ANALISIS PENGARUH PEMBERIAN INSENTIF TERHADAP LABA

advertisement
ANALISIS PENGARUH PEMBERIAN INSENTIF TERHADAP LABA
OPERASIONAL PADA PT. NOVELL PHARMACEUTICAL
LABORATORIES
SKRIPSI
Program Studi Akuntansi
Nama
:
JAENNY FRISCA
NIM
:
4320411-081
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2008
ANALISIS PENGARUH PEMBERIAN INSENTIF TERHADAP LABA
OPERASIONAL PADA PT. NOVELL PHARMACEUTICAL
LABORATORIES
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar SARJANA EKONOMI
Program Studi Akuntansi
Nama
:
JAENNY FRISCA
NIM
:
4320411-081
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2008
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Nama
:
Jaenny Frisca
NIM
:
4320411-081
Program Studi
:
Akuntansi
Judul Skripsi
:
Analisis
Pengaruh
Terhadap
Pemberian
Insentif
Laba Operasional Pada PT.
Novell Pharmaceutical Laboratories
Tanggal Ujian Skripsi
:
22 Agustus 2008
Disahkan Oleh :
Pembimbing
( Diah Iskandar, SE, M.Si )
Tanggal :
Dekan,
( Drs. Hadri Mulya M.Si )
Tanggal :
Ketua Jurusan Akuntansi
( H. Sabarudin Muslim, SE, M.Si )
Tanggal :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kuasa dan karunia-Nya
Penulis dapat menyelesaikan serta menyusun skripsi utama untuk mencapai gelar
Sarjana.
Didalam skripsi ini Penulis mencoba dengan daya upaya berusaha
semaksimal mungkin menyajikan data sesuai dengan judul yang dipilih oleh
Penulis yaitu Analisis Pengaruh Pemberian Insentif terhadap Laba Operasional
pada PT. Novell Pharmaceutical Laboratories. Namun Penulis merasa optimis,
skripsi ini bermanfaat baik bagi diri Penulis sendiri maupun bagi perkembangan
ilmu pengetahuan umum.
Pada kesempatan ini perkenankanlah Penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Drs. Hadri Mulya M.Si sebagai dekan fakultas ekonomi Universitas Mercu
Buana Jakarta
2. H. Sabarudin Muslim, SE, M.Si sebagai ketua jurusan Akuntansi Ekonomi
3. Diah Iskandar, SE, M.Si sebagai dosen pembimbing materi, yang selalu
membantu dalam memberikan masukan mengenai skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu serta kakak, dan adik-adik yang selalu mendoakan Penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini serta memberikan dorongan moril.
5. Bapak/Ibu dosen, Staff Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Jakarta
yang sudah membantu Penulis dalam memberikan Ilmu serta kelancaran
dalam administrasi.
6. Rialdi Agustian ( sebagai Regional Sales Manager Marketing ) dan Rita
Nurhasanah ( sebagai Sekretaris RSM ) pada PT. Novell Pharmaceutical
Laboratories yang membantu memberikan data dan keterangan yang
diperlukan.
7. Rekan-rekan kerja, serta rekan-rekan kuliah yang telah memberikan informasi
yang dibutuhkan Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang telah membantu
penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Semoga semuanya mendapatkan
berkat yang melimpah serta selalu dalam lindungan Tuhan YME. Amin.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan
para pembaca pada umumnya. Kritik dan saran yang bersifat korektif dan
membangun sangat diharapkan penulis. Akhir kata penulis tidak lupa mohon maaf
atas segala kesalahan dan kekurangan yang disengaja maupun yang tidak
disengaja dalam skripsi ini.
Jakarta,
Juni 2008
Penulis
( Jaenny Frisca)
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Penelitian 1
B. Perumusan Masalah 3
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 4
BAB II
LANDASAN TEORITIS 5
A. Pengertian Insentif 5
B. Jenis-jenis Insentif 7
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian
Insentif 19
D. Metode Pemberian Insentif 21
E. Pengertian Laba Operasional 24
F. Konsep Laba 27
G. Definisi Biaya 33
H. Pengaruh Pemberian Insentif terhadap Laba Operasional 34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 36
A. Gambaran Umum Perusahaan 36
1. Lokasi Perusahaan 36
2. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan 36
3. Struktur Organisasi Perusahaan 37
4. Kebijakan Insentif 47
B. Metode Penelitian 47
C. Pengujian Hipotesis 48
D. Sampel Penelitian 50
E. Variabel dan Pengukuran 50
F. Definisi Operasional Variabel 51
G. Metode Pengumpulan Data 52
H. Metode Analisa Data 53
BAB IV
ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 54
A. Analisa Pemberian Insentif 54
B. Analisa Laba Operasional 64
C. Analisa Pengaruh Pemberian Insentif terhadap Laba
Operasional 69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 76
B. Saran 77
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel
1.
Jumlah Insentif dan jumlah karyawan marketing 61
2.
Rata-rata Jumlah Insentif 63
3.
Perkembangan Laba Operasional 65
4.
Tingkat Laba Operasional 66
5.
Persentase Tingkat Laba Operasional 68
6.
Analisis Korelasi dan Regresi 69
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Tabel
1. Pengaruh kurva Distribusi t Pengaruh Insentif terhadap
Laba Operasional 73
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Struktur Organisasi PT. Novell Pharmaceutical Laboratories
2. Surat Keterangan Kerja Di PT. Novell Pharmaceutical Laboratories
3. Tabel Statistik penentu nilai t*..
4. Rekapitulasi Insentif Marketing PT. Novell Pharmaceutical Laboratories
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Belakangan ini di beberapa perusahaan banyak para pekerjanya
melakukan demonstrasi untuk menuntut berbagai hak atau perhatian dari
perusahaan tempat mereka bekerja. Demonstrasi ini terjadi karena pada
umumnya perusahaan tidak memperhatikan kesejahteraan karyawan serta
suatu pemberian dari perusahaan yang harus diterima oleh karyawan dalam
memenuhi kebutuhan hidup. Dimana karyawan sudah semaksimal mungkin
dalam menjalankan tugasnya dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu
memperoleh laba yang maksimal. Misalnya mengenai pemberian insentif
materil atau immateril atau tunjangan-tunjangan lainnya, dimana hal ini
muncul suatu masalah tidak adanya kesesuaian antara pekerja dengan
perusahaan. Pihak perusahaan berusaha menekan biaya-biaya serendah
mungkin akibat pengeluaran lebih besar dari pendapatan, dan perusahaan
harus mencari cara bagaimana perusahaan tidak mengalami kerugian
melainkan memperoleh laba yang di harapkan. Selain masalah pengeluaran,
dampak yang mempengaruhi suatu perusahaan menekan biaya sehingga
mempengaruhi produktivitas pekerja menurun yaitu diakibatkan banyaknya
kompetitor yang berlomba-lomba menghasilkan kualitas produk dengan mutu
yang lebih baik dibanding kompetitor lainnya. Contohnya perusahaan yang
bergerak dibidang Farmasi yang ada saat ini, banyak farmasi menghadapi
kompetitor lain dengan strategi bagaimana apotik-apotik dan para dokter
memakai serta mempercayai kualitas produknya untuk di konsumsi.
Sedangkan pekerja menuntut adanya perubahan nasib kearah yang lebih baik
dalam memenuhi kebutuhan hidup serta memperoleh kesejahteraan. Dalam
mengatasi perbedaan kepentingan ini, maka di perlukan adanya pengertian dan
kerjasama dikedua belah pihak dan kecocokan dalam pemikiran manajemen
dengan karyawan. Dengan demikian akan timbul kesesuaian yang
menciptakan adanya suasana harmonis, rasa saling memiliki, menguntungkan,
saling menjaga, dan tanggung jawab.
Apabila hal ini dapat dilaksanakan maka akan sangat menguntungkan
bagi perusahaan dalam mencapai tujuan bersama. Dengan demikian, suatu
perusahaan perlu menjaga, menghargai dan memelihara karyawan dengan baik
serta memperhatikan kesejahteraan tiap karyawan agar para karyawan merasa
nyaman dan senang bekerja diperusahaan itu tanpa menimbulkan rasa beban
dan tidak bersemangat dalam melakukan pekerjaan akibat hak tidak terpenuhi
sehingga mereka termotivasi untuk berprestasi dengan baik serta memiliki
kemauan keras untuk maju dan melakukan segala sesuatu sebaik mungkin
untuk memajukan perusahaan dengan memperoleh laba yang lebih besar yaitu
dengan cara mengejar target penjualan sebanyak mungkin. Dan perusahaan
harus tanggap dalam memberikan suatu perangsang atau pendorong bagi
karyawan yang berprestasi. Salah satu perangsang atau pendorong dapat
berupa pemberian insentif atas prestasi serta tunjangan prestasi.
Mengingat pentingnya pemberian insentif kepada karyawan yang
berprestasi serta mempengaruhi terhadap laba operasional dalam memajukan
suatu perusahaan untuk memperoleh pendapatan lebih besar maka penulis
tertarik untuk membuat penelitian skripsi berjudul
Analisis Pengaruh
Pemberian Insentif Terhadap Laba Operasional Pada PT. Novell
Pharmaceutical Laboratories .
B. Perumusan Masalah
Dengan mengacu kepada latar belakang masalah seperti disebutkan di
atas maka dapat di rumuskan masalah penelitiannya sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk pemberian insentif yang telah dilaksanakan oleh PT.
Novell Pharmaceutical Laboratories ?
2. Seberapa besar pengaruh pemberian insentif terhadap laba operasional
pada PT. Novell Pharmaceutical Laboratories ?
Agar terfokusnya penelitian dan menghindari terjadinya pelebaran
masalah. Maka penulis mengambil data yang hanya dibatasi pada masalah
pemberian
insentif
dibagian
marketing
PT.
Novell
Pharmaceutical
Laboratories. Pemberian insentif dibagian marketing akan dibandingkan pada
Laba Operasional yang didapat.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui bentuk pemberian insentif apa saja yang telah diberikan
perusahaan kepada karyawannya.
2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh pemberian insentif terhadap laba
operasional pada PT. Novell Pharmaceutical.
Manfaat Penelitian Adalah :
1. Memberikan Informasi serta wawasan berharga kepada para manajeman
yang lain dalam menerapkan sistem pemberian insentif yang dilaksanakan
oleh PT. Novell Pharmaceutical.
2. Memberikan pengetahuan kepada perusahaan farmasi lainnya bahwa
pemberian insentif kepada karyawan marketing berpengaruh terhadap laba
operasional yang didapat oleh PT. Novell Pharmaceutical Laboratories.
.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Insentif
Perusahaan selain membayar gaji pada tanggal yang telah ditetapkan
dan mematuhi ketentuan pemerintah, perusahaan juga mempertimbangkan
cara untuk memaksimumkan jumlah profit dan memberikan kesempatan
kepada karyawan untuk mendapat tambahan penghasilan selain gaji dengan
bekerja secara lebih efisien. Salah satu alat untuk mencapai tujuan ini adalah
pemberian insentif. Pemberian insentif ini bermaksud memberikan rangsangan
kepada karyawan, baik itu rangsangan yang berupa materi, non materi maupun
semi materi. Rangsangan yang diberikan tersebut harus bermanfaat bagi
karyawan yang menerimanya, sehingga mampu membuat karyawan terpacu
untuk lebih semangat memperoleh hasil penjualan yang besar sehingga
perusahaan memperoleh keuntungan yang besar pula.
Upah insentif dimaksudkan untuk memberikan upah atau gaji yang
berbeda karena memang setiap individu mempunyai prestasi kerja yang
berbeda, jadi dua orang karyawan yang mempunyai jabatan yang sama bisa
menerima upah yang berbeda karena prestasi serta kinerja mereka yang
berbeda. Walaupun pada dasarnya gaji yang mereka terima sama. Misalnya
ada dua karyawan, yang satu bekerja mencapai target sales yang ditetapkan
oleh perusahaan, sedang yang satunya berkerja melebih target sales yang
ditetapkan, sehingga yang mendapatkan tambahan penghasilan adalah yang
bekerja melebih target sales yang ditetapkan.
Perusahaan membuat program insentif bermaksud, terutama untuk
meningkatkan produktivitas kerja karyawan, memberikan penghargaan bagi
pekerja secara proporsional terhadap peningkatan output yang berkualitas
tinggi sehingga perusahaan memperoleh laba yang besar.
Bagi mayoritas karyawan, uang masih tetap merupakan motivasi kuat
bahkan paling kuat dalam memacu semangat serta prestasi kerja mereka.
Rencana pemberian insentif harus dapat diterapkan dalam situasi di mana
pekerja dapat meningkatkan output, menyediakan lebih banyak upah yang
besarnya proporsional terhadap output yang melebihi standar, serta
menetapkan standar yang adil sehingga usaha tambahan akan menghasilkan
pembayaran bonus. Dari rencana tersebut juga harus sederhana dan dapat
dimengerti.
