Flibanserin, untuk Disfungsi Seksual pada Wanita

advertisement
BERITA TERKINI
Flibanserin, untuk Disfungsi Seksual pada Wanita
H
ypoactive sexual desire disorder
(HSDD) merupakan bentuk paling
sering disfungsi seksual pada wanita.
Menurut American Psychiatric Association,
HSDD didefinisikan sebagai defisiensi atau
tidak adanya fantasi seksual dan keinginan
berupa hawa nafsu yang sifatnya persisten
atau berulang, sehingga menimbulkan
penderitaan ataupun kesulitan dalam
hubungan interpersonal.1,2
Disfungsi seksual wanita ini harus didiagnosis
oleh klinisi dengan memasukkan riwayat
seksualitas wanita, riwayat pengobatan dan
kondisi psikososial. Prevalensi kasus HSDD
sangat sulit ditentukan pada studi populasi.
Dalam suatu survei demografi yang luas
didapatkan bahwa sekitar 10% wanita di
Amerika Serikat dilaporkan mengalami
hasrat seksual rendah disertai penderitaan.2
Data dari Indonesia sulit ditemukan; Imronah
(2011) dengan menggunakan instrumen FSFI
(Female Sexual Function Index) menemukan
CDK-225/ vol. 42 no. 2, th. 2015
kasus disfungsi seksual wanita mencapai
66,2% di daerah Bandar Lampung. FSFI
telah divalidasi sebagai standar pengukuran
fungsi seksual wanita HSDD.2 Jika angkaangka disfungsi seksual wanita di Turki
(48,3%), Ghana (72,8%), Nigeria (63%), dan
Indonesia (66,2%) itu dirata-ratakan maka
akan didapatkan angka prevalensi sebesar
58,04%.
HSSD diperkirakan disebabkan oleh ketidakseimbangan aktivitas eksitasi dan inhibisi
pada sistem saraf pusat yang mengatur
respons seksual. Diketahui bahwa yang
berperan sebagai faktor eksitasi adalah
dopamine dan norepinephrine, sedangkan
serotonin (5-HT) sebagai faktor inhibisi.2
Sampai saat ini belum ada terapi farmakologi
yang diakui untuk kasus HSDD ini. Flibanserin
merupakan obat baru, non-hormonal
sebagai terapi HSDD pada wanita pre dan
pasca-menopause. Namun aplikasi ke Food
and Drug Administration / FDA AS dengan
indikasi baru hanya untuk wanita premenopause.1,2
Flibanserin bekerja mengkoreksi ketidakseimbangan jumlah neurotransmiter yang
mempengaruhi hasrat seksual. Flibanserin
yang merupakan agonis reseptor 5-HT1A
dan antagonis reseptor 5-HT2A post-sinaps
bekerja dengan meningkatkan kadar
dopamine dan norepinephrine, keduanya
bertanggung jawab untuk rangsangan
seksual, dan menurunkan serotonin, yang
bertanggung jawab untuk inhibisi seksual.
