Perancangan Integrated Rectenna pada Frekuensi 2.4

advertisement
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
1
Perancangan Integrated Rectenna pada Frekuensi
2.4 GHz untuk Pencatuan Daya Nirkabel pada
Perangkat Elektronik dalam Ruangan
Adi Pandu W(1), Eko Setijadi(2) dan Wirawan(3)
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: [email protected](1) [email protected](2) [email protected](3)
Abstrak— Antena mikrostrip dan rangkaian RF Power
Harvester telah disimulasikan, difabrikasi dan dilakukan
pengukuran secara terpisah sebelum diintegrasikan pada satu
substrat. Antena dirancang untuk dapat bekerja pada frekuensi
WLAN 2.4 GHz. Substrat Rogers RO4360 dengan konstanta
dielektrik 6.15 digunakan pada perancangan integrated rectenna
untuk aplikasi wireless power transfer (WPT). Matching network
dirancang diantara antena dan rangkaian penyearah untuk
memaksimalkan transfer daya. Perangkat integrated rectenna
diukur dan diuji untuk mencatu daya tanpa kabel pada display
elektronik. Tegangan searah maksimum yang terukur adalah 5
volt pada jarak 20 cm dari access point dengan daya pancar
maksimum 316 mwatt. Didapatkan daya yang dihasilkan
integrated rectenna sebesar 22.73 μwatt. Semakin jauh jarak
rectenna dari pemancar, semakin rendah tegangan keluaran yang
didapat. Hasil tegangan dari perangkat integrated rectenna
mampu mencatu daya pada sebuah kalkulator.
Kata Kunci— integrated rectenna, mikrostrip, RF Power
Harvester, WPT, WLAN.
I. PENDAHULUAN
T
RANSFER daya nirkabel telah banyak dikembangkan
untuk memberikan daya secara simultan pada perangkat
elektronik [1,2]. Dalam dunia wireless sensor network
(WSN) teknologi transfer daya nirkabel diterapkan untuk
mencatu daya pada sensor. Pencatuan daya dilakukan dengan
memanfaatkan gelombang elektromagnetik bebas di udara [2].
Rectenna adalah perangkat yang dapat digunakan untuk
mengubah gelombang elektromagnetik di udara menjadi arus
listrik searah. Rectenna umumnya terdiri dari antena, filter dan
perangkat penyearah. Beberapa tipe dari rectenna telah
diusulkan dalam beberapa tahun terakhir. Antena yang
digunakan dapat terdiri dari beberapa tipe, contohnya, dipole,
Yagi-Uda, mikrostrip, monopole, loop, coplanar, spiral dan
parabolik. Rangkaian penyearah yang digunakan juga
bermacam-macam seperti single diode half-wave rectifier,
voltage doubler untuk penguatan tegangan DC, atau dual-diode
full-wave rectifier untuk meningkatkan efisiensi [3].
Kelemahan dari rectenna yang telah dikembangkan
sebelumnya [1,2,4] adalah memiliki rancangan yang terpisah
antara antena dengan perangkat penyearah yang dihubungkan
menggunakan konektor. Desain single board rectenna
diperlukan untuk mendapatkan perangkat rectenna yang
terintegrasi agar lebih mudah digunakan untuk aplikasi
pencatuan daya dan mendapatkan performa yang lebih baik.
Metode impedance matching digunakan untuk menggabungkan
antena dengan perangkat penyearah melalui matching network.
Maka dari itu penulis mengusulkan perancangan antena
terintegrasi dengan perangkat RF Power Harvester sebagai
penyearah sekaligus penguat tegangan. Rectenna akan
dirancang menjadi suatu single board yang bekerja pada
frekuensi 2.4 GHz untuk dapat mentransfer daya yang
dipancarkan oleh wireless local area network (WLAN) access
point yang berada di dalam ruangan. Rectenna hasil
perancangan akan digunakan untuk pengisian daya nirkabel
pada perangkat elektronik berdaya rendah di dalam ruangan.
II. ANTENA MIKROSTRIP
A. Substrat
Mikrostrip dibentuk dari substrat dielektrik dan tembaga
(copper) yang menempel dikedua sisinya. Substrat tersebut
memiliki ketebalan dan konstanta dielektrik ( ) yang
bervariasi dari berbagai jenis. Pada penelitian kali ini digunakan
substrat Rogers RO4360 yang memiliki konstanta dielektrik
6.15 dengan ketebalan 1.524 mm.