Pemberian Insentif kepada karyawan marketing berarti perusahaan
mengeluarkan biaya atas usaha karyawan dalam menghasilkan penjualan yang
maksimum, dengan hasil penjualan melebihi target yang dibuat perusahaan
sehingga menghasilkan laba operasional yang di harapkan.
Agar lebih jelas pengertian insentif, berikut ini penulis mengutip
beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli :
Rencana pemberian Insentif adalah suatu rencana pembayaran yang
memberikan penghargaan kepada pekerja sesuai dengan proporsi langsung
dari peningkatan output berkualitas tinggi yang mereka hasilkan
( Carter
dan Usry 2004 : 546 ).
Insentif adalah penghargaan / ganjaran yang diberikan untuk
memotivasi para pekerja agar produktivitas kerjanya tinggi, sifatnya tidak
tetap atau sewaktu-waktu ( Hadari 2000 : 315 ).
Dari beberapa pendapat-pendapat para ahli maka pengertian dapat
diartikan sebagai berikut :
Insentif adalah segala sesuatu yang di terima oleh karyawan dari
perusahaan atau organisasi atas dasar produktivitas karyawan serta
profitabilitas yang di hasilkan oleh perusahaan.
B. Jenis-jenis Insentif
Didalam suatu organisasi terdapat berbagai macam kebutuhan individu
maupun kelompok yang berbeda satu sama lainnya, oleh karna itu terdapat
bermacam-macam pula corak insentif yang dapat digunakan untuk
memotivasi. Perilaku memberi insentif merupakan bagian integral dari upaya
memotivasi, terutama dilihat dari dimensi eksternal. Manusia organisasional
senantiasa ditantang oleh tuntutan-tuntutan ekonomi, non ekonomi dan semi
ekonomi. Ketiganya sangat dominan bagi motivasi seseorang.
Dengan demikian terdapat tiga jenis insentif yang lazim diberikan oleh
perusahaan kepada karyawan, sesuai dengan jenis-jenis insentif menurut
Petersen dan Plowman ( 2000 : 89 ) :
1. Financial incentive atau daya perangsang keuangan.
Adalah suatu penghargaan yang diberikan kepada karyawan dalam
bentuk keuangan. Dari ketiga bentuk insentif yang ada, insentif financial
yang paling banyak di pergunakan oleh perusahaan, khususnya bagi
karyawan atau buruh yang bekerja dipabrik karena uang masih merupakan
daya pendorong yang kuat bagi karyawan golongan menengah kebawah.
Disamping itu insentif yang berwujud uang lebih mudah diukur dan
pengaruhnya atas prestasi kerja relative lebih konstan. Menurut Peterson
dan Plowman (2000:89), insentif dalam bentuk materi uang terdiri dari:
a. Bonus
Insentif yang dibayarkan kepada karyawan oleh perusahaan yang
berhubungan dengan prestasi kerja perorangan maupun kelompok
karena berhasil melampaui target.
b. Komisi
Insentif yang dibayarkan kepada karyawan, khususnya yang bekerja
dibagian penjualan, yang berhasil menjual diatas target.
c. Premi atau bagian keuntungan perusahaan
Pemberian hadiah dari perusahaan kepada setiap pekerja yang pada
umumnya menerima sejumlah bonus berdasarkan jabatan dari
persentase keuntungan yang diperoleh perusahaan. Pembagian
biasanya dibayarkan pada tiap-tiap akhir tahun dan dibayarkan
langsung kepada pekerja yang bersangkutan. Ada kemungkinan bonus
ini tidak dibagikan kepada karyawan, tapi disimpan sebagai hari tua.
Cara ini dikenal dengan sebutan
bonus tundaan karena biasanya
bonus ini disimpan sampai si pegawai menjalani masa pensiunnya.
d. Tunjangan-tunjangan lainnya
Yaitu insentif yang diberikan oleh perusahaan secara kolektif, karena
ini tidak ada unsur kompetitifnya. Setiap pegawai akan dapat
memperolehnya secara rata dan otomatis. Contohnya tunjangan
keluarga, tunjangan kesehatan, cuti hamil atau melahirkan,dan
sebagainnya.
2. Non Financial Insentive atau daya perangsang yang tidak dapat dinilai
dengan uang menurut Petersen dan Plowman ( 2000 : 89 ), dimana hal ini
dapat berupa :
a. Pemberian gelar secara resmi, yaitu pemberian gelar yang ditujukan
bagi karyawan yang telah berjasa pada perusahaan serta memberikan
inspirasi / gagasan atas kemajuan perusahaan, misalnya menemukan
suatu cara produksi baru yang penting untuk kelancaran jalannya
perusahaan.
b. Pemberian tanda jasa, medali, atau piagam penghargaan yang biasanya
diberikan kepada pengawai yang mempunyai masa kerja yang cukup
lama, mempunyai dedikasi dan loyalitas kepada perusahaan, selalu
dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik, tidak pernah
menerima teguran bahkan surat peringatan dari perusahaan dan lain
sebagainya.
c. Kenaikan pangkat atau jabatan ( promosi ), diberikan bagi karyawan
yang telah memiliki masa kerja yang cukup lama, prestasi kerja yang
baik, totalitas terhadap pekerjaannya, sehingga perusahaan dapat
memberikan kenaikan pangkat atau promosi.
d. Ucapan terima kasih secara formal ( dimuka umum ) maupun informal
yaitu ucapan terima kasih yang diberikan kepada karyawan yang telah
menunjukan prestasi kerja yang baik dan disampaikan dimuka umum.
Misalnya pada saat diadakan pertemuan atau event oleh perusahaan
dimana seluruh karyawan perusahaan hadir bahkan pihak eksternal.
Sedangkan ucapan terima kasih yang secara informal dapat diberikan
secara pribadi oleh pimpinan perusahaan.
e. Pemberian ruang kerja dan perlengkapan-perlengkapan kerja yang
memadai dan menyenangkan. Dimana dalam hal ini perusahaan dapat
memberikan ruang kerja yang dilengkapi dengan AC, komputer,
printer, mesin fax, telepon dan lain sebagainya.
f. Adanya jaminan kerja serta jam kerja yang memadai.
g. Tugas yang diberikan disesuaikan dengan wewenang dan tanggung
jawab dan sesuai dengan gaji yang di berikan.
h. Tersedianya fasilitas-fasilitas penunjang yang memadai serta inventaris
kantor, seperti kantin, koperasi karyawan, mobil kantor, rumah dinas
dan sebagainnya.
3. Social Insentive.
Pada dasarnya insentif ini hampir non financial insentive, tetapi
insentif jenis ini cenderung terhadap keadaan dan sikap dari para rekanrekan sekerja terhadap karyawan yang bersangkutan. Dalam hal ini
perusahaan mengusahakan agar karyawan yang satu dengan yang lain
dapat bekerja sama dengan baik.
Selanjutnya menurut Dessler ( 2004 : 109 ) bentuk insentif dibagi
menjadi lima, yaitu :
a. Insentif bagi karyawan operasional
Semua perusahaan memiliki karyawan operasional, mereka
adalah orang-orang yang benar-benar melakukan pekerjaan tersebut.
Karyawan operasional meliputi staf kebersihan, petugas pemprosesan
data di bank, marketing, dan para lini-perakitan yang membangun
mobil.
Berikut rencana insentif yang sesuai untuk digunakan dengan
karyawan operasional menurut Dessler ( 2004 : 109 ) :
1) Rencana Piecework
Piecework adalah sebuah sistem pembayaran berdasarkan pada
jumlah benda yang diproses oleh setiap pekerja perorangan dalam
ukuran unit waktu, seperti jumlah benda per jam atau jumlah benda
per hari. Insentif ini merupakan insentif tertua dan masih yang
paling
luas
digunakan.
Piecework
umumnya
menyiratkan
piecework langsung, yang meminta perbandingan ketat antara hasil
dan penghargaan dengan mengabaikan output. Namun, beberapa
rencana piecework mengijinkan hasil produktivitas bersama antara
pengusaha dan pekerja, sehingga pekerja menerima pendapatan
tambahan untuk suatu produksi diatas normal.
2) Rencana jam standar
Rencana jam standar adalah sebuah rencana dimana seorang
pekerja dibayar dengan taraf dasar per jam tetapi dibayar
persentase tambahan tertentu dari taraf dasarnya untuk produksi
yang melebihi standar per jam atau per hari. Rencana ini serupa
dengan pembayaran piecework tetapi didasarkan pada premi
persen.
3) Rencana insentif pembayaran variabel tim atau kelompok
Rencana insentif tim atau kelompok adalah sebuah rencana dimana
sebuah standar produksi ditetapkan bagi sebuah kelompok kerja
khusus, dan para anggotanya dibayarkan insentif jika kelompok
melebihi standar produksi. Salah satu cara melakukan rencana ini
adalah dengan menetapkan standar kerja bagi setiap anggota tim
dan kemudian menghitung output setiap anggota. Berikut tiga
rumusan dalam pembayaran insentif ini yang akan dibayarkan
kepada para anggota :
a) Semua anggota menerima pembayaran yang diperoleh oleh
produsen tertinggi.
b) Semua
anggota
menerima
pembayaran
yang
diperoleh
produsen terendah.
c) Semua anggota menerima pembayaran yang sama dengan
pembayaran rata-rata yang diperoleh oleh kelompok tersebut.
Pendekatan kedua adalah dengan menetapkan sebuah standar
produksi terencana berdasarkan pada output dari kelompok secara
keseluruhan, semua anggota kemudian menerima pembayaran yang
sama, berdasarkan pada taraf satuan atau rencana jam standar, tetapi
rencana jam standar adalah lebih lazim.
b. Insentif bagi para manajer dan eksekutif
Para manajer memainkan sebuah peran sentral dalam
mempengaruhi keuntungan per divisi dan perusahaan, dan karenanya
kebanyakan perusahaan amat memikirkan bagaimana memberikan
mereka penghargaan. Menurut Dessler ( 2004 : 109 ) insentif bagi para
manajer ini terdiri dari :
1) Insentif jangka pendek ( Bonus Tahunan) bertujuan untuk
memberikan motivasi kinerja jangka pendek dari para manajer dan
eksekutif, dan dikaitkan dengan keuntungan perusahaan.
Ada tiga masalah dasar yang harus dipertimbangkan saat
memberikan penghargaan berupa insentif jangka pendek yaitu :
a. Memenuhi syarat, sebagian besar perusahaan memilih sifat
memenuhi syarat yang luas meliputi manajer level puncak dan
yang lebih rendah dan terutama memutuskan siapa yang
memenuhi syarat dalam salah satu dari dua cara
b. Ukuran dana, perusahaan juga harus memutuskan total jumlah
uang
bonus
yang
tersedia
(ukuran
dana),
sebagian
menggunakan rumus tidak dikurangi. Mereka menggunakan
persentase
langsung
(biasanya
dari
pendapatan
bersih
perusahaan) untuk membuat dana insentif jangka pendek.
c. Penghargaan perorangan, penghargaan ini biasanya berupa
bonus target (dan juga jumlah maksimum, barangkali dua kali
lipat bonus target) ditetapkan bagi setiap posisi yang memenuhi
syarat,
dan
penghargaan
actual
mencerminkan
kinerja
seseorang.
2) Insentif jangka panjang bertujuan untuk memasukkan perspektif
kedalam keputusan para eksekutif mereka serta mendorong para
eksekutif untuk tetap bersama perusahaan dengan membiarkan
mereka mengakumulasikan modal (biasanya opsi untuk membeli
saham perusahaan) yang hanya dapat diuangkan setelah sejumlah
tahun tertentu. Ada beberapa cara yang di gunakan oleh perusahaan
dalam menggunakan insentif jangka panjang diantaranya :
a. Opsi saham adalah hak untuk membeli sejumlah tertentu
bagian saham perusahaan dengan melaksanakan opsi mereka
untuk membeli bagian tersebut dimasa mendatang tetapi pada
harga saat ini. Sebagian besar perusahaan memberikan
penghargaan dengan pemberian mega opsi yaitu pemberian
besar dimuka dalam bentuk pemberian tahunan.
b. Rencana opsi saham berbeda banyak diterapkan oleh
perusahaan dimana potensi apresiasi relatif sederhana, tetapi
semua atau sebagian besar karyawan dapat berpartisipasi.
Dengan memberikan opsi saham kepada karyawan bukan
eksekutif, perusahaan membuat janji yang baik dengan
membiarkan karyawan berbagi keberhasilan perusahaan.
c. Rencana lain, terdapat beberapa rencana insentif jangka
panjang lainnya yang berhubungan dengan saham diantarannya
: hak apresiasi saham yaitu mengijinkan penerimanya untuk
melaksanakan opsi saham, rencana pencapaian kinerja yaitu
memberikan penghargaan bagian saham untuk pencapaian atau
keberhasilan dari target keuangan yang telah di tentukan,
rencana saham terbatas biasannya perusahaan memberikan
penghargaan saham tanpa biaya kepada eksekutif, rencana
saham bayangan eksekutif bukan menerima saham tetapi unit
yang serupa dengan bagian dari saham perusahaan, rencana
kinerja insentif eksekutif tradisional sering tidak membuat
suatu resiko nyata bagi eksekutif sehingga minat eksekutif dan
pemegang saham bias menyimpang, tunai versus opsi saham
sekitar dari setengah dari perusahaan yang di survey hanya
memiliki opsi saham saja dan sekitar setengahnya memiliki
rencana berbasis kinerja dimana para manajer diberikan bonus
tunai untuk kinerja jangka panjang.
c. Insentif bagi para karyawan bagian penjualan
Rencana kompensasi karyawan penjualan biasanya sangat
bergantung pada insentif atau komisi penjualan, insentif ini terdiri dari:
1) Rencana gaji, dimana beberapa perusahaan membayarkan sebagian
dari karyawan mereka dibagian penjualan dengan gaji tetap atau
dengan insentif berkala dalam bentuk bonus, hadiah, dan
sejenisnya.
