KOMPETENSI GURU DALAM MERANCANG PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SMP SURAKARTA Aryati Prasetyarini Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang disusun oleh guru-guru Bahasa Inggris tingkat Sekolah Menengah Pertama di Surakarta. Peneltian ini merupakan penelitian deskriptif evaluatif yang dilakukan untuk mendeskripsikan design RPP yang disusun oleh guru dalam menulis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. RPP yang dianalisis diambil dari tiga sekolah di Surakarta, dengan kategori Sekolah dengan kualitas bagus, cukup, kurang (masing-masing 2 RPP). Pengambilan data dilakukan dengan teknik dokumentasi. Untuk menganalisis data peneliti menggunakan deskriptif interaktif dan prosedur analisis evaluatif yang terdiri dari 1) menyusun instrument untuk menganalisis RPP, 2) menganalisis data dengan instrumen yang telah ada, 3) mengambil kesimpulan. Dari hasil penelitian yang dilaksanakan, bisa diambil kesimpulan bahwa para guru memiliki kemampuan cukup dalam merancang pembelajaran. Hal ini ditunjukkan oleh skor rerata 6.55. PENDAHULUAN Guru yang profesional merupakan guru yang kompeten. Kompetensi, menurut UndangUndang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, serta dikuasai oleh guru di dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Sedangkan menurut Finch dan Crunkilton, (1992: 220) ―Competencies are those taks, skills, attitudes, values, and appreciation that are deemed critical to successful employment‖. Dari dua pernyataan tersebut, bisa ditarik kesimpulan bahwa kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, kemampuan, ketrampilan maupun perilaku yang harus diterapkan dalam melaksanakan tugas di lapangan kerja dan diberikan dalam rangka mencapai keberhasilan hidup/penghasilan hidup. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru adalah pedagogik. Indikator penguasaan kompetensi ini salah satunya adalah merancang pembelajaran, Merencanakan pembelajaran yang merupakan salah satu indikator kompetensi pedagogik, merujuk pada kemampuan guru dalam mendesain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan desain, rancangan, atau proyeksi tentang semua aktivitas yang akan dilakukan guru dan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Rencana Pembelajaran ini pad umumnya berisi prosedur dan pengorginasian pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mencapai Kompetensi Inti maupun Kompetensi Dasar. Dalam hal ini, indikator yang telah ditetapkan akan akan menjadi ukuran tercapainya tujuan jangka pendek. Apabila didesain dengan teliti dan sempurna, RPP memungkinkan guru semakin terampil dalam mengajar serta dalam mengembangkan individu pserta didik. Meskipun kemampuan mendesain pembelajaran ini berdampak signifikan pada kualitas pembelajaran, namun belum semua guru memiliki kemampuan ini dengan sempurna. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua guru mampu merancang pembelajaran dengan baik. Penelitian yang dilaksanakan oleh Bey dan Lambertus pada tahun 2012 tentang analisis kompetensi guru di Kabupaten Konawe Utara menunjukkan kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Analisis yang dilakukan oleh kedua peneliti tersebut menunjukkan rendahnya kemampuan guru dalam merancang pembelajaran dengan nilai kuantitatif berkisar pada 24 Seminar Nasional Unnes-TEFLIN angka 2 (kategori cukup). Penelitian dengan topik yang sama yang dilakukan di Malang menunjukkan hasil yang relatif sama. Penelitian lain tentang perencanaan pembelajaran dilaksanakan di Malang. Hasil penelitian kedua ini menunjukkan bahwa guru tidak menyadari pentingnya RPP dalam proses pembelajaran. Dari beberapa guru yang diwawancarai, didapatkan data bahwa mereka mengaku memiliki RPP, namun pada saat proses pembelajaran, semua guru tidak membawa RPP. Mereka menyatakan bahwa RPP yang telah mereka desain tertinggal di rumah (Syamsuri, 2010). Dari dua hasil penelitian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan guru dalam merancang RPP masih perlu dievaluasi. Hal ini dikarenakan tuntutan ekselerasi pendidikan yang meningkat dengan tajam setiap tahunnya. Guru harus mampu merancang pembelajaran dengan maksimal. Guru dengan kemampuan merancang pembelajaran yang baik akan dengan mudah merespon perubahan Kurikulum yang terjadi. Agar guru memiliki ketrampilan dalam merancang RPP, guru perlu diberi pembekalan. Namun, pembekalan tersebut akan bermanfaat apabila ada pemetaan kemampuan guru dalam merancang pembelajaran. Untuk pemetaan kemampuan tersebut, maka perlu diadakan penelitian tentang veluasi kemampuan guru dalam mendesain RPP. