson, D.P. 1992. A Comparison of
the Classroom Dynamics of a Problem
Solving and Traditional Laboratory Model
of Instruction Using Path Analysis. Journal
of Research in Science Teaching. 29 (3): 243
– 258.
Suratno, 2012. Pemberdayaan Kecakapan Berpikir
Kreatif dengan Assessment Portfolio pada
Perkuliahan Evaluasi Hasil Belajar Bidang
Studi Biologi. Biologi, Sains, Lingkungan
dan
Pembelajarannya
dalam
Upaya
Peningkatan Daya Saing Bangsa. (Online).
http://www.Jurnal.fkip.uns.ac.id,
diunduh
tanggal 18 Oktober 2013.
Supardi, US. 2015. Peran Berpikir Kreatif dalam
Pembelajaran Matekatika. Jurnal Formatif 2
(3): 248-262. ISSN: 2088-35IX.
Treffinger,
Awang H., & Ramly, I. 2008. Creative Thinking Skill
Approach Through Probelm – Based
Learning: Pedagogy and Practice in the
Engineering
Classroom.
International
Journal of Human and Science 3: 1. Page 18
–
23.
(Online).
http://www.
Waset.org/journals/ijhss/v3/v3 – 1 – 3. pdf,
diunduh tanggal 2 Oktober 2013.
D.J., Young, G.C., Selby, E.C., &
Shepardson, C. 2002. Assessing Creativity:
A Guide for Educator. Center for Creative
Learning. Florda: Sarasota.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2010. Paradigma
Pendidikan Nasional Abad XXI. Versi 1.0.
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
446
Download