B. Dimensi
Mikrostrip terdiri dari tembaga tipis yang ditempatkan pada
substrat dielektrik dengan ketebalan h. Panjang (L)
mempengaruhi frekuensi resonansi dan lebar (W) menentukan
impedansi input dari antena. Akibat dari adanya fringing effect
pada pada panjang (L), menyebabkan analisis yang lebih akurat
ketika menggunakan konstanta dielektrik efektif (
) [5].
Nilai
didapatkan dari persamaan berikut [6] :
=
+1
+
2
−1
2 1 + 12
ℎ
(1)
Untuk lebar (W) dari rectangular antenna didapat dari [6] :
=
2
2
+1
(2)
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
2
Panjang tambahan antena didapatkan dari persamaan [6] :
= 0.414ℎ
(
(
+ 0.3) ( ℎ + 0.262)
− 0.258) ( + 0.813)
ℎ
dua kali lebih besar dari sinyal masukan. Skematik rangkaian
voltage doubler dan hasil gelombang penguatannya
ditampilkan pada gambar 2.
(3)
Sehingga panjang aktual (L) dari antena adalah [6] :
=
−2
2
(4)
Dimana f adalah frekuensi resonansi dan
cahaya diruang bebas (2.998 x 10 m/s).
adalah cepat rambat
C. Simulasi dan Fabrikasi Antena Mikrostrip
Simulasi antena diawali dengan memasukkan parameterparameter yang telah diketahui dari hasil perhitungan kemudian
dilakukan optimasi dengan merubah-rubah nilai lebar (W),
panjang (L) serta memberikan slot pada feed antena (inset fed)
agar didapat antena yang match dengan saluran transmisi 50 Ω.
Hasil akhir geometri antena mikrostrip ditampilkan pada tabel
1 dan gambar 1.
Gambar. 2. Skematik rangkaian voltage doubler
Pada saat sinyal bernilai negatif, tegangan akan diisikan
kedalam kapasitor (C1) dan pada saat sinyal positif tegangan
dari sumber dan kapasitor (C1) akan diisikan kedalam kapasitor
(C2) yang menyebabkan tegangan keluaran menjadi dua
kalinya. Satu stage rangkaian voltage doubler dapat dilihat
sebagai sebuah baterai dengan tegangan keluaran pada kondisi
open circuit ( ) dan resistansi internal ( ). Ketika n buah
rangkaian voltage doubler dirangkai secara seri dan tersambung
pada beban ( ), Tegangan keluaran (
) diberikan pada
persamaan [7] :
=
Tabel 1.
Hasil akhir geometri antena mikrostrip 2.45 GHz
Variabel
Nilai (mm)
W
L
Ws
Ls
Wf
yo
Wi
h
24.36
24.02
54.72
48.84
2.24
10.1
1.6
1.524
Keterangan
lebar patch antena
panjang patch antena
lebar substrat
panjang substrat
lebar feed line
panjang slot inset fed
lebar slot inset fed
tebal substrat
(5)
+
B. Simulasi dan Fabrikasi RF Power Harvester
Sebuah RF Power Harvester terangkai dari n buah rangkaian
voltage doubler yang tersusun secara seri dimana besar
tegangan bergantung pada jumlah stage penguatannya.
Digunakan dioda shottky tipe HSMS-2862 yang memiliki
forward voltage yang rendah dan telah dirancang dan
dioptimasi untuk digunakan pada rentang frekuensi 915 MHz
hingga 5.8 MHz. HSMS-2862 merupakan komponen dengan
konfigurasi dua dioda seri [8].
Program simulasi LTspice IV digunakan untuk merancang
RF Power Harvester. Parameter SPICE dioda schottky HSMS
286x seperti pada tabel 2 digunakan untuk keperluan simulasi
pada rangkaian. Kapasitor 1 nF yang dipilih pada simulasi ini
didasarkan pada beberapa kali percobaan simulasi untuk
mendapatkan keluaran tegangan yang paling baik.
Tabel 2.
