ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA AN. Q DENGAN IMUNISASI CAMPAK DI RB MARGA WALUYA SURAKARTA TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun oleh: DIYAH ASTARI NIM. B 10.072 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2013 ii iii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Balita An. Q dengan Imunisasi Campak di RB Marga Waluya Surakarta Tahun 2013”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Hutari Puji Astuti, S.SiT., M.Kes., selaku Pembimbing yang telah memberikan pengarahan, masukan dan motivasi kepada penulis. 4. Ibu Nurul Indira Cahyani, A.Md., Keb., selaku Pimpinan RB Marga Waluya Surakarta, yang telah memberi ijin kepada penulis untuk mengambil data awal dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini. 5. Seluruh Dosen dan Staff Akademi Kebidanan Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. iv 6. Bagian Perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh referensi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangannya, karena keterbatasan kemampuan penulis. Maka penulis mengharapkan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi penyempurnaan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini. Surakarta, Mei 2013 Penulis v MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO ¾ Doa memberikan kekuatan pada orang yang lemah, membuat orang tidak percaya menjadi percaya dan memberikan keberanian pada orang yang ketakutan. ¾ Kehidupan adalah sumber inspirasi luar biasa, setiap kelokan kehidupan adalah guru yang sangat berharga. ¾ Ketakutan melakukan sesuatu berarti kalah sebelum bertanding. PERSEMBAHAN Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan kepada: 1. Allah SWT, yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. 2. Bapak dan Ibuku tercinta yang paling aku sayangi menjadi tumpuan hidup yang selalu memberikan semangat dan dukungan, sungguh tiada kata yang lebih mudah dan lebih pantas terucap untuk membalas semua kasih sayang, tetesan air mata, cucuran keringat serta doa yang selalu mengalir kepada penulis. 3. Sahabat-sahabatku seperjuangan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta. 4. Untuk seseorang yang aku sayangi, terima kasih atas dukungan dan doanya. 5. Almamater tercinta. vi vii Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta Program Studi DIII Kebidanan Karya Tulis Ilmiah, Juli 2013 DIYAH ASTARI NIM. B 10.072 ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA AN. Q DENGAN IMUNISASI CAMPAK DI RB MARGA WALUYA SURAKARTA TAHUN 2013 (xi halaman + 63 halaman + 9 lampiran) INTISARI Latar Belakang: Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Dari data terakhir WHO, terdapat kematian balita sebesar 1,4 juta jiwa per tahun akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah penyakit campak. Tujuan: Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan imunisasi campak yang menggunakan proses manajemen 7 langkah Varney. Penulis mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan. Penulis mampu memberikan alternatif pemecahan permasalahan. Metodologi: Jenis laporan studi kasus dengan metode deskriptif, lokasi di RB Marga Waluya Surakarta. Subyek studi kasus An. Q dengan imunisasi campak, waktu studi kasus pada tanggal 30 – 31 Maret 2013. Teknik pengambilan data antara lain data primer, meliputi pemeriksaan fisik, wawancara serta observasi dan data sekunder, meliputi studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Hasil: An. Q pasca imunisasi campak. Terapi pemberian obat Parasetamol syrup 120 ml 2 x 1 sendok teh. Keadaan umum anak baik, kesadaran composmentis dan tidak ada tanda-tanda infeksi. Kesimpulan: Pada kasus An. Q pasca imunisasi campak tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik, hal ini dikarenakan adanya penanganan yang baik dan tepat. Kata kunci : Asuhan Kebidanan Balita, Imunisasi, Campak Kepustakaan : 21 literatur (2003 – 2010) viii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii KATA PENGANTAR .............................................................................. iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................... vi CURRICULUM VITAE .......................................................................... vii INTISARI ................................................................................................. viii DAFTAR ISI ............................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xi BAB I BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................. 1 B. Perumusan Masalah ..................................................... 3 C. Tujuan Studi Kasus ...................................................... 4 D. Manfaat Studi Kasus .................................................... 5 E. Keaslian Studi Kasus ................................................... 6 F. Sistematika Penulisan .................................................. 6 TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori .............................................................. 9 1. Balita ...................................................................... 9 2. Imunisasi ................................................................ 13 ix BAB III BAB IV BAB V 3. Imunisasi Campak .................................................. 15 B. Teori Manajemen Kebidanan ....................................... 21 C. Data Perkembangan ..................................................... 36 D. Landasan Hukum ......................................................... 36 METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Studi .................................................................... 38 B. Lokasi Studi Kasus ....................................................... 38 C. Subyek Studi Kasus ..................................................... 38 D. Waktu Studi Kasus ....................................................... 39 E. Instrumen Studi Kasus ................................................. 39 F. Teknik Pengumpulan Data ........................................... 39 G. Alat-alat yang Dibutuhkan ........................................... 42 TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Kasus ............................................................. 44 B. Pembahasan .................................................................. 55 PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................. 60 B. Saran ............................................................................. 62 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Studi Kasus Lampiran 2. Informed Consent Lampiran 3. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan Penelitian Lampiran 4. Surat Balasan dari Lahan Lampiran 5. SAP Imunisasi Campak Lampiran 6. Leaflet Imunisasi Campak Lampiran 7. SAP Gizi Balita Lampiran 8. Leaflet Gizi Balita Lampiran 9. Lembar Konsultasi xi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi ini bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), diantaranya tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, poliomyelitis, campak, dan hepatitis B (Hidayat, 2008). Dari data terakhir WHO, terdapat kematian balita sebesar 1,4 juta jiwa per tahun akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, misalnya: batuk rejan 294.000 (20%); tetanus 198.000 (14%), campak 540.000 (38%). Indonesia sendiri, UNICEF mencatat sekitar 30.000-40.000 anak di Indonesia setiap tahun meninggal karena serangan campak. Jumlah kasus campak di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 terdapat sebanyak 3.614 kasus. Ini berarti setiap dua puluh menit seorang anak Indonesia meninggal karena campak (IDAI, 2010). Departemen Kesehatan RI telah mencanangkan Pengembangan Program Imunisasi (PPI) secara resmi pada tahun 1997, yang menganjurkan agar semua anak diimunisasi enam macam penyakit yaitu difteri, pertusis, tetanus, tuberkulosis, polio, campak. Tahun 1991/1992, Departemen Kesehatan RI telah mulai mengembangkan program imunisasi hepatitis B 1 2 dengan mengintegrasikannya ke dalam program imunisasi rutin yang telah ada di empat propinsi yaitu Nusa Tenggara Barat, Bali, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, yang terus dikembangkan ke propinsi lainnya dan akhirnya pada tahun 1997/1998 imunisasi hepatitis B sudah dapat menjangkau seluruh bayi di Indonesia (Depkes RI, 2008). Vaksin adalah suatu bahan yang berasal dari kuman atau virus yang menjadi penyebab penyakit yang bersangkutan, yang telah dilemahkan atau dimatikan atau diambil sebagian atau tiruan dari kuman penyebab penyakit, yang sengaja dimasukkan ke dalam tubuh seseorang atau kelompok orang yang bertujuan untuk merangsang timbulnya zat anti penyakit tertentu pada orang-orang tersebut. Melalui studi yang mendalam vaksin dianggap menjadi alat yang paling efektif (Hidayat, 2008). Jenis atau macam imunisasi vaksin yang wajib pada anak antara lain BCG, DPT/ DT, polio, campak/ measles, hepatitis A dan B, typhoid dan paratyphoid dan varisella atau cacar air (CPDDI, 2008). Penyakit campak secara klinik dikenal dengan memiliki 3 stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi (keluar bercak-bercak) dan stadium konvalesensi. Penyebab penyakit campak adalah virus yang masuk ke dalam genus Morbillivirus dan keluarga Paramyxoviridae. Penyakit ini merupakan penyakit yang bersifat akut dan menular lewat udara melalui system pernafasan, terutama percikan ludah (cairan yang keluar ketika seseorang berson batuk atau berbicara) seorang penderita (Hidayat, 2008). 3 Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di RB Marga Waluya Surakarta jumlah balita yang diimunisasi pada bulan Oktober 2012 bahwa keseluruhan jumlah balita yang akan diimunisasi campak berjumlah 15 anak, sedangkan yang sudah diimunisasi baru 6 anak, maka dari jumlah yang diimunisasi masih tergolong tinggi dikarenakan ibu belum mengetahui pentingnya imunisasi dan efek samping imunisasi campak. Berdasarkan masalah tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil dan menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Balita An. Q dengan Imunisasi Campak di RB Marga Waluya Surakarta Tahun 2013”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik perumusan masalah dalam studi kasus ini adalah “Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan pada Balita An. Q dengan Imunisasi Campak di RB Marga Waluya Surakarta Tahun 2013 dengan menggunakan manajemen 7 langkah Varney?”. 4 C. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan imunisasi campak sesuai manajemen kebidanan yang diaplikasikan dalam asuhan kebidanan menurut Varney. 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu: 1) Melakukan pengkajian pada balita An. Q dengan imunisasi campak. 2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan pada balita An. Q dengan imunisasi campak. 