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan guru Bahasa Inggris Sekolah Menengah Pertama di Kodya Surakarta dalam merancang RPP. Landasan Teori dan Metode Banghart dan Trull (Hernawan, 2007) mendefinisaikan Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran sebagai berikut sebagai sebuah proses dalam menyusun materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, rancangan pendekatan atau metode pembelajaran, untuk suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan dalamwaktu tertentu.Dari definisi tersebut disimpulkan bahwa RPP adalah proyeksi/rencana pembelajaran yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam Silabus. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran paling yang luas berisi 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri dari 1 (satu) atau beberapa indikator dalam 1 (satu) kali pertemuan atau lebih. Pada prinsipnya RPP adalah seperangkat perencanaan jangka pendek untuk merancang ektivitas yang akan dilakukan dalam pembelajaran, baik oleh guru maupun peserta didik untuk mencapai suatu kompetensi yang sudah ditetapkan. Sehingga RPP harus secara jelas menyangkut Kompetensi Dasar (KD) yang akan dicapai oleh peserta didik, pengukuran pencapaian, aktivitas yang harus dilakukan, apa yang harus dipelajari, dan bagaimana cara mempelajarinya, juga cara guru mengetahui bahwa peserta didik telah mencapai kompetensi tertentu. RPP setidaknya berisi Kompetensi Dasar (KD), Kegiatan Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Media Pembelajaran, Sumber Belajar, dan Alokasi Waktu Metode Penelitian Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian evaluatif yang pada dasarnya merupakan salah satu jenis penelitian terapan, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang apa yang terjadi, yang merupakan kondisi nyata mengenai keterlaksanaan rencana yang memerlukan evaluasi. Data penelitian diperoleh dengan dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan RPP yang diambil dari 6 sekolah SMP (penentuan pengambilan adalah 2 RPP dari sekolah berkategori bagus, 2 dari menengah, 2 dari kurang bagus). Untuk menganalisis RPP, peneliti menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2014). Data dikumpulkan dengan metode dokumentasi. Untuk menganalisis data, peneliti menempuh prosedur sebagai berikut: a. menyusun instrument untuk menganalisis RPP, b. memasukkan data ke dalam instrumen penilaian RPP, c. membuat prosentase penilaian, d. memvalidasi penilaian RPP dengan cara berkonsultasi dengan ahli, e. membuat kesimpulan. 25 Seminar Nasional Unnes-TEFLIN Pembahasan Secara umum, skor rerata RPP yang telah dikembngkan oleh para guru adalah 6.55. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam mengembangkan RPP dikatakan cukup. Hasil analisis secara rinci disajikan pada bagia berikut. a. Kelengkapan Identitas RPP Dari keseluruhan data yang ada, 37% identitas yang diantaranya dikategorikan didak lengkap. Artinya bahwa tidak semua guru mencantumkan identitas mata pelajaran dengan lengkap. RPP yang baik harus mencakup Satuan Pendidikan, Kelas, Semester, Program/Program Keahlian, Mata Pelajaran atau tema/sub tema, dan jumlah pertemuan. Elemen yang tidak dicantumkan dalam identitas mata pelajaran adalah jumlah pertemuan. b. Perumusan Indikator Secara teoritis, indikator merupakan alat untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran. Di dalam merumuskan indikator, hasil analisis menunjukkan bahwa kesemuanya (100%) ada pada kategori sesuai sebagian, yang berarti bahwa indikator yang dirumuskan tidak sepenuhnya sesuai dengan Kompetensi Dasar. Sedangkan dalam hal kesesuaian penggunaan kata kerja operasional dengan kompetensi, 87% diantaranya sesuai sebagian, dan 12,5% sesuai seluruhnya. Tidak semuanya (12.5%) indikator yang dirumuskan sesuai dengan rumusan aspek pengetahuan, sedangkan sebagian (87%) sebagian sesuai dengan aspek pengetahuan. Dalam ranah ketrampilan, 37.5% diantaranya tidak sesuai dengan aspek ketrampilan, dan 62.5% sesuai sebagian dengan aspek ketrampilan. 