Parameter SPICE dioda schottky HSMS 286x [8]
Gambar. 1. Geometri antena mikrostrip
III. RF POWER HARVESTER
A. Rangkaian Voltage Doubler
Satu rangkaian voltage doubler terdiri dari dua buah dioda
dan dua buah kapasitor yang secara teoritis dapat
menyearahkan tegangan serta menguatkan tegangan menjadi
Parameter
Satuan
Nilai
B
C
E
I
I
N
R
P (VJ)
P (XTI)
M
V
pF
eV
A
A
Ω
V
-
7.0
0.18
0.69
1E-5
5E-8
1.08
6.0
0.65
2
0.5
Pada gambar 3, diasumsikan gelombang elektromagnetik
yang diterima antena merupakan input untuk RF Power
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
3
Gambar. 3. Rangkaian RF Power Harvester dengan software LTSpice IV
Harvester yang disimulasikan dengan sumber tegangan (V1)
yang merupakan tegangan AC dengan frekuensi 2.45 GHz.
Dioda D1 hingga D12 merupakan model dioda HSMS 286x
yang telah disesuaikan parameter simulasinya dengan
datasheet. C1 dan C2 merupakan kapasitor stage pertama, C3
dan C4 adalah kapasitor stage kedua, dan seterusnya. RF Power
Harvester disimulasikan dengan 6 tingkat penguatan.
Hasil akhir RF Power Harvester ditampilkan pada gambar 4.
Substrat untuk RF Power Harvester menggunakan substrat
yang sama dengan antena yaitu Rogers RO4360.
Gambar. 5. Perancangan single-stub parallel short-circuit untuk integrated
rectenna menggunakan Smith Chart
Gambar. 4. RF Power Harvester
Gambar. 6. Single-stub hasil perancangan
IV. INTEGRATED RECTENNA
A. Perancangan Matching Network
Impedansi input antena yang telah difabrikasi bernilai
49.4+j1 Ω dimana sangat dekat dengan nilai impedansi dari
saluran transmisi 50 Ω. Sedangkan impedansi RF Power
Harvester yang telah diukur secara terpisah sebelumnya
memiliki impedansi 22.3 – 53.7 Ω. Tantangan selanjutnya
dalam perancangan mathing network disini adalah bagaimana
mendapatkan impedansi yang sesuai antara saluran transmisi 50
Ω dengan impedansi RF Power Harvester sebagai beban.
Perancangan Single-stub paralel open-circuit menggunakan
Smith Chart dapat digunakan sebagai teknik untuk
menyesuaikan impedansi antara saluran transmisi dengan
beban.
Untuk merancang single-stub dengan menggunakan Smith
Chart, terlebih dulu ditempatkan titik admitansi beban yang
telah dinormalisasi ( ). Dengan membuat lingkaran VSWR
dari titik tersebut, dapat digambar sebuah segmen garis dari titik
tengah ke y untuk diputar vektornya kearah sumber (WTG)
hingga didapatkan titik irisan dengan lingkaran unit
conductance (y = 1+jb) seperti pada gambar 5. Dari perputaran
tersebut dapat diperoleh dua nilai d yaitu
= 0.0714 dan
= 0.204 . Solusi kedua dari nilai d yaitu 0.204
menghasilkan panjang stub ( ) yaitu 0.169 untuk opencircuit stub. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan
perhitungan matematis dimana nilai d didapat 0.2044 dan
panjang stub ( ) yaitu 0.1696 .
Stub dirancang agar memiliki karakteristik yang sama
dengan saluran transmisi sehingga untuk mendapatkan saluran
transmisi yang bernilai 50 Ω, dipilih lebar stub yang sama
dengan lebar feed line yaitu 2.24 mm.
Untuk mengimplementasikan matching network, diperlukan
dimensi aktual dari single-stub tersebut. Dimensi aktual
didapatkan dengan mencari nilai panjang gelombang (λ)
menggunakan persamaan [9] :
=
(6)
dimana f merupakan frekuensi kerja pada saluran mikrostrip,
adalah kecepatan propagasi yang didapat dari :
=
(7)
merupakan cepat rambat cahaya di ruang bebas (2.998 x 10
m/s) dan
adalah konstanta dielektrik efektif yang
didapatkan dari persamaan (1). Dengan menggunakan
persamaan-persamaan tersebut, didapatkan panjang gelombang
(λ) untuk frekuensi kerja 2.45 GHz adalah 58.2 mm. Sehingga
panjang aktual dari stub
= 0.1696 = 9.87 mm pada posisi
= 0.2044 = 11.89 mm. Hasil perancangan integrated
rectenna dengan single-stub matching network ditampilkan
pada gambar 7.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
4
V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Gambar. 7. Hasil perancangan integrated rectenna dengan matching network
B. Fabrikasi dan Skema Pengukuran Tegangan
Integrated rectenna difabrikasi menggunakan substrat yang
sama dengan antena dan RF Power Harvester sebelumnya yaitu
Rogers RO4360.