2) Rencana komisi, dimana karyawan penjualan dibayar atas hasil,
dan hanya atas hasil. Dengan rencana ini, karyawan penjualan
memiliki insentif terbesar, dan terdapat kecenderungan untuk
menarik karyawan penjualan yang memiliki kinerja tinggi yang
melihat bahwa upaya dengan jelas mengarah kepada penghargaan.
3) Rencana kombinasi, dimana sebagian besar perusahaan membayar
karyawan penjualan dengan kombinasi gaji dan komisi.
4) Menetapkan kuota penjualan, para pakar secara tradisional
menyarankan mengunci kuota penjualan dan rencana insentif,
dengan asumsi bahwa perubahan yang sering akan merendahkan
motivasi dan semangat kerja.
5) Insentif penjualan strategis, dimana komisi penjualan tetap popular
tetapi pengusaha makin menghubungkan komisi dengan ukuran
berbasis bukan volume.
d. Insentif bagi karyawan profesional dan non-manajerial lainnya, yang
terdiri atas :
1) Pembayaran tunjangan sebagai insentif adalah kenaikan gaji yang
diberikan perusahaan kepada seorang karyawan berdasarkan pada
kinerjanya sendiri. Ini berbeda dari bonus dimana biasanya hal ini
menjadi bagian dari gaji pokok karyawan, sedangkan bonus adalah
pembayaran satu kali.
2) Insentif
bagi
karyawan
professional
adalah
mereka
yang
pekerjaanya melibatkan penerapan pengetahuan yang telah
dipelajari untuk solusi bagi permasalahan pengusaha, seperti
pengacara,
dokter,
ahli
ekonomi,
dan
insinyur.
Biasanya
perusahaan membayar para professional dengan gaji yang bagus,
kemudian mereka telah terpicu oleh keinginan untuk menghasilkan
pekerjaan berkaliber tinggi dan menerima pengakuan dari para
koleganya.
e. Rencana pembayaran variabel seluruh organisasi
Banyak pengusaha memiliki rencana insentif dimana sebagian
besar karyawan dapat berpartisipasi. Rencana pembayaran variabel ini
meliputi :
1) Rencana pembagian keuntungan, dimana semua atau hampir semua
karyawan menerima sebuah bagian dari keuntungan tahunan
perusahaan.
Terdapat
beberapa
jenis
rencana
pembagian
keuntungan diantarannya : rencana tunai, yang paling populer
perusahaan hanya membagikan sebuah persentase keuntungan
sebagai pembagian keuntungan kepada karyawan secara teratur,
rencana Lincoln meliputi sebuah system usulan yang membayar
penghargaan pekerja perorangan untuk penghematan yang
dihasilkan dari usulan mereka, rencana pembagian keuntungan
tertunda perusahaan menyiapkan sebuah bagian keuntungan yang
telah ditentukan sebelumnya dalam rekening setiap karyawan
dibawah pengawasan perwalian.
2) Rencana kepemilikan saham karyawan (ESOP), yaitu rencana
seluruh perusahaan dimana sebuah perusahaan mengkontribusikan
bagian dari sahamnya atau uang tunai untuk digunakan membeli
saham demikian kepada sebuah perwalian yang didirikan untuk
membeli bagian saham perusahaan bagi karyawan. ESOP memiliki
beberapa keuntungan yaitu, perusahaan mendapatkan sebuah
pengurangan pajak yang sama dengan nilai pasar yang wajar dari
bagian yang dipindahkan kepada sebuah perwalian, dan juga dapat
meminta pengurangan pajak pendapatan atas dividen yang
dibayarkan atas saham yang dimiliki ESOP, dan karyawan tidak
dikenakan pajak hingga mereka menerima pembagian dari
perwalian itu, biasanya pada saat pensiun saat taraf pajak mereka
lebih rendah. Riset menyatakan bahwa ESOP memang mendorong
karyawan untuk mengembangkan sebuah rasa kepemilikan dan
komitmen pada perusahaan, mereka melakukannya sebagian
karena mereka memberikan kenaikan insentif keuangan, membuat
rasa kepemilikan yang baru, dan membantu membangun kerja tim.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Insentif.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan oleh perusahaan didalam
memberikan insentif kepada seorang karyawan menurut Manullang ( 2000 :
154 ), antara lain sebagai berikut :
1. Tingkat pendidikan karyawan yang bersangkutan
Apabila tingkat pendidikan dari karyawan yang bersangkutan relatif
rendah, maka insentif yang diberikan harus mengarah kepada pemenuhan
kebutuhan yang bersifat materi, terutama uang. Berbeda dengan karyawan
yang tingkat pendidikannya yang relatif tinggi, insentif yang diharapkan
tidak lagi semata-mata mengarah kepada pemenuhan kepada fisik, tapi
dengan berkembang kepada pemenuhan hirarki yang lebih tinggi.
Disamping itu juga bagi karyawan dengan tingkat pendidikan yang rendah
cenderung menghendaki pemberian insentif yang sesegera mungkin
setelah ia menunjukan prestasi, dan umumnya mereka menghendaki
pemberian insentif berupa uang.
2. Jabatan karyawan yang bersangkutan
Semakin tinggi jabatan seorang karyawan, biasanya pemberian insentif
dalam bentuk materi semakin berkurang. Walaupun ada, maka pemberian
insentif dalam bentuk materi tersebut tidak diberikan langsung setelah ia
menunjukan prestasinya.
3. Bentuk prestasi kerja yang ditunjukan oleh karyawan
Apabila prestasi kerja yang telah diberikan oleh seorang karyawan adalah
suatu prestasi kerja yang luar biasa, misalnya menemukan suatu metode
produksi yang baru, maka insentif yang diberikan harus disesuaikan
dengan prestasi yang ditunjukan oleh karyawan tersebut.
4. Masa kerja dan loyalitas pegawai yang bersangkutan kepada perusahaan
tempat ia bekerja.
Ada kalanya perusahaan mempertimbangkan untuk memberikan insentif
yang lebih besar kepada seorang karyawan yang berprestasi melebihi
standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Hal ini dilakukan
mengingat karyawan tersebut telah lama bekerja pada perusahaan yang
bersangkutan, dan sering menunjukan prestasi dalam bekerja.
5. Peraturan pemerintah dan tekanan serikat buruh.
Adakalanya insentif yang tadinya akan diberikan kepada seorang
karyawan
dapat
mengalami
perubahan
karena
adanya
peraturan
pemerintah yang mengatur hal tersebut atau adanya tekanan dari serikat
buruh.
D. Metode Pemberian Insentif
Agar pelaksanaan insentif dapat berhasil, maka pegawai harus dapat
diyakinkan bahwa upaya yang dilakukannya akan mengarah pada ganjaran
tertentu, dan ia harus menginginkan ganjaran tersebut.
Beberapa pedoman untuk menyusun rencana insentif yang efektif,
menurut Dessler ( 2004 : 134) adalah sebagai berikut :
1. Gunakanlah akan sehat.
Terkadang pembayaran insentif tidak masuk akal, misalnya pada saat
karyawan tidak mampu mengendalikan kuantitas atau output dan saat
kelambatan sering terjadi dipekerjaan dan berada diluar kendali karyawan.
Karenanya, secara umum lebih masuk akal untuk menggunakan sebuah
rencana insentif saat terdapat hubungan yang jelas antara upaya karyawan
dengan kuantitas atau kualitas output, pekerjaanya dibuatkan standar dan
kelambatan sedikit atau konsisten.
2. Menghubungkan insentif dengan strategi anda.
Putuskanlah Bagaimana rencana insentif akan berkontribusi untuk
menerapkan strategi dan tujuan perusahaan.
3. Pastikan agar upaya dan penghargaan itu berhubungan secara langsung.
Rencana insentif harus memberikan penghargaan kepada karyawan dengan
proporsi langsung untuk meningkatnya produktivitas atau kualitas.
4. Buatlah rencana itu dapat dipahami oleh karyawan.
Karyawan harus mampu menghitung penghargaan mereka untuk berbagai
tingkat usaha.
5. Menetapkan standar yang efektif.
Membuat standar yang tinggi tetapi wajar, pastilah ada sekitar 60% hingga
70% kesempatan berhasil.
6. Pandanglah standar itu sebagai sebuah kontrak dengan karyawan anda.
Saat rencana itu dijalankan, gunakan dengan hati-hati sebelum
menurunkan ukuran insentifnya.
7. Dapatkanlah dukungan karyawan bagi rencana tersebut.
Pembatasan oleh anggota kelompok kerja dapat merendahkan rencana
tersebut
8. Gunakanlah sistem pengukuran yang baik.
Proses yang digunakan untuk menilai kinerja haruslah jelas dan adil jika
ingin rencana tersebut berguna.
9. Menekankan keberhasilan jangka panjang maupun jangka pendek
Perbaikan jangka yang lebih panjang seperti yang diperoleh dari usulan
perbaikan kerja seringkali sama pentingnya dalam meningkatkan nilai
perusahaan
10. Mempertimbangkan budaya perusahaan.
Pakar kompensasi merekomendasikan untuk membuat rencana insentif
yang konsisten dengan budaya yang ingin diciptakan.
11. Mengambil pendekatan yang komprehensif dan berorientasi komitmen.
Paling baik untuk melaksanakan program dalam kerangka kerja dari
praktek yang berhubungan dengan SDM yang mempromosikan komitmen
karyawan ingin bekerja dan meresa seperti tekanan.
Adapun prosedur atau langkah-langkah pelaksanaan konsep pemberian
insentif yang ideal adalah :
1. Menentukan tujuan dari sistem insentif. Insentif merupakan suatu biaya
oleh karena itu harus mempunyai tujuan yang jelas dan diketahui dengan
pasti manfaat-manfaatnya.
2. Merancang kebijakan komunikasi mengenai sistem insentif. Sistem
insentif yang akan dilaksanakan tersebut hendaknya komunikatif, artinya
dapat dijelaskan serta dipahami secara mudah oleh karyawan. Dan
perusahaan siap menerima saran positif mengenai sistem insentif yang
akan dilaksanakan.
3. Merancang suatu sistem pengambilan keputusan pada masalah insentif.
Keputusan mengenai masalah pemberian insentif pada pengawai
hendaknya bersifat obyektif dan fair. Untuk suatu prestasi yang standar
maka dapat disesuaikan dengan standar insentif yang telah ditetapkan.
Sedangkan untuk suatu prestasi yang luar biasa dan jarang terjadi,
hendaknya dipertimbangkan secara cermat diambil suatu keputusan.
4. Departemen personalia bertanggung jawab utnuk menyediakan training
yang diperlukan.
5. Akhirnya, departemen personalia hendaknya secara terus menerus
mengadakan peninjauan perbedaan penggajian diantara karyawan.
Oleh karna itu, tujuan dasar suatu insentif hendaknya untuk mendorong
timbulnya prestasi yang baik dengan mengaitkan antara prestasi dengan
ganjaran, dan hal ini pada gilirannya memerlukan penelitian prestasi yang
akurat. Oleh sebab itu peranan departemen personalia dalam hal pemberian
insentif sangatlah penting.
E. Pengertian Laba Operasional
Tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah perusahaan adalah
memaksimumkan laba operasional, namun demikian perlu disadari menurut R.
Agus ( 2001 : 7 ) bahwa tujuan ini mengandung banyak kelemahan yaitu :
1. Standar ekonomi mikro dengan memaksimumkan profit, dimana profit
maksimum dapat dicapai pada saat biaya marginal sama dengan
pendapatan marginal yaitu bersifat statis karena tidak memperhatikan
dimensi waktu. Dengan kata lain tidak ada perbedaan yang nyata antara
profit dalam jangka pendek dengan profit dalam jangka panjang.
2. Menyangkut risiko yang berkaitan dengan setiap alternatif keputusan.
Memaksimumkan profit tanpa memperhitungkan tingkat risiko setiap
alternatif akan sangat menyesatkan. Dimana yang dimaksud risiko adalah
kemungkinan bahwa tingkat output tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Besar kecilnya tingkat risiko ini biasanya diukur dengan besar kecilnya
tingkat penyimpangan atau standar deviasi. Semakin besar standar deviasi
berarti semakin besar risikonya.