3) Menentukan diagnosa potensial pada balita An. Q dengan imunisasi campak. 4) Mengantisipasi penanganan atas tindakan pada balita An. Q dengan imunisasi campak. 5) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada balita An. Q dengan imunisasi campak. 6) Melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun pada balita An. Q dengan imunisasi campak. 7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang diberikan pada balita An. Q dengan imunisasi campak. 5 b. Penulis mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan pada balita An. Q dengan imunisasi campak. c. Penulis mampu memberikan alternatif pemecahannya pada balita An. Q dengan imunisasi campak. D. Manfaat Studi Kasus 1. Bagi Diri Sendiri Dapat menerapkan teori yang didapat di bangku kuliah dalam praktek di lahan, serta memperoleh pengalaman secara langsung dalam masalah memberikan asuhan kebidanan pada anak dengan imunisasi campak. 2. Bagi Bidan Diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi profesi bidan dalam upaya meningkatan mutu dalam memberikan asuhan kebidanan pada anak dengan imunisasi campak. 3. Bagi Institusi a. RB Marga Waluya Surakarta Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan khususnya pada anak dengan imunisasi campak. b. Pendidikan Digunakan sebagai tambahan wacana atau referensi sehingga dapat menambah pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada anak dengan imunisasi campak. 6 E. Keaslian Studi Kasus Karya Tulis Ilmiah dengan dengan judul asuhan kebidanan anak dengan imunisasi campak pernah dilakukan oleh: Setia M. (2012), dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Balita An. S dengan Imunisasi Campak di Puskesmas Gemolong, Sragen”. Asuhan yang diberikan yaitu melakukan penyuntikkan vaksin campak pada lengan atas kiri anak secara SC, memberikan informasi tentang diare, memberikan informasi tentang pentingnya imunisasi campak, anjurkan ibu untuk mengontrolkan anaknya apabila ada keluhan, tanggal imunisasi sudah dicatat dalam buku KIA dan anak sudah diberikan terapi. Perbedaan studi kasus di atas dengan studi kasus yang dibuat oleh penulis terletak pada tempat, subyek, waktu dan hasil studi kasus, sedangkan persamaan dengan studi kasus ini terletak pada judul yaitu pada balita dengan imunisasi campak. F. Sistematika Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 5 bab, yaitu antara lain sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan studi kasus, manfaat studi kasus, keaslian studi kasus dan sistematika penulisan. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang tinjauan pustaka yang berisi tentang tinjauan teori medis yang terdiri dari pengertian anak/ balita, tahapan perkembangan balita, pertumbuhan fisik, pengertian campak, klasifikasi campak, patofisiologi campak, gejala-gejala campak, penyebab campak, dan penatalaksanaan campak, teori asuhan kebidanan yang meliputi manajemen kebidananan 7 langkah menurut Varney, data perkembangan menggunakan model subyektif, obyektif, assessment dan planning (SOAP) serta landasan hukum. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang jenis studi kasus, lokasi studi kasus, subjek studi kasus, waktu studi kasus, instrumen studi kasus, teknik pengumpulan data, alat-alat yang digunakan penulis untuk pelaksanaan studi kasus. BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang laporan kasus dengan menggunakan manajemen kebidanan menurut Varney yang terdiri dari 7 langkah yaitu: mulai dari pengkajian data, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan SOAP. Pembahasan berisi tentang kesenjangan antara teori dan praktek yang penulis temukan sewaktu pengambilan kasus dengan pendekatan asuhan kebidanan menurut Varney. 8 BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan dirumuskan untuk menjawab tujuan penulis dan merupakan inti dari pembahasan penanganan balita dengan imunisasi campak. Saran merupakan alternatif pemecahan masalah dan anggapan kesimpulan yang berupa kesenjangan, pemecahan masalah hendaknya bersifat realistis, operasional yang artinya saran itu dapat dilaksanakan. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Balita a. Pengertian Balita Balita adalah anak usia 12 sampai 59 bulan. Masa balita adalah periode penting dalam tumbuh kembang anak (Depkes RI, 2005). Balita adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir yang berusia 0 sampai menjelang 5 tahun (Ferry, 2007). b. Tahapan Perkembangan Balita Menurut Depkes RI (2005), meliputi: 1) Umur 12 – 18 bulan a) Berdiri sendiri tanpa berpegangan b) Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali c) Berjalan mundur 5 langkah d) Memanggil ibu dengan kata mama, memanggil ayah dengan kata papa e) Menumpuk 2 kubus f) Menunjukkan apa yang diinginkan tanpa menangis atau merengek, anak bisa mengeluarkan suara yang menyenangkan/ menarik tangan ibu g) Memperlihatkan rasa cemburu atau bersaing. 9 10 2) Umur 18 – 24 bulan a) Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik b) Berjalan tanpa terhuyung-huyung c) Bertepuk tangan dan melambai-lambai d) Menumpuk 4 buah kubus e) Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk f) Menggelindingkan bola ke arah sasaran g) Menyebut 3 – 6 kata yang mempunyai arti h) Membantu atau menirukan pekerjaan rumah tangga i) Memegang cangkir sendiri, belajar makan dan minum sendiri. 3) Umur 24 – 36 bulan a) Jalan naik tangga sendiri b) Dapat bermain menendang bola kecil c) Mencorat-coret pensil pada kertas d) Bicara dengan baik menggunakan 2 kata e) Dapat menunjuk satu atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta f) Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama dua benda atau lebih g) Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring jika diminta h) Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah i) Melepas pakaiannya sendiri. 11 4) Umur 36 – 48 bulan a) Berdiri 1 kaki selama 2 detik b) Melompat kedua kaki diangkat c) Mengayuh sepeda roda tiga d) Menggambar garis lurus e) Menumpuk 8 buah kubus f) Mengenal 2 – 4 warna g) Menyebut nama, umur, tempat h) Mengerti arti kata di atas, di bawah, di depan i) Mendengarkan cerita j) Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri k) Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan l) Mengenakan sepatu sendiri. 5) Umur 48 – 60 bulan a. Berdiri satu kaki selama 6 detik b. Melompat-lompat satu kaki c. Menari d. Menggambar tanda silang e. Menggambar lingkaran f. Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh g. Mengancing baju atau pakaian boneka h. Menyebut nama tanpa dibantu i. Senang menyebut kata baru 12 j. Senang bertanya tentang sesuatu k. Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar l. Bicaranya mudah dimengerti m. Bisa membandingkan atau membedakan sesuatu dari ukuran dan bentuknya n. Menyebut angka, menghitung jari, nama-nama hari o. Menggosok gigi tanpa dibantu p. Bereaksi tentang dan tidak rewel ketika ditinggal pergi ibunya. c. Pertumbuhan Fisik 1) Lingkar kepala Ukuran kepala bayi merupakan salah satu ukuran yang penting diketahui, yaitu untuk mengetahui perubahan dalam pertumbuhan otak. Lingkar kepala bayi normal adalah 33 – 35 cm, tahun pertama naik 10 cm, kenaikan semakin lama semakin sedikit, usia 5 tahun kenaikan hanya 0,5 cm, setiap tahun sampai ukuran dewasa dicapai. Usia 2 tahun kurang lebih 1/6 panjang badan. Usia satu tahun adalah 44 – 47 cm (Wahidayat, 2003). 2) Panjang badan Dalam tahun pertama, panjang badan bayi bertambah 23 cm. Balita pada umur 1 tahun panjangnya menjadi 71 cm. Kemudian kecepatan pertumbuhan berkurang, sehingga setelah umur 2 tahun, kecepatan pertambahan panjang badan kira-kira 5 cm per tahun. 13 Rumusan panjang anak dari usia 3 tahun sampai remaja 80 + 5 cm (Wahidayat, 2003). 3) Berat badan Sesudah tahun pertama kenaikan 1,5 – 2 kg atau 2 – 3 kg setiap tahun. Rumusan berat badan 7 – 2n kg (n = tahun) berat badan umur 1 tahun adalah 3 kali berat badan lahir, 2,5 tahun adalah 4 kali berat badan lahir, dan 6 tahun adalah 2 kali berat badan umur 1 tahun (Wahidayat, 2003). 2. Imunisasi a. Pengertian Imunisasi secara Umum Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi ini bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) diantaranya tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, poliomyelitis, campak, dan hepatitis B (Hidayat, 2008). b. Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam imunitas. Imunisasi campak adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seorang secara aktif 14 terhadap virus campak sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang sesuai serupa tidak terjadi penyakit (Achmadi, 2006). c. Macam-macam Imunisasi Imunisasi/ vaksin merupakan bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau "liar". Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Dengan kemajuan teknologi pembuatan vaksin, maka kita juga telah mengenal banyak jenis vaksin yang tersedia untuk berbagai macam penyakit infeksi yang bisa dicegah dengan vaksin, saat ini telah tersedia sekitar 23 jenis vaksin, dan masih banyak vaksin baru lain yang sedang dalam proses penelitian dan pengembangan, berikut ini macam-macam imunisasi menurut (Achmadi 2006): 1) BCG Perlindungan penyakit TBC (Tuberkolosis), penyebab bakteri Bacillus Calmette Guerrin, kandungannya adalah Bacillus Calmette-Guerrin yang telah dilemahkan. 2) DPT/ DT Perlindungan penyakit difteri (infeksi tenggorokan), pertusis (batuk rejan) dan tetanus (kaku rahang), penyebab bakteri difteri, pertusis dan tetanus. 15 3) Polio Perlindungan penyakit poliomielitis/ polio (lumpuh layu) yang menyebabkan nyeri otot, lumpuh dan kematian. 4) Campak/ Measles Perlindungan penyakit campak/ tampek, efek samping yang mungkin terjadi adalah demam, ruam kulit dan diare. 5) Hepatitis Perlindungan penyakit infeksi hati atau kanker hati yang mematikan. 6) MMR Perlindungan penyakit campak, gondongan dan campak Jerman. 7) Typhoid & Parathypoid Perlindungan penyakit typhoid/ tifus, penyebab penyakit adalah bakteri Salmonella thypi. 8) Varisella (Cacar Air) Perlindungan penyakit cacar air, penyebab penyakit adalah virus Varicella zoster. 3. Imunisasi Campak a. Pengertian Imunisasi Campak Imunisasi campak adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seorang secara aktif terhadap virus campak sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang sesuai serupa tidak terjadi penyakit (Hidayat, 2008). 16 b. Macam-macam Imunisasi Campak Menurut WHO (2005), ada 2 macam imunisasi atau vaksin campak, yaitu antara lain: 1) Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan, vaksin ini tidak boleh terkena sinar matahari. 2) Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam yodium). c. Cara Pemberian dan Dosis Cara pemberian dan dosis imunisasi campak yang tepat menurut Depkes RI (2005), yaitu sebagai berikut: 1) Vaksin Campak dilarutkan dulu sebelum saat proses imunisasi dilakukan. 