Pengukuran tegangan dilakukan pada kedua prototipe.
Prototipe pertama adalah antena yang disambung dengan RF
Power Harvester menggunakan konektor male-to-male
adapter, prototipe kedua adalah integrated rectenna. Prototipe
kedua alat dapat dilihat pada gambar 8.
A. Simulasi dan Pengukuran Antena
S11-Parameter merupakan nilai yang menunjukkan return
loss. Nilai return loss dibawah -10 dB dijadikan acuan dalam
mencari nilai frekuensi kerja antena. Pada hasil simulasi didapat
frekuensi minimum dan maksimum berturut-turut adalah
adalah 2.434 GHz dan 2.463 GHz dengan nilai S11 -48.9 dB
pada frekuensi tengah 2.448 GHz. Sedangkan pada hasil
pengukuran didapat frekuensi minimum dan maksimum
berturut-turut adalah adalah 2.454 GHz dan 2.482 GHz dengan
nilai S11 -38.8 dB pada frekuensi tengah 2.468 GHz.
Perbandingan hasil simulasi dengan pengukuran dari S11Parameter antena ditampilkan pada gambar 10.
Gambar. 10. Grafik perbandingan hasil simulasi dengan pengukuran S11Parameter dari antena
Pengukuran VSWR juga dilakukan pada antena dan pada
frekuensi 2.468 GHz didapatkan nilai VSWR 1.023. Bandwidth
antena dapat dihitung dari grafik VSWR tersebut dengan
mencari selisih frekuensi atas dengan frekuensi bawah yang
memiliki nilai VSWR dibawah 2 sehingga didapat nilai
bandwidth sebesar 30 MHz.
Gambar. 8. Dua prototipe rectenna
Pengukuran daya terima dari antena juga dilakukan untuk
mengetahui berapa daya yang masuk ke dalam RF Power
Harvester berdasarkan fungsi jarak. Karena daya terima pada
integrated rectenna sulit untuk diukur maka diasumsikan
bahwa daya terima yang dikonversikan menjadi tegangan
searah adalah sama dengan daya terima pada antena terpisah.
Skema pengukuran tegangan keluaran dan level daya terima
antena berdasarkan fungsi jarak ditampilkan pada gambar 9.
Gambar. 11. Grafik hasil pengukuran VSWR dari antena
Hasil pengukuran impedansi input dari antena memberikan
nilai impedansi yang cukup baik yaitu 49.4 + j1 Ω pada
frekuensi 2.468 GHz. Nilai impedansi tersebut sesuai dengan
hasil pengukuran VSWR dimana nilai VSWR paling baik dari
antena berada pada frekuensi yang sama, dimana impedansi
dari antena mendekati nilai 50 Ω.
Gambar. 9. Skema pengukuran level daya terima antena dan tegangan keluaran
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
B. Simulasi dan Pengukuran Impedansi RF Power Harvester
Simulasi RF Power Harvester dilakukan dengan masukan
tegangan sinusoidal frekuensi 2.45 GHz didapat keluaran
tegangan tanpa beban yang searah dan mengalami penguatan
hampir 9 kali dari tegangan masukan. Dalam simulasi, nilai
kapasitor divariasikan untuk mendapatkan hasil yang paling
baik. Grafik hasil simulasi ditampilkan pada gambar 12.
5
D. Hasil Pengukuran Tegangan
Tabel 3.
Hasil pengukuran level daya terima pada frekuensi 2.47 GHz
Jarak dari pemancar
Level Daya Terima
20 cm
30 cm
40 cm
50 cm
60 cm
70 cm
80 cm
90 cm
100 cm
110 cm
120 cm
130 cm
140 cm
150 cm
-6 dBm
-7 dBm
-11 dBm
-16 dBm
-58 dBm
-16 dBm
-16 dBm
-19 dBm
-19 dBm
-18 dBm
-23 dBm
-25 dBm
-26 dBm
-21 dBm
Gambar. 12. Grafik hasil simulasi RF Power Harvester
Pengukuran impedansi RF Power Harvester diperlukan
untuk perancangan matching network pada integrated rectenna.