1) Kesesuaian dengan Kompetensi Dasar Indikator yang dirumuskan oleh guru didasarkan pada kompetensi dasar yang merujuk pada kompetensi inti. Inti dari pngembangannya ada pada kata kerja yang digunakan. pada indicator. 2) Kesesuaian penggunaan kata kerja operasional dengan kompetensi yang diukur Kata kerja yang digunakan dalam perumusan indikator sudah operasional. Kata-kata kerja tersebut diantaranya adalah - Mengetahui. Kata kerja opersional mengetahui ditemukan pada level kopetensi pengetahuan. Contoh data yang menggunakan kata mengetahui ditemukan dalam rumusan sebagai berikut. mengetahui fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan teks untuk menyatakan nama hari, waktu, dalam bentuk angka, tanggal, dan tahun (02/IPK/7) - Menyusun kalimat. Kata menyusun ditemukan dalam perumusan: menyusun kalimat memaparkan jati diri dengan benar (02/IPK/11) - memperkenalkan diri. memperkenalkan diri dengan menggunakan bahasa Inggris di depan kelas (02/IPK/10) - menyebutkan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur bahasa, menyebutkan fungsi sosial, struktur teks, (02/IPK/1) - menyusun teks lisan; menyusun kalimat perkenalan diri dengan benar…. (02/IPK/9) - menyebutkan teks, membuat teks secara tertulis, menyebutkan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan pada teks untuk menyatakan… (02/IPK/1) - mengidentifikasi makna. mengidentifikasi fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan teks untuk menyatakan …. 02/IPK/8 3) Kesesuaian rumusan dengan aspek pengetahuan Aspek pengetahuan yang dirumuskan dalam perencanaan pembelajaran seharusnya merefleksikan hirarki kemampuan berpikir dari tingkat rendah ke tingkat tinggi. Data yang ditemukan menunjukkan bahwa kata kerja yang dirumuskan dalam indikator hanya pada tingkat pemikiran taraf rendah, yaitu menyebutkan, mengidentifikasi, dan mengetahui. Contoh tersebut adalah sebagai berikut. 26 Seminar Nasional Unnes-TEFLIN - 02/IPK/12: menyebutkan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur bahasa dari teks . 02/IPK/13: mengetahui fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan untuk…. 02/IPK/15: menyebutkan teks interpersonal tentang menyatakan dan menanyakan … 02/IPK/1: mengidentifikasi makna dan fungsi ungkapan untuk meminta dan memberi kepastian dalam percakapan transaksional dan interpersonal. 4) Kesesuaian rumusan dengan aspek ketrampilan Di dalam pembelajaran bahasa Inggris, aspek ketrampilan merujuk pada ketrampilan dalam menggunakan bahasa. Seperti halnya dalam aspek pengetahuan, indikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja yang operasional dan hirarkis. Data yang ditemukan menunjukkan bahwa kata kerja yang paling banyak digunakan diantaranya adalah menuliskan teks lisan dan tulis, merespon, memperkenalkan diri, membuat teks secara tertulis. Kata-kata tersebut ada dalam konteks sebagai berikut. - 02/IPK/2: menuliskan teks lisan dan tulis untuk menyatakan dan menayakan jumlah, nama benda, binatang, dan banguanan publik yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. - 02/IPK/3: merespon ungkapan-ungkapan meminta, memberi, menolak jasa - 02/IPK/9: menyusun kalimat perkenalan diri dengan benar - 02/IPK/10: memperkenalkan diri dengan menggunakan bahasa Inggris di depan kelas. c. Perumusan Tujuan Di dalam merumuskan tujuan pembelajaran, ada 12.5% RPP yang tidak sesuai dengan indikator pembelajaran, dan 87.5% sebagian sesuai dengan indikator. Dalam hal perumusan aspek ABCD (Audience, Behavior, Condition, dan Degree), 25% tidak sesuai dan 75% sesuai dengan perumusan ABCD.Perumusan tujuan pembelajaran sebenarnya merupakan indikator penggunaan metode, target, serta penentu evaluasi dalam pembelajaran. Dari perumusan tujuan, guru bisa menunjukkan metode serta teknik pembelajaran yang digunakan. Sebagai contoh adalah data tersebut di bawah ini.Perumusan tujuan juga akan menentukan alat evaluasi yang digunakan. Sebagai contoh adalah: 03/TP/7: setelah siswa diberi gambar berupa kalender, siswa dapat menyebutkan nama hari, waktu, dalam bentuk angka, tanggal, dan tahun. 03/TP/8: setelah siswa diberi dua kalimat tentang kalender, siswa dapat menyebutkan nama hari, waktu, dalam bentuk angka, tanggal, dan tahun. 