2) Tusukkan jarum tersebut ke vial vaksin. Pastikan ujung jarum selalu berada di dalam cairan vaksin, jauh di bawah permukaan cairan vaksin, sehingga tidak ada udara yang masuk ke dalam spuit. 3) Tarik torak perlahan-lahan agar cairan vaksin masuk ke dalam spuit, sampai torak terkunci secara otomatis, torak tidak dapat ditarik lagi. 17 4) Cabut jarum dari vial, keluarkan udara yang tersisa dengan cara mengetuk alat suntik dan mendorong torak sampai pada skala 0,5 cc. 5) Bersihkan kulit dengan air hangat, kemudian suntikan vaksin secara intramuskular (lakukan aspirasi sebelumnya untuk memastikan apakah jarum tidak menembus pembuluh darah). Alat suntik yang telah dipakai langsung dibuang kedalam insinerator tanpa penutup jarum dan penutup torak. Untuk menghindari tertusuk jarum, petugas kesehatan tidak boleh memasang kembali penutup jarum. 6) Vaksin campak yang telah dilarutkan hanya bertahan 3 jam, setelah lewat waktu tersebut tidak boleh dipakai lagi. 7) Lokasi penyuntikan sebaiknya paha anak, teknis penyuntikan sesuai juknis imunisasi. d. Pencegahan Menurut Behkman (2009), pencegahan penyakit campak dapat dilakukan melalui: 1) Imunisasi aktif (virus hidup yang dilemahkan) Imunisasi campak awal dapat diberikan pada usia 12 – 15 bulan tetapi mungkin diberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit terjadi. Karena angka serokonversi pasta imunisasi tidak 100 % dan mungkin ada beberapa yang imunisasinya berkurang, imunisasi kedua campak biasanya diberikan sebagai campak 18 parolitis-rubella. Dosis ini dapat diberikan ketika anak masuk sekolah menengah. Remaja yang memasuki perguruan tinggi harus mendapat imunisasi campak yang kedua. 2) Imunisasi pasif Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa. Kumpulan serum konvalesen. Globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma adalah efektif untuk pencegah dan pelemahan campak. Campak dapat dicegah dengan menggunakan imuno globulin serum (gamma globulin) dengan dosis 0,25 ml/ kg diberikan secara IM dalam 5 hari pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin. e. Efek Samping Indikasi efek samping imunisasi campak berlaku bagi mereka yang sedang menderita demam tinggi, sedang memperoleh pengobatan imunosuprosif, memiliki riwayat alergi, sedang memperoleh pengobatan imunoglolin atau bahan-bahan berasal dari darah, leukimia, penyakit Hodgkin, defisiensi imunologik, alergi protein telur, hipersensitifitas dengan kanamisin dan eritrimisin, tuberkulin tes ditangguhkan minimal 2 bulan setelah imunisasi campak, demam ringan, infeksi ringan pada saluran nafas, dan diare. Seperti pada jenis imunisasi bayi lainnya, terkadang setelah diimunisasi campak dapat menimbulkan efek samping bagi bayi. Pada 5-15% bayi akan 19 mengalami demam dan ruam merah setelah mendapatkan imunisasi, tapi akan segera pulih dengan sendirinya (Hidayat, 2008). f. Penanganan Efek Samping Campak Menurut Nakita (2011), penanganan efek samping dari campak yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Jagalah keseimbangan gizi anak dengan baik agar daya tahan tubuhnya tetap terjaga. 2) Segeralah memeriksakan anak ke dokter ketika flu, batuk, pilek dan demam mulai muncul. 3) Tetaplah mengonsultasikan segala sesuatunya pada dokter. 4) Tetap berikan obat yang sudah diberikan oleh dokter sambil menjaga asupan makanan bergizi seimbang dan istirahat yang teratur. 5) Jangan melakukan pengobatan menurut aturan sendiri, tetapi harus berdasarkan petunjuk dokter. 6) Jagalah tubuh anak agar tetap bersih, sehingga dia tetap merasa nyaman. 7) Selama anak sakit dan dalam proses pemulihan, sebaiknya kita memisahkan peralatan makan dan mandinya, seperti piring, gelas, sendok, handuk, sprei dan pakaiannya. g. Diagnosa Campak Diagnosa kasus campak dibuat atas dasar kelompok gejala klinik yang sering berkaitan, diagnosa potensial pada balita dengan imunisasi 20 campak adalah demam ringan, infeksi ringan pada saluran nafas dan diare (Hidayat, 2008). h. Antisipasi Antisipasi perlu dilakukan supaya penyakit campak tidak memperparah keadaan, diantaranya bila terjadi demam, maka antisipasi dan tindakan segera pada balita dengan imunisasi campak yang perlu disiapkan adalah pemberian Parasetamol syrup 120 ml untuk mengantisipasi demam (Achmadi, 2006). i. Perencanaan Menurut Depkes (2005), perencanaan asuhan pada balita dengan imunisasi campak adalah menyiapkan alat vaksin campak, berita tahu ibu tentang keadaan anaknya, jelaskan pada ibu pentingnya imunisasi campak, siapkan alat vaksin campak, suntikkan vaksin campak pada balita secara SC pada lengan kiri atas, berikan vaksin campak dengan dosis 0,5 ml, Parasetamol syrup 120 ml untuk mengatasi demam pada anak, anjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan yang bergizi, anjurkan ibu untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak serta anjurkan ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan (Depkes, 2005). 21 B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah. Penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2004). 2. Tujuh Langkah Manajemen Kebidanan menurut Varney (2004) Langkah I: Pengkajian Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi keadaan pasien. Data dasar ini termasuk riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan meliputi data subyektif dan data obyektif serta data penunjang (Varney, 2004). a. Identitas Adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2003). Identitas tersebut meliputi: 1) Nama balita : Diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar-benar anak yang dimaksud. Nama harus jelas dan lengkap serta ditulis juga nama panggilan akrabnya (Matondang, 2003). 22 2) Umur : Perlu diketahui mengingat periode anak mempunyai kekhasannya sendiri dalam morbiditas dan mortalitas. Usia anak juga diperlukan untuk menginterpretasikan apakah data pemeriksaan klinis anak tersebut normal sesuai umurnya (Matondang, 2003). 3) Jenis kelamin : Jenis kelamin sangat diperlukan selain untuk identitas juga untuk penilaian data pemeriksaan klinis (Matondang, 2003). 4) Nama orang tua : Agar dituliskan dengan jelas agar tidak keliru dengan orang lain mengingat banyak nama yang sama (Matondang, 2003). 5) Umur orang tua : Untuk mengetahui faktor-faktor resiko dan tingkat kesuburan (Priharjo, 2007). 6) Agama : Berguna untuk memberikan motivasi pasien sesuai dengan agama yang dianutnya (Varney, 2004). 7) Pendidikan : Selain sebagai tambahan identitas informasi tentang pendidikan orang tua baik ayah maupun ibu, dapat menggambarkan keakuratan data yang diperoleh serta dapat ditentukan pola pendekatan dalam anamnesis (Matondang, 2003). 23 8) Pekerjaan : Dikaji untuk mengetahui kemampuan orang tua untuk membiayai perawatan balita (Matondang, 2003). 9) Alamat : Untuk mengetahui dimana lingkungan tempat tinggalnya (Varney, 2004). b. Anamnesa (Data Subyektif) Adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian (Nursalam, 2003). 1) Alasan datang atau keluhan utama Keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang menyebabkan klien dibawa untuk berobat (Matondang, 2003). Dalam kasus ini alasan datang karena ibu ingin mengimunisasikan bayinya. 2) Riwayat kesehatan a) Imunisasi Status imunisasi klien dinyatakan, khususnya imunisasi BCG, DPT, Polio serta Hepatitis A dan B. Hal tersebut selain diperlukan untuk mengetahui status perlindungan pediatrik yang diperoleh juga membantu diagnosis pada beberapa keadaan tertentu (Matondang, 2003). b) Riwayat penyakit lalu Dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah diderita, apabila (Varney, 2004). balita menderita suatu penyakit 24 c) Riwayat penyakit sekarang Dikaji untuk mengetahui keadaan pasien saat ini (Varney, 2004). d) Riwayat penyakit keluarga Dikaji untuk mengetahui status pertumbuhan balita, terutama pada usia balita dapat ditelaah dari kurva badan terhadap umur dan panjang badan terhadap umur (Matondang, 2003). 3) Riwayat sosial a) Yang mengasuh Balita diasuh oleh kedua orang tuanya. b) Hubungan pasien dengan anggota keluarga Dikaji untuk mengetahui hubungan balita dengan anggota keluarga. c) Hubungan dengan teman sebaya Dikaji untuk mengetahui keharmonisan balita dengan teman sebayanya. d) Lingkungan rumah Dikaji untuk mengetahui hubungan balita dengan lingkungan sekitar rumah. Perlu diupayakan untuk mengetahui terdapatnya masalah dalam keluarga, tetapi harus diingat bahwa masalah ini sering menyangkut hal-hal sensitif, hingga diperlukan kebijakan dan kearifan tersendiri dalam pendekatannya (Matondang, 2003). 25 4) Riwayat kebiasaan sehari-hari a) Pola nutrisi Pola nutrisi yang diberikan mengkaji pada makan balita yang meliputi frekuensi komposisi, kwantitas, serta jenis dan jumlah minuman. Hal ini untuk mengetahui apakah gizi balita baik atau buruk, pola makan balita teratur atau tidak (Morton, 2004). Balita harus mendapat nutrisi yang cukup, baik secara oral maupun parenteral. Nutrisi yang diberikan harus mengandung elektrolit dan kalori yang optimal. Diet pada penderita juga harus diberikan, diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup. Sebaiknya rendah selulosa (rendah serat) untuk mencegah perdarahan dan perforasi (Hadinegoro, 2008). b) Pola istirahat/ tidur Yang perlu dikaji untuk mengetahui pola istirahat dan pola tidur adalah berupa jam klien tidur dalam sehari apakah ada gangguan (Saifuddin, 2006). c) Personal hygiene Mengkaji frekuensi mandi, gosok gigi, keramas, serta ganti baju dan celana setidaknya 2x sehari (Wiknjosastro, 2005). d) Aktivitas Pola aktivitas yang perlu dikaji adalah beberapa jam lamanya istirahat atau tidur dan kegiatan sehari-hari (Saifuddin, 2006). 26 e) Pola eliminasi Dikaji untuk mengetahui beberapa kali BAB dan BAK, adakah kaitannya dengan obstipasi atau tidak (Hellen, 2007). c. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif) Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2003). Data obyektif tersebut adalah status generalis, yang meliputi: 1) Status generalis (a) Keadaan umum balita Dikaji untuk mengetahui keadaan umum mencakup keadaan umum baik, sedang, lemah (Matondang, 2003). (b) Kesadaran Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai composmentis, apatis, somnolen, spoor, delirium (Matondang, 2003). (c) Tanda-tanda vital, meliputi: (1) Nadi Untuk menilai kecepatan irama, suara nadi jelas dan teratur. Nadi normal balita 80 – 120 x per menit (Nursalam, 2005). (2) Pernafasan Menilai sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam 1 menit. Respirasi normal 30 – 40 kali per menit (Hellen, 2007). 