Didapatkan hasil pengukuran impedansi RF Power Harvester
sebesar 22.3-j53.7 Ω pada frekuensi kerja antena 2.468 GHz
seperti yang ditampilkan pada gambar 13.
Pada pengukuran tegangan keluaran RF Power Harvester
didapatkan tegangan maksimum berada dikisaran nilai 3 volt
untuk jarak 20 cm dari access point dan untuk jarak lebih dari
40 cm, tegangan yang didapat kurang dari 1 volt. Sedangkan
pada pengukuran tegangan keluaran integrated rectenna
didapatkan nilai maksimum yang dapat terbaca pada
pengukuran adalah 5 volt untuk jarak 20 cm dan bernilai
dibawah 1 volt pada jarak lebih dari 60 cm. Perbandingan ratarata tegangan yang diperoleh berdasarkan fungsi jarak
ditampilkan pada gambar 14.
Gambar. 13. Grafik hasil pengukuran impedansi RF Power Harvester
C. Pengukuran Level Daya
Untuk mengetahui level daya yang diterima antena dari suatu
pemancar perlu dilakukan pengukuran dengan spectrum
analyzer. Dalam kasus ini pemancar yang digunakan adalah
radiolink yang difungsikan sebagai access point. Hasil
pengukuran ditampilkan pada tabel 3.
Dalam pengukuran level daya terima, access point diatur
untuk bekerja pada kanal 12 agar sesuai dengan frekuensi kerja
antena penerima. Daya pancar maksimum dari pemancar adalah
25 dBm. Pada jarak yang ditentukan, level daya terima
cenderung fluktuatif. Data pada tabel 3 merupakan daya
maksimum yang diterima antena pada frekuensi 2.47 GHz.
Pada tabel 3, level daya terima antena cenderung turun
berbanding terbalik dengan kenaikan jarak namun pada jarak
tertentu terdapat ketidak linieran. Hal tersebut dapat disebabkan
akibat daya yang dipancarkan dari access point berfluktuasi
yang mempengaruhi daya terima pada antena.
Kecenderungan penurunan level daya terjadi akibat loss
yang semakin besar, berbanding terbalik dengan jarak.
Gambar. 14. Perbandingan tegangan keluaran rata-rata berdasarkan jarak
Pada gambar 14 dapat dilihat bahwa konversi tegangan
searah dari integrated rectenna lebih tinggi dari tegangan yang
didapat dari RF Power Harvester yang disambung ke antena
menggunakan konektor. Perbedaan tersebut dapat disebabkan
karena loss konektor diantara RF Power Harvester dan antena,
serta penambahan matching network pada integrated rectenna.
Daya yang dihasilkan dari integrated rectenna dapat
dihitung dengan membagi kuadrat tegangan yang dihasilkan
dengan hambatan dalam dari integrated rectenna. Hasil
pengukuran hambatan dalam sebesar 1.1 MΩ didapatkan
tegangan keluaran sebesar 5 volt. sehingga daya yang
dihasilkan adalah 22.73 μwatt. Akibat hambatan dalam yang
besar, arus yang dihasilkan menjadi sangat kecil yaitu 4.55 μA.
Hambatan dalam yang besar disebabkan oleh penggunaan dioda
dan kapasitor secara multistage.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
E. Pengujian pada Display Elektronik
Telah dilakukan pengujian untuk pencatuan daya nirkabel
pada kalkulator seperti yang tampak pada gambar 15 dimana
LCD kalkulator dapat menyala pada jarak 15 cm sedangkan
pada jarak 20 cm LCD mulai redup, dan off pada jarak lebih
dari 20 cm. Dapat dihitung daya yang ditransfer ke kalkulator
dengan membagi kuadrat tegangan yang dihasilkan dengan
hambatan dalam dari kalkulator didapatkan nilai 2.48 μwatt.
Gambar. 15. Uji transfer daya nirkabel pada kalkulator
Pengujian juga dilakukan pada pada sensor temperatur dan
kelembaban seperti pada gambar 16, LCD tidak dapat menyala
pada jarak 20 cm. Ketika access point dicoba untuk didekatkan
pada jarak kurang dari 10 cm, LCD dapat menyala namun
dengan tidak stabil (kondisi on-off). Dengan melihat pada tabel
4 dapat disimpulkan bahwa arus yang disupply dari rectenna ke
sensor temperatur bernilai kurang dari 6 μA.