03/TP/9: setelah siswa mendengar tentang ungkapan nama hari, waktu, dalam bentuk angka, tanggal, dan tahun, siswa dapat mengucapkan materi tersebut secara lisan. Adapun contoh perumusan yang tidak memenuhi kriteria ABCD adalah sebagai berikut. 03/TP/16: peserta didik dapat menyebutkan teks interpersonal tentang menyatakan dan menanyakan tingkah laku/tindakan/ fungsi orang dengan benar berdasarkan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan. 03/TP/17: peserta didik dapat membuat teks secara tertulis berdasarkan gambar dengan untuk menyatakan dan menanyakan oekerjaanm hal yang dilakukan, tempat ia bekerja. d. Pemilihan Materi Ajar Dalam memilih materi ajar, hasil analisis tabel menunjukkan hasil sebagai berikut. - Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran: tidak sesuai (25%), sebagian sesuai (50%), (25%) sesuai seluruhnya. - Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik: sebagian sesuai (87.5%), dan sesuai seluruhnya (12.5%) - Keruntutan uraian materi ajar: 100% sesuai sebagian. e. Pemilihan Sumber Belajar Sumber belajar yang dipilih oleh para guru sebagian (62.5%) memenuhi ktiteria sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan sesuai dengan materi pembelajaran. 100% sesuai dengan 27 Seminar Nasional Unnes-TEFLIN karakteristik peserta didik. Sedangkan untuk kriteria kesesuaian dengan pendekatan scientifik, 12.5% tidak sesuai, dan 50% sebagian sesuai. Tiga diantara delapan RPP yang dianalisis tidak mencantumkan sumber materi yang diajarkan. Materi yang diajarkan seharusnya diambil dari sunber yang bisa dipertanggungjawabkan dan sumber tersebut harus dicantumkan dengan jelas. Dari keseluruhan RPP yang dianalisis, 37.5% menuliskan sumber belajar tetapi tidak lengkap. Sebagai contohnya, para guru hanya mencantumkan Buku Guru dan Siswa, tanpa disertai dengan jelas nama penulis, lembaga percetakan, maupun alamat percetakan. f. Pemilihan Media Belajar Kriteria pemilihan bahan ajar mencakup kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, materi, pendekatan scintific, dan karaketeristik peserta didik. Masing-masing secara urut didapatkan prosentase 62.5%, 75%, 75%, 75%. Kesemua RPP mencantumkan media pembelajaran, namun ada hal yang menarik untuk dikaji karena hampir dalam semua RPP tercantum LCD. LCD sebenarnya bisa dijadikan sebagai media pembelajaran yang efektif akrena gambar maupun teks yang ditayangkan bisa dilihat dengan jelas. Namun, pemilihan media sebenartnya akan efektif apabila disesuaiakan dengan materi serta tujuan pembelajaran. g. Metode Pembelajaran Penilaian metode pembelajaran didasarkan pada indikator-indikator berikut ini. - Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran: tidak sesuai (12.5%), sesuai sebagian (62.5%) - Kesesuaian dengan pendekatan scientifik: sesuai sebagian (12.5%), sesuai sebagian (87.5%) - Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik: tidak sesuai (12.5%), sesuai sebagian (62.5%), dan sesuai seluruhnya (12.5%). Kurikulum 2013 mensyaratkan penggunaan pendekatan scientifik (Scientific Approach) dalam proses pembelajaran. Data yang dianalisis menunjukkan bahwa semua RPP mencantumkan nama Scientific Approach. Namun, banyak juga RPP yang di dalamnya tidak tercantum metode maupun teknik pembelajaran. Bahkan, ada satu RPP yang mencantumkan nama Three Phase Technique. Ada pula yang hanya menntumkan nama metode, yaitu inquiry-based learning, tetapi tidak menyebutkan nama pendekatan dan teknik pembelajaran. Dengan tidak dicantumkannya metode dan teknik pembelajaran, peneliti mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi metode dan teknik yang diimplementasikan. Penulisan metode pembelajaran adalah sebagai berikut: 07/MP/1: inquiry-based learning, 07/MP/2: three-phase techniques, 07/MP/3: inquiry-based learning, 07/MP/4: inquiry-based learning, 07/MP/5: inquiry-based learning, 07/MP/6: scintific approach, inquiry-based learning, diskusi, tanya jawab, 07/MP/7: pendekan dan metode, 07/MP/1: three phase technique h. Skenario Pembelajaran Ditinjau dari skenario pembelajaran, kesemua RPP yang dianalisis (100%) menuliskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari pendahuluan, inti, dan penutup. Keseluruh RPP tersebut tidak semua sesuai dengan pendekatan scientific approach (100%). Demikian pula dalam hal keruntutan/sistematika materi, tidak seluruhnya atau hanya sebagian RPP yang dirancang dengan sistematis/runtut. Sedangkan dalam merancang waktu