3. Pengertian profit itu sendiri biasanya menyesatkan yaitu merupakan selisih
positif antara pendapatan dan biaya. Apabila tingkat profit atau
keuntungan yang ingin dimaksimumkan, maka timbul masalah penentu
tingkat keuntungan. Disini perlu dipahami bahwa pengertian profit tidak
sama dengan aliran kas. Laba per lembar saham atau earning per share
yang semakin besar tidak berarti peningkatan dividen dalam bentuk kas,
karena pembayaran dividen hanya ditentukan oleh kebijakan dividen.
Agar lebih jelas pengertian laba operasional, berikut ini penulis
mengutip beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli :
Laba operasional adalah naiknya nilai equity dari transaksi yang
sifatnya insidentil dan bukan kegiatan utama equity dan dari transaksi
kejadiaan lainnya yang mempengaruhi entity selama satu periode
tertentu kecuali yang berasal dari hasil atau investasi dari pemilik
(Sofyan 2003:228).
Laba operasi adalah pendapatan sebelum bunga dan pajak dan
kadang-kadang disebut EBIT (earnings before interest and taxes)
(A.
Totok 2004 : 603).
Salah satu fungsi dari akuntansi adalah melakukan pengukuran
termasuk pengukuran prestasi, hasil usaha, laba maupun posisi keuangan.
Pengukuran laba ini bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan
tetapi juga penting sebagai informasi bagi pembagian laba, penentuan
kebijakan investasi, dan pembagian hasil. Seorang pengusaha lainnya biasa
menganggap bahwa laba perusahaannya adalah penjualan dikurangi seluruh
biaya dikurangi investasi baik yang sudah dilakukan maupun yang akan
dilakukan.
Laba adalah informasi penting dalam suatu laporan keuangan, angka
ini penting untuk :
1. Perhitungan pajak, berfungsi sebagai dasar pengenaan pajak yang akan
diterima Negara.
2. Untuk menghitung dividen yang akan dibagikan kepada pemilik dan yang
akan di tahan dalam perusahaan.
3. Untuk menjadi dasar dalam menentukan kebijaksanaan investasi dan
pengambilan keputusan.
4. Untuk menjadi dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi
perusahaan lainnya dimasa yang akan datang.
5. Untuk menjadi dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi.
6. Untuk menilai prestasi atau kinerja perusahaan / segmen perusahaan /
divisi.
7. Perhitungan zakat sebagai kewajiban manusia sebagai hamba kepada
Tuhannya melalui pembayaran zakat kepada masyarakat.
F. Konsep Laba
Menurut Sofyan (2003:264) terdiri beberapa konsep laba diantaranya :
1. Konsep Laba Non Moneter
Von Bohm Bawerk pada akhir abad XIX telah memperkenalkan
pendapat bahwa laba bukan saja unsur kas, dia memperkenalkan konsep
laba non moneter. Kemudian pada awal abad XX Fischer, Lindahl, dan
Hick menjelaskan sifat-sifat laba ekonomi mencakup tiga tahap :
a) Physical Income yaitu konsumen barang dan jasa pribadi yang
sebenarnya memberikan kesenangan fisik dan pemenuhan kebutuhan,
laba jenis ini tidak dapat diukur.
b) Real Income adalah ungkapan kejadian yang memberikan peningkatan
terhadap kesenangan fisik. Ukuran yang dapat digunakan untuk real
income ini adalah biaya hidup (cost of living). Kepuasan timbul karna
kesenangan fisik yang timbul dari keuntungan yang diukur dengan
pembayaran uang yang dilakukan untuk membeli barang dan jasa
sebelum dan sesudah dikonsumsi.
c) Money Income merupakan hasil uang yang diterima dan dimaksudkan
untuk konsumsi dalam memenuhi kebutuhan hidup. Menurut Fischer
real income lebih dekat pada pengertian akuntansi tentang income.
Lindahl menganggap konsep laba sebagai interest yaitu merupakan
penghargaan yang terus menerus terhadap barang modal sepanjang
waktu. Perbedaan antara interest dengan konsumsi yang diharapkan
pada periode tertentu dianggap sebagai saving sehingga laba dianggap
sebagai konsumsi ditambah saving. Hick mengembangkan teori
Fischer dan Lindahl tentang economic income. Ia mendefinisikan
personal income sebagai berikut :
Jumlah maksimum yang dapat dikonsumsikan pada periode tertentu
dan dia masih tetap mempertahankan modalnya tidak berkurang
2. Konsep Capital Maintenance.
Menurut konsep ini laba baru disebut ada setelah modal yang
dikeluarkan tetap masih ada (capital maintained atau return on capital)
atau biaya yang telah tertutupi (cost recovery) atau pengembalian modal
return of capital. Konsep ini dapat dinyatakan dalam ukuran uang (units of
money) yang disebut financial capital atau dalam ukuran tenaga beli
(general purchasing power) yang disebut physical capital.
Berdasarkan kedua konsep ini menurut Sofyan ( 2003 : 264 ) maka
konsep capital maintenance menghasilkan empat konsep sebagai berikut:
a) Financial Capital.
1) Money Maintenance, yaitu Financial Capital yang diukur menurut
unit uang. Laba menurut konsep ini adalah perubahan net asset
dengan menyesuaikan transaksi modal yang dijabarkan dalam
ukuran uang.
2) General Purchasing Power Money Maintenance, yaitu financial
capital yang diukur menurut tenaga beli yang sama. Menurut
konsep ini tenaga beli dari modal yang diinvestasikan pemilik tetap
dipertahankan, sehingga menurut konsep ini laba adalah perubahan
net asset setelah disesuaikan transaksi modal yang diukur dengan
tenaga beli yang sama.
b) Physical Capacity
1) Productive Capacity Maintenance, yaitu Physical Capital yang
diukur menurut konsep uang. Menurut konsep ini kapasitas
produksi perusahaan dipertahankan, kapasitas untuk berproduksi,
(volume) barang dan jasa yang sama dan kapasitas/memproduksi
nilai barang dan jasa yang sama.
2) General Purchasing Power, Productive Capacity Maintenance,
yaitu physical capital yang di ukur dengan unit tenaga beli yang
sama. Menurut konsep ini kapasitas produksi fisik perusahaan yang
diukur dalam unit tenaga beli yang sama dipertahankan.
3) Replacement Cost Income.
Dalam konsep ini dikenal dua komponen income :
a) Current operating profit yang dihitung dari pengurangan biaya
pengganti (replacement cost) dari penghasilan.
b) Realized holding gain and loss yang dihitung dari perbedaan
antara replacement cost dari barang yang dijual dengan biaya
histories dari barang yang sama. Laba rugi ini dapat dibagi dua:
1) Yang direalisasi dan accrued selama periode itu.
2) Yang direalisasi pada periode itu tetapi accrued
Dalam akuntansi yang memiliki konsep perhitungan laba juga
dikenal perbedaan pandangan dalam menghitung laba (income). Disini
menurut Sofyan diperkenalkan 4 pendapat sebagai berikut :
1. Pemikiran klasik yang berpedoman pada postulat unit of measure dan
prinsip historical cost yang sering disebut historical cost accounting
atau convertional accounting sebagaimana yang kita anut saat ini.
Konsep ini dinamakan konsep laba accounting income.
2. Pemikiran neo klasik yang mengubah postulat unit of measure dengan
menerapkan perhitungan perubahan tingkat harga umum (General Price
Level) dan tetap mempertahankan Prinsip Historical Cost. Konsep ini
dikenal dengan istilah General Price Level Adjusted Historical Cost
Accounting (GPLA Historical Accounting).
3. Pemikiran radikal, yang memilih harga sekarang sebagai dasar
penilaian bukan Historical Cost lagi. Konsep ini dikenal dengan
Current Value Accounting sedang perhitungan labanya disebut Current
Income.
Menurut Sofyan (2003 : 273) definisi tentang laba itu mengandung
lima sifat :
a. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi
yaitu timbulnya hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil tersebut.
b. Laba akuntansi didasarkan pada postulat periodic laba itu, artinya
merupakan prestasi perusahaan itu pada periode tertentu.
c. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan
batasan tersendiri tentang apa yang termasuk hasil.
d. Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk
biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapat hasil
tertentu.
e. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip
matching
artinya hasil
dikurangi biaya yang diterima/dikeluarkan dalam periode yang sama.
Beberapa kebaikan dari konsep laba ini menurut sofyan (2003:273) adalah:
1. Dapat terus menerus ditelusuri dan di uji
2. Karena perhitungannya didasarkan pada kenyataan yang terjadi (fakta)
dan dilaporkan secara obyektif, maka perhitungan laba ini dapat
diperiksa (verifiability).
3. Memenuhi prinsip Conservatisme , karena yang diakui hanya laba
yang direalisasi dan tidak memperhatikan perubahan nilai.
4. Dapat dijadikan sebagai alat kontrol oleh manajemen dalam
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen.
Menurut Hendriksen (1992) dan Most (1982) kutipan dari Sofyan
(2003:275) memberikan kelemahan laba sebagai berikut :
1. Konsep laba belum dirumuskan secara jelas dalam teori akuntansi.
2. Standar akuntansi yang diterima umum masih mengandung berbagai
cara yang berbeda-beda dan mengandung ketidak konsistenan baik
antara perusahaan maupun dalam suatu periode tertentu.
3. Perubahan tingkat harga telah mengubah arti laba yang diukur
berdasarkan nilai histories, sehingga perubahan nilai uang atau tingkat
inflasi belum diperhitungkan dalam laporan keuangan.
4. Kurang bermanfaat untuk keputusan jangka pendek .
5. Informasi lainnya di luar data historis dinilai lebih bermanfaat bagi
investor dalam pengambilan keputusan. Kurangnya informasi fisik dan
perilaku yang membuat informasi laba semakin bermanfaat.
G. Definisi Biaya
Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi bisnis, non bisnis,
manufaktur, eceran, dan jasa. Menurut Sofyan (2003:227) definisi Biaya
adalah arus keluar aktiva, penggunaan aktiva, atau munculnya kewajiban atau
kombinasi keduanya selama suatu periode yang disebabkan oleh pengiriman
barang, pembuatan barang, pembebanan jasa, atau pelaksanaan kegiatan
lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan.
Menurut Garrison, Noreen (2004:47) bahwa klasifikasi biaya terdiri
dari dua bagian yaitu :
1. Biaya Produksi
Kebanyakan perusahaan manufaktur membagi biaya manufaktur kedalam
tiga kategori besar :
a) Bahan langsung adalah bahan yang menjadi bagian tak terpisahkan
dari produk jadi dan dapat ditelusuri secara fisik dan mudah ke produk
tersebut.
b) Tenaga kerja langsung digunakan untuk biaya tenaga kerja yang dapat
ditelusuri dengan mudah keproduk jadi.
c) Biaya Overhead Pabrik yaitu elemen ketiga biaya manufaktur,
termasuk seluruh biaya manufaktur yang tidak termasuk dalam bahan
langsung dan tenaga kerja langsung.
2. Biaya Non Produksi
Biaya non produksi terdiri dari dua bagian yaitu :
a) Biaya penjualan dan marketing termasuk semua biaya yang diperlukan
untuk menangani pesanan konsumen dan memperoleh produk atau jasa
untuk disampaikan kepada konsumen.
b) Biaya administrasi meliputi biaya eksekutif dan organisasional yang
berkaitan dengan manajemen umum organisasi. Contoh dari biaya
administrasi
adalah
kompensasi
eksekutif,
akuntansi
umum,
secretariat, public relation, dan biaya sejenis yang berkaitan dengan
administrasi umum organisasi secara keseluruhan.
H. Pengaruh Pemberian Insentif terhadap Laba Operasional
Seperti yang telah di uraikan oleh penulis bahwa insentif merupakan
suatu biaya (cost) yang dikeluarkan oleh perusahaan/organisasi yang sangat
penting, karena mempengaruhi harga dasar produknya, baik berupa barang
maupun jasa yang dipasarkannya, dan diperhitungkan berdasarkan selisih
antara
besarnya
pembiayaan
(cost)
yang
ditargetkan
dengan
yang
dipergunakan secara nyata, selama satu periode. Dalam pemberian insentif
pada bagian marketing ini sangat berpengaruh terhadap laba operasional,
dimana setiap penjualan yang dihasilkan dibandingkan dengan biaya-biaya
operasional yang dikeluarkan untuk kegiatan marketing seperti pemberian
insentif kepada karyawan bagian marketing, pemberian entertaint kepada
dokter (seperti: makanan, minuman, barang, dll), biaya administrasi marketing
(foto copy, alat tulis, dll),
setelah dibandingkan maka terlihatlah laba
operasional yang dihasilkan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan semakin besar
insentif yang dibayarkan oleh perusahan kepada karyawan marketing maka
semakin kecil laba operasional yang diperoleh perusahaan, sebaliknya
semakin kecil insentif yang dibayarkan maka semakin besar laba operasional
yang diperoleh perusahaan.