27 (3) Suhu Untuk mengetahui temperatur kulit, temperatur kulit normal adalah sekitar 36,5 – 37,50 C. d. Pemeriksaan Sistematis Pemeriksaan sistematis meliputi antara lain: 1) Kepala : Ubun-ubunnya cekung (Saifuddin, 2006). a) Rambut : Bagaimana warnanya (Matondang, 2003). b) Muka : Untuk menilai kesimetrisan wajah dan untuk menilai adanya pembengkakan pada wajah (Hidayat, 2009). c) Mata : Conjungtiva dari merah, merah muda sampai pucat, sklera putih, kelopak mata cekung (Matondang, 2003). d) Telinga : Serumen kemerahan banyak sampai sampai tak bersih, tampak warna kemerahan (Matondang, 2003). e) Hidung : Adakah nafas, cuping hidung, kotoran yang menyumbat jalan nafas (Matondang, 2003). f) Mulut : Bibir kering warna pucat, pecah-pecah, kebiruan, kemerahan, lidah kemerahan (Matondang, 2003). 2) Leher : Adakah pembesaran (Matondang, 2003). kelenjar tiroid 28 3) Dada : Adakah retraksi, simetris atau tidak turgor baik sampai (Matondang, 2003). 4) Perut : Cenderung kembung, dengan buruk, cubitan kulit kembali lambat (Matondang, 2003). 5) Kulit : Untuk mengetahui temperatur dan kelembaban kulit (Nursalam, 2003). 6) Anogenital : Adakah varices pada alat genetal, apakah anus ada haemoroid (Saifuddin, 2006). 7) Ekstremitas : Adakah oedem tanda sianosis, akral dingin, apakah kuku sudah melebihi jari-hari (Hellen, 2007). e. Pemeriksaan Antropometri Menurut Hellen (2007), pemeriksaan antropometri meliputi: 1) Lingkar kepala : Usia 2 tahun kurang lebih 1/6 panjang badan. Usia satu tahun adalah 44 – 47 cm. 2) Lingkar dada : Pada balita lingkar dada normal antara 50 cm sampai 65 cm. 3) Panjang badan : Dalam tahun pertama, panjang badan bayi bertambah 23 cm. Balita pada umur 1 tahun panjangnya menjadi 71 cm. Rumusan panjang anak dari usia 3 tahun sampai remaja 80 + 5 cm. 29 f. Tingkat Perkembangan Tingkat Perkembangan menurut Ariyanti (2007): 1) Aspek motorik kasar Aspek motorik kasar adalah kemampuan anak untuk mengontrol gerakan tubuh yang mencakup gerakan-gerakan otot besar. Perkembangan motorik kasar dapat dilihat dari kemampuan anak untuk merangkak, berjalan, berlari, melompat, memanjat, berguling, berenang. 2) Aspek motorik halus Aspek motorik halus adalah kemampuan anak untuk mengontrol keluwesan jemari tangan yang dapat dilihat dari kemampuan untuk menyentuh, menjumput, meraih, mencoret, melipat, memasukkan benda atau makanan ke dalam mulut. 3) Aspek kognitif Aspek kognitif adalah kemampuan anak untuk memproses, menginterpretasikan dan mengkatagorikan informasi-informasi yang diperolehnya melalui panca indra. Kemampuan ini selanjutnya berkembang menjadi kemampuan berfikir logis yang selanjutnya menentukan apakah anak mampu memahami lingkungannya. 4) Kemampuan bahasa Kemampuan bahasa adalah komunikasi untuk menyatakan perasaan dan keinginannya yaitu dengan tangisan, tertawa dan 30 mengoceh. Kemampuan bahasa selain membantu anak untuk memahami apa yang dikatakan orang-orang disekitarnya, juga untuk dapat dipahami oleh orang lain. 5) Aspek emosi Aspek emosi adalah kemampuan anak untuk mengenali berbagai hal yang dirasakannya, mengekspresikan perasaan, serta kemampuan untuk mengendalikan dan mengatasi perasaannya. 6) Aspek sosial Aspek sosial adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, memberi respon pada orang lain dan berbagi. g. Data Penunjang Adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan laboratorium serta terapi (Nursalam, 2003). Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang. Langkah II: Interpretasi Data Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan, sehingga dapat merumuskan diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan yang spesifik. Rumus dan diagnosa tujuannya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa, tetapi membutuhkan penanganan (Varney, 2004). 31 a. Diagnosa Kebidanan Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan (Varney, 2004). Diagnosa kebidanan pada kasus ini adalah Balita An. X, umur ....... tahun, dengan imunisasi campak. Data Dasar: Data Subyektif: Adalah data didapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara independent tetapi melalui suatu sistem interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2003). Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan anaknya dan ibu mengatakan anaknya tidak sedang sakit. Data Obyektif: Adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2003). Balita terlihat sehat dan gerakannya aktif serta tanda-tanda vital normal. b. Masalah Adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa (Varney, 2004). Masalah yang umum muncul pada balita dengan imunisasi campak adalah timbulnya bekas suntikan. 32 c. Kebutuhan Adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapat dengan melakukan analisa data (Varney, 2004). Kebutuhannya adalah menganjurkan kepada ibu untuk tidak memegang pada bekas suntikan supaya tidak terjadi infeksi karena hal tersebut normal. Langkah III: Diagnosa Potensial Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Bidan diharapkan bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2004). Diagnosa potensial pada balita dengan imunisasi campak adalah demam ringan, infeksi ringan pada saluran nafas, dan diare (Hidayat, 2008). Langkah IV: Tindakan Segera/ Antisipasi Dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah merumuskan tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa potensial pada langkah sebelumnya harus merumuskan tindakan emergency/ segera. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan (Varney, 2004). Tindakan 33 segera pada balita dengan imunisasi campak yang perlu disiapkan adalah pemberian Parasetamol syrup 120 ml untuk mengantisipasi demam (Achmadi, 2006). Langkah V: Rencana Tindakan Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk membantu klien dalam mencapai kriteria hasil (Nursalam, 2003). Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada asuhan balita dengan imunisasi campak adalah: 1. Beritahu kepada ibu tentang keadan anaknya 2. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya imunisasi campak 3. Siapkan alat vaksin campak 4. Suntikkan vaksin campak pada balita secara SC pada lengan kiri atas 5. Berikan vaksin campak dengan dosis 0,5 ml 6. Berikan Parasetamol syrup 120 ml untuk mengatasi demam pada anak 7. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan yang bergizi 8. Beritahu ibu bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai 9. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak 10. Anjurkan ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan. (Depkes, 2005) Langkah VI: Pelaksanaan Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (Nursalam, 2003). 34 Pada langkah ini asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisiensi dan aman. Perencanaan ini dilakukan sepenuhnya oleh bidan dan sebagian oleh pasien atau tim kesehatan lainnya (Depkes, 2005). Langkah VII: Evaluasi Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manajemen kebidanan untuk kegiatannya dilakukan terus-menerus dengan melibatkan pasien, bidan, dokter, dan keluarga. Pada langkah ini evaluasi dari asuhan kebidanan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa (Varney, 2004). Evaluasi asuhan kebidanan pada balita dengan imunisasi campak menurut Depkes (2005) adalah: 1. Keadaan umum anak baik 2. Ibu sudah mengerti tentang pentingnya imunisasi campak 3. Suntikkan vaksin campak sudah diberikan pada pasien 4. Antipiretik sudah diberikan pada ibu untuk mengatasi demam pada pasien 5. Ibu sudah mengerti bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai 6. Ibu bersedia untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak 7. Ibu bersedia untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan. 35 C. Data Perkembangan Data perkembangan menggunakan pedoman SOAP (Varney, 2004). S : Subyektif Menggambarkan hasil pendokumentasian hasil pengumpulan data melalui anamnesa. O : Obyektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil Hb dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan. A : Assement Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu lingkungan indentifikasi: 1. Diagnosa atau masalah 2. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial 3. Perlunya tindakan segera setelah bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah interpretasi data, diagnosa potensial dan intervensi. P: Planning Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasarkan assessment sebagai langkah rencana tindakan, implementasi dan evaluasi. 36 D. Landasan Hukum Sebagai seorang bidan dalam memberikan asuhan harus berdasarkan aturan atau hukum yang berlaku, sehingga tidak menyimpang terhadap hukum (mal praktek), dapat dihindarkan dalam memberikan asuhan kebidanan pada balita, landasan hukum yang digunakan di antaranya: 1. UU Kesehatan RI No. 23, 1992 pasal 15 yang berisi: a) Bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa pasien, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. b) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya dapat dilakukan: 1) Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya, tindakan tersebut. 2) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli. 3) Dengan peraturan, keluarga yang bersangkutan. 4) Pada sarana kesehatan tertentu. Berdasarkan kasus ini maka sebagai seorang bidan harus melakukan tindakan dengan cara merujuk dan berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan suatu tindakan pemberian dosis obat yang dimaksudkan untuk mengurangi penderitaan pasien. 2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, No. 1464/ MENKES/ PER/ X/ 2010, Pasal 11, pelayanan kesehatan anak meliputi: 37 a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0 – 28), dan perawatan tali pusat. b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk c. Penanganan kegawat daruratan, dilanjutkan dengan perujukan d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan pra sekolah f. Pemberian konseling dan penyuluhan g. Pemberian surat keterangan kelahiran h. Pemberian surat keterangan kematian 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Studi Karya Tulis Ilmiah ini merupakan laporan studi kasus dengan metode deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memaparkan atau membuat gambaran tentang studi keadaan secara obyektif (Notoatmodjo, 2005). Studi kasus adalah studi yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu proses yang terdiri dari unit tunggal (Notoatmodjo, 2005). B. Lokasi Studi Kasus Lokasi studi kasus merupakan tempat dimana pengambilan kasus tersebut dilaksanakan (Notoatmodjo, 2005). Dalam studi kasus ini, lokasi studi kasus dilakukan di RB Marga Waluya Surakarta. C. Subyek Studi Kasus Subyek studi kasus merupakan hal atau orang yang akan dikenai kegiatan pengambilan kasus (Notoatmodjo, 2005). Subyek dalam studi kasus ini dilakukan pada balita An. Q dengan imunisasi campak. 38 39 D. Waktu Studi Kasus Waktu studi kasus adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk memperoleh data studi kasus yang dilaksanakan (Budiarto, 2003). Studi kasus ini dilakukan pada tanggal 30 – 31 Maret 2013. E. Instrumen Studi Kasus Instrumen studi kasus merupakan alat atau fasilitas yang digunakan untuk mendapatkan data-data kasus. Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data adalah dengan cara melakukan wawancara dan dengan format asuhan kebidanan pada anak dengan imunisasi campak menurut Varney dan data perkembangan dengan format SOAP (Notoatmodjo, 2005). F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah: 1. Data Primer Adalah materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti pada saat berlangsung suatu penelitian (Nursalam, 2003). a. Pemeriksaan Fisik Menurut (Nursalam, 2003) pemeriksaan fisik dipergunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien sistematis dengan cara: 1) Inspeksi Adalah suatu proses observasi yang dilakukan sistematik dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran, dan penciuman 40 sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data. Inspeksi dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai ke kaki. Pada kasus inspeksi dilakukan meliputi kulit dan mulut, apakah kering atau tidak, muka terlihat pucat atau tidak. 2) Palpasi Palpasi suatu teknik yang menggunakan indera peraba tangan, jari, adalah suatu instrument yang sensitif yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang temperatur, turgor, bentuk, kelembapan, vibrasi, dan ukuran. Dalam hal ini palpasi dilakukan untuk mengetahui temperatur kulit, kelembaban kulit serta memastikan perut jika dicubit kembalinya lambat atau cepat. 3) Perkusi Adalah suatu pemeriksaan dengan cara mengetuk untuk membandingkan kiri kanan pada setiap permukaan tubuh dengan tujuan menghasilkan suara, perkusi yang bertujuan untuk mengidentifikasi, lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. Pada kasus ini perkusi dilakukan pemeriksaan perut untuk mengetahui perut balita kembung atau tidak. 4) Auskultasi Adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suatu yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa frekuensi jantung dan untuk mengetahui bising usus. 41 b. Wawancara Adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (Responden) atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (Face to face) (Notoatmodjo, 2005). Wawancara dilakukan oleh tenaga medis dengan orang tua dan keluarga. c. Observasi Adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati subjek dan melakukan berbagai macam pemeriksaan yang berhubungan dengan kasus yang akan diambil. Observasi dapat berupa pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Notoatmodjo, 2005). Observasi yang dilakukan pada balita An. Q yaitu keadaan umum, suhu, nadi dan respirasi. 2. Data Sekunder Adalah data yang diperoleh selain dari pemeriksaan fisik atau terapi diperoleh dari keterangan keluarga dan lingkungannya, mempelajari status dan dokumentasi pasien, catatan dalam kebidanan dan studi (Notoatmodjo, 2005). a. Studi Kepustakaan Adalah menunjang bahan-bahan latar pustaka belakang yang sangat teoritis dari penting dan studi penelitian (Notoatmodjo, 2005). Pada kasus ini mengambil studi kepustakaan 42 dari buku, laporan penelitian, majalah ilmiah, jurnal dan sumber terbaru yang berhubungan dengan imunisasi campak terbitan tahun 2003 – 2012. b. Studi Dokumentasi Yaitu semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen (Notoatmodjo, 2005). Dalam studi kasus ini informasi yang diperoleh didapatkan dari buku catatan rekam medik di RB Marga Waluya Surakarta. G. Alat-alat yang Dibutuhkan Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengambilan data antara lain: 1. Alat dan bahan dalam pengambilan data a. Format pengkajian pada balita sakit b. Buku tulis c. Ballpoint 2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan fisik dan observasi a. Spuit b. Jarum suntik ukuran 1 cc c. Vaksin campak 0,5 ml d. Kapas alkohol/ tupres e. Alat pengukur tinggi badan f. Timbangan berat badan 43 3. Alat untuk pendokumentasian yang berupa buku catatan rekam medik di RB Marga Waluya Surakarta. 44 BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Kasus Tanggal : 30 Maret 2013 Pukul : 10.00 WIB 1. Pengkajian a. Identitas 1) Identitas anak a) Nama Anak : An. Q b) Umur : 9 bulan c) Tanggal lahir : 26 Juni 2012 d) Anak ke : Pertama e) Jenis Kelamin : Perempuan 2) Identitas ibu Identitas ayah a) Nama : Ny. M Nama : Tn. T b) Umur : 23 tahun Umur : 25 tahun c) Agama : Islam Agama : Islam d) Suku Bangsa : Jawa, Indonesia Suku Bangsa : Jawa, Indonesia e) Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA f) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta g) Alamat : Cinderejo Kidul, Banjarsari, Surakarta 44 45 b. Anamnesa (Data Subyektif) 1) Alasan datang ke RB Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan campak pada anaknya. 2) Riwayat Kesehatan a) Imunisasi, ibu mengatakan: (1) BCG : 26 – 7 – 2012 (2) DPT Combo 1 : 26 – 8 – 2012 (3) DPT Combo 2 : 26 – 9 – 2012 (4) DPT Combo 3 : 26 – 10 – 2012 (5) Polio 1 : 26 – 7 – 2012 (6) Polio 2 : 26 – 8 – 2012 (7) Polio 3 : 26 – 9 – 2012 (8) Polio 4 : 26 – 10 – 2012 (9) Hepatitis B1 : 27 – 6 – 2012 (12)Campak : Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan imunisasi campak pada anaknya (13)Imunisasi lain : Tidak ada b) Riwayat penyakit lalu Ibu mengatakan anak pernah menderita sakit batuk, pilek dan demam seminggu yang lalu, tetapi dapat sembuh setelah diberi obat dari bidan. 46 c) Riwayat penyakit sekarang Ibu mengatakan anaknya tidak sedang mengalami sakit. d) Riwayat penyakit keluarga Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit menurun seperti: hipertensi, DM dan jantung, kemudian penyakit menular seperti: TBC, Hepatitis. e) Riwayat Sosial, Ibu mengatakan: (1) Yang mengasuh Ibu mengatakan anaknya diasuh sendiri oleh orang tuanya. (2) Hubungan dengan anggota keluarga Ibu mengatakan hubungan dengan anggota keluarganya baik/ harmonis. (3) Hubungan dengan teman sebaya Ibu mengatakan anaknya senang bermain dengan teman sebayanya. (4) Lingkungan rumah Ibu mengatakan lingkungan rumah bersih dan rapi. 3) Pola Kebiasaan Sehari-hari a) Nutrisi Ibu mengatakan sejak lahir sampai umur 6 bulan anaknya hanya diberi ASI eksklusif saja, setelah umur 6 bulan anaknya mulai diberi makanan pendamping seperti bubur 47 susum, kacang hijau, selain ASI ibu juga memberikan susu formula dan setelah umur 9 bulan diberi makan tambahan nasi dan sayuran hijau. b) Istirahat/ tidur (1) Tidur siang : Ibu mengatakan anaknya tidur siang + 3 jam. (2) Tidur malam : Ibu mengatakan anaknya tidur malam + 8 jam. c) Mandi / Personal Hygene (1) Pagi : Ibu mengatakan anaknya mandi pagi jam 07.00 WIB. (2) Sore : Ibu mengatakan anaknya mandi sore jam 16.00 WIB. d) Eliminasi (1) BAK : Ibu mengatakan 5 – 6 x/ hari, warna kuning jernih. (2) BAB : Ibu mengatakan 1 x/ hari pada pagi hari, konsistensi lunak. e) Aktifitas Ibu mengatakan anaknya sangat aktif jika diajak bermain. c. Pemeriksaan Fisik 1) Status Generalis a) Keadaan umum : Baik b) Kesadaran : Composmentis 48 c) TTV : N = 104 x/ menit, R = 49 x/ menit S = 36,2° C d) BB/ TB : 12 kg/ 89 cm e) LK/ LLA : 47 cm/ 16 cm 2) Pemeriksaan Sistematis a) Kepala (1) Rambut : Hitam, tidak rontok. (2) Muka : Wajah tampak kemerahan, tidak pucat. (3) Mata : Kanan kiri simetris, conjungtiva merah muda, sclera berwarna putih, bersih dan air mata tidak keluar. (4) Telinga : Kanan kiri simetris, tidak ada cairan yang keluar dan bersih. (5) Hidung : Hidung simetris, bersih dan tidak ada benjolan. (6) Mulut : Bibir berwarna merah muda, tidak ada stomatitis, mulut tampak terbuka untuk bernafas, gusi tidak bengkak/ berdarah, mulut tidak berbau. b) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid. c) Dada : Tidak ada retraksi, simetris kanan kiri. d) Kulit : Kulit bersih, tugor baik. e) Perut : Tidak ada nyeri tekan, tidak kembung. 49 f) Ekstremitas : Dapat bergerak bebas, jari-jari tangan dan kaki lengkap, tidak ada kelainan. 3) Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan 2. Interpretasi Data Tanggal: 30 Maret 2013 Pukul: 10.30 WIB a. Diagnosa Kebidanan An. Q umur 9 bulan dengan imunisasi campak. Data Dasar Subyektif: 1) Ibu mengatakan anaknya lahir tanggal 26 Juni 2012 2) Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan campak anaknya. Obyektif: 1) KU : Baik. 2) Kesadaran : Composmentis. 3) Vital Sign: N = 104 x/ menit, R = 49 x/ menit, S = 36,2° C 4) BB = 12 kg, TB = 89 cm, LK = 47 cm 5) Muka tidak terlihat pucat. 6) Hidung: Hidung simetris, bersih dan tidak ada benjolan. 7) Leher: Tenggorokan tidak merah. 8) Dada: Tidak ada retraksi, simetris kanan kiri. 9) Kulit: Bersih, tugor baik b. Masalah Tidak ada. 50 c. Kebutuhan Tidak ada. 3. Diagnosa Potensial Tidak ada. 4. Tindakan Segera Tidak dilakukan. 5. Perencanaan Tanggal: 30 Maret 2013 Pukul: 12.00 WIB a. Beritahu kepada ibu tentang keadaan anaknya b. Beritahu ibu tentang pentingnya imunisasi campak c. Siapkan alat vaksin campak d. Suntikkan vaksin campak pada balita secara SC pada lengan kiri atas e. Berikan Parasetamol syrup 120 ml untuk mengatasi demam pada anak f. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan yang bergizi g. Beritahu ibu bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai h. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak i. Anjurkan ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan. 6. Pelaksanaan Tanggal: 30 Maret 2013 Pukul: 12.30 WIB a. Pukul 12.30 WIB memberitahu ibu tentang keadaan anaknya. 51 b. Pukul 12.35 WIB memberitahu ibu tentang pentingnya imunisasi campak, yaitu suatu upaya untuk memberi kekebalan secara aktif terhadap virus campak, yang bertujuan untuk mencegah penyakit campak yang diberikan pada usia 9 bulan. c. Pukul 12.40 WIB menyiapkan alat vaksin campak, antara lain spuit ukuran 1 cc, vaksin campak 0,5 ml dan kapas alkohol/ tupres. d. Pukul 12.45 WIB melakukan imunisasi campak pada balita dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menyiapkan vaksin dan kapas alkohol 2) Menjelaskan prosedur imunisasi pada keluarga 3) Ambil vaksin campak dengan spet dengan dosis 0,5 ml 4) Menentukan area penyuntikan, yaitu pada lengan kiri atas 5) Melakukan antisepsis pada area penyuntikan dengan kapas alkohol 6) Menyuntikkan vaksin campak secara SC dengan sudut 45 derajat dan vaksin disuntikkan sampai habis 7) Mencabut jarum setelah proses penyuntikan selesai 8) Membereskan alat vaksinasi. e. Pukul 12.55 WIB memberikan pada ibu Parasetamol syrup 120 ml 2 x 1 sendok teh untuk mengatasi demam pada anak. f. Pukul 12.55 WIB menganjurkan pada ibu untuk tetap memberikan makanan yang bergizi, seperti nasi, sayuran hijau, susu dan buahbuahan. 