1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Zat buangan terutama gas yang berasal dari industri – industri besar seperti industri pupuk dapat menimbulkan berbagai macam kerusakan pada beberapa organisme. Pada tumbuhan, pencemaran oleh gas – gas buangan tersebut dapat menimbulkan pengaruh pada klorofil (zat hijau daun), karena gas buangan secara umum mengandung zat toksik yang sangat berbahaya (Sastrawijaya 2000). PT. Pupuk Sriwidjaja (PUSRI) adalah salah satu produsen pupuk terbesar di Indonesia yang berlokasi di Palembang, Sumatera Selatan. Selain memproduksi pupuk urea, PT. PUSRI juga memproduksi amonia cair sebagai bahan baku utama pupuk urea. Sebagai sebuah industri, PT. PUSRI mengemisikan polutannya ke udara salah satunya dalam bentuk gas. Jenis polutan gas yang diemisikan adalah NOx, SO2, CO dan amonia (Bapedalda 2008). Lamanya pemaparan tumbuhan terhadap zat pencemar akan mengakibatkan terakumulasinya pencemar tersebut ke dalam tumbuhan. Hal ini antara lain dapat terjadi pada sistem membran kloroplas tempat awal fotosintesis. Tingkat toleransi masing – masing jenis tanaman terhadap jenis pencemar (polutan) tertentu berbeda – beda. Namun seringkali pengaruh zat toksik terhadap tumbuhan tidak nyata pada tampilannya, oleh karenanya, deteksi dapat dilakukan melalui pengamatan reaksi fisiologi, biokimia dan ekologi. Analisis senyawa – senyawa tertentu yang sulit dilakukan secara langsung di udara, ternyata dapat dilakukan melalui analisis pada daun tanaman (Treshow & Anderson 1991). Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang paling dominan jumlahnya dalam satu tanaman dan paling peka terhadap pencemar. Daun pohon angsana sebagai salah satu pohon yang memiliki tingkat kepekaan tertentu diduga merupakan bioindikator pencemaran udara yang baik. Sehingga daun dapat difungsikan sebagai pemantau pencemaran udara khususnya melalui analisis kadar klorofil daun tanaman tersebut. Klorofil sebagai pigmen hijau daun yang berfungsi sebagai penyerap cahaya dalam kegiatan fotosintesis dan berlangsung dalam jaringan mesofil daun akan menurun kadarnya sejalan dengan peningkatan pencemaran udara. Penelitian 2 yang dilakukan oleh Karliansyah (1999) menyimpulkan bahwa pencemaran udara pada umumnya mengakibatkan terjadinya perubahan pada daun tanaman yang dapat terlihat pada perubahan kadar klorofil. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Solichatun (2007) yang menyimpulkan bahwa kadar klorofil a dan klorofil total Phaseolus vulgaris L. lebih sensitif dibandingkan dengan Plantago major L. untuk dapat dijadikan bioindikator kualitas udara, khususnya untuk gas buangan kendaraan bermotor. Beberapa jenis tanaman seperti angsana (Pterocarpus indicus Willd.), memiliki kemampuan dalam menyerap dan menjerap polutan yang berasal dari industri lebih besar dibandingkan dengan tanaman glodokan tiang (Polyathia longifolia L.), mahoni (Swietenia mahogany L.), ketapang (Terminalia catappa L.) lain. Angsana termasuk ke dalam tanaman yang memiliki kemampuan adaptasi tinggi (toleran) terhadap polutan. Angsana termasuk tanaman yang toleran sekaligus mampu menyerap polutan lebih banyak (Lukman 2006). Selain itu, beberapa tanaman yang ditanam di kawasan pabrik pupuk urea (PUSRI) seperti glodokan tiang, mahoni, ketapang, dan tanjung setelah tiga bulan memiliki kandungan N yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang berada di lokasi kontrol (Hutan Wisata Punti Kayu Palembang) dimana angsana memiliki kandungan N tertinggi yaitu 5,6 % atau terjadi penambahan 3,4 % dibandingkan sebelum diberikan perlakuan yakni 2,2 %. Hal yang sama juga berlaku untuk kadar klorofil. Tumbuhan yang tumbuh di daerah yang tercemar polutan akan menyerap gas – gas tersebut di dalam mesofil pada saat asimilasi karbondioksida. Jaringan pada daun tanaman tersebut tersusun atas jaringan epidermis atas dan bawah, jaringan mesofil (daging daun) yang tersusun atas jaringan palisade dan bunga karang. Epidermis menutupi permukaan atas dan bawah daun dilanjutkan ke epidermis batang. Sedangkan lapisan mesofil merupakan daerah utama tempat terjadinya fotosintesis. Lapisan palisade merupakan bagian dari daun yang paling banyak mengandung kloroplas, dan merupakan bagian yang paling berpengaruh terhadap produk fotosintesis (Siregar 2005). Jaringan mesofil yang rusak pada irisan melintang daun dihitung persentase kerusakannya kemudian dibandingkan dengan kontrol. Pengamatan 3 mikroskopis menunjukkan adanya perbedaan pada jaringan penyusun daun. Rangkuti (2003) menyatakan bahwa terdapat perbedaan pada jaringan penyusun daun yaitu terdapat penurunan ketebalan jaringan palisade dan bunga karang pada tanaman yang berada di lokasi yang terpolusi jika dibandingkan dengan lokasi kontrol. Berdasarkan beberapa teori tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh gas – gas buangan emisi pabrik pupuk urea terhadap kandungan klorofil dan struktur anatomi jaringan mesofil daun angsana yang tumbuh di sekitar kawasan industri pupuk PT. PUSRI di Palembang. 1.2. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Kandungan klorofil daun angsana (Pterocarpus indicus Willd.) yang tumbuh di sekitar kawasan industri pupuk PT. PUSRI, (2) Jaringan mesofil daun angsana yang tumbuh di sekitar pabrik PUSRI, dan (3) Kualitas udara ambien yang ada di sekitar kawasan industri pupuk PT. PUSRI. 1.3. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai pengaruh gas – gas buangan dari pabrik pupuk urea terhadap tumbuhan (klorofil dan struktur anatomi daun angsana) yang tumbuh di sekitar kawasan industri pupuk PT. PUSRI . 1.4. Hipotesis Kandungan klorofil daun angsana dipengaruhi oleh konsentrasi gas – gas buangan pabrik pupuk urea, semakin tinggi konsentrasi gas – gas buangan di udara akan menyebabkan kandungan klorofil tanaman rendah. Meningkatnya konsentrasi polutan gas di udara diduga menyebabkan kerusakan struktur anatomi daun khususnya jaringan mesofil daun angsana.