Di setiap perusahaan farmasi dalam memperoleh keuntungan yang
maksimum harus meminimalkan pengeluaran-pengeluaran, disini karyawan
bagian marketing dituntut dapat menghasilkan penjualan yang melebihi target
yang diterapkan oleh perusahaan dan berusaha meminimalkan biaya-biaya
yang dikeluarkan. Keberhasilan suatu perusahaan dilihat dari perolehan laba
yang maksimum, dan dapat menyeimbangkan antara pemberian insentif
terhadap laba operasional.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi objek penelitian adalah PT.
Novell Pharmaceutical Laboratories yaitu perusahaan industri farmasi, disini
bagian marketing yang berperan serta dalam memasarkan produk-produk
Novell kepada Rumah sakit, apotik, serta dokter praktek.
1. Lokasi Perusahaan
Lokasi penelitian mengenai analisa pemberian insentif terhadap
laba operasional dilakukan di PT. Novell Pharmaceutical Laboratories di
Jalan Limo No. 40-44 Permata Hijau Kebayoran Lama, Jakarta Selatan
12220. Sedang pabriknya berlokasi di Gunung Putri Bogor.
2. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
PT. Novell Pharmaceutical Laboratories merupakan industri
farmasi swasta nasional didirikan pada tanggal 17 September 1998 sebagai
akibat dari globalisasi dan untuk meningkatkan efisiensi di dunia industri
farmasi.
Pada tahun 1996 farmasi besar berkumpul seperti PT. Glaxo
International dan PT. Burroughs Wellcome, Kedua perusahaan tersebut
merupakan kelompok perusahaan modal asing dan modal lokal yang ada
di Indonesia serta mendirikan perusahaan baru yaitu PT. Novell
Pharmaceutical Laboratories. Dimana PT. Novell merupakan perusahaan
modal asing dan terdaftar di Indonesia yaitu Badan Koordinasi Penanam
Modal (BKPM).
Kata Novell berasal dari bahasa inggris yang artinya sesuatu
yang baru, segar dan juga memberikan inovasi. Di bulan Mei 2007 PT.
Novell Pharmaceutical Laboratories memperoleh izin dari Therapeutic
Goods Administration (TGA) Australia, sebagai bukti sistem perbaikan
yang berkualitas serta menjamin produk berkualitas kepada seluruh
pelanggan.
PT. Novell Pharmaceutical Laboratories mempunyai misi yaitu
membantu pemerintah dengan cara menyediakan produk pelayanan
kesehatan yang berkualitas lebih baik untuk masyarakat. PT. Novell
konsentrasi dalam memproduksi produk yang berkualitas baik dengan nilai
tambah yang tinggi untuk dikonsumsi oleh pasien sebagai pilihan produk
asing yang di import dengan harga tinggi. PT. Novell juga mempunyai visi
yaitu masuk dalam lima besar dunia farmasi nasional khususnya di bidang
obat Ethical (obat-obatan resep).
3. Struktur Organisasi Perusahaan
Pembagian wewenang dan tanggung jawab di PT. Novell
Pharmaceutical Laboratories di Jakarta tersusun dengan struktur
organisasi. Sturuktur organisasi tersebut menggambarkan suatu hubungan
fungsi-fungsi bagian per bagian, agar dapat mencapai tujuan perusahaan.
Struktur organisasi tersebut menggambarkan adanya pembagian
tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari para pegawainya sesuai dengan
prinsip spesialisasi.
Adapun tugas dan tanggung jawab serta wewenang dari jabatanjabatan yang terdapat dalam struktur organisasinya adalah sebagai berikut :
a. Direktur Utama
Tugas dan tanggung jawab :
1. Menetapkan
arah,
kebijakan
dan
strategi
perusahaan
dan
pengambilan keputusan setiap langkah yang ditempuh perusahaan.
2. Bertanggung jawab terhadap aktivitas perusahaan
3. Menentukan
dan
menetapkan
strategi,
tujuan
utama
dan
kebijaksanaan pengembangan perusahaan.
4. Menetapkan tugas, tanggung jawab dan wewenang setiap Manajer
yang berada dibawah pimpinannya.
5. Membina dan mengembangkan semua bagian sehingga tercipta
kerjasama yang efektif dan efisien.
6. Mengawasi kegiatan perusahaan secara keseluruhan.
7. Secara periodik membuat laporkan kegiatan usaha ke pemilik
perusahaan
b. Sekretaris Direktur
Tugas dan tanggung jawab :
1. Mengatur jalannya aktivitas pembicaraan melalui telepon.
2. Mengendalikan surat-surat keluar dan surat masuk dengan tertib
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Mendistribusikan semua surat-surat yang masuk kepada pejabatpejabat yang berwenang di PT. Novell Pharmaceutical Laboratories.
4. Menyiapkan surat-surat keluar untuk diserahkan kepada petugas
ekspedisi.
5. Mengatur agenda kerja para direktur.
6. Melayani tamu-tamu yang akan bertemu direktur.
7. Mengirim surat atau berita penting lainnya melalui telex atau
facsimile atas perintah direktur.
8. Menyiapkan konsep dan mengetik surat-surat sesuai perintah
direktur.
9. Menindak lanjuti semua temuan audit baik dari intern maupun
ekstern pada PT. Novell Pharmaceutical Laboratories yang
berkaitan dengan tugasnya.
10. Melakukan tugas-tugas lain sesuai dengan instruksi atasan.
c. Manager HRD (Human Resource and Development)
Tugas dan tanggung jawab :
1. Menyeleksi penerimaan karyawan, dan promosi karyawan.
2. Memproses absensi karyawan.
3. Mengawasi dan mengontrol pegawai
4. Membuat surat perjanjian kerja.
5. Menegur atau memanggil karyawan yang melanggar tata tertib
perusahaan serta membuat surat peringatan.
6. Mengangkat dan memutasikan serta mendemosi karyawan.
7. Merencanakan atau membuat planning training pengembangan
sumber daya manusia.
8. memproses pengajuan claim pengobatan
d. Payroll
Tugas dan tanggung jawab :
1. memproses gaji karyawan
2. membayarkan gaji, insentif, uang makan, transportasi karyawan.
3. memproses Jamsostek karyawan.
4. pemotongan gaji serta penalty atas kelalaian karyawan.
5. memproses lembur karyawan
e. Manager GA (General Affair)
Tugas dan tanggung jawab :
1. Mengurus pemeliharaan, perawatan bangunan pabrik, kantor, serta
mobil kantor dan lain-lain.
2. Mengurus keperluan rumah tangga dan umun (catering, peralatan
kantor, kurir, pelayanan kebersihan dan taman).
3. Memperbaiki bangunan yang rusak
4. Perawatan kendaraan Operational.
5. Bertanggung jawab tentang keamanan kantor.
6. Mencatat pemakaian kendaraan dinas atau jemputan.
f. Security
Tugas dan tanggung jawab :
1. Menjaga lingkungan dan asset perusahaan.
2. Memeriksa karyawan yang pulang kerja.
3. Memeriksa keluar masuknya karyawan
4. Melapor ke GA tamu yang datang.
g. Manager Manufacturing
Tugas dan tanggung jawab :
1. Secara periodik membuat laporan bulanan ke Asisten direktur.
2. Mengontrol kegiatan produksi baik perencanaan produksi, maupun
pengawasan mutu.
3. Pembelian bahan baku atau import bahan baku.
4. Menjaga suasana yang baik dan harmonis dilingkup bawahan secara
khusus dan dengan seluruh pihak yang terkait pada umumnya.
5. Pengembangan produk
6. Melaksanakan tugas lain yang dibebankan oleh Asisten direktur
serta mengambil jalan keluar dari segala hambatan yang timbul.
7. Dalam menjalankan tugas dan kewajiban bertanggung jawab
langsung kepada asisten direktur.
h. Manager Engineering
Tugas dan tanggung jawab :
1. Menyelenggarakan pemeliharaan, perbaikan dan perubahan pada
semua mesin produksi dan laboratorium yang dioperasikan oleh PT.
Novell Pharmaceutical Laboratories.
2. Menjaga kelancaran berfungsinya mesin-mesin yang dioperasikan
baik untuk produksi maupun penunjangnya.
3. Melaksanakan kegiatan operational gudang engineering.
4. Mengkoordinir, mengarahkan, membina dan mengendalikan para
pelaksana atau teknisi dijajaran Departemen Engineering.
5. Menyusun kegiatan tahunan dan bulanan, bidang perbaikan,
perawatan, perubahan dan pengendalian.
6. Menjaga suasana kerja yang baik dilingkungan bawahan secara
khusus dan dengan seluruh pihak yang terkait pada umumnya.
7. Melaksanakan tugas lain yang dibebankan oleh Asisten direktur.
8. Melaksanakan monitoring dan pelaporan secara periodik tentang
administrasi umum baik kegiatan tehnik maupun non tehnik.
9. Secara Periodik memberikan informasi atau laporan kepada asisten
direktur.
10. Melaksanakan evaluasi terhadap seluruh kegiatan pengolahan
engineering setiap akhir bulan.
11. Dalam
melaksanakan
tugas
dan
kewajibannya
Manager
Engineering bertanggung jawab langsung kepada asisten direktur.
i. Manager Accounting
Tugas dan tanggung jawab :
1. Mengusahakan tersedianya dana yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan yang harus segera dipenuhi.
2. Memastikan pembayaran secara keseluruhan tidak double.
3. Mengawasi saldo petty cash dan saldo kas logistik tersedia cukup.
4. Jabatan ini berhubungan dengan seluruh divisi.
5. Menjaga kerahasiaan gaji.
6. Menangani penerimaan dan pengeluaran biaya serta menghitung
pajak.
7. Memeriksa prosedur dan laporan keuangan serta memeriksa
manajemen seluruh unit organisasi berjalan dengan efektif dan
efisien.
8. Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya Manager Accounting
bertanggung jawab langsung terhadap asisten direktur.
j. Manager Marketing
Tugas dan tanggung jawab :
1. Membuat strategi dan perencanaan penjualan.
2. Membuat strategi promosi.
3. Memastikan target penjualan di semua divisi tercapai.
4. Menjaga suasana kerja yang baik dilingkungan bawahan secara
khusus dan dengan seluruh pihak yang terkait pada umumnya.
5. Melaksanakan tugas lain yang dibebankan oleh asisten direktur.
6. Secara periodik memberikan laporan kepada asisten direktur
mengenai hasil kegiatan dan pelaksanaan penerapan peraturan
perusahaan.
7. Manager marketing membawahi : produk manager, produk
executive, field sales manager, dan marketing service planning
officer.
k. Product Manager
Tugas dan tanggung jawab :
1. Bertanggung jawab memberikan produk knowledge kepada Field
force.
2. Bertanggung jawab dengan even-even ilmiah.
3. Menyiapkan sarana promosi.
4. Membuat strategi pemasaran.
5. Membuat estimasi target produksi dan penjualan.
6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh manager marketing
serta mengambil jalan keluar dari hambatan yang timbul.
7. Secara periodik memberikan laporan kepada manager marketing
mengenai hasil kegiatan dan pelaksanaan penerapan peraturan
perusahaan.
8. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban manager produk
bertanggung jawab langsung kepada manager marketing.
l. Product Executive
Tugas dan tanggung jawab :
1. Berkonsentrasi dan bertanggung jawab pada produk pilihan .
2. Memberikan presentasi kepada dokter.
3. Ikut serta dalam Event yang di selengarakan oleh Rumah sakit
4. Membuka Stand
5. Detailing produk ke dokter-dokter
m. Field Sales Manager (FSM) dan Regional Sales Manager (RSM)
Tugas dan tanggung jawab :
1. Mengkontrol para marketing dilapangan.
2. Menjumpai dokter di luar kota dengan maksud produknya masih
diresepkan atau tidak.
3. Memberikan entertaint kepada dokter berupa makan, minum,
barang maupun hiburan.
4. Memberikan SKI (Summary Karya Ilmiah) ke Rumah sakit, Apotik,
dan dokter berupa Uang Cash maupun barang.
n. Marketing Service Planning Officer (MSPO)
Tugas dan tanggung jawab :
1. Memeriksa dan memberikan persetujuan terhadap dokumen yang
berhubungan dengan marketing yang sebelumnya sudah di periksa
oleh Marketing Administration Service (MAS).
2. Menghitung dan memeriksa Insentif marketing.
3. Memberikan pengarahan terhadap MAS.
o. Marketing Administration Service (MAS)
Tugas dan tanggung jawab:
1. memeriksa dan meneruskan ke MSPO segala administrasi
marketing seperti biaya rutin sehari-hari, entertaint.
2. Menghitung dan memeriksa biaya transportasi, uang sewa motor
marketing
3. Membantu administrasi marketing.
4. Filling dokumen.
p. Management Information System (MIS)
Tugas dan tanggung jawab:
1. Memproses pengiriman data dari cabang ke kantor pusat.
2. Memperbaiki hardware dan software.
3. Menganalisa data .
4. Menyediakan fasilitas/barang.
q. Purchasing
Tugas dan tanggung jawab :
1. Membeli barang-barang baik untuk keperluan inventaris kantor atau
untuk keperluan marketing.