52 g. Pukul 12.55 WIB memberitahu ibu bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai. h. Pukul 13.00 WIB menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga kesehatan anaknya. i. Pukul 13.00 WIB Menganjurkan pada ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan. 7. Evaluasi Tanggal: 30 Maret 2013 Pukul: 13.00 WIB a. Ibu sudah tahu tentang keadaan anaknya. b. Ibu sudah tahu tentang pentingnya imunisasi campak. c. Alat vaksin campak sudah disiapkan, antara lain spet, vaksin campak 0,5 ml dan kapas alkohol/ tupres. d. Imunisasi campak pada balita sudah dilaksanakan. e. Ibu sudah tahu bila anaknya demam maka diberi Parasetamol syrup 120 ml 2 x 1 sendok teh yang telah diberikan oleh bidan. f. Ibu sudah mengerti dan bersedia untuk tetap memberikan makanan yang bergizi, seperti nasi, sayuran hijau, susu dan buah-buahan. g. Ibu sudah mengetahui bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai. h. Ibu bersedia untuk tetap menjaga kesehatan anaknya. i. Ibu bersedia untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan. 53 DATA PERKEMBANGAN Tanggal 31 Maret 2013 S Pukul 10.30 WIB : Subyektif 1. Ibu mengatakan anaknya bernama An. Q 2. Ibu mengatakan anaknya berumur 9 bulan 3. Ibu mengatakan anaknya sudah diimunisasi campak 4. Ibu mengatakan setelah diimunisasi campak anaknya tidak panas O : Obyektif 1. Keadaan umum : Baik 2. Kesadaran : Composmentis 3. TTV : Nadi = 104 x/ menit Suhu = 36,30 C Respirasi = 48 x/ menit 4. Bekas suntikan A : Tidak ada tanda-tanda infeksi : Assessment An. Q umur 9 bulan pasca imunisasi campak hari pertama. P : Planning Tanggal 31 Maret 2013 Pukul 10.45 WIB 1. Memberitahu ibu tentang keadaan anaknya saat ini, bahwa keadaannya baik 2. Menganjurkan ibu agar tetap memberikan makanan yang bergizi, seperti seperti nasi, sayuran hijau, susu dan buah-buahan 3. Memberitahu ibu bahwa imunisasi sudah lengkap 54 4. Menganjurkan pada ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan-keluhan pada anaknya E : Evaluasi Tanggal 31 Maret 2013 Pukul 11.00 WIB 1. Ibu sudah mengetahui tentang keadaan anaknya 2. Ibu bersedia untuk memberikan makanan yang bergizi pada anaknya 3. Ibu sudah mengerti bahwa imunisasi lengkap pada anaknya sudah selesai 4. Ibu bersedia datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan-keluhan yang timbul pada anaknya. 55 B. Pembahasan Pembahasan merupakan bagian dari laporan kasus yang membahas tentang kendala atau hambatan selama melakukan Asuhan Kebidanan pada klien. Kendala tersebut menyangkut kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Dengan adanya kesenjangan tersebut dapat dilakukan asuhan kebidanan. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada balita An. Q umur 9 bulan dengan riwayat imunisasi campak di RB Marga Waluya Surakarta. Penulis akan membahas tentang kesenjangan yang terdapat dalam tinjauan teori dengan kenyataan yang penulis temukan sejak melakukan pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, penulis uraikan sebagai berikut: 1. Pengkajian Pengkajian yang merupakan tahap awal dari manajemen kebidanan dilaksanakan dengan cara pengkajian data subyektif dan data penunjang (Nursalam, 2003). Pada data obyektif diperoleh dengan pemeriksaan fisik untuk mengetahui keadaan umum pasien selama imunisasi yang dikaji dari kepala sampai dengan kaki untuk mengetahui adanya kelainan atau tidak. Data subyektif pada balita An. Q dengan imunisasi campak bahwa ibu mengatakan ingin mengimunisasikan anaknya dan ibu mengatakan anaknya tidak sedang sakit. Data obyektif pada balita An. Q dengan imunisasi campak terlihat sehat dan gerakannya aktif serta tanda-tanda vital normal. Berdasarkan data yang diperoleh pada kasus An. Q dengan 56 imunisasi campak didapatkan data An. Q berumur 9 bulan dengan imunisasi campak keadaan umumnya baik. Pada langkah pengkajian ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek di lapangan. 2. Interpretasi Data Interpretasi data merupakan data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumus dan diagnosa tujuannya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan (Varney, 2004). Data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menurut diagnosa kebidanan. Pada kasus ini interpretasi data meliputi masalah dan kebutuhan. Pada An. Q umur 9 bulan dengan imunisasi campak adapun masalah yang dihadapi klien tidak ada, sehingga kebutuhan pada kasus ini adalah juga tidak ada, sehingga pada langkah interpretasi data ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek di lapangan. 3. Diagnosa Potensial Setelah dilakukan asuhan kebidanan yang tepat dan cermat serta didukung kerjasama yang baik oleh keluarga pasien dan pasien sendiri maka pada kasus An. Q umur 9 bulan dengan imunisasi campak tidak muncul demam ringan, infeksi ringan pada saluran nafas dan diare karena antisipasi yang tepat. Diagnosa potensial yang terjadi pada balita dengan setelah imunisasi campak menurut Hidayat (2008) adalah demam dan ruam merah karena 57 antisipasi yang tepat, maka diagnosa potensial tidak muncul. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. 4. Antisipasi Antisipasi yang dapat dilakukan menurut Achmadi (2006) adalah pemberian Parasetamol syrup 120 ml untuk mengantisipasi demam. Pada langkah ini penulis melakukan antisipasi yang sama dengan teori sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek. Pada kasus An. Q umur 9 bulan dengan imunisasi campak antisipasi tidak dilakukan, oleh karena itu tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek di lapangan. 5. Perencanaan Pada An. Q dengan riwayat imunisasi campak perencanaan yang akan dilaksanakan yaitu: a. Beritahu kepada ibu tentang keadan anaknya b. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya imunisasi campak c. Siapkan alat vaksin campak d. Suntikkan vaksin campak pada balita secara SC pada lengan kiri atas e. Berikan vaksin campak dengan dosis 0,5 ml f. Berikan Parasetamol syrup 120 ml untuk mengatasi demam pada anak g. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan yang bergizi h. Beritahu ibu bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai i. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak 58 j. Anjurkan ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan. Menurut Depkes (2005), perencanaan asuhan pada balita dengan imunisasi campak yaitu menyiapkan alat vaksin campak, berita tahu ibu tentang keadaan anaknya, jelaskan pada ibu pentingnya imunisasi campak, siapkan alat vaksin campak, suntikkan vaksin campak pada balita secara SC pada lengan kiri atas, berikan vaksin campak dengan dosis 0,5 ml, Parasetamol syrup 120 ml untuk mengatasi demam pada anak, anjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan yang bergizi, anjurkan ibu untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak serta anjurkan ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dalam hal pemberian terapi. 6. Pelaksanaan Pada langkah pelaksanaan asuhan kebidanan pada An. Q dengan riwayat imunisasi campak merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan asuhan menyeluruh (Varney, 2004). Pada langkah pelaksanaan ini telah dilakukan dan dikerjakan sesuai dengan rencana asuhan yang telah dibuat dan adanya dukungan dari keluarga. Pada kasus ini peneliti tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek dalam menetapkan pelaksanaan secara menyeluruh. 7. Evaluasi Pada An. Q dengan riwayat imunisasi campak setelah dilakukan asuhan didapatkan evaluasi yaitu: 59 a. Ibu sudah tahu hasil pemeriksaan. b. Ibu sudah mengerti tentang manfaat imunisasi. c. Ibu sudah mengerti tentang cara perawatan anak di rumah dan ibu bersedia melakukan perawatan di rumah. d. Ibu mengerti cara memberikan obat dan ibu bersedia meminumkan pada anaknya. e. Ibu mengerti tentang nutrisi yang boleh diberikan dan yang tidak boleh diberikan untuk anaknya. f. Ibu bersedia meminta anaknya agar istirahat yang cukup. g. Ibu bersedia untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan. Menurut Depkes (2005), hasil evaluasi setelah dilakukan asuhan kebidanan pada An. Q dengan riwayat imunisasi campak adalah: a. Keadaan umum anak baik b. Ibu sudah mengerti tentang pentingnya imunisasi campak c. Suntikkan vaksin campak sudah diberikan pada pasien d. Antipiretik sudah diberikan pada ibu untuk mengatasi demam pada pasien e. Ibu sudah mengerti bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai f. Ibu bersedia untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak g. Ibu bersedia untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek 60 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada balita An. Q dengan riwayat imunisasi campak dengan menerapkan manajemen Varney dapat diambil kesimpulan: 1. Berdasarkan pengkajian data yang diperoleh dari pasien didapatkan data yaitu An. Q berumur 9 bulan akan diimunisasi campak dan tidak sedang menderita suatu penyakit dengan keadaan umum baik, nadi 104 x/ menit, suhu 36,30 C dan respirasi 48 x/ menit. 2. Dalam interpretasi data yang diperoleh diagnosa kebidanan An. Q umur 9 bulan dengan imunisasi campak, tidak ditemukan dan tidak terdapat masalah yang muncul, jadi kebutuhan tidak diberikan pada klien. 3. Diagnosa potensial pada kasus ini tidak muncul, karena pada kasus ini tidak terdapat kegawatdaruratan. 4. Pada kasus ini tidak terdapat antisipasi, karena tidak ditemukan adanya diagnosa potensial. 5. Perencanaan yang diberikan pada Balita An. Q yaitu beritahu kepada ibu tentang keadan anaknya, jelaskan pada ibu tentang pentingnya imunisasi campak, siapkan alat vaksin campak, suntikkan vaksin campak pada balita secara SC pada lengan kiri atas, berikan vaksin campak dengan dosis 0,5 ml, berikan Parasetamol syrup 120 ml 2 x 1 sendok teh untuk mengatasi 60 61 demam pada anak, anjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan yang bergizi, beritahu ibu bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai, anjurkan ibu untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak dan anjurkan ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan. 6. Pelaksanaan dalam pemberian asuhan pada balita An. Q sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan sehingga diperoleh hasil yang maksimal. 7. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada balita An. Q pasca imunisasi campak didapatkan hasil ibu sudah tahu hasil pemeriksaan, ibu sudah mengerti tentang manfaat imunisasi, ibu sudah mengerti tentang cara perawatan anak di rumah dan ibu bersedia melakukan perawatan di rumah, ibu mengerti cara memberikan obat dan ibu bersedia meminumkan pada anaknya, ibu mengerti tentang nutrisi yang boleh diberikan dan yang tidak boleh diberikan untuk anaknya, ibu bersedia meminta anaknya agar istirahat yang cukup dan ibu bersedia untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan. 8. Pada kasus An. Q tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan penerapan yang diterapkan di lahan yang menggunakan manajemen Varney. 