6
Rancangan multistage pada RF Power Harvester selain dapat
mengalikan tegangan ternyata juga menyebabkan hambatan
dalam menjadi sangat besar sehingga arus yang dihasilkan
sangat kecil. Didapatkan tegangan keluaran maksimum yang
terukur pada integrated rectenna sebesar 5 volt dengan daya
yang dihasilkan sebesar 22.73 μwatt.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua
penulis, ayahanda Indrayana dan ibunda Fatmawati, serta
kepada Bapak Eko Setijadi, ST.,MT.,Ph.D dan Bapak Dr.Ir.
Wirawan, DEA selaku dosen pembimbing. Selain itu penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan bidang
studi telekomunikasi multimedia 2010 dan rekan-rekan lab
B301, B304 dan B306 yang telah banyak membantu dalam
penelitian. Tidak lupa juga terima kasih diucapkan pada Rogers
Corporation USA yang telah membantu menyediakan sample
material pada penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
Gambar. 16. Uji transfer daya nirkabel pada sensor temperatur dan kelembaban
Tabel 4.
Spesifikasi alat yang digunakan untuk pengujian
Spesifikasi
Resistansi
Arus
Display**
Alat*
Terukur
Teoritis
Kalkulator CITIZEN 1.5 Volt Button
908 kΩ
1.65 μA LCD ON
SLD100N
Cell Battery
HTC-1 Temperature 1.5 Volt AAA
251 kΩ
6 μA
LCD OFF
and Humidity Meter
Battery
*Baterai dan solar cell dilepas dari alat
**dicatu menggunakan integrated rectenna pada jarak 20 cm dari access point.
VI. KESIMPULAN
Penggunaan integrated rectenna dapat diterapkan untuk
pencatuan daya nirkabel pada perangkat elektronik berdaya
rendah.
Rancangan rectenna yang terintegrasi dapat
meningkatkan transfer daya serta mengurangi rugi-rugi akibat
konektor. Dari hasil analisis data pengukuran tegangan dapat
disimpulkan bahwa semakin dekat rectenna dengan pemancar,
maka hasil tegangan keluaran yang dihasilkan juga semakin
tinggi. Hasil tegangan keluaran dari perangkat integrated
rectenna tersebut telah mampu mencatu daya pada sebuah
kalkulator.
[6]
[7]
[8]
[9]
Paing, T., Morroni, J., Dolgov, A., Shin J., Brannan, J., Zane, R., Popvic,
Z., “Wirelessly-Powered Wireless Sensor Platform,” Proceeding of the
37th European Microwave Conference, Munich, Germany, October
2007.
Cissandyanto, “Desain Antena Patch Panel Polarisasi Sirkular untuk
Harvesting Elektromagnetik pada Frekuensi 2.4 GHz,” Proceeding
Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS.
Shrestha, S., Noh, S.K. and Choi, D.Y., “Comparative Study of Antenna
Designs for RF Energy Harvesting,” Hindawi Publishing Corporation,
International Journal of Antennas and Propagation, Volume 2013.
Rivière, S., Douyère, A., Alicalapa, F. and Lan Sun Luk, J.D., “Study of
Complete WPT System for WSN Applications at Low Power Level,”
Electronics Letters, Institution of Engineering and Technology,
University of la Reunion, Saint-Denis, France, 2010, Vol. 46, Issue 8, pp.
597-598, April 15, 2010.
Balanis, C.A.,“Antenna Theory Third Edition : Analysis and Design”,
John Wiley & Sons, INC. 2005.
Tamvada, R.T., Kumari, U.R., “High Efficiency Rectenna for RF Energy
Harvesting”, International Journal of Systems , Algorithms &
Applications, Volume 3, Issue ICRASE13, May 2013.
Devi, K.K.A., Din, N.Md. and Chakrabarty, C.K., “Optimization of the
Voltage Doubler Stages in an RF-DC Convertor Module for Energy
Harvesting”, Scientific Research Publishing, July, 2012.
Avago Technologies, “HSMS-286x Series Surface Mount Microwave
Schottky
Detector
Diodes
Data
Sheet”
<URL:
http://www.avagotech.com/docs/AV02-1388EN>.
Ludwig, R. and Bretchko, P., “RF Circuit Design Theory and
Application”, Prentice Hall, 2000.
Download