pembelajaran, 37.5% diantaranya tidak tercantum alokasi waktu, dan 62.5% mencantumkan waktu secara rinci. Data yang ditemukan adalah sebagai berikut: 08/SP/1: mengamati, mempertanyakan, mengeksplorasi, menganalisis, mengkomunikasikan, 08/SP/2: pendahuluan, inti, penutup, 08/SP/3: tidak tertulis alokasi waktu secara spesifik, 08/SP/4: eksplorasi, elaborasi, konfirmasi Disamping prosedur pembelajaran yang harus merujuk pada langkah-langkah pembelajaran pendekatan ilmiah (scientific approach), aktivitas yang dirancang harus sesuai dengan teknik pembelajaran yang telah ditetapkan. Data menunjukkan adanya ketidaksadaran dari 28 Seminar Nasional Unnes-TEFLIN i. guru akan keterkaitan antara tujuan pembelajaran dan metode yang digunakan. Sebagai contoh adalah data berikut ini. - 03/TP/7: setelah siswa diberi gambar berupa kalender, siswa dapat menyebutkan nama hari, waktu, dalam bentuk angka, tanggal, dan tahun. - 07/MP/3: inquiry-based learning - 08/SP/6: mengamati, menanya, mengumpulkan infotmasi, mengasosiasi, mengkomunikasikan Rancangan Penilaian Otentik 87% diantara rancangan pembelajaran tersebut tidak sesuai baik bentuk, teknik maupun instrumen dengan indikator pencapaian kompetensi. 12.5% sesuai menyeluruh dengan indikator yang telah ditetapkan. Ditinjau dari kesesuaian aspek bentuk, teknik, dan instrumen penilaian sikap, pengetahuan, dan ketrampilan, 12.5% diantaranya tidak sesuai, dan 87.5% sesuai seluruhnya. Penilaian dalam bentuk apapun seharusnya mengacu pada indikator yang telah ditentukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua guru menulis ulang indikator yang telah dirumuskan pada bagian evaluasi, sehingga pembaca mengalami kesulitan untuk mendeteksi kesesuaian antara evaluasi yang dirancang dengan indikator. Disamping itu, banyak elemen evaluasi yang tidak dicantumkan dalam RPP. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti bisa mengambil kesimpulan bahwa para guru memiliki kemampuan yang cukup dalam mendesain pembelajaran. Hal ini dilihat dari rerata skor 6.55 dalam mendesain pembelajaran. Rancangan pembelajaran yang dinilai kurang adalah aspek perumusan indikator dan tujuan pembelajaran, kelengkapan elemen rancangan, serta evaluasi pembelajaran. Peneliti mengusulkan beberapa saran kepada para pemangku kebijakan maupun guru. Pemangku kebijakan dalam hal ini adalah para pemimpin yang terlibat dalam menentukan kebijakan. Pihak-pihak tersebut diantaranya adalah Kepala Sekolah, Pengawas, maupun Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Guna meningkatkan kemampuan guru dalam merancang pembelajaran, para pemangku kebijakan bisa melakukan usaha-usaha sebagai berikut: 1) mengevaluasi kemampuan guru secara periodik dalam merancang pembelajaran,2) menyelenggarakan berbagai kegiatan pelatihan Guna meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif, maka para guru: 1) belajar secara mandiri dalam tentang cara merancang pembelajaran, 2) mengikuti pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh para pemangku kebijakan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Faizah, Yuli Nurul. Analisis Keammpuan Guru dalam Mengembangkan Ketrampilan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Kelas V pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Studi Komparatif pada Guru Sekolah Dasar Kelas V di Bebrapa Sekolah Dasar di Kota Bandung Tahun Ajaran 2010-2011), Jurnal UPI, No. 2, Agustus 2011. Hernawan, H A dkk. (2007). Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Upi Press Bey, Anwar dan Lambertus. Analisis Kompetensi Paedagogis Guru Sekolah Dasar Di Wilayah Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara. SELAMI IPS, No. 35 Volume 1 Tahun XVII April 2012. Syamsuri, Istamar. Peningkatan Kompetensi GuruUntuk Meningkatkan Minat Siswa Pada Bidang MIPA. Makalah disampaikan dalam Lokakarya MIPAnet 2010, The Indonesian Network of Higher Educations of Mathematics and Nanutal Sciences, tanggal 26-27 Juli 2010, di IPB, Bogor 29 Seminar Nasional Unnes-TEFLIN http://halil4.wordpress.com/. Perangkat Pembelajaran KTSP Danim, Sudarwan, 2000. Visi Baru Manajemen Sekolah :Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik, Jakarta: Bumi Aksara. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka https://teal.ed.gov/sites/default/files/Fact-Sheets/8_TEAL_Lesson_Planning.pdf 30