62 B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis menyampaikan beberapa saran yang bermanfaat: 1. Bagi Ibu dan Keluarga a. Perlu peningkatan pemahaman tentang pentingnya imunisasi, bahaya penyakit campak dan segera membawa ke petugas kesehatan bila balita mengalami tanda bahaya. b. Dapat mengetahui tentang pentingnya kesehatan terutama pada balita dengan campak sehingga dapat melakukan penanganan segera terhadap penyakit campak. 2. Bagi Bidan a. Diharapkan bidan dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan kebidanan pada imunisasi, khususnya imunisasi campak. b. Meningkatkan asuhan kebidanan pada balita dengan imunisasi campak. 3. Untuk Instituti a. Bagi Mahasiswa Diharapkan dapat melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan teori dan prosedur, karena teori dan prosedur yang mendasari setiap praktek sehingga menghindari kesalahan. 63 b. Pendidikan Diharapkan dapat untuk menambah referensi dan memberi masukan secara konseptual tentang asuhan kebidanan dengan imunisasi campak pada balita. 44 BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Kasus Tanggal : 30 Maret 2013 Pukul : 10.00 WIB 1. Pengkajian a. Identitas 1) Identitas anak a) Nama Anak : An. Q b) Umur : 9 bulan c) Tanggal lahir : 26 Juni 2012 d) Anak ke : Pertama e) Jenis Kelamin : Perempuan 2) Identitas ibu Identitas ayah a) Nama : Ny. M Nama : Tn. T b) Umur : 23 tahun Umur : 25 tahun c) Agama : Islam Agama : Islam d) Suku Bangsa : Jawa, Indonesia Suku Bangsa : Jawa, Indonesia e) Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA f) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta g) Alamat : Cinderejo Kidul, Banjarsari, Surakarta 44 45 b. Anamnesa (Data Subyektif) 1) Alasan datang ke RB Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan campak pada anaknya. 2) Riwayat Kesehatan a) Imunisasi, ibu mengatakan: (1) BCG : 26 – 7 – 2012 (2) DPT Combo 1 : 26 – 8 – 2012 (3) DPT Combo 2 : 26 – 9 – 2012 (4) DPT Combo 3 : 26 – 10 – 2012 (5) Polio 1 : 26 – 7 – 2012 (6) Polio 2 : 26 – 8 – 2012 (7) Polio 3 : 26 – 9 – 2012 (8) Polio 4 : 26 – 10 – 2012 (9) Hepatitis B1 : 27 – 6 – 2012 (12)Campak : Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan imunisasi campak pada anaknya (13)Imunisasi lain : Tidak ada b) Riwayat penyakit lalu Ibu mengatakan anak pernah menderita sakit batuk, pilek dan demam seminggu yang lalu, tetapi dapat sembuh setelah diberi obat dari bidan. 46 c) Riwayat penyakit sekarang Ibu mengatakan anaknya tidak sedang mengalami sakit. d) Riwayat penyakit keluarga Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit menurun seperti: hipertensi, DM dan jantung, kemudian penyakit menular seperti: TBC, Hepatitis. e) Riwayat Sosial, Ibu mengatakan: (1) Yang mengasuh Ibu mengatakan anaknya diasuh sendiri oleh orang tuanya. (2) Hubungan dengan anggota keluarga Ibu mengatakan hubungan dengan anggota keluarganya baik/ harmonis. (3) Hubungan dengan teman sebaya Ibu mengatakan anaknya senang bermain dengan teman sebayanya. (4) Lingkungan rumah Ibu mengatakan lingkungan rumah bersih dan rapi. 3) Pola Kebiasaan Sehari-hari a) Nutrisi Ibu mengatakan sejak lahir sampai umur 6 bulan anaknya hanya diberi ASI eksklusif saja, setelah umur 6 bulan anaknya mulai diberi makanan pendamping seperti bubur 47 susum, kacang hijau, selain ASI ibu juga memberikan susu formula dan setelah umur 9 bulan diberi makan tambahan nasi dan sayuran hijau. b) Istirahat/ tidur (1) Tidur siang : Ibu mengatakan anaknya tidur siang + 3 jam. (2) Tidur malam : Ibu mengatakan anaknya tidur malam + 8 jam. c) Mandi / Personal Hygene (1) Pagi : Ibu mengatakan anaknya mandi pagi jam 07.00 WIB. (2) Sore : Ibu mengatakan anaknya mandi sore jam 16.00 WIB. d) Eliminasi (1) BAK : Ibu mengatakan 5 – 6 x/ hari, warna kuning jernih. (2) BAB : Ibu mengatakan 1 x/ hari pada pagi hari, konsistensi lunak. e) Aktifitas Ibu mengatakan anaknya sangat aktif jika diajak bermain. c. Pemeriksaan Fisik 1) Status Generalis a) Keadaan umum : Baik b) Kesadaran : Composmentis 48 c) TTV : N = 104 x/ menit, R = 49 x/ menit S = 36,2° C d) BB/ TB : 12 kg/ 89 cm e) LK/ LLA : 47 cm/ 16 cm 2) Pemeriksaan Sistematis a) Kepala (1) Rambut : Hitam, tidak rontok. (2) Muka : Wajah tampak kemerahan, tidak pucat. (3) Mata : Kanan kiri simetris, conjungtiva merah muda, sclera berwarna putih, bersih dan air mata tidak keluar. (4) Telinga : Kanan kiri simetris, tidak ada cairan yang keluar dan bersih. (5) Hidung : Hidung simetris, bersih dan tidak ada benjolan. (6) Mulut : Bibir berwarna merah muda, tidak ada stomatitis, mulut tampak terbuka untuk bernafas, gusi tidak bengkak/ berdarah, mulut tidak berbau. b) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid. c) Dada : Tidak ada retraksi, simetris kanan kiri. d) Kulit : Kulit bersih, tugor baik. e) Perut : Tidak ada nyeri tekan, tidak kembung. 49 f) Ekstremitas : Dapat bergerak bebas, jari-jari tangan dan kaki lengkap, tidak ada kelainan. 3) Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan 2. Interpretasi Data Tanggal: 30 Maret 2013 Pukul: 10.30 WIB a. Diagnosa Kebidanan An. Q umur 9 bulan dengan imunisasi campak. Data Dasar Subyektif: 1) Ibu mengatakan anaknya lahir tanggal 26 Juni 2012 2) Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan campak anaknya. Obyektif: 1) KU : Baik. 2) Kesadaran : Composmentis. 3) Vital Sign: N = 104 x/ menit, R = 49 x/ menit, S = 36,2° C 4) BB = 12 kg, TB = 89 cm, LK = 47 cm 5) Muka tidak terlihat pucat. 6) Hidung: Hidung simetris, bersih dan tidak ada benjolan. 7) Leher: Tenggorokan tidak merah. 8) Dada: Tidak ada retraksi, simetris kanan kiri. 9) Kulit: Bersih, tugor baik b. Masalah Tidak ada. 50 c. Kebutuhan Tidak ada. 3. Diagnosa Potensial Tidak ada. 4. Tindakan Segera Tidak dilakukan. 5. Perencanaan Tanggal: 30 Maret 2013 Pukul: 12.00 WIB a. Beritahu kepada ibu tentang keadaan anaknya b. Beritahu ibu tentang pentingnya imunisasi campak c. Siapkan alat vaksin campak d. Suntikkan vaksin campak pada balita secara SC pada lengan kiri atas e. Berikan Parasetamol syrup 120 ml untuk mengatasi demam pada anak f. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan yang bergizi g. Beritahu ibu bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai h. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak i. Anjurkan ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan. 6. Pelaksanaan Tanggal: 30 Maret 2013 Pukul: 12.30 WIB a. Pukul 12.30 WIB memberitahu ibu tentang keadaan anaknya. 51 b. Pukul 12.35 WIB memberitahu ibu tentang pentingnya imunisasi campak, yaitu suatu upaya untuk memberi kekebalan secara aktif terhadap virus campak, yang bertujuan untuk mencegah penyakit campak yang diberikan pada usia 9 bulan. c. Pukul 12.40 WIB menyiapkan alat vaksin campak, antara lain spuit ukuran 1 cc, vaksin campak 0,5 ml dan kapas alkohol/ tupres. d. Pukul 12.45 WIB melakukan imunisasi campak pada balita dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menyiapkan vaksin dan kapas alkohol 2) Menjelaskan prosedur imunisasi pada keluarga 3) Ambil vaksin campak dengan spet dengan dosis 0,5 ml 4) Menentukan area penyuntikan, yaitu pada lengan kiri atas 5) Melakukan antisepsis pada area penyuntikan dengan kapas alkohol 6) Menyuntikkan vaksin campak secara SC dengan sudut 45 derajat dan vaksin disuntikkan sampai habis 7) Mencabut jarum setelah proses penyuntikan selesai 8) Membereskan alat vaksinasi. e. Pukul 12.55 WIB memberikan pada ibu Parasetamol syrup 120 ml 2 x 1 sendok teh untuk mengatasi demam pada anak. f. Pukul 12.55 WIB menganjurkan pada ibu untuk tetap memberikan makanan yang bergizi, seperti nasi, sayuran hijau, susu dan buahbuahan. 52 g. Pukul 12.55 WIB memberitahu ibu bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai. h. Pukul 13.00 WIB menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga kesehatan anaknya. i. Pukul 13.00 WIB Menganjurkan pada ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan. 7. Evaluasi Tanggal: 30 Maret 2013 Pukul: 13.00 WIB a. Ibu sudah tahu tentang keadaan anaknya. b. Ibu sudah tahu tentang pentingnya imunisasi campak. c. Alat vaksin campak sudah disiapkan, antara lain spet, vaksin campak 0,5 ml dan kapas alkohol/ tupres. d. Imunisasi campak pada balita sudah dilaksanakan. e. Ibu sudah tahu bila anaknya demam maka diberi Parasetamol syrup 120 ml 2 x 1 sendok teh yang telah diberikan oleh bidan. f. Ibu sudah mengerti dan bersedia untuk tetap memberikan makanan yang bergizi, seperti nasi, sayuran hijau, susu dan buah-buahan. g. Ibu sudah mengetahui bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai. h. Ibu bersedia untuk tetap menjaga kesehatan anaknya. i. Ibu bersedia untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan. 53 DATA PERKEMBANGAN Tanggal 31 Maret 2013 S Pukul 10.30 WIB : Subyektif 1. Ibu mengatakan anaknya bernama An. Q 2. Ibu mengatakan anaknya berumur 9 bulan 3. Ibu mengatakan anaknya sudah diimunisasi campak 4. Ibu mengatakan setelah diimunisasi campak anaknya tidak panas O : Obyektif 1. Keadaan umum : Baik 2. Kesadaran : Composmentis 3. TTV : Nadi = 104 x/ menit Suhu = 36,30 C Respirasi = 48 x/ menit 4. Bekas suntikan A : Tidak ada tanda-tanda infeksi : Assessment An. Q umur 9 bulan pasca imunisasi campak hari pertama. P : Planning Tanggal 31 Maret 2013 Pukul 10.45 WIB 1. Memberitahu ibu tentang keadaan anaknya saat ini, bahwa keadaannya baik 2. Menganjurkan ibu agar tetap memberikan makanan yang bergizi, seperti seperti nasi, sayuran hijau, susu dan buah-buahan 3. Memberitahu ibu bahwa imunisasi sudah lengkap 54 4. Menganjurkan pada ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan-keluhan pada anaknya E : Evaluasi Tanggal 31 Maret 2013 Pukul 11.00 WIB 1. Ibu sudah mengetahui tentang keadaan anaknya 2. Ibu bersedia untuk memberikan makanan yang bergizi pada anaknya 3. Ibu sudah mengerti bahwa imunisasi lengkap pada anaknya sudah selesai 4. Ibu bersedia datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan-keluhan yang timbul pada anaknya. 55 B. Pembahasan Pembahasan merupakan bagian dari laporan kasus yang membahas tentang kendala atau hambatan selama melakukan Asuhan Kebidanan pada klien. Kendala tersebut menyangkut kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Dengan adanya kesenjangan tersebut dapat dilakukan asuhan kebidanan. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada balita An. Q umur 9 bulan dengan riwayat imunisasi campak di RB Marga Waluya Surakarta. Penulis akan membahas tentang kesenjangan yang terdapat dalam tinjauan teori dengan kenyataan yang penulis temukan sejak melakukan pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, penulis uraikan sebagai berikut: 1. Pengkajian Pengkajian yang merupakan tahap awal dari manajemen kebidanan dilaksanakan dengan cara pengkajian data subyektif dan data penunjang (Nursalam, 2003). Pada data obyektif diperoleh dengan pemeriksaan fisik untuk mengetahui keadaan umum pasien selama imunisasi yang dikaji dari kepala sampai dengan kaki untuk mengetahui adanya kelainan atau tidak. Data subyektif pada balita An. Q dengan imunisasi campak bahwa ibu mengatakan ingin mengimunisasikan anaknya dan ibu mengatakan anaknya tidak sedang sakit. Data obyektif pada balita An. Q dengan imunisasi campak terlihat sehat dan gerakannya aktif serta tanda-tanda vital normal. Berdasarkan data yang diperoleh pada kasus An. Q dengan 56 imunisasi campak didapatkan data An. Q berumur 9 bulan dengan imunisasi campak keadaan umumnya baik. Pada langkah pengkajian ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek di lapangan. 