2. Berhubungan langsung dengan Supplier.
r. Business and Development (BusDev)
Tugas dan tanggung jawab :
1. Mengembangkan produk formula dan melakukan pelaporan kepada
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
2. Mengirimkan produk Keluar Negeri.
s. Internal Control (IC)
Tugas dan tanggung jawab :
1. Mengontrol seluruh pengeluaran perusahaan.
2. Memeriksa arsip-arsip yang sudah ada persetujuan masing-masing
atasan.
3. Memeriksa aktivitas marketing di lapangan.
4. Kebijakan Insentif
PT. Novell Pharmaceutical Laboratories memberikan kebijakan
dalam pemberian insentif dengan cara yaitu Insentif proses kerja dan
insentif hasil kerja, jika salah satu dari dua kebijakan tersebut tidak
terpenuhi, maka karyawan tidak berhak mendapatkan insentif.
B. Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang dipergunakan penulis didalam
menganalisa data adalah penelitian Kausal. Penelitian Kausal adalah penelitian
untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel (independent variables)
terhadap variabel tertentu (dependent variabel). Penelitian ini menggunakan
variabel independent (insentif) dan variabel dependent (laba operasional).
C. Pengujian Hipotesis
Guna menentukan kerangka arah pembahasan maka penulis perlu
membuat suatu hipotesa sebagai sebagai suatu pernyataan formal yang perlu
diuji kebenarannya. Untuk mendukung metode analisa tersebut, tekhnik yang
dipergunakan rumus statistik seperti koefisien korelasi. Alasan penulis
menggunakan tabel untuk mengalisa data karena dipandang cukup memadai
dalam menganalisa data. Perincian analisa data yang dipergunakan yaitu :
1. Koefisien Korelasi
Korelasi adalah suatu rumus antara dua variabel. Rumus yang
dipergunakan adalah :
n
XY
(
X)( Y)
n ( X2 )
(
X )2
r =
n ( Y2 )
( Y)2
Keterangan :
X = Rata-rata Insentif
Y = Laba Operasional
n = Jumlah Sample
r = Koefisien korelasi
Ketentuan koefisien korelasi tersebut adalah :
Jika r = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara variabel X dan Y
sangat lemah atau tidak ada hubungan.
Jika r = -1 atau mendekati -1, maka hubungan antara variabel X dan Y
ada tetapi mempunyai pengaruh negatif antara insentif yang diberikan
dengan laba operasional yang diperoleh.
Jika r = 1 atau mendekati 1, maka hubungan antara variabel X dan Y
ada dan bersifat positif.
Untuk hal ini X (Insentif) sebagai variabel independent dan Y (Laba
Operasional) sebagai variabel dependen.
2. Test Koefisien Korelasi
a. Menentukan perumusan Hipotesa
Ho : B = 0, berarti tidak ada korelasi antara insentif dengan laba
operasional.
Ha : B > 0, berarti ada korelasi positif antara insentif dengan laba
operasional.
b. Menghitung t tabel dengan derajat kebebasan (degree of freedom) n-2
dan level of significance 5% atau tingkat kepercayaan 95%.
c. Penentuan titik kritis (daerah penerimaan atau penolakan Ho)
T ( , df )
Terima Ha / Tolak Ho
Tolak Ho
Titik Kritis
d. Menghitung uji statistik dengan rumus
(b-Bo)
to =
Se
x²
e. Ketentuan pengambilan keputusan
1) Menolak Ho, bila t > t tabel, bila Ho ditolak berarti Ha diterima
dan ada pengaruh positif antara insentif dengan laba operasional.
2) Menerima Ho bila to < t tabel, bila Ho diterima maka Ha ditolak
dan tidak ada pengaruh antara insentif dengan laba operasional.
D. Sampel Penelitian
Penulis menggunakan populasi penelitian data tahun 2003-2007.
Populasi penelitian adalah keseluruhan subyek penelitian yang mempunyai
kesamaan karakteristik tertentu.
E. Variabel dan Pengukurannya.
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan dibagi menjadi 2 bagian
yaitu :
1. Pemberian insentif ( X ) sebagai variabel bebas ( independent variables).
Variabel bebas ini menyebabkan perubahan pada variabel dependent
(variabel terikat/tergantung), jadi pemberian insentif menyebabkan
perubahan terhadap laba operasional.
2. Laba operasional ( Y ) sebagai variabel tergantung/terikat ( dependent
variable). Variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas . Setelah variabel
ditentukan, penulis menggunakan skala ratio.
F. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel merupakan penjelasan dari pengertian
teoritis variabel atau pernyataan tentang cara bagaimana peneliti menemukan
jawaban terhadap variabel-variabel penelitian. Jawaban-jawaban dari variabelvariabel tersebut dapat diketahui dari perhitungan melalui analisis korelasi.
Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Insentif adalah segala sesuatu yang di terima oleh karyawan dari
perusahaan atau organisasi atas dasar produktivitas karyawan serta
profitabilitas yang di hasilkan oleh perusahaan. Insentif dalam penelitian
ini menggunakan rata-rata insentif dengan rumus jumlah insentif per tahun
dibagi jumlah karyawan per tahun.
2. Laba operasional adalah naiknya nilai equity dari transaksi yang sifatnya
insidentil dan bukan kegiatan utama equity dan dari transaksi kejadiaan
lainnya yang mempengaruhi entity selama satu periode tertentu kecuali
yang berasal dari hasil atau investasi dari pemilik. Laba operasional dalam
penelitian ini menggunakan tingkat laba operasional yang diperoleh dari
jumlah laba operasional dibagi dengan jumlah karyawan.
G. Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini penulis membutuhkan data yang lengkap
dan akurat serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dengan
melakukan penelitian, sebagai berikut :
1. Penelitian kepustakaan (library research)
Penulis mendapatkan data riset dengan melakukan penelitian kepustakaan
yaitu mempelajari dari pembaca literatur-literatur, buku-buku, makalahmakalah, catatan-catatan kuliah, majalah dan lain-lain untuk memperoleh
uraian-uraian dan pendapat-pendapat yang dapat mendukung penulisan
skripsi ini untuk membantu memecahkan masalah yang dibahas
2. Penelitian lapangan (field research)
Penulis melakukan suatu penelitian langsung dilapangan pada PT. Novell
Pharmaceutical yaitu dengan cara wawancara. Wawancara adalah cara
pengumpulan data melalui kontak atau hubungan pribadi antara
pengumpul data (interviewer) dengan sumber data (interviewee).
Wawancara dilakukan dengan mengadakan Tanya jawab dengan bagian
Marketing Service Planning Officer (MSPO) agar mendapatkan data dan
informasi tentang hasil-hasil yang berhubungan dengan insentif. Dan
untuk mendapat data laba operasional, penulis mengadakan Tanya jawab
pada bagian keuangan dan akunting.
H. Metode Analisa Data
Penulis menggunakan metode analisa data regresi dengan rumus
sebagai berikut :
Regresi y = a + bx
Keterangan :
a = Nilai intercept (constant)
b = Koefisien arah regresi
Harga a dihitung dengan rumus :
y(
x ² )- x . xy
a =
n
x2
(
x)2
Harga b dihitung dengan rumus :
n
xy - x . y
n
x2
b =
(
x)2
BAB IV
ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisa Pemberian Insentif
Penilaian insentif dilakukan pada PT. Novell Pharmaceutical
Laboratories terhadap karyawan bagian marketing, dalam pelaksanaan
pemberian upah insentif mereka diberikan diluar gaji pokok yang diterimanya.
Besarnya insentif tersebut tidak mempengaruhi gaji pokok yang diberikan
setiap bulannya.
Walaupun
jumlah
pemberian
insentif
yang
dikeluarkan
oleh
perusahaan sudah distandarkan, belum tentu karyawan menerima insentif
dengan jumlah yang sama. Hal yang sangat berpengaruh prestasi kerja
ditentukan oleh pencapaian target yang telah ditentukan perusahaan terhadap
karyawan tersebut, sedangkan pemberian insentif lainnya seperti tunjangan
jabatan, tunjangan masa kerja, tunjangan pengabdian para pegawai diberikan
selalu sama jumlahnya dari waktu ke waktu disesuaikan dengan kedudukan
dan jabatannya.
Pemberian insentif sebagai salah satu unsur didalam PT. Novell
Pharmaceutical Laboratories pada setiap bulannya dapat berbeda-beda
diterima karyawan, tergantung pada penilaian atas prestasi kerja mereka, dan
pencapaian laba operasional yang diperoleh dari jumlah value penjualan oleh
para karyawan bagian marketing adapun jenis insentif yang diberikan antara
lain :
1. Insentif Finansial (financial incentive) dalam bentuk uang yang diberikan
perbulan dan pertiga bulan.
2. Insentif non Finansial (non financial incentive) berupa :
a. Pemberian gelar secara resmi.
b. Pemberian tanda jasa.
c. Kenaikan pangkat atau jabatan.
d. Ucapan terima kasih.
e. Pemberian ruang kerja dan perlengkapan kerja yang memadai.
f. Adanya jaminan kerja serta jam kerja yang memadai.
g. Tugas diberikan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab.
h. Tersedianya fasilitas penunjang yang memadai.
3. Social Incentive hampir sama dengan non financial incentive, hanya
insentif jenis ini cenderung terhadap keadaan dan sikap dari para rekanrekan sekerja terhadap karyawan yang bersangkutan.
Dalam pemberian upah insentif kepada karyawan marketing PT.
Novell Pharmaceutical Laboratories bertujuan Agar dapat merangsang
memotivasi karyawan marketing dalam penjualan produk perusahaan
semaksimum mungkin sehingga perusahaan memperoleh profit yang di
inginkan.
Tunjangan kerja merupakan unsur penghasilan yang dikaitkan
dengan kondisi kerja, usaha fisik dan mental serta tanggung jawab dari
para karyawan yang didasari pada absensi, kondisi kerja, dan tanggung
jawab. Pelaksanaan pemberian tunjangan kerja diberikan dengan penilaian
sebagai berikut :
a. Ijin meninggalkan pekerjaan dengan mendapat upah
Syarat jika seseorang karyawan ijin meninggalkan perkerjaan dengan
tetap mendapatkan upah sebagai berikut :
1) Perkawinan karyawan yang pertama secara syah diberikan
kebebasan ijin selama 2 hari.
2) Suami/istri/anak/orangtua/mertua pegawai meninggal dunia dalam
satu rumah diberikan kebebasan ijin selama 2 hari.
3) Istri karyawan melahirkan, khitanan anak laki-laki pegawai
maksimum 3 orang anak, korban kebakaran/kebanjiran disertai
surat keterangan dari pemda setempat, diberikan kebebasan ijin
selama 1 hari.
b. Ijin meninggalkan pekerjaan tanpa dibayar.
Ijin ini diberikan kepada karyawan yang dapat diterima oleh
perusahaan misalnya ijin sakit, ijin sakit dengan surat dokter harus
melampirkan surat keterangan dari dokter dan sakit tanpa surat dokter
harus membuat form sakit, untuk sakit tanpa surat dokter dalam
sebulan tidak boleh melebihi 2 kali.
c. Cuti / Istirahat tahunan.
Setiap karyawan yang masa kerja sudah 12 bulan berhak mendapatkan
cuti selama 12 hari kerja selama 1 tahun dengan mendapat upah penuh.
Bagi karyawan wanita yang melahirkan berhak mendapatkan cuti
selama 3 bulan dengan mendapatkan upah penuh. Dalam pengajuan
cuti harus sudah di setujui oleh atasan masing-masing dan akan
diproses dibagian personalia.
d. Tunjangan-tunjangan yang berkaitan dengan tugas atau kedinasan :
1) Tunjangan transportasi diberikan perusahaan untuk biaya pulang
pergi kepada karyawan sesuai ketentuan perusahaan. Khusus untuk
karyawan bagian marketing diberikan berupa paket perbulan yaitu :
Sewa kendaraan, uang bensin dan tol, uang parkir. Untuk sewa
kendaraan pertiga bulan akan terjadi kenaikan jika sales 3 bulannya
meningkat.
2) Tunjangan makan siang dan extra fooding.
Untuk tunjangan makan siang disediakan oleh perusahaan untuk
satu kali makan selama jam kerja untuk karyawan non marketing,
sedangkan karyawan marketing diberikan uang makan pada
bersamaan pembayaran gaji. Sedang extra fooding diberikan
kepada karyawan berupa uang yang diclaim dihitung jika karyawan
lembur jam 20.00wib masih mengerjakan tugas kantor.
3) Tunjangan Hari raya diberikan :
a) kepada karyawan yang telah melewati masa percobaan selama
3 bulan kerja dan itu di hitung proporsional.
b) Tunjangan hari raya diberikan maksimum 1 bulan gaji (syarat
ini tidak berlaku pada karyawan yang masa kerjanya belum 1
tahun).
4) Tunjangan bersalin :
a) Perusahaan
akan
memberikan
tunjangan
bersalin
bagi
karyawan wanita yang telah berstatus tetap dan mempunyai
masa kerja 1 tahun, maximum 3 (tiga) kelahiran atau sampai
dengan kelahiran ketiga tergantung pada keadaanya.
b) Perusahaan akan memberikan tunjangan bersalin sesuai dengan
keputusan Direksi.
e. Perlindungan dan perawatan.
1) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek)
Sesuai dengan undang-undang kecelakaan No.33 tahun 1974,
peraturan menteri tenaga kerja transmigrasi dan koperasi nomor
keputusan 116 tahun 1977, yang berhak ikut serta program
Jamsostek ialah semua pegawai yang berusia dibawah 55 tahun.
Program Jamsostek meliputi :
a) Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
Premi JKK sebesar 0.98% x upah sebulan karyawan menjadi
tanggung jawab perusahaan.
b) Jaminan Hari Tua (JHT)
Premi JHT sebesar 3.7 x upah sebulan karyawan menjadi
tanggungan karyawan yang bersangkutan.
c) Jaminan Kematian (JKM)
Premi JKM sebesar 0.3% x upah sebulan karyawan menjadi
tanggungan perusahaan.
Premi tersebut dibayarkan setiap bulan kepada PT. Jamsostek.
Karyawan yang berhak diikut sertakan dalam program ini, adalah
yang bersangkutan tetap, karyawan kontrak dan honorer.
2) Pengobatan.
Perusahaan
akan
memberikan
jaminan
penggantian
biaya
pengobatan kalau karyawan sudah melewati masa percobaan
selama 6 bulan. Besarnya penggantian yaitu 100% dari jumlah
kwitansi. Batasan claim yang dibayarkan oleh perusahaan adalah
maksimum 1 bulan gaji pertahun, jika claim pengobatan dalam 1
tahun melebihi nominal gaji 1 bulan makan kekurangannya itu
tidak dapat diganti oleh perusahaan melainkan menjadi tanggungan
karyawan. Yang tercakup dalam jaminan pengobatan ialah biaya
pemberiksaan dokter, biaya pemeriksaan laboratorium, dan obat
atas resep dokter.
f. Upah lembur.
Upah lembur berlaku untuk level pelaksana, dalam hal ini ketentuan
dan pelaksanaannya akan diatur oleh suatu keputusan Direksi, adapun
ketentuan dari besar upah lembur ini ditetapkan dengan berpedoman
pada surat Direktur Pembinaan norma-norma perlindungan Tenaga
Kerja RI No. 72/Men/84 tanggal 31 Maret 1984.
1) Apabila kerja lembur dilakukan pada hari biasa :
a) Untuk jam pertama upah dibayarkan 1 ½ kali upah sejam.
b) Untuk jam selebihnya upah dibayar 2 kali upah sejam.
Untuk menghitung upah sejam adalah sebagai berikut :
Upah sejam bagi pekerja bulanan : 1/173 x upah sebulan
(4,33x40jam=173).
Upah sejam bagi pekerja harian : 3/20 x upah sehari
Upah sejam bagi pekerja borongan atau satuan = 1/7 rata-rata hasil
sehari.
2) Apabila kerja lembur dilakukakan pada hari istirahat seperti hari
minggu, libur nasional, dan hari raya :
a) Untuk jam pertama selebihnya 7 jam atau 5 jam apabila libur
nasional dan Hari raya tersebut jatuh pada hari terpendek upah
dibayar 2x upah sejam.
b) Jam pertama dalam batas 7 jam atau 5 jam apabila libur
nasional dan hari raya tersebut jatuh pada hari terpendek upah
dibayar 3 x upah sejam.
Untuk pegawai yang terdaftar kontrak, honorer dan khusus,
berlaku tarif upah lembur untuk pegawai bulanan. Jumlah kerja
maksimum selama 1 minggu adalah 54 jam yaitu jumlah jam kerja
ditambah dengan 14 jam untuk jam kerja lembur (UU kerja No, 1
tahun 1951).
Pada PT. Novell Pharmaceutical Laboratories telah ditentukan
waktu/jam kerja yaitu :
Setiap hari senin s.d sabtu (untuk karyawan pabrik dan marketing)
Shift 1 : 08.00 s.d 16.00 Istirahat 1 jam
Shift 2 : 16.00 s.d 24.00 Istirahat 1 jam
Shift 3 : 24.00 s.d 08.00 Istirahat 1 jam
Setiap hari senin s.d jumat (untuk karyawan head officer) jam
08.00 s.d 17.00 Istirahat 1 jam.
Pemberian uang lembur dan pembagian shift kerja berlaku untuk
pegawai non marketing bukan untuk bagian marketing.
Untuk membantu
dalam menganalisa pengaruh antara pemberian
insentif terhadap laba operasional, maka penulis menyajikan data
pemberian insentif selama 5 tahun terakhir dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.1
Jumlah Insentif dan Jumlah Karyawan Marketing
PT Novell Pharmaceutical Laboratories
Tahun 2003 - 2007
Jumlah Karyawan
Marketing
(Orang)
111
940.000.000
2003
121
1.030.000.000
2004
136
994.000.000
2005
157
1.390.000.000
2006
253
1.893.700.000
2007
Sumber : PT Novell Pharmaceutical Laboratories
Tahun
Jumlah Insentif
(Rp)
Rata-rata Insentif
(Rp/orang/tahun)
8.468.468,47
8.512.396,69
7.308.823,53
8.853.503,18
7.484.980,24
Sehingga berdasarkan data diatas, maka dapat dianalisa atas insentif
yang diberikan, rata-rata insentif :
Rata-rata insentif
=
Jumlah Insentif
Jumlah Karyawan
Tahun 2003
: 940.000.000 / 111 = 8.468.468,47
Tahun 2004
: 1.030.000.000 / 121 = 8.512.396,69
Tahun 2005
: 994.000.000 / 136 = 7.308.823,53
Tahun 2006
: 1.390.000.000 / 157 = 8.853.503,18
Tahun 2007
: 1.893.700.000 / 253 = 7.484.980,24
Maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Tahun 2003
Jumlah insentif yang diberikan sebesar Rp. 940.000.000,- dengan jumlah
karyawan 111 maka rata-rata insentif yang diterima pegawai sebesar Rp.
8.468.468,47 per karyawan pertahun.
Tahun 2004
Jumlah insentif yang diberikan sebesar Rp. 1.030.000.000,- dengan jumlah
karyawan 121 maka rata-rata insentif yang diterima pegawai sebesar Rp.
8.512.396,69 per karyawan pertahun.
Tahun 2005
Jumlah insentif yang diberikan sebesar Rp. 994.000.000,- dengan jumlah
karyawan 136 maka rata-rata insentif yang diterima pegawai sebesar Rp.
7.308.823,53 per karyawan pertahun.
Tahun 2006
Jumlah insentif yang diberikan sebesar Rp. 1.390.000.000,- dengan jumlah
karyawan 157 maka rata-rata insentif yang diterima pegawai sebesar Rp.
8.853.503,18 per karyawan pertahun.
Tahun 2007
Jumlah insentif yang diberikan sebesar Rp. 1.893.700.000,- dengan jumlah
karyawan 253 maka rata-rata insentif yang diterima pegawai sebesar Rp.
7.484.980,24 per karyawan pertahun.
Tabel 4.2
Rata-rata Jumlah Insentif
PT Novell Pharmaceutical Laboratories
Tahun 2003
2007
2003
Rata-rata Jumlah
Insentif
(Rp/orang/tahun)
8.468.468,47
2004
8.512.396,69
43.928,22
2005
7.308.823,53
-1.203.573,16
-14,14
2006
8.853.503,18
1.544.679,65
21,13
2007
7.484.980,24
-1.368.522,94
-15,46
Tahun
Besarnya
Kenaikan/Penurunan
%
-
0,52
Sumber : PT Novell Pharmaceutical Laboratories
Perubahaan perkembangan pemberian insentif dalam persen :
Perubahaan tahun 2003-2004 = 8.512.396,69 - 8.468.468,47 x 100% = 0,52
8.468.468,47
Perubahaan tahun 2004-2005 = 7.308.823,53 - 8.512.396,69 x 100% = -14,14
8.512.396,69
Perubahaan tahun 2005-2006 = 8.853.503,18 - 7.308.823,53 x 100% = 21,13
7.308.823,53
Perubahaan tahun 2006-2007 = 7.484.980,24 - 8.853.503,18 x 100% = -15,46
8.853.503,18
Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian insentif yang
diberikan PT. Novell Pharmaceutical Laboratories kepada karyawan setiap
tahunnya adalah :
Pada tahun 2004 terjadi kenaikan sebesar 0,52%
Pada tahun 2005 terjadi penurunan sebesar -14,14%
Pada tahun 2006 terjadi kenaikan sebesar 21,13%
Pada tahun 2007 terjadi penurunan sebesar -15,46%
B. Analisa Laba Operasional
Untuk menganalisa laba operasional pada PT. Novell Pharmaceutical
Laboratories, penulis akan membahas perhitungan persentase peningkatan
laba operasional yang telah dicapai oleh marketing PT. Novell Pharmaceutical
Laboratories yang akan diterangkan pada tabel 3 dan perhitungan persentase
kenaikan/penurunan dalam laba operational perusahaan.
Tabel 4.3
Perkembangan Laba Operasional
PT Novell Pharmaceutical Laboratories
Tahun 2003 - 2007
Tahun
Laba Operasional Perusahaan
(Rp)
Kenaikan/penurunan (%)
2003
8.862.000.000
-
2004
9.313.000.000
5,09
2005
10.823.000.000
16,21
2006
12.932.500.000
19,49
2007
16.043.500.000
24,06
Sumber : PT Novell Pharmaceutical Laboratories
Perubahaan perkembangan pendapatan perusahaan dalam persen (%)
Perubahaan tahun 2003-2004
= 9.313.000.000 - 8.862.000.000 x 100% = 5,09%
8.862.000.000
Perubahaan tahun 2004-2005
= 10.823.000.000 - 9.313.000.000 x 100% = 16,21%
9.313.000.000
Perubahaan tahun 2005-2006
= 12.932.500.000 - 10.823.000.000 x 100% = 19,49%
10.823.000.000
Perubahaan tahun 2006-2007
= 16.043.500.000 - 12.932.500.000 x 100% = 24,06%
12.932.500.000
Dari tabel perkembangan laba operasional PT. Novell Pharmaceutical
Laboratories selama 5 tahun terakhir, terlihat :
Adanya peningkatan pada tahun 2003-2004 sebesar 5,09%
Adanya peningkatan pada tahun 2004-2005 sebesar 16,21%
Adanya peningkatan pada tahun 2005-2006 sebesar 19,49%
Adanya peningkatan pada tahun 2006-2007 sebesar 24,06%
Setelah mengetahui perkembangan laba operasional perusahaan
pertahunnya, berikut ini penulis mencari tingkat laba operasional PT.
Novell Pharmaceutical Laboratories untuk tahun yang sama yaitu dengan
membandingkan dengan jumlah karyawan yang dibayarkan insentif
pertahunnya, berikut tabelnya :
Tabel 4.4
Tingkat Laba Operasional
PT Novell Pharmaceutical Laboratories
Tahun 2003 - 2007
Laba Operasional
Jumlah Karyawan
Tingkat Laba
(Rp)
Marketing(Orang)
Operasional (Rp)
2003
8.862.000.000
111
79.837.838
2004
9.313.000.000
121
76.966.942
2005
10.823.000.000
136
79.580.882
2006
12.932.500.000
157
82.372.611
2007
16.043.500.000
253
63.413.044
Tahun
Sumber : PT Novell Pharmaceutical Laboratories
Dari tabel diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
Tahun 2003.
Laba operasional sebesar Rp. 8.862.000.000 dengan jumlah pegawai 111
orang, maka tingkat laba operasional sebesar Rp. 79.837.838 per tahun.
Tahun 2004
Laba operasional sebesar Rp. 9.313.000.000 dengan jumlah pegawai 121
orang, maka tingkat laba operasional sebesar Rp. 76.966.942 per tahun.
Tahun 2005
Laba operasional sebesar Rp. 10.823.000.000 dengan jumlah pegawai 136
orang, maka tingkat laba operasional sebesar Rp. 79.580.882 per tahun.
Tahun 2006
Laba operasional sebesar Rp. 12.932.500.000 dengan jumlah pegawai 157
orang, maka tingkat laba operasional sebesar Rp. 82.372.611 per tahun.
Tahun 2007
Laba operasional sebesar Rp. 16.043.500.000 dengan jumlah pegawai 253
orang, maka tingkat laba operasional sebesar Rp. 63.413.044 per tahun.