Secara klinis flibanserin telah menunjukkan
hasil menggembirakan karena mampu meningkatkan frekuensi kejadian kepuasan
seksual, dan intensitas keinginan seksual.1,2,4
Hasil studi acak dengan kontrol plasebo yang
disebut studi BEGONIA yang dipublikasikan
pada 2013 lalu, terhadap 1087 subjek
menunjukkan bahwa pemberian flibanserin
133
BERITA TERKINI
100 mg sekali sehari sebelum tidur selama
24 minggu secara signifikan memperbaiki
jumlah kejadian kepuasan seksual (sexual
satisfying event / SSE) dan hasrat seksual
dibandingkan plasebo pada wanita premenopause. Pemberian flibanserin juga
dikaitkan dengan penurunan signifikan
kesedihan akibat disfungsi seksual dan
tekanan psikis akibat hasrat seksual rendah
dibandingkan plasebo. Hasil studi ini juga
menunjukkan bahwa flibanserin aman pada
wanita pre-menopause sampai dengan 24
minggu.2
Sprout Pharmaceutical sebagai perusahaan
farmasi yang memasarkan produk ini
akan memasukkan lagi aplikasi New Drug
Application (NDA) untuk flibanserin, dan FDA
meminta data tambahan berupa interaksi
obat pada uji klinik fase I dan studi driving
simulator di fase I. Konsisten dengan studi di
fase I, tiap studi ini diharapkan menggunakan
25-50 studi relawan sehat. Studi ini akan dapat
menjawab pertanyaan terkait interaksi pada
sejumlah jalur enzim yang berbeda-beda
yang pernah dipelajari sebelumnya, dan juga
mengidentifikasi adanya gangguan dalam
mengemudi, karena 9,8% wanita merasa
mengantuk.5 Dari studi acak, dengan kontrol
plasebo, studi BEGONIA, memang didapatkan
reaksi efek samping berupa mengantuk,
pening, dan mual.2
Hasil studi serupa juga ditunjukkan pada
studi klinik acak VIOLET dan DAISY, pemberian
100 mg flibanserin sebelum tidur dapat
meningkatkan kejadian kepuasan seksual,
perbaikan hasrat seksual, dan penurunan
dalam kesulitan seksual.6,7
Simpulan
Flibanserin merupakan obat baru, nonhormonal yang memiliki efikasi dalam
studi klinis kasus hypoactive sexual desire
disorder (HSDD) wanita pre-menopause
yang merupakan disfungsi seksual pada
wanita yang paling sering. Studi BEGONIA,
VIOLET, dan DAISY menunjukkan bahwa
pemberian flibanserin 100 mg sebelum tidur
dapat meningkatkan kejadian kepuasan
seksual, perbaikan pada hasrat seksual,
dan penurunan dalam kesulitan seksual.
Pasien juga mengalami perbaikan dalam
penderitaan atau kesedihan psikis akibat
hasrat seksual yang rendah. Flibanserin yang
merupakan agonis reseptor 5-HT1A dan
antagonis reseptor 5-HT2A post-sinaps bekerja
dengan meningkatkan kadar dopamine dan
norepinephrine, untuk rangsangan seksual,
dan menurunkan serotonin, untuk inhibisi
seksual. (PMD)
REFERENSI:
1.
2.
Reviriego C. Flibanserin for female sexual dysfunction. Drugs Today (Barc). 2014;50(8):549-56. doi: 10.1358/dot.2014.50.8.2198036.
Katz M, DeRogatis LR, Ackerman R, Hedges P, Lesko L, Garcia M, et al. Efficacy of flibanserin in women with hypoactive sexual desire disorder: Results from the BEGONIA Trial. J Sex Med.
2013:1-9.
3.
Disfungsi seksual [Internet]. 2014 [cited 2014 September 25]. Available from : http://digilib.unila.ac.id/2417/9/Bab%201.pdf.
4.
Invernizzi RW, Sacchetti G, Parini S, Acconcia A, Samanin R. Flibanserin, a potential antidepressant drug, lowers 5-HT and raises dopamine and noradrenaline in the rat prefrontal cortex
5.
Raleigh NC. Sprout Pharmaceuticals receives clear guidance from FDA on path forward to resubmit new drug application fro flibanserin, the first potential medical treatment for
dialysate: Role of 5-HT1A receptors. British Journal of Pharmacology 2003;139:1281-8.
hypoactive sexual desire disorder in premenopausal women [Internet]. 2014 [cited 2014 September 25]. Available from : http://sproutpharma.com/sprout-pharmaceuticals-receivesclear-guidance-from-fda-on-path-forward-to-resubmit-new-drug-application-for-flibanserin-the-first-potential-medical-treatment-for-hypoactive-sexual-desire-disorder-in/.
6.
Thorp J, Simon J, Dattani D, Taylor L, Kimura T, Garcia M Jr, et al. Treatment of hypoactive sexual desire disorder in premenopausal women: Efficacy of flibanserin in the DAISY study. J Sex
Med. 2012;9:793-804.
7.
DeRogatis LR, Komer L, Katz M, Moreau M, Kimura T, Garcia M Jr, et al. Treatment of hypoactive sexual desire disorder in premenopausal women: Efficacy of flibanserin in the VIOLET study.
J Sex Med. 2012;9:1074-85.
134
CDK-225/ vol. 42 no. 2, th. 2015
Download