2. Interpretasi Data Interpretasi data merupakan data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumus dan diagnosa tujuannya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan (Varney, 2004). Data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menurut diagnosa kebidanan. Pada kasus ini interpretasi data meliputi masalah dan kebutuhan. Pada An. Q umur 9 bulan dengan imunisasi campak adapun masalah yang dihadapi klien tidak ada, sehingga kebutuhan pada kasus ini adalah juga tidak ada, sehingga pada langkah interpretasi data ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek di lapangan. 3. Diagnosa Potensial Setelah dilakukan asuhan kebidanan yang tepat dan cermat serta didukung kerjasama yang baik oleh keluarga pasien dan pasien sendiri maka pada kasus An. Q umur 9 bulan dengan imunisasi campak tidak muncul demam ringan, infeksi ringan pada saluran nafas dan diare karena antisipasi yang tepat. Diagnosa potensial yang terjadi pada balita dengan setelah imunisasi campak menurut Hidayat (2008) adalah demam dan ruam merah karena 57 antisipasi yang tepat, maka diagnosa potensial tidak muncul. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. 4. Antisipasi Antisipasi yang dapat dilakukan menurut Achmadi (2006) adalah pemberian Parasetamol syrup 120 ml untuk mengantisipasi demam. Pada langkah ini penulis melakukan antisipasi yang sama dengan teori sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek. Pada kasus An. Q umur 9 bulan dengan imunisasi campak antisipasi tidak dilakukan, oleh karena itu tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek di lapangan. 5. Perencanaan Pada An. Q dengan riwayat imunisasi campak perencanaan yang akan dilaksanakan yaitu: a. Beritahu kepada ibu tentang keadan anaknya b. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya imunisasi campak c. Siapkan alat vaksin campak d. Suntikkan vaksin campak pada balita secara SC pada lengan kiri atas e. Berikan vaksin campak dengan dosis 0,5 ml f. Berikan Parasetamol syrup 120 ml untuk mengatasi demam pada anak g. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan yang bergizi h. Beritahu ibu bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai i. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak 58 j. Anjurkan ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan. Menurut Depkes (2005), perencanaan asuhan pada balita dengan imunisasi campak yaitu menyiapkan alat vaksin campak, berita tahu ibu tentang keadaan anaknya, jelaskan pada ibu pentingnya imunisasi campak, siapkan alat vaksin campak, suntikkan vaksin campak pada balita secara SC pada lengan kiri atas, berikan vaksin campak dengan dosis 0,5 ml, Parasetamol syrup 120 ml untuk mengatasi demam pada anak, anjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan yang bergizi, anjurkan ibu untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak serta anjurkan ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dalam hal pemberian terapi. 6. Pelaksanaan Pada langkah pelaksanaan asuhan kebidanan pada An. Q dengan riwayat imunisasi campak merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan asuhan menyeluruh (Varney, 2004). Pada langkah pelaksanaan ini telah dilakukan dan dikerjakan sesuai dengan rencana asuhan yang telah dibuat dan adanya dukungan dari keluarga. Pada kasus ini peneliti tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek dalam menetapkan pelaksanaan secara menyeluruh. 7. Evaluasi Pada An. Q dengan riwayat imunisasi campak setelah dilakukan asuhan didapatkan evaluasi yaitu: 59 a. Ibu sudah tahu hasil pemeriksaan. b. Ibu sudah mengerti tentang manfaat imunisasi. c. Ibu sudah mengerti tentang cara perawatan anak di rumah dan ibu bersedia melakukan perawatan di rumah. d. Ibu mengerti cara memberikan obat dan ibu bersedia meminumkan pada anaknya. e. Ibu mengerti tentang nutrisi yang boleh diberikan dan yang tidak boleh diberikan untuk anaknya. f. Ibu bersedia meminta anaknya agar istirahat yang cukup. g. Ibu bersedia untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan. Menurut Depkes (2005), hasil evaluasi setelah dilakukan asuhan kebidanan pada An. Q dengan riwayat imunisasi campak adalah: a. Keadaan umum anak baik b. Ibu sudah mengerti tentang pentingnya imunisasi campak c. Suntikkan vaksin campak sudah diberikan pada pasien d. Antipiretik sudah diberikan pada ibu untuk mengatasi demam pada pasien e. Ibu sudah mengerti bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai f. Ibu bersedia untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak g. Ibu bersedia untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek 60 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada balita An. Q dengan riwayat imunisasi campak dengan menerapkan manajemen Varney dapat diambil kesimpulan: 1. Berdasarkan pengkajian data yang diperoleh dari pasien didapatkan data yaitu An. Q berumur 9 bulan akan diimunisasi campak dan tidak sedang menderita suatu penyakit dengan keadaan umum baik, nadi 104 x/ menit, suhu 36,30 C dan respirasi 48 x/ menit. 2. Dalam interpretasi data yang diperoleh diagnosa kebidanan An. Q umur 9 bulan dengan imunisasi campak, tidak ditemukan dan tidak terdapat masalah yang muncul, jadi kebutuhan tidak diberikan pada klien. 3. Diagnosa potensial pada kasus ini tidak muncul, karena pada kasus ini tidak terdapat kegawatdaruratan. 4. Pada kasus ini tidak terdapat antisipasi, karena tidak ditemukan adanya diagnosa potensial. 5. Perencanaan yang diberikan pada Balita An. Q yaitu beritahu kepada ibu tentang keadan anaknya, jelaskan pada ibu tentang pentingnya imunisasi campak, siapkan alat vaksin campak, suntikkan vaksin campak pada balita secara SC pada lengan kiri atas, berikan vaksin campak dengan dosis 0,5 ml, berikan Parasetamol syrup 120 ml 2 x 1 sendok teh untuk mengatasi 60 61 demam pada anak, anjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan yang bergizi, beritahu ibu bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai, anjurkan ibu untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak dan anjurkan ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan. 6. Pelaksanaan dalam pemberian asuhan pada balita An. Q sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan sehingga diperoleh hasil yang maksimal. 7. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada balita An. Q pasca imunisasi campak didapatkan hasil ibu sudah tahu hasil pemeriksaan, ibu sudah mengerti tentang manfaat imunisasi, ibu sudah mengerti tentang cara perawatan anak di rumah dan ibu bersedia melakukan perawatan di rumah, ibu mengerti cara memberikan obat dan ibu bersedia meminumkan pada anaknya, ibu mengerti tentang nutrisi yang boleh diberikan dan yang tidak boleh diberikan untuk anaknya, ibu bersedia meminta anaknya agar istirahat yang cukup dan ibu bersedia untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan. 8. Pada kasus An. Q tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan penerapan yang diterapkan di lahan yang menggunakan manajemen Varney. 62 B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis menyampaikan beberapa saran yang bermanfaat: 1. Bagi Ibu dan Keluarga a. Perlu peningkatan pemahaman tentang pentingnya imunisasi, bahaya penyakit campak dan segera membawa ke petugas kesehatan bila balita mengalami tanda bahaya. b. Dapat mengetahui tentang pentingnya kesehatan terutama pada balita dengan campak sehingga dapat melakukan penanganan segera terhadap penyakit campak. 2. Bagi Bidan a. Diharapkan bidan dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan kebidanan pada imunisasi, khususnya imunisasi campak. b. Meningkatkan asuhan kebidanan pada balita dengan imunisasi campak. 3. Untuk Instituti a. Bagi Mahasiswa Diharapkan dapat melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan teori dan prosedur, karena teori dan prosedur yang mendasari setiap praktek sehingga menghindari kesalahan. 63 b. Pendidikan Diharapkan dapat untuk menambah referensi dan memberi masukan secara konseptual tentang asuhan kebidanan dengan imunisasi campak pada balita. DAFTAR PUSTAKA Achmadi, Umar Farmi. 2006. Imunisasi Mengapa Perlu?. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Ariyanti. 2007. Tumbuh Kembang Anak. (Online). Available: http://bayibalita.com/2010/08/aspek-utama-tumbuh-kembang-anak/. Diakses tanggal 13 Oktober 2012. Bekhman, R. E. 2009. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC. CPDDI. 2008. Jenis atau Macam Vaksin Imunisasi untuk Anak. Informasi Imunisasi Lengkap Wajib Penangkal Penyakit: Continuing Profesional Development Dokter Indonesia. Depkes RI, 2005. Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Bina Pustaka. Depkes RI. 2008. Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta: Depkes RI. Ferry. 2007. Pengertian Balita. http://www.google.co.id/pengertian-balita.html. Diakses tanggal 22 Oktober 2012. Hellen, F. 2007. Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC. Hidayat, A. Alimul. 2008. Buku Saku Keperawatan Anak. Jakarta: EGC. IDAI. 2010. Imunisasi Investasi Kesehatan Masa Depan. (Online). Available: http://www.idai.or.id/kegiatanidai.html. 28 Oktober 2012. Matondang, dkk. 2003. Diagnosis Fisis pada Anak. Edisi kedua. Jakarta: CV. Sagung Seto. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta. Nursalam. 2003. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk Perawat dan Bidan. Edisi I. Jakarta: Salemba Medika. Permenkes, 2010. Peraturan Menteri tentang Pelayanan Kesehatan Anak. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, No. 1464/ MENKES/ PER/ X/ 2010, Pasal 11. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Prihardjo. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2. EGC: Jakarta. Saifuddin, A. B. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Buku Panduan Praktis, Edisi I Cetakan II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Varney, Hellen. 2004. Varney”s Midwivery. Bandung: Sekelola Publisher. Wahidayat. 2003. Buku Kuliah I Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. WHO. 2005. Penanganan Penyakit Campak pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang. Jakarta: EGC. Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.