Tabel 4.5
Persentase Tingkat Laba Operasional
PT Novell Pharmaceutical Laboratories
Tahun 2003 - 2007
Tingkat Laba
Tahun
Operasional
(Rp)
Besarnya
Kenaikan/Penurunan
(Rp)
%
2003
79.837.838
-
-
2004
76.966.942
-2.870.896
-3,60
2005
79.580.882
2.613.940
3,40
2006
82.372.611
2.791.729
3,51
2007
63.413.044
-18.959.567
-23,02
Sumber : PT Novell Pharmaceutical Laboratories
Dengan melihat tabel 5 persentase tingkat laba operasional dari :
Tahun 2003-2004 mengalami penurunan sebesar -3,60%
Tahun 2004-2005 mengalami peningkatan sebesar 3,40%
Tahun 2005-2006 mengalami peningkatan sebesar 3,51%
Tahun 2006-2007 mengalami penurunan sebesar -23,02%
Dengan melihat tabel 5 persentase tingkat laba operasional dari
tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Pada tahun 2005 dan 2006
mengalami peningkatan masing-masing 3,40 % dan 3,51%, tetapi pada
tahun 2004 dan 2007 mengalami penurunan yang besar. Ini disebabkan
karna ada penambahan karyawan sehingga insentif yang dibayarkan oleh
perusahan akan lebih banyak selain pengaruh penambahan karyawan
penurunan dan kenaikan laba operasional juga dipengaruhi oleh naik
turunnya pendapatan operasional yang didapat.
C. Analisa Pengaruh Pemberian Insentif terhadap Laba Operasional
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemberian insentif
terhadap Laba Operasional PT. Novell Pharmaceutical Laboratories yaitu
dengan menggunakan metode koefisien regresi dan untuk jelasnya, penulis
menyajikan tabel rata-rata insentif (X) terhadap tingkat laba operasional (Y)
sebagai berikut:
Tabel 4.6
Analisis Korelasi dan Regresi
Rata-rata Insentif Terhadap Laba operasional
PT. Novell Pharmaceutical Laboratories
Tahun 2003
2007
(dalam Ribuan Rupiah)
Tahun
X
Y
X.Y
X2
Y2
2003
8.468
79.837
676.059.716
71.707.024
6.373.946.569
2004
8.512
76.966
655.134.592
72.454.144
5.923.765.156
2005
7.308
79.580
581.570.640
53.406.864
6.332.976.400
2006
8.853
82.372
729.239.316
78.375.609
6.785.146.384
2007
7.484
63.413
474.582.892
56.010.256
4.021.208.569
40.625
382.168
3.116.587.156
331.953.897
29.437.043.078
Sumber : PT Novell Pharmaceutical Laboratories
Berikut perhitungan menurut metode :
1. Regresi Linier Sederhana.
Regresi y = a + bx
Dimana :
Y = Variabel tidak bebas
X = Variabel bebas
a = Nilai intercept (konstan)
b = Koefisien arah regresi
Harga a dihitung dengan rumus :
y(
x ² ) - x . xy
a =
x2
n
(
x)2
Harga b dihtung dengan rumus :
n
xy - x . y
n
x2
b =
(
x)2
Diketahui :
n
=5
x
= 40.625
y
= 382.168
xy = 3.116.587.156
x² = 331.953.897
y² = 29.437.043.078
n
xy - x - y
n
x2
b =
(
x)2
5 (3.116.587.156)
(40.625) (382.168)
b =
5 (331.953.897)
(40.625) 2
15.582.935.780 15.525.575.000
b =
1.659.769.485
1.650.390.625
57.360.780
b =
9.378.860
b =
6,12
Y =
y
n
Y =
382.168
5
Y =
76.433,6
X =
x
n
X =
40.625
5
X =
8.125
a=Y bX
a = 76.433,6
6,12 (8.125)
a = 76.433,6
49.725
a = 26.708,6
Persamaan regresinya adalah : Y = 26.708,6 + 6,12 X
2. Uji Hipothesis Koefisien Regresi (B)
Merumuskan Hipothesis :
Ho : B = 0 (tidak ada pengaruh antara X dan Y)
Ha : B > 0 (ada pengaruh positif dan signifikan X dan Y)
y2 - b2
x2
2
Se =
n
2
29.437.043.078 - 6,122 (331.953.897)
2
Se =
5
2
29.437.043.078 - 6,122 (331.953.897)
2
Se =
3
17.003.909.038,3
Se2 =
3
Se2 =
5.667.969.679,43
Se2 = 24.007,38
(b-Bo)
x2
Se
(6,12 - 0)
331.953.897
to =
to =
24.007,38.
111.503,95
to =
24.007,38.
to = 4,64
kemudian t tabel adalah
t tabel = t
: df
= t (0,05) : (5-2)
= t (0,05) : 3
t tabel = 2,35
Berikut kriteria penerimaan :
Daerah penerimaan
Daerah Penolakan
Ho diterima jika to<2,35
Ho ditolak jika to>2,35
t0,05(3) = 2,35
Dari persamaan regresi dan uji hipotesis diatas dapat disimpulkan yaitu :
a) Intercept atau konstanta (a) = 26.708,6, Jika tidak ada biaya insentif,
maka laba operasional yang diperoleh adalah Rp. 26.708,6 (dalam
ribuan rupiah).
b) Arah hubungan.
Dari persamaan regresi terlihat tanda
+ , yang menggambarkan
hubungan positif. Ini berarti bahwa kenaikan / penurunan biaya
insentif akan menaikan / menurunkan laba operasional secara searah
(positif)
c) Koefisien regresi (b) = 6,12
Setiap peningkatan biaya insentif bertambah Rp 1,- akan disertai
dengan peningkatan penjualan sebesar Rp. 6,12.
Hasil perhitungan dari koefisien regresi (b = 6,12) perlu diuji
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara biaya insentif terhadap
laba operasional. Hasil perhitungan menunjukkan, dengan mengambil
tingkat keyakinan 90% atau taraf nyata ( ) sebesar 5%, maka dalam
pengujian hipotesis didapat perhitungan sebesar 4,64 angka tersebut
berada Ho ditolak dan Ha diterima yaitu t hitung > 2,35. perhitungan
ini menunjukkan bahwa biaya insentif berpengaruh positif terhadap
laba operasional. Dengan demikian hipotesis signifikan.
3. Korelasi Linier Sederhana
Berikut perhitungan melalui koefisien koeralasi :
n
XY
(
X)( Y)
r =
n ( X2 )
(
X ) 2 . n ( Y2 )
5 (3.116.587.156)
( Y)2
(40.625)(382.168)
r =
5(331.953.897)
(40.625)2 . 5(29.437.043.078)
15.582.935.780
(382.168)2
15.525.575.000
r =
1.659.769.485 1.650.390.625. 147.185.215.390 146.052.380.224
57.360.780
r =
9.378.860 . 1.132.835.166
57.360.780
r =
3.062,49 (33.657,62)
57.360.780
r =
103.076.124,67
r =
0,556
Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh nilai r = 0,556 yang berarti
mendekati angka 1, maka dapat diartikan pengaruh insentif terhadap
laba operasional yang kuat dan positif diantara kedua variabel tersebut.
4. Koefisien Determinasi
Untuk
mengetahui
berapa
besar
kontribusi
kebijakan
pemberian insentif terhadap laba operasional diketahui dengan
menggunakan rumus coefisien of determinasi dengan menghitung :
Kd = r²
= (0,56)² x 100%
= 0,314. atau 31%
Dari hasil tersebut, ini berarti kontribusi kebijakan insentif
terhadap
laba
operasional
pada
PT.
Novell
Pharmaceutical
Laboratories bagian marketing adalah sebesar 31%, sedangkan sisanya
69% hal ini disebabkan oleh pengaruh faktor lainnya yang turut
menentukan tingkat laba operasional seperti : biaya aktivitas
marketing, biaya sponsor untuk rumah sakit, tetapi faktor-faktor
tersebut tidak diteliti dalam skripsi ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan penelitian dari data-data mengenai
pemberian insentif terhadap laba operasional PT. Novell Pharmaceutical
Laboratories, maka dapat ditarik kesimpulan :
1. Bentuk
pemberian
insentif
yang
diterapkan
oleh
PT.
Novell
Pharmaceutical Laboratories tidak hanya dalam bentuk material saja yaitu
bonus, komisi, premi dan tunjangan, akan tetapi pemberian insentif
diberikan juga dalam bentuk non material seperti adanya penghargaan
serta ucapan terima kasih atas totalitas karyawan marketing. Pemberian
Insentif pada divisi marketing dilihat dari seberapa berhasilnya bagian
marketing dapat mencapai target penjualan yang diterapkan oleh
perusahaan dan akan dibandingkan dengan laba operasional yang
diperoleh.
Pemberian
insentif
yang
dilaksanakan
PT.
Novell
Pharmaceutical Laboratories dilakukan secara rutin yaitu 1 tahun sekali
dan pada umumnya pemberian insentif bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas kerja agar perusahaan dapat memperoleh profitabilitas yang
tinggi.
2. Dari hasil analisa regresi diperoleh persamaan Y = 26.708,6 + 6,12 X.
Melalui pengujian hipotesis koefisien regresi dengan taraf nyata ( ) = 5%
diperoleh t tabel = 2,35 dan t hitung = 4,64 sehingga t hitung lebih besar
dibandingkan t tabel atau 4,64 > 2,35 sehingga dapat disimpulkan bahwa
Ho ditolak dan Ha diterima artinya terdapat pengaruh antara biaya insentif
terhadap laba operasional.
B. Saran
Setelah menganalisa dan meneliti pengaruh insentif terhadap laba
operasional serta pelaksanaannya ada beberapa hal yang penulis sampai
kepada perusahaan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam
menjalankan usaha, antara lain ;
1. Pemberian insentif yang dilakukan oleh perusahaan disarankan harus
disesuaikan antara hasil penjualan dengan biaya-biaya operasional yang
dikeluarkan untuk karyawan marketing, jangan sampai biaya operasional
yang dikeluarkan terlalu banyak untuk karyawan marketing dengan
maksud meningkatkan hasil penjualan ternyata sia-sia bahkan bukan
mendapat profit melainkan loss.
2. Perusahaan harus dapat meminimalkan biaya yang dikeluar misalnya
pemberian insentif dengan cara memberikan kebijakan kepada karyawan
marketing agar dapat menyesuaikan prosedur yang diberikan oleh
perusahaan. Karna semakin besar perusahaan memberikan insentif maka
semakin kecil laba yang diperoleh, sebaliknya dengan semakin kecil
perusahaan memberikan insentif maka semakin besar laba yang diperoleh.
3. Untuk meningkatkan laba operasional yang lebih besar perusahaan
menuntut karyawan marketing agar dapat berprestasi dalam menjual
produk dengan meminimalkan biaya. Meminimalkan biaya dibagian
marketing farmasi ini seperti ; tidak melakukan pemborosan dalam
memerikan entertaint kepada dokter, serta memberikan sponsorship
kepada rumah sakit maupun apotik-apotik.
DAFTAR PUSTAKA
Carter, Usry. 2004. Akuntansi Biaya, Edisi 13, Salemba Empat, Jakarta.
Dessler Gary. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi 9, Erlangga,
Jakarta.
Flippo, Edwin. B. 2001. Manajemen Personali,Edisi 6, Erlangga, Jakarta.
Garrison, Noreen. 2004. Akuntansi Manajerial, Salemba Empat, Jakarta.
Gomes Faustino Cardoso. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia, Andi Offset,
Yogyakarta.
Harahap Syafri Sofyan. 2003. Teori Akuntansi, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Hasibuan Malayu S.P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara.
Manullang M. 2000, Dasar-Dasar Manajemen, Edisi 3, Bappit Delli, Medan
Nawawi Hadari. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang
Kompetitif, Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Peter F Druker. 2000, Pengantar Manajemen, Hamza, Jakarta.
Sartono R. Agus. 2001, Manajemen Keuangan Teori & Aplikasi, Edisi 4, BPFE,
Yogyakarta.
Sedarmayanti M.Pd.Apu. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Refika
Aditama.
Supranto J. 2001, Statistik Teori dan Aplikasi, Erlangga, Jakarta
STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN
DIREKTUR
UTAMA
MANAGER
ACCOUNT
SEKRETARIS
DIREKTUR
MANAGER
ACCOUNT
MANAGER
HRD
MANAGER
GA
MANAGER
MANUFACTURING
STAF
PERSONALIA
RUMAH
TANGGA
ADM. QC
STAF
PAYROLL
UMUM
MANAGER
BUSDEV
MANAGER
MARKETING
MANAGER
ENGINERING
PRODUK
MANAGER
MAINTENACE
QC PACKING
RSM / FSM
QC MUTU
SECURITY
PRODUCT
EXECUTIVE &
MSPO
PELAKSANA
Sumber : PT. Novell Pharmaceutical Labs.
MANAGER
MIS
MANAGER
PURCHASING
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Jaenny Frisca
Tempat dan Tanggal Lahir
: Jakarta, 10 Februari 1985
Agama
: Kristen Protestan
Alamat
: Jl. H. Holil No. 53 Ciledug
Telepon
: 081806391970
Jenis Kelamin
: Perempuan
Kewarganegaraan
: Indonesia
Pendidikan
: - SDN 04 Kreo
Tangerang
- SLTPN 267 Jakarta
- SMKN 15 Jakarta
- Universitas Mercu Buana Jurusan Akuntansi
tahun 2004 2008, Jakarta.
Pengalaman Kerja
:
Administrasi Personalia PT. Perintis Pelayanan Paripurna, Jakarta 2003 -2005.
Marketing PT. Novell Pharmaceutical Laboratories, Jakarta 2005 - Sekarang.
Download